Pengamatan Kultur Sekolah

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

125

PENGUATAN KULTUR SEKOLAH UNTUK MEWUJUDKAN


PENDIDIKAN RAMAH ANAK

Wiwik Kusdaryani, Iin Purnamasari, dan Aries Tika Damayani


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang
Email: purnamaryo32@yahoo.com

Abstrak: Penelitian bertujuan mengkaji konsep kultur sekolah, menganalisis konsep pendidikan ramah
anak, dan penguatan kultur sekolah dalam mewujudkan pendidikan ramah anak. Jenis penelitian kualitatif
dengan metode fenomenologi, yang dilakukan di SDN Pingit 01 Kecamatan Pringsurat Kabupaten
Temanggung. Teknik pengumpulan data dilkukan dengan wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen,
sedang analisis data dengan teknik deskreptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) konsep
kultur sekolah meliputi beberapa modal budaya sekolah berdasarkan kebiasaan warga sekolah dan tertuang
dalam visi misi, tata tertib, 8 budaya disiplin guru, dan 10 budaya malu siswa; 2) konsep pendidikan
ramah anak ditemukan dalam sikap guru terhadap siswa yang memberikan perhatian, perlindungan, serta
berperan sebagai informator, mediator, motivator dan fasilitator dalam meningkatkan prestasi akademik
dan nonakademik, serta metode pembelajaran perlu ditingkatkan; 3) penguatan kultur sekolah dalam
mewujudkan pendidikan ramah anak dikembangkan berdasarkan berbagai kebiasaan positif sekolah.

Kata Kunci: kultur, sekolah, pendidikan ramah anak

STRENGTHENING THE SCHOOL CULTURE TO REALIZE


THE CHILD-FRIENDLY EDUCATION

Abstract:This study was aimed to examine the concept of the school culture, to analyze the child-friendly
education, and to strengthen the school culture to realize the child-friendly education. This study used the
phenomenology method, carried out ini SDN Pingit 01, Pringsurat, Temanggung. The data were collected
using interviews, observations, and the document analysis. The data were analyzed using the qualitative
descriptive analysis. The findings showed that: 1) the concept of school culture involved several school
culture capitals based on the habit of the school members and this was conceptualized in the vision, mission,
school regulations, 8 teachers’ discipline cultural items, and 10 students’ cultural items of being ashamed
when doing something bad; 2) the concept of child-friendly education could be found in the teachers’
attitude towards the students by giving attention and protection, by becoming informants, mediators,
motivators, and facilitators to improve the students’ academic and non-academic learning achievement;
the teaching methods needed to be improved; 3) the strengthening of the school culture to realize the
child-friendly education was developed based on several positive habits done in the school.

Keywords: culture, schools, child-friendly education

PENDAHULUAN kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah


Sekolah selama ini telah dinilai sebagai serta terdapat rancangan pengajaran untuk siswa
lembaga pendidikan yang mapan dan mampu di bawah pengawasan pendidik (guru). Sebagian
mencetak generasi yang akan menentukan masa besar negara memiliki sistem pendidikan sekolah
depan bangsa. Sebagaimana diketahui, sekolah sebagai perwujudan pendidikan di jalur formal,
didefinisikan sebagai bangunan atau lembaga yang umumnya wajib sebagai upaya menciptakan
untuk belajar dan mengajar serta tempat mene- anak didik agar mengalami kemajuan setelah
rima dan memberi pelajaran (Sunarto, 2004:76). proses pembelajaran. Pemberian nama untuk
Sekolah dipimpin seorang kepala sekolah, dan sekolah sangat beragam antarnegara namun
126

secara umum sekolah dasar untuk anak-anak, buku teks yang mengemukakan tentang peranan
dan sekolah menengah untuk remaja yang telah guru dan administrator yang harmonis dan serba
menyelesaikan pendidikan dasar. sinergis. Padahal kenyataan membuktikan, salah
Sekolah menyosialisasikan nilai-nilai yang satu faktor yang memberatkan kerja organisasi
hidup dalam masyarakat sehingga dipandang adalah gejala kesalahpahaman untuk memahami
sebagai tempat yang menjadi transisi dari kehidu- kawan sekerja berkenaan dengan hak dan kewa-
pan keluarga ke dalam kehidupan masyarakat. jiban yang berbeda sesuai dengan status peker-
Selanjutnya, seorang anak selama ini juga dipan- jaan. Kecenderungan yang terjadi, hampir semua
dang dapat belajar kemandirian lebih intensif di tanggung jawab dan tugas sekolah berhubungan
sekolah dibandingkan di tempat lain. Hal tersebut dengan siswa selalu dilimpahkan kepada seorang
berkaitan dengan keyakinan masyarakat bahwa pendidik.
terdapat beberapa nilai yang ditanamkan sekolah Membahas tentang kultur sekolah tidak
yaitu, nilai kemandirian dan tanggungjawab anak terlepas dari pengkajian tentang culture capital
sebagai peserta didik terhadap tugas dan pekerjaan (modal budaya). Pada sisi sosiologis Pierre Bour-
yang diberikan. Nilai lain yang disosialisasikan dieu sebagai tokoh pemuka tentang modal budaya
adalah prestasi, dimana seorang anak dalam (Bourdieu, 1991:163), menyatakan bahwa modal
keluarga hanya diberikan peran secara taken for budaya merupakan selera bernilai budaya dan pola
granted sejak lahir, namun di sekolah anak sebagai konsumsi yang mencakup rentangan luas properti
peeserta didik dipacu untuk berprestasi karena hal seperti seni, pendidikan dan bentuk-bentuk ba-
inilah yang akan menentukan posisi anak. Nilai hasa. Di sisi lain, juga dijelaskan bahwa batasan
universalisme sebagai wujud perlakuan sama pada modal budaya sebagai berbagai pengetahuan yang
setiap anak, tanpa memandang perbedaan status sah. Penjelasan modal budaya secara lebih detail
dan latar belakang sosial-ekonomi. juga disampaikan oleh Lee (Damsar,2012:197),
Terdapat nilai spesivisitas, yaitu anak di yaitu sebagai kepemilikan kompetensi kultural
sekolah ditanggapi dan ditangani sesuai dengan tertentu, atau seperangkat pengetahuan kultural
apa yang dikerjakan, dimana hal tersebut berkeba- yang menyediakan bentuk konsumsi kultural yang
likan dengan keberadaan anak di dalam keluarga dibedakan secara khusus dan klasifikasi rumit dari
yang dinilai kabur sebagai contoh saat terjadi barang-barang kultural dan simbolis.
kekeliruan/kelemahan dalam mata pelajaran ter- Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat
tentu di sekolah, anak akan dinilai lemah pada disimpulkan bahwa modal budaya merupakan
bidang tersebut dan belum tentu pada bidang yang kepemilikan kompetensi dan pengetahuan kultural
lain. Secara lebih luas, sekolah dapat dikatakan yang menuntun selera bernilai budaya dan pola-
mensosialisasikan nilai-nilai yang hidup dalam pola konsumsi tertentu, yang dilembagakan dalam
masyarakat secara berkesinambungan sebagai bentuk kualifikasi pendidikan. Dari pengertian
budaya/kultur yang dimiliki bersama. tersebut tampak jelas bahwa pendidikan memberi-
Analisis sosial terhadap sekolah saat ini kan seseorang modal pengetahuan dan kompetensi
banyak mengupas konflik-konflik antarperanan yang dibutuhkan untuk membuat pembedaan atau
yang terjadi di lembaga sekolah. Lembaga pen- penaksiran nilai. Nilai sopan santun, malu, kerja
didikan sering dirasuki oleh nilai-nilai yang keras, kejujuran, kepercayaan, dan lain-lain yang
terkadang bertentangan antarpihak baik dari para dibentuk, diperkuat, dan dipertahankan terutama
guru, orangtua, staf birokrat, siswa maupun pihak melalui pendidikan formal yaitu sekolah. Hal
aparat pimpinan sekolahsehingga dapat dianalisis tersebut menunjukkan bagaimana nilai dan norma
mengenai keberadaan sekolah sebagai lembaga yang disosialisasikan oleh guru pada pendidikan
formal dalam aktifitas pendidikan melalui konsep dasar, sebagai rujukan berpikir, bersikap, dan
organisasi sekolah. berperilaku peserta didik. Nilai dan norma inilah
Kompleksitas permasalahan dan perten- yang menjadi mainstream dalam kehidupan ber-
tangan di sekolah merupakan derivasi dari masyarakat, dan dihubungkan melalui pendidikan
perangkat-perangkat manusia yang memiliki be- salah satunya di lembaga sekolah.
ragam peran spesifik di lembaga sekolah. Banyak

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


127

Sekolah sebagai organisasi sosial menurut tang dan sejarah manusia. Pembentuk rekapitulasi
Horton dan Hurt (1996:38-54), memiliki empat terjadi secara fisiologis yang harus dilakukan
jenis sasaran yang salah satu diantaranya adalah melalui pendidikan. Pendidikan sebagai rekon-
sasaran ideologis. Pada sasaran ideologis ber- struksi dimaksudkan bahwa rekonstruksi atau
talian dengan seperangkat sistem eksternal atau reorganisasi pengalaman yang menambahkan
sistem nilai yang diyakini bersama. Dalam hal makna dari pengalaman, dan yang meningkatkan
ini, nuansa budaya pada pengertian suatu sistem kemampuan langsung tentu merupakan pengala-
pengetahuan, gagasan, ide yang dimiliki suatu man berikutnya.
kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai Pengalaman manusia adalah hubungan
landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu antara manusia dengan masyarakat serta alam.
dalam bersikap dan berperilaku dalam lingkungan Maka dapat dipahami bahwa John Dewey meng-
alam dan sosial sebagai tempat bernaung. Hal ini konsepkan pendidikan sebagai alat bagi generasi
merupakan penjabaran dari pengaruh ideologis muda untuk memperkenalkan kepada warisan
terhadap organisasi. budaya, namun bukan hanya sekedar untuk
Sasaran ini menyoroti pengaruh interaktif proses transmisi, tetapi juga kemungkinan untuk
kultural-ideologis yang dianut sebagaian manusia mengubah. Hal tersebut adalah prinsip utama
dalam menangkap, menyikapi, dan merespon pragmatisme yang menjiwai pendidikan baik di
eksistensi organisasi. Suatu bangsa umumnya sekolah maupun di luar sekolah. Sekolah bukan
memiliki semangat tinggi untuk meraih prestasi sebagai lembaga yang memunyai tujuan tersendiri
vertikal, sementara sekolah merupakan wa- tetapi memunyai multitujuan sebagai lembaga
dah yang cukup strategis bagi manusia untuk sosial dan berhubungan dengan masyarakat di
menopang ambisi mobilitas vertikalnya. Maka, mana tujuan tersebut merupakan bagian di da-
dapat diasumsikan bahwa hampir sebagian warga lamnya. Sekolah juga merupakan suatu komu-
sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan nitas dan guru sekolah merupakan bagian dari
keyakinan kultural tersebut dalam memaknai masyarakat dan tidak terlepas dari kebudayaan
keberadaan sekolah (Astuti, 2012). serta masyarakat, maka pintu sekolah terbuka
Pendidikan selama ini diketahui memiliki untuk masyarakat.
banyak definisi dari berbagai dimensi yang dike- Pendidikan ramah anak sesuai dengan
mukakan oleh para pakarnya. Dalam hal ini lebih konsep di atas dapat dilakukan melalui lembaga
spesifik yang perlu dibahas terkait dengan pene- pendidikan salah satunya adalah sekolah. Dalam
litian ini adalah pendidikan ramah anak. Sebagai hal ini dapat diformasikan dalam konsep Sekolah
proses belajar dalam kehidupan manusia, pen- Ramah Anak (SRA). Pada konsep tersebut terda-
didikan yang senantiasa terjadi selama hidup dan pat beberapa indikator yang dapat djadikan seba-
sepaanjang hayat manusia hendaknya dilakukan gai pijakan dalam pengembangannya. Beberapa
dengan berbagai metode yang tepat agar diperoleh indikator tersebut antara lain adalah: (a) inklusif
hasil yang optimal. Pendidikan adalah learning by secara proaktif, (b) sehat, aman, dan protektif, (c)
doing, anak akan belajar dengan melakukan dan partisipasi masyarakat, (d) efektif dan berpusat
bukan hanya sekedar membayangkan. Pendidikan pada anak, (e) kesetaraan gender. Penerapan
sebagai formasi, dimaksudkan bahwa semua pen- SRA memerlukan keterlibatan dan partisipasi
didikan membentuk karakter, mental dan moral, semua pihak dalam mewujudkan suasana belajar
namun pembentukan terdiri dari seleksi dan dan proses Pembelajaran Aktif-Inovatif-Kreatif-
koordinasi kegiatan nyata sehingga anak dapat Efektif-Menyenangkan (PAIKEM) untuk anak,
memanfaatkan subjek lingkungan sosial. guru dan warga sekolah lainnya.
Selain itu, pembentukan terjadi melalui Kultur sekolah yang berlandaskan pada
anak itu sendiri sebagai proses rekonstruksi, re- hal-hal yang telah ditanamkan melalui nilai,
organisasi. Pendidikan sebagai rekapitulasi dan norma, kepribadian anak, keyakinan, ideologis,
retrospeksi, individu mengembangkan, tetapi visi-misi sekolah, keramahtamahan dalam so-
perkembangan tersebut dalam tahap yang teratur, sialisasi, merupakan modal yang harus dijaga
berulang, sebagaimana evolusi kehidupan bina- dan dikuatkan pengembangannya. Hal tersebut

Penguatan Kultur Sekolah dalam Mewujudkan Pendidikan Ramah Anak


128

sangat beralasan karena dalam proses pembe- indikator budaya sekolah yang terdapat dalam
lajaran di sekolah yang merupakan bagian dari visi misi, tata tertib, atau bisa juga berbagai hal
pelaksanaan pendidikan, anak membutuhkan yang terpola namun belum diatur secara tertulis
pola hidup yang tertata, mengedepankan perlin- dan masih bersifat konvensional di sekolah. Hal
dungan, responsif terhadap kebutuhan anak atau inilah yang dikembangkan dan menjadi inovasi
yang disebut dengan istilah ramah anak. Budaya/ dari penelitian ini.
kultur yang terbangun berdasarkan pembiasaan
kehidupan sekolah yang kondusif dan bermartabat METODE
serta senantiasa menempatkan anak sebagai mitra Jenis penelitian yang digunakan adalah
pendidikan merupakan upaya dalam memberikan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yang
provisi, proteksi dan partisipasi kepada anak un- dilakukan selama 3 bulan dengan mengambil
tuk tumbuh dan berkembang dalam komunitas lokasi di SD Negeri Pingit 01 Kecamatan Pringsu-
yaitu masyarakat sekolah. Pemberian kebebasan rat Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Subjek
berekspresi, beraktivitas dan mengembangkan mi- penelitian ini adalah siswa SD Negeri Pingit 01
nat bakat anak penting untuk diwujudkan melalui Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung,
berbagai metode dan media. yang meliputi seluruh warga sekolah beserta
Metode yang digunakan dalam penguatan manajemen administrasi yang berkait dengan
kultur sekolah diantaranya dapat dilakukan mela- kultur sekolah.
lui penyampaian pesan-pesan moral yang men- Teknik pengumpulan data adalah wawan-
dukung terwujudnya visi dan misi yang menjadi cara, pengamatan, dan analisis dokumen. Adapun
landasan budaya sekolah. Adapun media yang instrumen yang digunakan adalah peneliti
digunakan dapat bervariasi dimulai dari pesan sendiri sebagaimana menjadi ciri dari penelitian
bergambar, pesan tertulis, ataupun media verbal kualitatif. Instrumen pendukung berupa pedo-
melalui sosialisasi dari guru kepada siswa dalam man wawancara terstruktur dan tidak terstruktur,
berbagai kesempatan. Penguatan kultur sekolah lembar observasi profil sekolah, lembar observasi
harus dilakukan melalui berbagai cara oleh semua interaksi anak, angket untuk guru, dan anak. Ana-
warga sekolah. Pesan-pesan moral yang responsif lisis dokumen dilakukan dengan mengumpulkan
dan senantiasa mengingatkan pentingnya menjun- data-data terkait dokumen sekolah seperti profil
jung tinggi hak anak di sekolah berlandaskan pada sekolah, visi misi sekolah, tata tertib sekolah, jur-
pola/budaya sekolah dapat disampaikan melalui nal kegiatan anak di sekolah. Uji keabsahan data
pembuatan buku penghubung berdasarkan pada dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan,

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Uji Keabsahan Data dan Analisis
Induktif

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


129

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringu- membentuk budi pekerti yang luhur; (3) men-
lasi, diskusi dengan teman sejawat, dan analisis ciptakan suasana yang aman dan menyenangkan
kasus negatif (Sugiyono, 2010:368). untuk keefektifan seluruh kegiatan sekolah; (4)
Secara ringkas teknik pengumpulan data, mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa
teknik analisis data, uji keabsahan data, tahap dalam upaya peningkatan prestasi; (5) mening-
analisis induktif fenomenologis ini disajikan katkan kedisiplinan dan mengutamakan kerjasama
dalam Tabel 1. dalam menyelesaikan tugas kependidikan; (6)
Pada Gambar 1 ditunjukkan bagan tahapan melestarikan dan mengembangkan olahraga, seni,
penelitian ini yang diawali dari kajian terhadap dan budaya; (7) mengembangkan pribadi yang
fenomena dan menggambarkan kultur sekolah cinta tanah air. Visi dan misi sekolah merupakan
di lokasi penelitian, mengukur ciri-ciri kultur cerminan dan rumusan indikator kultur yang
sekolah dalam ragam situasi, menganalisis data terbangun. Budaya yang ada di sekolah menjadi
kultur sekolah yang dihasilkan untuk menentukan modal yang dapat dijadikan sebagai landasan
pola-pola variasi yang sistematik antara kultur dalam menguatkan pola pendidikan yang dicita-
sekolah dengan pendidikan ramah anak, dan mem- citakan, termasuk dalam mengembangkan pen-
bangun pemahaman baru berdasarkan temuan di didikan ramah anak.
lapangan tentang penguatan kultur sekolah dalam Tata Tertib berlaku selama anak di luar
mewujudkan pendidikan ramah anak. sekolah adalah: (1) siswa wajib menjaga nama
baik sekolah, di mana pun berada; (2) siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN wajib berperilaku sopan dan susila kepada orang
SD Negeri Pingit 01 merupakan dasar lain; (3) siswa wajib minta izin kepada orangtua,
negeri yang terletak di Dusun Krajan Desa Pingit jika akan berangkat ke sekolah. Tata tertib di
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. sekolah antara lain: (1) siswa harus sudah hadir
Visi sekolah adalah unggul dalam prestasi ber- di sekolah 10 menit sebelum pelajaran dimulai;
dasarkan kedisiplinan, iman dan taqwa. (2) siswa yang hadir terlambat harus minta izin
Misi sekolah adalah: (1) melaksanakan kepada guru/wali kelas ketika akan masuk ke
pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk kelas mengikuti pelajaran; (3) siswa tidak diper-
mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa; bolehkan meninggalkan kelas/sekolah, sebelum
(2) menumbuhkembangkan penghayatan dan jam pelajaran berakhir; (4) siswa yang akan
pengamalan terhadap agama yang dianut untuk meninggalkan kelas/pelajaran, harus minta izin

Penguatan Kultur Sekolah dalam Mewujudkan Pendidikan Ramah Anak


130

guru kelas/wali kelas/guru piket; (5) siswa yang kan Kantor. N, Norma-Norma Kepegawaian dan
akan berhalangan hadir/tidak masuk sekolah, Kesadaran yang Tinggi Harus Selalu Menjiwai.
dengan dalih apapun harus minta izin kepada guru Hal lain yang ditumbuhkembangkan se-
kelas/wali kelas, dengan surat izin dari orangtua/ bagai kultur sekolah adalah adanya budaya malu
wali siswa; (6) pada saat jam istirahat, siswa yang ditanamkan, dan tertuang dalam 10 Budaya
tidak diperbolehkan berada dalam kelas, kecuali Malu sebagai berikut: (1) Aku Malu Terlambat
ada hal-hal khusus (misal hujan); (7) pada saat Sekolah. (2) Aku Malu Melanggar Peraturan.
istirahat tidak diperkenankan keluar dari lokasi (3) Aku Malu Sering Tidak Masuk Sekolah/Bo-
sekolah, apabila akan keluar dari lokasi sekolah los. (4) Aku Malu Menangis Di Waktu Sekolah.
karena ada kepentingan harus izin kepada guru (5) Aku Malu Tidak Memakai Seragam Sekolah
kelas/piket; (8) siswa tidak diperbolehkan jajan yang Sudah Ditentukan atau Tidak Rapi. (6) Aku
sembarangan. Malu Malas Belajar. (7) Aku Malu Mengganggu
Pada bidang Kebersihan/Kesehatan siswa Aktifitas Teman. (8) Aku Malu Jahat Sama
diatur sebagai berikut. (1) Siswa ikut bertang- Teman-Teman. (9) Aku Malu Ngompol Di Waktu
gungjawab atas kebersihan dan keindahan sekolah Sekolah. (10) Aku Malu Melihat Teman Pintar.
dan kelas masing-masing serta membuang sampah Berdasarkan pada visi misi yang telah diru-
pada tempat sampah. (2) Siswa yang sedang men- muskan, dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut
derita penyakit menular, dianjurkan untuk tidak memiliki kultur yang telah terbentuk dan berjalan.
masuk sekolah sampai sembuh penyakitnya. (3) Sebagaimana tertera dalam visi sekolah, yaitu
Siswa dilarang keras merokok di dalam kelas unggul dalam prestasi berdasarkan kedisiplinan,
maupun di luar sekolah. Tata tertib yang berkaitan iman dan taqwa. Terbentuknya kultur sekolah
dengan pakaian adalah: (1) siswa wajib memakai diantaranya berlandaskan pada nilai-nilai yang
pakaian seragam sekolah sebagai berikut, pada tertuang dalam visi misi, tata tertib serta hal-hal
hari: Senin dan Selasa: Seragam Merah Putih, yang telah berjalan sebagai kebiasaan di sekolah
Topi Merah. Rabu dan Kamis: Batik, Jumat dan tersebut.
Sabtu: Pramuka; (2) siswa wajib bersepatu hitam Kultur unggul dalam prestasi, dilaksanakan
kaos kaki putih, dilarang memakai sepatu sandal. dengan berbagai upaya antara lain melaksanakan
Pada bidang Keamanan tata tertibnya adalah: pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk
(1) siswa ikut bertanggungjawab atas keamanan mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa,
dan ketertiban sekolah; (2) siswa dilarang keras mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa
membawa senjata tajam; (3) pelanggaran terhadap dalam upaya peningkatan prestasi, melestarikan
tata tertib akan dikenai sanksi. dan mengembangkan olahraga, seni, dan budaya.
Tata tertib di sekolah tidak hanya berlaku disamping itu juga diupayakan menciptakan
bagi siswa, namun terdapat pula tata tertib yang suasana yang aman dan menyenangkan untuk
berlaku bagi guru. Tata tertib tersebut di sam- keefektifan seluruh kegiatan sekolah. Peningkat-
ping mengikuti kaidah peraturan bagi Pegawai an prestasi yang maksimal baik di bidang intra
Negeri Sipil dan beberapa aturan kepegawaian maupun ekstrakurikuler dilakukan dalam rangka
yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah Kabu- menghantarkan siswa untuk mengoptimalkan
paten Temanggung, juga ditentukan sendiri oleh proses pembelajaran dengan pendekatan pembe-
sekolah. Hal tersebut terlihat dalam 8 Disiplin lajaran yang berpusat pada siswa serta layanan
yang disusun oleh sekolah sebagai berikut: D, bimbingan dan konseling.
Datang Tepat Pada Waktunya. I, Isi Daftar Hadir. Hal lain yang dilakukan adalah meraih
S, Siapkan Sarana Kerja yang Sebaik-baiknya. I, kejuaraan dalam bidang siswa berprestasi baik
Isi Jam-Jam Kerja dengan Kegiatan Sesuai dengan pada aspek Mata Pelajaran (Lomba MAPEL dan
Tanggung Jawanya. P, Patuhi Semua Peraturan MAPSI (Olah Raga dan Seni). Pelestarian budaya
yang Berkaitan dengan Tugas. L, Laksanakan daerah melalui Mulok Bahasa Jawa dengan in-
Tugas yang Menjadi Kewajiban Sesuai dengan dikator 85% siswa mampu berbahasa Jawa sesuai
Kewenangan. I, Izin Apabila Tidak Hadir/Tidak dengan konteks. Prestasi lain yang hendak diraih
Dapat Melaksanakan Tugas dan atau Meninggal- dan menjadi salah satu tujuan adalah menjadikan

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


131

90% siswa memiliki kesadaran terhadap kelestari- sebagai kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
an lingkungan hidup di sekitarnya, serta meraih kompetensi kearifan lokal dalam upaya hidup
kejuaraan dalam beberapa cabang olahraga di bersama dalam keanekaragaman budaya, suku,
tingkat propinsi Jawa Tengah. agama, dan menanamkan kecintaan siswa ter-
Kultur disiplin, terlihat dalam beberapa hadap lingkungan dan konsisten sekitar termasuk
aspek seperti: mengembangkan pribadi yang cinta keunggulan lain di sekitar sekolah. Adapun
tanah air, serta meningkatkan kedisiplinan dan muatan lokal yang dipilih adalah Bahasa Jawa
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan sebagai mulok wajib propinsi, pendalaman kitab
tugas kependidikan. Bagi guru, kultur disiplin suci sebagai mulok wajib kabupaten, dan Bahasa
selain melaksanakan tugas sesuai aturan dari Inggris sebagai mulok wajib.
Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan Pengembangan diri juga diberikan dalam
sebagaimana tugas, pokok dan fungsi Pegawai rangka memberikan kesempatan kepada siswa
Negeri Sipil, juga melakssanakan hal-hal yang untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
disepakati nilai-nilai disiplin yang diberlakukan sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat siswa
oleh sekolah, yang tertuang dalam 8 disiplin. Bagi sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengem-
siswa, nilai-nilai kedisplinan diwujudkan dengan bangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh
pelaksanaan tata tertib siswa yang diharapkan konselor, guru atau tenaga kependidikan yang
dapat tertanam dengan dipajangnya tata tertib dapat dilakukan dalam bentuk ekstrakurikuler.
tersebut pada setiap kelas. Tentang internalisasi Berdasarkan kondisi objektif sekolah kegiatan
sikap disiplin telah dilakukan penelitian oleh pengembangan diri yang dipilih dan ditetapkan
Wuryandari dkk (2014). sekolah adalah Teknologi Informatika dan Ko-
Selain itu, terdapat pembiasaan-pembi- munikasi (TIKOM), Pramuka, Drumband, Taman
asaan bagi siswa yang dituangkan dalam 10 Pendidikan Al Quran (TPQ), Sepakbola atletik,
budaya malu yang dipajang pada tempat-tempat Voli Mini dan dokter kecil.
strategis baik di dalam maupun di luar kelas. Sebagaimana telah dikonsepkan dalam
Budaya malu tersebut menjadi nilai-nilai yang pendidikan ramah anak bahwa terdapat beberapa
dijunjung tinggi dan menjadi modal budaya bagi hal yang berkaitan dengan hak-hak anak. Pelak-
masyarakat dan siswa. Pembentukan jiwa cinta sanaan pendidikan telah menunjukkan adanya
tanah air juga dapat membentuk kedisplinan yang penanaman dan pelaksanaan konsep pendidikan
direalisasikan melalui kegiatan upacara bendera ramah anak khususnya untuk sekolah. Hal terse-
setiap har Senin dan Hari Besar Nasional, serta but ditunjukkan dalam beberapa hal sebagaimana
pelaksanaan kegiatan Pramuka yang menjadi menjadi temuan dalam penelitian ini berkaitan
ekstrakurikuler wajib dimulai dari tingkat Siaga dengan tiga indikator pendidikan ramah anak.
sampai dengan Penggalang. (1) Sikap guru terhadap anak, kasih sayang
Kultur iman dan taqwa, dilakukan de- terhadap semua anak, menerapkan norma-norma
ngan menumbuhkembangkan penghayatan dan agama dan budaya yang berlaku tercermin dalam
pengamalan terhadap agama yang dianut untuk kebiasaan guru yang telah siap hadir 15 menit
membentuk budi pekerti yang luhur. Peningkatan sebelum pelajaran dimulai setiap pagi, melak-
kuantitas kegiatan agamis dilakukan hampir setiap sanakan jabat tangan pagi dan mengarahkan
hari selama satu minggu yang meliputi bacaan siswa untuk melaksanakan doa bersama sesuai
asmaul husna bagi siswa muslim setiap pagi, doa dengan agama dan kepercayaan masing-masing
pagi bagi siswa non muslim setiap pagi (sebelum sebagaimana menjadi tata tertib sekolah. Hal
pelajaran dimulai), sholat berjamaah, santapan tersebut menunjukkan bahwa sekolah menjunjung
rohani dan berlatih infaq di setiap hari jumat untuk tinggi norma-norma agama dan budaya secara
meningkatkan iman dan taqwa. berdampingan secara adil dan tanpa membedakan
Pengaturan sistem belajar di samping perbedaan yang ada termasuk dalam berdoa dise-
mengikuti alokasi waktu yang disesuaikan de- suaikan dengan agama yang dianut oleh siswa,
ngan struktur KTSP, juga dilaksanakan dengan dan tetap diberikan kesempatan yang sama untuk
pemberian mata pelajaran Mulok (Muatan Lokal). melaksanakannya.
Hal ini berkaitan dengan pendidikan multi kultur

Penguatan Kultur Sekolah dalam Mewujudkan Pendidikan Ramah Anak


132

(2) Metode Pembelajaran, guru mene- Uraian di atas menunjukkan bahwa pen-
rapkan beberapa metode dalam pembelajaran didikan di SDN 01 Pingit dalam beberapa aspek
seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, kerjasama, telah menunjukkan adanya konsep pendidikan
demonstrasi, penugasan dan lain-lain dengan ramah anak berdasarkan Pasal 4 UU No.23 Ta-
menyesuaikan materi pembelajaran atau kegiatan hun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan dalam
yang dilakukan. Namun, penggunaan metode beberapa hal patut menjadikan pertimbangan jika
pembelajaran tersebut masih banyak didominasi hendak dilakukan rintisan sebagai Sekolah Ramah
oleh metode konvensional, dan baru di kelas ren- Anak (SRA) berdasarkan konsep dan karakteristik
dah (1 sampai dengan 3) yang banyak menggu- SRA. Dimana dalam konsep tersebut terdapat
nakan metode bervariasi, karena melaksanakan beberapa indikator yang dapat djadikan sebagai
pembelajaran tematik. Sehingga selain metode pijakan dalam pengembangannya. Beberapa
pembelajarannya maka media yang digunakan indikator tersebut antara lain; (a) inklusif secara
pun juga bervariasi. Guru di kelas 1 sampai proaktif, (b) sehat, aman, dan protektif, (c) parti-
dengan kelas 3 lebih banyak menggunakan alat sipasi masyarakat, (d) efektif dan berpusat pada
peraga sederhana yang kebanyakan adalah hasil anak, (e) kesetaraan gender. Perlu disampaikan
karya siswa. Penerapan metode dan pemanfaatan bahwa berdasarkan analisis penelitian ini memi-
media ini diharapkan dapat menciptakan suasana liki beberapa indikator di atas, dan masih perlu
pembelajaran berbasis pengalaman dan menye- menambahkan pada beberapa aspek yang lain.
nangkan bagi siswa.
(3) Ruang lingkup kelas, telah banyak di- SIMPULAN
uraikan di atas bahwa ruang kelas harus benar-be- Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
nar mendukung gerak anak. Penggunaan bangku dan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal
dan kursi harus sesuai ukuran dan kenyamanan sebagai berikut.
anak. Begitu juga pemilihan warna cat sebisa 1. Konsep kultur sekolah di SDN 01 Pingit Ke-
mungkin sesuai warna anak, cerah dan menye- camatan Pringsurat Kabupaten Temanggung,
nangkan sehingga dapat merasa senang berada meliputi beberapa modal budaya yang telah
di kelas, tidak lekas bosan. Namun, hal tersebut dimiliki dan ditanamkan oleh sekolah tersebut
belum dilakukan, terlihat bahwa penataan bangku, dan dilaksanakan sebagai kebiasaan warga
pilihan warna kelas dan posisi tempat duduk sekolah yang tertuang dalam visi misi, tata
siswa masih mengikuti model konvensional tertib sekolah, 8 budaya disiplin bagi guru,
dan belum variatif. Hal ini menunjukkan siswa dan 10 budaya malu bagi siswa.
belum dilibatkan secara penuh dalam penataan 2. Konsep pendidikan ramah anak menunjukkan
kelas, serta belum diberikan kesempatan dalam bahwa dalam beberapa aspek, yaitu sikap guru
menyampaikan gagasan dalam hal mengatur ru- terhadap siswa yang memberikan perhatian,
ang belajarnya. Memasang hasil karya, majalah perlindungan, dan berperan sebagai informa-
dinding dan lain-lain masih menjadi kewenangan tor, mediator, motivator dan fasilitator dalam
guru. Hal yang tidak kalah penting adalah sanitasi meningkatkan prestasi akademik maupun non
higienis. Tersedianya sarana MCK juga sangat akademik siswa. Aspek metode pembelajaran
penting untuk melatih anak hidup bersih dan yang perlu untuk ditingkatkan karena masih
sehat. Dalam hal ini peneliti menemukan bahwa didominasi dengan menggunakan metode dan
sarana MCK, sanitasi higienis telah tersedia di media konvensional.
sekolah, namun yang perlu dipertimbangkan lagi 3. Penguatan kultur sekolah dalam mewujudkan
untuk pelaksanaan pendidikan ramah anak ada- pendidikan ramah anak dapat dikembangkan
lah penyediaan Kamar Mandi/KM dan WC bagi lebih lanjut berdasarkan berbagai kebiasaan
siswa putra dan putri secara terpisah serta KM/ positif yang telah membudaya menuju terben-
WC bapak dan ibu guru yang terpisah juga. Hal tuknya Sekolah Ramah Anak (SRA).
tersebut berkaitan dengan karakteristik ramah dan
responsif gender.

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


133

UCAPAN TERIMA KASIH Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Ucapan terima kasih penulis sampaikan Tahun Pelajaran 2014/2015. SDN 01
kepada Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. selaku Rektor Pingit. UPT Dinas Pendidikan dan Kebu-
Universitas PGRI Semarang; Drs. Agus Suharno dayaan Kecamatan Pringsurat Kabupaten
M.Si. selaku Dekan FIP Universitas PGRI Sema- Temanggung.
rang; Kepala Sekolah SDN 01 Pingit Kecamatan
Pringsurat Kabupaten Temanggung, dan semua Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan:
pihak yang telah membantu pelaksanaan pene- Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
litian ini. R&D. Bandung: Alfabeta.

DAFTAR PUSTAKA Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi


Astuti, Siti Irene. 2012. “Dinamika Struktur dan (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbitan
Kultur dalam Penerapan Desentralisasi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pendidikan”, dalam Cakrawala Pendidi-
kan, XXXI (Edisi Khusus Dies Natalis Wuryandani, Wuri, Bunyamin Maftuh, Sapiya, &
UNY), hlm. 125-141. Damin Budimansyah. 2014. “Internalisasi
Nilai Karakter Disiplin melalui Penciptaan
Bourdieu, Piere. 1991. Language and Symbolic Iklim Kelas yang Kondusif di SD Mu-
Power. Great Britain: T.J Press Ltd. Pad- hammadiyah Sapen Yogyakarta”, Jurnal
stow, Cornwall. Pendidikan Karakter, Th IV, No. 3, hlm.
175-184.
Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Horton, Paul B & Chester L. Hunt. 1996. Socio-


logy. Alih Bahasa Amiruddin Ram. Jakarta:
Erlangga.

Penguatan Kultur Sekolah dalam Mewujudkan Pendidikan Ramah Anak

You might also like