Filaria Kepatuhan Obat

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN KEPATUHAN PENGOBATAN MASAL DI DAERAH


ENDEMIS KOTA PEKALONGAN

Marya Yenita Sitohang, Lintang Dian Saraswati, Praba Ginanjar


Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : marya_yenita@yahoo.com

Abstract : According to WHO, filariasis is one of the tropical diseases that can be
eliminated through mass drug administration (MDA). Pekalongan City has started
MDA since 2011. Through an evaluation in 2016, it was known that microfilaria
rate (Mf rate) remained 1%. The purpose of this study was to describe the mass
drug administration compliance in filariasis endemic area of Pekalongan City.
This study used a rapid survey method. A two-stages random sampling was used
in this study. The first stage was selected 25 clusters randomly from 10 villages
based on proportionate to population size (PPS) method using C-Survey
application. The second stage was selected 10 subjects randomly from each
cluster. The sample of this research was 250 people. The results showed that the
compliance to MDA was 76%. The characteristics of respondents as age, sex,
occupation, knowledge of filariasis POMP, perceived of severity, place of getting
information and frequency of getting information significantly had no relation with
compliance to MDA (p> 0,050). Recent education, knowledge of filariasis,
perceived of susceptibility, perceived of benefits, perceived of barriers, internal
cues to action, external cues to action, source of MDA information and TPE
support were significantly related to MDA compliance (p <0.050). Therefore,
socialization that reach all levels of society was needed. Increasing the role of
TPE in doing follow-up after giving the drug also needed to increase the
compliance to MDA.

Keyword : Compliance, Filariasis, Health Belief Model, Mass Drug


Administration
Literature : 59, 1998-2017

1
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN filariasis kronis.


Filariasis adalah penyakit tropis POMP di Kota Pekalongan
yang disebabkan oleh infeksi cacing telah dilakukan sejak tahun 2011-2015
filaria yaitu Wuchereria bancrofti, dan dinyatakan gagal karena melalui
Brugia malayi, dan Brugia timori dan hasil evaluasi, mf rate yang dimiliki
ditularkan melalui gigitan nyamuk.1,2 Kota Pekalongan >1%. (target WHO
Filariasis jarang menimbulkan mf rate < 1%). Hasil ini menunjukkan
kematian, tetapi dapat menimbulkan masih terjadi penularan filariasis di
kecacatan menetap.2,3 Filariasis Kota Pekalongan. Keberhasilan
termasuk kelompok neglected tropical pengobatan masal sangat erat
disease (NTD), yaitu sekelompok kaitannya dengan tingkat kepatuhan
penyakit tropik bersifat kronik dan masyarakat terhadap pengobatan.
terutama endemis pada populasi Tingkat kepatuhan pengobatan masal
berpenghasilan rendah di suatu yang diharapkan pada masyarakat
negara miskin serta menyebabkan yaitu 85%. Dalam 5 tahun
kecacatan, penderitaan dan efek menjalankan POMP Filariasis (2011-
sosial yang besar.4 2015), daerah endemis di Kota
Di Indonesia, Provinsi Jawa Pekalongan belum mencapai target
Tengah merupakan salah satu provinsi tingkat kepatuhan pengobatan yaitu
yang memiliki beberapa daerah masih di bawah 65%. Faktor yang
endemis filariasis. Penyumbang kasus mempengaruhi ketidakpatuhan
filariasis terbesar pada tahun 2015 pengobatan antara lain persepsi
adalah Kota Pekalongan yaitu 108 masyarakat tentang efek samping dan
kasus dengan 37 kasus baru.5 Hasil manfaat pengobatan, tidak menerima
survei darah jari yang dilakukan obat serta keluarga yang tidak
terhadap 500 orang pada tahun 2016 mengonsumsi obat. Oleh karena itu
menunjukkan 10 kelurahan dengan untuk meningkatkan kualitas POMP
angka mikrofilaria tertinggi yaitu filariasis, perlu diketahui gambaran
Kelurahan Padukuhan Kraton, kepatuhan pengobatan masal pada
Bandengan (Kecamatan Pekalongan masyarakat di daerah endemis
Utara), Tirto, Pasirkratonkramat, filariasis Kota Pekalongan Jawa
Pringrejo (Kecamatan Pekalongan Tengah.
Barat), Jenggot, Banyurip, Kuripan
Kertoharjo (Kecamatan Pekalongan METODE PENELITIAN
Selatan), serta Klego dan Kali Baros Penelitian ini bersifat deskriptif
(Kecamatan Pekalongan Timur).6 dengan desain cross sectional. Tujuan
World Health Organization dari penelitian ini adalah untuk
(WHO) menyebutkan penyakit yang menggambarkan kepatuhan POMP
termasuk NTD sesungguhnya dapat filariasis berdasarkan karakteristik
dikendalikan secara efektif, beberapa responden, lingkungan sosial
dapat dieliminasi dan bahkan ekonomi, pengetahuan, dimensi teori
eradikasi.7 Bentuk eliminasi pada HBM, dukungan TPE dan praktik
penyakit filariasis adalah melalui minum obat. Pengumpulan data
kegiatan pengobatan masal. Strategi dilakukan dengan metode survey
pengobatan masal yang dilaksanakan cepat sehingga pengambilan sampel
antara lain melakukan POMP Filariasis dilakukan melalui 2 tahap. Tahap
atau Mass Drug Administration (MDA) pertama yaitu penentuan 25 klaster
sekali setahun selama 5 tahun dari 10 kelurahan endemis.
berturut-turut di daerah endemis dan Selanjutnya dari masing-masing
penatalaksanaan klinis bagi penderita klaster diambil 10 subjek sehingga

101
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

besar sampel penelitian ini yaitu Karakteristik Total Patuh Tidak p-


sejumlah 250 responden. Responden (n:250) (n:190) Patuh value
dalam penelitian ini adalah orang yang (n:60)
pada saat pelaksanaan pengobatan Umur
masal filariasis tahun 2015 menerima 1. 15-30 tahun 26,4 66,7 33,3
obat masal filariasis, berusia diatas 15 2. 31-45 tahun 39,2 80,6 19,4 0,206
3. 46-60 tahun 30 77,3 22,7
tahun, tidak sedang hamil, bukan
4. 61-75 tahun 4,4 81,8 18,2
penderita kasus kronis filariasis yang Jenis Kelamin
sedang dalam serangan akut, dan 1. Laki-laki 24,4 70,5 29,5
tidak sedang sakit berat. Pemilihan 2. Perempuan 75,6 77,8 22,2 0,248
usia diatas 15 tahun dilakukan karena Pendidikan Terakhir
pertimbangan kemampuan komunikasi 1. Tidak tamat
dan pengetahuan responden. Analisis SD 6,4 75 25
data yang dilakukan analisis univariat 2. Tamat SD 0,018
dan bivariat deskriptif. Sumber data 3. Tamat SMP 28 90 10
adalah data primer yaitu wawancara 4. Tamat SMA 26,4 71,2 28,8
5. Tamat 32,4 71,6 28,4
langsung dengan responden dan data
Akademi/PT 6,8 58,8 41,2
sekunder yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan
Kesehatan Kota Pekalongan dan data 1. Bekerja
puskesmas di Kota Pekalongan. 2. Tidak 57,6 72,9 27,1 0,238
Bekerja 42,4 80,2 19,8
HASIL PENELITIAN Tempat Bekerja
Hasil penelitian gambaran 1. Rumah
kepatuhan pengobatan masal di 2. Menetap di 46,5 73,1 26,9
daerah endemis filariasis Kota Pekalongan 41,0 69,5 30,5 0, 167
3. Keliling
Pekalongan dapat dilihat pada tabel di
4. Luar Kota 11,8 88,2 11,8
bawah ini.
0,7 0 100
Tabel 1 : Gambaran Kepatuhan Hasil penelitian
Pengobatan Masal memperlihatkan pada variabel umur
Praktik Minum Frekuensi % proporsi responden yang patuh dalam
Obat (n:250) meminum obat pencegahan filariasis
1. Minum 190 76,0
paling banyak ditemukan pada umur
2. Tidak minum 60 24,0
61-75 tahun. Selain itu pada variabel
pekerjaan, sebagian besar responden
Tabel 2 : Gambaran Kepatuhan yang bekerja patuh dalam meminum
Pengobatan Masal Berdasarkan obat pencegahan filariasis. Dalam
Karakteristik Responden variabel jenis kelamin, kepatuhan
POMP filariasis sebagian besar
ditemukan pada perempuan. Selain itu
pada variabel pendidikan terakhir,
hampir seluruh responden yang tamat
SD patuh dalam meminum obat
pencegahan filariasis. Namun
demikian, perbedaan signifikan
kepatuhan minum obat hanya
ditemukan dalam variabel pendidikan
terakhir (p=0,018).
Tabel 3 : Gambaran Kepatuhan
Pengobatan Masal Berdasarkan
Variabel Lain

102
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Variabel Total Patuh Tidak PEMBAHASAN


p-
(n:250) (n:190) Patuh value Umur merupakan karakteristik
(n:60) penduduk yang pokok karena struktur
Pengetahuan ini mempunyai pengaruh sangat
Filariasis penting baik terhadap tingkah laku
1. Baik 74 86,5 13,5 0,000
maupun sosial ekonomi.8 Penduduk
2. Buruk 26 46,2 53,8
Pengetahuan yang berada pada kelompok umur 15-
POMP Filariasis 60 tahun termasuk dalam angkatan
1. Baik 72,4 77,9 22,1 kerja
0,330yaitu orang yang sedang bekerja,
2. Buruk 27,6 71 29 memiliki pekerjaan tetapi sementara
Dimensi Teori tidak bekerja atau sedang aktif
HBM mencari pekerjaan.9 Ketidakpatuhan
1. Persepsi pada kelompuk umur produktif
Kerentanan dikarenakan kekhawatiran terhadap
a. Positif 73,2 94 6 efek samping obat yang akan
b. Negatif 26,8 26,9 73,1 0,000
mengganggu aktivitas responden
2. Persepsi
Keparahan terutama dalam bekerja. Kepatuhan
a. Positif 80 77,5 22.5 pengobatan
0,355 masal paling banyak
b. Negatif 20 70 30 ditemukan pada responden kelompok
3. Persepsi usia lanjut yaitu 61-75 tahun.
Manfaat Selanjutnya proporsi
a. Positif 86,8 83,9 16,1 0,000
kepatuhan pengobatan masal lebih
b. Negatif 13,2 24,2 75,8 banyak ditemukan pada responden
4. Persepsi perempuan daripada responden laki-
Hambatan laki. Meskipun lebih dari 60%
a. Negatif 77,6 93,3 6,7 0,000
responden laki-laki memiliki
b. Positif 22,4 16,1 83,9
5. Isyarat pengetahuan terkait filariasis maupun
Bertindak POMP filariasis yang baik, responden
Internal laki-laki cenderung memiliki persepsi
a. Positif 72,8 97,8 2,2 manfaat
0,000 pengobatan masal serta
b. Negatif 27,2 17,6 82,4 isyarat bertindak internal yang negatif.
6. Isyarat Secara statistik, ditemukan perbedaan
Bertindak signifikan persepsi manfaat dan
Eksternal isyarat bertindak internal dalam
a. Positif 96,8 77,7 22,3 0,003
variabel jenis kelamin (p<0,050).
b. Negatif 3,2 25 75
Responden laki-laki cenderung
Dukungan TPE
1. Mendukung 56,8 83,8 16,2 berkeyakinan
0,002 bahwa obat yang
2. Tidak 43,2 65,7 34,3 diberikan petugas belum tentu dapat
Mendukung mencegah penyakit gajah sehingga ia
Berdasarkan tabel-tabel merasa belum perlu meminum obat
tersebut terdapat perbedaan signifikan tersebut.
kepatuhan pengobatan masal pada Responden dengan tingkat
variabel pendidikan terakhir, pendidikan rendah cenderung
pengetahuan filariasis, persepsi berperan dalam tindakan pencegahan
kerentanan, persepsi manfaat POMP penyakit filariasis melalui kepatuhan
filariasis, persepsi hambatan POMP meminum obat.10 Ketidakpatuhan
filariasis, isyarat bertindak internal dan pengobatan masal filariasis lebih
eksternal, serta dukungan TPE. banyak ditemukan pada responden
dengan pendidikan terakhir
akademi/PT. Selain itu, dalam variabel

103
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pendidikan terakhir terdapat langsung ke rumah masyarakat


perbedaan signifikan persepsi terhadap cakupan pengobatan
kerentanan (p=0,009) dan isyarat (p<0,050). Cakupan pengobatan
bertindak internal (p=0,047). selanjutnya berhubungan dengan
Kepatuhan pengobatan masal lebih kesadaran terhadap pengobatan
banyak ditemukan pada responden masal (p<0,050).11 Hasil studi analisa
yang tidak bekerja. Ketidakpatuhan perilaku masyarakat terhadap
pengobatan masal pada responden kepatuhan minum obat filariasis di tiga
yang bekerja dapat disebabkan oleh desa Kecamatan Majalaya Kabupaten
kekhawatiran terhadap efek samping Bandung tahun 2013 menunjukkan
obat. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa perilaku kepatuhan minum obat
bahwa proporsi responden yang sangat terkait erat dengan dukungan
memiliki persepsi hambatan positif Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu
lebih banyak pada responden yang petugas kesehatan dan kader.
bekerja dari pada yang tidak bekerja. Berdasarkan penelitian tersebut,
Namun demikian, tempat bekerja pendistribusian obat POMP oleh
responden umumnya berada di rumah petugas kesehatan sebagian besar di
sehingga masyarakat yang bekerja ambil sendiri oleh responden di posko
tetap mendapatkan paparan informasi yang telah ditentukan sebelumnya dan
terkait filariasis maupun POMP hanya 8% responden yang
filariasis. Secara statistik, tidak memperoleh obat diberikan langsung
terdapat perbedaan signifikan oleh petugas kesehatan ke
kepatuhan meminum obat rumahnya.12
pencegahan filariasis dalam variabel Dalam penelitian ini ditemukan
pekerjaan. bahwa dukungan TPE yang diberikan
Perilaku yang didasari oleh masih memiliki kekurangan yaitu
pengetahuan dan kesadaran akan sebesar 95,2% masyarakat mengaku
lebih bertahan lama daripada perilaku TPE tidak menyaksikan secara
yang tidak didasari dengan langsung konsumsi obat masal oleh
pengetahuan dan kesadaran.10 Oleh masyarakat. Selanjutnya, 89,2%
karena itu, kepatuhan pengobatan masyarakat mengaku bahwa TPE
masal lebih banyak ditemukan pada tidak menanyakan efek samping yang
responden yang memiliki pengetahuan dialami masyarakat setelah meminum
tentang filariasis dan POMP filariasis obat. Berdasarkan fakta di lapangan,
yang baik. Sedangkan responden efek samping menjadi alasan
yang memiliki pengetahuan tentang sebagian besar responden tidak patuh
filariasis dan POMP filariasis dengan terhadap pengobatan masal. Oleh
kategori buruk cenderung tidak patuh karena itu, follow-up atau pengecekan
dalam meminum obat. oleh TPE perlu diterapkan dengan
Kepatuhan pengobatan masal lebih baik.
sebagian besar terdapat pada Pengecekan yang dilakukan
responden yang mendapatkan TPE selain terhadap efek samping
dukungan dari TPE. Secara statistik, seharusnya juga pada kepatuhan
terdapat perbedaan signifikan pengobatan masal. TPE perlu benar-
kepatuhan meminum obat benar memastikan bahwa masyarakat
pencegahan filariasis dalam variabel yang telah diberikan obat meminum
dukungan TPE. Penelitian tentang obat tersebut. Ketidakpatuhan
POMP filariasis di Sri Lanka pengobatan masal kadang terjadi
menunjukkan hubungan bermakna pada masyarakat yang lupa menaruh
antara pemberian obat secara obat. Selain untuk memastikan, TPE

104
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

juga perlu melakukan sosialisasi 7. Lebih dari sebagian responden


berupa komunikasi interpersonal menganggap bahwa terdapat
apabila ditemukan masyarakat yang dukungan dari TPE dalam kegiatan
tidak meminum obat. Hal ini dapat POMP filariasis meskipun
terwujud apabila TPE diberikan dukungan berupa menanyakan efek
penyegaran dengan melakukan samping obat dan menyaksikan
pelatihan untuk meningkatkan responden meminum obat belum
kemampuan TPE dalam didapatkan sebagian besar
melaksanakan kegiatan pengobatan responden.
masal.
SARAN
KESIMPULAN Perlu diberikan sosialisasi
1. Rata-rata umur responden adalah lebih menyeluruh terkait filariasis dan
40 tahun, responden paling muda POMP filariasis pada masyarakat serta
berumur 15 tahun dan responden peningkatan dukungan TPE dalam
paling tua berumur 71 tahun. melakukan follow up setelah
Sedangkan menurut jenis kelamin, pemberian obat masal filariasis.
sebagian besar responden
merupakan perempuan.
2. Proporsi responden menurut DAFTAR PUSTAKA
lingkungan sosial ekonomi yaitu 1. WHO. Lymphatic Filariasis: A
hampir sebagian responden Handbook of Practical Entomology
memiliki pendidikan terakhir tamat for National Lymphatic Filariasis
SMA dan lebih dari sebagian Elimination Programmes.
responden bekerja baik itu di rumah Switzerland; 2013.
(46,5%), menetap di Pekalongan 2. Pusat Data dan Surveilans
(41%), maupun berpindah-pindah Epidemiologi Kemenkes. Filariasis
atau keliling (11,8%).Proporsi di Indonesia. Bul Jendela
karakteristik responden mayoritas Epidemiol. 2010;1.
mempunyai pekerjaan sebagai 3. Ditjen Pengendalian Penyakit dan
wiraswasta (30,3%). Penyehatan Lingkungan
3. Sebagian besar responden memiliki Kemenkes. Rencana Nasional
pengetahuan filariasis baik (74%). Program Akselerasi Eliminasi
4. Sebagian besar responden memiliki Filariasis. Jakarta; 2010.
pengetahuan POMP filariasis baik 4. Holmes P. Neglected tropical
(72,4%). diseases in the Catholic world.
5. Berdasarkan dimensi teori HBM, PLoS Neglected Tropical Diseases
sebagian besar responden memiliki [Internet]. 2014 May;383(4):1803.
persepsi bersifat positif kecuali Available from:
pada persepsi hambatan (22,4%). http://dx.doi.org/10.1016/S0140-
Sebagian besar responden juga 6736(14)60875-8
memiliki isyarat bertindak internal 5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
yang bersifat positif bahkan hampir Tengah. Profil Kesehatan Provinsi
seluruh responden memiliki isyarat Jawa Tengah 2015. Vol. 3511351.
bertindak eksternal bersifat positif. Semarang: Dinas Kesehatan
6. Berdasarkan praktik kepatuhan Provinsi Jawa Tengah; 2015.
minum obat, tingkat kepatuhan 6. Pekalongan DK. 20 KELURAHAN
responden terhadap POMP ENDEMIS FILARIASIS [Internet].
filariasis adalah sebesar 76%. Suara Merdeka. 2015 [cited 2016
Dec 12]. Available from:

105
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

http://www.dprd-
pekalongankota.go.id/Berita/20-
kelurahan-endemis-filariasis.html
7. WHO. Accelerating Work to
Overcome the Global Impact of
Neglected Tropical Diseases: A
Roadmap for Implementation.
2012;1–42.
8. Munawaroh S, Murtolo SA, Budi
NS, Triwahyono T, Adrianto A.
Peranan Kebudayaan Daerah
dalam Perwujudan Masyarakat
Industri Pariwisata di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan;
2010.
9. Kemennakertrans. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia.
Peraturan Menteri, 1 Indonesia;
2014 p. 1–69.
10. Noerjoedianto D, Ekawaty F,
Herwansyah. Pengaruh
Karakteristik Kepala Keluarga
Terhadap Tindakan Pencegahan
Penyakit Filariasis di Desa
Kemingking dalam Kabupaten
Muaro Jambi Propinsi Jambi Tahun
2012. 2013;15.
11. Weerasooriya M V, Yahathugoda
CT, Wickramasinghe D,
Gunawardena KN, Dharmadasa R
a, Vidanapathirana KK, et al. Social
mobilisation, drug coverage and
compliance and adverse reactions
in a Mass Drug Administration
(MDA) Programme for the
Elimination of Lymphatic Filariasis
in Sri Lanka. Filaria J [Internet].
2007;6:11.
12. Astuti EP, Ipa M, Wahono T,
Ruliansyah A. Analisis Perilaku
Masyarakat Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Filariasis di Tiga Desa
Kecamatan Majalaya Kabupaten
Bandung Tahun 2013. Media
Penelit dan Pengemb Kesehat.
2014;24:199–208.

106
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

101

You might also like