Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

JURNAL TENGKAWANG (2018)

Vol. 8 (2) : 122 - 136

STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI


UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM MELALUI SKEMA REDD+

(The Strategies Of Industrial Forest Management To Mitigate Climate Change Through Redd+
Schemes)

Ganjar Oki Widhanarto1), Ris Hadi Purwanto2), Ahmad Maryudi2), Senawi2)


1
Program Doktoral (S3), Program Studi Ilmu Kehutanan, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta,
Indonesia, 2Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta,
Indonesia
e-mail: ganjar_for@yahoo.com

Abstract
In 2009 the Goverment of Indonesia through the National Development Planning Agency has
launched a Sectoral Climate Road Map, where the forestry sector relies on the development of
industrial forest plantations (HTI) and forest management units (KPH) with the most efficient
consideration of the cost budget and the effectiveness of technical feasibility for sustainability.
The policy of HTI development by the Indonesian government furthermore has the opportunity
to contribute to climate change mitigation through the REDD + scheme. This study aims to
develop the strategies of industrial forest plantation management for REDD + schemes. This
study analyzed internal factors that become strengths and weaknesses as well as external
factors that become opportunities and threats using SWOT analysis to develop the strategies.
The management of HTI in case of industrial forest plantation company PT. Finnantara Intiga
(FI) was defined as an internal environment, while the external environment covers the entire
environment related to HTI and REDD+. The results of the research showed that, the strength
score is 1,817 and weakness is 1,186, so the difference is 0,631 (positive), as well as the element
of opportunity is greater than the threat. The positive difference values both strength and
opportunity indicate the priority strategies that will be used by PT. Finnantara Intiga in the
REDD + scheme is an aggressive strategy (SO strategy)by using all the strengths and utilizing
the opportunities.
Keywords : Industrial forest plantation, REDD+, SWOT Analysis,

PENDAHULUAN hutan di Indonesia, emisi GRK


Perubahan iklim telah Indonesia diperkirakan sebesar 1,8
menempatkan hutan menjadi obyek GtCO2e di tahun 2005, dimana sumber
penting dalam mitigasi perubahan iklim emisi paling besar (63%) berasal dari
global, hal ini meletakkan kembali kegiatan alih guna lahan serta
kehutanan dalam agenda politik dunia. kebakaran hutan dan lahan gambut,
Hutan mempunyai peran dalam sedangkan konsumsi bahan bakar
menahan laju emisi gas rumah kaca minyak menyumbangkan emisi GRK
(GRK) dunia untuk mengatasi sebesar 19% dari total emisi. Data tahun
perubahan iklim global, mengingat 2012 menyebutkan emisi GRK
emisi GRK terbesar salah satunya Indonesia turun menjadi 1,453 GtCO2e.
disebabkan penggundulan dan Sektor utama yang berkontribusi
kebakaran hutan. Begitu juga dengan mengeluarkan emisi adalah Sektor

122
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

Penggunaan Lahan, Alih Fungsi Lahan, tidak dilepaskan ke udara atau yang
dan Kehutanan (Land Use, Land Use berhasil disekuestrasi dari atmosfer.
Change, and Forestry (LULUCF) Hutan, termasuk juga hutan
termasuk kebakaran gambut (47,8%) tanaman industri (HTI) mengabsorbsi
dan sektor energi (34,9%) (MoEF, gas karbondioksida (CO2) (salah satu
2015). sumber utama GRK) selama proses
Berbagai skema dan program fotosintesis dan menyimpannya sebagai
terkait kehutanan dirancang di tingkat materi organik dalam biomassa
internasional maupun nasional dalam tanaman. Banyaknya biomassa hutan
upaya mitigasi dan adaptasi perubahan sangat tergantung pada hasil yang
iklim. Salah satu skema yang sedang diperoleh selama proses fotosintesis.
dikembangkan saat ini adalah REDD Banyaknya materi organik yang
(Reducing Emission from tersimpan dalam biomassa hutan per
Deforestration and Forest unit luas dan per unit waktu merupakan
Degradation), yaitu sebuah mekanisme salah satu pokok dari kajian
dan program pengurangan emisi karbon produktivitas hutan. Produktivitas hutan
yang bersumber dari pencegahan merupakan gambaran kemampuan
deforestasi dan degradasi hutan hutan dalam mengurangi emisi gas CO2
(REDD), serta kontribusi kegiatan- di atmosfer melalui aktivitas
kegiatan konservasi, pengelolaan hutan fisiologisnya (Heriansyah, 2005). Jika
lestari dan peningkatan stok karbon pengelola hutan dapat mengelola hutan
(REDD+). Jadi RED saja berarti secara lestari, maka HTI tidak saja
mengurangi emisi dari deforestasi, secara kontinu mampu memasok kayu
REDD berarti mengurangi emisi seperti bagi industri tetapi juga dapat
dalam lawas RED dan degradasi hutan, memberikan jasa lingkungan berupa
sedangkan REDD+, disamping penyerapan CO2. Peta Jalan Perubahan
mengurangi emisi seperti dalam lawas Iklim Sektoral Indonesia (Indonesia
REDD, mengakui peran konservasi Climate Change Sectoral
hutan, pengelolaan hutan lestari (PHL) Roadmap/ICCSR), menunjukkan bahwa
dan peningkatan stok karbon (Angelson sektor kehutanan membidik
et al., 2010). Skema REDD+ tidak bidang‑bidang berikut untuk
hanya akan mengurangi emisi dari mendukung tercapainya target
deforestasi dan degradasi namun juga penurunan emisi : (1)
memberi imbalan jika mampu reboisasi/rehabilitasi; (2) penanaman
menurunkan emisi atau meningkatkan untuk produksi (Hutan Tanaman
serapan CO2 di atmosfer. Dalam Industri/HTI dan Hutan Tanaman
REDD+, satu ton CO2 yang disimpan Rakyat/HTR); dan (3) pengembangan
di dalam pohon disebut sebagai kredit Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH. Tiga
karbon sehingga pemilik hutan dapat (3) kegiatan utama ini dikembangkan
memperoleh kredit sejumlah CO2 yang dengan mempertimbangkan kelayakan
teknis, anggaran, dan skenario mitigasi

123
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

sektor kehutanan. Pemerintah perusahaan HTI dalam mewujudkan


selanjutnya memilih pengembangan pengelolaan hutan yang lestari, apa saja
hutan tanaman industri (HTI) dan ancaman dan resiko yang dapat
kesatuan pengelolaan hutan (KPH) menyebabkan pengelolaan HTI tidak
dengan pertimbangan yang paling lestari dan dapat menyebabkan
efisien dari segi anggaran-biaya dan menurunnya stok karbon dalam
keefektifan dari kelayakan teknis untuk ekosistem HTI, dan bagaimana tata
keberlanjutan. (Bappenas, 2009). kelola hutan ditingkat pusat dan daerah
Kebijakan pengembangan HTI oleh yang mendukung pelaksanaan REDD+
pemerintah Indonesia berpeluang untuk dikaitkan dengan pengelolaan HTI.
berkontribusi dalam mitigasi perubahan Penelitian ini bertujuan untuk
iklim melalui skema REDD+. menyusun strategi agar pengelolaan
Potensi stok karbon di HTI dan HTI dapat masuk dalam skema REDD+
kemampuannya dalam menurunkan dengan mengambil kasus di HTI PT.
emisi CO2, memberikan peluang bagi Finnantara Intiga Kalimantan Barat.
HTI untuk berkontribusi dalam upaya METODE PENELITIAN
mitigasi perubahan iklim melalui skema Lokasi dan Waktu Penelitian
REDD+ melalui peningkatan cadangan Penelitian ini dilakukan di hutan
karbon (carbon enhancement), tanaman industri (HTI) PT. Finnantara
pengurangan emisi dari deforestasi dan Intiga (PT. FI), yang merupakan salah
degradasi hutan, dan pengelolaan hutan satu unit manajemen hutan tanaman
lestari (sustainable forest management). yang ada di Indonesia yang mendapat
Keterlibatan perusahaan HTI dalam Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
skema REDD+ memiliki dua (2) Kayu (IUPHHK) pada hutan tanaman
keuntungan, yaitu perusahaan selain berdasarkan Surat Keputusan Menteri
memperoleh nilai finansial dari kayu Kehutanan RI Nomor 750/Kpts-II/1996
yang diproduksinya juga dapat tanggal 2 Desember 1996 seluas ±
memperoleh insentif dana dari jasa 299.700 Ha di Provinsi Kalimantan
lingkungan yang dihasilkannya berupa Barat. Secara geografis areal kerja PT.
sequestrasi CO2, Hal ini sesuai dengan Finnantara Intiga terletak pada 0000’ LU
Permenhut No, 36/Menhut II/2009 – 0050’ LU dan 110030’ BT – 111040’
tentang jasa lingkungan dari hutan BT. Secara administratif termasuk
produksi, dimana hutan produksi dapat dalam 14 wilayah kecamatan di
berpartisipasi menurunkan karbon Kabupaten Sanggau, Sintang, dan
dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Sekadau Provinsi Kalimantan Barat.
Beberapa hal terkait dengan keterlibatan Areal PT. Finnantara Intiga secara
perusahaan HTI dalam skema REDD+ administrasi pemerintahan masuk dalam
antara lain : seberapa besar kemampuan Kabupaten Sanggau seluas 105.412,55
HTI dalam mensequestrasi CO2 yang Ha, Kabupaten Sekadau 53.662,90 Ha,
dilihat dari dinamika stok karbon dalam dan Kabupaten Sintang 62.211,78 Ha.
ekosistem HTI, bagaimana komitmen Berdasarkan fungsi kawasan hutan,

124
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

yang masuk dalam kawasan hutan berada dalam cakupan Daerah Aliran
seluas 221.287,23 Ha dan areal Sungai (DAS) Kapuas Tengah dan
penggunaan lain (APL) seluas terbagi ke dalam 3 sub DAS yaitu Sub
68.720,93 Ha (Anonim, 2007). DAS Sekayam, Sub DAS Sanggau-
Hutan tanaman terdiri dari sekitar Mengkiang dan Sub DAS Belitang.Di
95% A. mangium. Kondisi areal kerja dalam areal ini terdapat 11 Satuan Peta
PT. Finnantara Intiga terletak pada Lahan (SPL) dengan 3 SPL dominan
ketinggian antara 11 m dpl – 300 m dpl yaitu Lawanguan (LWW), Teweh
dengan topografi didominasi oleh kelas (TWH), dan Honja (HJA) yang meliputi
lereng datar yakni meliputi 78,58% 92,3% areal kerja. Jenis tanah pada
areal, kelas lereng landai 15,31%, dan ketiga SPL tersebut adalah Podsolik
agak curam 6,11%. Mengingat luasnya Merah Kunin, Podsolik Kuning, dan
areal PT. FI, maka dalam pengelolaan Aluvial kelabu, dengan lereng 2-8% dan
areal kerja dibagi menjadi dua (2) area / 16-25%. Kesesuaian lahan ketiga SPL
wilayah : Sanggau dan Sintang. Area untuk Acacia mangium tergolong S3
Sanggau dibagi ke dalam 4 distrik hutan (sesuai marginal), dengan faktor
: Mengkiyang, Entanjan, Jeropet, dan pembatas tergolong sedang dan secara
Beringin. Sedangkan area Sintang teknis dapat diatasi yaitu masalah erosi
dibagi ke dalam 4 distrik hutan : Lubuk dan kapasitas tukar kation (KTK)
Tapa, Tumbang Ala, Mengaret, dan rendah (Anonim, 2007). Pengambilan
Tumbuk (Anonim, 2007).. data dilakukan dari Juni hingga
Berdasarkan data iklim yang Desember 2017.
diperoleh dari data klimatologi stasiun Pengumpulan Data
meteorologi Nanga Pinoh selama 10 Penelitian ini akan menganalisis
tahun, termasuk dalam wilayah beriklim faktor internal yang menjadi kekuatan
tropis dengan temperatur udara berkisar dan kelemahan serta faktor eksternal
antara 26,32 oC - 27,00 oC dengan yang menjadi peluang dan ancaman,
kelembaban udara rata-rata bulanan bagi HTI PT.Finnantara Intiga untuk
antara 82,5 % - 87,3 %. Berdasarkan bisa masuk dalam skema REDD+.
klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, Pembangunan dan pengelolaan HTI
areal IUPHHK-HTI PT Finnantara oleh PT. Finnantara Intiga (FI)
termasuk dalam kelas A (Sangat Basah) ditetapkan sebagai lingkungan internal,
dengan kondisi hujan yang selalu turun sedangkan lingkungan eksternal
sepanjang tahun.denganreratacurah mencakup keseluruhan lingkungan di
hujan 2.962 mmtahun-1 dan 217 hari luar aspek pembangunan dan
hujan per tahun; bulan basah (> 100 pengelolaan HTI oleh PT. FI, tetapi
mm.bulan-1) terjadi sepanjang tahun. masih terkait dengan HTI dan REDD+.
Kondisi iklim tersebut relatif Faktor internal yang menjadi
menguntungkan untuk pertumbuhan kekuatan dan kelemahan serta faktor
hutan tanaman, terutama A. mangium. eksternal yang menjadi peluang dan
Areal PT. Finnantara Intiga seluruhnya ancaman, kemudian dilakukan

125
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

identifikasi dan evaluasi. Faktor internal 2. Penilaian urgensi. Di sini responden


yang diindentikasi dan di evaluasi diminta untuk menilai tingkat
meliputi tiga aspek, yaitu : (a) produksi urgensi faktor tersebut untuk
(standing stock), (b) ekologi dan ditangani. Penilaian ini berhubungan
pengelolaan lingkungan hidup, (c) dengan skala prioritas dalam
social, ekonomi, dan budaya; sedangkan menyelesaikan persoalan-persoalan
faktor eksternal meliputi (a) kebijakan pembangunan yang tercermin
dan politik daerah, (b) kebijakan dan melalui faktor-faktor yang dinilai.
politik nasional (c) kebijakan dan Penentuan sampel dilakukan secara
politik internasional. purposive sampling, yaitu penentuan
Data-data mengenai faktor internal sampel dengan pertimbangan tertentu
dan eksternal didapat dari pengumpulan (Sugiyono, 2004), yaitu tidak semua
data-data primer terkait dalam orang/pihak mengetahui, memahami,
pembangunan dan pengelolaan HTI dan terlibat dan terkena dampak dalam
REDD+, selain itu data juga dari hasil pembangunan dan pengelolaan HTI
wawancara dengan berbagai pihak terkait REDD+.
(seperti pemilik Perusahaan HTI, ANALISIS DATA
Pejabat Kementerian Lingkungan Hidup Analisis data dalam penelitian ini
dan Kehutanan, Dinas Kehutanan menggunakan analisa SWOT (SWOT
Kabupaten dan Propinsi yang Analysis) Menurut Rangkuti, F. (2006),
mengurusi kegitan HTI, Lembaga analisa SWOT adalah suatu metode
Penelitian, Perguruan Tinggi, dan perencanaan strategis yang digunakan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)), untuk mengevaluasi faktor-faktor yang
dan data-data sekunder pendukung menjadi kekuatan (Strengths),
lainnya yang terkait dengan REDD+. Kelemahan (Weaknesses), Peluang
Dari masing-masing instansi unit kerja (Opportunities), dan Ancaman
di atas yang dijadikan sampel penelitian (Threats) yang mungkin terjadi dalam
minimal 2 (dua) responden. Untuk mencapai suatu tujuan dari kegiatan
mendapatkan informasi dari berbagai proyek/kegiatan usaha atau
narasumber melalui analisis SWOT institusi/lembaga dalam skala yang
dapat digunakan metode survey lebih luas. Faktor-faktor internal dan
terhadap pihak-pihak (stakeholders) eksternal yang telah diidentifikasi,
dengan langkah-langkah sebagai kemudian diberikan bobot (
berikut: weightening) dan peringkat (rating)
1. Penilaian faktor internal dan untuk menentukan lima faktor yang
eksternal. Di sini responden paling dominan dalam masing-masing
memberikan preferensi opini kolom kekuatan (Strengths), kelemahan
terhadap faktor-faktor internal dan (Weaknesses), peluang (Opportunities),
eksternal dari institusi pada saat ini dan ancaman (Threats).
dan perkiraan di masa mendatang. Faktor- factor yang paling dominan
kemudian dimasukan dalam Matriks

126
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

SWOT yang akan menghasilkan 4 internal (nilai kekuatan dikurangi nilai


(empat) kemungkinan strategi alternatif, kelemahan) dengan skor total faktor
yaitu : Strategi (SO). Strategi ini dibuat eksternal (nilai peluang dikurangi
berdasarkan jalan pikiran perusahaan, ancaman).
yaitu dengan memanfaatkan seluruh HASIL DAN PEMBAHASAN
kekuatan untuk merebut dan Analisis Faktor Internal dan Eksternal
memanfaatkan peluang sebesar- Pembangunan hutan tanaman tidak
besarnya. Strategi (WO), strategi ini hanya sekedar untuk merehabilitasi
diterapkan berdasarkan pemanfaatan hutan yang tidak/kurang produktif.
peluang yang ada dengan cara Pembangunan dan pengelolaan HTI
meminimalkan kelemahan yang ada. yang baik secara simultan mempunyai
Strategi (ST), ini adalah strategi dalam manfaat ekonomi dan lingkungan,
menggunakan kekuatan yang dimiliki artinya perolehan manfaat ekonomi dari
perusahaan untuk mengatasi ancaman. kayu yang dipanen untuk dipergunakan
Strategi (WT), strategi ini didasarkan sebagai pasokan bahan baku industri
pada kegiatan yang bersifat defensive sekaligus areal yang direhabilitasi akan
dan berusaha meminimalkan kelemahan memberi daya dukung ekologi dan
yang ada serta menghindari ancaman. lingkungan yang lebih baik. Skema
Unsur-unsur faktor internal dan REDD+ berpotensi untuk melindungi
eksternal diberi nilai bobot dan hutan dan mengurangi dampak
peringkat berdasarkan penilaian perubahan iklim. Seandainya
responden, kemudian dihitung skornya. pembangunan dan pengelolaan HTI
Skor merupakan hasil perkalian dari memenuhi standar sebagaimana
nilai bobot dengan peringkat, jika unsur disyaratkan dalam skema REDD+,
kekuatan skornya lebih besar dari unsur maka HTI berpotensi untuk
kelemahan maka menunjukkan unsur memperoleh manfaat finansial.
kekuatan lebih dominan dibanding Keberhasilan HTI untuk memenuhi
kelemahannya, begitu juga untuk skema REDD+ dapat dicapai jika
peluang dan ancaman serta hal ini terdapat sinergitas antara kekuatan
berlaku sebaliknya. internal dan peluang eksternal, serta
Selanjutnya dilakukan analisis sangat tergantung pada kelemahan
grand strategy dilakukan untuk internal dan ancaman eksternal yang
menentukan strategi prioritas dari ada. Berdasarkan hasil observasi
alternatif strategi yang telah dibangun terhadap data-data primer dan sekunder,
sebelumnya (strategi SO, WO, ST, dan serta pengamatan langsung di lapangan
WT). Penentuan strategi prioritas diperoleh faktor internal dan eksternal
ditentukan berdasarkan titik sebagai berikut :
perpotongan dari skor total faktor

127
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

Tabel 1. Faktor Internal dan Eksternal dalam Penyusunan Strategi Pengelolaan HTI PT.
Finnantara Intiga untuk REDD+
Faktor Internal
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
 Mempunyai cadangan stok karbon total pada umur 1-7  Kemampuan untuk menyelesaikan konflik
tahun sebesar 690,73 Ton/Ha (Ganjar et al. , 2016) tata batas dan penggunaan areal oleh pihak
 Mempunyai kemampuan untuk mensequestrasi CO2 lain di luar sektor kehutanan yang masih
717.999,37 Ton/Tahun (Ganjar et al. , 2016) rendah
 Tersedia data dan sistem pengukuran pertumbuhan dan  Masih lemahnya perusahaan dalam
stok tanaman yang baik, yang menjamin kepastian MRV mengatasi gangguan keamanan hutan yang
dalam REDD+ berpotensi terjadinya illegal logging
 Komitmen perusahaan untuk mengelola hutan secara  Masih rendahnya kemampuan merealisasikan
lestari target penanaman
 Kemampuan perusahaan untuk memenuhi sertifikasi
pengelolaan hutan lestari baik internasional maupun
nasional
 Pengalaman kerjasama dengan masyarakat
Faktor Eksternal
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
 Kebijakan internasional dalam mitigasi perubahan iklim  Potensi perubahan kebijakan fungsi kawasan
melalui REDD+ oleh pemerintah pusat dan daerah
 Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk  Lemahnya kepastian dan penegakan hukum
kebijakan dan kelembagaan dalam pelaksanaan REDD+ di bidang kehutanan dan lingkungan
 Keberadaaan institusi lain yang bisa membantu  Masuknya aktor lain yang mempunyai
pelaksanaan REDD+ (perguruan tinggi, LSM, dll) kekuatan lebih besar, yang berpotensi
mengganggu kemantapan kawasan

Sumber : Pengolahan Data 2018

Selanjutnya disusun matriks untuk sehingga dihasilkan empat (4) alternatif


memetakan unsur-unsur faktor kekuatan strategi : strategi SO, strategi ST,
dan kelemahan internal untuk Strategi WO, dan strategi WT, seperti
menghadapi peluang dan ancaman, pada Tabel 2 berikut ini :

128
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

Tabel 2. Matriks Pengembangan Strategi Pengelolaan HTI PT. Finnantara Intiga untuk
REDD+
Kekuatan (Strength = S) Kelemahan (Weakness = W)
Faktor Internal 1. Mempunyai cadangan stok karbon total 1. Kemampuan untuk menyelesaikan
pada umur 1-7 tahun sebesar 690,73 konflik tata batas dan penggunaan
Ton/Ha (Ganjar et al. , 2016) areal oleh pihak lain di luar sektor
2. Mempunyai kemampuan untuk kehutanan yang masih rendah
mensequestrasi CO2 717.999,37 2. Masih lemahnya perusahaan dalam
Ton/Tahun (Ganjar et al. , 2016) mengatasi gangguan keamanan
3. Tersedia data dan sistem pengukuran hutan yang berpotensi terjadinya
pertumbuhan dan stok tanaman yang illegal logging
baik, yang menjamin kepastian MRV 3. Masih rendahnya kemampuan
dalam REDD+ merealisasikan target penanaman
4. Komitmen perusahaan untuk mengelola
hutan secara lestari
5. Kemampuan perusahaan untuk
Faktor Eksternal memenuhi sertifikasi pengelolaan hutan
lestari baik internasional maupun
nasional
6. Pengalaman kerjasama dengan
masyarakat
Peluang (Opportunity = O) Strategi SO Strategi WO
1. Kebijakan internasional 1. Mengimplementasikan dukungan 1. Mendukung terbentuknya Kesatuan
dalam mitigasi perubahan pemerintah dalam bentuk pendampingan Pengelolaan Hutan (KPH) yang
iklim melalui REDD+ teknis agar PT.Finnantara Intiga bisa menaungi areal PT. Finnantara
2. Dukungan pemerintah masuk dalam skema REDD+ Intiga untuk menjamin kemantapan
pusat dan daerah dalam 2. Meningkatkan kualitas manajemen PT. dan keamanan kawasan hutan
bentuk kebijakan dan Finnantara Intiga dalam sistem 2. Meningkatkan kualitas manajemen
kelembagaan dalam pengukuran stok karbon dengan bantuan PT, Finnantara Intiga dengan
pelaksanaan REDD+ instusi lain untuk memastikan MRV bisa bantuan pihak lain untuk menjamin
3. Keberadaaan institusi lain dilaksanakan dengan baik tercapainya peningkatan stok
yang bisa membantu 3. Meningkatkan kualitas kerjasama dengan karbon dan pengelolaan hutan yang
pelaksanaan REDD+ lembaga lain dan masyarakat lestari di HTI PT. Finnantara Intiga
(perguruan tinggi, LSM, melalui penelitian dan
dll) pengembangan yang komprehensif
dan berkelanjutan,
Ancaman (Treats = T) Strategi ST Strategi WT
1. Potensi perubahan 1. Melakukan sinkronisasi perencanaan di 1. Mendukung terbentuknya Kesatuan
kebijakan fungsi kawasan tingkat unit manajemen HTI Pengelolaan Hutan (KPH) yang
oleh pemerintah pusat dan PT.Finnantara Intiga dengan perencanaan menaungi areal PT.Finnantara
daerah akibat dinamika di level yang lebih tinggi Intiga untuk menjamin kemantapan
pembangunan yang ada 2. Meningkatkan kualitas manajemen dan keamanan kawasan hutan
2. Lemahnya kepastian dan perusahaan untuk menjamin kemantapan sekaligus mendorong terwujudnya
penegakan hukum di dan keamanan kawasan hutan good forestry governence untuk
bidang kehutanan dan 3. Bekerjasama dengan masyarakat untuk kepastian berusaha dan penegakan
lingkungan menjaga dan kemantapan dan keamanan hukum di bidang kehutanan dan
3. Masuknya aktor lain yang kawasan lingkungan
mempunyai kekuatan 4. Mendorong terwujudnya good forestry 2. Membuat terobosan kerjasama
lebih besar, yang governence untuk kepastian berusaha dan dengan perusahaan lain yang lebih
berpotensi mengganggu penegakan hukum di bidang kehutanan berpengalaman dan lebih kuat
kemantapan kawasan dan lingkungan sumberdayanya (modal, SDM,
peralatan, dll)
Sumber : Pengolahan Data 2018

129
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

Adapun penjabaran dari Tabel 2 adalah untuk MRV dengan pihak lain
sebagai berikut : yang berkompeten
1. Strategi yang dilakukan dengan  Meningkatkan koordinasi dan
menggunakan kekuatan dan komunikasi dengan para pihak
memanfaatkan peluang (Strategi SO) : terkait MRV sehingga data dan
1. Mengimplementasikan dukungan infromasi terkait implementasi
pemerintah dalam bentuk REDD+ di HTI PT. Finnantara
pendampingan teknis agar PT. Intiga secara khusus dan
Finnantara Intiga bisa masuk dalam Kalimantan Barat secara umum
skema REDD+ (S1, S2, S4, S5, O1, selalu update,
O2), dengan penjabaran sebagai 3. Meningkatkan kualitas kerjasama
berikut : dengan lembaga lain dan
 Dukungan pemerintah bisa masyarakat (S6, O3), sebagai
dimulai dari tingkat pemerintah berikut :
daerah, dimana Provinsi  Membuat terobosan kerjasama
Kalimantan Barat berkomitmen baru terkait akses terhadap
untuk berkontribusi dalam insentif dana untuk implementasi
mitigasi perubahan iklim. Sejalan REDD+
dengan hal tersebut, maka  Melibatkan masyarakat dalam
kontribusi HTI PT. Finnantara pengelolaan HTI untuk
Intiga dalam mengurangi emisi menjalankan kewajiban
Kalimantan barat sebesar 3,89% pemberdayaan masyarakat
adalah merupakan subordinasi (CSR) dan meredam potensi
dari kontribusi Kalimantan Barat konflik,
dalam mitigasi perubahan iklim 2. Strategi memanfaatkan peluang untuk
secara nasional, mengatasi kelemahan (Strategi WO),
 Pembahasan dan diskusi yang sebagai berikut :
lebih teknis perlu dilakukan 1. Mendukung terbentuknya Kesatuan
untuk semakin terwujudnya Pengelolaan Hutan (KPH) yang
implementasi skema REDD+ di menaungi areal PT. Finnantara
HTI baik yang difasilitasi Intiga untuk menjamin kemantapan
pemerintah pusat maupun dan keamanan kawasan hutan (O2,
daerah, W1, W2) :
 Membentuk Forum atau Asosiasi  Membantu dalam menyediakan
Pengusaha Hutan yang informasi dan data untuk
berkomitmen dalam mitigasi pembentukan KPH di areal PT.
perubahan iklim di daerah yang Finnantara Intiga
difasilitasi pemerintah pusat  Melakukan kerjasama dengan
2. Meningkatkan kualitas manajemen KPH mengatasi permasalahan
PT. Finnantara Intiga dalam sistem yang selama ini belum
pengukuran stok karbon dengan terselesaikan, seperti tata batas
bantuan instusi lain untuk dan konflik lahan
memastikan MRV bisa 2. Meningkatkan kualitas manajemen
dilaksanakan dengan baik (S3, O3), PT. Finnantara Intiga dengan
sebagai berikut : bantuan pihak lain untuk menjamin
 Melakukan kerjasama dalam tercapainya peningkatan stok
pengukuran dan pengolahan data karbon dan pengelolaan hutan yang

130
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

lestari di HTI PT. Finnantara Intiga 3. Bekerjasama dengan masyarakat


melalui penelitian dan untuk menjaga dan kemantapan dan
pengembangan yang komprehensif keamanan kawasan (S5, T2, T3)
dan berkelanjutan (O3, W3) :  Melibatkan masyarakat dalam
 Melakukan kerjasama dengan penentuan tata batas HTI
pihak yang berkompeten  Melibatkan masyarakat dalam
(perguruan tinggi dan Lembaga pekerjaan yang ada di HTI
Penelitian dan Pengembangan  Melakukan program CSR
yang dimiliki instansi pusat atau 4. Mendorong terwujudnya good
daerah) untuk menjamin forestry governence untuk kepastian
peningkatan stok karbon dan berusaha dan penegakan hukum di
pengelolaan hutan yang lestari bidang kehutanan dan lingkungan
secara komprehensif dan (S4, S5, T2)
berkelanjutan,  Membuat Memorandum of
 Mengaplikasikan hasil penelitian Understanding (nota
kolaborasi di tingkat tapak kesepahaman) dengan para pihak
3. Strategi memanfaatkan kekuatan untuk : pemerintah pusat, pemerintah
meminimalkan ancaman (Strategi ST), daerah (kabupaten dan provinsi),
dilakukan lembaga masyarakat adat,
dengan cara sebagai berikut : kepolisian, kejaksaan, dan lain-
1. Melakukan sinkronisasi lain, untuk mendapatkan
perencanaan di tingkat unit kepastian berusaha dan
manajemen HTI PT. Finnantara penegakan hukum,
Intiga dengan perencanaan di level 4. Strategi untuk meminimalkan
yang lebih tinggi (S4, S5, T1) kelemahan dan ancaman yang ada
 Menyusun rencana kerja HTI (Strategi WT), dengan
(RKT dan RKU) yang sinkron cara sebagai berikut :
dengan Rencana Kehutanan di 1. Mendukung terbentuknya Kesatuan
Tingkat Provinsi dan Pusat, Pengelolaan Hutan (KPH) yang
 Menyusun rencana kerja HTI menaungi areal PT. Finnantara
yang sinkron dengan kebijakan Intiga untuk menjamin kemantapan
lingkungan hidup di level dan keamanan kawasan hutan
Kabupaten, Provinsi, Nasional, sekaligus mendorong terwujudnya
dan internasional, good forestry governence untuk
2. Meningkatkan kualitas manajemen kepastian berusaha dan penegakan
perusahaan untuk menjamin hukum di bidang kehutanan dan
kemantapan dan keamanan lingkungan (W1, W2, T1, T2)
kawasan hutan (S4, S5, T2, T3)  Proaktif mendukung
 Melakukan pendidikan, latihan, terbentuknya KPH
dan penyegaran secara 2. Membuat terobosan kerjasama
berkelanjutan terhadap organisasi dengan perusahaan lain yang lebih
kerja perusahaan yang berpengalaman dan lebih kuat
bertanggung jawab pada sumberdayanya (modal, SDM,
kemantapan dan keamanan peralatan, dll) (W3, T3)
kawasan hutan  Membangun komunikasi dengan
pihak lain

131
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

 Melakukan kerjasama teknis dengan skor total faktor eksternal (nilai


dengan pihak lain untuk peluang dikurangi ancaman).
mengatasi kelemahan dan Sebelumnya unsur-unsur faktor
ancaman yang ada internal dan eksternal diberi nilai bobot
Analisis Grand Strategy dan peringkat berdasarkan penilaian
Analisis grand strategy dilakukan responden. kemudian dihitung skornya.
untuk menentukan strategi prioritas dari Skor merupakan hasil perkalian dari nilai
alternatif strategi yang telah dibangun bobot dengan peringkat, jika unsur
sebelumnya (strategi SO, WO, ST, dan kekuatan skornya lebih besar dari unsur
WT). Penentuan strategi prioritas kelemahan maka menunjukkan unsur
ditentukan berdasarkan titik perpotongan kekuatan lebih dominan dibanding
dari skor total faktor internal (nilai kelemahannya, begitu juga untuk peluang
kekuatan dikurangi nilai kelemahan) dan ancaman serta hal ini berlaku
sebaliknya.
Tabel 3. Perhitungan Skor Faktor Internal dan Eksternal untuk Menentukan Grand
Strategy
Unsur-unsur Strategi Faktor Internal
No Bobot Peringkat Skor
Kekuatan
Mempunyai cadangan stok karbon total pada umur 1-7 tahun sebesar 690,73
1
Ton/Ha (Ganjar et al. , 2016) 0,063 3 0,189
Mempunyai kemampuan untuk mensequestrasi CO2 717.999,37 Ton/Tahun
2
(Ganjar et al. , 2016) 0,069 3,6 0,250
Tersedia data dan sistem pengukuran pertumbuhan dan stok tanaman yang
3
baik, yang menjamin kepastian MRV dalam REDD+ 0,069 4,8 0,333
4 Komitmen perusahaan untuk mengelola hutan secara lestari 0,076 4,8 0,363
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi sertifikasi pengelolaan hutan
5
lestari baik internasional maupun nasional 0,073 4,8 0,348
6 Pengalaman kerjasama dengan masyarakat 0,076 4,4 0,333
Jumlah 0,426 1,817
Kelemahan
Kemampuan untuk menyelesaikan konflik tata batas dan penggunaan areal
1
oleh pihak lain di luar sektor kehutanan yang masih rendah 0,073 6,67 0,484
Masih lemahnya perusahaan dalam mengatasi gangguan keamanan hutan
2
yang berpotensi terjadinya illegal logging 0,057 7,33 0,416
3 Masih rendahnya kemampuan merealisasikan target penanaman 0,054 5,33 0,286
Jumlah 0,183 1,186
Unsur-unsur Strategi Faktor Internal
No Bobot Peringkat Skor
Peluang
1 Kebijakan internasional dalam mitigasi perubahan iklim melalui REDD+ 0,066 7 0,464
Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk kebijakan dan
2
kelembagaan dalam pelaksanaan REDD+ 0,073 8 0,580
Keberadaaan institusi lain yang bisa membantu pelaksanaan REDD+
3
(perguruan tinggi, LSM, dll) 0,073 8 0,580
Jumlah 0,211 1,625
Ancaman
Potensi perubahan kebijakan fungsi kawasan oleh pemerintah pusat dan
1
daerah 0,050 6,667 0,336
Lemahnya kepastian dan penegakan hukum di bidang kehutanan dan
2
lingkungan 0,069 8,000 0,555
Masuknya aktor lain yang mempunyai kekuatan lebih besar, yang berpotensi
3
mengganggu kemantapan kawasan 0,060 6,000 0,360
Jumlah 0,180 1,251
Sumber : Pengolahan Data 2018

132
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

Tabel 3 menunjukkan skor unsur (2006) faktor internal dan eksternal


kekuatan sebesar 1,817 dan kelemahan dapat diproyeksikan dalam dua sumbu
sebesar 1,186, maka selisih sebesar koordinat, dimana kekuatan dan
0,631 (positif), begitu juga untuk unsur kelemahan diproyeksikan dalam sumbu
peluang lebih besar dari ancaman. Nilai x (garis horisontal) dan peluang dan
selisih positif keduanya menunjukkan ancaman diproyeksikan dalam sumbu y
unsur-unsur kekuatan dan peluang yang (garis vertikal). Kekuatan dan peluang
dimiliki PT. Finnantara Intiga lebih diberi tanda positif, sedangkan
dominan dari unsur kelemahan dan kelemahan dan ancaman diberi tanda
ancaman yang ada. Menurut Rangkuti negatif.

PELUANG

Strategi turn-around Strategi Agresif

Kuadran Kuadran I
II

KELEMAHAN KEKUATAN

Kuadran Kuadran IV
III

Strategi Defensif Strategi Diversification

ANCAMAN

Gambar 1. Diagram SWOT (Rangkuti, 2006)

Berdasarkan skor pada Tabel 3, pemerintah dalam bentuk pendampingan


selisih faktor internal (kekuatan dikurangi teknis agar PT. Finnantara Intiga bisa
kelemahan) dan selisih faktor eksternal masuk dalam skema REDD+ (S1, S2, S4,
(peluang dikurangi ancaman) adalah S5, O1, O2). Dukungan pemerintah bisa
positif, maka perpotongan antara faktor dimulai dari tingkat pemerintah daerah,
internal dan eksternal terletak pada dimana Provinsi Kalimantan Barat
kuadran I. Pada kuadran I ini, prioritas berkomitmen untuk berkontribusi dalam
strategi yang akan digunakan adalah mitigasi perubahan iklim. Sejalan dengan
strategi agresif (strategi SO), yaitu dengan hal tersebut, maka kontribusi HTI PT.
menggunakan seluruh kekuatan dan Finnantara Intiga dalam mengurangi emisi
memanfaatkan peluang yang ada. Bentuk Kalimantan barat sebesar 3,89% (Ganjar et
strategi agresif tersebut adalah : (1) al., 2016) adalah merupakan subordinasi
Mengimplementasikan dukungan dari kontribusi Kalimantan Barat dalam

133
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

mitigasi perubahan iklim secara nasional. implementasi strategi seringkali juga


Perlu juga dilakukan pembahasan dan berhadapan pada sesuatu kondisi relatif,
diskusi yang lebih teknis perlu dilakukan misalnya suatu kekuatan (distinctive
untuk semakin terwujudnya implementasi competence) hanya akan menjadi
skema REDD+ di HTI baik yang competitive advantage bagi suatu institusi
difasilitasi pemerintah pusat maupun apabila kekuatan tersebut terkait dengan
daerah. Membentuk Forum atau Asosiasi lingkungan sekitarnya, apakah kekuatan
Pengusaha Hutan yang berkomitmen itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi
dalam mitigasi perubahan iklim di daerah lingkungan di sekitarnya. Jika pada
yang difasilitasi pemerintah pusat juga instutusi lain juga terdapat kekuatan yang
perlu dilakukan untuk memperkuat dan institusi tersebut memiliki core
jaringan kerjasama, (2) Meningkatkan competence yang sama, maka kekuatan
kualitas manajemen PT. Finnantara Intiga harus diukur dari bagaimana kekuatan
dalam sistem pengukuran stok karbon relatif suatu institusi dibandingkan dengan
dengan bantuan instusi lain untuk institusi yang lain. Sehingga dapat
memastikan MRV bisa dilaksanakan disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan
dengan baik (S3, O3), dengan cara : yang dimiliki institusi harus dipaksa untuk
melakukan kerjasama dalam pengukuran dikembangkan karena adakalanya
dan pengolahan data untuk MRV dengan kekuatan itu tidak terlalu penting jika
pihak lain yang berkompeten, dilihat dari lingkungan yang lebih luas.
meningkatkan koordinasi dan komunikasi Hal-hal yang menjadi opposite dari
dengan para pihak terkait MRV sehingga kekuatan adalah kelemahan. Sehingga
data dan infromasi terkait implementasi sama dengan kekuatan, tidak semua
REDD+ di HTI PT. Finnantara Intiga kelemahan dari institusi harus dipaksa
secara khusus dan Kalimantan Barat untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal
secara umum selalu update, (3) yang tidak berpengaruh pada lingkungan
Meningkatkan kualitas kerjasama dengan sekitar. Dari sisi peluang, dapat
lembaga lain dan masyarakat (S6, O3), dikatagorikan dalam tiga tingkatan : 1)
yaitu dengan membuat terobosan Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat
kerjasama baru terkait akses terhadap yang kecil dan peluang pencapaiannya
insentif dana untuk implementasi REDD+, juga kecil, 2) Moderate, jika memiliki
serta melibatkan masyarakat dalam daya tarik dan manfaat yang besar namun
pengelolaan HTI untuk menjalankan peluang pencapaian kecil atau sebaliknya
kewajiban pemberdayaan masyarakat 3) Best, jika memiliki daya tarik dan
(CSR) dan meredam potensi konflik. manfaat yang tinggi serta peluang
Namun demikian, dalam tercapaianya besar. Ancaman adalah
implementasi strategi ke depan bersifat segala sesuatu yang terjadi akibat trend
fleksibel, oleh karena itu usulan strategi perkembangan (persaingan) dan tidak bisa
yang berada pada kuadran II, III, dan IV dihindari. Sementara itu, untuk ancaman
dan kombinasinya dapat digunakan untuk juga bisa dilihat dari tingkat keparahan
melengkapi strategi prioritas. Suatu pengaruhnya (seriousness) dan

134
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

kemungkinan terjadinya (probability of masyarakat, yaitu dengan membuat


occurance). Sehingga dapat dikatagorikan terobosan kerjasama baru terkait akses
: 1) Ancaman utama (major threats), terhadap insentif dana untuk implementasi
adalah ancaman yang kemungkinan REDD+, serta melibatkan masyarakat
terjadinya tinggi dan dampaknya besar. dalam pengelolaan HTI untuk
Untuk ancaman utama ini, diperlukan menjalankan kewajiban pemberdayaan
beberapa contingency planning yang harus masyarakat (CSR) dan meredam potensi
dilakukan institusi untuk mengantisipasi, konflik. Aspek lingkungan baik yang
2) Ancaman tidak utama (minor threats), berasal dari lingkungan internal maupun
adalah ancaman yang dampaknya kecil eksternal yang mempengaruhi pola strategi
dan kemungkinan terjadinya kecil, 3) HTI dalam mencapai tujuan bersifat
Ancaman moderate, berupa kombinasi sangat dinamis, sehingga usulan strategi
tingkat keparahan yang tinggi namun SO bersifat fleksibel oleh karena itu yang
kemungkinan terjadinya rendah dan strategi pada kuadran II, III, dan IV dan
sebaliknya. Aspek lingkungan baik yang kombinasinya dapat digunakan untuk
berasal dari lingkungan internal maupun melengkapi strategi prioritas.
eskternal yang mempengaruhi pola strategi UCAPAN TERIMA KASIH
institusi/lembaga dalam mencapai tujuan (ACKNOWLEDGEMENT)
bersifat sangat dinamis. Kecepatan untuk Penelitian ini didukung oleh PT.
membaca suatu kondisi yang berubah Finnantara Intiga. Kami berterima kasih
menjadi aspek keniscayaan yang harus kepada rekan-rekan kami dari Universitas
diantisipasi agar pengelolaan HTI bisa Tanjungpura dan Universitas Gadjah
berkontribusi dalam mitigasi perubahan Mada yang memberikan wawasan dan
iklim melalui skema REDD+. keahlian yang sangat membantu dalam
KESIMPULAN penelitian ini.
Prioritas strategi yang akan digunakan
agar pengelolaan HTI oleh PT. Finnantara DAFTAR PUSTAKA
Intiga dapat masuk dalam skema REDD+ Angelsen A, Brockhaus M, Kanninen M,
adalah strategi agresif (strategi SO), yaitu Sills E, Sunderlin WD, & Wertz SK.
(2010). Mewujudkan REDD+:
dengan menggunakan seluruh kekuatan
Strategi nasional dan berbagai
dan memanfaatkan peluang yang ada. pilihan kebijakan. Bogor: Center for
Bentuk strategi agresif tersebut adalah : (1) International Forest (CIFOR)
Mengimplementasikan dukungan
Anonim. (2016). Integrated Sustainable
pemerintah dalam bentuk pendampingan Forest Management Plan (ISFMP)
teknis agar PT.Finnantara Intiga bisa Rencana Pengelolaan Hutan
masuk dalam skema REDD+. (2) Terpadu Berkelanjutan IUPHHK-
Meningkatkan kualitas manajemen PT. HTI PT. Finnantara Intiga
Finnantara Intiga dalam sistem Kabupaten Sanggau-Sekadau dan
pengukuran stok karbon dengan bantuan Sintang Provinsi Kalimantan Barat.
Pontianak: PT. Tera Widyagama
institusi lain. (3) Meningkatkan kualitas
(Konsultan Forestry-GIS-Mapping-
kerjasama dengan lembaga lain dan Survay)

135
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 122 - 136

[Bappenas ] Badan Perencanaan dan Sugiyono., 2004. Metode Penelitian


Pembangunan Nasional. (2009). Bisnis. Cetakan Ketujuh. Alfabeta.
Indonesia Climate Change Sectoral Bandung.
Roadmap (ICCSR). Jakarta : Badan
Perencanaan dan Pembangunan
Nasional (Bappenas)
Ganjar Oki Widhanarto, Ris Hadi
Purwanto, Ahmad Maryudi, &
Senawi. (2016). Assessing carbon
pool of forest plantation to support
REDD+ implementation in
Indonesia. Proceeding on
International Seminar on Science
and Technology (ICST) Gadjah
Mada University, Yogyakarta
Oktober 2015. AIP Publishing : AIP
Conference Proceedings 1755,
130008 (2016); doi:
10.1063/1.4958552. View online:
http://dx.doi.org/10.1063/1.4958552
Heriansyah, Ike. 2005. Potensi Hutan
Tanaman Indsutri dalam
Mensequester Karbon : Studi Kasus
di Hutan Tanaman Akasia dan
Pinus. Inovasi Online
Vol.3/XVII/Maret 2005. PPI
Jepang.
[MoEF] Ministry of Environmental and
Forestry Republic of Indonesia.
(2015). Intended Nationally
Determined Contribution Republic
of Indonesia. Submission to
UNFCCC Secretariat. Directorate
General of Climate Change. Jakarta
: Ministry of Environment and
Forestry Republic of Indonesia.
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis :
Reorientasi Konsep Perencanaan
Strategis untuk menghadapi Abad
21, Cetakan kedua belas, Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

136

You might also like