5648 13454 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Perennial, 2018 Tersedia Online:

Vol. 14 No. 2: 51-60 http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial


ISSN: 1412-7784

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN EKOWISATA


KARST DI DESA SAMBUEJA, KECAMATAN SIMBANG, KABUPATEN MAROS
Sosial Perception of Plan Development Karst Ecotourism in Sambueja, Simbang, Maros

Asar Said Mahbub1, Andi Wahyunira2, Amran Achmad1


1Afiliasipenulis pertamaStaf Pengajar, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar
2Mahasiswa, Laboratorium Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Universitas Hasanuddin, Makassar

corresponding author: amhutan@yahoo.com

ABSTRACT

Sambueja Village is one of the villages in Maros Regency which has a karst area that must be protected in total because its function
as a water storage and has a variety of ecotourism potential that can be developed and can support the development of ecotourism
activities. The role and participation of the community in ecotourism is an important thing that distinguishes it from other forms of
tourism. Because perception is a fundamental element that needs to be known before planning activities that will involve the local
community. This study aims to determine the public perception of the karst ecotourism development plan in Sambueja Village,
Simbang District, Maros Regency. The results of the study can be seen that the perception of the people of Sambueja Village is a
positive perception of the karst ecotourism development plan. The majority of the community stated that they did not object if the
village of Sambueja was built and developed as an ecotourism village, but it requires that its development and development must
refer to the concept of tourism which takes into account the preservation of environmental functions, ecological potential and
maintaining cultural values in the local community.

Key words: Sosial Perception; Karst Ecotourism

A. PENDAHULUAN konservasi dan pembangunan berkelanjutan dengan


mendesain suatu konsep wisata berbasis konservasi.
Indonesia sangat dikenal sebagai salah satu negara Ekowisata merupakan perjalanan wisata yang
yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia berbasis alam yang kegiatannya sangat bergantung
yang bahkan dikatakan sebagai salah satu kepada alam, sehingga lingkungan, ekosistem dan
megabiodiversity country di dunia yang merupakan aset kearifan-kearifan lokal yang ada di dalamnya harus
yang sangat penting (Supriatna, 2008). Namun sejak dilestarikan keberadaannya (Yoeti, 2008). Departemen
lama, telah terjadi perusakan hutan dan penyalahgunaan Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia (2009)
lingkungan sehingga terjadi penyusutan dan kepunahan menyatakan bahwa ekowisata bertujuan untuk menikmati
keanekaragaman hayati. Luas hutan Indonesia pada dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di
tahun 1950 mencapai 162,29 juta ha sedangkan saat ini suatu daerah yang pola wisatanya membantu ekonomi
menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam.
Kehutanan (2016), total luas hutan yang tersisa hanya 124 Desa Sambueja merupakan salah satu desa yang
juta ha. Kesalahan dalam pengelolaan hutan akan ada di Kabupaten Maros yang memiliki kawasan karst
mengganggu keberlangsungan makhluk hidup. Salah satu yang yang harus dilindungi secara total karena fungsinya
upaya untuk mencegah kesalahan dalam pengelolaan sebagai tempat penyimpanan air dan saat ini sementara
hutan adalah mempelajari dan mengerti bagaimana diusulkan menjadi kawasan ekosistem esensial. Desa
mengelola hutan dengan baik dan benar. Sambueja memiliki potensi ekowisata yang cukup
Potensi industri pariwisata saat ini banyak dikaitkan beragam yang dapat dikembangkan dan dapat
dan dipakai sebagai wahana pemecahan masalah yang mendukung pengembangan untuk ekowisata.
saat ini dihadapi didunia, seperti kemiskinan kehilangan Tahun 2015, PT. Conch Maros South Sulawesi Mine
sumber daya alam dan isu-isu lingkungan lainnya. Hakim yang berasal dari Cina berencana melakukan
(2004) menyatakan bahwa industri wisata dipandang penambangan pada kawasan karst yang ada di Desa
mempunyai peluang untuk aktif berperan dalam Sambueja. Namun, berdasarkan hasil Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) maka usulan

Diterima: 25 September 2018; Disetujui: 28 Oktober 2018


52 Asar Said Mahbub, Andi Wahyunira, Amran Achmad

penambangan tersebut ditolak (Amran Achmad, Metode Pengumpulan Data


Komunikasi Pribadi 18/04/2016). Bila kegiatan ekowisata
Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah
bisa diwujudkan, maka masyarakat akan menjaga
sebagai berikut:
kawasan karst yang ada di sekitarnya dari kegiatan
Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan
pertambangan yang mungkin terjadi sehingga fungsi
melakukan tanya jawab langsung kepada narasumber.
lindungnya tetap berkelanjutan dan dapat memberikan
Wawancara tersebut digunakan untuk menemukan
kontribusi pendapatan ekonomi masyarakat di Desa
informasi tunggal (Moleong, 1997). Dalam penelitian ini,
tersebut.
peneliti menggunakan wawancara secara semi terstruktur
Perencanaan pengelolaan suatu kawasan untuk
dengan pejabat perangkat desa dan masyarakat yang
tujuan ekowisata memerlukan data yang akurat dan
menjadi narasumber. Maka sebelum melakukan
representatif. Data-data tersebut harus didasarkan pada
wawancara, peneliti telah menyiapkan pertanyaan-
situasi dan kondisi terkini. Salah satu data mendasar yang
pertanyaan yang nantinya akan diajukan
perlu dikumpulkan adalah data tentang persepsi
kepada narasumber. Metode pengambilan sampling
masyarakat. Persepsi masyarakat merupakan pandangan
dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap awal, dilakukan
yang akan mengarahkan respek masyarakat dalam
pengambilan sampling sebanyak 5% berdasarkan metode
menanggapi fenomena yang ada di sekitarnya.
purposive yakni ditentukan dengan sengaja pada
Masyarakat harus dilibatkan dan diperhatikan presepsinya
masyarakat Desa Sambueja yang tinggal di tiga dusun
dalam pengelolaan lingkungan. Karena itulah persepsi
yang berdekatan dengan areal karst. Hal ini berarti bahwa
merupakan elemen mendasar yang perlu diketahui
telah dipilih sebanyak 60 kepala keluarga sebagai
sebelum merencanakan kegiatan yang akan melibatkan
responden berdasarkan kriteria diatas. Selanjutnya, dari
masyarakat setempat.
60 responden tersebut dilakukan metode stratifikasi
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
berdasarkan mata pencaharian mayarakat. Berdasarkan
persepsi masyarakat terhadap rencana pembangunan
hal tersebut, maka jumlah responden dari petani sebanyak
ekowisata karst di Desa Sambueja, Kecamatan Simbang,
31 kepala keluarga, buruh sebanyak 10 kepala keluarga,
Kabupaten Maros. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan
supir sebanyak 6 kepala keluarga, PNS sebanyak 7 kepala
dapat meningkatkan peran serta masyarakat lokal dalam
keluarga, dan pedagang sebanyak 6 kepala keluarga.
mengembangkan sektor ekowisata dan mendorong
Studi literatur, yaitu pengumpulan data-data
pemerintah untuk lebih mendukung berkembangnya
sekunder yang mendukung penelitian melalui pengutipan
ekowisata.
dan pencatatan data-data dari kantor desa, kecamatan,
kabupaten, BPS, instansi yang terkait dan laporan yang
B. METODE PENELITIAN ada hubungannya dengan penelitian.
Alat dan Objek Penelitian
Metode Analisis Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Data hasil wawancara dari narasumber diolah ke
1. Pedoman Wawancara dalam bentuk uraian-deskriptif terperinci. Dilakukan juga
2. Alat tulis menulis digunakan untuk mencatat hasil analisis data kualitatif. Data kualitatif akan diolah melalui
pengamatan tiga tahapan yaitu sebagai berikut:
3. Kamera digital, digunakan untuk mengkombinasikan a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,
kegiatan penelitian memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari
Bahan atau objek yang diamati adalah masyarakat di tema serta pola data yang diperoleh untuk
Desa Sambueja, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, mengindentifikasi persepsi masyarakat terhadap
Provinsi Sulawesi Selatan. perencanaan pengembangan ekowisata di Desa
Sambueja, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
Jenis Data dan Sumber Data
b. Penyajian data yaitu menyajikan data yang sudah
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dibagi diperoleh menjadi teks naratif untuk memperluas
menjadi data primer dan data sekunder. Data primer makna informasi yang diperoleh dari wawancara
adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
narasumber, yaitu melakukan penelusuran terhadap kategori, flowchart, dan lain-lain. Upaya ini dilakukan
masyarakat tentang bagaimana persepsinya mengenai untuk mempermudah peneliti dalam mengorganisir
rencana pembangunan ekowisata di Desa Sambueja, data, menyusun pola dan memahami data yang
Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi diperoleh.
Sulawesi Selatan. Data sekunder merupakan data yang c. Penarikan kesimpulan yang menghasilkan temuan
menyangkut keadaan umum lokasi penelitian dan baru atas obyek penelitian. Penarikan kesimpulan
keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Sambueja yang adalah usaha guna mencari atau memahami makna,
diperoleh melalui studi literatur. keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat.

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan … 53

C. HASIL semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin


mudah seseorang untuk menerima informasi.
Profil Responden
Tabel 1. Sebaran Frekuensi Umur Masyarakat yang Menjadi
1. Luas dan Keadaan Penduduk Responden

Desa Sambueja merupakan salah satu desa di Umur Frekuensi Persen


No.
wilayah Kecamatan Simbang yang secara administratif (tahun) (orang) (%)
terbagi atas tiga dusun yaitu Dusun Sambueja, Dusun 1. Kurang dari 26 2 3,3
Sambueja Tanalompoa dan Dusun Aloro dengan rata-rata 2. 26 – 35 12 20
jumlah penduduk per kepala keluarga sebanyak 3 – 4 3. 36 – 45 7 11,7
orang. 4. 46 – 55 21 35
5. Lebih dari 55 18 30
2. Umur Total 60 100
Umur responden berkisar 18 – 73 tahun dengan rata-
rata 49 tahun. Adapun sebaran frekuensi umur responden Tabel 2. Luas dan Keadaan Penduduk Desa Sambueja
tersaji pada Tabel 1. Kecamatan Simbang Kabupaten Maros

Dusun
Merujuk pada tabel 2, responden di Desa Sambueja Uraian Jumlah
Sambueja Sambueja Alona
memiliki potensi untuk terlibat pada berbagai aktivitas Tanalompo
ekowisata meskipun terdapat responden yang berumur
Luas (km2) 6,5 9,22 5,5 21,22
lebih dari 55 tahun atau termasuk kedalam golongan usia Jumlah KK 786 172 91 1049
non produktif ada sekitar 30%. Potensi sekitar 70% dari Jumlah Penduduk
responden berumur kurang dari 55 tahun atau termasuk (jiwa)
ke dalam golongan usia produktif nantinya dapat Laki-Laki 1778 300 171 2249
dimanfaatkan untuk mengelola ekowisata karst dengan Perempuan 1421 322 209 1952
berbagai upaya pemberdayaan. Jumlah 3188 622 380 4190
Kepadatan Rata-
Penduduk 490 68 69 rata
Faktor umur menjadi hal penting untuk mengetahui (jiwa/km2) 209
sejauh mana tingkat keterlibatan masyarakat dalam dalam
kegiatan ekowisata karst di Desa Sambueja. Hal ini Sumber : RPJM Desa Sambueja, 2016
selaras dengan penggarisan Nursalam dan Pariani (2001)
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden di Desa
bahwa semakin bertambah umur akan semakin Sambueja
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin Frekuensi Persen
No. Tingkat Pendidikan
membaik. (orang) (%)
1. Tidak Bersekolah 8 13,3
3. Tingkat Pendidikan 2. Sekolah Dasar (SD) 34 56,7
Tingkat pendidikan responden yang diukur Sekolah Menengah
3. 9 15
merupakan jenjang pendidikan terakhir yang telah Pertama (SMP)
ditamatkan. Masyarakat di Desa Sambueja sebagian Sekolah Menengah
4. 3 5
besar masih berpendidikan rendah. Hal ini didukung oleh Atas (SMA)
kenyataan bahwa sebagian besar dari responden 5. Perguruan Tinggi 6 10
mempunyai latar belakang tidak pernah bersekolah dan Total 60 100
hanya menyelesaikan jenjang pendidikannya sampai
sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama 4. Pekerjaan
(SMP). Meskipun ada yang sudah berpendidikan
Pekerjaan responden adalah petani, buruh, supir,
perguruan tinggi tetapi jumlahnya relatif kecil,
pedagang dan pegawai negeri sipil (PNS) dengan sebaran
selengkapnya tersaji pada Tabel 3.
frekuensi dan persentase tersaji pada Tabel 4. Mayoritas
Berdasarkan data hasil penelitian, mayoritas
masyarakat Desa Sambueja bekerja sebagai petani.
masyarakat Desa Sambueja berlatar belakang pendidikan
Hamparan persawahan di desa ini menyebabkan kultur
yang sama sehingga dalam mengemukakan persepsinya
agraris menonjol dikalangan masyarakat. Pekerjaan
untuk menyikapi rencana pembangunan ekowisata hampir
sebagai buruh dan pedagang juga banyak dilakoni oleh
sebagian besar mendapat respon dan jawaban yang
masyarakat. Pekerjaan sebagai PNS pada umumnya
sama. Hal ini sesuai dijelaskan oleh Arifin (2011) bahwa
berupa guru dan pegawai satuan kerja perangkat daerah.
tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi
Arifin (2011) mengemukakan bahwa pekerjaan
seseorang. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


54 Asar Said Mahbub, Andi Wahyunira, Amran Achmad

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat Tabel 4. Sebaran Frekuensi Responden Bedasarkan Pekerjaan
persepsi dan pengetahuan seseorang. Lingkungan di Desa Sambueja
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh Frekuensi Persen
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung No. Pekerjaan
(orang) (%)
maupun tidak langsung. 1. Petani 32 53,3
Masyarakat yang berprofesi sebagai petani, 2. Buruh 8 13,3
pedagang dan buruh memiliki peluang untuk terlibat 3. Supir 6 10
secara langsung pada kegiatan ekowisata karena mereka 4. Pedagang 8 13,3
memiliki waktu yang fleksibel dan bisa menjadikannya Pegawai Negeri Sipil
5. 6 10
sebagai kerjaan sampingan. Sedangkan masyarakat yang (PNS)
Total 60 100
berprofesi sebagai PNS dapat menjadi promotor dalam
kegiatan tersebut.
Tabel 5. Sebaran Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Desa Sambueja Tentang Wisata
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Wisata dan
Kawasan Karst serta Pemanfaatannya Frekuensi Persen
No. Pengetahuan Masyarakat
(orang) (%)
1. Wisata 1. Tahu tentang wisata 60 100
2. Tidak Tahu tentang wisata 0 0
Definisi Wisata Total 60 100

Seluruh reponden sudah pernah mendengar dan Tabel 6. Sebaran Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat
mengerti tentang istilah wisata. Hal ini didukung oleh Tentang Istilah Kawasan Karst di Desa Sambueja
kenyataan bahwa letak Desa Sambueja sangat dekat
Frekuensi Persen
dengan beberapa lokasi wisata, salah satunya adalah No. Pengetahuan Masyarakat
(orang) (%)
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Adapaun Kawasan karst adalah
tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sambueja tentang 1. 58 96,6
gunung batuan
wisata tersaji pada Tabel 5. Kawasan karst adalah
Masyarakat yang tinggal di Desa Sambueja sejak 2. kawasan gunung yang 1 1,7
dulu juga telah terbiasa melakukan kegiatan wisata termasuk wilayah kehutanan
dengan mengunjungi suatu tempat wisata. Selain itu, 3. Tidak tahu 1 1,7
masyarakat juga menganggap bahwa wisata bukan hanya Total 60 100
sekedar berkunjung ke suatu tempat wisata tetapi juga
menikmati pemandangan yang ada di tempat tersebut. 2. Kawasan Karst dan Pemanfaatannya

Manfaat dan Tujuan Wisata Definisi Kawasan Karst


Selain mengetahui istilah wisata, masyarakat juga Masyarakat yang ada di Desa Sambueja sangat
dapat mengemukan manfaat dan tujuan wisata dari suatu menggantungkan hidupnya pada kawasan karst yang ada
kegiatan wisata. Jawaban yang diungkapkan masyarakat di Desa Sambueja. Meskipun begitu tingkat pengetahuan
cukup beragam, hal ini menandakan bahwa pemahaman masyarakat tentang istilah kawasan karst di Desa
masyarakat tentang manfaat dan tujuan wisata sudah Sambueja masih rendah. Kurangnya informasi yang
tinggi. Masyarakat menjelaskan bahwa yang dapat didapatkan oleh masyarakat mengenai istilah kawasan
merasakan manfaat dan tujuan dari kegiatan wisata bukan karst, sehingga membuat masyarakat tidak mengetahui
hanya pengunjung saja tetapi masyarakat yang ada di bahwa kawasan tersebut bernama kawasan karst. Hasil
sekitar lokasi wisata tersebut, dengan adanya lokasi penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat
wisata masyarakat dapat berdagang di sekitar tempat Desa Sambueja menyebut kawasan karst tersebut
wisata tersebut untuk menambah penghasilannya. sebagai gunung batuan selengkapnya tersaji pada Tabel
Di sisi lain, masyarakat juga menyatakan bahwa 6.
manfaat dan tujuan dari melakukan suatu kegiatan wisata
adalah untuk bersenang-senang dan menyegarkan Pemanfaatan Kawasan Karst
pikiran. Hal tersebut selaras dengan Soekadijo (2000) Meskipun tidak mengetahui istilah kawasan karst,
yang menyatakan bahwa tujuan dan manfaat wisata itu sebagian besar masyarakat desa sudah mengetahui
adalah mengisi waktu senggang atau untuk bersenang- manfaat dari adanya kawasan karst tersebut. Adapun
senang, berlibur, untuk alasan kesehatan, studi, keluarga, sebaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat
dan sebagainya. kawasan karst dapat dilihat pada Tabel 7.

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan … 55

Tabel 7. Sebaran Frekuensi Tingkat Pengetahuan dari mayoritas masyarakat memilih sikap untuk tidak
Masyarakat Tentang Manfaat Kawasan Karst di Desa setuju dan masih kuatnya perlawanan masyarakat di
Sambueja kawasan Desa Sambueja untuk menolak pembangunan
Pengetahuan Frekuensi Persen pabrik semen.
No. Masyarakat beranggapan bahwa adanya
Masyarakat (orang) (%)
1. Sebagai tempat 14 23,3 pertambangan tersebut akan membuat masyarakat akan
penambangan semem, kekurangan air untuk kegiatan sehari-hari dan mengairi
batu gunung, dan lahan persawahannya terutama jika musim kemarau.
marmer dan sumber Kawasan karst tersebut merupakan satu-satunya sumber
mata air air yang bisa digunakan oleh masyarakat Desa
2. Sebagai tempat 31 51,7
Sambueja.Sementara itu, kegiatan pertambangan juga
penambangan semem,
batu gunung, dan dianggap akan mengambil banyak lahan baik lahan
marmer pertanian maupun lahan pemukiman masyarakat,
3. Sebagai sumber mata 11 18,3 sehingga masyarakat akan kesulitan untuk menemukan
air lokasi yang baru untuk pindah. Selain itu, masyarakat juga
4. Sekitaran batuan karst 3 5,0 merasa akan sangat terganggu dengan polusi udara yang
dapat dijadikan lahan dapat ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan tersebut,
pertanian karena dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang
5. Tidak tahu 1 1,7 menyebabkan mata perih dan gangguan saluran
Total 60 100 pernafasan.
Meskipun begitu, ada beberapa masyarakat setuju
Tabel 8. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap
dengan usulan pertambangan tersebut dengan alasan
Usulan Penambangan Karst di Desa Sambueja
bahwa jika kegiatan tersebut dilakukan maka akan
No. Persepsi Masyarakat
Frekuensi Persen membantu masyarakat untuk meningkatkan
(orang) (%) perekonomiannya karena bisa mendapatkan pekerjaan di
1. Setuju 17 28,3 perusahaan tersebut dan ganti rugi yang lebih besar.
2. Tidak setuju 41 68,4
Mengikuti bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Potensi Objek Wisata
3. keputusan masyarakat 2 3,3
di Desa Sambueja
yang lainnnya
Total 60 100 Desa Sambueja merupakan salah satu desa yang
memiliki potensi objek wisata karst yang cukup beragam
Mayoritas masyarakat di Desa Sambueja telah namun yang berpotensi untuk dijadikan kegiatan
menyadari bahwa kawasan karst tidak hanya dapat ekowisata di kawasan tersebut belum dieksplorasi.
dimanfaatkan untuk penambang saja tetapi dapat Potensi fisik dan non fisik serta sosial budaya yang
dimanfaatkan melalui alternatif lain yang tidak akan berkaitan erat dengan kawasan karst Desa Sambueja,
merusak sumberdaya alam yang ada di sekitar desa. Hal merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan dapat
ini dikarenakan masyarakat desa sangat menggantungkan mendukung pengembangan untuk ekowisata. Berbagai
hidupnya pada kawasan karst terutama sebagai sumber potensi ekowisata yang ada menggambarkan kekayaan
mata air untuk kegiatan pertanian dan keperluan rumah budaya, kearifan sosial dan kearifan lingkungan Desa
tangga sehari-hari. Sambueja.
Namun disisi lain, hasil penelitian juga Adanya aliran sungai yang membentang di Desa
menunjukkan adanya sebagian masyarakat tidak Sambueja merupakan salah satu potensi yang dapat di
mengetahui manfaat karst selain tambang karena tidak manfaatkan untuk mencari ikan oleh masyarakat Desa
dekatnya kawasan tersebut dari lokasi tempat tinggal Sambueja. Tempat tersebut dikenal dengan nama
mereka. Sehingga mereka jarang melakukan kegiatan Bangkala Polloa.
yang berkaitan dengan kawasan karst tersebut. Tidak hanya itu, Desa sambueja juga memiliki
sumber mata air yang sangat jernih dan letaknya di dalam
Usulan Penambangan Kawasan Karst gua yang biasanya masyarakat menggunakan sumber
Pada tahun 2015, kawasan karst di Desa Sambueja mata air itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
pernah akan di tambang. Namun, berdasarkan hasil kegiatan pertanian mereka. Selain itu, masyarakat juga
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) maka memiliki kepercayaan menjadikan sumber mata air
usulan penambangan tersebut ditolak. Sebaran frekuensi tersebut sebagai tempat suci dan keramat. Masyarakat di
persepsi masyarakat terhadap usulan penambangan karst sekitar Desa Sambueja menyebut tempat tersebut dengan
di Desa Sambueja dapat dilihat pada Tabel 8. nama Tampala. Biasanya masyarakat akan berkunjung
Saat ini pilihan pemanfaatan dengan cara dan berkumpul di sana pada saat-saat tertentu seperti
menambang bukan menjadi pilihan utama lagi, terbukti sebelum atau setelah mengadakan hajatan/nikahan atau
sebelum atau sesudah bulan Ramadhan, bulan Safar

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


56 Asar Said Mahbub, Andi Wahyunira, Amran Achmad

digunakan sebagai tempat permandian. Hal tersebut Mayoritas masyarakat Desa Sambueja memilih
merupakan suatu adat istiadat yang dimiliki oleh Desa sikap setuju dengan rencana pembangunan
Sambueja. ekowisata karst dengan mengambil bentuk pariwisata
yang bersahabat dengan alam dan lingkungan. Hal ini
Tabel 9. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap
Desa Sambueja yang Akan Dijadikan Kawasan Ekowisata Karst disebabkan masyarakat sadar akan keberadaan
potensi ekologis yang dimiliki daerah mereka, seperti
Frekuensi Persen
No. Persepsi Masyarakat yang dapat dilihat pada Tabel 9.
(orang) (%)
1. Setuju 44 73,3
Terdapat beberapa masyarakat tidak setuju jika di
2. Tidak setuju 4 6,7 Desa Sambueja akan dibangun sebuah tempat ekowisata.
Mengikuti bagaimana Menurut masyarakat jika kegiatan ini dilaksanakan maka
3. keputusan masyarakat yang 12 20 akan berpotensi merusak satu-satunya sumber mata air
lainnnya dan letak lahan pertanian yang dekat dari kawasan karst
Total 60 100 sehingga akan memberi dampak yang merugikan untuk
masyarakat di Desa Sambueja.
Tabel 10. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap
Diadakannya Pendidikan dan Pelatihan Bagi Masyarakat 2. Persepsi Masyarakat Terhadap Diadakannya
Tentang Pengelolaan Ekowisata Karst Pendidikan dan Pelatihan Bagi Masyarakat Tentang
Frekuensi Persen Pengelolaan Ekowisata Karst
No. Persepsi Masyarakat
(orang) (%) Menyikapi penyataan diadakannya pendidikan dan
Diadakannya pendidikan
1. 60 100 pelatihan bagi masyarakat sebagai persiapan tenaga kerja
dan pelatihan ekowisata
Tidak diakannya
di bidang ekowisata, disambut baik oleh masyarakat
2. pendidikan dan pelatihan 0 0 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
ekowisata
Total 60 100 Seluruh responden yang ada di Desa Sambueja
setuju dengan diadakannya pelatihan dan pendidikan
Desa Sambueja juga memiliki tradisi budaya yang tersebut. Alasan dari masyarakat, dengan dibekali
memiliki nilai dan karakter tersendiri, seperti tradisi pengetahuan dan keterampilan di bidang ekowisata maka
addengka ase lolo, anngaru, appalili, abbaja, dan mereka akan lebih percaya diri dalam pengelolaan
appanaung. Semua ini merupakan tradisi yang sering kegiatan ekowisata karst di Desa Sambueja.
dilaksanakan masyarakat. Masyarakat juga berpendapat jika masyarakat hanya
Potensi yang dimiliki Desa Sambueja masih sangat disodori buku-buku panduan tentang ekowisata saja
alami dan unik. Oleh karena itu, pentingnya menjaga masyarakat merasa itu sangat kurang efektif, karena jika
potensi tersebut agar tidak mengalami kerusakan dan ada yang yang tidak dimengerti maka masyarakat akan
tetap terjaga kelestariannya. Jika potensi tersebut tidak kebingungan akan bertanya kepada siapa sehingga akan
dilestarikan maka secara otomatis daya tarik pendukung kesulitan untuk memahami materi mengenai ekowisata.
ekowisata akan berkurang sehingga pada akhirnya Hal tersebut sesuai dengan pendapat Josephine (2010)
rencana pembangunan ekowisata akan gagal. Hal ini yang mengatakan diperlukan upaya pendekatan kepada
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hakim (2004) masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan yang
menyatakan bahwa potensi industri pariwisata banyak bersifat meningkatkan keterampilan dan juga
dikaitk an dan dipakai sebagai wahana pemecahan meningkatkan pengetahuan arti pentingnya sumber daya
masalah yang saat ini dihadapi didunia, seperti kemiskinan alam bagi keberlanjutan ekowisata.
kehilangan sumber daya alam dan isu-isu lingkungan
lainnya. 3. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelibatan Masyarakat
Desa Sambueja Dalam Ekowisata Karst
Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Besarnya keinginan masyarakat untuk terlibat dalam
Pembangunan Ekowisata Karst di Desa Sambueja rangka rencana pembangunan ekowisata karst. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 11, dimana mayoritas responden
1. Persepsi Masyarakat Terhadap Dijadikannya Desa menyatakan setuju untuk dilibatkan dalam kegiatan
Sambueja Sebagai Kawasan Ekowisata tersebut.
Kawasan karst di Desa Sambueja sudah pernah Masyarakat Desa Sambueja menyambut baik jika
direncanakan untuk dijadikan lokasi penambangan, memang masyarakatlah yang berperan aktif dalam
untuk melindungi kawasan karst tersebut harus ada pengelolaannya. Jika masyarakat dilibatkan mulai sejak
awal juga maka mereka akan bisa mempertanggung-
usaha peningkatan pendapatan masyarakat dalam
jawabkan apa yang mereka kerjakan. Meskipun begitu,
bentuk pemanfaatan yang non destruktif, seperti ada beberapa dari masyarakat yang tidak bisa ikut terlibat
kegiatan ekowisata.

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan … 57

karena pekerjaan tetap yang mereka miliki dan usia tua menyediakan jasa penginapan/homestay. Menurut
yang dimilikinya. mereka jasa ini tidak banyak membutuhkan modal, cukup
dengan mentata rumah-rumah (kebanyakan rumah
Tabel 11. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap panggung) mereka untuk dijadikan penginapan.
Pelibatan Masyarakat Desa Sambueja Dalam Kegiatan Wisatawan juga cenderung menjadikan rumah-
Ekowisata Karst rumah tradisional sebagai tempat menginap untuk
Frekuensi Persen merasakan sensasi menginap di pedalaman dan
No. Persepsi Masyarakat
(orang) (%) perkampungan penduduk. Sebagai unsur penunjang
1. Setuju untuk dilibatkan 51 85 masyarakat banyak memilih usaha warung makan
dalam kegiatan ekowisata ataupun oleh-oleh khas. Sedangkan yang memahami
2. Tidak setuju untuk 4 6,7 dengan baik situasi dan kondisi lingkungan sekitar memilih
dilibatkan dalam kegiatan bekerja sebagai pemandu wisata. Adapun sebaran
ekowisata
sebaran frekuensi persepsi masyarakat terhadap berbagai
3. Mengikuti bagaimana 5 8,3
keputusan masyarakat
bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ekowisata
yang lainnnya di Desa Sambueja dapat dilihat pada Tabel 12.
Total 60 100
5. Persepsi Masyarakat Terhadap Keterlibatan
Tabel 12. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Pemerintah dan Pihak Swasta Dalam Ekowisata Karst
Terhadap Bentuk Kerlibatan Masyarakat di Desa Sambueja di Desa Sambueja
Frekuensi Persen Gunawan (2008) menjelaskan bahwa kegiatan
No. Persepsi Masyarakat
(orang) (%) ekowisata hendaknya menjamin keikutsertaan
1. Tenaga pemasaraan 1 1,7 masyarakat setempat dan perlunya interaksi ketiga pihak
Tenaga pemungutan 11 18,3 terlibat, yaitu sektor pemerintah, swasta dan masyarakat
2.
retribusi untuk mendukung jalannya kegiatan tersebut. Pada Tabel
Pengelola jasa 29 48,3 13 dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap keterlibatan
3.
akomodasi/homestay
pemerintah dan pihak swasta dalam ekowisata karst di
Pengelola warung makan 10 16,7
4.
dan ole-ole khas
Desa Sambueja.
5. Tour guide 5 8,3
6. Tidak terlibat 4 6,7 Mayoritas masyarakat percaya bahwa jika
Total 60 100 pemerintah yang terlibat dalam membantu kegiatan
ekowisata karst, masyarakat merasa akan lebih
Tabel 13. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat diperhatikan dan tidak akan dibodoh-bodohi sehingga
Tentang Pelibatan Pemerintah dan Swasta Dalam akan memberi untung. Adanya kekhawatiran masyarakat
Kegiatan Ekowisata Karst di Desa Sambueja jika melibatkan pihak swasta maka keuntungan yang
Frekuensi Persen didapat lebih banyak akan berpihak pada swasta. Namun,
No. Persepsi Masyarakat beberapa masyarakat juga menyatakan lebih setuju akan
(orang) (%)
1. Pemerintah 33 55 keterlibatan pihak swasta. Peran dari pihak luar menurut
2. Pihak swasta 4 6,7 masyarakat sangat berpengaruh terhadap pengelolaan
Kerjasama antara 6 10 ekowisata karena alasannya masyarakat belum cukup
3. pemerintah dan pihak modal dalam pengembangan ekowisata, sehingga
swasta memerlukan bantuan dari pihak swasta. Disisi lain,
Pihak yang akan memberi 17 28,3 masyarakat juga menyarakan bahwa akan lebih baik jika
4. keuntungan pada pemerintah dan pihak swasta bisa bekerja sama untuk
masyarakat
menjalankan kegiatan ini.
Total 60 100
6. Persepsi Masyarakat Terhadap Sarana dan
4. Persepsi Masyarakat Terhadap Bentuk Keterlibatan
Prasarana Dalam Ekowisata Karst Desa Sambueja
Masyarakat Desa Sambueja Dalam Ekowisata Karst
Rencana pembangunan ekowisata karst ini
Ekowisata dapat memberikan manfaat sebagai
mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat
lapangan kerja baru yang sangat berguna bagi kehidupan
terutama mengenai sarana dan prasarana yang akan
masyarakat sekitar. Salah satu bentuk keterlibatan yang
digunakan pada kegiatan ini. Adapun sebaran frekuensi
diinginkan oleh kebanyakan masyarakat adalah
persepsi masyarakat terhadap bentuk keterlibatan
masyarakat di Desa Sambueja dapat dilihat pada Tabel 14
di bawah ini.

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


58 Asar Said Mahbub, Andi Wahyunira, Amran Achmad

Tabel 14. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap lingkungan dan tidak mengadakan sarana yang dapat
Sarana dan Prasarana di Desa Sambueja mengurangi kerusakan lingkungan. Dampak yang
Frekuensi Persen ditimbulkan harus ditekan sekecil mungkin.
No. Persepsi Masyarakat Lain halnya, sebagian masyarakat juga
(orang) (%)
1. Sarana dan prasarana 38 63,3 menyarankan jika lebih baik membangun sarana dan
tradisional prasarana yang modern karena itu akan membuat
2. Sarana dan prasarana 8 13,3 pengunjung merasa nyaman dan akan dapat memajukan
modern desa dan tidak ketinggalan dalam pembangunan.
3. Perpaduan sarana dan 7 11,7 Sedangkan ada juga masyarakat yang menyarankan
prasarana tradisional dan untuk memperpadukan sarana dan prasarana tradisional
modern
dan modern sehingga pengunjung akan bebas
4. Mengikuti bagaimana 7 11,7
keputusan masyarakat yang menentukan pilihan.
lainnnya
Total 60 100 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Aksesbilitas Menuju
Kawasan Ekowisata Karst di Desa Sambueja
Tabel 15. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap Selain sarana dan prasarana, aksesbilitas menuju
Aksebilitas Menuju Kawasan Karst di Desa Sambueja lokasi ekowisata merupakan faktor pendukung
Frekuensi Persen berkembangnya ekowisata. Beberapa ruas jalan di Desa
No. Persepsi Masyarakat
(orang) (%) Sambueja membutuhkan perbaikan dan pelebaran karena
1. Aksesbilitas sudah baik 1 1,7 sebagian jalan ada yang rusak, belum dibeton dan sempit,
Aksesbilitas masih perlu karena itu responden menyatakan perlu dilakukan
2. 59 98,3
diperbaiki perbaikan agar akses menuju lokasi ekowisata dapat lebih
Total 60 100 mudah dan lancar. Sebaran Frekuensi, persepsi
masyarakat terhadap aksebilitas menuju kawasan karst di
Tabel 16. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap
Desa Sambueja selengkapnya tersaji pada Tabel 15.
Pemungutan Retribusi Dalam Kegiatan Ekowisata Karst di Desa
Sambueja
8. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemungutan Retribusi
Frekuensi Persen Dalam Ekowisata Karst di Desa Sambueja
No. Persepsi Masyarakat
(orang) (%)
1. Perlu diberlakukan 53 88,3 Mayoritas masyarakat mengungkapkan pemungutan
2. Tidak perlu diberlakukan 0 0 retribusi diperlukan agar dapat menambah pemasukan
3. Mengikuti bagaimana aturan 7 11,7 dalam kegiatan ekowisata untuk kepentingan
dan keputusan pengelola pengembangan. Pemungutan restribusi juga dianggap
kegiatan ekowisata bisa membuat kawasan ekowisata menjadi lebih aman
Total 60 100 dan tertib, selengkapnya tersaji pada Tabel 16.
Tabel 17. Sebaran Frekuensi Persepsi Masyarakat Terhadap Masyarakat yang lainnya juga berpendapat bahwa
Dampak RencanaPembangunan Kegiatan Ekowisata Karst di akan mengikuti aturan yang diberlakukan oleh pengelola
Desa Sambueja
kegiatan ekowisata , selama itu menguntungkan
No. Persepsi Masyarakat
Frekuensi Persen masyarakat desa. Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
(orang) (%) (2002) menjelaskan bahwa pemungutan retribusi diakui
1. Berdampak positif 58 96,7 secara sah oleh negara, selama semua proses
2. Berdampak negatif 0 0 pembangunan objek/ daya tarik wisata di desa tersebut
3. Tidak Tahu 2 3,3 ada campur tangan pemerintah daerah secara khusus
Total 60 100
maka pemungutan retribusi terhadap kunjungan wisata
dilakukan oleh pemerintah setempat melalui sistem target
Rencana pembangunan ekowisata karst ini tahunan.
mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat
karena masyarakat dapat terlibat dengan memanfaatkan 9. Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Rencana
sarana dan prasarana yang telah miliki oleh masyarakat. Pembangunan Ekowisata Karst di Desa Sambueja
Hal tersebut ini dirasa masyarakat sangat ekonomis
karena masyarakat tak perlu mengeluarkan modal dan Masyarakat Desa Sambueja antusias kepada
akan menjadi daya tarik tarik untuk pengunjung yang rencana pembangunan ekowisata karst ini. Dari hasil data
sudah bosan dengan kehidupan perkotaan. Honey (1999) wawancara yang dapat dlihat Tabel 17 di bawah ini,
juga menjelaskan bahwa Alam dan budaya adalah aset menunjukkan hampir seluruh responden menyatakan
mutlak ekowisata. Keuntungan ekonomi yang diperoleh rencana pembangunan kegiatan ekowisata karst di Desa
dari ekowisata harus dimanfaatkan untuk melestarikan Sambueja akan berdampak positif.

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan … 59

Dampak-dampak yang akan timbul sehubungan dalam berbagai kegiatan sangat diperlukan. Masyarakat
dengan rencana pembangunan kegiatan ekowisata karst telah sadar akan keberadaan potensi ekologis yang
di Desa Sambueja pada umumnya mengarah pada dua dimiliki daerah mereka dan mayoritas dari masyarakat
hal yakni meningkatkan perekonomian dan sumber mata telah setuju agar ekowisata dibangun di Desa Sambueja
air yang ada di kawasan karst akan terjaga. Selain itu, ada apalagi jika pengelolaannya banyak melibatkan
juga masyarakat yang belum bisa menyimpulkan apakah masyarakat setempat. Mayoritas masyarakat Desa
berdampak baik atau buruk. Masyarakat Desa Sambueja Sambueja telah mengerti, memahami dan berpersepsi
akan merasa terganggu jika itu sudah menyangkut soal positif terhadap manfaat pembangunan ekowisata.
sumber mata airnya karena dari situlah kegiatan sehari- Persepsi positif tentang rencana pembangunan
hari mereka bergantung, jadi sangat berhati-hati dalam ekowisata karst menjadi peluang bagi masyarakat
melihat kegiatan apa saja yang bisa berpeluang merusak. berperan aktif dalam konservasi dan pembangunan
Meskipun begitu, tidak ada masyarakat yang menyatakan berkelanjutan. Hal ini seperti yang di jelaskan oleh
bahwa kegiatan ekowisata karst ini nantinya akan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia
berdampak negatif. Sedangkan disisi lain hanya ada dua (2009) bahwa pola ekowisata berbasis masyarakat adalah
orang responden yang menyatakan tidak mengetahui pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan
akan berdampak bagaimana kegiatan ini. memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat
setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
D. PEMBAHASAN pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan
yang diperoleh. Hal tersebut didasarkan kepada
Tingkat pegetahuan masyarakat Desa Sambueja kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan
tentang wisata sudah tinggi. Disamping itu, masyarakat tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai
juga telah memahami manfaat dan tujuan dari suatu jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan
kegiatan wisata. Hal tersebut didukung oleh kenyataan masyarakat menjadi mutlak.
bahwa masyarakat yang tinggal di Desa Sambueja sejak Dengan adanya peran serta dari masyarakat desa
dulu juga telah terbiasa melakukan kegiatan wisata dan dalam mengelola usaha ekowisata maka masyarakat akan
dekatnya lokasi Desa Sambueja dengan beberapa lokasi bisa menikmati secara langsung pendapatan dari sumber-
wisata. Pemahaman seperti ini tentu menjadi modal dasar sumber alam mereka sendiri, akhirnya secara perlahan-
dalam pengembangan wisata, karena setidaknya mereka lahan akan timbul perasaan untuk tetap menjaga dan
sudah paham bahwa modal pariwisata apalagi wisata melestarikan sumber daya alam. Menurut Yoeti (2000) dan
alam sangat mengandalkan situasi dan kondisi lingkungan Achmad (2017) bahwa ekowisata akan memberikan
yang berada di sekitar objek tersebut, serta masyarakat dampak langsung terhadap konservasi kawasan,
akan menyadari bahwa dengan pengelolaan yang baik berperan dalam usaha-usaha pemberdayaan ekonomi
tentu akan meningkatkan perekonomian mereka. masyarakat lokal sehingga terbangun rasa memliki
Fenomena lain menunjukkan bahwa tingkat mereka akan sumberdaya alam di sekitarnya, sehingga
pengetahuan masyarakat Desa Sambueja tentang istilah masyarakat terdorong untuk melakukan konservasi untuk
kawasan karst masih rendah. Kurangnya informasi yang pembangunan berkelanjutan, dan bahkan menjadi alat
didapatkan oleh masyarakat mengenai istilah kawasan perekonomian di negara-negara berkembang.
karst, merupakan sebab masyarakat tidak mengetahui
bahwa kawasan tersebut bernama kawasan karst. Akan E. KESIMPULAN
tetapi, pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan
kawasan karst sudah tinggi. Hal ini dikarenakan sangat Persepsi dari masyarakat Desa Sambueja adalah
bergantungnya kehidupan masyarakat Desa Sambueja persepsi yang positif terhadap rencana pembangunan
pada kawasan karst tersebut. ekowisata karst. Mayoritas masyarakat menyatakan tidak
Kawasan karst di Desa Sambueja dipandang keberatan apabila di Desa Sambueja dibangun dan
sebagai suatu ekosistem yang berperan penting dalam dikembangkan sebagai desa ekowisata, namun
kehidupan sehari-hari masyarakat. Terbukti dari hasil mensyaratkan bahwa pembangunan dan
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat pengembangannya harus mengacu pada konsep
memilih sikap tidak setuju terhadap usulan kegiatan pariwisata yang memperhatikan pelestarian fungsi
pertambangan pada kawasan karst tersebut. Pemahaman lingkungan, potensi ekologis serta mempertahankan nilai-
dan pandangan masyarakat terhadap usulan kegiatan nilai budaya yang ada di masyarakat setempat.
pertambangan tersebut tidak terlepas dari pengetahuan
masyarakat tentang bermanfaat atau tidaknya kegiatan DAFTAR PUSTAKA
pertambangan bagi mereka, seperti yang diperlihatkan
pada Tabel 7. Achmad, A. (2017). Membangun Ekowisata Alam Liar. Makassar: Pusat
Peran serta masyarakat di sekitar desa tidak bisa Kajian Media dan Sumber Belajar LKPP Universitas
Hasanuddin.
diabaikan karena mereka lebih tahu daerah mereka
dibanding orang luar, karena itu keterlibatan masyarakat Arifin. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018


60 Asar Said Mahbub, Andi Wahyunira, Amran Achmad

Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. (2002). Rencana Induk Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016, 30 Agustus).
Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah. Semarang: Dinas Setiap Tahun Hutan Indonesia Hilang. Kompas.com, Diakses
Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. pada 24 Oktober 2016 dari https://regional.kompas.com/2016/
08/30/15362721/setiap.tahun.hutan.indonesia.hilang.684000.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. (2009). Prinsip hektar.
dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta:
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia RI. Moleong, L. (1997). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Gunawan. (2008). Agenda 21 Sektoral : Agenda Pariwisata untuk
Pengembangan KualaitasHidup Secara Berkelanjutan. Nursalam, dan Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Jakarta: UNDP – Kantor Kementrian Lingkungan Hidup. Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hakim, L. (2004). Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Banyumedia Supriatna, J. (2008). Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan
Publishing. Obor Indonesia.
Honey, M. (1999). Ecoturism and Sustainable Development : How Soekadijo. (2000). Anatomi Pariwista. Jakarta: Gramedia.
Owns Paradise. Washington DC: Island Press.
Yoeti, O. A. (2000). Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan.
Josephine. (2010). Kajian Pengembangan Ekowisata di Kawasan Jakarta: PT. Pertja.
Taman Wisata Alam Sibolangit. Medan: Universitas Sumatera
Utara.. Yoeti, O. A. (2008). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata.
Jakarta: PT. Pradnya Pramita.
Kurniawan, J. dan Burhanuddin. (2004). Pengembangan Ekowisata di
Kawasan Ekosistem Leuser. Medan: Program Pengembangan
Leuser.

Jurnal Perennial, 14(2): 51-60, 2018

You might also like