Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 42

Analisis Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan

Anton
Fakultas Ekonomi Universitas AKI

Abstract

The recent business development has proven that it is not enough for management just to
ensure the business run efficiently. It also needs new instrument, that is Good Corporate
Governance (GCG) to assure the firm is managed on the right track (Kaihatu, 2007). The
Century Bank scandal that recently happened in Indonesia is one of the evidence how important
GCG is now. GCG has been a critical issue in business world and even in governmental scope.
But, unfortunately until this time, Indonesia has lack of GCG implementation. GCG assessed has
no positive impact for corporate performance. This research analyzed whether the
implementation of GCG has positive impact for corporate governance.

GCG implementation is measured based on the result of an annual survey by The


Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) which is published in The Report of
Corporate Governance Performance Index (CGPI). The corporate performance is measured by
the value of EVA Momentum. This research uses regression as statistic instrument. The samples
are listed companies in Jakarta Stock Exchange which take part the survey of IICG and are
scored in CGPI during 2004 to 2008. Two other variables, growth opportunity and firm’s size,
are added as a control variable of GCG implementation variable.

The hypothesis of this research examines that there is a positive significant impact of GCG
implementation to EVA Momentum value. The result of statistic shows that there is no direct
positive impact of GCG implementation to EVA Momentum value. This is contrast to the theory,
the base of hypothesis, or in other words, there is an anomaly in this research. Some factors
trigger this anomaly. Firstly, the difference term between GCG implementation and corporate
performance valuation by EVA Momentum, by which the implementation of GCG requires
longer period, while EVA Momentum may directly be calculated in one certain period.
Secondly, there are still many firms that implement GCG just for regulation obedience, so they
21
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

fail to apply GCG as part of their corporate culture. Thirdly, EVA Momentum is such a new
matter in corporate performance valuation, thus many firms have not considered it in measuring
corporate performance. There are many aspects which are not calculated in conventional
financial ratios but are considered in EVA Momentum

Key words : Corporate Governance, EVA Momentum

1. Pendahuluan Good Corporate Governance kian populer


1.1. Latar Belakang Masalah terutama di kalangan pelaku bisnis. Tidak
hanya populer, istilah tersebut juga
Corporate governance telah
ditempatkan pada posisi terhormat. Adapun
memainkan peran penting bagi private
alasanya adalah, pertama, GCG merupakan
sector di seluruh dunia dan terintegrasinya
salah satu kunci sukses perusahaan untuk
pasar keuangan yang mendorong terciptanya
terus tumbuh dan menghasilkan keuntungan
kompetisi dan risiko dari mobilitas aliran
(profitable), sekaligus memenangkan
modal (Herdinata, 2008). Perkembangan
persaingan bisnis global. Kedua, krisis
terbaru membuktikan bahwa manajemen
ekonomi di kawasan Asia diyakini muncul
tidak cukup hanya memastikan bahwa
karena kegagalan penerapan GCG (Daniri
proses pengelolaan manajemen berjalan
dalam Kaihatu,2006).
dengan efisien. Diperlukan instrumen baru,
yaitu Good Corporate Governance (GCG) Peran penting penerapan Good
untuk memastikan bahwa manajemen Corporate Governance juga dapat dilihat
berjalan dengan baik (Kaihatu, 2006). Apa dari sisi salah satu tujuan penting didalam
yang belakangan terjadi di Indonesia mendirikan sebuah perusahaan yang selain
mengenai skandal Bank Century, merupakan untuk meningkatkan kesejahtareaan
salah satu contoh betapa penerapan GCG pemiliknya atau pemegang saham, juga
menjadi sangat penting dalam manajemen. untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham melalui peningkatan nilai perusahaan
Sulit dipungkiri bahwa dalam kurun
(Brigham dan Houston, 2001). Peningkatan
waktu sepuluh tahun terakhir ini, istilah
nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika
22
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

perusahaan mampu beroperasi dengan ekstern tersebut digunakan secara tepat


mencapai laba yang ditargetkan. Melalui dan efisien serta memastikan bahwa
laba yang diperoleh tersebut, perusahaan manajemen bertindak yang terbaik
akan mampu memberikan deviden kepada untuk kepentingan perusahaan.
pemegang saham, meningkatkan
Untuk mengatasi hambatan-hambatan
pertumbuhan perusahaan dan
tersebut, maka perusahaan perlu memiliki
mempertahankan kelangsungan hidup
suatu sistem tata kelola perusahaan
perusahaan. Namun dalam mencapai tujuan
(corporate governance) yang baik (good
tersebut, ada beberapa hambatan yang akan
corporate governance) , yang mampu
dihadapi perusahaan, dimana hambatan
memberikan perlindungan efektif kepada
tersebut pada umumnya bersifat
para pemegang saham dan pihak kreditur,
fundamental. Hambatan-hambatan yang
sehingga mereka yakin terhadap perolehan
dimaksud antara lain:
keuntungan dari investasinya dengan wajar
1) Perlunya kemampuan perusahaan untuk dan bernilai tinggi, selain itu juga dapat
mengelola sumber daya yang menjamin terpenuhinya kepentingan
dimilikinya secara efektif dan efisien, karyawan serta perusahaan itu sendiri. Dari
yang mencakup seluruh bidang aktivitas sinilah, nampak bahwa penerapan GCG
(sumber daya manusia, akuntansi, sangatlah
manajemen, pemasaran, dan produksi),
Para pelaku usaha di Indonesia juga
2) Konsistensi terhadap sistem pemisahaan
turut menyepakati bahwa penerapan good
antara manajemen dan pemegang
corporate governance sebagai suatu sistem
saham, sehingga secara praktis
tata kelola perusahaan yang baik merupakan
perusahaan mampu meminimalkan
suatu hal yang penting, hal ini dibuktikan
konflik kepentingan yang mungkin
dengan penandatanganan perjanjian Letter
terjadi antara manajemen dan pemegang
of Intent (LOI) dengan IMF tahun 1998,
saham,
yang salah satu isinya adalah pencantuman
3) Perlunya kemampuan perusahaan untuk
jadwal perbaikan tata kelola perusahaan di
menciptakan kepercayaan pada
Indonesia (Sulistyanto,2003). Hal ini
penyandang dana ekstern, bahwa dana
kemudian melatarbelakangi lahirnya Komite
23
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Nasional Kebijakan Corporate Governance Malaysia, Filipina, dan Indonesia,


(KNKCG) tahun 1999. Melalui penerapan menunjukkan masih lemahnya perusahaan-
good corporate governance tersebut perusahaan publik di Indonesia dalam
diharapkan : mengelola perusahaan dibanding negara-
negara Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan
1) perusahaan mampu meningkatkan
oleh masih lemahnya standar-standar
kinerjanya melalui terciptanya proses
akuntansi dan regulasi, pertanggungjawaban
pengambilan keputusan yang lebih baik,
terhadap para pemegang saham, standar-
meningkatkan efisiensi operasional
standar pengungkapan dan transparansi serta
perusahaan, serta mampu meningkatkan
proses-proses kepengurusan perusahaan.
pelayanan kepada stakeholder,
Dalam Bisnis Indonesia, 2005 dipaparkan
2) perusahaan lebih mudah memperoleh
beberapa hasil survey yang menunjukkan
dana pembiayaan yang lebih murah
hal senada, antara lain: survey yang
sehingga dapat meningkatkan coporate
dilakukan Mc Kinsey & Co. terhadap 250
value,
investor global dari tiga benua: AS, Eropa,
3) mampu meningkatkan kepercayaan
dan Asia, pada pertengahan tahun 2000,
investor untuk menanamkan modalnya
diketahui bahwa penerapan Good Corporate
di Indonesia, dan pemegang saham akan
Governance (GCG) di Indonesia berada
merasa puas dengan kinerja perusahaan
pada peringkat terendah, survey CLSA
sekaligus akan meningkatkan
(Credit Lyonnais Securities Asia ) diakhir
shareholders value dan deviden.
tahun 2004 menempatkan Indonesia pada
Meskipun pentingnya penerapan GCG peringkat ke-10 atau terburuk di Asia
sudah sangat jelas, sebagaimana dijelaskan Tenggara atas pelaksanaan GCG, dan survey
di atas, namun penerapan yang konkret di Standard & Poors juga menyatakan
kalangan pelaku usaha di Indonesia masih pelaksanaan GCG di Indonesia secara umum
tergolong minim. Bukti empiris yang stagnan. Para pelaku usaha menilai GCG
diperoleh dari hasil riset Zhuang, dkk pada hanya sebatas kepatuhan terhadap peraturan
tahun 2000, yang membandingkan yang kurang memberikan dampak langsung
pelaksanaan corporate governance di lima terhadap kinerja keuangan seperti halnya
negara di Asia, yaitu Korea, Thailand, dalam kegiatan pemasaran. Sehingga ini
24
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

menjadi alasan mengapa GCG kurang terdapat satu persamaan yaitu penggunaan
maksimal dalam hal implementasinya di data akuntansi sebagai input pengukuran,
kalangan perusahaan-perusahaan Indonesia. dimana hal ini kemudian menjadi kelemahan
yang melekat pada tiap-tiap analisis tersebut
Suatu hal yang sangat kontradiktif,
(Budiman,2004). Kemudian lahirlah EVA
dimana di satu sisi penerapan GCG diyakini
yang pertama kali diperkenalkan oleh Joel
sangatlah penting dalam pencapaian tujuan
Stern dan G. Bernett Steward. EVA berbeda
perusahaan yang berkelanjutan, namun di
dengan pendekatan berbasis rasio tingkat
sisi lain, banyak pelaku usaha yang enggan
kembalian tradisional seperti ROI, ROA,
menerapkannya secara sungguh-sungguh
atau ROE.
dengan alasan dampak yang ditimbulkan
kurang signifikan terhadap kinerja keuangan Model EVA berasal dari konsep biaya
perusahaan. Kontradiksi tersebut menjadi modal (cost of capital), yaitu resiko yang
salah satu latar belakang ditelitinya dihadapi oleh perusahaan dalam melakukan
pengaruh penerapan good corporate investasi. Dalam penelitiannya, Budiman,
governance terhadap kinerja keuangan 2004, mengungkapkan bahwa penerapan
perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor EVA sebagai indikator kinerja keuangan
endogenitas yang mempengaruhi penerapan perusahaan sangat sesuai dan mendukung
good corporate governance yaitu growth prisnip-prinsip yang terdapat dalam Good
opportunity (kesempatan pertumbuhan) dan Corporate Governance (GCG). Kunci utama
firm’s size (ukuran perusahaan) ditambahkan penerapan GCG yang adalah adanya
sebagai variabel bebas yang berfungsi untuk transparansi, keterbukaan informasi, dan
mengontrol variabel penerapan GCG. keterlibatan semua unsur dalam perusahaan
termasuk stakeholders dalam suatu bentuk
Selanjutnya, yang melatarbelakangi
kerjasama yang baik telah menjadikan EVA
masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai indikator kinerja perusahaan yang
pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
dapat dijadikan sebagai pintu gerbang dalam
Pengukuran kinerja keuangan itu sendiri
mewujudkan terlaksananya GCG di
oleh perusahaan telah lama menjadi
Indonesia.
perhatian bagi setiap pelaku usaha. Dari
sekian banyak alat analisis yang ada,
25
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Pada tahun 2006, Stewart memisahkan menggunakan pendekatan EVA


diri dari Stern dan mengembangkan konsep Momentum?
EVA lebih lanjut. Konsep EVA baru
Agar pembahasan lebih sistematis, maka
tersebut diberi nama EVA Momentum
masalah yang akan dibahas dalam penelitian
(Stewart, 2009). Nilai EVA Momentum
ini dirumuskan dalam sebuah pertanyaan
diperoleh dari hasil pembagian pertumbuhan
sebagai berikut:
EVA dengan penjualan periode sebelumnya.
Tidak ada interpretasi bias dalam nilai EVA “Apakah penerapan Good Corporate
Momentum, dimana semakin tinggi nilainya, Governance (GCG) berpengaruh terhadap
berarti kinerja perusahaan semakin baik. EVA Momentum dengan growth
Oleh Stewart, EVA Momentum dinyatakan opportunity dan firm’s size sebagai variabel
sebagai satu-satunya rasio keuangan yang kontrol?”
dapat mewakili seluruh kinerja perusahaan.

Mengacu pada uraian di atas, penulis


1.3. Ruang Lingkup Penelitian
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Good Corporate Ruang lingkup penelitian ini
Governance Terhadap Kinerja Keuangan dimaksudkan sebagai batasan pembahasan
Perusahaan”. Dimana dalam penelitian ini, yang bertujuan menghindari lingkup
kinerja keuangan perusahaan diukur dengan pembahasan yang terlalu luas dan menjaga
pendekatan EVA Momentum. relevansi pembahasan terhadap latar
belakang dan tujuan penelitian. Adapun
ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.2. Perumusan Masalah
1) Perusahaan yang diteliti merupakan
Berdasarkan latar belakang yang telah perusahaan yang telah listing di Bursa
diuraikan di atas, pokokpermasalahan dalam Efek Indonesia dan termasuk dalam
penelitian ini adalah: Apakah penerapan daftar survey The Indonesian Institute
Good Corporate Governance for Corporate Governance (IICG)
mempengaruhi kinerja perusahaan di periode tahun 2004 sampai dengan
Indonesia yang dalam hal ini diukur dengan 2008.
26
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

2) Kinerja keuangan perusahaan diukur 2.1.1 Definisi Corporate Governance


dengan menggunakan pendekatannilai Frasa Corporate Governance terdiri
EVA Momentum dari perusahaan dari dua kata, yaitu corporate, yang
sampel selama tahun 2004 sampai merupakan kata sifat (adjective), yang
dengan 2008. bermakna berbagai sifat yang berkaitan
3) Data yang digunakan adalah data dengan korporasi atau perusahaan, dan
sekunder laporan keuangan (financial governance, yang merupakan kata benda
statement) yang dipublikasikan oleh (noun), yang bermakna pengelolaan
Bursa Efek Indonesia dari Indonesian (Warsono,dkk.,2009)
Capital Market Directory (ICMD), IDX
Sebenarnya pengelolaan terhadap
Statistic, dan homepage IDX
perusahaan sudah dilakukan sejak dahulu
(www.idx.co.id) selama tahun 2004
sebagaimana dibahas dalam banyak literatur
sampai 2008.
manajemen. Namun demikian, frasa
corporate governance (CG) semakin
mengemuka seiring dengan perkembangan
1.4. Tujuan Penelitian
kompleksitas perusahaan dan tuntutan dari
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan banyak pihak untuk menjadikan perusahaan
untuk mengetahui bukti empiris mengenai memperhatikan aspek-aspek yang lebih luas,
apakah penerapan good corporate sehingga perusahaan tidak semata sebagai
governance dalam sebuah perusahaan entitas yang bertujuan meraih kesejahteraan
memberikan pengaruh terhadap kinerja ekonomi tetapi juga sebagai entitas yang
keuangan perusahaan tersebut yang dalam bertujuan untuk mencapai dan meningkatkan
penelitian ini diukur dengan pendekatan kesejahteraan sosial termasuk lingkungan
EVA Momentum. alam.

Berdasarkan perpektif kontemporer,


definisi CG didasarkan pada persepsi bahwa
2. Tinjauan Pustaka
perusahaan dapat memaksimalan
2. 1 Landasan Teori penciptaannilai (value creation) dalam
jangka panjang dengan menunaikan
27
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

tanggung jawab terhadap semua pemangku responsiveness, independency, dan fairness.


kepentingan. Dalam Warsono dkk,2009 CG Prinsip-prinsip CG berterima umum tersebut
didefinisikan sebagai sistem yang terdiri dari terintegrasi dalam satu kesatuan yang
fungsi-fungsi yang dijalankan oleh pihak- disebut dengan good corporate governance.
pihak yang berkeentingan untuk
The Indonesian Institute for Corporate
memaksimalkan penciptaan nilai perusahaan
Governance (IICG,2000) mendefinisikan
sebagai entitas ekonomi maupun sebagai
good corporate governance sebagai
entitas sosial melalui penerapan prinsip-
seperangkat peraturan yang mengatur
prinsip dasar yang berterima umum. Fungsi-
hubungan antara pemegang saham, pengurus
fungsi dan pihak-pihak yang terkait dalam
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
penerapan CG adalah sebagai berikut:
pemerintah, karyawan serta pra pemegang
1) oversight, perhatian secara bertanggung kepentingan intern dan ekstern lainnya yang
jawab oleh Dewan Direksi (Board of berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
Directors, BoD) mereka atau dengan kata lain suatu sistem
2) enforcement, penegakan oleh Pejabat yang mengatur dan mengendalikan
Eksekutif (Chief Executive Officers, perusahaan. Sedangkan menurut Cadbury
CEO) Comitee, good corporate governance adalah
3) Advisory, pemberian saran oleh Dewan seperangkat aturan yang merumuskan
Komisaris atau Komite (Board of hubungan antara para pemegang saham,
Commisions/Committees, BoC) manajer, kreditor, pemerintah, karyawan,
4) Assurance, pemantauan oleh pemeriksa dan pihak-pihak yang berkepentingan
(Auditors) lainnya, baik internal maupun eksternal
5) Monitoring, pemantauan oleh sehubungan dengan hak-hak dan tanggung
pemangku kepentingan (stakeholders) jawab mereka.

Selanjutnya, pihak-pihak tersebut, yang juga Berdasarkan definisi atau pengertian good
merupakan partisipan dari CG menjalankan corporate governance di atas, dapat
fungsi masing-masing berlandaskan prinsip- disimpulkan bahwa pada dasarnya good
prinsip dasar CG yang berterima umum, corporate governance adalah mengenai
yaitu transparency, accountability, sistem, proses, dan seperangkat peraturan
28
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

yang mengatur hubungan antara berbagai bisnis kepada manajer yang merupakan agen
pihak yang berkepentingan (stakeholders) atau perwakilan dari pemegang saham.
terutama dalam arti sempit, hubungan antara Permasalahan yang kemudian muncul
pemegang saham, dewan komisaris, dan adalah bahwa agen tidak selalu membuat
dewan direksi demi tercapainya tujuan keputusan-keputusan yang bertujuan untuk
perusahaan. memenuhi kepentingan terbaik prinsipal.
Hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan
manajer untuk memfokuskan pada proyek
2.1.2 Teori Corporate Governance dan investasi yang menghasilkan laba tinggi
dalam jangka pendek daripada
Dalam buku berjudul Corporate
memaksimalkan kesejahteraan pemegang
Governance Concept and Model, 2009 yang
saham melalui investasi di proyek-proyek
disusun oleh tim Center for Good Corporate
yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Governance Universitas Gadjah Mada
Selain itu, permasalahan lain yang mungkin
(CGCG-UGM), dipaparkan sejumlah teori
timbul adalah adanya asimetric information
yang menjelaskan dan menganalisis tentang
dimana para agen umumnya menguasai
corporate governance (CG). Beberapa teori
lebih banyak informasi mendetail mengenai
tersebut antara lain teori keagenan (agency
kinerja perusahaan dibandingkan dengan
theory), teori biaya transaksi (transaction
prinsipal. Literatur teori keagenan
cost theory), dan teori pemangku
menunjukkan beberapa solusi masalah
kepentingan (stakeholder theory).
keagenan, diantaranya dengan dibentuknya
a. Teori Keagenan (Agency Theory) kontrak-kontrak optimal baik yang berkaitan
dengan remunerasi manajer maupun
Teori keagenan dinyatakan pertama
kontrak-kontrak hutang. Adanya kontrak-
kali oleh Jensen and Meckling pada tahun
kontrak tersebut kemudian akan
1976 (Warsono,dkk.,2009). Jensen and
menimbulkan biaya yang disebut dengan
Meckling menyebut manajer suatu
biaya keagenan. Dapat dilihat bahwa
perusahaan sebagai „agen‟ dan pemegang
masalah keagenan ini dapat menimbulkan
saham sebagai „prinsipal‟. Pemegang saham
persoalan tersendiri bagi perusahaan, dan
mendelegasikan pengambilan keputusan
dalam hal ini penerapan corporate
29
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

governance yang baik muncul sebagai solusi mekanisme pasar, maka perusahaan akan
atas masalah tersebut. Dengan menerapkan menggunakan transaksi internal. Dalam hal
prinsip-prinsip good corporate governance, ini manjer berperan sebagai pengambil
prinsipal dapat mengontrol dan memonitor keputusan dalam menentukan transaksi.
agennya dengan lebih efektif, demikian pula
Ekonomika biaya transaksi membuat
para agen dapat menyelaraskan
asumsi opportunis terhadap para manajer,
kepentingannya dengan kepentingan
dimana manajer cenderung mencari
prinsipal.
kepentingan sendiri dalam mengorganisasi
b. Teori Biaya Transaksi (Transaction transaksi-transaksi. Perilaku oportunistik
Cost Theory) semacam ini bisa jadi mempunyai
konsekuensi yang tidak baik terhadap
Teori biaya transaksi dikemukakan
keuangan perusahaan karena tidak
pertama kali oleh Williamson tahun 1996
mendorong investor potensial untuk
(Warsono,dkk.,2009). Teori ini didasarkan
berinvestasi. Sejauh ini terdapat kesamaan
pada kenyataan bahwa perusahaan telah
antara teori biaya transaksi dengan teori
menjadi sedemikian besar sehingga, sebagai
keagenan. Keduanya berusaha mengatasi
akibatnya, mereka memanfaatkan pasar
permasalahan yang sama yaitu bagaimana
dalam menentukan alokasi sumber daya.
perusahaan mendorong manajer
Dengan demikian pergerakan harga di pasar
menyelaraskan kepentingannya dengan
akan menentukan produksi dan pasar itu
kepentingan pemegang saham. Dan dalam
sendiri yang mengkoordinasikan transaksi-
hal ini, prinsip-prinsip good corporate
transaksi. Manajemen perusahaan
governance berperan sebagai solusi atas
berkepentingan untuk menginternalisasi
permasalahan tersebut.
sebanyak mungkin transaksi guna
meminimalkan resiko dan ketidakpastian c. Teori Pemangku Kepentingan
mengenai harga dan kualitas produk dimasa (Stakeholders Theory)
yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan
Teori pemangku kepentingan telah
melalui integrasi vertikal. Namun, apabila
berkembang secara bertahap sejak tahun
biaya transaksi internal menjadi terlalu
1970-an. Freeman,1984 (Warsono,
mahal dibanding biaya transaksi melaui
30
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

dkk.,2009) mengusulkan suatu teori umum keseimbangan. Penciptaan nilai bagi


dari perusahaan yang memasukkan pemangku kepentingan dengan cara
akuntabilitas perusahaan terhadap pemangku memfokuskan perhatian pada usaha
kepentingan. Dasar teori pemangku memaksimalkan nilai bagi komunitas lokal,
kepentingan adalah bahwa perusahaan telah karyawan, dan dampak lingkungan dapat
menjadi sangat besar, dan menyebabkan dipandang sama (sinonim) dengan
masyarakat menjadi sangat pervasive menciptakan nilai keuangan bagi pemegang
sehingga perusahaan perlu melaksanakan saham.
akuntabilitasnya terhadap berbagai sektor
Mengabaikan kebutuhan pemangku
masyarakatnya dan bukan hanya kepada
kepentingan dapat menurunkan kinerja
pemegang sahamnya saja. Hubungan antara
keuangan bahkan menyebabkan kegagalan
pemangku perusahaan pada gilirannya akan
perusahaan. Suatu perusahaan dengan
menyebabkan bukan sekedar perusahaan
corporate governance yang baik
yang mempengaruhi pemangku kepentingan,
berkemungkinan besar akan mempunyai
akan tetapi sebaliknya, pemangku
sistem manajemen lingkungan yang baik
kepentingan akan mempengaruhi
dan mempunyai dialog serta perjanjian yang
perusahaan.
baik dengan para pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan itu sendiri Sebaliknya perusahaan yang mempunyai
mencakup antara lain pemegang saham, hubungan buruk dengan para pemangku
karyawan, pemasok, pelanggan, kreditur, kepentingannya pada umumnya mempunyai
komunitas lokal, pemerintah, san karakteristik manajemen yang juga buruk
masyarakat umum, termasuk lingkungan dan mengakibatkan kinerja keuangan yang
sosial. buruk pula. Hanya dengan
mempertimbangkan dan memperhatikan
Menyeimbangkan kebutuhan dan
kepentingan stakeholders maupun
kepentingan berbagai kelompok pemangku
pemegang saham, perusahaan dapat
kepentingan yang berbeda merupakan hal
mencapai maksimalisasi laba jangka
yang sulit. Namun hal ini tidak dapat
panjang, terutama maksimalisasi
dijadikan alasan untuk tidak melakukan
kesejahteraan pemegang saham. Dengan
usaha apapun dalam mencapai sebuah
31
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

demikian perusahaan dapat bersikap lebih Pelaksanaan good corporate


etis (ethical) dan sekaligus menghasilkan governance diharapkan dapat memberikan
keuntungan (profitable) dengan beberapa manfaat sebagai berikut ini (IICG,
mempertimbangkan adanya hubungan 2001):
positif antara tanggung jawab sosial dan
1) Meningkatkan kinerja perusahaan
kinerja keuangan perusahaan. Secara ringkas
melalui terciptanya proses pengambilan
dapat disimpulkan bahwa teori pemangku
keputusan yang lebih baik,
kepentingan (stakeholders theory) sangat
meningkatkan efisiensi operasional
relevan dalam penerapan corporate
perusahaan, serta lebih meningkatkan
governance di era sekarang ini.
pelayanan kepada stakeholders
2) Mempermudah diperolehnya dana
pembiayaan yang lebih murah sehingga
2.1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan
dapat lebih meningkatkan corporate
Good Corporate Governance
value
Tujuan dari penerapan good 3) Mengembalikan kepercayaan investor
corporate governance adalah untuk untuk menanamkan modalnya di
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak Indonesia
yang berkepentingan (stakeholders). Secara 4) Pemegang saham akan merasa puas
teoritis, pelaksanaan good corporate dengan kinerja perusahaan karena
governance dapat meningkatkan nilai sekaligus akan meningkatkan
perusahaan, dengan meningkatkan kinerja shareholders value dan dividen
keuangan mereka, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan komisaris 2.1.4 Prinsip-prinsip Dasar dan Best
dengan keputusan-keputusan yang Practices Good Corporate
menguntungkan diri mereka sendiri dan Governance
umumnya, good corporate governance
IICG,2001 mengungkapkan beberapa
dapat meningkatkan kepercayaan investor (
prinsip pelaksanaan good corporate
Tjager, et.al., 2003)
governance yang berlaku secara
internasional sebagai berikut:
32
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

1) Hak-hak para pemegang saham, yang 5) Tanggung jawab pengurus manajemen,


harus diberi informasi dengan benar dan pengawasan manajemen, serta
tepat pada waktunya mengenai pertanggungjawaban kepada perusahaan
perusahaan, dapat ikut berperan serta dan para pemegang saham.
dalam pengambilan keputusan
Prinsip-prinsip dasar good corporate
perusahaan, dan turut memperoleh
governance ini diharapkan dapat dijadikan
bagian dari keuntungan perusahaan,
titik acuan bagi para regulator (pemerintah)
2) Perlakuan sama terhadap pemegang
dalam membangun framework bagi
saham, terutama kepada pemegang
penerapan good corporate governance. Bagi
saham minoritas dan pemegang saham
para pelaku usaha dan pasar modal, prinsip-
asing, dengan keterbukaan informasi
prinsip ini dapat menjadi guidance atau
yang penting serta melarang pembagian
pedoman dalam mengelaborasi best
untuk pihak sendiri dan perdagangan
practices bagi peningkatan nilai dan
saham oleh orang dalam (insider
kelangsungan hidup perusahaan.
trading)
3) Peranan pemegang saham harus diakui Sedangkan prinsip-prinsip dasar
sebagaimana ditetapkan oleh hukum penerapan good corporate governance yang
dan kerjasama yang aktif antara dikemukakan oleh Center for Good
perusahaan serta para pemegang Corporate Governance Universitas Gadjah
kepentingan dalam menciptakan Mada (CGCG-UGM) dalam
kesejahteraan, lapangan kerja, dan (Warsono,dkk.,2009) adalah sebagai
perusahaan yang sehat dari aspek berikut:
keuangan
1) Transparency (Transparansi); dalam
4) Pengungkapan yang akurat dan tepat
menjalankan fungsinya, semua
pada waktunya serta transparansi
partisipan harus menyampaikan
mengenai semua hal yang penting bagi
informasi yang material sesuai dengan
kinerja perusahaan, kepemilikan, serta
substansi yang sesungguhnya dan
para pemegang kepentingan
menjadikan informasi tersebut dapat
(stakeholders)
diakses dan dipahami secara mudah

33
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

oleh pihak-pihak lain yang partisipan memperlakukan pihak lain


berkepentingan. berdasarkan ketentuanetentuan yang
2) Accountability berterima umum.secara adil
(Pertanggungjawaban); dalam Salah satu cara yang lazim dilakukan
menjalankan fungsinya, setiap perusahaan dalam menerapkan good
partisipan CG harus corporate goernance adalah berdasar
mempertanggungjawabkan amanah tindakan, contoh, dan ketentuan yang telah
yang diterima sesuai dengan hukum, dikembangkan dan diterapkan oleh
peraturan, standar moral dan etika, perusahaan-perusahaan lain yang dianggap
maupun best practise yang berterima sukses memberikan kontribusi positif dalam
umum. perkembangan penerapan GCG. Kontribusi
3) Responsiveness (Ketanggapan); dalam positif tersebut selanjutnya disebut best
menjalankan fungsinya, setiap practise. Berikut ini sepuluh contoh best
partisipan CG harus tanggap dan practise yang dikutip dari Corporate
antisipatif terhadap permintaan Governance Concept and Model
(request) maupun umpan-balik (Warsono,dkk.,2009).
(feedback) dari pihak-pihak yang
1) Ketua Board of Directors (BoD) atau
berkepentingan dan terhadap
Dewan Direksi harus independen, dan
perubahan-perubahan dunia usaha yang
jumlah anggota BoD yang independen
berpengaruh signifikan terhadap
(dari eksternal) lebih banyak
perusahaan.
dibandingkan dengan jumlah anggota
4) Independency (Independensi); dalam
BoD yang berasal dari internal
menjalankan fungsinya, setiap
perusahaan
partisipan harus bebas dari kepentingan
2) Komite audit harus berisi individu-
pihak-pihak lain yang berpotensi
individu independen yang memiliki
memunculkan konflik kepentingan, dan
kemampuan dan kemauan untuk
menjalankan fungsinya sesuai dengan
memahami secara penuh akuntansi
kompetensi yang memadai.
perusahaan dan sistem pengendalian
5) Fairnes (Keadilan); dalam
internal perusahaan. Komite ini
menjalankan fungsinya, setiap
34
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

bertanggung jawab untuk menentukan antara lain topik tentang kepatuhan


dan menetapkan kompensasi auditor hukum, etika, dan pelestarian
eksternal yang memberi jasa audit lingkungan alam.
maupun non-audit 9) Perusahaan menyampaikan secara
3) Perusahaan harus menetapkan prosedur sukarela berbagai informasi penting
yang efektif bagi para pemangku kepada para pemangku kepentingan
kepentingan untuk berkomunikasi melalui media yang mudah diakses.
dengan BoD maupun partisipan- 10) Perusahaan memiliki kebijakan tertulis
partisipan lainnya yang terlibat aktif yang memberi perlindungan yang wajar
dalam implementasi GCG. kepada para pemangku kepentingan
4) BoD harus mengetahui informasi yang minor.
dibutuhkan dan memperoleh informasi
tersebut dari pihak internal perusahaan 2.1.5 Kinerja Keuangan Perusahaan
agar dapat memonitor secara tepat 1) Pengertian Kinerja Keuangan
kinerja manajemen. Perusahaan
5) Perusahaan mengembangkan,
mensosialisasikan dan memantau secara Menurut Hastuti (2005) dalam Yudha

kontinyu standar kode etik yang berlaku (2007) kinerja perusahaan adalah hasil dari

untuk semua pihak di perusahaan. banyak keputusan individual yang dibuat

6) Perusahaan memiliki dokumentasi secara terus menerus oleh manajemen. Oleh

tertulis yang memberi perlindungan karena itu untuk menilai kinerja perusahaan

memadai bagi pelapor kecurangan perlu melibatkan analisis dampak keuangan

(whistle blowers). kumulatif dan ekonomi dari keputusan yang

7) Skedul pelaksanaan RUPS ditetapkan dibuat dan mempertimbangkannya dengan

dan disampaikan kepada pihak-pihak menggunakan ukuran komparatif . Kinerja

yang berkepentingan dalam kurun keuangan merupakan salah satu faktor yang

waktu yang cukup longgar, tidak terlalu menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu

dekat dengan tanggal pelaksanaan organisasi dalam rangka mecapai tujuannya.

8) Perusahaan menjalankan program Efektifitas terjadi apabila manajemen

pelatihan karyawan yang meliputi memiliki kemampuan untuk memilih tujuan


35
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk 2. Untuk kepentingan restrukturisasi dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. kepentingan usaha. Perusahaan yang
Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio bermasalah seringkali memerlukan
(perbandingan) antara masukan dan keluaran penilaian untuk mengimplementasikan
yaitu dengan masukan tertentu memperoleh program pemulihan usaha atau
keluaran yang optimal. restukturisasi , untuk mengetahui
apakah nilai usaha lebih besar daripada
Menurut Kamus Besar Bahasa
nilai likuiditasnya.
Indonesia (1995), kinerja dapat diartikan
3. Untuk keperluan divestasi sebagai
sebagai sesuatu yang dapat dicapai, prestasi
saham perusahaan dari mitra strategis
yang diperlihatkan dan kemampuan kerja,
(beberapa saham harus dilepas kepada
berkinerja artinya berkemampuan dengan
mitra baru) Contoh : Privatisasi BUMN.
menggunakan tenaga. Jadi kinerja keuangan
4. Untuk Initial Public Offering (IPO)
berdasarkan uraian diatas, adalah
Perusahaan yang akan menjual
kemampuan kerja manajemen keuangan
sahamnya pada umum atau bursa, harus
dalam mencapai prestasi kinerjanya.
dinilai dengan menggunakan penilaian
2) Tujuan Penilaian Kinerja yang wajar untuk ditawarkan kepada
masyarakat luas atau publik.
Penilaian perusahaan khususnya
5. Untuk memperoleh pendapatan wajar
kinerja, sering dilakukan untuk tujuan-
atas penyertaan modal dalam suatu
tujuan yang tersebut di bawah ini
perusahaan atau menunjukkan bahwa
(Darmawati, 2004 dalam Yudha, 2007):
perusahaan bernilai lebih dari apa yang
1. Untuk keperluan merger dan akuisisi. ada di dalam neraca
Perusahaan yang akan melakukan 6. Memperoleh pembelanjaan, penetapan
merger (penggabungan usaha) atau besarnya pinjaman, atau tambahan
mengakuisisi perusahaan lain, jelas modal.
memerlukan kegiatan penilaian untuk
mengetahui berapa nilai perusahaan dan
2.1.6 Economic Value Added (EVA)
nilai ekuitas dari masing-masing
perusahaan.
36
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

Penggunaan analisis rasio keuangan (value creation) yang dihasilkan suatu


sebagai alat pengukur akuntansi perusahaan dengan cara mengurangi beban
konvensional memiliki kelemahan utama biaya modal (cost of capital) yang timbul
yaitu mengabaikan adanya biaya modal sebagai akibat investasi yang dilakukan.
sehingga sulit untuk mengetahui apakah EVA berusaha mengukur nilai tambah yang
suatu perusahaan telah berhasil menciptakan dihasilkan perusahaan dengan
nilai atau tidak. Maka agar kelemahan memperhatikan biaya modal yang
tersebut dapat teratasi dikembangkanlah meningkat, karena biaya modal
suatu konsep baru yaitu EVA (Economic menggambarkan risiko perusahaan. Metode
Value Added). Menurut Young (2001:17), EVA akan sesuai dengan kepentingan para
definisi EVA adalah pengukuran kinerja investor. Maka manajer akan berpikir dan
yang didasarkan pada keuntungan ekonomis bertindak seperti para investor, yaitu
(juga dikenal sebagai penghasilan memaksimalkan return (tingkat
sisa/residual income) yang menyatakan, pengembalian) dan meminimumkan tingkat
bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika biaya modal sehingga value creation oleh
sebuah perusahaan meliputi biaya operasi perusahaan dapat dimaksimalkan. EVA
dan biaya modal. EVA atau nilai tambah merupakan indikator tentang adanya
ekonomis merupakan pendekatan baru penciptaan nilai dari suatu investasi.
dalam menilai kinerja perusahaan dengan Perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
memperhatikan secara adil ekspektasi pemilik modal ditandai dengan nilai EVA
penyandang dana. Tidak seperti ukuran yang positif karena perusahaan mampu
kinerja konvensional, konsep EVA dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang
berdiri sendiri tanpa perlu analisa melebihi tingkat biaya modal. Tetapi apabila
perbandingan dengan perusahaan sejenis nilai EVA negatif maka menunjukkan nilai
ataupun membuat analisa kecenderungan perusahaan menurun karena tingkat
(Trend). EVA adalah suatu estimasi laba pengembalian lebih rendah dari biaya
ekonomis yang sesungguhnya dari modal.
perusahaan dalam tahun berjalan, dan hal ini
1) Manfaat EVA
sangat berbeda dengan laba akuntansi. EVA
yang mencoba mengukur nilai tambah
37
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Beberapa manfaat yang dapat diambil 2) Tolok Ukur EVA


dari penggunaan EVA sebagai alat ukur
Untuk melihat apakah dalam
kinerja perusahaan adalah sebagai berikut
(Utama 1997): perusahaan telah terjadi EVA atau tidak,

dapat ditentukan dengan kriteria yang


1. Penilaian kinerja keuangan dengan
menggunakan pendekatan EVA dikemukakan oleh Widayanto(1994)sebagai
menyebabkan perhatian manajemen
berikut:
sesuai dengan keputusan pemegang
saham. 1. EVA > 0, maka telah tejadi nilai tambah
2. Dengan EVA para manajer akan ekonomis dalam perusahaan, sehingga
berpikir dan bertindak seperti halnya semakin besar EVA yang dihasilkan
pemegang saham yaitu memilih maka harapan para penyandang dana
investasi yang memaksimalkan tingkat dapat terpenuhi dengan baik, yaitu
pengembalian dan meminimalkan mendapatkan pengembalian investasi
tingkat biaya modal sehingga nilai yang sama atau lebih dari yang
perusahaan dapat dimaksimalkan. diinvestasikan dan kreditur
3. EVA membuat manajer memfokuskan mendapatkan bunga. Keadaan ini
perhatian pada kegiatan yang menunjukkan bahwa perusahaan
menciptakan nilai dan mengevaluasi berhasil menciptakan nilai (create
kinerja berdasar kriteria value) bagi pemilik modal sehingga
memaksimumkan nilai perusahaan. menandakan bahwa kinerja
4. EVA dapat digunakan untuk keuangannya telah baik.
mengidentifikansikan kegiatan atau 2. EVA = 0, maka menunjukkan posisi
praktek yang memberikan impas karena semua laba yang telah
pengembalian yang lebih tinggi dari digunakan untuk membayar kewajiban
pada biaya modal. kepada penyandang dana baik kreditur
5. EVA akan menyebabkan perusahaan dan pemegang saham.
untuk lebih memperhatikan kebijakan 3. EVA < 0, maka menunjukkan tidak
struktur modal. terjadi proses nilai tambah ekonomis
38
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

bagi perusahaan, karena laba yang tidak ada nilai tambahnya


tersedia tidak bisa memenuhi harapan mengindikasikan kinerja keuangan
para penyandang dana terutama perusahaan kurang baik.
pemegang saham yaitu tidak Sehingga hal tersebut diatas akan lebih
mendapatkan pengembalian yang mudah diterjemahkan sebagai berikut :
setimpal dengan investasi yang
ditanamkan dan kreditur tetap
mendapatkan bunga. Sehingga dengan

Tabel 2.1 Tolok Ukur EVA

EVA Pengertian Laba Perusahaan


EVA > 0 Ada nilai ekonomis lebih, setelah positif
perusahaan membayarkan semua
kewajiban pada para penyandang
dana atau kreditur sesuai
ekspektasinya.
EVA = 0 Tidak ada nilai ekonomis lebih, positif
tetapi perusahaan mampu
membayarkan semua kewajibannya
pada para penyandang dana atau
kreditur sesuai ekspektasinya.
EVA < 0 Perusahaan tidak mampu Tidak dapat ditentukan,
membayarkan kewajiban pada para namun jikapun ada laba,
penyandang dana atau kreditur tidak sesuai dengan yang
sebagimana nilai yang diharapkan diharapkan.
ekspektasi return saham tidak dapat
tercapai.

3) Langkah-langkah Menghitung EVA S. David Young yang dikutip oleh Tunggal

Ada beberapa metode dalam (2001: 1) adalah sebagai berikut:

menentukan nilai EVA, dalam penelitian ini EVA = NOPAT – Capital Charges
menggunakan rumusan EVA menurut versi
Dimana :
39
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

NOPAT = Net Operating dimana pinjaman jangka pendek yang


Profit After Tax dimaksud adalah pinjaman jangka pendek
tanpa bunga.
Capital Charges = WAAC x Invested
Capital 3. Menghitung Weighted Average Cost of
Capital (WACC)
Dari rumusan di atas, perhitungan EVA
dapat dilakukan dengan langkah-langkah Weighted Average Cost of Capital
sebagai berikut: (WACC) adalah jumlah biaya dari masing-
masing komponen modal, misalnya
1. Menghitung NOPAT
pinjaman jangka pendek dan pinjaman
NOPAT (Net Operating Profit After jangka panjang (cost of debt) serta setoran
Tax) adalah laba yang diperoleh dari modal saham cost of equity yang diberikan
perusahaan setelah dikurangi pajak bobot sesuai dengan proporsinya dalam
penghasilan tetapi termasuk biaya keuangan struktur modal perusahaan, rumusnya
(financial cost) dan “non cash bookkeeping” sebagai berikut :
seperti biaya penyusutan, NOPAT dapat
WACC = {(D x rd) (1-Tax) + (E x re)}
dihitung dengan rumus:
dimana :
NOPAT = EBIT (1-tax rate)
D = Tingkat modal dari hutang (debt)
2. Menghitung Invested Capital (IC)
rd = Cost of debt
Invested capital jumlah seluruh
pinjaman perusahaan di luar pinjaman E = Tingkat modal dari ekuitas
jangka pendek tanpa bunga (non interest
Re = Cost of Equity
bearing liabilities), seperti hutang dagang,
biaya yang masih harus dibayar, hutang Tax = Tingkat pajak penghasilan, diukur
pajak, uang muka pelanggan dan lain dengan beban pajak untuk
sebagainya, dapat dihitung dengan rumus : perusahaan sebesar 30% per tahun
sesuai dengan undang-undang
IC = total hutang + ekuitas – pinjaman
jangka pendek
40
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

perpajakan tahun 2000 pasal 17 (SWA, 2010). Konsep EVA yang


ayat 1b; dikembangkan tersebut diberi nama EVA
Momentum. Nilai EVA Momentum
4. Menghitung Capital Charges
merupakan hasil bagi antara perubahan EVA
Dalam Tunggal (2001:36), capital dengan penjualan pada satu periode
charges didefinisikan sebagai aliran dana sebelumnya.
kas yang dibutuhkan untuk mengganti para
Rasio ini menjelaskan segalanya
investor atas resiko dari modal yang
dengan gamblang mengenai kinerja sebuah
ditanamkan.
bisnis. Apabila EVA Momentumnya positif,
Capital charges dirumuskan sebagai berikut: artinya kinerjanya tumbuh. Apabila negatif,
artinya kinerjanya mundur. Tidak ada
Capital Charges = WACC x Invested
multiinterprestasi atas rasio ini. Stewart
capital
menyatakan bahwa rasio EVA Momentum
5. Menghitung EVA (Economic Value merupakan rasio di mana “lebih besar pasti
Added) lebih baik”.

Setelah masing-masing komponen Dalam Stewart,2009 disebutkan bahwa


dihitung, maka nilai EVA dapat ditentukan rasio ini sudah mencakup semua alat ukur,
dengan rumus misalnya efisiensi pendapatan, kekuatan
harga, business mix, pengelolaan aset,
EVA = NOPAT – Capital Charges
pertumbuhan dan strategi. Angka nominator
(pertumbuhan EVA) merupakan hasil dari
manajemen finansial dan operasional,
2.1.7 EVA Momentum
sedangkan angka bawah (pertumbuhan
Sebagaimana disebutkan dalam penjualan) adalah hasil dari manajemen
pendahuluan, konsep EVA pertama kali pemasaran.
diperkenalkan oleh Joel Stern dan G. Bernett
Apabila dalam perhitungan rasio-rasio
Stewart III. Pada tahun 2006, Stewart
konvensional, manajemen dapat
memisahkan diri dari Stern dan
meningkatkan nilainya dengan menekan
mengembangkan konsep EVA lebih lanjut
41
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

pembaginya sebesar mungkin, sebagai


contoh untuk meningkatkan ROE adalah
2.1.8 Pengaruh Penerapan GCG
dengan menekan ekuitasnya serendah
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
mungkin (dan memakai utang sebanyak
mungkin), maka dalam EVA Momentum, Kinerja keuangan suatu perusahaan
manajemen tidak mungkin bisa menekan ditentukan oleh sajauh mana keseriusannya
pembaginya karena angka tersebut adalah menerapkan good corporate governance.
nilai penjualan periode sebelumnya. Lebih Dalam majalah SWA (2001) menyebutkan
lanjut, EVA Momentum juga mengukur bahwa terdapat sebanyak 25 perusahaan
nilai EVA dan penjualan dari waktu ke peringkat teratas yang menerapkan good
waktu, sehingga manajemen tidak memiliki corporate governance dengan baik secara
insentif untuk memanipulasi angkanya untuk tidak langsung menaikkan nilai sahamnya.
periode tertentu karena akan mempersulit Secara teoritis praktik good corporate
dirinya di masa depan. governance dapat meningkatkan kinerja
keuangan mereka, mengurangi risiko yang
Secara matematis, EVA Momentum
dapat dirumuskan sebagai berikut: mungkin dilakukan oleh dewan dengan
keputusan yang menguntungkan sendiri,
umumnya good corporate governace dapat
atau meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya yang akan
berdampak terhadap kinerjanya.

Menurut Xiaonian, et.al. (2000) dalam


Dengan digunakannya EVA Setyawan (2006), bahwa pemegang saham
Momentum sebagai alat ukur kinerja saat ini sangat aktif dalam meninjau kinerja
keuangan perusahaan dalam penelitian ini, perusahaan karena mereka menganggap
diharapkan dapat diketahui apakah bahwa good corporate governance yang
penerapan GCG dapat benar-benar lebih baik akan memberikan imbalan hasil
berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang lebih tinggi bagi mereka. Penerapan
perusahaan. good corporate governance yang baik
42
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

berfokus pada proses manajemen risiko dan terdapat hubungan positif antara penerapan
pengendalian internal yang efektif akan GCG dengan kinerja keuangan yang diukur
meningkatkan kinerja dan daya saing serta dengan EVA. Dengan demikian, maka
kreatifitas nilai perusahaan yang pada hipotesis dalam penelitian ini dapat
nantinya dapat mencapai tujuan yang dikembangkan sebagai berikut:
diinginkan.
H1 : Penerapan good corporate
Budiman,2004 mengungkapkan bahwa governance berpengaruh positif
penerapan EVA sebagai indikator kinerja terhadap EVA Momentum dengan
keuangan perusahaan sangat sesuai dan firm’s size dan growth opportunity
mendukung prinsip-prinsip yang terdapat sebagai variabel kontrol.
dalam Good Corporate Governance (GCG).
EVA sebagai indikator kinerja perusahaan,
dapat dijadikan sebagai pintu gerbang dalam 3. Metode Penelitian
mewujudkan terlaksananya GCG di
3. 1 Populasi dan Sampel
Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
2. 2 Pengembangan Hipotesis Efek Indonesia dan termasuk dalam peserta
survey The Indonesian Institute for
Berdasarkan uraian dalam kajian
Corporate Governance (IICG) selama
pustaka, penerapan Good Corporate
periode 2004 sampai dengan 2008. Selama
Governance (GCG) berpengaruh positif
periode tersebut terdapat 114 perusahaan
terhadap kinerja keuangan. Budiman, 2004,
yang bersedia mengikuti survey, tetapi
mengungkapkan bahwa penerapan EVA
hanya 89 perusahaan yang memperoleh skor
sebagai indikator kinerja keuangan
dalam pemeringkatan Corporate
perusahaan sangat sesuai dan mendukung
Governance Performance Index (CGPI).
prisnip-prinsip yang terdapat dalam Good
Corporate Governance (GCG). Hal ini juga Pengambilan sampel dilakukan dengan
terungkap dalam hipotesis penelitian menggunakan purposive sampling, yaitu
Siahaan, 2008 yang mengungkapkan bahwa penentuan sampel dengan target atau
43
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

pertimbangan tertentu (Sekaran, 2003). 3. 2 Metode Pengumpulan Data


Adapun pertimbangan yang digunakan
Penelitian ini menggunakan data
dalam pemilihan sampel adalah perusahaan
sekunder berupa data historis yang diperoleh
yang memperoleh skor pemeringkatan
dari berbagai sumber melalui media
Corporate Governance Perception Index
perantara. Data sekunder tersebut meliputi
(CGPI) berdasarkan survey IICG
buku referensi, literatur, data laporan
bekerjasama dengan majalah SWA pada
keuangan dan informasi kinerja keuangan
tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008.
perusahaan sampel yang diambil melalui
Hasil survey diambil dari laporan CGPI
website www.idx.co.id dan juga melalui
yang diterbitkan tiap tahunnya dan dikirim
Indonesian Capital Market Directory
atas permohonan penulis melalui e-mail.
(ICMD) di Pojok Bursa Efek Jakarta
Dari sejumlah perusahaan yang dipilih
Universitas Diponegoro tahun 2004 sampai
berdasarkan perolehan skor pemeringatan
dengan 2008. Selain itu, data yang
tersebut, kemudian diseleksi kembali dimana
digunakan dalam penelitian ini juga diambil
apabila dalam tahun yang berbeda, terdapat
dari laporan pemeringkatan penerapan good
perusahaan yang sama, maka dipilih salah
corporate governance yang diterbitkan oleh
satu yaitu data pada tahun terakhir
The Indonesian Institute for Corporate
perusahaan tersebut tercatat dalam
Governance (IICG) pada periode yang sama,
pemeringkatan skor CGPI selama periode
yang diberikan melalui e-mail.
penelitian. Hal ini dilakukan karena
berdasarkan laporan yang dipublikasikan
IICG, proses pemeringkatan CGPI tiap
3. 3 Identifikasi Variabel
tahun mengalami peningkatan dalam
kualitas penilaian, sehingga diharapkan Penelitian ini menggunakan tiga jenis
dengan mengambil data pada tahun terakhir, variabel yaitu variabel independen (bebas) ,
akan diperoleh skor pemeringkatan dengan variabel dependen (terikat), dan variabel
kualitas penilaian yang terbaik. Adapun kontrol yang faktornya dikontrol untuk
kriteria perusahaan sampel selanjutnya menetralisir pengaruh yang dapat
adalah terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengganggu hubungan antara variabel
(BEI). dependen dengan variabel independen.
44
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

Variabel-variabel yang digunakan Keterangan:


tersebut adalah sebagai berikut:
EVAM : nilai EVA Momentum
1) variabel independen : perusahaan
Penerapan good corporate governance
GCG : skor pemeringkatan
2) variabel dependen : Nilai
penerapan GCG (CGPI)
EVA Momentum
3) variabel kontrol : a. GO : growth opportunity
Kesempatan pertumbuhan (growth perusahaan sampel
opportunity) b. Ukuran perusahaan
SIZE : firm’s size perusahaan
(size)
sampel

a : konstanta regresi atau intersep


3. 4 Metode Analisis Data
b1 : koefisien regresi penerapan
Berdasarkan uraian dalam kajian
GCG
pustaka, definisi operasional variabel dan
hasil penelitian terdahulu yang berkaitan b2 : koefisien regresi growth
dengan pengaruh penerapan good corporate opportunity
governance terhadap kinerja keuangan
b3 : koefisien regresi firm’s size
perusahaan, dapat dilihat bahwa secara
teoritis, penerapan GCG akan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal
4. Analisis dan Pembahasan
ini kemudian dijadikan sebagai landasan
pembuatan kerangka teoritis dari model Peneliti akan memaparkan hasil
penelitian ini metode analisis data yang analisis data pada sejumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam model analisis regresi
dikembangkan dalam metode analisis regresi berganda untuk mengetahui apakah terdapat
berganda dengan model sebagai berikut: pengaruh antara variabel bebas penerapan
good corporate governance (GCG) yang
EVAM = α + b1GCG + b2GO +
dalam hal ini dikontrol oleh dua variabel
b3SIZE + ε
45
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

bebas lainnya yaitu growth opportunity dengan rata-rata 80.1414, maka perusahaan
(GO) dan firm’s size (SIZE), dengan sampel termasuk dalam kategori perusahaan
variabel terikat kinerja perusahaan yang terpercaya, dimana skor GCG berada di
diproksikan dengan nilai EVA Momentum antara 70 - 84. Tabel berikut akan
(EVAM). memberikan deskripsi lebih lanjut mengenai
kelompok perusahaan berdasarkan kategori
pemeringkatan skor CGPI.
4.1. Statistik Deskriptif
Nilai EVA Momentum (EVAM)
Pada bagian ini akan dideskripsikan terkecil dari sampel adalah -0.231,
hasil analisis deskriptif dari data yang telah merupakan nilai EVA Momentum dari PT
dikumpulkan sesuai dengan variabel yang Aneka Tambang, sedangkan nilai tertinggi
digunakan dalam penelitian. Masing-masing adalah 0.83, yaitu nilai EVA Momentum PT
variabel dianalisa berdasarkan nilai BFI. Adapun simpangan baku dari data nilai
minimum (minimum), nilai maksimum Eva Momentum adalah sebesar 0.182. Nilai
(maximum), rata-rata (mean), dan standar EVA Momentum hanya memiliki dua
deviasi (std. deviation). intrepretasi, nilai EVA Momentum positif,
berarti bahwa perusahaan mengalami
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui
kemajuan dalam kinerjanya, sebaliknya, bila
gambaran umum mengenai nilai data pada
nilai EVA Momentum negatif, maka
masing-masing variabel. Dari 29 sampel,
perusahaan mengalami kemunduran.
nilai atau skor penerapan good corporate
Dengan rata-rata nilai EVA Momentum
governance (GCG) terkecil (minimum)
positif 0.136 maka dapat disimpulkan bahwa
adalah 68.71, sedangkan skor tertinggi
rata-rata perusahaam sampel mengalami
(maximum) adalah 90.65. Secara rata-rata
kemajuan dalam kinerjanya. Hanya terdapat
(mean), skor GCG pada perusahaan sampel
tiga perusahaan yang memiliki nilai EVA
adalah 80.1414, dengan nilai simpangan
Momentum negatif, yaitu Bank Bumiputera,
bakunya (standard deviation) adalah
Aneka Tambang, dan Telekomunikasi
5.74096. Dikaitkan dengan tiga kategori
Indonesia.
dalam pemeringkatan Corporate
Governance Performance Index (CGPI),
46
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

Nilai rata-rata dari growth opportunity yaitu Bank Bumipuera dan yang tertinggi
(GO) dan firm’s size (SIZE) masing-masing adalah 5.55, yaitu Bank Mandiri. Adapun
adalah 0.266 dan 3.953, dimana untuk nilai simpangan baku dari variabel GO dan
variabel GO, nilai terkecilnya -0.15, yaitu SIZE masing-masing 0.244 dan 1.005.
pada PT Aneka Tambang, Tbk. dan nilai
Secara detail mengenai data olahan
tertingginya adalah 0.89, yaitu PT Bumi
yang terdapat dalam tabel 4.1 di atas, dapat
Resources Tbk. Sedangkan nilai pada
dilihat dalam tabel 4.3 berikut.
variabel SIZE, yang terkecil adalah 0.64

Tabel 4.1 Descriptive Statistic

N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation
EVAM 29 -.23 .83 .1365 .18247
GCG 29 68.71 90.65 80.1414 5.74096
GO 29 -.15 .89 .2660 .24405
SIZE 29 .64 5.55 3.9531 1.00458
Valid N 29
(listwise)
Sumber : data sekunder diolah

Tabel 4.2 Kelompok Perusahaan Berdasarkan Kategori Peringkat CGPI

Kategori Peringkat CGPI Perusahaan


Sangat Terpercaya BCA, Medco Energy, Aneka Tambang,
Bank Mandiri, Bank CIMB Niaga,
Telekomunikasi Indonesia, United
Tractors
Terpercaya Astra Agro Lestari, Astra Internasional,
Bumiputera, Apexindo, Astra Graphia,
Bakrie & Brothers, Kalbe Farma, Bank
Permata, BFI, Indosat, OCBC NISP,
Wijaya Karya, Adhi Karya, Bakrieland,
Bank BNI, Bukit Asam, Bumi Resources,
Elnusa, Jasa Marga
Cukup Terpercaya Pembangunan Jaya Ancol, Citra Marga,
Panorama
Sumber : data sekunder diolah
47
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Tabel 4.3 Skor CGPI, Nilai EVA Momentum, Growth Opportunity, dan Firm‟s Size

Perusahaan Skor EVA Growth Firm’s Size


CGPI Momentum Opportunity
Astra Agro Lestari 82.31 0.0879 0.1892 3.5293
BCA 85.14 0.1359 0.1194 5.1737
Astra Internasional 83.01 0.0739 0.2003 4.6720
Bumiputera 74.62 -0.1877 0.1355 0.6352**
MEDCO 87.40 0.2059 0.0480 4.1521
Apexindo 77.61 0.2066 0.2611 3.6069
Astra Graphia 80.30 0.0850 0.1273 2.7670
Bakrie & Brothers 76.31 0.2722 0.2358 3.9379
Kalbe 79.7 0.0330 -0.0019 3.6651
Permata 78.85 0.1249 0.0879 4.5780
Ancol 68.82 0.0783 0.2859 3.0889
BFI 74.49 0.8253* 0.7755 3.4036
Citra Marga 69.66 0.1765 0.3810 3.4340
Indosat 80.24 0.1785 0.3236 4.6561
NISP 79.83 0.2261 0.1968 4.4619
WIKA 78.55 0.0198 0.3964 3.7613
Adhi Karya 81.54 0.0243 0.1828 3.7097
Aneka Tambang 85.87 -0.2311** -0.1493** 4.0105
Bakrieland 76.93 0.1251 0.4602 3.9209
BNI 81.63 0.0633 0.1104 5.3048
Bukit Asam 82.27 0.3019 0.5347 3.7858
BUMI 73.82 0.2972 0.8869* 4.6897
Elnusa 81.74 0.0844 0.5364 3.5209
Jasa Marga 81.62 0.3217 0.0575 4.1656
Mandiri 90.65* 0.1416 0.1233 5.5544*
Niaga 88.37 0.0329 0.0552 5.0137
Panorama 68.71** 0.1650 0.2939 2.1220
Telekomunikasi 88.67 -0.0025 0.1121 4.9603
United Tractors 85.44 0.0914 0.7572 4.3588
Keterangan:
* : nilai tertinggi
**: nilai terendah
Sebelum pengujian hipotesis, terlebih
4.2. Pengujian Hipotesis dahulu dilakukan analisis regresi berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
hubungan dan besarnya pengaruh variabel
48
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

independen, yaitu penerapan good corporate masih dilakukan dengan menggunakan


governance (GCG) terhadap variabel software SPSS 17.0
dependen kinerja perusahaan yang
Dan tabel di bawah ini merupakan
diproksikan dalam nilai EVA Momentum
hasil pengolahan data sebagaimana
(EVAM). Pengolahan data dalam analisis ini
dimaksud di atas.

Tabel 4.4 Analisa Regresi Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) .519 .504 1.030 .313
GCG -.009 .007 -.278 -1.249 .223 .507 1.971
GO .351 .132 .469 2.666 .013 .814 1.228
SIZE .059 .038 .326 1.574 .128 .589 1.697
a. Dependent Variable: EVAM

Dari hasil pengolahan data di atas, (GCG), growth opportunity (GO), dan
maka dapat disusun suatu persamaan regresi firm’s size (SIZE) masing-masing
berganda sebagai berikut: bernilai 0.106
b. Koefisien regresi pada variabel GCG
EVAM = 0.519 – 0.009GCG + 0.351GO +
bernilai -0.009, artinya bahwa setiap
0.059SIZE + ε
penurunan satu persen variabel
a. Koefisien konstanta berdasarkan hasil penerapan good corporate governance,
regresi adalah positif 0.519. Hal ini maka akan meningkatkan nilai EVA
dapat diartikan bahwa Y (nilai EVA Momentum sebesar 0.009 dengan
Momentum) akan bernilai 0.519 apabila asumsi nilai variabel GO dan SIZE
penerapan good corporate governance adalah konstan. Dapat dilihat bahwa

49
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

terjadi anomali dalam hasil regresi GO adalah konstan, setiap kenaikan satu
untuk variabel penerapan GCG ini persen pada variabel firm’s size akan
dimana hasilnya bertolak belakang menyebabkan kenaikan pada EVA
dengan teori. Seharusnya penerapan Momentum sebesar 0.059.
GCG dan nilai EVA Momentum
memiliki hubungan yang positif, artinya 4.3. Uji Regresi Parsial (Uji t)
setiap penurunan variabel penerapan Uji t dilakukan untuk mengetahui
GCG akan menyebabkan penurunan apakah masing-masing variabel independen
nilai EVA Momentum, atau sebaliknya, dalam model regresi yang digunakan
kenaikan nilai variabel penerapan GCG mempunyai pengaruh secara parsial
akan menyebabkan kenaikan nilai EVA terhadap variabel dependennya. Dalam
Momentum. pengujian ini, jika nilai signifikansi t (Sig.)
c. Koefisien regresi pada variabel GO masing-masing variabel independen lebih
bernilai positif 0.351, artinya bahwa kecil dari 0.05, maka hipotesis alternatif
setiap kenaikan satu persen pada diterima atau dengan α = 5%, masing-
variabel growth opportunity akan masing variabel independen secara statistik
menyebabkan kenaikan pada EVA mempengaruhi variabel dependen.
Momentum sebesar 0.351 dengan
asumsi bahwa nilai variabel GCG dan Kriteria diterima atau ditolaknya

SIZE adalah konstan. hipotesis didasarkan pada nilai pvalue,

d. Koefisien regresi pada variabel SIZE dimana hipotesis alternatif akan diterima

bernilai positif 0.059, artinya dengan apabila nilai p-value lebih kecil dari 0.05.

asumsi bahwa nilai veriabel GCG dan Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian
regresi berganda secara parsial

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Regresi Berganda EVA Momentum Secara Parsial

Variabel p-value Keterangan Ha1


50
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

Independen
GCG 0.223 p > 0.05 Ditolak
GO 0.013 p < 0.05 Diterima
SIZE 0.128 p > 0.05 Ditolak
Sumber : data sekunder diolah

Hasil pengujian dalam Tabel 4.5 cenderung akan meningkatkan kinerjanya


menunjukkan variabel independen guna mencapai target pertumbuhan yang
penerapan good corporate governance diharapkan, dengan demikian peningkatan
(GCG) memiliki p-value 0.223, dimana nilai growth opportunity ini akan diimbangi oleh
tersebut lebih besar dari 0.05 (p- peningkatan kinerja perusahaan yang dalam
value>0.05). Hal ini berarti bahwa secara hal ini diukur berdasarkan nilai EVA
parsial penerapan good corporate Momentum.
governance tidak berpengaruh positif
Ukuran perusahaan atau firm’s size
terhadap kinerja perusahaan yang diukur
(SIZE) memiliki nilai p-value 0.128. Nilai p-
dengan nilai EVA Momentum. Dengan
value tersebut lebih besar dari 0.05 (p-
demikian hipotesa alternatif tidak dapat
value>0.05), sehingga dalam hal ini hipotesa
diterima.
alternatif ditolak. Artinya, firm’s size tidak
Selain variabel GCG, variabel berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
independen dalam penelitian ini juga terdiri EVA Momentum. Hal ini menunjukkan
dari growth opportunity (GO) dan firm’s size bahwa dengan pengukuran kinerja
(SIZE) yang merupakan variabel kontrol menggunakan EVA Momentum, besar
dari GCG. Secara parsial, dapat dilihat kecilnya ukuran perusahaan tidak akan
bahwa variabel GO memiliki nilai p-value menimbulkan kebiasan dalam menilai
0.013 lebih kecil dari 0.05 (p-value<0.05). kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan tidak
Artinya, bahwa variabel kesempatan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan
pertumbuhan (growth opportunity / GO) melainkan sejauh mana perusahaan dapat
memiliki pengaruh positf signifikan mengelola seluruh asset dan sumber daya
terhadap nilai EVA Momentum. Perusahaan yang ada dengan tata kelola usaha yang baik
dengan kesempatan bertumbuh yang besar guna mencapai tujuan perusahaan.
51
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh parsial dan simultan degan model sebagai
kedua variabel control, yaitu growth berikut:
opportunity (GO) dan firm’s size (SIZE)
GCG = a + b1GO + b2SIZE + ε
terhadap variabel penerapan GCG, maka
dilakukan pengujian regresi baik secara Tabel 4.6 berikut merupakan hasil uji
regresi parsial dari model regresi di atas.

Tabel 4.6 Uji Regresi Parsial (Uji t) Pengaruh GO dan SIZE terhadap GCG

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 68.857 3.435 20.048 .000

GO 7.907 3.295 .336 2.400 .024 .995 1.005

SIZE 3.387 .800 .593 4.231 .000 .995 1.005

a. Dependent Variable: GCG

Secara parsial, hasil pengujian pada growth opportunity lebih besar pada
variabel GO menunjukkan nilai koefisien umumnya akan membutuhkan dana
7.907 dengan p-value 0.024 (p-value<0.05), eksternal untuk ekspansi, sehingga
dengan demikian dapat dinyatakan bahwa mendorong perusahaan untuk melakukan
variabel GO memiliki pengaruh positif perbaikan dalam tata kelola usahanya
terhadap variabel GCG. Kenaikan satu dengan menerapkan good corporate
persen variabel GO, akan menaikkan nilai governance. Dengan penerapan corporate
GCG sebesar 7.907 dengan asumsi nilai governance yang baik, perusahaan akan
variabel SIZE konstan. Hal ini dapat semakin mudah memperoleh kepercayaan
dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki investor untuk mendanai kebutuhan ekspansi
52
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

perusahaan. Dengan demikian, growth mengandung arti bahwa peningkatan nilai


opportunity akan berpengaruh positif variabel GCG akan menurunkan nilai
signifikan terhadap penerapan good variabel EVA Momentum, dengan kata lain
corporate governance. pengaruh GCG terhadap Eva Momentum
bersifat negatif. Hasil ini konsisten dengan
Sedangkan hasil pengujian variabel
penelitian Siahaan,2008 yang menyatakan
SIZE menunjukkan nilai koefisien 3.387
bahwa terdapat hubungan negative antara
dengan p-value 0.000 (p-value<0.05),
penerapan GCG dengan kinerja keuangan
dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
perusahaan yang diukur dengan EVA. Hal
secara parsial variabel SIZE memiliki
ini berkebalikan dengan teori, yang
pengaruh positif terhadap variabel GCG.
menyatakan bahwa penerapan GCG akan
Kenaikan satu persen variabel SIZE, akan
memberikan pengaruh positif terhadap
menaikkan nilai GCG sebesar 3.387 dengan
kinerja perusahaan. Dengan demikian dapat
asumsi nilai variabel GO adalah konstan.
dikatakan bahwa terjadi suatu anomali
Perusahaan dengan size atau ukuran yang
dalam penelitian ini. Selanjutnya
semakin besar dapat memiliki masalah
berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
keagenan yang lebih besar (karena lebih
simultan dan parsial diketahui bahwa secara
sulit untuk dimonitor) sehingga
simultan, penerapan good corporate
membutuhkan corporate governance yang
governance berpengaruh positif signifikan
lebih baik. Dengan demikian size
terhadap kinerja perusahaan yang dalam
perusahaan memberikan pengaruh positif
penelitian ini diukur dengan nilai EVA
terhadap penerapan GCG.
Momentum.

Namun secara parsial, hal ini berlaku


4.4 Pembahasan sebaliknya, dimana penerapan good
corporate governance tidak berpengaruh
Berdasarkan hasil analisis regresi,
positif signifikan terhadap nilai EVA
diketahui bahwa koefisien variabel
Momentum. Dengan demikian dapat
penerapan good corporate governance
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
(GCG) adalah sebesar -0.009. Nilai
langsung dari penerapan good corporate
koefisien yang menunjukkan angka negatif,
53
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

governance terhadap kinerja perusahaan Corporate Governance (KNKCG),


atau nilai EVA Momentum. walau menyadari pentingnya GCG,
kenyataanya banyak perusahaan yang
Adapun pengaruh positif signifikan
masih menerapkan prinsip GCG hanya
dari growth opportunity terhadap penerapan
karena dorongan regulasi. Prinsip-
good corporate governance sebagaimana
prinsip GCG belum menjadi kultur
dijabarkan dalam hasil uji hipotesis secara
dalam perusahaan dan belum
parsial, menunjukkan bahwa penerapan
dimanfaatkan hingga pada tingkat
good corporate governance akan memberi
penunjang kinerja perusahaan secara
pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan
signifikan.
yang dalam hal ini diukur dengan nilai EVA
3. Sistem birokrasi dan
Momentum apabila didukung oleh
penegakan hukum yang masih sangat
kesempatan bertumbuh atau growth
buruk di Indonesia, serta pemberantasan
opportunity.
korupsi yang lemah semakin
Tidak adanya pengaruh langsung dari mendukung kurangnya keseriusan
penerapan good corporate governance perusahaan-perusahaan di Indonesia
terhadap nilai EVA Momentum dalam menerapkan Good Corporate
dimungkinkan karena beberapa hal, antara Governance. Sebagaimana diungkapkan
lain: dalam penelitian Klaper & Love (2002)
dimana penerapan GCG akan
1. Manfaat yang dapat dirasakan
memberikan manfaat bagi perusahaan di
dari penerapan GCG bersifat long term
negara dengan lingkungan hukum yang
atau jangka panjang, sedangkan nilai
baik.
EVA Momentum merupakan ukuran
4. Dalam menilai kinerja
kinerja pada satu periode tertentu,
perusahaan, EVA Momentum masih
dengan demikian pengaruhnya tidak
sangat jarang dipakai oleh perusahaan di
dapat dilihat secara langsung secara
Indonesia mengingat EVA Momentum
serta merta.
baru diperkenalkan pada tahun 2009.
2. Sebagaimana diungkapkan
Dalam perhitungan nilai EVA
dalam Komite Nasional Kebijakan
Momentum, terdapat banyak aspek yang
54
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

selama ini tidak diperhitungkan dalam satu tujuan perusahaan yang harus dipenuhi
rasio-rasio keuangan konvensional yang sebelum mencapai tujuan utamanya yaitu
selama ini dipakai untuk mengukur meningkatkan kesejahteraan stakeholders-
kinerja perusahaan. nya. Dalam hal ini, laba akan diregresikan
dengan skor penerapan GCG dan nilai EVA
Lebih jauh lagi, hingga saat ini banyak
Momentum. Berikut ini merupakan dua
kalangan bisnis yang menafsirkan GCG
model regresi sederhana yang akan
sebatas bagaimana perusahaan
dilakukan terhadap variabel laba.
meningkatkan laba dan mencapai target
usaha (Djatmiko, CGPI 2001). Hal tersebut Model 1 : LABA = α + b1GCG + ε
merupakan penafsiran yang kurang tepat.
Model 2 : EVAM = α + b1LABA + ε
Laba bukan satu-satunya tolok ukur kinerja
yang mampu merepresentasikan Selanjutnya dilakukan analisa regresi
pertumbuhan kinerja perusahaan. Guna yang dimaksud dengan menggunakan
membuktikan hal ini, peneliti mencoba software SPSS 17.0 pada masing-masing
melakukan analisa regresi sederhada model, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
terhadap laba, dimana laba merupakan salah

Tabel 4.7 Hasil Regresi GCG terhadap LABA


Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant)
1 -24084070.65 11184896.172 -2.153 .040
GCG 333687.781 139220.088 .419 2.397 .024 1.000 1.000
a. Dependent Variable: LABA

Tabel 4.7 menunjukkan hasil regresi pengaruh positif signifikan antara penerapan
model 1. Dengan nilai p-value 0.024 (p- GCG terhadap laba perusahaan.
value<0.05) dapat dikatakan bahwa terdapat

55
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Tabel 4.8 Hasil Regresi EVA Momentum terhadap LABA

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1(Constant) .143 .040 3.583 .001
LABA -2.58E-009 .000 -.065 -.337 .738 1.000 1.000

a. Dependent Variable: EVAM

Berbeda dengan hasil regresi corporate governance dapat lebih lagi


sebelumnya, dalam Tabel 4.8 dapat dilihat menggali potensi manfaat penerapan GCG
hasil regresi antara variabel EVA agar dapat memberikan dampak kemajuan
Momentum dengan laba, dimana nilai kinerja perusahaan yang sesungguhnya
pvalue adalah 0.738 (p-value>0.05), artinya sebagaimana diukur dengan nilai EVA
bahwa tidak terdapat pengaruh positif Momentum, selain memang pengukuran
signifikan antara nilai EVA Momentum pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja
dengan laba perusahaan. perusahaan perlu dilakukan dalam periode
yang lebih panjang.
Dari kedua hasil regresi di atas, dapat
dilihat bahwa sejauh ini apabila dilihat dari 5. Penutup
sudut pandang laba, penerapan GCG dapat 5.1 Kesimpulan
memberikan dampak positif terhadap kinerja 1. Berdasarkan rumusan masalah, hasil
perusahaan. Namun demikian, besarnya laba analisa dan pembahasan dalam
ternyata tidak cukup menjelaskan kinerja penelitian ini maka dapat disimpulkan
perusahaan yang sesungguhnya, mengingat bahwa tidak terdapat pengaruh langsung
untuk memperoleh laba, di dalamnya juga yang positif signifikan dari penerapan
terdapat elemen biaya modal. good corporate governance terhadap

Dengan adanya temuan ini, diharapkan EVA Momentum sebagai alat ukur

perusahaan yang telah menerapkan good kinerja perusahaan. Hal ini tidak
56
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

konsisten dengan teori yang perusahaan-perusahaan di Indonesia


menyatakan bahwa penerapan good dalam menerapkan Good Corporate
corporate governance berpengaruh Governance.
positif terhadap kinerja perusahaan, d. EVA Momentum masih sangat
yang kemudian disebut dengan anomali. jarang dipakai oleh perusahaan di
2. Beberapa faktor yang dapat Indonesia mengingat EVA
dikemukakan dari adanya anomali Momentum baru diperkenalkan pada
tersebut antara lain: tahun 2009. Dalam perhitungan nilai
a. manfaat yang dapat dirasakan dari EVA Momentum, terdapat banyak
penerapan GCG bersifat long term aspek yang selama ini tidak
atau jangka panjang, sedangkan nilai diperhitungkan dalam rasio-rasio
EVA Momentum merupakan ukuran keuangan konvensional yang selama
kinerja pada satu periode tertentu, ini dipakai untuk mengukur kinerja
dengan demikian pengaruhnya tidak perusahaan.
dapat dilihat secara langsung secara
serta merta, 5.2 Keterbatasan
b. banyak perusahaan yang masih Berikut ini merupakan beberapa
menerapkan prinsip GCG hanya keterbatasan yang dapat dikemukakan dari
karena dorongan regulasi. Prinsip- penelitian ini.
prinsip GCG belum menjadi kultur
dalam perusahaan dan belum 1. Dibandingkan dengan jumlah seluruh

dimanfaatkan hingga pada tingkat emiten yang terdaftar dalam Bursa Efek

penunjang kinerja perusahaan secara Indonesia, jumlah perusahaan yang

signifikan dan dalam menilai kinerja menjadi sampel dalam penelitian ini

perusahaan. masih sangat sedikit. Hal ini

c. Sistem birokrasi dan penegakan dikarenakan sedikitnya perusahaan atau

hukum yang masih sangat buruk di emiten yang bersedia mengikuti survey

Indonesia, serta pemberantasan yang diselenggarakan oleh The

korupsi yang lemah semakin Indonesian Institute for Corporate

mendukung kurangnya keseriusan Governance (IICG).


57
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

2. Penerapan prinsip-prinsip Good investor, perusahan atau emiten, dan dunia


Corporate Governance memerlukan akademik.
kesadaran penuh dari perusahaan dan
1. Bagi investor
semua stakeholders. Hal ini tentunya
memerlukan proses yang tidak mudah Dalam latar belakang penelitian dan
dan lama. Dengan demikian, penelitian kajian pustaka, dapat dilihat bahwa
mengenai dampak positif dari penerapan good corporate governance
penerapan GCG itu sendiri perlu menjadi suatu hal penting saat ini dalam
dilakukan dalam jangka waktu yang pengupayaan pencapaian tujuan umum
lebih panjang, sedangkan penelitian ini perusahaan secara berkesinambungan.
dilaksanakan hanya terbatas pada Hal ini didukung oleh hasil penelitian
periode 2004 sampai dengan 2008. yang menunjukkan bahwa penerapan
3. EVA Momentum sebagai alat ukur GCG secara tidak langsung dapat
kinerja keuangan perusahaan masih mendorong peningkatan kinerja
sangat baru di Indonesia, sehingga perusahaan. Sebagai investor, imbal
masih banyak perusahaan yang belum hasil investasi yang tinggi dan
menggunakannya. Dengan demikian, berkelanjutan merupakan salah satu
dapat dimengerti bahwa kesadaran tujuan investasi. Dengan demikian,
perusahaan terhadap nilai EVA dalam memilih emiten, akan lebih baik
Momentum mereka masih sangat jika investor memasukkan penerapan
rendah. GCG sebagai salah satu kriteria
5.3 Saran perusahaan yang akan dipilih. Dalam

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, hal ini, investor dapat melihat referensi

berikut ini beberapa saran yang dapat dari berbagai lembaga pemeringkat

penulis kemukakan berkaitan dengan GCG baik berskala nasional maupun

penerapan good corporate governance dan internasional, seperti IICG, KNKG, dan

penggunaan EVA Momentum sebagai alat OECD.

ukur kinerja perusahaan di Indonesia, yang 2. Bagi perusahaan atau emiten


ditujukan kepada investor maupun calon

58
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

GCG telah menjadi isu penting dalam telah menerapkat corporate


dunia usaha, sehingga tidak ada alasan governance-nya dengan baik.
bagi perusahaan untuk tidak d. dalam hal mengukur kinerja
menerapkan prinsip-prinsip corporate perusahaan, prinsip EVA Momentum
governance yang baik. Untuk perlu dipertimbangkan mengingat
menerapkan prinsip-prinsip GCG secara nilai EVA Momentum telah
optimal, berikut beberapa saran yang mencakup berbagai aspek keuangan
dapat peneliti kemukakan: perusahaan yang selama ini tidak ter-
cover oleh rasio-rasio keuangan
a. menjadikan GCG sebagai budaya
konvensional. Dalam mewujudkan
atau kultur perusahaan. Hal ini dapat
hal ini, perusahaan dapat
dilakukan dengan mensosialisasikan
mengikutsertakan manajer dan
prinsip-prinsip GCG kepada seluruh
karyawan yang bersangkutan dengan
jajaran direksi dan karyawan dari
keuangan perusahaan ke dalam
tingkat pusat hingga tingkat bawah.
berbagai pelatihan yang relevan.
b. menterjemahkan prinsip-prinsip
GCG kedalam berbagai kode etik
3. Bagi dunia akademik
yang wajib dipahami dan
Dalam dunia akademik terutama dalam
dilaksanakan atau dipatuhi oleh
disiplin ilmu ekonomi, perkembangan dunia
seluruh elemen perusahaan, dan
usaha menjadi sangat penting untuk selalu
diikuti dengan pelatihan-pelatihan
diikuti, termasuk di dalamnya,
yang relevan.
perkembangan isu mengenai GCG. Akan
c. secara sukarela dan rutin mengikuti
lebih baik lagi jika setiap lembaga
survey-survey yang dilakukan oleh
pendidikan tinggi mampu memasukkan
lembaga pemeringkat penerapan
corporate governance sebagai salah satu
GCG, seperti IICG, tanpa melakukan
bidang ilmu yang dapat dipelajari dalam satu
persiapan yang dikhususkan untuk
mata kuliah khusus. Selanjutnya, para
menghadapi survey, sebagai
akademisi dapat terus mengembangkan
feedback yang akan memberikan
penelitian berkaitan dengan praktik GCG di
informasi sejauh mana perusahaan
Indonesia. Sedangkan berkaitan dengan
59
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

EVA Momentum, sebagaimana telah Brigham, E. F., dan Houston, J. F., 2001.
beberapa kali disebutkan bahwa EVA “Manajemen Keuangan”. Edisi
Kedelapan (Terjemahan).Salemba
Momentum merupakan hal baru dalam dunia
Empat. Jakarta.
akuntansi keuangan, walaupun konsep EVA
sendiri telah lama dikenal, namun para
akademisi tetap dapat mengeskplorasi lebih Brown, Lawrence, and J.,
Caylor.2004.”Corporate Governance
dalam tentang EVA Momentum. Hal ini
and Firm Performance”. Boston
dapat dilakukan dengan mengadakan Accounting Research Colloquium
berbagai penelitian yang mengkaitkan EVA 15th, Desember, 2004
Momentum dengan berbagai rasio keuangan
konvensional yang telah lama ada, atau
Budiman,Cipta.2004.”Analisis Kinerja
dengan kinerja non keuangan perusahaan. Keuangan pada Perusahaan Publik di
Dengan demikian, validitas EVA Bursa Efek Jakarta dengan
Menggunakan Pendekatan Economic
Momentum sebagai alat ukur kinerja
Value Added”.(Thesis yang tidak
keuangan yang telah mencakup banyak dipublikasikan).Bogor: Institut
aspek keuangan dapat dibuktikan dan Pertanian Bogor
dimanfaatkan di dunia usaha yang lebih
nyata.
Cornet, Marcia, and Alan,
J.,.2006.”Earnings Management,
Corporate Governance, and True
Financial Performance”. ECGI
Finance Working Paper, May, 2006

Daftar Pustaka
Drobetz, Wolfgang, Andreas, and
Bauer, Rob, Nadja, G., and
Heinz.2003.” Corporate Governance
Roger.2003.”Empiricial Evidance on
and Expected Stock Returns:
Corporate Governance in Europe:
Evidance From German”. ECGI
The Effect on Stock Return, Firm
Finance Working Paper, Februari,
Value and Performance”.
2003
Forthcoming in The Journal Of Asser
Management. Oktober, 2003

60
Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan(Anton)

Gruszczynski, Marek.2006.” Corporate


Governance and Financial
Performance of Companies in Klapper, L. and Love.2002.”Corporate
Poland”. International Advances in Governance, InvestorProtection and
Economic Research Vol. 12 No. 2, Performance in Emerging Markets”.
May, 2006 World Bank Working Paper.

Lestari, Edison.2010.”EVA Momentum


:Rasio Pengukur Kinerja Tunggal”.
Herdinata,Christian.2008.”Good Corporate SWA No.09/XXI/28 April-11 Mei
Governance VS Bad Corporate 2010 Hal 42
Governance: Pemenuhan Kapasitas
Anata Pemegang Saham Mayoritas
dan Pemegang Saham Putri, Winda.2006.”Analisis Pengaruh
Minoritas”.The 2nd National Corporate Governance dan Jumlah
Conference UKWMS, Surabaya, 6 Komisaris Terhadap Kinerja
September 2008 perusahaan”. Skripsi Sarjana (tidak
dipublikasikan). Yogyakarta:
Program Studi Akuntansi Universitas
IICG, 2001. “Corporate Governance: Tata Islam Indonesia
Kelola Perusahaan”. Edisi Ketiga,
Jakarta
Setyawan, Ari.2006.”Hubungan Antara
Corporate Governance dengan
Jandik, Thomas and Rennie,Craig.2005.” Kinerja perusahaan”. Skripsi Sarjana
The Evolution of Corporate (tidak dipublikasikan). Yogyakarta:
Governance and Firm Performance Program Studi Akuntansi Universitas
in Emerging Market: The Case of Islam Indonesia
Sellier and Bellot”. ECGI Working
Paper Series in Finance. September,
2005 Siahaan, Irene.2008.”Analisis Hubungan
Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) Terhadap
Kaihatu,Thomas S.,.2006.”Good Corporate Kinerja Keuangan Perusahaan Yang
Governance dan Penerapannya di Diukur Dengan Economic Value
Indonesia”.Jurnal Manajemen dan Added (EVA)”. Skripsi Sarjana
Kewirausahaan. Vol.8 No.1.Maret (tidak dipublikasikan). Bandung:
2006:1-9

61
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Program Studi Akuntansi Universitas dipublikasikan). Yogyakarta:


Widyamandala. Program Studi Akuntansi Universitas
Islam Indonesia

Stewart,Bennet.2009.”EVA Momentum: The


One Ratio That Tells the Whole Warsono,Sony, Amalia,Fitri, Rahajeng,
Story”.Journal of Applied Corporate Dian Kartika.2009.”Corporate
Finance. Vol.21 No.2, Spring 2009: Governance Concept and Model:
74-86 Preserving True Organisation
Welfare”.Center for Good Corporate
Governance. Yogyakarta
Sulistyanto, Sri.2003. “Good Corporate Widayanto, Gatot. 1993. ”EVA/NITAMI;
Governance: Berhasilkah di Suatu Terobosan Baru dalam
Indonesia?”. Artikel Pengukuran Kinerja Perusahaan”
dalam Usahawan, No. 12.TH. XXII.
Desember
Tjager, I.N., Alijoyo, F. A., Djemat, H.R.,
dan Soembodo, B., 2003. “Corporate
Governance”. Prenhallindo. Jakarta Young, David S & O‟Byrne, Stephen F.
2001. “EVA & Manajemen
berdasarkan Nilai (Panduan Praktis
Tunggal, Amin Widjaja. 2001. “Memahami untuk Implementasi)”. Salemba
Konsep Economic Value Added Empat .Jakarta
(EVA) dan Value Based
Management (VBM)”.
Harvarindo.Jakarta Yudha, Pranata. 2007. “Pengaruh Penerapan
Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan” Skripsi Sarjana
Utama, Shidarta.1997. “EVA: Pengukuran (tidak dipublikasikan). Yogyakarta :
dan Penciptaan Nilai Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Peusahaan”.Yogyakarta Indonesia

Wardani, Diah Kusuma.2008.”Pengeruh


Penerapan Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan di
Indonesia”. Skripsi Sarjana (tidak
62

You might also like