Professional Documents
Culture Documents
55 93 1 PB PDF
55 93 1 PB PDF
Anton
Fakultas Ekonomi Universitas AKI
Abstract
The recent business development has proven that it is not enough for management just to
ensure the business run efficiently. It also needs new instrument, that is Good Corporate
Governance (GCG) to assure the firm is managed on the right track (Kaihatu, 2007). The
Century Bank scandal that recently happened in Indonesia is one of the evidence how important
GCG is now. GCG has been a critical issue in business world and even in governmental scope.
But, unfortunately until this time, Indonesia has lack of GCG implementation. GCG assessed has
no positive impact for corporate performance. This research analyzed whether the
implementation of GCG has positive impact for corporate governance.
The hypothesis of this research examines that there is a positive significant impact of GCG
implementation to EVA Momentum value. The result of statistic shows that there is no direct
positive impact of GCG implementation to EVA Momentum value. This is contrast to the theory,
the base of hypothesis, or in other words, there is an anomaly in this research. Some factors
trigger this anomaly. Firstly, the difference term between GCG implementation and corporate
performance valuation by EVA Momentum, by which the implementation of GCG requires
longer period, while EVA Momentum may directly be calculated in one certain period.
Secondly, there are still many firms that implement GCG just for regulation obedience, so they
21
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
fail to apply GCG as part of their corporate culture. Thirdly, EVA Momentum is such a new
matter in corporate performance valuation, thus many firms have not considered it in measuring
corporate performance. There are many aspects which are not calculated in conventional
financial ratios but are considered in EVA Momentum
menjadi alasan mengapa GCG kurang terdapat satu persamaan yaitu penggunaan
maksimal dalam hal implementasinya di data akuntansi sebagai input pengukuran,
kalangan perusahaan-perusahaan Indonesia. dimana hal ini kemudian menjadi kelemahan
yang melekat pada tiap-tiap analisis tersebut
Suatu hal yang sangat kontradiktif,
(Budiman,2004). Kemudian lahirlah EVA
dimana di satu sisi penerapan GCG diyakini
yang pertama kali diperkenalkan oleh Joel
sangatlah penting dalam pencapaian tujuan
Stern dan G. Bernett Steward. EVA berbeda
perusahaan yang berkelanjutan, namun di
dengan pendekatan berbasis rasio tingkat
sisi lain, banyak pelaku usaha yang enggan
kembalian tradisional seperti ROI, ROA,
menerapkannya secara sungguh-sungguh
atau ROE.
dengan alasan dampak yang ditimbulkan
kurang signifikan terhadap kinerja keuangan Model EVA berasal dari konsep biaya
perusahaan. Kontradiksi tersebut menjadi modal (cost of capital), yaitu resiko yang
salah satu latar belakang ditelitinya dihadapi oleh perusahaan dalam melakukan
pengaruh penerapan good corporate investasi. Dalam penelitiannya, Budiman,
governance terhadap kinerja keuangan 2004, mengungkapkan bahwa penerapan
perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor EVA sebagai indikator kinerja keuangan
endogenitas yang mempengaruhi penerapan perusahaan sangat sesuai dan mendukung
good corporate governance yaitu growth prisnip-prinsip yang terdapat dalam Good
opportunity (kesempatan pertumbuhan) dan Corporate Governance (GCG). Kunci utama
firm’s size (ukuran perusahaan) ditambahkan penerapan GCG yang adalah adanya
sebagai variabel bebas yang berfungsi untuk transparansi, keterbukaan informasi, dan
mengontrol variabel penerapan GCG. keterlibatan semua unsur dalam perusahaan
termasuk stakeholders dalam suatu bentuk
Selanjutnya, yang melatarbelakangi
kerjasama yang baik telah menjadikan EVA
masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai indikator kinerja perusahaan yang
pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
dapat dijadikan sebagai pintu gerbang dalam
Pengukuran kinerja keuangan itu sendiri
mewujudkan terlaksananya GCG di
oleh perusahaan telah lama menjadi
Indonesia.
perhatian bagi setiap pelaku usaha. Dari
sekian banyak alat analisis yang ada,
25
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
Selanjutnya, pihak-pihak tersebut, yang juga Berdasarkan definisi atau pengertian good
merupakan partisipan dari CG menjalankan corporate governance di atas, dapat
fungsi masing-masing berlandaskan prinsip- disimpulkan bahwa pada dasarnya good
prinsip dasar CG yang berterima umum, corporate governance adalah mengenai
yaitu transparency, accountability, sistem, proses, dan seperangkat peraturan
28
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
yang mengatur hubungan antara berbagai bisnis kepada manajer yang merupakan agen
pihak yang berkepentingan (stakeholders) atau perwakilan dari pemegang saham.
terutama dalam arti sempit, hubungan antara Permasalahan yang kemudian muncul
pemegang saham, dewan komisaris, dan adalah bahwa agen tidak selalu membuat
dewan direksi demi tercapainya tujuan keputusan-keputusan yang bertujuan untuk
perusahaan. memenuhi kepentingan terbaik prinsipal.
Hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan
manajer untuk memfokuskan pada proyek
2.1.2 Teori Corporate Governance dan investasi yang menghasilkan laba tinggi
dalam jangka pendek daripada
Dalam buku berjudul Corporate
memaksimalkan kesejahteraan pemegang
Governance Concept and Model, 2009 yang
saham melalui investasi di proyek-proyek
disusun oleh tim Center for Good Corporate
yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Governance Universitas Gadjah Mada
Selain itu, permasalahan lain yang mungkin
(CGCG-UGM), dipaparkan sejumlah teori
timbul adalah adanya asimetric information
yang menjelaskan dan menganalisis tentang
dimana para agen umumnya menguasai
corporate governance (CG). Beberapa teori
lebih banyak informasi mendetail mengenai
tersebut antara lain teori keagenan (agency
kinerja perusahaan dibandingkan dengan
theory), teori biaya transaksi (transaction
prinsipal. Literatur teori keagenan
cost theory), dan teori pemangku
menunjukkan beberapa solusi masalah
kepentingan (stakeholder theory).
keagenan, diantaranya dengan dibentuknya
a. Teori Keagenan (Agency Theory) kontrak-kontrak optimal baik yang berkaitan
dengan remunerasi manajer maupun
Teori keagenan dinyatakan pertama
kontrak-kontrak hutang. Adanya kontrak-
kali oleh Jensen and Meckling pada tahun
kontrak tersebut kemudian akan
1976 (Warsono,dkk.,2009). Jensen and
menimbulkan biaya yang disebut dengan
Meckling menyebut manajer suatu
biaya keagenan. Dapat dilihat bahwa
perusahaan sebagai „agen‟ dan pemegang
masalah keagenan ini dapat menimbulkan
saham sebagai „prinsipal‟. Pemegang saham
persoalan tersendiri bagi perusahaan, dan
mendelegasikan pengambilan keputusan
dalam hal ini penerapan corporate
29
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
governance yang baik muncul sebagai solusi mekanisme pasar, maka perusahaan akan
atas masalah tersebut. Dengan menerapkan menggunakan transaksi internal. Dalam hal
prinsip-prinsip good corporate governance, ini manjer berperan sebagai pengambil
prinsipal dapat mengontrol dan memonitor keputusan dalam menentukan transaksi.
agennya dengan lebih efektif, demikian pula
Ekonomika biaya transaksi membuat
para agen dapat menyelaraskan
asumsi opportunis terhadap para manajer,
kepentingannya dengan kepentingan
dimana manajer cenderung mencari
prinsipal.
kepentingan sendiri dalam mengorganisasi
b. Teori Biaya Transaksi (Transaction transaksi-transaksi. Perilaku oportunistik
Cost Theory) semacam ini bisa jadi mempunyai
konsekuensi yang tidak baik terhadap
Teori biaya transaksi dikemukakan
keuangan perusahaan karena tidak
pertama kali oleh Williamson tahun 1996
mendorong investor potensial untuk
(Warsono,dkk.,2009). Teori ini didasarkan
berinvestasi. Sejauh ini terdapat kesamaan
pada kenyataan bahwa perusahaan telah
antara teori biaya transaksi dengan teori
menjadi sedemikian besar sehingga, sebagai
keagenan. Keduanya berusaha mengatasi
akibatnya, mereka memanfaatkan pasar
permasalahan yang sama yaitu bagaimana
dalam menentukan alokasi sumber daya.
perusahaan mendorong manajer
Dengan demikian pergerakan harga di pasar
menyelaraskan kepentingannya dengan
akan menentukan produksi dan pasar itu
kepentingan pemegang saham. Dan dalam
sendiri yang mengkoordinasikan transaksi-
hal ini, prinsip-prinsip good corporate
transaksi. Manajemen perusahaan
governance berperan sebagai solusi atas
berkepentingan untuk menginternalisasi
permasalahan tersebut.
sebanyak mungkin transaksi guna
meminimalkan resiko dan ketidakpastian c. Teori Pemangku Kepentingan
mengenai harga dan kualitas produk dimasa (Stakeholders Theory)
yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan
Teori pemangku kepentingan telah
melalui integrasi vertikal. Namun, apabila
berkembang secara bertahap sejak tahun
biaya transaksi internal menjadi terlalu
1970-an. Freeman,1984 (Warsono,
mahal dibanding biaya transaksi melaui
30
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
33
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
kontinyu standar kode etik yang berlaku (2007) kinerja perusahaan adalah hasil dari
tertulis yang memberi perlindungan karena itu untuk menilai kinerja perusahaan
yang berkepentingan dalam kurun keuangan merupakan salah satu faktor yang
waktu yang cukup longgar, tidak terlalu menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu
yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk 2. Untuk kepentingan restrukturisasi dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. kepentingan usaha. Perusahaan yang
Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio bermasalah seringkali memerlukan
(perbandingan) antara masukan dan keluaran penilaian untuk mengimplementasikan
yaitu dengan masukan tertentu memperoleh program pemulihan usaha atau
keluaran yang optimal. restukturisasi , untuk mengetahui
apakah nilai usaha lebih besar daripada
Menurut Kamus Besar Bahasa
nilai likuiditasnya.
Indonesia (1995), kinerja dapat diartikan
3. Untuk keperluan divestasi sebagai
sebagai sesuatu yang dapat dicapai, prestasi
saham perusahaan dari mitra strategis
yang diperlihatkan dan kemampuan kerja,
(beberapa saham harus dilepas kepada
berkinerja artinya berkemampuan dengan
mitra baru) Contoh : Privatisasi BUMN.
menggunakan tenaga. Jadi kinerja keuangan
4. Untuk Initial Public Offering (IPO)
berdasarkan uraian diatas, adalah
Perusahaan yang akan menjual
kemampuan kerja manajemen keuangan
sahamnya pada umum atau bursa, harus
dalam mencapai prestasi kinerjanya.
dinilai dengan menggunakan penilaian
2) Tujuan Penilaian Kinerja yang wajar untuk ditawarkan kepada
masyarakat luas atau publik.
Penilaian perusahaan khususnya
5. Untuk memperoleh pendapatan wajar
kinerja, sering dilakukan untuk tujuan-
atas penyertaan modal dalam suatu
tujuan yang tersebut di bawah ini
perusahaan atau menunjukkan bahwa
(Darmawati, 2004 dalam Yudha, 2007):
perusahaan bernilai lebih dari apa yang
1. Untuk keperluan merger dan akuisisi. ada di dalam neraca
Perusahaan yang akan melakukan 6. Memperoleh pembelanjaan, penetapan
merger (penggabungan usaha) atau besarnya pinjaman, atau tambahan
mengakuisisi perusahaan lain, jelas modal.
memerlukan kegiatan penilaian untuk
mengetahui berapa nilai perusahaan dan
2.1.6 Economic Value Added (EVA)
nilai ekuitas dari masing-masing
perusahaan.
36
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
menentukan nilai EVA, dalam penelitian ini EVA = NOPAT – Capital Charges
menggunakan rumusan EVA menurut versi
Dimana :
39
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
berfokus pada proses manajemen risiko dan terdapat hubungan positif antara penerapan
pengendalian internal yang efektif akan GCG dengan kinerja keuangan yang diukur
meningkatkan kinerja dan daya saing serta dengan EVA. Dengan demikian, maka
kreatifitas nilai perusahaan yang pada hipotesis dalam penelitian ini dapat
nantinya dapat mencapai tujuan yang dikembangkan sebagai berikut:
diinginkan.
H1 : Penerapan good corporate
Budiman,2004 mengungkapkan bahwa governance berpengaruh positif
penerapan EVA sebagai indikator kinerja terhadap EVA Momentum dengan
keuangan perusahaan sangat sesuai dan firm’s size dan growth opportunity
mendukung prinsip-prinsip yang terdapat sebagai variabel kontrol.
dalam Good Corporate Governance (GCG).
EVA sebagai indikator kinerja perusahaan,
dapat dijadikan sebagai pintu gerbang dalam 3. Metode Penelitian
mewujudkan terlaksananya GCG di
3. 1 Populasi dan Sampel
Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
2. 2 Pengembangan Hipotesis Efek Indonesia dan termasuk dalam peserta
survey The Indonesian Institute for
Berdasarkan uraian dalam kajian
Corporate Governance (IICG) selama
pustaka, penerapan Good Corporate
periode 2004 sampai dengan 2008. Selama
Governance (GCG) berpengaruh positif
periode tersebut terdapat 114 perusahaan
terhadap kinerja keuangan. Budiman, 2004,
yang bersedia mengikuti survey, tetapi
mengungkapkan bahwa penerapan EVA
hanya 89 perusahaan yang memperoleh skor
sebagai indikator kinerja keuangan
dalam pemeringkatan Corporate
perusahaan sangat sesuai dan mendukung
Governance Performance Index (CGPI).
prisnip-prinsip yang terdapat dalam Good
Corporate Governance (GCG). Hal ini juga Pengambilan sampel dilakukan dengan
terungkap dalam hipotesis penelitian menggunakan purposive sampling, yaitu
Siahaan, 2008 yang mengungkapkan bahwa penentuan sampel dengan target atau
43
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
bebas lainnya yaitu growth opportunity dengan rata-rata 80.1414, maka perusahaan
(GO) dan firm’s size (SIZE), dengan sampel termasuk dalam kategori perusahaan
variabel terikat kinerja perusahaan yang terpercaya, dimana skor GCG berada di
diproksikan dengan nilai EVA Momentum antara 70 - 84. Tabel berikut akan
(EVAM). memberikan deskripsi lebih lanjut mengenai
kelompok perusahaan berdasarkan kategori
pemeringkatan skor CGPI.
4.1. Statistik Deskriptif
Nilai EVA Momentum (EVAM)
Pada bagian ini akan dideskripsikan terkecil dari sampel adalah -0.231,
hasil analisis deskriptif dari data yang telah merupakan nilai EVA Momentum dari PT
dikumpulkan sesuai dengan variabel yang Aneka Tambang, sedangkan nilai tertinggi
digunakan dalam penelitian. Masing-masing adalah 0.83, yaitu nilai EVA Momentum PT
variabel dianalisa berdasarkan nilai BFI. Adapun simpangan baku dari data nilai
minimum (minimum), nilai maksimum Eva Momentum adalah sebesar 0.182. Nilai
(maximum), rata-rata (mean), dan standar EVA Momentum hanya memiliki dua
deviasi (std. deviation). intrepretasi, nilai EVA Momentum positif,
berarti bahwa perusahaan mengalami
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui
kemajuan dalam kinerjanya, sebaliknya, bila
gambaran umum mengenai nilai data pada
nilai EVA Momentum negatif, maka
masing-masing variabel. Dari 29 sampel,
perusahaan mengalami kemunduran.
nilai atau skor penerapan good corporate
Dengan rata-rata nilai EVA Momentum
governance (GCG) terkecil (minimum)
positif 0.136 maka dapat disimpulkan bahwa
adalah 68.71, sedangkan skor tertinggi
rata-rata perusahaam sampel mengalami
(maximum) adalah 90.65. Secara rata-rata
kemajuan dalam kinerjanya. Hanya terdapat
(mean), skor GCG pada perusahaan sampel
tiga perusahaan yang memiliki nilai EVA
adalah 80.1414, dengan nilai simpangan
Momentum negatif, yaitu Bank Bumiputera,
bakunya (standard deviation) adalah
Aneka Tambang, dan Telekomunikasi
5.74096. Dikaitkan dengan tiga kategori
Indonesia.
dalam pemeringkatan Corporate
Governance Performance Index (CGPI),
46
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
Nilai rata-rata dari growth opportunity yaitu Bank Bumipuera dan yang tertinggi
(GO) dan firm’s size (SIZE) masing-masing adalah 5.55, yaitu Bank Mandiri. Adapun
adalah 0.266 dan 3.953, dimana untuk nilai simpangan baku dari variabel GO dan
variabel GO, nilai terkecilnya -0.15, yaitu SIZE masing-masing 0.244 dan 1.005.
pada PT Aneka Tambang, Tbk. dan nilai
Secara detail mengenai data olahan
tertingginya adalah 0.89, yaitu PT Bumi
yang terdapat dalam tabel 4.1 di atas, dapat
Resources Tbk. Sedangkan nilai pada
dilihat dalam tabel 4.3 berikut.
variabel SIZE, yang terkecil adalah 0.64
Tabel 4.3 Skor CGPI, Nilai EVA Momentum, Growth Opportunity, dan Firm‟s Size
Coefficientsa
Dari hasil pengolahan data di atas, (GCG), growth opportunity (GO), dan
maka dapat disusun suatu persamaan regresi firm’s size (SIZE) masing-masing
berganda sebagai berikut: bernilai 0.106
b. Koefisien regresi pada variabel GCG
EVAM = 0.519 – 0.009GCG + 0.351GO +
bernilai -0.009, artinya bahwa setiap
0.059SIZE + ε
penurunan satu persen variabel
a. Koefisien konstanta berdasarkan hasil penerapan good corporate governance,
regresi adalah positif 0.519. Hal ini maka akan meningkatkan nilai EVA
dapat diartikan bahwa Y (nilai EVA Momentum sebesar 0.009 dengan
Momentum) akan bernilai 0.519 apabila asumsi nilai variabel GO dan SIZE
penerapan good corporate governance adalah konstan. Dapat dilihat bahwa
49
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
terjadi anomali dalam hasil regresi GO adalah konstan, setiap kenaikan satu
untuk variabel penerapan GCG ini persen pada variabel firm’s size akan
dimana hasilnya bertolak belakang menyebabkan kenaikan pada EVA
dengan teori. Seharusnya penerapan Momentum sebesar 0.059.
GCG dan nilai EVA Momentum
memiliki hubungan yang positif, artinya 4.3. Uji Regresi Parsial (Uji t)
setiap penurunan variabel penerapan Uji t dilakukan untuk mengetahui
GCG akan menyebabkan penurunan apakah masing-masing variabel independen
nilai EVA Momentum, atau sebaliknya, dalam model regresi yang digunakan
kenaikan nilai variabel penerapan GCG mempunyai pengaruh secara parsial
akan menyebabkan kenaikan nilai EVA terhadap variabel dependennya. Dalam
Momentum. pengujian ini, jika nilai signifikansi t (Sig.)
c. Koefisien regresi pada variabel GO masing-masing variabel independen lebih
bernilai positif 0.351, artinya bahwa kecil dari 0.05, maka hipotesis alternatif
setiap kenaikan satu persen pada diterima atau dengan α = 5%, masing-
variabel growth opportunity akan masing variabel independen secara statistik
menyebabkan kenaikan pada EVA mempengaruhi variabel dependen.
Momentum sebesar 0.351 dengan
asumsi bahwa nilai variabel GCG dan Kriteria diterima atau ditolaknya
d. Koefisien regresi pada variabel SIZE dimana hipotesis alternatif akan diterima
bernilai positif 0.059, artinya dengan apabila nilai p-value lebih kecil dari 0.05.
asumsi bahwa nilai veriabel GCG dan Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian
regresi berganda secara parsial
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Regresi Berganda EVA Momentum Secara Parsial
Independen
GCG 0.223 p > 0.05 Ditolak
GO 0.013 p < 0.05 Diterima
SIZE 0.128 p > 0.05 Ditolak
Sumber : data sekunder diolah
Selanjutnya, untuk melihat pengaruh parsial dan simultan degan model sebagai
kedua variabel control, yaitu growth berikut:
opportunity (GO) dan firm’s size (SIZE)
GCG = a + b1GO + b2SIZE + ε
terhadap variabel penerapan GCG, maka
dilakukan pengujian regresi baik secara Tabel 4.6 berikut merupakan hasil uji
regresi parsial dari model regresi di atas.
Tabel 4.6 Uji Regresi Parsial (Uji t) Pengaruh GO dan SIZE terhadap GCG
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Secara parsial, hasil pengujian pada growth opportunity lebih besar pada
variabel GO menunjukkan nilai koefisien umumnya akan membutuhkan dana
7.907 dengan p-value 0.024 (p-value<0.05), eksternal untuk ekspansi, sehingga
dengan demikian dapat dinyatakan bahwa mendorong perusahaan untuk melakukan
variabel GO memiliki pengaruh positif perbaikan dalam tata kelola usahanya
terhadap variabel GCG. Kenaikan satu dengan menerapkan good corporate
persen variabel GO, akan menaikkan nilai governance. Dengan penerapan corporate
GCG sebesar 7.907 dengan asumsi nilai governance yang baik, perusahaan akan
variabel SIZE konstan. Hal ini dapat semakin mudah memperoleh kepercayaan
dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki investor untuk mendanai kebutuhan ekspansi
52
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
selama ini tidak diperhitungkan dalam satu tujuan perusahaan yang harus dipenuhi
rasio-rasio keuangan konvensional yang sebelum mencapai tujuan utamanya yaitu
selama ini dipakai untuk mengukur meningkatkan kesejahteraan stakeholders-
kinerja perusahaan. nya. Dalam hal ini, laba akan diregresikan
dengan skor penerapan GCG dan nilai EVA
Lebih jauh lagi, hingga saat ini banyak
Momentum. Berikut ini merupakan dua
kalangan bisnis yang menafsirkan GCG
model regresi sederhana yang akan
sebatas bagaimana perusahaan
dilakukan terhadap variabel laba.
meningkatkan laba dan mencapai target
usaha (Djatmiko, CGPI 2001). Hal tersebut Model 1 : LABA = α + b1GCG + ε
merupakan penafsiran yang kurang tepat.
Model 2 : EVAM = α + b1LABA + ε
Laba bukan satu-satunya tolok ukur kinerja
yang mampu merepresentasikan Selanjutnya dilakukan analisa regresi
pertumbuhan kinerja perusahaan. Guna yang dimaksud dengan menggunakan
membuktikan hal ini, peneliti mencoba software SPSS 17.0 pada masing-masing
melakukan analisa regresi sederhada model, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
terhadap laba, dimana laba merupakan salah
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant)
1 -24084070.65 11184896.172 -2.153 .040
GCG 333687.781 139220.088 .419 2.397 .024 1.000 1.000
a. Dependent Variable: LABA
Tabel 4.7 menunjukkan hasil regresi pengaruh positif signifikan antara penerapan
model 1. Dengan nilai p-value 0.024 (p- GCG terhadap laba perusahaan.
value<0.05) dapat dikatakan bahwa terdapat
55
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
Coefficientsa
Dengan adanya temuan ini, diharapkan EVA Momentum sebagai alat ukur
perusahaan yang telah menerapkan good kinerja perusahaan. Hal ini tidak
56
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
dimanfaatkan hingga pada tingkat emiten yang terdaftar dalam Bursa Efek
signifikan dan dalam menilai kinerja menjadi sampel dalam penelitian ini
hukum yang masih sangat buruk di emiten yang bersedia mengikuti survey
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, hal ini, investor dapat melihat referensi
berikut ini beberapa saran yang dapat dari berbagai lembaga pemeringkat
penerapan good corporate governance dan internasional, seperti IICG, KNKG, dan
58
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
EVA Momentum, sebagaimana telah Brigham, E. F., dan Houston, J. F., 2001.
beberapa kali disebutkan bahwa EVA “Manajemen Keuangan”. Edisi
Kedelapan (Terjemahan).Salemba
Momentum merupakan hal baru dalam dunia
Empat. Jakarta.
akuntansi keuangan, walaupun konsep EVA
sendiri telah lama dikenal, namun para
akademisi tetap dapat mengeskplorasi lebih Brown, Lawrence, and J.,
Caylor.2004.”Corporate Governance
dalam tentang EVA Momentum. Hal ini
and Firm Performance”. Boston
dapat dilakukan dengan mengadakan Accounting Research Colloquium
berbagai penelitian yang mengkaitkan EVA 15th, Desember, 2004
Momentum dengan berbagai rasio keuangan
konvensional yang telah lama ada, atau
Budiman,Cipta.2004.”Analisis Kinerja
dengan kinerja non keuangan perusahaan. Keuangan pada Perusahaan Publik di
Dengan demikian, validitas EVA Bursa Efek Jakarta dengan
Menggunakan Pendekatan Economic
Momentum sebagai alat ukur kinerja
Value Added”.(Thesis yang tidak
keuangan yang telah mencakup banyak dipublikasikan).Bogor: Institut
aspek keuangan dapat dibuktikan dan Pertanian Bogor
dimanfaatkan di dunia usaha yang lebih
nyata.
Cornet, Marcia, and Alan,
J.,.2006.”Earnings Management,
Corporate Governance, and True
Financial Performance”. ECGI
Finance Working Paper, May, 2006
Daftar Pustaka
Drobetz, Wolfgang, Andreas, and
Bauer, Rob, Nadja, G., and
Heinz.2003.” Corporate Governance
Roger.2003.”Empiricial Evidance on
and Expected Stock Returns:
Corporate Governance in Europe:
Evidance From German”. ECGI
The Effect on Stock Return, Firm
Finance Working Paper, Februari,
Value and Performance”.
2003
Forthcoming in The Journal Of Asser
Management. Oktober, 2003
60
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)
61
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012