Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

https://sportnz.org.

nz/assets/Uploads/attachments/managing-sport/officials-and-volunteers/Conflict-
and-your-brain.pdf
An amygdala hijack is a person's emotional response that is immediate, overwhelming, and out of
measure with the actual stimulus because it has triggered a much more significant emotional
threat.[1] The term was coined by Daniel Goleman in his 1996 book Emotional Intelligence: Why It
Can Matter More Than IQ.

Definition[edit]
The output of sense organs is first received by the thalamus. Part of the thalamus' stimuli goes
directly to the amygdala or "emotional/irrational brain", while other parts are sent to the neocortex or
"thinking/rational brain". If the amygdala perceives a match to the stimulus, i.e., if the record of
experiences in the hippocampus tells the amygdala that it is a fight, flight or freeze situation, then the
amygdala triggers the HPA (hypothalmic-pituitary-adrenal) axis and hijacks the rational brain. This
emotional brain activity processes information milliseconds earlier than the rational brain, so in case
of a match, the amygdala acts before any possible direction from the neocortex can be received. If,
however, the amygdala does not find any match to the stimulus received with its recorded
threatening situations, then it acts according to the directions received from the neocortex. When the
amygdala perceives a threat, it can lead that person to react irrationally and destructively.[3]
Goleman states that emotions "make us pay attention right now—this is urgent—and gives us an
immediate action plan without having to think twice. The emotional component evolved very early:
Do I eat it, or does it eat me?" The emotional response "can take over the rest of the brain in a
millisecond if threatened."[4][5] An amygdala hijack exhibits three signs: strong emotional reaction,
sudden onset, and post-episode realization if the reaction was inappropriate.[4]
Goleman later emphasized that "self-control is crucial...when facing someone who is in the throes of
an amygdala hijack"[6] so as to avoid a complementary hijacking—whether in work situations, or in
private life. Thus for example 'one key marital competence is for partners to learn to soothe their own
distressed feelings...nothing gets resolved positively when husband or wife is in the midst of an
emotional hijacking.'[7] The danger is that "when our partner becomes, in effect, our enemy, we are in
the grip of an 'amygdala hijack' in which our emotional memory, lodged in the limbic center of our
brain, rules our reactions without the benefit of logic or reason...which causes our bodies to go into a
'fight or flight' response."[8]

Positive hijacks[edit]
Goleman points out that "'not all limbic hijackings are distressing. When a joke strikes someone as
so uproarious that their laughter is almost explosive, that, too, is a limbic response. It is at work also
in moments of intense joy."[9]
He also cites the case of a man strolling by a canal when he saw a girl staring petrified at the water.
"[B]efore he knew quite why, he had jumped into the water—in his coat and tie. Only once he was in
the water did he realize that the girl was staring in shock at a toddler who had fallen in—whom he
was able to rescue."[10]

https://en.wikipedia.org/wiki/Amygdala_hijack
Pembajakan Amigdala
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Pembajakan Amygdala—ketakutan yang disebabkan oleh stimulus optik

Pembajakan Amigdala adalah istilah yang diciptakan oleh Daniel Goleman dalam buku yang
diterbitkannya pada tahun 1996, Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than
IQ (kecerdasan emosional: mengapa dapat lebih berarti daripada IQ)[1] yang berdasar pada
karya Joseph E. LeDoux. Goleman menggunakan istilah tersebut untuk mendeskripsikan respon
emosional orang-orang yang bereaksi secara seketika dan di luar ukuran kewajaran terhadap
stimulus yang sebenarnya, karena hal tersebut lebih jauh, telah memicu ancaman emosional secara
signifikan.[2]

Daftar isi

 1Definisi
 2Pembajakan yang positif
 3Pembelajaran kembali
 4Lihat juga
 5Referensi

Definisi[sunting | sunting sumber]


Sebagian dari stimulus talamus langsung dikirim ke amigdala, sementara stimulus lainnya dikirim
ke neokorteks atau "bagian otak berpikir". Bila amigdala merasakan adanya stimulus yang cocok,
misalnya, pengalaman yang terekam di dalam hipokampus memberitahu amigdala bahwa stimulus
tersebut merupakan situasi yang memerlukan reaksi fisiologis pertahanan diri dari ancaman bahaya,
maka amigdala memicu HPA (hypothalmic-hipofisis-adrenal) aksis dan membajak otak rasional.
Aktivitas emosional otak ini memproses informasi beberapa milidetik lebih awal dibandingkan otak
rasional, sehingga dalam kasus dimana terdapat kecocokan, amigdala bertindak sebelum mendapat
arahan apapun dari neokorteks. Namun apabila amigdala tidak menemukan kecocokan di antara
stimulus yang diterima dengan rekaman mengenai situasi yang mengancam, maka tindakan yang
berlaku ialah yang berdasar pada arahan dari neokorteks. Saat amigdala merasakan ancaman,
seseorang dapat melakukan hal yang tidak masuk akal/irasional serta dapat pula melakukan
perusakan.[3]
Goleman menyatakan bahwa emosi membuat manusia mencurahkan semua perhatiannya sebab
hal tersebut bersifat mendesak, kemudian memberikan rencana tindakan yang akan dilakukan
dengan seketika tanpa berpikir dua kali. Komponen emosi yang muncul paling awal yakni apakah
hal tersebut memangsa dirinya atau sebaliknya, dirinya yang menjadi pemangsa hal tersebut.
Respon emosional yang muncul dapat mengambil alih seluruh kerja otak dalam ukuran milidetik bila
seseorang merasa terancam.[4][5] Pembajakan amigdala menunjukkan tiga tanda: reaksi emosional
yang kuat, muncul secara tiba-tiba, dan realisasi setelah berlakunya suatu tindakan, bila tindakan
yang diambil tersebut dirasa tidak pantas.
Goleman kemudian menekankan bahwa pengendalian diri merupakan hal yang sangat penting...
saat menghadapi seseorang yang berada dalam pergolakan pembajakan amigdala,[6] untuk
menghindari pelengkap dari tindakan yang timbul akibat pembajakan amigdala, baik dalam situasi
kerja, maupun dalam kehidupan pribadi. Sehingga, sebagai contoh, salah satu kompetensi kunci
dalam pernikahan ialah untuk setiap pasangan belajar menenangkan diri sendiri dari perasaan
tertekan... tidak ada hal yang akan terselesaikan secara positif bila suami atau istri berada di
tengah-tengah pembajakan emosi.[7] Bahaya yang paling besar yang dapat terjadi ialah ketika
pasangan menjadi musuh, ketika seseorang berada dalam cengkeraman pembajakan amigdala,
yaitu pada saat memori emosional yang bersarang di limbik pusat otak, memerintah reaksi dan
tindakan yang diambil tanpa menggunakan logika atau alasan yang rasional... sehingga
menyebabkan tubuh merespon dengan cara memerangi atau melarikan diri (fight or flight
response).[8]

Pembajakan yang positif[sunting | sunting sumber]


Goleman mengemukakan bahwa tidak semua pembajakan limbik menyusahkan. Ketika sebuah
lelucon sangat mengena pada diri seseorang hingga membuat tawa mereka hampir meledak, hal itu
juga merupakan respon limbik. Dengan demikian, pembajakan emosi berlangsung pula dalam
momen sukacita yang intens.[9]
Ia juga mengutip kasus seorang pria yang sedang berjalan di sebuah kanal/terusan ketika ia melihat
seorang wanita yang menatap membatu ke arah permukaan air. Sebelum pria itu mengetahui
mengapa wanita tersebut seperti itu, pria tersebut telah melompat ke dalam air-dengan jas dan
dasinya. Saat pria tersebut sudah berada di dalam air baru kemudian ia menyadari bahwa wanita itu
menatap terkejut pada anak balita yang jatuh ke dalam air, yang mampu ditolongnya.[10]

Pembelajaran kembali[sunting | sunting sumber]


LeDoux mempunyai pandangan positif tentang kemungkinan belajar untuk mengontrol faktor pemicu
amigdala dalam ledakan emosi. Sekali sistem emosional mempelajari sesuatu, pelajaran tersebut
tidak akan pernah hilang. Apa yang terjadi pada saat melakukan terapi ialah terapi tersebut
mengajarkan bagaimana mengendalikan sistem emosional—mengajarkan neokorteks cara
menghambat amigdala. Kecenderungan untuk segera bertindak itu ditekan, sementara emosi dasar
tetap dalam keadaan tenang

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembajakan_Amigdala
CARA MEMESAN

Sumber daya
Dropdown Navigasi Seluler Pilih Bagian Pemeriksa DNI Pusat Sumber Daya Program Terapi Formulir Klinik Untuk Siswa Formulir
berlangganan blog Formulir Penjual Terbaik Katalog Penjual Terbaik Formulir Penjual Terbaik (1) Blog Integratif

SUMBU HPA
10/31/2016 // Lise Alschuler, ND
BAGIKAN

Sumbu hipotalamus hipofisis adrenal (HPA) adalah sistem respons stres pusat kami. Sumbu HPA adalah jalinan dinamis dan fasih dari
sistem saraf pusat dan sistem endokrin.
Sistem ini bekerja dengan cara yang cukup mudah. Sumbu HPA
bertanggung jawab atas komponen adaptasi neuroendokrin
dari respons stres. Respon ini ditandai dengan pelepasan
hipotalamus dari faktor pelepas kortikotropin (CRF). CRF juga
dikenal sebagai CRH atau hormon pelepas kortikotropin. Ketika
CRF berikatan dengan reseptor CRF pada kelenjar hipofisis
anterior, hormon adrenokortikotropik ( ACTH )
dilepaskan.ACTH mengikat reseptor pada korteks adrenal dan
merangsang pelepasan kortisol adrenal . Menanggapi stresor,
kortisol akan dilepaskan selama beberapa jam setelah
mengalami stresor. Pada konsentrasi kortisol darah tertentu
perlindungan ini seolah-olah tercapai dan kortisol memberikan
umpan balik negatif terhadap pelepasan CRF hipotalamus dan
pelepasan hipofisis ACTH (umpan balik negatif). Pada titik ini,
homeostasis sistemik kembali.

Dengan paparan berulang terhadap stresor, organisme terbiasa


dengan stresor dengan aktivasi sumbu HPA berulang dan
berkelanjutan. Karena itu, penting untuk mendukung kadar
kortisol yang sehat untuk memastikan kelenjar hipotalamus dan
hipofisis mempertahankan tingkat sensitivitas yang sesuai
terhadap umpan balik negatif kortisol. Sekresi bahan kimia
alarm seperti epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal,
serta aktivasi aksis HPA bertahan bersama dengan sekresi CRF,
ACTH, dan kortisol. Menariknya, dengan bertambahnya usia,
hipotalamus dan hipofisis kurang sensitif terhadap umpan balik
negatif dari kortisol dan baik tingkat ACTH maupun kortisol
meningkat seiring bertambahnya usia. 1 Wanita yang lebih tua
mengeluarkan lebih banyak kortisol sebagai respons terhadap
stres daripada pria yang lebih tua. Namun wanita muda
menghasilkan tingkat kortisol yang lebih rendah sebagai
respons terhadap stres daripada pria muda.

Dalam kondisi paparan normal terhadap kortisol , jaringan kami


hanya mengalami kilasan singkat katekolamin dan kortisol
alarm. Ketika kita mengatasi berbagai konsekuensi kesehatan
dari stres, sangat penting untuk juga mengatasi poros respons
itu sendiri. Mengembalikan homeostasis ke poros HPA adalah
tujuan utama perawatan integratif.

https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&nv=1&prev=search&rurl=translat
e.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://www.integrativepro.com/Resources/Integrative-
Blog/2016/The-HPA-
Axis&xid=17259,15700021,15700043,15700186,15700190,15700256,15700259,15700262,15700265,15
700271,15700283&usg=ALkJrhitU0MGTHR6avbBcCx_UuWgJK_v4A

You might also like