Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

APLIKASI METODE PEMROGRAMAN WILLIAM M PENA

Kelompok 11 Ariani Utami Dzakiyya Dina 36262 Rahmi Anindita Damayanti 36577 Titis
Cita Laksana Shabrina Tamimi 37333 Salma Nur Fahmaddin 37343 Sari Wahyuni 37429
M. Fany Andre JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

BAB I PROFIL PROGRAMMER : WILLIAM M PENA William M Pena's Biography

William Merriweather Peña was born to a prominent family in Laredo, Texas, and
graduated from highschool in 1937. During World War II, he was honored for his military
service in the U.S. Army with a bronze star and purple heart. At Texas A&M University,
Peña studied under William Wayne Caudill. In 1948, he graduated with a B.S. in
architecture and became the fourth partner of his former instructor's firm, Caudill
Rowlett Scott in 1949. With his partners, he became a pioneer in the area of
architectural programming. In 1959, he and partner William Caudill co-authored an
article in Architectural Programming which outlined the basic programming principles
developed over ten years of experience. With John Focke and William Caudill, Peña
wrote Problem Seeking, one of the first textbooks on architectural programming. Over
the span of his professional career, Peña contributed his programming expertise to CRSS
projects on a regular basis while at the same time sharing his knowledge at architectural
seminars and conferences in the U.S. and other countries. In 1972, the American
Institute of Architects distinguished Peña as a Fellow, in acknowledgement of his
important contributions to architecture. William Merriweather Pena lahir dan
dibesarkan dari keluarga yang berada di Laredo, Texas. Beliau lulus SMA pada tahun
1937. Saat perang dunia ke II, beliau diberi penghargaan atas partisipasinya dalam
militer Amerika Serikat berupa sebuah bintang perunggu dan hati ungu. Di Universitas
Texas A&M, Pena belajar di bawah bimbingan William Wayne Caudill. Pada tahun 1948,
beliau lulus dengan predikat Sarjana Arsitektur dan menjadi mitra perusahaan keempat
mantan instruktur nya, Caudill Rowlett Scott pada tahun 1949. Bersama dengan
mitranya, beliau menjadi pelopor dalam bidang pemrograman arsitektur. Pada tahun
1595, beliau dan William Caudil menulis sebuah artikel tentang pemrograman arsitektur
yang menjelaskan tentang dasar-dasar prinsip pemrograman yang telah dikembangkan
selama

lebih 10 tahun pengalaman. Bersama dengan John Focke dan William Caudil, beliau
menulis salah satu buku pertamanya dalam bidang arsitektur yang berjudul Problem
Seeking. Selama perjalanan karir profesionalnya, Pena menyumbangkan pengetahuan
tentang pemrogramannya kepada proyek-proyek milik CRSS secara berkala sementara
pada saat yang sama berbagi pengetahuan di seminar arsitektur dan konferensi di
Amerika Serikat dan Negara-negara lain. Pada tahun 1972, Institut Arsitek Amerika
memberi penghormatan kepada Pena sebagai orang yang berpengaruh dalam kontribusi
pengetahuan dalam arsitektur.

BAB II ANALISIS Dasar-dasar Pemrograman Model Pena

William Pena at all

, 1989: Merupakan sebuah sintesa dari penyusunan sintesis yang dapat menjadi
penerangan, wawasan dari pemecahan masalah; Program analisis atau gerak analisis
dari proses menjawab masalah; Adanya masalah merupakan batas antara penyusunan
program dengan perancangan, sebab pernyataan masalah menjadi salah satu dokumen
terpenting dalam rantai keseluruhan proyek perancangan.

Dua tahap yang pertama dari proses perancangan keseluruhan yaitu : (1) penyusunan
program (analisis) dan (2) rancangan skematik (sintesis). Penyusunan program adalah
penyelusuran masalah dan perancangan adalah pemecahan masalah. Penyusunan
program adalah menyelusuri dan menemukan masalah keseluruhan sehingga
pemecahan perancangan dapat menyeluruh. Pemrograman (programming) adalah suatu
proses yang terorganisasikan dan didasarkan pada tatacara yang baku yang dapat
dipergunakan pada proyek-proyek besar dan kecil, tipe bangunan yang sederhana dan
rumit dan dengan klien tunggal atau banyak. Penyusunan program berguna pada
proyek-proyek yang besar, rumit dan tidak terbiasa bagi kelompok-kelompok klien
besar. Penyusunan program tidak sekedar mangajukan pertanyaan- pertanyaan,
melainkan pemrosesan data mentah menjadi informasi yang berguna dan merangsang
klien untuk membuat keputusan-keputusan. William M. Pena bersama firmanya
berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam mengembangkan dan meningkatkan metode
pemrogramannya pada banyak fasiltas. Metode Pena dicirikan dengan, kejelasan,
keefisienan dan keekonomisan baik pada proses maupun produk yang dihasilkan. Pada
tahun 1978, model yang dipublikasikannya dilengkapi hingga secara diagramatis
berbentuk matrix. Secara berurutan, pemrograman memiliki 5 langkah prosedural yaitu :

1.Tetapkan Sasaran

2.Kumpulkan dan analisis Fakta

3.Ungkapkan dan uji Konsep

4.Tentukan Kebutuhan

5.Nyatakan Masalah
Ke lima langkah tersebut juga berkaitan timbal balik. Langkah-langkah tersebut
dirancang bertujuan sebagai berikut :

1.menguji kesesuaian antara sasaran dengan konsep (yaitu apa yang harus dicapai dan
bagaimana caranya)

2.mengenali hubungan fakta-fakta

3.menganalisis kondisi-kondisi yang ada dan yang diproyeksikan

4.membuktikan kelayakan proyeknya

5.membentuk intisari, kejelasan dan keamungan suatu proyek.

utama yaitu :

Fungsi

Bentuk

Ekonomi

Waktu.

Ke empat pertimbangan yang saling berkaitan tersebut bersama dengan perangkat-


perangkatnya menyediakan jaminan akan suatu pendekatan yang menyeluruh kearah
perumusan masalah keseluruhan. Pena yakin bahwa. pemrograman merupakan proses
terpisah dari proses perancangan. Pemrograman harus mendahului perancangan, selain
itu kepada perancang diantarkan dua program informasi berupa:

program skematik untuk rancangan skematik

program pengembangan untuk pengembangan rancangan.

Berdasar pengalamannya, Pena melakukan beberapa langkah dalam proses


pemrogramannya sebagai berikut :

(i) memulai pertemuan dengan klien (pemilik) untuk;

mengidentifikasi pengambilan keputusan

menyediakan dan menjelaskan spesifikasi untuk data dari rekaman yang telah ada
ataupun dari survey terpisah

. (ii) memulai pertemuan dengan klien (pengguna) untuk;


menjelaskan pendekatan

menjelaskan apa dan mengetahui yang diperlukan pewawancara dan kapan. Yang
menonjol dari Pemrograman model Pena adalah review secara khusus tidak dilakukan,
tetapi ada proses konfirrnasi dan umpan balik setelah phase analisa berlangsung.
Walaupun perancangan tidak dilibatkan dalam proses pemrograman, dasar-dasar
perancangan seperti : fungsi , bentuk, ekonomi, dan energi dipakai sebagai
pertimbangan untuk menjalankan 5 prosedurnya secara skematik hingga diperoleh
pernyataan permasalahan. Secara diagramatis proses pemrograman ini berbentuk
matrix akibat 2 fungsi yang saling berhubungan sebagai data dan pemrosesannya atau
dikenal sebagai dasar pertimbangan perancangan dan prosedur pemrograman.
Pernyataan masalah tertuang dalam program skematik dan program pengembangan
merupakan hasil dari model pemrograman ini

Pemrograrnan Model Pena tampak lebih singkat dan sederhana dalam prosedurnya.
Pemrogramannya terpisah dengan proses perancangan yang dilakukan setelah
pemrograman selesai dikerjakan karena masing – masing permasalahan yang dihadapi
sangat kompleks dan membutuhkan kapabilitas mental yang berbeda dengan pelaku
yang cenderung berbeda pula. Pena tidak melibatkan perancang dalam
pemrogramannya atas anggapan bahwa perancangan merupakan proses yang terpisah
dari proses pemrograman. Programer ahli tidak akan mengalami kesulitan yang berarti
dalam menjalankan model yang perlu pengalaman ini selain prosedurnya lebih
sederhana. Produk terakhir dari penyusunan program (programing) adalah pernyataan
permasalahan yang berguna sebagai langkah pertama pada perancangan. Pernyataan
masalah haruslah jelas dan ringkas, menurut kata-kata perancang sendiri sehingga tidak
ada keraguan bahwa ia mengerti. Pernyataan masalah harus memusat pada hal-hal jelas
yang sering terlewat. Pernyataan-pernyataan tersebut mandahuluii suatu pemecahan
yang menyeluruh terhadap masalah keseluruhan bukan mengedampingkan informasi
pada langkah sebelumnya tetapi dengan memecakan kambali kerumitan awal dari
masalah perancangan menjadi pernyataan-pernyataan yang sederhana dan jelas.

BAB III PEMBAHASAN PEMROGRAMAN PENA 3.1.


Pembahasan Kekuatan dan Kekurangan Pemrograman Pena 3.1.1.

Kekuatan Model rogramming William Pena

1.Bersifat empiris dengan menggali permasalahan dilapangan

2.Datanya merupakan data kuantitatif

3.Muaranya pada problem/permasalahan

4.Selalu dikaitkan dengan hal-hal yang ada

5.Dalam menterjemahkan informasi akan nampak sesuai dengan tujuan,

6.Konsen akan kejelasan

7.Targetnya bisa diselesaikan dengan tepat waktu/sesuai dengan jadwal

8.Adanya pemisahan antara kasus dengan metode, pada aplikasi pelaksanaan banyak
alternative memulai pelaksanaannya tetapi kesemuanya itu bermuara pada penetapan
permasalahan (problem statement) sebagai hasil akhirnya. Urutan tahapan pekerjaan
tidak kaku dan akuras permasalahan tidak bisa secara matematis, sehingga prosesnya
bersifat heuristic bukan algoritmatic

9.Bersifat fleksibel

3.1.2.

Kelemahan Model Programming William Pena

1.

Langkah dan informasi dalam model programming William Pena ini tidak mempunyai
kekuatan maupun akurasi permasalahan secara matematika. Oleh karena itu model
programming William Pena prosesnya bersifat heuristic bukan algoritmatic.
Programming tidak dapat menjamin (menjawab) kesimpulan permasalah dengan
tepat/benar, programming hanya dapat mengurangi kualitas perkiraan. Metode model
programming William Pena i hanya baik bila pendapat orang dilibatkan. 2.
Datanya berbentuk data nominal, sehingga informasinya kurang akurat. Dalam
pelaksanaannya 5 tahap programming yang dikemukakan oleh William Pena ini

biasanya tidak selalu berurutan (urutannya tidak selalu konsisten) dan informasinya
kurang akurat. Pena mencontohkannya dalam menjaring datanya sebagai berikut: tiap
10.000 pelajar universitas, 300 tempat tidur rumah sakit, 25 pelajar perkelas. Kalau kita
lihat dari data tersebut, jelas data tersebut berupa datanya sangat global. Data yang
diperoleh selalu berupa data nominal, sehingga ukurannya kurang akurat. 3.

Ukurannya kurang actual

4 Sumber informasi tidak selalu reliable, sehingga kemampuan prediksinya (daya


prediksi ) terbatas.

5.Mempunyai kemampuan prediksi yang terbatas

6.Urutan tahap pekerjaan model programming William Pena ini urutannya


secaraneumerik akan lebih baik bila dibandingkan secara teoritik. Tetapi dalam
praktenya tahapan-tahapannya mungkin berbeda sesuai dengan order yang berbeda
pula. Sebagai contoh: Dalam suatu proyek mungkin saja mulai langkahnya
denganmemberikan daftar ruang dan biaya (langkah 4 sebagi langkah awal dilakukan)
kemudian baru menanyakan kira-kira tujuan/sasaran (langkah 1), fakta (langkah 2), dan
baru konsep (langkah 3) dan terakhir problem statement (sebagai muaranya). Bahkan
seringkali dalam pelaksanaannya dilaksanakan secara serempak (tahap 1,2,3, dan 4) hal
ini ditujukan untuk cek cross diantara ke empat (4) langkah, sehingga didapatkan suatu
kebutuhan, kegunaan,relevansi, dan kesamaan pada informasi. Tatapi pada dasarnya
pelaksanaan model programming William Pena ini adalah bermuara pada tahap 5 yatu
dalam problem statement (menetapkan permasalahan).

3.2.

Tahap Pemrogaman

1.Menentukan tujuan

2.Mengumpulkan dan menganalisa data (fakta)

3.Tidak menutup konsep dan mengujinya

4.Menentukan kebutuhan

5.Menyatakan permasalahan.

6.Prosedur tersebut beroperasi pada


5 dasar rancangan berikut ini:

a) fungsi (b) bentuk (c)

ekonomi (d) waktu (e) energi

3.3.

Aplikasi Contoh

Gedung Play Group 1.

Menentukan tujuan Pada mulanya programmer harus mengetahui apa tujuan dari
gedung playgroup pada umumnya. Bentuk-bentuk dari bangunan serta interior
disesuaikan dengan kesan dari bangunan dan juga disesuaikan dengan kegiatan-
kegiatan, aktifitas, dan perilaku pengguna. Serta memperhitungkan fungsi dari
bangunan tersebut bagi pengguna. Klien juga berperan dalam menggambarkan tujuan
akhir yang ingin dicapai. Tujuan itu merupakan cerminan dari keinginan-keinginan klien.
2.

Mengumpulkan dan menganalisa data (fakta) Dalam bab ini perancang mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya tentang informasi-informasi tentang site, organisasi,
kebutuhan ruang, aktifitas atau kegiatan yang dilakukan dalam membuat gedung
playgroup. Dengan metode wawancara, analisis serta survey langsung mengamati
site.Contoh dalam hal site: potensi view, sepadan jalan, arah cahaya, kebisingan, dan
sebagainya, serta memperhitungkan aktifitas penggunanya, Aktivitas playgroup terdiri
dari empat aktivitas utama yaitu aktivitas anak . aktivitas guru dan pengasuh, aktivitas
orangtua dari anak-anak dan aktivitas pegawai/staff, dan yang paling penting anak-
anaknya sehingga bangunan didesain secara aman karena banyak anak-anaknya misal
bentuk tidak tajam material menggunakkan bahan-bahan yang tidak berbahaya, serta
warna bangunan dibuat meriah, ceria, yang dapat menarik anak-anak serta desain
eksteriornya untuk memberikan kesan bahwa itu adalah bangunan playgroup. 3.

Tidak Menutup Konsep dan Mengujinya Dalam hal ini, perancang harus menentukan
konsep yang sesuai dengan tujuan dan fakta fakta yang telah terkumpul. Konsep
tersebut kemudian dikembangkan menjadi
sebuah ide yang dapat diaplikasikan pada denah ataupun pada tampak bangunan.
sebagai contoh : bangunan playgroup dengan konsep colourfull dapat diaplikasikan pada
bentuk tampak bangunan dimana permainan warna sebagai bagian dari bangunan yang
menonjol dan sangat berpengaruh menjadi ide dasar dari bangunan playgroup tersebut.
4.

Menentukan kebutuhan Untuk menentukkan kebutuhan diperlukkan untuk membuat


data-datanya, seperti: Jumlah Pelaku dalam Playgroup 1.

Jumlah murid playgroup : 20 anak 2.

Kepala dan wakil kepala sekolah : 2 orang 3.

Jumlah guru : 2 orang 4.

Jumlah pendamping : 1 orang 5.

Dokter anak : 2 orang 6.

Tukang bersih-bersih : 2 orang + Total : 29


Hal ini dimaksudkan agar guru dapat mengawasi anak anak secara efektif. Kelas memiliki
hubungan langsung dengan ruang cuci. Ruang cuci berfungsi sebagai tempat mencuci
alat makan yang bertujuan untuk melatih kemandirian anak. Kelas menjadi pusat
aktifitas pada bangunan playgroup ini dimana lapangan, kolam renang, aula,
perpustakaan, UKS, ruang seni tari, ruang seni musik, mushola, dan kamar mandi dapat
diakses secara langsung. Kamar mandi dan mushola juga memiliki hubungan langsung
dengan kantor dan ruang guru. pantry memiliki hubungan langsung dengan kamar
mandi dan WC. Pantry berfungsi sebagai ruangan penyimpanan alat-alat kebersihan.
Ruang kelas berperan sebagai ruang multifungsi yang berarti dapat mewadahi berbagai
aktifitas seperti makan, belajar dan tidur. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
pemanfaatan ruang. Lapangan mewadahi kegiatan outdoor seperti bermain, olahraga,
dan belajar. 5.

Menyatakan Permasalahan. Playgroup memiliki karakteristik tersendiri karena pengguna


utamanya adalah anak-anak maka interior dibuat dengan material aman serta
eksteriornya juga dibuat secara aman seperti misalnya pada tangga naik dengan
memperhatikan jangkauan anak-anak. Mereka juga harus tetap dapat berada pada
pengawasan guru ataupun orang tua.Selain itu playgroup dibuat seatraktif mungkin
tanpa menghilangkan fungsi bangunan tersebut.

BAB IV KESIMPULAN

Konsep utama metode pemrograman oleh william pena adalah adanya pemisahan
antara pemrograman dan perancangannya. Pena tidak melibatkan perancang dalam
proses pemrograman. Produk dari pemrograman adalah pernyataan permasalahan dan
produk perancangan adalah desain. Lima hal penting yang harus dperhatikan dalam
pemrograman metode Pena adalah: 1.

Tetapkan Sasaran 2.

Kumpulkan dan analisis Fakta 3.

Ungkapkan dan uji Konsep 4.


Tentukan Kebutuhan 5.

Nyatakan Masalah Meskipun tidak melibatkan perancangan pada pemrogramannya


namun tetap dilibatkan dasar-dasar perancangan seperti : fungsi , bentuk, ekonomi, dan
energi dipakai sebagai pertimbangan untuk menjalankan 5 prosedurnya. Karena tidak
mempunyai kekuatan maupun akurasi permasalahan secara matematika model
programming William Pena prosesnya bersifat heuristic bukan algoritmatic. Terkadang
dalam pelaksanaan metode Pena ini kelima tahapan-tahapannya mungkin tidak
berurutan/berbeda sesuai dengan order yang berbeda pula.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

http://arsitadulako.blogspot.com/2007/02/pengertian-desain-perkembangan-
desain.html http://archone.tamu.edu/crs/archive/people/pena.html Saifullah & T Yoyok
WS, Modul Pembelajaran Mata Kuliah Metode Penyusunan Program Desain Arsitektur

https://blogbnm.wordpress.com/2014/03/22/menyusun-program-arsitektur/

https://www.slideshare.net/AnsonDiem/teori-dasar

https://www.academia.edu/6640128/WILLIAM_PENA_FIX

You might also like