Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Implementasi Konfusianisme dalam Menghadapi Krisis Moneter di Korea

Selatan Tahun 1997

Gega Ryani Cahya K.B.P1

Abstract

South Korea achieved extraordinary economic development today by


overcoming historical crises and hardships with wisdom and
intelligence from Confucianism value. Confucianism were originally a
beliefs value from china that being brought in Korea in A.D 372.
Confucian values are universal, but their unique application in culture,
certain weights on a national scale, is a difficult to find but resolute
question for every country the monetary crisis that happen in 1997 in
become the adversity for south Korea. The government implemented the
Confucianism value in order to gather the Korean citizen to help regain
the economic power of Korea. The result of joining between
government and citizen is what makes south Korea become one of the
Asian tigers and become the actor of the east Asian miracles
phenomenon. East Asian miracles can happen because of their hard
work to overcome crisis and don’t want to feel crisis again so they
started to openly to neighborhood country first and then start to spread
the wings all around the world. The foundation for such development is
the result of South Korea’s harmonious integration of various
characteristics like traditional culture, social structure, emphasis on
education and politics that implemented by Confucianism. Accordingly,
it is indeed a timely required task to broaden the understanding of South
Korea by re-examining the engine of its miraculous development
including its rich cultural heritage and economic achievements and by
sharing new findings with the world.

Keywords: South Korea, Confucianism, Monetary Crisis 1997, Korean Citizen,


East Asian Miracles.

1
Penulis adalah Mahasiswa pada Program Hubungan Internasional,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya.
Pendahuluan

Korea selatan memiliki tiga pilar kepercayaan yaitu Konfusianisme, Buddhisme,


Taoisme. 2 Konfusianisme adalah tradisi besar Cina yang yang berisi ajaran-ajaran
Konghucu selama lebih dari 2.500 tahun. Ajaran ini berasal dari cina dan menyebar ke
negara-negara di Asia timur, terutama ke Korea dan Jepang. Nilai-nilai kepercayaan ini
memberikan pengaruh positif terhadap cara Korea selatan menjalani pemerintahan
negaranya. Karena kepercayaan ini diterapkan Korea selatan sebagai nilai spiritual
mereka yang melatarbelakangi semangat serta aspek budaya, sosial dan politik yang
mereka miliki.3

Konfusianisme pertama kali tiba di Korea pada tahun 108 SM. Konfusianisme di
Korea dimulai sebagai sistem keyakinan dan nilai yang datang dari luar yang
bertentangan dengan cara hidup orang Korea. Oleh karena itu, proses Konfusianisasi
berlangsung secara berbeda dalam masyarakat Korea berbeda dengan apa yang terjadi di
China. Di Korea, penyebaran Konfusianisme di mulai dari perkumpulan kecil para
4
cendekiawan dan pejabat pemerintahan lalu meluas ke masyarakat umum. Melalui
beberapa era yang di dukung oleh pemerintah serta undang-undang sosial yang kuat,
Konfusianisme diterima sebagai satu-satunya ideologi yang sah sebagai tatanan moral
yang benar-benar beradab dan tertanam dalam lingkungan pribadi dan publik.

Seperti kita ketahui, nilai Konfusianisme bersifat universal dan memiliki


penerapan yang unik melalui budaya dan menjadi bobot tertentu dalam skala nasional.5
Inti dari doktrin Konghucu adalah tentang "belajar menjadi manusiawi", dan tujuan
utamanya adalah berjuang untuk menjadi manusia sejati yang melalui transformasi diri
(kesempurnaan diri). 6 Konghucu menyajikan komitmen sebagai pemersatu dalam
mempromosikan kedamaian, ketertiban, dan kemakmuran melalui transformasi individu.
Hal ini pada dasarnya berkaitan dengan makna utama kemanusiaan dan cara terbaik untuk
mempertahankan peran etis dan sosial kita. Selain itu, Konfusianisme mencakup beragam

2
Keum Jang Tae, Confucianism and Korean Thoughts (Seoul: Jimoondang, 2000), 34.
3
Daniel K. Gardner, Confucianism A Very Short Introduction (Oxford: Oxford Univ. Press, 2014), 24.
4
Ibid., 29.
5
Economist, “East Asian economies Six deadly sins” Economist.com, 15 maret, 1998,
http://www.economist.com/node/115047 (di akses pada 15 Desember, 2017).
6
Edward Y.J Chung, Korean Confucianism: Tradition and Modernity (Gyeonggi: Korean Studies Press,
2015), 24.
gagasan, nilai, dan praktik moral, sosial, filosofis dan ide kepercayaan.7 Hadirnya tradisi
ini memberikan pengaruh yang besar terhadap tata cara perilaku serta pemikiran
masyarakat di Asia.

Terdapat beberapa aspek Konfusianisme yang berkontribusi besar terhadap


pembentukan masyarakat Korea.8 Pertama, Konfusianisme menawarkan standar moral
yang menjunjung tinggi karakter moral individu, mempromosikan tatanan moral dalam
masyarakat dan mengatur hubungan moral antar negara. Kedua, Konfusianisme
menekankan pada pendidikan karena pendidikan di Korea berakar dari Konfusianisme
dan ide konghucu. Kedua hal ini yang mempengaruhi tujuan, metode dan kurikulum
pendidikan sekolah di Korea. Baik dalam pendidikan sekolah formal di sekolah maupun
pendidikan informal yang dilakukan di rumah, Konfusianisme memiliki peran dalam
membentuk karakter orang Korea. Ketiga, ritual Konfusianisme dalam pemujaan leluhur
menjadi bagian penting di kehidupan Korea. Upacara ini Biasanya di praktikkan saat
upacara pemakaman dan upacara ulang tahun kematian. Tradisi Konghucu juga
diterapkan dalam perilaku serta percakapan sehari-hari di Korea. Keempat, pandangan
Korea terhadap orang dan dunia sangat dipengaruhi oleh ajaran Konghucu. Di mana
orang Korea percaya bahwa setiap manusia memiliki bawaan kebaikan dalam pribadinya
dan mereka percaya Tuhan sebagai yang tertinggi. Keempat aspek ini menjadi kunci
utama masyarakat Korea dalam berperilaku sehari-harinya.

Ketiga hal ini membuktikan besarnya pengaruh Konfusianisme dalam


keberhasilan negara-negara di Asia di dukung oleh penerapan nilai-nilai Konfusianisme.
Di buktikan dengan sebagian besar negara Asia timur percaya pada nilai Konfusianisme.
Itu sebabnya meski punya banyak perbedaan, nilai inilah yang menyatukan mereka semua.
Kesuksesan yang di raih oleh Korea selatan tidak lepas dari adanya penerapan dari
Konfusianisme. Korea selatan merupakan negara yang memiliki pertumbuhan negara
serta sektor perekonomian yang sangat pesat. Hal ini menjadikan Korea selatan menjadi
salah satu negara di Asia yang memiliki perekonomian stabil lewat kekuatan
industrialisasi yang mereka miliki. Tetapi di balik kesuksesan pertumbuhan serta

7
Ronnie L Littlejohn, An Introduction: Confucianism (London: I.B Tauris, 2011), xix.
8
Keum Jang Tae, Confucianism and Korean Thoughts (Seoul: Jimoondang, 2000), 33.
perekonomian yang ada saat ini, Korea pernah mengalami krisis ekonomi yang sangat
menjatuhkan Korea.

Perjalanan perekonomian Korea tidak semulus seperti sekarang. Pada tahun 1970
sampai 1973 Korea sempat menghadapi berbagai masalah yang mengancam
pertumbuhan perekonomian yang sempat cukup impresif pada tahun-tahun sebelumnya.
Mulai dari pertumbuhan ekonomi di Korea yang melambat menyebabkan tabungan
domestik turun, lalu meningkatnya defisit transaksi berjalan, kenaikan inflasi,
pertumbuhan ekspor yang melambat, kenaikan pengeluaran modal tambahan, serta
kemerosotan distribusi pendapatan. 9 Tetapi kerugian yang didapatkan tidak seberapa
karena Korea masih bisa mempertahankan investasi eksternal ke Korea dengan
menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Begitu juga dengan permasalahan
ekonomi yang masih harus di hadapi Korea pada tahun 1979 seperti terjadinya kenaikan
harga minyak dunia yang telah membebani syarat perdagangan Korea, lalu munculnya
penurunan akan permintaan ekspor, dan tingginya suku bunga mendorong meningkatnya
biaya hutang bisa teratasi dengan Pemerintah mengakhiri rezim nilai tukar tetap,
mendevaluasi mata uang won sebesar 17 persen, dan memperkuat kebijakan moneter dan
fiskal yang kuat.10

Dinamika perekonomian Korea menemukan titik balik pada tahun 1997 di mana
Korea mengalami krisis moneter. Di awali dengan ‘Hanbo Iron & Steel’ yang bangkrut
akibat obligasi sebesar 5 trilliun 700 milliar won, di mana kebangkrutan perusahaan grup
Hanbo ini menjadi awal perguncangan perekonomian nasional Korea.11 Kebangkrutan
perusahaan ini menimbulkan efek domino, yang mana membawa berbagai perusahaan
besar menjadi bangkrut dan akibatnya cadangan devisa turun drastis dan bank juga
menghadapi krisis bangkrut. Hal ini membuat Korea kelingan para investor asing
asingnya sehingga harga saham jatuh dan nilai tukar mata uang won terhadap dollar
amerika jatuh. Terhitung semenjak krisis ini terjadi terdapat sebanyak 20ribu unit

9
Susan M. Collins dan Won Am Park, Developing Country Debt and The Wolrd Economy: Chapter
External Debt and Macroeconomic Performance in South Korea (Chicago: University of Chicago press,
1989) 123-127
10
World Bank, The East Asian Miracle: Economic Growth and Public Policy (Berlin: Oxford university,
1993) 34.
11
KBS, “Meloncat dengan Mengatasi Krisis Ekonomi,” KBS World, 22 september, 2015
http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_kpanorama_detail.htm?No=10045173 (di akses pada
16 desember, 2017)
perusahaan bangkrut, dan perusahaan yang mengatasi krisis memecat banyak pekerja
selama kurang lebih 1 juta 300 ribu orang kehilangan pekerjaan mereka.12 krisis moneter
ini menjadi sumber kesengsaraan Korea selatan, yang mana hal ini juga menjadi sumber
kesengsaraan negara-negara di Asia. Krisis moneter Korea juga memberikan efek domino
kepada negara-negara di Asia yang mana, menyebabkan krisis utang yang berdampak ke
aspek ekonomi di luar Asia Timur

Metode Budaya strategi

Budaya strategis adalah konsep yang datang dari cultural realism yang berisi
tentang kepercayaan bersama yang membentuk identitas kolektif suatu bangsa, nilai-nilai
yang mewarnai bagaimana sebuah negara menentukan kepentingannya, dan norma-
norma yang mempengaruhi pemahaman negara tentang cara-cara yang terbaik
untuknya.13 Budaya strategis terbentuk dari adanya kebercayaan yang diterapkan menjadi
budaya dan di implementasikan menjadi suatu strategi.

Terdapat pengertian lain akan budaya strategis menurut Iain Johnston, yaitu
budaya strategis adalah lingkungan ideasional yang membatasi pilihan dalam berperilaku,
lingkungan ini terdiri akan asumsi bersama dan peraturan keputusan yang
memberlakukan tingkat ketertiban pada konsep individu dan kelompok tentang hubungan
mereka dengan lingkungan sosial, organisasi atau politik. 14 Adanya pengertian yang
berbeda tapi sama akan budaya strategi ini menunjukkan bahwa latar belakang budaya
baik dari lingkungan maupun kepercayaan dapat mempengaruhi strategi suatu negara
dalam mengatasi sesuatu.
Dalam budaya strategi terdapat 3 indikator yang dapat membentuk budaya startegi
yaitu aspek Fisik, Politik, dan Sosio Budaya. Dalam aspek fisik dapat di lihat dari kondisi
geografis, cuaca, sumber daya dan kapasitas teknologi yang dimiliki. Dalam aspek politik,
budaya stategis dilihat dari pandangan sejarah dan sistem politik yang di anut. Dan dalam

12
KBS, “Meloncat dengan Mengatasi Krisis Ekonomi,” KBS World, 22 september, 2015
http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_kpanorama_detail.htm?No=10045173 (di akses pada
16 desember, 2017)
13
Ashley J. Tellis, Understanding Strategic Culture in the Asia-Pacific (Seattle: The National Berau of
Asian Research, 2016),5.
14
Alastair Iain Johnston, Thinking About Strategic Culture, Internationa Security (Volume 19, Number 4,
Spring 1995), 47.
sosial budaya dapat di lihat dari kepercayaan yang menjadi simbol negara serta teks kuno
yang dimiliki.15

Implementasi Konfusianisme Sebagai Budaya Strategis dalam Menghadapi Krisis


Moneter Di Korea

Korea Selatan memiliki cara yang cukup berbeda dengan negara-negara lain
dalam mengatasi permasalahan yang dimiliki. Korea Selatan mengatasi segala krisis yang
dan penderitaan yang mereka alami dengan cara yang bijak serta dengan menerapkan
pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki masyarakatnya. 16 Hal ini membuat dapat
mencapai keberhasilan yang luar biasa dalam perkembangan ekonominya. Keberhasilan
ini pun dapat tercapai karena Korea memiliki landasan dengan integrasi harmonis yang
dilakukan Korea selatan dengan berbagai karakteristik seperti budaya tradisional, struktur
sosial, dan penekanan pada pendidikan dan politik.17 Cara Korea selatan mengatasi segala
permasalahan yang di alami ialah dengan menerapkan nilai Konfusianisme yang tetap
tekun dan tak mudah menyerah dalam menghadapi sesuatu.

Kerjasama yang terjalin antar masyarakat di Korea juga memegang peran penting
dalam membangun kembali Korea Selatan sehingga dapat menjadi seperti sekarang.
Pertumbuhan ekonomi Korea selatan yang sangat menakjubkan ini menjadikan Korea
selatan sebagai salah satu negara dari keempat macan Asia yang juga menjadi aktor dalam
East Asian Miracles. East Asia Miracles adalah fenomena di mana Asia timur memiliki
catatan yang luar biasa dalam pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan secara berkelanjutan
yang.18 Di mana pertumbuhan ekonomi di Asia tumbuh lebih cepat daripada kawasan
Asia yang lainnya. Hal ini membuat kawasan Asia mulai terlihat di mata dunia. Di tambah
dengan kehadiran keempat macan Asia, Korea selatan, Hongkong, Taiwan, dan
Singapura yang menjadi kekuatan perekonomian Asia lewat kekuatan industri yang

15
Teori kepentingan nasional Yan Xue Tang’s sebagai strategi china mendekati MENA, dari slide
presentasi mata kuliah studi kawasan timur tengah oleh pak yusli hari kamis pagi.
16
Edward Y.J Chung, Korean Confucianism: Tradition and Modernity (Gyeonggi: Korean Studies Press,
2015), foreword.
17
Ibid.
18
World Bank, The East Asian Miracle: Economic Growth and Public Policy (Berlin: Oxford university,
1993) I.
mereka miliki. Melalui sektor industrialisasi, Korea selatan mendapatkan kejayaan serta
kekayaan yang melimpah karenanya.

Dalam Konfusianisme terdapat 3 prinsip yang ditekankan secara merata di Asia


timur, yaitu keluarga, negara dan sistem pendidikan. 19 Pertama, keluarga menempati
tempat khusus dalam Konfusianisme (Slote and De Vos, 1998), keluarga dianggap
sebagai dasar dalam kehidupan sosial. Hal ini dapat terlihat pada lima hal dasar hubungan
antar manusia yang dihormati dalam Konfusianisme, yaitu hubungan antara pemimpin
dengan masyarakat, hubungan antara ayah dan anak, hubungan antara suami dan istri,
dan hubungan antara saudara dan hubungan antara teman. 20 Terdapat 3 hal yang
menyangkut anggota keluarga dalam kelima hal dasar tersebut yang menunjukkan bahwa
hubungan dengan keluarga merupakan komponen penting dalam menjadi individu yang
baik. Keluarga juga dipandang sebagai tempat di mana semua manusia belajar hidup
dengan baik dan patuh. Karena di dalam keluarga manusia mengamati tata cara perilaku
yang benar melalui interaksi dengan tetua, atasan, bawahan, dan rekan atau teman sebaya.

Dalam Konfusianisme tata cara perilaku di dalam keluarga di pandu oleh


serangkaian norma hierarki yang ketat berdasarkan usia dan gender. 21 Anak-anak
diharapkan untuk menghormati dan mematuhi orang tua mereka setiap saat, tetap setia
kepada orang tua. Warga negara juga diajarkan untuk merawat orang tua mereka yang
sudah berumur, sifat sosiologis yang muncul akibatnya menghasilkan hubungan antar
generasi tidak terputus dan hal ini sangat terlihat nyata di kawasan Asia. Di mana Orang
dewasa di Asia Timur sangat menyadari akan pengabdian terhadap orang tua dan lanjutan
enggan membiarkan orang tua mereka memasuki panti jompo, yang menurut mereka
sama dengan ditinggalkan. Dalam Aspek budaya Konghucu ini, yang dikenal sebagai
bakti atau kesolehan. (Bell, 1996). Selain itu, dalam Konfusianisme identitas seseorang
dipandang sebagai hasil dari hubungan individu dengan keluarga dan tingkah laku
seseorang mencerminkan pada setiap orang bagimana seorang individu dengan keluarga
mana ia terhubung.

19
Doh Chull Shin, Confucianism and Democratization in East Asia (California: Cambridge University
Press, 2012), 40
20
Ibid., 41.
21
Ibid.
Kedua adalah negara, dalam Konfusianisme terdapat doktrin yang menyatakan
bahwa pemerintah harus secara aktif mempromosikan kesejahteraan ekonomi rakyat yang
telah menyediakan “great symbolic resource” untuk pembentukan negara-negara
berkembang di Asia Timur (Tu 2000, 203). Doktrin ini berguna dalam membantu negara-
negara berkembang di kawasan Asia dengan menekankan badan perencanaan ekonomi
mereka yang sangat terpusat. Di mana adanya pemberian wewenang kepada para elite
dan pakar ekonomi diberi banyak kekuasaan dan berpengaruh dalam melakukan
intervensi secara ekstensif dalam pembangunan ekonomi nasional.22 Meskipun intervensi
pemerintah yang ekstensif semacam itu mungkin tampak berbahaya bagi para pemimpin
Barat dan perusahaan swasta, para pemimpin Asia Timur secara konsisten menikmati
dukungan publik yang luas atas tindakan mereka karena pemerintahan yang kuat dengan
otoritas moral diakui sebagai berkah. (Tu I996a, 26). Masyarakat Asia timur memiliki
sikap yang jauh lebih terbuka dan cenderung tidak melihat kehidupan pribadi mereka
berbeda dari peran mereka di masyarakat. Mereka tidak memiliki ketakutan akan
pemimpin yang kuat, dan mereka jarang menanamkan pemikiran Barat atau setuju
dengan dorongan untuk membatasi pemerintah. Di mana hal ini berarti masyarakat di
Asia percaya dengan pemerintahnya dan tidak menaruh prasangka buruk dibaliknya. Ini
mungkin juga menjelaskan mengapa warga negara di negara-negara seperti Singapura
sangat bersedia mentolerir pelanggaran privasi mereka. Tradisi Konghucu
(Konfusianisme) memandang tindakan pemerintah semacam itu tidak begitu invasif tapi
juga bermanfaat dan penting bagi keamanan negara. Dengan demikian orang Asia Timur
cenderung memberi lebih banyak kekuasaan kepada otoritas pemerintah. Hal ini terjadi
karena dalam Konfusianisme, pemerintah ada untuk kesejahteraan rakyat dan adanya rasa
menghormati otoritas yang ada.

Ketiga adalah edukasi, di mana menghormati pendidikan dan mempelajari sesuatu


hal baik menjadi karakteristik dari Konfusianisme. 23 Konfusianisme menekankan
pentingnya mendidik seseorang dan menolak adanya kategorisasi akan baik buruknya
manusia, cerdas atau bodohnya seseorang untuk tujuan pendidikan. Semua manusia

22
Doh Chull Shin, Confucianism and Democratization in East Asia (California: Cambridge University
Press, 2012), 41
23
Doh Chull Shin, Confucianism and Democratization in East Asia (California: Cambridge University
Press, 2012), 41
berhak mendapatkan edukasi dengan tujuan dapat menjadikan masa depan lebih cerah.
Selain itu, dalam Konfusianisme Kerja keras atau usaha terus menerus jauh lebih penting
daripada kemampuan bawaan untuk belajar. Penekanan akan hal ini membentuk karakter
masyarakat Asia dalam berusaha keras dalam menempuh pendidikan.

Kesuksesan yang didapatkan Korea tidak lepas dari Konfusianisme di mana


Konfusianisme menjadi budaya strategis dalam menghadapi krisis moneter di Korea.
Konfusianisme menjadi budaya strategis dapat di lihat di indikator sosial budaya di mana
adanya kepercayaan yang menjadi simbol negara dalam budayanya. Konfusianisme telah
menjadi bahasa budaya Korea yang mengatur kebiasaan dan kesadaran orang Korea. Oleh
karena itu, untuk menghadapi krisis moneter di Korea kita dapat menerapkan
Konfusianisme. Dalam ajaran Konfusianisme terdapat ajaran di mana masyarakat
percaya sepenuhnya dengan pemerintah demi tujuan bersama yang baik. Pemerintah
Korea membawa nilai Konfusianisme yang sudah tertanam di masyarakat sebagai budaya
strategis demi menyelamatkan Korea dari keterpurukan. Pemerintah Korea menekankan
nilai Konfusianisme sebagai budaya strategis, terlihat pada saat pemerintah Korea
meminta bantuan masyarakatnya menggalang kampanye untuk mencari dana dan
meminjamkan harta yang mereka miliki untuk membangun kembali Korea selatan dari
krisis yang dialami saat itu. 24 Masyarakat Korea Selatan pun mulai melakukan kampanye
untuk membayar utang luar negeri dengan mengumpulkan emas dari masyarakatnya.
Kampanye tersebut diikuti 3 juta 500 ribu orang penduduk Korea. Hasil Emas yang
dikumpulkan melalui kampanye itu juga menjadi kunci kebebasan Korea selatan dari
krisis nasional.

Melihat hal ini, strategi yang ditekankan oleh pemerintah Korea inipun berhasil,
karena masyarakat menyerahkan segala yang mereka punya demi satu kesatuan
kepentingan bersama. Yang mana semua penduduk Korea selatan merasakan penderitaan
yang sama dan dalam mengatasi itu mereka bekerja sama dengan tulus dan
mempercayakan segalanya kepada pemerintah. Korea selatan dapat menjadi negara yang
sangat maju seperti sekarang juga karena adanya nilai Konfusianisme yang masih

24
KBS, “Meloncat dengan Mengatasi Krisis Ekonomi,” KBS World, 22 september, 2015
http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_kpanorama_detail.htm?No=10045173 (di akses pada
16 desember, 2017)
diterapkan hingga sekarang. Nilai Konfusianisme membuat masyarakat tidak pernah
melupakan sejarah dan membuat mereka mencintai negara mereka sepenuh hati.

Kesimpulan

Korea selatan memiliki tiga pilar kepercayaan, Tao, Konfusianisme dan Budha.
Konfusianisme menjadi pilar yang paling di agungkan di Korea. Penerapan ajaran
Konfusianisme berfokus pada keluarga, negara dan pendidikan. Ketiga hal ini yang
membuat Korea selatan beserta negara-negara di Asia timur berjaya menjadi aktor dalam
East Asia Miracles. Konfusianisme dapat di jadikan sebagai budaya strategis dalam
mengatasi suatu permasalahan. Di mana lahir kembalinya Korea selatan dari krisis
moneter juga karena berhasilnya budaya strategis dalam bekerja sama antar pemerintahan
dan masyarakat Korea saat itu.Bahkan, munculnya krisis moneter di Korea selatan tahun
1997 tidak mematahkan kebanggaan masyarakat Korea terhadap pemerintahan Korea
saat itu. Penduduk Korea memiliki rasa kebaktian terhadap pemerintah Korea yang
membuat mereka mau membantu apapun demi kepentingan negara dan bersama.
Penerapan nilai dan ajaran Konfusianisme sampai saat ini masih tertanam dalam jiwa
masyarakat Korea. Walaupun tradisi konghucu telah memberi jalan akan datangnya
sivilisasi barat ke Korea. Potensi akan pengaruh Konfusianisme harus tetap kuat
meskipun peran sosialnya telah berangsur-angsur memburuk di zaman modern. Oleh
karena itu, dampak terus menerus dari Konfusianisme ini pada masa depan Korea
nantinya seharusnya tidak luput dari perhatian.
DAFTAR PUSTAKA

Buku, Jurnal, Dokumen Resmi

Chung, Edward Y.J. Korean Confucianism: Tradition and Modernity. Gyeonggi: Korean
Studies Press, 2015.

Collins, Susan M. dan Won Am Park. Developing Country Debt and The Wolrd Economy:
Chapter External Debt and Macroeconomic Performance in South Korea. Chicago:
University of Chicago press, 1989.

Gardner, Daniel K. Confucianism A Very Short Introduction. Oxford: Oxford Univ. Press,
2014.

Jang Tae, Geum. Confucianism and Korean Thoughts. Seoul: Jimoondang, 2000

Johnston, Alastair Iain. “Thinking About Strategic Culture, Internationa Security” Volume
19, Number 4, Spring 1995): 33-64.

Littlejohn, Ronnie L. An Introduction: Confucianism. London: I.B Tauris, 2011.

Shin, Doh Chull. Confucianism and Democratization in East Asia. California: Cambridge
University Press, 2012.

Tellis, Ashley J. Understanding Strategic Culture in the Asia-Pacific. Seattle: The


National Berau of Asian Research, 2016

Teori kepentingan nasional Yan Xue Tang’s sebagai strategi china mendekati MENA, dari
slide presentasi mata kuliah studi kawasan timur tengah oleh pak yusli hari kamis pagi.

World Bank. The East Asian Miracle: Economic Growth and Public Policy. Berlin: Oxford
university, 1993.
Situs Online

Economist. “East Asian economies Six deadly sins.” Economist.com.15 maret, 1998.
http://www.economist.com/node/115047 (di akses pada 15 Desember, 2017).

KBS. “Meloncat dengan Mengatasi Krisis Ekonomi.” KBS World. 22 september, 2015.
http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_kpanorama_detail.htm?No=100451
73 (di akses pada 16 desember, 2017).

You might also like