Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

VOLUME 6 NOMOR 1 JUNI 2019 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

METODE EKSTRAKSI DNA TANAMAN TANPA PRESIPITASI ETANOL


UNTUK KEGIATAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
A Simplified Plant DNA Extraction Protocol without Ethanol Precipitation for
Polymerase Chain Reaction (PCR) Activities
Kristianto Nugroho*, Rerenstradika Tizar Terryana, Reflinur, Puji Lestari
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Jalan Tentara Pelajar 3A, Cimanggu, Bogor 16111
*Email: nugrohoxkristianto@gmail.com

ABSTRACT
Molecular-based research in agriculture includes DNA extraction stage involving DNA
precipitation using ethanol or isopropanol which tends to take a long time. The purpose of this
study was to obtain a plant DNA extraction method for Polymerase Chain Reaction (PCR)
activities without going through the ethanol precipitation stage. Five important agricultural
commodity crops, namely rice, corn, soybeans, chilies, and shallots were extracted by DNA
using the modified Doyle and Doyle method. After the extraction phase using chloroform and
isoamil alcohol solvents, the supernatant obtained was not precipitated using ethanol but was
directly diluted and used as a template in PCR activities using two pairs of Simple Sequence
Repeat (SSR) markers. The results showed that all samples could be well amplified, and
amplicon tape visualized in both 1% agarose gel and 6% polyacrylamide gel were clearly
visible. This method could save time and material, and reduce the dependence on liquid
nitrogen. But this method is still limited to PCR requirements only, and cannot be used for
activities that require high quality and quantity of DNA such as Next Generation Sequencing
(NGS), digestion, and hybridization.

Keywords: DNA extraction, ethanol precipitation, liquid nitrogen, PCR, SSR,

ABSTRAK
Penelitian berbasis molekuler pada bidang pertanian mencakup tahapan ekstraksi DNA yang
melibatkan presipitasi DNA menggunakan etanol atau isopropanol yang cenderung memakan
waktu lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh metode ekstraksi DNA tanaman
untuk kegiatan Polymerase Chain Reaction (PCR) tanpa melalui tahapan presipitasi etanol.
Lima tanaman komoditas pertanian penting yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, dan bawang
merah diekstraksi DNA-nya menggunakan metode Doyle and Doyle yang dimodifikasi. Setelah
tahap ekstraksi menggunakan pelarut kloroform dan isoamil alkohol, supernatan yang terbentuk
tidak dipresipistasi menggunakan etanol melainkan langsung diencerkan dan digunakan
sebagai template dalam kegiatan PCR menggunakan dua pasang marka Simple Sequence
Repeat (SSR). Hasil menunjukkan bahwa seluruh sampel dapat teramplifikasi dengan baik serta
pita hasil amplikon yang tervisualisasi baik pada gel agarosa 1% maupun gel poliakrilamid 6%
terlihat jelas. Metode ini dapat menghemat waktu dan bahan serta mengurangi ketergantungan
pemakaian nitrogen cair. Tetapi metode ini masih terbatas hanya untuk kebutuhan PCR saja
dan tidak dapat digunakan untuk kegiatan yang membutuhkan DNA dengan kualitas serta
kuantitas tinggi seperti Next Generation Sequencing (NGS), digesti, maupun hibridisasi.

Kata Kunci: ekstraksi DNA, nitrogen cair, PCR, presipitasi etanol, SSR

Received: 23 September 2018 Accepted: 03 May 2019 Published: 20 June 2019

29
Metode Ekstraksi DNA Tanaman Tanpa Presipitasi Etanol.... Nugroho et al.

PENDAHULUAN (2011) kehadiran sejumlah kontaminan


seperti polisakarida dan senyawa metabolit
Dunia pertanian saat ini dihadapkan sekunder akan menghambat kerja enzim
pada tuntutan untuk mampu menghasilkan polymerase pada kegiatan PCR. Oleh karena
varietas unggul yang tidak hanya berproduksi itu proses penghilangan senyawa
tinggi namun tahan terhadap cekaman abiotik kontaminan tersebut mutlak diperlukan dalam
seperti cuaca ekstrem maupun cekaman suatu metode ekstraksi DNA.
biotik seperti serangan hama dan penyakit. Secara umum, ekstraksi DNA memiliki
Kegiatan pemuliaan tanaman dalam rangka beberapa tahapan yaitu: 1) tahap
menghasilkan varietas unggul baru banyak penghancuran jaringan tanaman
dilakukan baik melalui persilangan buatan, menggunakan nitrogen cair atau bufer
introduksi, pemurnian varietas lokal, maupun ekstraksi, 2) tahap eliminasi senyawa
mutasi (Asadi 2014). Keberhasilan suatu kontaminan menggunakan pelarut organik
program pemuliaan sangat bergantung pada seperti fenol, kloroform, dan isoamil alkohol,
ketersediaan sumber daya genetik (SDG) serta 3) tahap presipitasi DNA menggunakan
yang dimiliki. Informasi mengenai karakter- etanol atau isopropanol. Tahapan tersebut
karakter bernilai ekonomi dari SDG yang cenderung memakan waktu khususnya pada
dimiliki dapat membantu program pemuliaan saat inkubasi sampel selama tahap
menjadi lebih terarah (Tasma 2015). presipitasi. Saat ini sudah banyak kit
Selama ini karakterisasi SDG lebih ekstraksi DNA komersial yang beredar di
banyak dilakukan secara morfologi, namun pasaran, akan tetapi menurut perhitungan
cara ini memiliki kelemahan sangat biaya ekstraksi per sampel menjadi lebih
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Nuraida mahal (Ahmed et al. 2009). Oleh karena itu
2012). Sebaliknya karakterisasi dengan perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh
memanfaatkan marka molekuler bersifat lebih metode ekstraksi DNA yang relatif cepat dan
akurat hingga level genom serta lebih efisien biaya yang terjangkau. Penelitian ini
dalam membedakan SDG yang berkerabat bertujuan untuk memperoleh metode
dekat (Tasma et al. 2015). Menurut Furqoni ekstraksi DNA tanaman yang dapat
et al. (2017), teknik Polymerase Chain digunakan untuk kegiatan PCR tanpa melalui
Reaction banyak diaplikasikan dalam tahapan presipitasi etanol.
kegiatan karakterisasi molekuler karena
teknik ini mampu menggandakan segmen BAHAN DAN METODE
DNA tertentu hingga jutaan kopi dalam waktu
beberapa jam. Amplified Fragment Length Waktu dan lokasi penelitian
Polymorphism (AFLP), Random Amplified Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
Polymorphic DNA (RAPD), Simple Sequence pada bulan Juli hingga September 2018 di
Repeat (SSR), dan Single Nucleotide Laboratorium Biologi Molekuler Balai Besar
Polymorphism (SNP) merupakan marka- Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
marka molekuler yang aplikasinya berbasis dan Sumber Daya Genetik Pertanian.
pada teknik PCR. SSR merupakan salah satu
marka molekuler yang hingga saat ini banyak Materi genetik
dimanfaatkan dalam kegiatan karakterisasi Sebanyak lima komoditas tanaman
karena aplikasinya yang mudah, bersifat pertanian penting digunakan pada penelitian
kodominan, serta tingkat polimorfisme tinggi ini yang terdiri atas padi (Oryza sativa L.),
(Ebrahimi et al. 2010). jagung (Zea mays L.), kedelai (Glycine max
Ekstraksi DNA merupakan kegiatan (L.) Merr.), cabai (Capsicum annuum L.), dan
rutin yang dilakukan dalam penelitian bawang merah (Allium cepa var ascalonium
berbasis molekuler (Pharmawati 2009; Ethica L. (Back)). Setiap komoditas terdiri atas lima
et al. 2013). Prinsip dasar ekstraksi DNA ialah varietas seperti tercantum pada Tabel 1.
bagaimana menghancurkan jaringan Benih tanaman dari masing-masing varietas
tanaman dan memperoleh DNA murni yang ditanam di rumah kaca menggunakan media
tidak terkontaminasi oleh komponen sel campuran tanah dan sekam dengan
seperti protein dan karbohidrat, tanpa perbandingan 1:1, kecuali bawang merah
menyebabkan kerusakan pada DNA tersebut yang DNAnya diekstraksi langsung dari
(Murtiyaningsih 2017). Menurut Amani et al. umbinya (Gambar 1). Selanjutnya daun yang

30
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

Tabel 1. Daftar varietas tanaman yang digunakan pada masih muda dari tanaman berumur satu
penelitian ini bulan dipanen lalu disimpan pada suhu
−20°C hingga siap digunakan pada penelitian
No. Tanaman Varietas dan kode
ini. Menurut Subpayakom et al. (2016), daun
1. Padi Code (P1)
yang masih muda memiliki kandungan
Ciherang (P2)
senyawa polisakarida, polifenol, serta
Way Apoburu (P3)
metabolit sekunder yang lebih sedikit
IR64 (P4) sehingga lebih memudahkan dalam kegiatan
Situ Bagendit (P5) ekstraksi dibanding daun yang sudah
2. Jagung Arjuna (J1) dewasa.
Gumirang (J2)
Sadewa (J3) Bufer ekstraksi
Sukmaraga (J4) Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan
Srikandi Kuning (J5) metode Doyle and Doyle (1990) yang
3. Kedelai Anjasmoro (K1) dimodifikasi. Modifikasi dilakukan melalui
Cikuray (K2) penambahan 2% (w/v) PVP
Grobogan (K3) (polyvinylpyrrolidone), 0,4% (w/v) natrium
Bromo (K4) disulfit, 1% (w/v) asam askorbat, dan B-
Sindoro (K5) merkaptoetanol sebanyak 2 µL per sampel.
4. Cabai Kencana (C1) Bahan-bahan untuk pembuatan bufer
Tanjung-2 (C2) ekstraksi terdiri atas 1,4 M NaCl, 100 mM
Lembang-1 (C3) Tris-HCl pH 8,0, 20 mM EDTA pH 8,0, dan
Lingga (C4) 2% (w/v) CTAB (cetyltrimethyl ammonium
Ciko (C5) bromide). Bahan-bahan seperti PVP, natrium
5. Bawang merah Sembrani (B1)
disulfit, dan asam askorbat baru ditambahkan
pada bufer ekstraksi sesaat sebelum
Kuning (B2)
kegiatan ekstraksi DNA dilakukan dengan
Mentes (B3)
cara dicampurkan pada bufer lalu distirer
Bima (B4)
pada pemanas bersuhu 60°C hingga larut.
Bali Karet (B5)
Setelah itu bufer ekstraksi didinginkan
terlebih dahulu pada suhu ruang sebelum
digunakan. Sementara itu penambahan
seyawa β-merkaptoetanol dilakukan di dalam
lemari asam karena baunya yang menyengat
serta sifatnya yang toksik.

Metode ekstraksi dengan presipitasi


Sebanyak 0,5 g potongan daun atau
umbi digerus pada cawan porselen
menggunakan 500 µL bufer ekstraksi, tanpa
nitrogen cair. Hasil penggerusan kemudian
dimasukkan dalam tabung mikro 2 mL, diikuti
dengan penambahan kembali bufer ekstraksi
hingga volumenya mencapai 1 mL.
Selanjutnya dilakukan penambahan senyawa
β-merkaptoetanol sebanyak 2 µL per sampel
diikuti vortex selama 10 detik hingga sampel
homogen. Selanjutnya sampel diinkubasi
pada suhu 65°C selama 15 menit. Sampel
dihomogenkan dengan cara membolak-balik
tabung mikro setiap 5 menit. Selanjutnya
sebanyak 800 µL larutan kloroform : isoamil
alkohol (24:1) ditambahkan pada masing-
Gambar 1. Keragaan tanaman jagung yang digunakan masing sampel, diikuti dengan vortex selama
pada penelitian ini 15 detik. Sampel kemudian disentrifugasi

31
Metode Ekstraksi DNA Tanaman Tanpa Presipitasi Etanol.... Nugroho et al.

Tabel 2. Daftar marka SSR yang digunakan pada penelitian ini

No. Tanaman Marka Sikuen (5’-3’) Referensi

F: AGTCCCATGTTCCACTTCCG
RM60 Chen et al. (1997)
R: ATGGCTACTGCCTGTACTAC
1. Padi
F:AAGATGTACGGGTGGCATTC
RM474 Kumar and Bhagwat (2012)
R:TATGAGCTGGTGAGCAATGG
F: AGAGAATCCCCAAGCAAACAAAC
umc1069 Andorf et al. (2015)
R: CTTCATCGGAGCCATGGTGT
2. Jagung
F: CAGACCTTCGAGGGCAAGAACT
umc1630 Andorf et al. (2015)
R: AGTTTTGGCTTCTTCTCCCAAGTC
F: CCAACTTGAAATTACTAGAGAAAT
Satt009 Cregan et al. (1999)
R: CTTACTAGCGTATTAACCCTTG
3. Kedelai
F: GCGTTAAGGTTGGCAGGGTGGAAGTG
Satt308 Cregan et al. (1999)
R: GCGCAGCTTTATACAAAAATCAACAA
F: GCACGAGGAAAGAGAGAGACATAG
EPMS441 McGregor et al. (2011)
R: TCAACGGATTCAGTCTTCCC
4. Cabai
F: CTGTTCTCCTCCCTCCCTCT
CAMS390 McGregor et al. (2011)
R: TGAAGCAAGAAACTGAACAATCA
F: ACTTGGATGTAGAAACTTCACAACATT
ACE111 Tsukazaki et al. (2008)
R: TTGACCTAACAAATATAGTCCCACAAA
5. Bawang merah
F: CTTGTTTTGGCAGTTGGGAT
ACM154 Kuhl et al. (2004)
R: CGATGAATACACCGATGACG

pada kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit hingga volumenya mencapai 1 mL.
pada suhu 20°C. Selanjutnya dilakukan penambahan senyawa
Supernatan yang terbentuk lalu β-merkaptoetanol sebanyak 2 µL per sampel
dipindahkan secara hati-hati sebanyak 500 diikuti vortex selama 10 detik hingga sampel
µL ke tabung mikro baru. Selanjutnya homogen. Selanjutnya sampel diinkubasi
dilakukan penambahan 3M natrium asetat pH pada suhu 65°C selama 15 menit. Sampel
5,2 sebanyak 1/10 kali volume supernatan dihomogenkan dengan cara membolak-balik
diikuti penambahan isopropanol sebanyak tabung mikro setiap 5 menit. Selanjutnya
satu kali volume supernatan (atau etanol sebanyak 800 µL larutan kloroform : isoamil
absolut dua kali volume supernatan) diikuti alkohol (24:1) ditambahkan pada masing-
inkubasi pada suhu -20°C selama 1 jam. masing sampel, diikuti dengan vortex selama
Sampel kemudian disentrifugasi dengan 15 detik. Sampel kemudian disentrifugasi
kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit. pada kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit
Cairan supernatan selanjutnya dibuang pada suhu 20°C. Supernatan yang terbentuk
sedangkan pelet yang terbentuk dicuci lalu dipindahkan secara hati-hati sebanyak
dengan 70% (v/v) etanol untuk 500 µL ke tabung mikro baru dan selanjutnya
menghilangkan sisa-sisa garam. Sampel dapat digunakan sebagai DNA template pada
disentrifugasi kembali dengan kecepatan kegiatan PCR setelah diencerkan terlebih
12.000 rpm selama 5 menit. Cairan supernatan dahulu. Pengenceran dilakukan dengan
kembali dibuang sedangkan pelet yang faktor pengenceran 5 kali yaitu dengan cara
terbentuk dikeringanginkan semalam untuk mencampurkan 5 µL cairan supernatan dengan
menghilangkan sisa-sisa etanol. Pelet yang 95 µL ddH2O steril pada tabung mikro yang baru.
telah kering kemudian dilarutkan pada bufer
1 TE (10 mM Tris pH 8,0 dan 1 mM EDTA). Amplifikasi DNA
Tiap sampel diamplifikasi dalam total
Metode ekstraksi tanpa presipitasi reaksi 10 µL mengandung DNA template
Sebanyak 0,5 g potongan daun atau sebanyak 1,5 µL; Kapa 2GFast ReadyMix
umbi digerus pada cawan porselen (Kapa Biosystems, USA) sebanyak 5 µL;
menggunakan 500 µL bufer ekstraksi, tanpa primer Forward dan Reverse dengan
nitrogen cair. Hasil penggerusan kemudian konsentrasi 10 µM masing-masing sebanyak
dimasukkan dalam tabung mikro 2 mL, diikuti 0,5 µL, dan ddH2O steril. Masing-masing sampel
dengan penambahan kembali bufer ekstraksi diamplifikasi menggunakan dua pasang

32
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

marka SSR yang berasal dari beberapa dilakukan. Penambahan senyawa


referensi seperti tercantum pada Tabel 2. antioksidan seperti PVP, natrium disulfit, dan
Reaksi PCR dilakukan dalam mesin asam askorbat perlu dilakukan untuk
PCR T1 Thermocycler (Biometra, Germany) meminimalisasi aktivitas senyawa polifenol
dengan profil PCR sebagai berikut: yang seringkali membuat warna larutan
denaturasi awal dilakukan pada suhu 95°C menjadi kecoklatan (Kit dan Chandran 2010;
selama 5 menit, diikuti oleh sebanyak 35 Borse et al. 2011). Sementara itu kehadiran
siklus proses denaturasi pada suhu 94°C senyawa merkaptoetanol, selain membantu
selama 30 detik, annealing (tahap menghilangkan senyawa polifenol, juga
penempelan primer) pada suhu 52 atau 55°C membantu mendegradasi ikatan protein sehingga
selama 1 menit, dan extension (perpanjangan mudah terurai (Mornkham et al. 2012).
basa) pada suhu 72°C selama 1 menit. Hasil elektroforesis pada gel agarosa
Reaksi PCR diakhiri dengan siklus final 1% dari sampel yang diekstraksi pada
extension (tahap akhir perpanjangan basa) penelitian ini menunjukkan pita amplikon
pada suhu 60°C selama 15 menit. Hasil PCR yang terlihat jelas dan tidak menunjukkan
kemudian dielektroforesis pada gel agarosa adanya degradasi (smear) (Gambar 2).
1% untuk pengecekan awal pada tangki berisi Seluruh sampel dapat teramplifikasi dengan
1 TAE dengan tegangan 90 V selama 30 baik menunjukkan bahwa senyawa
menit dan dilanjutkan elektroforesis pada gel kontaminan seperti polisakarida dan polifenol
poliakrilamid 6% pada tangki berisi buffer 1 yang seringkali menghambat aktivitas PCR
TBE dengan tegangan 80 V selama 90 menit sudah tereliminasi, terutama pada sampel
untuk melihat separasi pita yang lebih jelas. bawang merah yang berasal dari umbi.
Kandungan polisakarida pada umbi bawang
HASIL DAN PEMBAHASAN merah cukup tinggi yang diperlihatkan
dengan terbentuknya lendir selama tahap
Ekstraksi DNA merupakan suatu penggerusan. Selain itu umbi bawang merah
perpaduan antara sains dengan seni karena juga kaya akan senyawa metabolit seperti
begitu banyaknya faktor yang thiosulfinates, thiosulfonates, allicin, aliin, dan
mempengaruhi. Hasil penelitian Ferniah dan ajoene yang cukup tinggi (Gopal 2015).
Pujiyanto (2013) pada tanaman cabai Menurut Moyo et al. (2008), senyawa
menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor polisakarida seringkali berikatan dengan DNA
utama yang mempengaruhi keberhasilan menghasilkan struktur yang kental seperti gel
proses ekstraksi DNA yaitu kualitas jaringan sehingga dapat menghambat kerja enzim
tanaman yang digunakan, kuantitas jaringan polymerase. Namun demikian, seluruh
tanaman, serta teknik penghancuran jaringan sampel bawang merah yang diekstraksi
tersebut. Secara keseluruhan, komponen menggunakan metode ini mampu
bufer ekstraksi telah mengandung sejumlah teramplifikasi dengan baik. Elektroforesis
senyawa yang diperlukan untuk membantu pada gel agarose 1% berfungsi sebagai
melisiskan sel serta menjaga agar DNA tidak pengujian awal untuk melihat apakah DNA
mengalami kerusakan. Adanya deterjen yang diperoleh dari metode ekstraksi pada
kationik seperti CTAB bermanfaat dalam penelitian ini dapat teramplifikasi atau tidak,
mendegradasi dinding dan membran sel karena gel agarosa 1% lebih murah dan
tanaman, sementara kehadiran garam seperti mudah untuk diaplikasikan. Menurut Nugraha
NaCl berperan dalam menciptakan kondisi et al. (2014), gel agarosa memiliki
hipertonik sehingga sel menjadi lebih mudah kemampuan memisahkan fragmen DNA dari
hancur (Almeida et al. 2017; Arfa et al. 2018). ukuran beberapa ratus hingga 20.000 pasang
Kehadiran senyawa pengkelat yaitu EDTA basa. Hanya saja separasi pita amplikon
berperan dalam mengikat kation bivalen yang dihasilkan gel agarosa kurang baik
seperti Ca2+ dan Mg2+ yang dibutuhkan oleh sehingga perlu dilanjutkan menggunakan
enzim nuklease untuk mendegradasi DNA elektroforesis gel poliakrilamid.
(Martinez 2017). Hasil elektroforesis pada gel
Namun demikian, setiap jaringan poliakrilamid 6% pun menunjukkan hal yang
tanaman memiliki kandungan senyawa sama (Gambar 3). Pita amplikon terlihat jelas
metabolit yang berbeda-beda sehingga seluruhnya di bawah visualisasi UV sehingga
modifikasi pada bufer ekstraksi perlu dapat diskor dengan mudah untuk keperluan

33
Metode Ekstraksi DNA Tanaman Tanpa Presipitasi Etanol.... Nugroho et al.

analisis keragaman genetik atau sidik jari menentukan suatu individu bersifat
tanaman menggunakan marka SSR. Pada heterozigot untuk lokus tertentu dalam suatu
beberapa primer, terdapat sampel-sampel populasi. Semakin banyak alel heterozigot
yang memiliki pita amplikon lebih dari satu. yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi
Hal ini menunjukkan adanya alel heterozigot tingkat keragaman genetik pada sampel yang
yang terdeteksi pada sampel tersebut. digunakan.
Kemampuan suatu marka dalam Pada metode ini tidak digunakan
mengidentifikasi adanya alel heterozigot nitrogen cair untuk proses penggerusan.
pada sampel yang digunakan disebut Nitrogen cair menurut Kamba dan Deb (2018)
sebagai heterozigositas. Menurut Pandin bermanfaat untuk mempermudah proses
(2009), heterozigositas merupakan penghancuran jaringan tanaman serta suhu
karakteristik penting suatu lokus yang dinginnya menjaga agar DNA tidak

Gambar 2. Hasil elektroforesis sampel yang diamplifikasi menggunakan marka SSR pada gel agarose 1%.
Keterangan: M: DNA ladder 100 bp; urutan dan kode sampel seperti tercantum pada Tabel 1

34
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

mengalami degradasi selama proses semalaman (overnight) memberikan hasil


penghancuran tersebut. Akan tetapi nitrogen konsentrasi DNA yang lebih tinggi.
cair merupakan bahan yang memerlukan Tahap tersebut jelas memakan waktu
penyimpanan dan penanganan yang hati-hati karena setelahnya sampel masih harus
serta tidak selalu tersedia khususnya di disentrifugasi untuk membentuk pelet, lalu
daerah yang jauh dari perkotaan. Sementara pelet dicuci dengan 70% etanol, selanjutnya
saat ini laboratorium yang bergerak di bidang pelet harus dikeringkan sebelum dilarutkan
biologi molekuler mulai banyak dirintis di luar menggunakan air atau TE bufer. Apabila DNA
Pulau Jawa sehingga penelitian mengenai yang diekstraksi sebatas untuk keperluan
metode ekstraksi DNA yang bersifat mudah PCR saja maka tahap presipitasi tersebut
dan murah sangat diperlukan. dapat dieliminasi seperti pada penelitian ini
Pada metode ini tahap presipitasi sehingga lebih menghemat waktu dan bahan.
menggunakan etanol/isopropanol juga Menurut Bintang (2010), saat sampel
ditiadakan. Tahap tersebut umumnya disentrifugasi setelah penambahan larutan
berfungsi untuk menghilangkan polisakarida kloroform-isoamil alkohol, kontaminan seperti
yang masih terbawa setelah proses ekstraksi polisakarida dan protein akan mengendap di
kloroform-isoamil alkohol, melalui fase antara bersama debris sel sementara
penambahan garam konsentrasi tinggi DNA akan berada di fase air (supernatan),
seperti natrium klorida, natrium asetat, atau sehingga supernatan yang dipindahkan pada
ammonium asetat serta mengendapkan DNA tabung baru telah mengandung DNA dan
melalui penambahan etanol atau isopropanol telah terbebas dari kontaminan selama
(Healey et al. 2014). Setelah itu sampel pemindahannya dilakukan secara hati-hati.
kemudian diinkubasi baik pada suhu ruang Oleh karena itu supernatan tersebut dapat
maupun suhu dingin untuk mengoptimalkan digunakan sebagai template dalam kegiatan
proses presipitasi. Tahap inkubasi tersebut PCR setelah diencerkan terlebih dahulu.
lamanya bervariasi tergantung metode yang Namun demikian, metode ekstraksi DNA
digunakan dan seringkali cukup memakan tanpa presipitasi pada penelitian ini masih
waktu, bahkan pada penelitian Michiels et al. terbatas hanya untuk kebutuhan PCR saja
(2003) diperoleh hasil bahwa presipitasi dan tidak dapat digunakan untuk kegiatan

Gambar 3. Hasil elektroforesis sampel yang diamplifikasi menggunakan marka SSR pada gel poliakrilamid 6%.
Keterangan: M: DNA ladder 100 bp; urutan dan kode sampel seperti tercantum pada Tabel 1

35
Metode Ekstraksi DNA Tanaman Tanpa Presipitasi Etanol.... Nugroho et al.

yang membutuhkan DNA dengan kualitas Polymerase Chain Reaction analysis.


serta kuantitas yang tinggi seperti Next Iran J Biotechnol 9:69-71
Generation Sequencing (NGS), digesti, Andorf CM, Cannon EK, Portwood JL,
maupun hibridisasi. Masih perlu dilakukan Gardiner JM, Harper LC, Schaeffer ML,
penelitian lanjutan agar dapat diperoleh Braun BL, Campbell DA, Vinnakota AG,
metode yang sederhana namun mampu Sribalusu VV, Huerta M, Cho KT,
memperoleh DNA dengan kualitas dan Wimalanathan K, Richter JD, Mauch
kuantitas yang tinggi sehingga dapat ED, Rao BS, Birkett SM, Sen TZ,
digunakan untuk kegiatan berbasis molekuler Lawrence-Dill CJ (2015) MaizeGDB
lainnya di samping PCR. update: New tools, data, and interface
for the maize model organism
KESIMPULAN database. Nucleic Acid Res D1:44,
D1195-D1201. doi:
Metode ekstraksi DNA tanpa presipitasi 10.1093/nar/gkv1007
etanol pada penelitian ini dapat digunakan Arfa NN, Daryono BS, Reflinur (2018)
untuk kegiatan molekuler seperti PCR. Comparison of detergent and CTAB
Seluruh sampel yang digunakan dapat method for isolation of DNA from Salak
teramplifikasi dengan baik serta pita hasil (Salacca zalacca (Gaert.) Voss,
amplikon yang tervisualisasi pada gel ’Pondoh’). Biol Med Nat Product Chem
agarosa 1% maupun gel poliakrilamid 6% 7:15-20. doi:
terlihat jelas. Metode ini dapat menghemat 10.14421/biomedich.2018.71.15-20
waktu dan bahan serta mengurangi Asadi (2014) Pendayagunaan kedelai
ketergantungan terhadap pemakaian introduksi dalam perbaikan varietas.
nitrogen cair. Akan tetapi, metode ini masih Warta Biogen 10:8-10
terbatas hanya untuk kebutuhan PCR saja Bintang M (2010) Biokimia Teknik Penelitian.
dan tidak dapat digunakan untuk kegiatan Penerbit Erlangga, Jakarta
yang membutuhkan DNA dengan kualitas Borse T, Joshi P, Chaphalkar S (2011)
serta kuantitas yang tinggi seperti kegiatan Biochemical role of ascorbic acid during
Next Generation Sequencing (NGS), digesti, the extraction of nucleic acids in
maupun hibridisasi. polyphenol rich medicinal plant tissues. J
Plant Mol Biol Biotechnol 2:1-7
UCAPAN TERIMA KASIH Chen X, Temnykh S, Xu Y, Cho YG,
McCouch SR (1997) Development of a
Penulis menyampaikan terima kasih microsatellite framework map providing
kepada Bank Gen Balitbangtan dan Balai genome-wide coverage in rice (Oryza
Penelitian Tanaman Sayuran yang telah sativa L.). Theor Appl Genet 95:553-
menyediakan materi genetik untuk kegiatan 567. 10.1007/s001220050596
penelitian ini. Cregan PB, Jarvik T, Bush AL, Shoemaker
RC, Lark KG, Kahler AL, Kaya N, Van
DAFTAR PUSTAKA Toai TT, Lohnes DG, Chung J, Specht
JE (1999) An integrated genetic linkage
Ahmed I, Islam M, Arshad W, Mannan A, map of the soybean genome. Crop Sci
Ahmad W, Mirza B (2009) High-quality 39:1464-1490. doi:
plant DNA extraction for PCR: An easy 10.2135/cropsci1999.3951464x
approach. J Appl Genet 50:105–107. Doyle JJ and Doyle JL (1990) Isolation of
doi: 10.1007/BF03195661 plant DNA from fresh tissue. Focus
Almeida VM, Luz GA, Martins PP, Gomes 12:13-15
MFC, Costa MF, Lima PSC, Valente Ebrahimi S, Sayed-Tabatabaei BE,
SES (2017) Comparison of eight Sharifnabi B (2010) Microsatellite
methods to isolate genomic DNA from isolation and characterization in
Hancornia speciosa. Genet Mol Res pomegranate (Punica granatum L.).
16:1-7. doi: 10.4238/gmr16039724 Iran J Biotechnol 8:156-163
Amani J, Kazemi R, Abbasi AR, Salmanian Ethica SN, Nataningtyas DR, Lestari P, Istini,
AH (2011) A simple and rapid leaf Semiarti E, Widada J, Raharjo TR
genomic DNA extraction method for (2013) Comparative evaluation of

36
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

conventional versus rapid methods for for the extraction of genomic DNA from
amplifiable genomic DNA isolation of Tobacco (Nicotiana tabacum L.)
cultured Azospirillum sp. JG3. Indo J seedlings. Adv Res In Life Sci 1:21-25.
Chem 13:248-253. doi: doi: 10.1515/arls-2017-0003
10.22146/ijc.21284 McGregor C, Waters V, Nambeesan S,
Ferniah RS, Pujiyanto S (2013) Optimasi MacLean D, Candole BL, Conner P
isolasi DNA cabai (Capsicum annuum (2011) Genotypic and phenotypic
L.) berdasar perbedaan kualitas dan variation among pepper accessions
kuantitas daun serta teknik resistant to Phytophthora capsici.
penggerusan. BIOMA 156:14-19. doi: Hortscience 46:1235–1240. doi:
10.14710/bioma.15.1.14-19 10.21273/HORTSCI.46.9.1235
Furqoni AH, Yudianto A, Wardhani P (2017) Michiels A, Van den Ende W, Tucker M, Van
Pengaruh rendaman air terhadap Riet L, Van Laere A (2003) Extraction of
kualitas DNA pada sperma dengan high-quality genomic DNA from latex-
STR-CODIS D13S317 dan D21S1. J containing plants. Anal Biochem
Biosains Pascasarjana 19:41-54. doi: 315:85-89. doi: 10.1016/S0003-
10.20473/bsn.v19i1.4037 2697(02)00665-6
Gopal J (2015) Onion research in India: Mornkham T, Wangsomnuk PP,
Status and challenges. Progressive Wangsomnuk P, Jogloy S, Pattanothai
Horticulture 47:1-19. doi: A, Fu YB (2012) Comparison of five
10.5958/2249-5258.2015.00001.9 DNA extraction methods for molecular
Healey A, Furtado A, Cooper T, Henry RJ analysis of Jerusalem artichoke
(2014) Protocol: A simple method for (Helianthus tuberosus). Genet Mol Res
extracting next-generation sequencing 11:572-581. doi:
quality genomic DNA from recalcitrant 10.4238/2012.March.8.5
plant species. Plant Methods 10:21. doi: Moyo M, Amoo SO, Bairu MW, Finnie JF,
10.1186/1746-4811-10-21 Staden JV (2008) Optimising DNA
Kamba J, Deb CR (2018) A new simple and isolation for medicinal plants. S Afr J
efficient DNA extraction protocol for Bot 74:771-775. doi:
orchid without liquid nitrogen and 10.1016/j.sajb.2008.07.001
phenol. Plant Cell Biotechnol Mol Biol Murtiyaningsih H (2017) Isolasi DNA genom
19:143-147. doi: dan identifikasi kekerabatan genetik
10.13140/RG.2.2.25464.34567 nanas menggunakan RAPD (Random
Kit YS, Chandran S (2010) A simple, rapid Amplified Polimorfic DNA). Agritrop
and efficient method of isolating DNA 15:83-93. doi: 10.32528/agr.v15i1.795
from Chokanan mango (Mangifera Nugraha F, Roslim DI, Ardilla YP, Herman
indica L.). Afr J Biotechnol 9:5805- (2014) Analisis sebagian sekuen gen
5808. doi: 10.5897/AJB10.007 Ferritin2 pada padi (Oryza sativa L.)
Kuhl JC, Cheung F, Yuan Q, Martin W, Indragiri Hilir, Riau. Biosaintifika 6:94-103.
Zewdie Y, MaCallum J, Catanach A, doi: 10.15294/biosaintifika.v6i2.3102
Rutherford P, Sink KC, Jenderek M, Nuraida D (2012) Pemuliaan tanaman cepat
Prince P, Town CD, Havey MJ (2004) A dan tepat melalui pendekatan marka
unique set of 11,008 onion expressed molekuler. El-Hayah 2:97-103. doi:
sequence tags reveals expressed 10.18860/elha.v2i2.2210
sequence and genomic differences Pandin DS (2009) Depresi silang dalam
between the monocot orders kelapa dalam Mapanget berdasarkan
Asparagales and Poales. Plant Cell penanda mikrosatelit (SSR). Buletin
16:114-125. doi: 10.1105/tpc.017202 Palma 37:127-137
Kumar V, Bhagwat SG (2012) Microsatellite Pharmawati M (2009) Optimalisasi ekstraksi
(SSR) based assessment of genetic DNA dan PCR-RAPD pada Grevillea
diversity among the semi-dwarf spp. (Proteaceae). J Biologi 13:12-16
mutants of elite rice variety WL112. Int Subpayakom N, Poeaim A, Vanijajiva O,
J Plant Breed Genet 6:195-205. doi: Poeaim S (2016) An efficient protocol
10.3923/ijpbg.2012.195.205 for genomic DNA extraction from santol
Martinez J (2017) Rapid and simple method (Sandoricum koetjape) for SRAP

37
Metode Ekstraksi DNA Tanaman Tanpa Presipitasi Etanol.... Nugroho et al.

marker analysis. Int J Agric Technol Indonesian soybean genotypes. J


12:1473-1480 AgroBiogen 11:7-16
Tasma IM (2015) Pemanfaatan teknologi Tsukazaki H, Yamashita K, Yaguchi S,
sekuensing genom untuk mempercepat Masuzaki S, Fukuoka H, Yonemaru J,
program pemuliaan tanaman. J Litbang Kanamori J, Kono I, Hang TTH, Shigyo
Pert 34:159-168. doi: M, Kojima A, Wako T (2008)
10.21082/jp3.v34n4.2015.p159-168 Construction of SSR-based
Tasma IM, Satyawan D, Rijzaani H (2015) chromosome map in bunching onion
Genomic library construction, (Allium fistulosum). Theor Appl Genet
resequencing, and SNP identification 117:1213-1223. doi: 10.1007/s00122-
based on whole-genome sequences of 008-0849-5

38

You might also like