Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 89

PRESENTASI ORAL - TOPIK PIO DAN TERAPAN

JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.00 - 17.30 WIB - RUANG RAMAYANA

The Relationship Between Psychological Safety and Organizational Innovation in The Retail Business Company in Indonesia
Stefanus Rezky Wibawa (oky2604@gmail.com); Theresia Dewi Setyorini (thdewisrini@yahoo.co.id) ; Kristiana Haryanti
(kristianaharyanti@yahoo.com)
Universitas Katolik Soegijapranata

This study aims to examine the relationship between psychological safety with organizational innovation. The hypothesis is that
there is a correlation between psychological safety with organizational innovation. Psychological safety is divided into two
dimensions, the non-threatening and trustworthy which then made the measuring tool. Whereas the innovation organization is
divided into eight dimensions in organizational innovation, including leadership, strategy, relationship, culture, people,
structure, process and funding. They are then compiled in an organizational innovation scale. The study result indicate that there
is a correlation between psychological safety with innovation organization with result of rxy = 0,566 (p <0,01). Based on the
additional analysis of each dimension of psychological safety with innovation organization, it is found that the non-threatening
dimension is correlated to organizational innovation (rx.2 1y = 0.573), while trustworthy dimension has no significant association
with organizational innovation with rx2.2y = 0,038.This result show that employees who have a high level of trust will
demonstrate a positive relationship commitment to their environment and have the courage to express their ideas.
Keywords: Organizational Innovation,Psychological Safety

Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Pribadi-Kerja terhadap Komitmen Organisasi Dosen: Kepuasan Kerja sebagai Mediator
Reza Lidia Sari (rezalidiasari@psikologi.unair.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Profesi dosen dinilai sebagai profesi dengan tekanan kerja yang tinggi dimana mereka sulit untuk mengalihkan perhatian dari
kehidupan kerja ke kehidupan pribadi saat berada di luar jam kerja. Keseimbangan kehidupan pribadi-kerja ini ditemukan
mempengaruhi sikap, persepsi, dan kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari keseimbangan
kehidupan pribadi-kerja terhadap komitmen organisasi dosen dengan dimediatori oleh kepuasan kerja. Ada 101 dosen di Kota
Padang yang diminta mengisi kuesioner yang terdiri dari Work-life Balance Scale, Job Satisfaction Survey, dan Organizational
Commitment Scale. Uji mediasi sederhana menggunakan PROCESS macro menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang
signifikan dari keseimbangan kehidupan pribadi-kerja terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi,
dan keseimbangan kehidupan pribadi-kerja terhadap komitmen organisasi. Selain itu, kepuasan kerja ditemukan berfungsi
sebagai mediator sebagian dalam hubungan antara keseimbangan kehidupan pribadi-kerja dan komitmen organisasi. Penelitian
ini memberikan implikasi penting bagi Perguruan Tinggi untuk memperhatikan keseimbangan kehidupan pribadi-kerja dosen
dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen organisasinya.
Kata Kunci: Dosen, Keseimbangan kehidupan pribadi-kerja, Kepuasan Kerja, Komitmen organisasi

Pengaruh Learning Climate terhadap Work Engagement pada Sales Promoter di PT Higienis Indonesia
Merza Zuhdi Andipa(merza.zuhdi@gmail.com) ; Diana Harding; Anissa Lestari Kadiyono
Program Studi S2 PsikologiFakultas PsikologiUniversitas Padjadjaran

PT Higienis Indonesia dikenal sebagai spesialis di bidang solusi kesehatan yang berkualitas sejak tahun 2004, yang menjual
produk-produk seperti pembersih udara, penyerap lembap udara, pelembap udara, pewangi ruangan, dan pembersih uap.
Untuk menjual produknya, dibutuhkan work engagement yang tinggi dalam diri Sales Promoter. Usaha tersebut ditempuh
dengan memperbaiki learning climate di perusahaan. Penelitian ini menganalisis pengaruh learning climate terhadap work
engagement pada Sales Promoter di PT Higienis Indonesia.Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 72 Sales Promoter. Penelitian ini
menggunakan metode Partial Least Square (PLS) Regression yang dihitung dengan software SmartPLS3 dan Microsoft Excel
2013.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, learning climate berpengaruh positif dan signifikan terhadap work
engagement pada Sales Promoter di PT Higienis Indonesia secara parsial maupun simultan. Secara keseluruhan, learning climate
berpengaruh sebesar 56,5% untuk meningkatkan work engagement para Sales Promoter di PT Higienis Indonesia.
Kata Kunci: Work Engagement, Learning Climate
How Job Burnout Affects Employees Cognitive Functioning
Lucia T. Widhianingtanti (luciatrisni@gmail.com) ; Augustina Sulastri, Haryo Goeritno.
Soegijapranata Catholic University Semarang

Background : Burnout has been found to be significantly related to a number of cognitive failures in daily life as well as
performance disturbances. Recently studies also found the association between burnout and cognitive functioning, but this has
previously been investigated in only few study, all using clinical samples. Aims: this study aimed at examining the relationship
between burnout symtoms and cognitive functioning among company employees. Methods : Neuropsychological tests assessing
executive functioning, i.e. Five Point Test and Verbal Fluency Test; memory, i.e. Digit span foward-backward and Visual
repoduction; attention, i.e. Bourdon, Trail Making and Stroop test ; and language, i.e., Token Test and Boston Naming test were
administered to employees (N=40). Burnout was measured using The adapted Maslach Burnout Inventory (MBI). The Pearson
correlation analysis was employed to assess the data. Result: Pearson correlation analysis showed taht only digit span ( foward)
revealed significant correlation wityh burnout, while other neuropsychogical assessment did not show any correlations.
Conclusion: this study showed that employee who suffered from burnout may have problems with their short term memory.
Keywords: burnout, cognitive functioning, executive function, attention, memory, language

Operational Prochedures Standard and Training and Career Development at CS Hotel in Ubud
NDM Santi Diwyarthi (santidiwyarthi@yahoo.com)
Bali Tourism Institute

This study aimed to answer "How are the implementation of Operational Prochedures Standard, Training and Career
Development of employees CS Hotel in Ubud ?". The research is Qualitative Research using Observation Methods, instruments
are, check list observation, camera. Samples were employees from Food Production Department. There are 13 employees and
two outsourced staff. The conclusion are, Work Systematics (there is no operational prochedures standard, job description and
job specification for food production department, workload analysis, training plan). Related to Human Resources (No program in
training and career for employee, Lack of understanding hygiene and sanitation, non-standard work). Related to Conditions
Workplace (poor illumination caused by light contained in kitchen, ceiling of the kitchen, slippery floors, drainage system or
sewer iron contained in kitchen are less well maintained, lack of air circulation for kitchens pastry and bakery).
Kata Kunci: Operational Prochedures Standard, Training and Career.

Memperbesar Peluang Penggunaan EAP di Berbagai Perusahaan dan Lembaga


Rumondang Justina Katarina (rumondangjkn@yahoo.com)
Persona Quality

EAP (Employee Assistance Program) sudah dijalankan oleh berbagai perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil di
berbagai negara. Program ini sangat bermanfaat bagi perusahaan pengguna untuk membantu pegawai mengatasi masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan yang mungkin memengaruhi kinerja, kesehatan fisik dan psikis maupun work life balance.
Berdasarkan pengalaman sebagai provider EAP yang telah memberikan jasa selama 14 tahun, tim kami menemukan tantangan
yang besar untuk membuat jasa EAP ini tetap dilakukan meskipun kebutuhan akan keberadaan EAP semakin besar. Di lapangan,
terdapat pemahaman yang belum tepat pada user EAP yang menganggap EAP hanya sekedar menempatkan seorang psikolog di
dalam klinik perusahaan. User tidak memahami bahwa EAP adalah merupakan suatu sistem pelayanan yang secara menyeluruh
membantu perusahaan menangani masalah psikologi : industri, perkembangan, klinis, pendidikan dan sosial yang dialami oleh
pegawainya. Maka dalam proses delivery nya, EAP membutuhkan kebijakan dan prosedur yang saling mendukung antara top
management, Health and HR management dan pegawai.
Kata Kunci:Employee Assistance Program, kinerja karyawan,work life balance,pendekatan psikologi menyeluruh,kebijakan dan
prosedur
Employee Well-Being Ditinjau dari Stres Kerja : Resiliensi dan Job Involvement Berperan sebagai Mediator
Nur Pratiwi Noviati (nur.pratiwinoviati@uii.ac.id)
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial BudayaUniversitas Islam Indonesia

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empirik apakah stres kerja dapat digunakan untuk memprediksi employee well-
being dengan resiliensi dan job involvement sebagai mediator. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah pekerja di
instansi pemerintah yang terdiri dari 405 orang (laki-laki 310 orang dan perempuan 95 orang) dengan rentang usia 20-60 tahun,
yang memiliki tuntutan kerja yang kompleks dan beban kerja lebih dengan masa kerja minimal 6 bulan. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan skala employee well-being, skala stres kerja, skala resiliensi dan skala job involvement. Uji model mediasi
dilakukan dengan menajalankan Process Macro Model 6 yang disarankan oleh Hayes (2013). Hasil analisis data menunjukkan
bahwa resiliensi dan job involvement merupakan variabel mediasi yang efektif, menjembatani hubungan antara stres kerja dan
employee well-being pada pekerja di instansi pemerintah. Selanjutnya untuk implikasi teoritis dan praktis, keterbatasan studi,
serta kebutuhan penelitian selanjutnya akan dibahas dalam artikel.
Kata Kunci: Employee well-being, stres kerja, resiliensi, job involvement

Karakteristik Organisasi Kerja Millennials


Sri Muliati Abdullah (muliatiyogya@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Perubahan teknologi yang sangat cepat serta perkembangan ekonomi yang tidak stabil menyebabkan millennials yang berkarier
di jalur non konvensional melakukan adaptasi terhadap perubahan ini dengan membuat suatu bentuk baru organisasi kerja.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik khas organisasi buatan millennials. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada 12 millennials yang dengan kerja kolaborasinya. Berdasarkan hasil
penelitian, terdapat karakteristik yang berbeda dengan karakteristik organisasi kerja dalam hal mekanisme koordinasi,
pengaturan internal, struktur, pengambilan keputusan, dan hubungan internal antar rekan kerja. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi inspirasi bagi millennials yang ingin bekerja mandiri di jalur non konvensional untuk membangun suatu model
organisasi yang sesuai dengan karakteristik millennials dan dapat menjadi referensi bagi organisasi kerja konvensional
(perusahaan konvensional) yang mempunyai sumber daya tenaga kerja dari generasi millennials untuk melakukan penyesuaian
pengaturan kerja yang dapat membuat millennials bekerja dengan optimal.
Kata kunci : organisasi kerja, millennials

Pengaruh Work-Family Conflict terhadap Work-Life Balance pada Prajurit Wanita TNI-AL di Surabaya
Tuti Syaima Masita(tutisyaima1@gmail.com); Dea Ayu Delyara(dea.ayu.delyara-2016@psikologi.unair.ac.id); M. Luthfi
Fernando(m.luthfi.fernando-2016@psikologi.unair.ac.id); Gathot Himmawan(gathot.himmawan-2016@psikologi.unair.ac.id);
Grandita Satira Claudianty(grandita.satira.claudianty-2016@psikologi.unair.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) work-family conflict pada prajurit wanita TNI-AL di Surabaya, (2) work-life balance
pada prajurit wanita TNI-AL di Surabaya, dan (3) pengaruh work-family conflict terhadap work-life balance prajurit wanita TNI-AL
di Surabaya. Work-family conflict adalah suatu keadaan dimana terjadi tekanan antara dua peran, yaitu peran pada pekerjaan
dan pada keluarga tidak dapat seimbang atau saling bertentangan, sedangkan work-life balance adalah suatu keadaan ketika
seseorang mampu berbagi peran dan merasakan adanya kepuasan dalam peran-perannya. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala work-family conflict (Netemeyer) dan skala work-life balance (Fisher) yang telah diadaptasi versi
bahasa Indonesia. Dengan menggunakan uji hipotesis analisis regresi linier sederhana, didapatkan hasil bahwa (1) work-family
conflict pada prajurit wanita TNI-AL di Surabaya berada dalam kategori sedang, (2) work-life balance pada prajurit wanita TNI-AL
di Surabaya berada dalam kategori tinggi, dan (3) work-family conflict tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-life
balance pada prajurit TNI-AL di Surabaya.
Kata Kunci: Work-Family Conflict, Work-Life Balance
Psikologi Indigenous : Persepsi Paramedis Suku Jawa untuk Meningkatkan Subjective Well-Being
Alimatus Sahrah (sahrah@mercubuana-yogya.ac.id) ; Reny Yuniasanti (reny.yuniasanti@mercubuana-yogya.ac.id); Ranni Merli
Safitri(mer.mecca@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Perwujudan masyarakat Indonesia yang sehat pada tahun 2020 menjadi visi yang akan diraih oleh pemerintah Indonesia.
Paramedis yang menjadi salah satu bagian yang memiliki peranan penting dalam mewujudkan visi tersebut. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat strategi atau upaya apa yang dilakukan oleh paramedis suku Jawa untuk meningkatkan subjective well-
being. Penelitian ini menggunakan 15 responden penelitian yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Metode
pengumpulan data menggunakan metode wawancara tak terstruktur untuk mengetahui strategi atau upaya mereka untuk
meningkatkan subjective well-being. Berdasarkan analisa data menggunakan open coding, axial coding dan selective coding
diketahui bahwa subjek lebih memprioritaskan untuk melakukan upaya menjalin hubungan yang harmonis dengan keluarga dan
menjalankan ibadah kepada Tuhan untuk meningkatkan subjective well-being. Hasil analisa tersebut memberikan informasi
kepada manajemen Rumah Sakit atau puskesmas yang memiliki paramedis suku Jawa untuk menerapkan intervensi dan
peraturan yang dapat meningkatkan subjective well-being paramedis.
Kata Kunci: Indigenous, Strategi Subjective well-being, paramedis suku Jawa

Peranan Pemberdayaan Psikologis dan Persepsi Dukungan Organisasi terhadap Kesiapan Untuk Berubah pada Karyawan
Maskapai Penerbangan X
Nesa Lydia Patricia1 (nesa.lydia.patricia@gmail.com) ; Zamralita2 (zamralita04@yahoo.com); Rita Markus Idulfilastri2
(ritaahc@gmail.com)
1
APPnI Asosiasi Psikologi Penerbangan Indonesia; 2Universitas Tarumanagara

Penelitian ini bertujuan melihat peran pemberdayaan psikologis dan persepsi dukungan organisasi terhadap kesiapan untuk
berubah. Kesiapan untuk berubah merupakan kepercayaan karyawan bahwa mereka mampu melaksanakan perubahan yang
diusulkan (change efficacy), perubahan yang diusulkan tepat untuk dilakukan organisasi (appropriateness), pemimpin
berkomitmen dalam perubahan (management support), dan perubahan akan memberikan keuntungan bagi anggota organisasi
(personal benefit). Penelitian dilakukan terhadap 53 orang karyawan maskapai penerbangan X menggunakan sampel jenuh.
Analisis dilakukan menggunakan regresi linear dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan pemberdayaan psikologis
memengaruhi kesiapan untuk berubah (F=11.645,p<0.05). Persepsi dukungan organisasi memengaruhi kesiapan untuk berubah
(F= 28.107,p<0.05). Pemberdayaan psikologis dan Persepsi dukungan organisasi secara simultan memengaruhi kesiapan untuk
berubah (F= 7.236,p<0.05. Temuan penelitian ini dapat menjadi referensi penyempurnaan strategi perubahan agar
memperhatikan intervensi berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan karyawan dengan melakukan tolok ukur atau bench
marking ke perusahaan lainnya dan mempertahankan keberlanjutan pemberdayaan karyawannya dengan memfasilitasi para
karyawan untuk berkinerja optimal melalui program-program pengembangan yang terarah.
Kata Kunci: Kesiapan untuk berubah, pemberdayaan psikologis, persepsi dukungan organisasi

Transformasi Cinta Pekerjaan pada TNI AD


Aulia1(auliazenlovemail@gmail.com);Fathul Himam2(fathulhimam@yahoo.com)
1
Program Doktor Psikologi Universitas Gadjah Mada,1Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan; 2Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Cinta dan pekerjaan adalah dua hal penting dalam kehidupan manusia, meski pada awalnya kedua hal ini seakan tidak dapat
menyatu dalam satu konteks namun pada kenyataannya mereka memiliki koneksi antara satu dengan yang lain. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengeksplorasi makna dan membangun teori cinta pekerjaan berlandaskan pengalaman personel TNI AD.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory. Sumber data
utama dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara yang mendalam dengan enam orang sumber data yang telah mengalami
saturasi. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahap open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai disiplin, jiwa korsa, dan tanggung jawab yang dibentuk pada saat pendidikan mampu
menghasilkan personel yang selalu siap untuk melaksanakan panggilan tugas atas dasar kewajiban (pseudo love). Pseudo love
yang dimiliki personel dapat mengalami transformasi menjadi true love pada saat terjadi proses internalisasi positif terhadap
pengalaman kerja yang telah dilalui, dan sebaliknya pseudo love tidak akan mengalami transformasi menjadi true love pada saat
personel mengalami disinternalisasi pengalaman terhadap pekerjaannya.
Kata Kunci: Transformasi, Cinta pekerjaan, Cinta sejati, Cinta semu, TNI AD
Peran Resistance to Change terhadap Employee Engagement Management Trainee
Alimatus Sahrah (sahrah@mercubuana-yogya.ac.id) ; Nina Fitriana(ninafitrianafelani@gmail.com) ; Reny
Yuniasanti(reny.yuniasanti@mercubuana-yogya.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Management trainee (MT) merupakan karyawan yang diharapkan menjadi ujung tombak organisasi untuk pencapaian tujuan
dalam era disruptive. Penyebab utama tidak berkembangnya organisasi pada era disruptive adalah rendahnya keterlibatan dan
antusiasme karyawan terhadap pekerjaan (employee engagement). Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat employee
engagement (EE) adalah kesiapan untuk berubah. Sehingga penelitian untuk mengkaji apakah terdapat pengaruh resistance to
change (RTC) terhadap EE menjadi sangat penting dilakukan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 30 MT yang dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala EE & RTC. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan negatif antara RTC dengan EE. Semakin tinggi tingkat RTC, semakin rendah tingkat EE.
Sebaliknya, semakin rendah RTC, maka semakin tinggi EE. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini diharapkan
dapat membantu organisasi untuk mengurangi RTC MT sehingga keterlibatan mereka dapat mengawal pengembangan
organisasi di era disruptive.
Kata Kunci: resistance to change, employee engagement, management trainee

Kesejahteraan Psikologis Pada Generasi Milenial : Pengaruh Ketidaksopanan Kerja Online oleh Atasan, Bawahan dan Rekan
Kerja
Reny Yuniasanti (reny.yuniasanti@mercubuana-yogya.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Perubahan pola komunikasi kerja melalui online salah satunya melalui whatsapp dilakukan oleh generasi milenial. Perubahan
pola komunikasi tersebut memunculkan masalah baru di dunia kerja yaitu adanya ketidaksopanan kerja secara online yang
diprediksi dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Penelitian ini untuk melihat pengaruh ketidaksopanan kerja
online melalui whatsapp terhadap kesejahteraan psikologis generasi milenial. Subjek penelitian ini sebanyak 35 orang karyawan
yang berusia 19-37 tahun (kelahiran tahun 1981-2000). Pengumpulan data menggunakan skala ketidaksopanan kerja online
atasan, rekan kerja, bawahan dan skala kesejahteraan psikologis. Berdasarkan hasil analisa statistik diketahui bahwa
kesejahteraan psikologis generasi milenial secara signifikan hanya dipengaruhi oleh ketidaksopanan online rekan kerja (r=-0,359;
p<0,05) dan bawahan (r=-0,344; p<0,05). Ketidaksopanan kerja online oleh rekan kerja memberi sumbangan 12,6 % dan
ketidaksopanan kerja bawahan melalui online memberi sumbangan (11,9%) pada kesejahteraan psikologis generasi milenial.
Temuan penelitian ini menjadi acuan penyusunan aturan dan norma dalam pengelolaan komunikasi kerja secara online lewat
whatsapp pada generasi milenial.
Kata Kunci: Kesejahteraan Psikologis, Ketidaksopanan Kerja Online, Generasi Milenial

Peran Motivasi Intrinsik dan Kepemimpinan Akademik Ki Hajar Dewantara terhadap Prestasi Kerja Dosen
Hanna Asma Syahidah (hannasyahidah2@gmail.com) ; Antonius Dieben Robinson Manurung
(antoniusmanurung@mercubuana.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran motivasi intrinsik dan kepemimpinan akademik Ki Hajar Dewantara terhadap
prestasi kerja dosen. Subyek dalam penelitian ini adalah dosen tetap Universitas Mercu Buana yang berjumlah 369 orang dan
berusia 25-60 tahun. Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin 10% dan diperoleh sampel sebanyak 79 orang. Analisis data
yang digunakan adalah analisis statistik dengan teknik regresi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi intrinsik
berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja sebesar 0,375; kepemimpinan akademik Ki Hajar Dewantara berpengaruh
signifikan terhadap prestasi kerja sebesar 0,35; serta motivasi intrinsik dan kepemimpinan akademik Ki Hajar Dewantara
berpengaruh secara simultan terhadap prestasi kerja sebesar 0,463.
Kata kunci: motivasi intrinsik, kepemimpinan akademik Ki Hajar Dewantara, prestasi kerja
Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Marketing Officer di Kantor Cabang PT X
Athanasia Gita Malem G (athanasia.gitamalem@gmail.com) ; Benedicta Prihatin Dwi Riyanti (benedictariyanti@yahoo.com)
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

PT X merupakan salah satu perusahaan pembiayaan di Indonesia yang memfasilitasi transaksi jual beli obyek barang atau jasa.
Peran terbesar dalam pencapaian target pembiayaan PT X berasal dari performa kerja dari semua elemen karyawan, khususnya
divisi marketing di kantor cabang. Salah satu bagian penting di divisi marketing yang bertugas untuk menjual produk
pembiayaan adalah Marketing Officer (MO). Dengan adanya karakteristik pekerjaan yang menuntut MO untuk bisa mencapai
target dan unggul dalam persaingan antar perusahaan pembiayaan, maka dibutuhkan motivasi berprestasi untuk dapat
menghasilkan kinerja yang optimal. Adanya peran motivasi berprestasi dalam diri seseorang mampu memberikan arah kepada
individu untuk menghasilkan kinerja yang kriteria keberhasilan sudah ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena pentingnya
peranan motivasi berprestasi terhadap optimalisasi kinerja MO, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
motivasi berprestasi dengan kinerja MO di kantor cabang PT X area JaBoTaBekSer. Berdasarkan perpektif tujuan penelitian,
penelitian ini termasuk dalam mix method explanatory research dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam
penelitian ini motivasi berprestasi diukur dengan alat ukur motivasi berprestasi McClelland (dalam Smith, 2015), yang terdiri dari
Personal Responsibility for Performance, Risk of Task Assignment, Need for Perfomance Feedback, Researching the
Environment, Innovativeness. Kinerja karyawan diukur dengan hasil kinerja karyawan PT X tahun 2017 berupa data sekunder.
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 144 Marketing officer kantor cabang PT X area Jabotabekser. Hasil utama penelitian ini
menjukkan bahwa motivasi berprestasi tidak berkorelasi secara signifikan dengan kinerja karyawan, r= .365, n = 144, p >.05.
Secara keseluruhan, motivasi berprestasi yang dimiliki oleh MO berada di kategori sedang (75.7%), sedangkan kinerja yang
dihasilkan oleh MO berada di kategori penilaian istimewa (36.8%). Untuk memperdalam hasil utama penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara kepada beberapa MO yang memiliki kategori kinerja high dan low berdasarkan gambaran kinerja
karyawan dalam hasil analisa data. Dari hasil wawancara ditemukan adanya kendala terkait sistem penyaluran pembiayaan dan
analisa kelayakan konsumen yang menyulitkan karyawan untuk mencapai target. Di samping itu MO juga kurang memiliki
pengetahuan terhadap keunggulan produk yang dimiliki oleh perusahaan sehingga sulit memberikan informasi secara
komprehensif kepada dealer maupun konsumen. Maka dari itu peneliti memberikan beberapa saran kepada pihak perusahaan
seperti pembuatan program best employee untuk dapat memotivasi karyawan di tengah kendala yang dialami MO dalam
usahanya mencapai target dan juga program knowledge sharing yang tersistematisasi untuk dapat membekali karyawan dengan
pengetahuan competitive adventage agar mampu bersaing dengan perusahaan pembiayaan yang lainnya. Adanya program ini
diharapkan dapat memfasilitasi motivasi berprestasi MO dan meningkatkan optimalisasi kinerja karyawan MO di cabang PT X
area Jabotabekser.
Kata Kunci: Kinerja Karyawan; Marketing Officer; Motivasi Berprestasi; Perusahaan Pembiayaan
PRESENTASI ORAL - TOPIK PIO DAN TERAPAN
SABTU, 8 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 10.30 - 17.30 WIB - RUANG RAMAYANA

Pengaruh PsychologicalWell – Being terhadap Kualitas Pembelajaran Mahasiswa Universitas Mercu Buana
Raden Mutiara Puspa Wijaya (raden.mutiara.p.w@gmail.com) ; Antonius Dieben Robinson Manurung
(antoniusmanurung69@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh psychological well – being terhadap kualitas pembelajaran mahasiswa
Universitas Mercu Buana. Dalam penelitian ini digunakan pendekan sequential mixed method dimana penekanan diberikan
pada analisa kuantitatif dengan teknik regresi dan diikuti analisa data kualitatif melalui focus group discussion. Teknik
pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin’s diperoleh sampel 100 mahasiswa yang terdiri dari 6 fakultas di Universitas
Mercu Buana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa psychological well – being berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
pembelajaran dengan nilai R2 sebesar 0,696. Kontribusi penelitian ini pada untuk personal maupun instansi penyelenggara
pendidikan dengan memberikan data dan masukan bahwa psychological well – being berpengaruh pada bagaimana kualitas
suatu proses pembelajaran akan dicapai.
Kata Kunci: kualitas pembelajaran, psychological well – being

Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Kerja Dosen Universitas Mercu Buana
Tika Bisono (tikabisono@yahoo.com) ; Antonius Dieben Robinson Manurung(antoniusmanurung@mercubuana.ac.id); Indira
Shanti (shanti_indira@yahoo.com)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana

Penelitian ini menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi kerja. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan teknik regresi linear sederhana dan analisis tambahan melalui pendekatan kualitatif dengan
observasi dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen UMB Jakarta berjumlah 922 orang. Pensampelan
menggunakan teknik purposive sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 155 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional memengaruhi prestasi kerja sebesar 0,722 dengan signifikansi 0,000 dan nilai t sebesar 17,717 (di atas
nilai t tabel 1,960). Hasil analisis tambahan dengan observasi dan wawancara menunjukkan dukungan kuat terhadap hasil
analisis regresi di atas, dimana dosen yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi cenderung memiliki prestasi kerja yang
baik.
Kata Kunci: kecerdasan emosional, prestasi kerja.

Pengaruh Konsep Diri, Growth Mindset, dan Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Orientasi Kesehatan pada Karyawan PT Kenko
Indonesia Wilayah Jakarta
Antonius Dieben Robinson Manurung (antoniusmanurung69@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana

Penelitian ini menguji pengaruh konsep diri, growth mindset, dan kualitas kehidupan kerja terhadap orientasi kesehatan
karyawan. Subyek penelitian adalah 170 karyawan PT Kenko Indonesia Wilayah Jakarta. Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan teknik regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) konsep diri memengaruhi orientasi kesehatan dengan
nilai t 6.522, (2) growth mindset memengaruhi orientasi kesehatan dengan nilai t 7.666, (3) kualitas kehidupan kerja
memengaruhi orientasi kesehatan dengan nilai t 5.530, dan (4) konsep diri, growth mindset, dan kualitas kehidupan kerja
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap orientasi kesehatan karyawan dengan nilai F = 24.107, tingkat signifikansi
0.000, dan nilai pengaruh sebesar 0.303.
Kata Kunci: konsep diri, growth mindset, kualitas kehidupan kerja, orientasi kesehatan
Efektivitas Pelatihan Dukungan Sosial Untuk Meningkatkan Kualitas Interaksi Atasan Bawahan
Shanty Komalasari (shantykomalasari.sk@gmail.com)
UIN Antasari

Penelitian ini bertujuan mengungkap efektivitas pelatihan dukungan sosial untuk meningkatkan kualitas interaksi atasan
bawahan. Subjek penelitian ini adalah atasan bawahan di Bank X Area Kalimantan Selatan dan perusahaan Y bidang general
supplier. Alat ukur yang digunakan skala kualitas interaksi atasan bawahan berdasarkan aspek-aspek dari Wakabayashi dan
Graen. Desain penelitian ini adalah eksperimen post test only design with nonequivalent groups dan analisis data menggunakan
Mann-Whitney U dan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kualitas interaksi
atasan bawahan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan
diberikan perlakuan berupa pelatihan dukungan sosial untuk meningkatkan kualitas interaksi atasan bawahan. Sedangkan
kelompok control akan diberi perlakuan yang sama setelah penelitian berakhir sebagai waiting list. Pada hasil penelitian
diketahui bahawa kelompok eksperimen tingkat kualitas interaksi lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Efektivitas pelatihan
dukungan sosial lebih tinggi untuk meningkatkan kualitas interaksi atasan bawahan pada perusahaan Y.
Kata Kunci: Pelatihan dukungan sosial, kualitas interaksi atasan bawahan

High Potential Is High Learners? The Role Of Learning Agility As Mediator Of The Relationship Between Psychological Capital
And High Potential Individual
Endang Parahyanti1 (parahyanti@gmail.com) ; Kristiana Dewayani2 (nani.samdono@gmail.com)
1
Universitas Indonesia, 2Universitas Guna Dharma

Potensi kerja individu sangatlah penting karena hal tersebut memengaruhi tercapainya kinerja individu sesuai dengan target
kerja yang dimiliki. Beberapa faktor yang memengaruhi tercapainya kinerja optimal individu antara lain melalui learning agility.
Learning agility ditandai dengan adanya keinginan dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman yang kemudian dapat
diterapkan dalam pencapaian kesuksesan pada suatu kondisi yang baru (De Meuse et al., 2010). Dari beberapa faktor yang
memengaruhi learning agility, penelitian terdahulu membuktikan bahwa psychological capital merupakan faktor yang berperan
terhadap terbentuknya learning agility. Sedangkan psychological capital meskipun memberikan pengaruh terhadap potensi kerja
optimal individu namun pengaruhnya tergolong kecil. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti
peran learning agility sebagai mediator hubungan antara psychological capital dan potensi kerja optimal individu. Data
penelitian diperoleh dari 102 responden mahasiswa dan karyawan di berbagai perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa model
yang diajukan fit, learning ability dapat memediasi secara penuh hubungan antara psychological capital dan potensi kerja
optimal individu (chi-Squre=46.39, df=41, P-value=0.25974, RMSEA=0.036).
Kata Kunci: Potensi Kerja Optimal Individu, Learning Agility, Psychological Capital

Self Concept and Subjective Well Being among Muslim Men Employees
Anggia Kargenti Evanurul (anggia.kargenti@uin-suska.ac.id)
UIN Suska Riau

Bekerja merupakan tanggungjawab sekaligus kewajiban bagi laki-laki muslim. Sukses tidaknya pekerjaan yang dilakukan
berpengaruh pada pencapaian subjective well-being. Salah satu faktor penting subjective well-being adalah konsep diri. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan subjective well-being pada karyawan laki-laki muslim.
Pengumpulan data menggunakan skala konsep diri (teori Fitt) dan skala subjective well-being (Keyes dan Rubbin). Subjek
penelitian berjumlah 120 orang dengan teknik purposif sampling. Berdasarkan analisis product moment didapatkan nilai R=
0.780 dengan signifikansi = 0.00 (p˂0.01). Artinya konsep diri memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan subjective well-
being. Memiliki konsep diri yang positif merupakan hal penting bagi seorang muslim t dalam bekerja. Penghargaan terhadap
kapasitas dan kompetensi yang dimiliki erat kaitannya dengan pencapaian subjective well-beingnya.
Kata Kunci: Konsep diri, subjective well-being, muslim
Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Sikap Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Domnina Rani Puna Rengganis (domnina@mercubuana-yogya.ac.id)
Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah hal penting dalam bekerja. Perilaku penggunaan alat pelindung diri adalah salah satu
hal yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja. Alat Pelindung Diri (APD) adalah segala yang dipakai oleh seseorang
untuk meminimalkan risiko bahaya kesehatan maupun keselamatan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pekerja dalam
menggunakan alat pelindung diri adalah sikap terhadap keselamatan kesehatan kerja. Perilaku pekerja yang mematuhi aturan
keselamatan kesehatan kerja akan berdampak positif terhadap pekerjaannya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana hubungan antara perilaku penggunaan alat pelindung diri yang ditinjau dari sikap terhadap
keselamatan kesehatan kerja karyawan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 55 orang karyawan. Sebagian besar subjek
berusia antara 20-30 tahun. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data yang diperoleh
dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari pearson. Hasil analisis mendapatkan koefisien korelasi sebesar 0,435
dengan p = 0,001 (p < 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap keselamatan
kesehatan kerja dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri. Secara deskriptif diperoleh hasil bahwa sebagian besar subjek
memiliki perilaku penggunaan alat pelindung diri tinggi dan sikap terhadap keselamatan kesehatan kerja positif . Sumbangan
efektif sikap terhadap keselamatan kesehatan kerja terhadap perilaku penggunaan alat pelindung diri sebesar 18,92%.
Kata Kunci: Perilaku penggunaan alat pelindung diri, sikap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Peran Perceived Organizational Support dan Self-Monitoring terhadap Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan
BPBD Jawa Barat
Asep Ridwan Nugraha(asep.ridwan.n@gmail.com) ; Bambang Syamsul Arifin ; Tintin Supriyatin ; Nur’aini Azizah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perceived organizational support dan self-monitoring terhadap organizational
citizenship behavior. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif. Menggunakan subjek populasi karena berfokus pada
karyawan BPBD Jawa Barat bagian lapangan yang berjumlah 40 orang dengan usia rata-rata 30 tahun. Teknik analisis data
dengan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh perceived organizational support dan self-
monitoring terhadap organizational citizenship behavior pada karyawan lapangan BPBD Jawa Barat dengan koefisien
determinasi sebesar 62%. Hal ini menunjukkan pentingnya peran perceived organizational support sebagai faktor eksternal dan
self-monitoring sebagai faktor internal karyawan dalam suatu organisasi.
Kata Kunci: perceived organizational support, self-monitoring, organizational citizenship behavior

Evaluasi Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus di Kota Semarang)
Satria Sukmawan (satriasukmawan@gmail.com) ; Irwan Desyantoro (irwan.desyantoro@gmail.com)
Program Studi PsikologiFakultas PsikologiUniversitas Semarang

Kota Semarang memiliki 11.460 pegawai negeri sipil yang menjadi tulang punggung pembangunan. Namun prestasi kerja
pegawai negeri sipil tersebut saat ini dirasa rendah. Maka dari itu perlu dilakukan analisis untuk mengevaluasi prestasi kerja dan
mencari solusi masalah tersebut. Metode penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, sedangkan data diambil dengan cara
wawancara, kuesioner, dokumentasi, dan observasi. Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa belum optimalnya prestasi kerja pegawai negeri sipil berkaitan dengan deskripsi tugasnya, di
mana mereka tidak mengetahui uraian pekerjaannya dan tidak adanya aturan apabila meninggalkan instansi di luar jam kerja
bukan untuk keperluan pekerjaan. Peneliti menyarankan kepada Pemerintah Kota Semarang agar: 1) membuat aturan bagi
pegawai negeri sipil supaya meningkatkan prestasi kerja, 2) melakukan pemantauan rutin dan inspeksi mendadak, dan 3)
memberi penghargaan bagi yang berprestasi kerja terbaik sebagai motivasi.
Kata Kunci: pegawai negeri sipil, prestasi kerja, tugas
Hubungan Motivasi Kerja dengan Work Engagement ditinjau Dari Urutan Kelahiran
Mutiara Mirah Yunita (myunita@bundamulia.ac.id)
Universitas Bunda Mulia

Perusahaan seringkali mengalami permasalahan akibat motivasi kerja karyawan yang rendah. Ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi hal tersebut salah satunya dari kepribadian individu itu sendiri yang juga dibentuk dari urutan kelahiran.Hasil
penelitian menunjukkan pada variabel motivasi kerja, anak tunggal dan anak pertama memiliki nilai tertinggi. Kemudian pada
variabel work engagement, anak tunggal dan anak pertama memiliki nilai tertinggi. Sedangkan pada dimensi vigor, anak tunggal
dan anak tengah memiliki nilai tertinggi. Kemudian pada dimensi dedication, anak pertama dan anak terakhir memiliki nilai
tertinggi. Pada dimensi absorption, anak pertama dan anak terakhir memiliki nilai tertinggi. Implikasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan dapat mempertimbangkan mengenai urutan kelahiran sebagai sarana dalam menempatkan karyawan dalam suatu
jabatan. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan seorang atasan dapat memprediksikan motivasi dan work engagement
karyawan dalam bekerja. Selain itu, perusahaan dapat mengembangkan strategi pembelajaran dalam menghadapi motivasi dan
work engagement yang rendah sesuai dengan urutan kelahiran.
Kata Kunci : motivasi kerja, work engagement, urutan kelahiran

Individual Readiness for Change on Organizational Readiness for Change with Psychological Empowerment as Mediator
Wustari L.Mangundjaya (wustari@gmail.com; wustari@ui.ac.id)
Faculty of Psychology Universitas Indonesia

To succeed in organizational change, employees are the one who should change. Therefore, employees need to have the right
knowledge, skills, and characteristics in order to work on the new ways that the organizational change enforces. The objective of
this study is to examine the effect of Individual readiness for change and psychological empowerment on organizational
readiness for change. Using convenience sampling, 175 respondents were gathered to rate their individual readiness for change
psychological empowerment, and organizational readiness for change. Then, data were analyzed using multiple correlations.
This study revealed that to succeed in the organizational change process, an organization should pay attention to the individual
readiness for change as well as psychological empowerment as these characteristics would contribute to the organizational
readiness for change. It is also recommended that organizations should create initiatives that can develop individual readiness
for change as this readiness had a significant effect on organizational readiness for change.
Keywords: Individual readiness for change, psychological empowerment, organizational readiness for change.

Pengaruh Spiritual Well-Being terhadap Organizational Citizenship Behaviour pada Karyawan


Rita Susanti (rita.susanti@uin-suska.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Dalam dunia kerja, Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku yang mendukung efektivitas organisasi, dalam
bentuk kecintaan, loyalitas dan rasa memiliki organisasi. Dalam organisasi masih ditemukan karyawan memiliki OCB rendah,
misalnya, tidak saling tolong menolong, hasil kerja tidak optimal bila imbalan tidak sesuai. Salah satu faktor yang dapat
meningkatkan OCB adalah kesejahteraan spiritual (Religious Well-Being (RWB) dan Existential Well-Being (SWB) (Geh, 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Spiritual Well Being terhadap OCB karyawan. Desain penelitian menggunakan
kuantitatif korelasional. Data diperoleh dengan dua skala yang diberikan kepada 257 karyawan yang diambil beberapa instansi.
Hasil analisis data dengan metode analisis regresi menunjukkan ada pengaruh Religious Well Being (RWB) dan Existential Well
Being (SWB) terhadap OCB dengan nilai F=441.46 dan Sig=0.000 dan F=228.15 dan Sig-0.000 dengan SE sebesar 63,4% dan
64.35%. Artinya karyawan yang beribadah dengan baik dan memiliki hubungan baik dengan sesama serta kepuasaan hidup akan
mudah mengembangkan perilaku OCB dalam organisasi.
Kata Kunci: Organizational Citizenship Behavior, RWB, EWB
Efikasi Diri; Faktor Kunci Pengembangan Aspirasi Karir Mahasiswa
Fahri Al Irsyad (fahriasen@gmail.com) ; Sumaryono (sumaryono.cendix@ugm.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Supaya dapat bersaing dalam era globalisasi, mahasiswa diharapkan mengetahui langkah yang akan diambil dan direncanakan
dalam 5 tahun ke depan seperti pengalaman organisasi maupun pengalaman magang. Hal tersebut akan memberikan gambaran
bagi mahasiswa tentang karir yang akan ditempuh. Atas dasar itulah, mahasiswa memang perlu dibiasakan untuk berpikir
tentang aspirasi karir ke depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya
terhadap aspirasi karir pada mahasiswa. Tidak sekedar memahami peran, perlu juga ditelaah bagaimana konteribusi masing-
masing variable dalam menunjang pengembangan aspirasi karir pada mahasiswa. Ini diperlukan untuk mempermudah fokus
intervensi pada para masiswa melalui kegiatan ekstra kulikuler maupun intra kulikuler. Dalam riset ini, ada tiga skala yang
digunakan yaitu Skala Aspirasi Karir yang terdiri dari 31 aitem, Skala Dukungan Sosial yang terdiri dari 21 aitem, dan Skala
CDMSE-SF yang terdiri dari 20 aitem. Partisipan penelitian merupakan 261 mahasiswa aktif yang berkuliah di Universitas Gadjah
Mada. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda menunjukkan efikasi diri dan dukungan sosial berperan sebesar 61,3% pada
aspirasi karir mahasiswa UGM (R2= 0,613, p= 0,000; p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan aspirasi karir pada mahasiswa UGM. Setelah ditelaah secara mendalam,
diperoleh kontribusi tiap variable yaitu dukungan sosial berperan sebesar 7,8% terhadap aspirasi karier mahasiswa dan efikasi
diri memberikan peran sebesar 53,5%. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri merupakan faktor utama dalam pengembangan
aspirasi karir. Temuan ini mengindikasikan bahwa pengembangan pribadi lebih efektif dalam memperkuat kesiapan individu
dalam berkarir. Penguatan diri pribadi dengan bekal yang memadai akan menjadikan mahasiswa merasa yakin atas
kemampuannya. Inilah kunci penting dalam pengembangan aspirasi karir.
Kata Kunci: Efikasi Diri, Dukungan Sosial, Aspirasi Karir

Job Crafting Sebagai Prediktor Work Engagement Pada Generasi Millenial: Studi pada Konsultan Independen Bidang
Perawatan Kulit
Nur Munfaridah1 (nmfaridah@yahoo.co.id) ; Rina Mulyati2 (rinamulyati@uii.ac.id) ; Irwan Nuryana Kurniawan3
(irwannuryanakurniawan@yahoo.com)
1
Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, 2Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,
3
Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta

Maraknya jenis pekerjaan baru yang bersifat independen, menyebabkan perlunya lebih banyak kajian tentang pendekatan
desain kerja. Kajian ini diperlukan untuk menjaga keberlangsungan perusahaan dengan memastikan keterlibatan angkatan kerja
generasi millenial dalam pekerjaannya. Angkatan kerja di zaman revolusi industry 4.0 akan didominasi oleh generasi millennial
yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi daya prediksi
empat dimensi job crafting terhadap work engagement pada konsultan independen di bidang perawatan kulit. Penelitian
melibatkan 141 responden perempuan. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Work Engagement (UWES) dan Skala Job Crafting
(JCS). Hasil analisis regresi menunjukkan dimensi Increasing Structural Job Resources dan Increasing Challenging Job Demands
sebagai prediktor yang signifikan dan mampu memprediksikan 56% total varian work engagement. Implikasi penelitian ini secara
teroritis memperkuat kajian pustaka tentang pentingnya desain pekerjaan yang bersifat botom up. Secara praktis, perusahaan
dengan karyawan generasi millennial perlu menerapkan desain pekerjaan yang dapat mendorong terjadinya job crafting untuk
mengoptimalkan keterlibatan kerja.
Kata Kunci: Job Crafting, Work Engagement, Generasi Millenial
Hubungan Resilience at Work dengan Kinerja Marketing Officer
Prithasari Kusumaputri (prithakusuma@gmail.com) ; Benedicta Prihatin Dwi Riyanti (benedictariyanti@yahoo.com)
Fakultas PsikologiUniversitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Salah satu bagian penting dalam perusahaan pembiayaan adalah bagian Marketing. Dengan sifat pekerjaan mereka yang
stressful, mereka dituntut untuk menunjukkan kinerja yang baik sehingga karyawan yang resilien dianggap dapat menunjukkan
kinerja yang lebih optimal. Penelitian ini termasuk applied research dengan pendekatan mixed method. Peneliti menggunakan
teori McEwen (2011) untuk menyusun alat ukur resiliensi dan data sekunder untuk melihat kinerja karyawan. Jumlah partisipan
dalam penelitian ini adalah 150 orang. Dengan menggunakan teknik statistik spearman correlation, hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Secara umum, variabel resiliensi berada di kategori sedang
(52,1%) dan variabel kinerja berada di kategori penilaian Istimewa (36,8%). Diduga data sekunder yang digunakan untuk
mengukur kinerja karyawan kurang bisa memberikan gambaran tentang kinerja mereka yang sebenarnya. Oleh karena itu,
dilakukan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara, mereka merasa terkendala untuk pemberian dan mendapatkan informasi,
serta kesulitan menghadapi dealer dan konsumen. Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa salah satu pengembangan yang
dapat dilakukan adalah memberikan program bagi karyawan yang kinerjanya masih tergolong sedang. Oleh karena itu, dirasa
perlu untuk memberikan pelatihan salesmanship yang berfokus ke kemampuan komunikasi.
Kata Kunci: kinerja karyawan, marketing officer, perusahaan pembiayaan, resiliensi

Refleksi Pengalaman mengembangkan Pusat Layanan Psikologi


Retno Indaryati Kusuma (retnoigeka@gmail.com)
Pradnyagama Pusat Layanan Psikologi

Tantangan psikologi yang terbesar adalah membangun perspektif ilmiah tentang bagaimana membuat kehidupan manusia lebih
berharga. Tujuan tulisan ini adalah untuk menginspirasi para psikolog membangun secara seimbang antara strategi bisnis dan
pelayanan di masyarakat menggunakan emosi positif dan sifat-sifat positif.Pengalaman membangun pelayanan psikologi sejak
tahun 1997 menghasilkan lima strategi bisnis yang positif. Strategi pertama, adalah the power of giving. Strategi kedua, memiliki
produk yang akan membantu masyarakat memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik. Strategi ketiga, pemasaran dan memberi
layanan dengan jargon ‘melayani dengan hati’. Strategi keempat, menyediakan tempat yang profesional. Membangun Sumber
Daya Manusia yang memiliki integritas, loyalitas dan profesionalitas dengan sebutan TEAM CINTA sebagai strategi kelima. Tolok
ukur keberhasilan terlihat dari antusiasme masyarakat dan dibukanya cabang-cabang hampir di tiap kabupaten di Bali. Layanan
yang semakin berkembang secara variatif dan menjadi tempat penelitian. Juga terbukanya lapangan pekerjaan yang menyedot
cukup banyak tenaga baik dari psikologi sendiri maupun profesi kesehatan lainnya. Disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dalam
psikologi positif mampu mendorong perkembangan sebuah layanan psikologi melalui strategi bisnis yang membahagiakan.
Kata Kunci : Psikologi Positif, Strategi Bisnis, Pelayanan Psikologi

Hubungan antara Keterikatan Karyawan dengan Kesejahteraan Psikologis pada Perawat RSUDZA Banda Aceh
Anis Azka (azkaannesa@gmail.com) ; Risana Rachmatan (risana.ridwan@gmail.com)
Universitas Syiah Kuala

Perawat yang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi mampu memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan.
Kesejahteraan psikologis dapat dibangun karyawan dengan meningkatkan emosi positif terhadap organisasi tempat mereka
bekerja melalui keterikatannya dengan organisasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan keterikatan
karyawan dengan kesejahteraan psikologis pada perawat Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh. Subjek
dalam penelitian ini adalah 196 perawat PNS di RSUDZA yang dipilih menggunakan teknik accidental sampling. Alat ukur yang
digunakan adalah skala adaptasi dari skala Utrecht Work Engagement Scale dan skala Ryff’s Psychological Well-Being. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterikatan karyawan dengan kesejahteraan
psikologis pada perawat di RSUDZA. Shuck & Reio (2013) menyebutkan bahwa keterikatan dan kesejahteraan psikologis
karyawan dapat meningkat jika organisasi mampu menyediakan sumber daya pekerjaan dengan baik bagi karyawannya.
Kata Kunci: Keterikatan Karyawan, Kesejahteraan Psikologis, Perawat
Pengaruh Psychological Capital terhadap Subjective Well-Being Bintara Remaja Polda Sulawesi Selatan
Muhammad Kadafi (muhammadkadafi0@gmail.com); Siti Nur’ainun Zakiyah (sitinurainunzakiyah@gmail.com) ; Andi Rezqi
Safitri (andireskisafitri@gmail.com) ; Andi Mutiah Amaliah (amaliamutiah@yahoo.co.id)
Prodi Psikologi Universitas Hasanuddin

Profesi kepolisian memiliki tuntutan pekerjaan yang tinggi, karena berperan sebagai Pelindung, Pelayan, dan Pengayom
Masyarakat. Bintara Remaja Personel kepolisian berada pada tahap peralihan masa remaja ke dunia kerja kepolisian. Gagasan
Psychological Capital (Luthans, 2007) dapat menjadi suatu kajian alternatif, solusi peningkatan kesejahteraan mental Bintara
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi Psychological Capital terhadap Subjective Well-Being Bintara
Remaja Polda Sulsel. Hal ini didasarkan oleh teori conservation of resources (COR) (Hobfoll, 1989) bahwa individu berusaha
melindungi dan mengumpulkan psychological resources yang dimilikinya sehingga mencapai tingkat kesejahteraan mental yang
memadai. Skala yang digunakan adalah Psychological Capital Questionnaire 24 (PCQ-24) (Luthans, 2007), Subjective Well-Being
Life Scale (SWLS), dan Scale of Positive and Negative Experiences (SPANE) (Diener, 2009) terhadap 130 Personel Ditsabhara
Polda Sulsel. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Psychological Capital terhadap Subjective Well-Being
Bintara Remaja Polda Sulsel.
Kata Kunci : Bintara Remaja, Kepolisian, Pengaruh, Psychological Capital, Subjective Well Being.

“Menyertakan makna”: Peran Proses Psikologis dalam Menyampaikan Praktik SDM di Tempat Kerja
Indrayanti Indrayanti(indrapsi@ugm.ac.id)
Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada

Dalam tinjauan teori pengaruh sosial, praktik SDM dapat dilihat sebagai proses persuasi berbasis pesan (message-based
persuasion) dari manajemen kepada karyawan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan. Studi ini meneliti perspektif
yang digunakan oleh manajemen dalam menggambarkan proses pengiriman pesan manajemen (HR process). Review dilakukan
terhadap 20 studi kuantitatif tentang HR process yang dipublikasikan tahun 2004 hingga 2017 dengan metode pencarian
database jurnal, google scholars, dan DOI. Tahun 2004 Bowen & Ostroff melakukan studi yang menyoroti pentingnya HR process
dan menarik banyak peneliti untuk mengkaji kemudian. HR process digambarkan sebagai suatu proses psikologis tentang
bagaimana manajemen menyampaikan pesan praktik SDM kepada karyawan. Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa
sebagian besar proses psikologis dijelaskan menggunakan konsep teori atribusi (70%) sebagai proses di mana karyawan
melampirkan makna untuk HRM yang pada gilirannya akan memperkuat penerapan sistem praktik SDM di organisasi.
Kata Kunci: message-based persuasion; HR process

Kesejahteraan Psikologis Pegawai (Employee Well-Being) Pada Aparatur Sipil Negara


RisanaRachmatan (risanarachmatan@unsyiah.ac.id) ; Marty Mawarpury (marty@unsyiah.ac.id) ; Kartika Sari
(kartikasari@unsyiah.ac.id) ; Maya Khairani (khairani.maya@unsyiah.ac.id)
Program Studi PsikologiFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Pekerjaan dan kondisi kerja merupakan faktor utama yang menentukan kesejahteraan psikologis pegawai. Salah satu indikator
kesejahteraan psikologis yang rendah ditandai oleh kurangnya keterlibatan pegawai dengan pekerjaan. Tujuan penelitian ini
untuk memperoleh gambaran tentang kesejahteraan psikologis pegawai pada Aparatur Sipil Negara (ASN). Menggunakan
metode rancangan survei dengan teknik random sampling, penelitian ini melibatkan 244 pegawai terdiri atas laki-laki dan
perempuan, berlokasi di Aceh. Kesejahteraan psikologis pegawai diukur menggunakan Eudomanic Job Well-Being Scale yang
dianalisis menggunakan chisquare test for independent. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan kesejahteraan
psikologis pegawai dengan sosiodemografi (usia χ2=0,82, jenis kelamin χ2=0,93, status pernikahan χ2=0,05, bidang pekerjaan
χ2= 0,871, dan tingkat pendidikan χ2=0,449).
Kata Kunci: kesejahteraan psikologis, pegawai, aparatur sipil negara
Pengaruh Work-Family Conflict dan Workplace Spirituality terhadap Organizational Citizenship Behavior pada Guru Sekolah X
Puput Melati; Amy Mardhatillah (amy.mardhatillah@mercubuana.ac.id) ; Setiawati Intan Savitri (intan.savitri72@gmail.com)
Universitas Mercu Buana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh Work-Family Conflict dan Workplace Spirituality
terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). 121 guru dari sekolah X berpartisipasi dalam penelitian ini. Teknik sampling
yang digunakan adalah sample jenuh, dimana seluruh guru pada sekolah itu terlibat dalam penelitian ini. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur OCB ( Podsakof, 1980), skala Work Family Conflict Scale (Carlson et al 2000) dan
skala Wokplace Spiritulity (Dunchon, 2000). Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh Work-Family Conflict dan Workplace Spirituality terhadap OCB dengan nilai R2 = 40.2%,
F(2.97), 32.652, P < 0.01. 59.8% dari OCB di pengaruhi oleh faktor lain. Oleh karena itu, sekolah diharapkan dapat membuat
kebijakan yang dapat menurunkan Work-Family Conflict serta membuat kegiatan yang dapat meningkatkan Workplace
Spirituality untuk meningkatkan OCB pada guru.
Kata Kunci: Konflik Kerja-Keluarga, Spiritualitas Ditempat Kerja, Perilaku Kewarga Organisasian

Hazardous Attitudes and Pilot Decision Making In Non-Normal Operations


Sukmo Gunardi (sukmo.gunardi@gmail.com)
Indonesia Defence University

This research was aimed at studying whether there were significant influence of hazardous attitudes towards pilot decision
making in non-normal operations. Likert typed questionaires were distributed to 537 active male pilots both from military and
civilian aviation. Participants were recruited using a probability sampling. The data were analysed employing Structural Equation
modeling (SEM) procedures, it was concluded that the theoretical model of pilot decision making in non-normal operation could
be explained by the individuals’ hazardous attitudes. This results indicates the critical role of affective components to the
decision making models. Practical significance of the results pertaining to pilot training, particularly in crew resource
management context, was discussed.
Keywords: Hazardous attitudes and pilot decision making.
PRESENTASI ORAL - TOPIK PIO DAN SOSIAL
JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.00 - 17.30 WIB - RUANG LEMBANG

Pengaruh Kolektifisme dan Jarak Kekuasaan pada Karyawan yang Bersuara


Unika Prihatsanti1 (unik0206@gmail.com); Seger Handoyo2 (seger.handoyo@psikologi.unair.ac.id)
1
Program Doktor Fakultas PsikologiUniversitas AirlanggaSurabaya,1Fakultas PsikologiUniversitas DiponegoroSemarang, 2Fakultas
PsikologiUniversitas AirlanggaSurabaya

Sebagai upaya untuk bertahan dan menyikapi kondisi bisnis yang dinamis, membuat keputusan yang baik, dan memperbaiki
masalah sebelum menjadi lebih besar dan tidak teratasi maka para pimpinan atau manajemen atas membutuhkan informasi dari
karyawan pada tingkat dibawahnya. Artinya karyawan didorong untuk bersuara. Bersuara merupakan salah satu bentuk perilaku
mengungkapkan pendapat, saran, ide atau gagasan yang bertujuan membuat perubahan organisasi menjadi lebih baik.
Penelitian sebelumnya membahas pentingnya faktor emosi yang mempengaruhi karyawan dalam bersuara, yaitu affective event
theory dan emotional as social information theory, namun memiliki keterbatasan karena belum menjelaskan faktor budaya.
Budaya memiliki peran penting karena dapat mempegaruhi komunikasi. Pada konteks budaya kolektifis dan jarak kekuasaan,
karyawan menekankan nilai keharmonisan kelompok dan adanya ketidaksetaraan dalam organisasi Tujuan dari artikel ini
mengajukan gagasan bahwa budaya kolektifisme dan jarak kekuasaan memberikan efek pada emosi karyawan dan
mempengaruhi pilihan karyawan untuk bersuara atau tidak.
Kata Kunci: kolektifisme, jarak kekuasaan, karyawan bersuara

The Impact of Local Government Transformation Bureaucracy System towards Psychological Anxiety and Personality
Moses Glorino Rumambo(moses.glorino@fib.unair.ac.id)
Universitas Airlangga

The transformation on local government organizational bureaucracy system is causing anxiety to the staffs. This scholarly study
wants to examine the impact of this transformation towards personality and psychological anxiety of the staffs in local
organizational changes. Based on the big five personality and the statistics analysis results, it found that the consequences of the
uncertainty organizational transformation affected hope and comfort of the staffs. The anxious personality’s staff occurred more
on anxiety with psychological state. The dimension of personalities that caused anxiety are neurotics and openness to
experience, especially whom have high levels of dimension of neurotics personality organizational transformation plan.
Keywords: transformation, anxiety, the big five personality

Model Pengelolaan Keragaman Organisasi pada Perguruan Tinggi


Susatyo Yuwono(susatyo.yuwono@mail.ugm.ac.id , sy240@ums.ac.id)
Prodi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Artikel berikut bertujuan menjelaskan bagaimana dinamika keragaman di dalam organisasi, khususnya organisasi perguruan
tinggi (PT).Keragaman di PT perlu dikelola dengan tepat, sehingga organisasi dapat lebih efektif dalam mencapai tujuannya.
Salah satu kunci pengelolaan keragaman adalah dengan membentuk struktur dengan model yang tepat. Artikel ini ingin
mengungkap model paling tepat dalam mengelola keragaman di perguruan tinggi. Melalui kajian literatur yang sudah
dipublikasikan, ditemukan bahwa model adhocracy menjadi alternatif terbaik mengingat karakteristik PT yang memiliki
sumberdaya spesialis yang beragam, banyak aktivitas yang otonomi, lingkungan yang kompleks, dan fleksibilitas yang tinggi.
Kata kunci: keragaman, adhocracy, organisasi, budaya, manajemen
Kepribadian Dan Kecemasan Dalam Perubahan Sistem Pemerintahan
Sri1 (dkumalasari69@gmail.com); Moses Glorino Rumambo2(moses.glorino@fib.unair.ac.id)
1
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, 2Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perubahan sistem birokrasi pemerintah menuju entrepreneurship
pemerintahan terutama pada hubungan antara kepribadian dan kecemasan. Berdasarkan teori the Big Five personality dan
kecemasan, penelitian ini merumuskan hipotesis bahwa ada hubungan antara kecemasan dan kepribadian pegawai pemerintah.
Penelitianini menggunakan metode kualitatif dengan dua variabel. Subyek penelitian adalah karyawan daripemerintah daerah di
Jawa Timur dengan 108 pria dan wanita dengan rata-rata usia subyek 22-60 tahun. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu
skala the big five personality dan skala kecemasan. Data dianalisis dengan menggunakan korelational bivariat. Dimensi
kepribadian yang menyebabkan kecemasan adalah neurotisisme dan keterbukaan terhadap pengalaman. Kecemasan dialami
terutama terhadap mereka yang memiliki tingkat dimensi kepribadian neurotisisme yang tinggi. Saran penelitian menunjukkan
bahwa pemerintah harus mengenali kepribadian dalam rencana transformasi organisasi.
Kata Kunci:the big five personality, kecemasan,perubahan sistem pemerintahan

Mengidentifikasi Faset Komitmen Organisasi melalui Kepuasan Kerja dan Machiavellianisme


Widawati Hapsari (widawati.hapsari@unika.ac.id) ; Kristiana Haryanti
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, beberapa
diantaranya adalah faktor personal dan kepuasan kerja. Meskipun telah banyak yang melakukan penelitian mengenai komitmen
organisasi, namun tidak banyak yang menjelaskan lebih detail hubungan anteseden tersebut dengan faset-faset komitmen
organisasi yaitu afektif, kontinuans dan normatif. Penelitian ini menggunakan Machiavellianisme dan kepuasan kerja untuk
memprediksi faset-faset komitmen organisasi (afektif, kontinuans dan normatif). Responden yang mengikuti penelitian ini
sebanyak 106 orang, berasal dari karyawan tetap yang bekerja di berbagai bidang organisasi (hotel, manufaktur dan keuangan).
Data dianalisis dengan program SPSS, hasilnya menunjukkan bahwa aspek-aspek kepuasan kerja seperti nature of work dan
operating procedures dapat memprediksi komitmen afektif, sedangkan aspek gaji (pay) dapat memprediksi komitmen
kontinuans. Machiavellianisme tidak signifikan berpengaruh terhadap semua faset komitmen organisasi. Kesimpulan yang
didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa tidak semua aspek kepuasan kerja dapat memprediksi faset-faset komitmen
organisasi.
Kata Kunci: komitmen organisasi, kepuasan kerja, Machiavellianism

Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan Etis


Vemita Sinantia (vemita.sinantia@ui.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Pengambilan keputusan etis merupakan salah satu tantangan yang mungkin timbul di tengah meningkatnya berbagai tuntutan
pekerjaan, seperti inovasi, fleksibilitas kerja, dan penggunaan teknologi. Sebuah keputusan dikategorikan etis apabila keputusan
tersebut dapat diterima secara moral maupun hukum, yang secara umum dipengaruhi oleh faktor individual (internal) dan faktor
organisasional (eksternal). Proses pengambilan keputusan di organisasi sering dihadapkan pada situasi dilema, sehingga individu
perlu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengambilan keputusan etis diteliti dalam konteks organisasi di Indonesia. Sepuluh studi empiris dalam sepuluh tahun terakhir
dirangkum melalui metode telaah literatur. Temuan menunjukkan bahwa pengambilan keputusan etis di Indonesia lebih
berfokus pada faktor individual atau internal, seperti intensitas moral, persepsi pentingnya etika dan tanggung jawab sosial,
pertimbangan etika, serta kepribadian. Hasil temuan tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk menganalisis proses
pengambilan keputusan etis di Indonesia pada penelitian mendatang, khususnya faktor organisasional atau eksternal yang
belum banyak diteliti.
Kata Kunci : etika, intensitas moral, pengambilan keputusan etis
Kesejahteraan Subjektif Pekerja Kontrak (PKWT)
Marssel Michael Sengkey (sengkeymarssel@gmail.com)
Institut Agama Kristen Negeri Manado

Status kontrak menghadirkan problematika tersendiri, masa kerja pendek dan terbatasnya jaminan tentunya berdampak pada
kehidupan pekerja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan ”bagaimana kesejahteraan subjektif pekerja kontrak
di Kota Manado?” Metode: Pendekatan fenomenologis melalui wawancara mendalam dilakukan terhadap 8 pekerja kontrak,
yang bekerja lebih dari dua tahun di kota Manado. Hasil: Kesejahteraan subjektif pekerja kontrak (PKWT) berkaitan dengan
internalisasi nilai religius dan budaya, yang melandasi keyakinan positif dan optimisme bahwa bekerja keras akan menghasilkan
kesejahteraan dan ketercukupan, walaupun belum tercapai. Faktor penghambat pencapaian kesejahteraan subjektif pada
pekerja kontrak yaitu afek negatif (ketidakberdayaan, ketidakpastian dan rasa tidak aman) berkaitan dengan status kerjanya.
Kesimpulan: Pekerja kontrak terkendala dalam meraih kesejahteraan subjektif karena kuatnya afek negatif dari terbatasnya
penghasilan, status sosial dan jaminan kehidupan. Dengan demikian, perubahan status kerja adalah diperlukan
untukmenghilangkan ketidakpastian, dan mendorong pencapaian kesejahteraan subjektif pekerja.
Kata Kunci: Pekerja Kontrak (PKWT), Kesejahteraan subjektif

Validasi Struktural Skala Regulasi Emosi: Analisis Jaringan sebagai Alternatif dari Analisis Faktor Konfirmatori
Christiany Suwartono1 (christiany.suwartono@atmajaya.ac.id) ; Dewa Bintamur2
1
Fakultas PsikologiUniversitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2Fakultas PsikologiUniversitas Indonesia

Validasi konstruk dengan metode analisis faktor konfirmatori (CFA) seringkali digunakan peneliti untuk mengidentifikasi struktur
dari suatu alat ukur psikologis. Meski metode CFA ini sudah menyajikan evaluasi lengkap mengenai struktur tes, terkadang tidak
ada konsensus yang tercapai mengenai jumlah faktor. Pada metode CFA, peneliti masih melakukan komparasi beberapa model
mengenai jumlah faktor yang dimiliki dalam suatu tes dan menentukan model yang paling adekuat. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan analisis jaringan, suatu metode alternatif dalam validasi konstruk. Berbeda dengan CFA, pada analisis jaringan ini,
faktor-faktor yang ada dalam satu alat ukur ditentukan oleh ektraksi hubungan probabilistik antaritem-item pada alat ukur. Ada
pun alat tes yang kami gunakan adalah The Emotion Regulation Questionnaire (ERQ). Hasilnya baik dengan metode analisis CFA
juga jaringan, terbukti bahwa ERQ memiliki 2 faktor, yaitu supresi dan reappraisal. Hal ini menunjukkan bahwa metode analisis
jaringan ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam identifikasi struktur dari suatu alat tes.
Kata Kunci: Analisis Faktor Konfirmatori, Analisis Jaringan Psikometrik, Kuesioner Regulasi Emosi, Validitas Struktural

Eksplorasi Relasi Dosen-Mahasiswa Fakultas PsikologiPerguruan Tinggi Islam di Indonesia


Maya Fitria(mayanilzam@gmail.com) ; Oki Mardiawan(okimardiawan@gmail.com)
Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi relasi dosen dan mahasiswa yang terbangun diinstitusi perguruan tinggi melalui
interaksi kedua belah pihak. Salah satu bentuk relasi yang terbentuk di institusi perguruan tinggi adalah relasi dosen-mahasiswa.
Banyak penelitian yang mengaitkan relasi dosen-mahasiswa berhubungan dengan performance mahasiswa dalam proses
akademik, sehingga relasi dosen-mahasiswa menjadi variabel yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan. Konteks penelitian
ini dilakukan pada dosen dan mahasiswa Fakultas Psikologi di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia Penelitian ini menggunakan
pendekatan fenomenologi, sehingga melalui pendekatan ini, peneliti mencoba untuk memahami pengalaman dan penghayatan
dosen dan mahasiswa pada saat keduanya berinteraksi di lingkungan kampus. Hasil penelitian ini, memunculkan beberapa
temuan terkait pengalaman dan pemaknaan dosen-mahasiswa pada saat berinteraksi, yaitu terbentuknya beberapa pola relasi
dosen-mahasiswa dalam berinteraksi seperti authority ranking, equality matching dan market pricing, serta potensi-potensi
konflik yang muncul di dalamnya.
Kata Kunci: Relasi , dosen-mahasiswa, perguruan tinggi
Hubungan antara Religiusitas dengan Psychological Well-Being pada Prajurit Satpamwal Denma Mabes TNI
Tjitjik Hamidah1 (tjitjikhamidah@gmail.com) ; Hendri Gamal2 (gamalhendri@yahoo.co.id)
1
Fakultas PsikologiUniversitas Persada Indonesia YAI, 2Fakultas PsikologiUniversitas Tama Jagakarsa

Banyaknya tugas yang harus dipikul oleh prajurit Pengawal Bawah Perintah Satpamwal Denma TNI menimbulkan beban kerja
yang berlebihan sehingga berdampak pada menurunnya psychological well-being. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara religiusitas dengan psychological well-being pada prajurit Satpamwal Denma Mabes TNI yang berjumlah 45
orang menggunakan incidental sampling dan pengambilan data menggunakan skala religiusitas (Glock & Stark, 1996) dan skala
psychological well-being (Ryff & Keyes, 1995) dengan model likert. Setelah diujicobakan, terdapat 41 item yang valid dari 45
item skala religiusitas dan 33 item valid dari 40 item skala psychological well-being. Hasil analisis data menggunakan metode
bivariate correlation, disimpulkan ada hubungan yang signifikan dengan arah positif antara religiusitas dengan psychological
well-being.
Kata Kunci : Religiusitas, psychological well-being, prajurit Satpamwal

Psikologi dan Kebijakan Kesehatan


Imam Faisal Hamzah (imam.faisal.ins@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Persoalan kesehatan tidak hanya terkait dengan sakit pengobatan, gaya hidup yang sehat, dan sebagainya. Namun, terkait pula
dengan faktor eksternal seperti kebijakan publik yang dilakukan oleh pemangku kebijakan terkait kesehatan. Ada sejumlah
pertanyaan yang perlu dikaji terkait perilaku publik terhadap kebijakan kesehatan. Oleh karena itu, tujuan penulisan artikel ini
adalah mengkaji sejumlah pertanyaan tersebut untuk mendapatkan beberapa faktor psikologis yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam kebijakan kesehatan. Artikel ini merupakan kajian literatur berdasarkan pengalaman penulis mengkaji topik
ini. Hasil kajian ini menunjukan bahwa dinamika psikososial publik dalam merespon kebijakan kesehatan yang meliputi faktor
individu (kognisi, emosi, dan konasi) maupun sosial (ekonomi, kelompok, dan budaya). Kesimpulan dari kajian ini adalah faktor
individu dan sosial memengaruhi dinamika psikososial publik dalam merespon kebijakan kesehatan.
Kata kunci : Dinamika Psikososial, Kebijakan Publik, Kebijakan Kesehatan

Foto Politik dan Politik Foto dalam Pemilihan Gubernur Sumatra Utara (Pilgubsu) 2018
Albertus Harimurti(harimurtiab@usd.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Sumatra Utara menjadi pertemuan dari orang-orang dengan latar belakang etnis yang amat beragam dan tidak memiliki tatanan
sosial ‘tradisional’ yang dominan (Anderson, 2013). Sumut menjadi lumbung suara dalam kancah perpolitikan Indonesia dengan
jumlah 9.062.815 pemilih dalam Pilkada 2018. Perebutan suara juga diwarnai dengan politik identitas dan penokohan dalam
koran beroplah terbesar di Sumut, Sinar Indonesia Baru (SIB). Penelitian ini berusaha untuk melakukan analisis foto sebagai
sebuah digital storytelling dalam SIB (15 Februari 2018 - 29 Juli 2018) dengan perspektif psikologi politik (Montero, 2015) guna
menjawab mengapa pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) berhasil memenangi Pilgubsu 2018. Penelitian ini
mengeksplorasi sejarah, konteks, ketakutan, mitos, rasa tidak aman, serta kondisi masyarakat Sumut yang memungkinkan
pasangan Eramas menang dengan representasi diri sebagai putra daerah.
Kata Kunci: Foto, pilgubsu, psikologi politik, Sinar Indonesia Baru
Relationship Between Emotion Regulation and Critical Thinking of Naqd al-Hadits Method with Behavior of Spread Hoax
Informationon The Students
Ahmad Royani (ahmadroyani2992@gmail.com); Nur Wahidin ; Thobib Al-Asyhar
Islamic Studies and Psychology, School of Strategic and Global StudiesUniversity of Indonesia.

The progress of information technology that is not offset by the intelligence in using it will bring adverse effects to a civilization.
Currently the dissemination of information is so fast and easy to do in every cluster including academics without going through
the verification process, so that false information (hoax) is easily dispersed massively. This research tries to analyze the behavior
of hoax information dissemination to the students. One of the factors that support this behavior is the lack of ability to manage
emotions when receiving information so that it is easy to dicrocate and spread it, people are more likely to believe in hoaxes
when the information is in accordance with their opinions or attitudes. In addition, hoax information dissemination behavior is
also caused by a lack of critical thinking in reading an information.Researchers expect good emotional regulation can suppress
hoax information spread behavior. With a high level of emotional regulation, the student are able to control their emotions
while receiving information so it is not easily provoked by a false news. In addition, critical thinking with the Naqd al-Hadith
method which is interpreted as the ability to analyze the source and content of an information can minimize the spread of hoax
information.So researchers will be trying to examine the relationship between emotional regulation and critical thingking of
naqd al-hadits method with the behavior of hoax information dissemination to students. This study uses quantitative methods,
participants involved are students UI, UNJ, ITB and UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Participants will be selected through
convenience sampling techniques. Instruments that will be used to measure variables are the scale of emotional regulation, the
scale of critical thingking of naqd al-hadits method and the behavioral propensity scales spread the hoax information. Data will
be analyzed statistically with regression analysis technique.
Keywords: emotional regulation, critical thinking of naqd al-hadits method, behavior of hoax information dissemination,
student.

Psychological Well Being Remaja Santriwati Hafidzah


Puji Ika Rahayu(ik.icha01@gmail.com); Suryanto(suryanto@Psikologi.unair.ac.id); Rr. Amanda Pasca Rini
(amanda.pasca@gmail.com)
Program Studi Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor pembentuk dan penghambat psychological well-being
pada remaja santriwati hafidzah atau penghafal Al Quran. Teori psychological well-being yang digunakan adalah teori dari Ryff
(1989). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah santriwati hafidzah yang sedang
menjalani proses belajar menghafal Al Quran di Rumah Quran STIFIn Pondok Gede. Adapun metode pengumpulan data adalah
metode wawancara. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan purpose in life subjek dalam kondisi baik. Subjek memiliki
tujuan hidup di usia remaja menjadi penghafal Al Quran dan ingin mengamalkannya, memberi manfaat untuk orang banyak.
Subjek memiliki personal growth dan autonomy serta relationship with the other yang baik ditandai dengan pengembangan diri
dan kemandiriannya serta memiliki hubungan positif dengan orang lain dalam lingkungannya sebagai hafidzah. Secara umum,
santriwati hafidzah Quran memiliki psychological well-being yang baik karena adanya dukungan positif dan motivasi dari
keluarga, pendidik serta metode menghafal Al Quran yang menyenangkan dengan konsep STIFIn yang membantu mereka bisa
hafal Al quran 30 juz dalam waktu 7 bulan. Adapun saran dari penelitian ini bagi subjek yang memiliki kondisi psychological well-
being yang baik harus mempertahankannya dengan cara terus melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap waktu, terus
meningkatkan keilmuannya sebagai hafidzah serta mengamalkan nilai-nilai kebaikan. Saran bagi peneliti selanjutnya dapat
melanjutkan penelitian dengan menambah variabel lainnya.
Kata Kunci: Psychological Well-Being, Santriwati Hafidzah
Best Practice Program Pendampingan Psikologi pada Pemusatan Latihan NasionalSoftball Putri dalam rangka Asian Games
2018
Weni Endahing Warni1(weniwarni@gmail.com) ;Urip Purwono2(urip.purwono@gmail.com) ; Afif
Kurniawan3(afif.kurniawan@psikologi.unair.ac.id)
1
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah, 2Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, 3Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Pendahuluan: Performansi optimal olah raga dapat diraih bila atlet memiliki keterampilan teknis, kesiapan fisik, serta kondisi
psikologis yang kondusif. Artikel ini mendeskripsikan pengalaman peneliti pada proses pendampingan psikologis terstruktur yang
dilakukan terhadap atlet softball putri dalam rangka Asian Games 2018. Model pendamping diharapkan dapat menjadi contoh
bagi pendampingan atlet pada cabang olah raga lain. Metode: Partisipan adalah tim psikologi dengan atlet pelatnas, dan pelatih.
Pendampingan dilakukan mulai bulan Maret sampai Asian Games 2018 berlangsung di bulan Agustus. Umpan balik peserta
dijaring melalui wawancara, observasi, dan komunikasi media elektronik.Hasil: Program pendampingan psikologis diawali
dengan analisa kebutuhan untuk mengetahui masalah teknis maupun non teknis tim. Program meliputi asesmen psikologis,
konseling, terapi individual/ kelompok, diskusi kelompok, metode pelatihan (kognitif dan behavior), serta psikoedukasi.
Pendampingan difokuskan untuk mendeskripsikan kondisi psikologis dan memecahkan masalah-masalah yang mempengaruhi
performansi atlet selama pelatnas. Kesimpulan: Program pendampingan psikologis bermanfaat untuk (1) menjaga kondisi
psikologis atlet agar kondusif saat berlatih maupun bertanding, (2) menyusun program latihan, (3) memberikan intervensi yang
sesuai.
Kata Kunci: Asian Games, Psychological Program,softball
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSI KESEHATAN, NEUROSCIENCE, KLINIS, TERAPAN KLINIS DAN PSIKOMETRI KLINIS
JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.00 - 17.30 WIB - RUANG MAHABRATA

Perceraian Orangtua dan Kesejahteraan Psikologis Anak


Nurul Hartini (nurul.hartini@psikologi.unair.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Realitas sosial saat ini menunjukkan bahwa ketahanan keluarga semakin lemah, terjadi krisis dalam organisasi keluarga dan
perceraian menjadi salah satu opsi yang semakin lazim dipilih dalam menyelesaikan konflik dalam keluarga. Di Indonesia,
sebelum 2010 diprediksikan bahwa setiap 100 orang menikah, 10 pasangannya bercerai; sedangkan 2010-2016 meningkat
menjadi 15-20% dan 70% penggugat cerai adalah perempuan (Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung;
Statistik Indonesia 2017, BPS). Perceraian mengubah struktur dalam keluarga inti. Perubahan struktur dalam keluarga dapat
menjadi sumber stress, terlebih pada anak sebagai anggota keluarga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksplanatory
melalui teknik survey pada responden berjumlah 237 anak berusia 12-18 tahun yang orangtuanya bercerai. Pengambilan data
dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Surabaya, Malang dan Blitar
melalui kuesioner kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh peneliti dengan merujuk pada teori psychological well-
being Ryff (1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan orangtua yang bercerai menunjukkan kesejahteraan
psikologis ketika: (a) perceraian merupakan penyelesaian akhir dari sebuah kondisi konflik suami-istri yang sudah berlangsung
lama dan setiap hari dijumpai serta disaksikan oleh anak dalam keluarga. Anak telah lama berada dalam situasi keluarga yang
tidak harmonis; (b) orangtua yang bercerai dan menikah kembali, kemudian dapat membangun keluarga baru yang lebih
harmonis.
Kata Kunci: Perceraian orangtua, Kesejahteraan psikologis anak.

Kemandirian, Perilaku Sehat dan Aspirasi Lansia


Eunike Sri Tyas Suci (eunike.suci@atmajaya.ac.id) ; Wieka Dyah Partasari (wieka.partasari@atmajaya.ac.id)
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Peningkatan jumlah lansia di Indonesia berpotensi rawan terlantar baik oleh keluarga maupun pemerintah, sehingga
peningkatan kualitas hidup menjad krusial agar lansia mampu hidup mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran
kemandirian, perilaku sehat dan aspirasi lansia di Jakarta. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini mewawancara 18 lansia
berumur minimal 65 tahun, sepuluh diantaranya perempuan. Hasil penelitian menemukan 14 lansia yang masih tergolong
mandiri dalam arti mampu melakukan perawatan diri dan lingkungan. Gambaran perilaku sehat terlihat dari sembilan partisipan
yang melakukan kegiatan olahraga, diet, mengatur asupan makanan, tidak merokok dan kontrol kesehatan secara teratur.
Aspirasi lansia terpusat pada kesejahteraan anak menantu dan cucu dibandingkan dengan diri sendiri. Dari hasil penelitian ini,
maka perlu adanya program yang lebih baik dan terstruktur berkait dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan emosional
dan spiritual lansia dengan tidak mengurangi ketersediaan layanan kesehatan fisik dan mental yang diperlukan lansia
Kata Kunci: kemandirian, perilaku sehat, aspirasi, lansia

Peranan Suami Dalam Mendukung Program Kesehatan Ibu Hamil di Banjarmasin


Ermina Istiqomah1(e.istiqomah@unlam.ac.id) ; Muhammad Azra Inan Abdillah2 ; Sudjatmiko Setyobudihono3 ; Yuseran4
1
Program Studi PsikologiFakultas KedokteranUniversitas Lambung Mangkurat, 2Program Studi Pendidikan DokterFakultas
KedokteranUniversitas Lambung Mangkurat, 3Program Studi Ilmu KeperawatanSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa,
4
Program Studi Kesehatan MasyarakatSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa

Dinegara berkembang peranan seorang suami pada program kesehatan ibu hamil pada umumnya masih sering diabaikan.
Penelitian ini bertujuan memahami berbagai faktor tentang peranan suami dalam program kesehatan ibu hamil.Penelitian
kualitatif dilakukan di dua puskesmas di wilayah Banjarmasin. Wawancara mendalam semi-struktural terhadap suami (n = 17),
petugas kesehatan (n= 7), istri (n= 40), orang tua (n = 3) dan ibu mertua (n = 3). Hasil wawancara verbal akan di golongkan
berdasarkan tema yang muncul agar dapat dianalisa kedalam unit yang dapat dikoding dalam sebuah skema koding.Terungkap
nilai faktor keikutsertaan suami, yaitu: nilai hubungan manusia dengan Tuhan, nilai hubungan manusia dengan manusia, nilai
hubungan dengan diri sendiri, nilai ketergantungan pada ijin suami, nilai patuh pada agamanya yang menuntun mereka harus
patuh pada suami, nilai kompromi dalam pembuatan keputusan, nilai hak istimewa dari suami atas isterinya.Peranan suami
perlu dipahami dalam pendidikan terkait dengan manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil dan anak.
Kata Kunci: Peran Suami, Program Kesehatan Ibu hamil, Dukungan suami, Banjarmasin
Hope pada Pasien Hemodialisa
Khairatun Nisak (nisaanwar36@gmail.com) ; Lely Safrina (lely@unsyiah.ac.id)
Universitas Syiah Kuala

Penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara progresif, tidak dapat disembuhkan
(irreversible), berlangsung lama dan menetap, namun dampak psikologis yang bisa dialami oleh pasien GGK dapat menghambat
pengobatannya. Hope adalah satuan kognisi terkait tujuan yang dapat membantu pasien mengatasi dampak psikologis sehingga
dapat menjalani pengobatan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hope pada pasien
hemodialisa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling dengan jumlah responden 4 orang yang menjalani terapi hemodialisa dan data penelitian
dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa keempat
responden memiliki hope yang buruk, namun jika dilihat dari segi kualitas hope, yaitu pathways dan agency, masing-masing
responden memiliki ketekunan yang berbeda-beda dalam menghadapi penyakitnya. Penelitian juga menemukan bahwa
dukungan keluarga, dukungan pasangan, self-efficacy dan kepasrahan memengaruhi hope.
Kata Kunci: hope, pasien GGK, terapi hemodialisa

Peran Efikasi Diri pada Manajemen Diri Penyandang Diabetes Tipe II


Nida Ul Hasanat1(nida@ugm.ac.id) ; JE.Prawitasari2(jeprawitasari@ukrida.ac.id); Soedjono Aswin3(soedjonoaswin@ugm.ac.id);
Rahmat Hidayat1(rahmat.hidayat@mail.ugm.ac.id)
1
Fakultas Psikologi UGM, 2Fakultas Psikologi UKRIDA, 3Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM

Manajemen diri merupakan aspek yang penting agar penyandang penyakit kronik, termasuk diabetes, terhindar dari komplikasi.
Manajemen diri diabetes dipengaruhi oleh faktor psikososial. Pada penelitian ini faktor psikososial yang diteliti yaitu efikasi diri,
dukungan sosial, expressed-emotion negatif, dan depresi. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara efikasi diri,
dukungan sosial, dan expressed-emotion negatif dengan manajemen diri secara langsung maupun tidak langsung melalui
mediasi depresi pada penyandang diabetes Tipe II. Subjek sejumlah 219 orang, pasien diabetes Tipe II rawat jalan dua Rumah
Sakit pemerintah di Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan berupa skala psikologi. Data dianalisis dengan analisis jalur. Hasil
analisis menunjukkan ada hubungan antara efikasi diri, dukungan sosial, dan expressed-emotion negatif dengan manajemen diri
secara langsung maupun tidak langsung melalui mediasi depresi pada penyandang diabetes Tipe II. Efikasi diri secara langsung
berhubungan dengan manajemen diri, namun tidak berhubungan dengan manajemen diri apabila dimediasi depresi.Secara
khusus, tulisan ini membahas tentang peran efikasi diri pada manajemen diri diabetes.
Kata Kunci: manajemen diri; diabetes Tipe II; efikasi diri; dukungan sosial, expressed-emotion negatif, depresi

Menilik Problem Perilaku Seksual (PPS) Anak: Sebagai Dasar Pengembangan Rehabilitasi Psikologis bagi Anak dengan PPS dan
Anak terdampak PPS
Margaretha (margaretha@psikologi.unair.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Perkembangan seksual anak dapat terjadi secara normal atau tipikal, sama seperti anak seusianya; dimana perilaku seksual
sifatnya spontan, muncul karena rasa ingin tahu, dan tidak menimbulkan penderitaan bagi anak yang melakukan dan anak
terdampak, dilakukan dengan anak seusianya, serta bisa diarahkan oleh orang dewasa untuk menghentikannya. Namun, juga
dapat terjadi perilaku seksual anak yang menyimpang atau atipikal, dimana perilaku seksual menimbulkan problem, sulit dirubah
bahkan membutuhkan bantuan professional untuk menghentikannya. Artikel pendek ini disusun dari kajian literatur yang
bertujuan memberikan definisi, dampak dan upaya memahami serta menangani problem perilaku seksual anak. Tulisan ini
diharapkan dapat menjadi proses diskusi bagi profesional kesehatan mental dan masyarakat dalam rangka mengembangkan
upaya-upaya rehabilitatif untuk mendukung keberhasilan intervensi problem seksual anak saat ini.
Kata Kunci: problem perilaku seksual anak, rehabilitasi psikologis, kekerasan seksual anak pada anak
Facial Action Unit for Lie Detector
Ananta Yudiarso (ananta@staff.ubaya.ac.id)
Faculty of Psychology Surabaya University

Berbagai metode telah dikembangkan untuk deteksi kebohongan dalam psikologi forensik. Salah satu alternatif adalah dengan
menggunakan ekspresi wajah dengan Action Unit untuk mendeteksi kebohongan. Penelitian sebelumnya menemukan temuan
yang inkonsisten akan keefektifitasan ekspresi wajah untuk deteksi kebohongan. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengkaji keefektifatan facial action unit untuk deteksi kebohongan. Desain eksperimen disusun untuk membandingkan dua
kondisi yaitu kondisi jujur dan kondisi perilaku bohong. Hasil mengindikasikan AU4 (gerakan alis ke bawah), AU6 (gerakan pipi ke
atas), AU7 (gerakan pipi mengencang), AU10 (gerakan bibir atas), AU12 (gerakan sudut bibir), AU 14 (dimpler) dan AU25
(gerakan bibir merenggang) memiliki daya beda statitik yang signifikan untuk membedakan perilaku bohong dan jujur. Tekukan
pada mulut dan muka kepala atas dapat digunakan sebagai tanda action unit pada wajah untuk deteksi kebohongan.
Kata Kunci: Facial action unit; deteksi kebohongan

Forgiveness Therapy as a Way to Increase Resilience among Adolescent Victims of Bullying


Tri Setiani (trisetiani.3z@gmail.com) ; H. Fuad Nashori (fuadnashori@yahoo.com) ; Rumiani, Subandi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

This study aims to determine the therapy of forgiveness effectiveness as a way to increase resilience among adolescent victims
of bullying. Subjects in this study were female and male adolescents, aged 12-14 years, 16 persons in total, divided into two
groups, 8 persons into the experimental group and 8 persons into control group. Subjects in this study were identified as victims
of bullying through the scale of bullying from Wolke, et al, (2000). Other measuring instruments used in this study were the
Resilience of Adolescent Scale (READ) developed by Hjemdal, et al (2006) and the forgiveness scale developed by Nashori (2015).
The therapy of forgiveness lasts for three meetings and each meeting lasts for 150 minutes. Hypothesis test was done by using
Independent Simple T Test. The therapy of forgiveness was known to have an effective contribution to the increase of resilience
in the experimental group by 66.58%. The results of this study indicated that there was differences in resilience level score
among adolescent victims of bullying in the control group and experimental group.
Keywords: Therapy of forgiveness, Resilience, Adolescence, Victims of bullying

Perbedaan Resiliensi Ibu Rumah Tangga (IRT) sebagai Orang dengan HIV AIDS dengan ODHA Pengguna Jarum Suntik
(Penasun) dalam Kepatuhan Minum Obat
Yun Nina Ekawati (yunninaekawati@yahoo.com) ; Nofrans Eka Saputra (nofransekasaputra@unja.ac.id)
Program Studi PsikologiUniversitas Jambi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan resiliensi Ibu Rumah Tangga (IRT) sebagai ODHA dengan ODHA pengguna
jarum suntik dalam kepatuhan minum obat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah 476 orang. Sampel berjumlah 79 orang ODHA. Teknik pengambilan sampling yaitu purposive
random sampling. Alat Pengumpulan data yaitu skala resiliensi. Analisis yang digunakan yaitu analisis varian. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan resiliensi yang sangat signifikan antara ODHA ibu rumah tangga dengan ODHA penasun
dengan nilai p sebesar 0.003 (p<0.000), dan dengan nilai F sebesar 9.931. ODHA penasun lebih resilien dibandingkan ODHA IRT.
ODHA penasun memiliki aspek-aspek pembentuk resiliensi sangat kuat yaitu regulasi emosi, optimisme, kemampuan
mengendalikan impuls dan kemampuan mencapai tujuan. Kemampuan resiliensi ibu rumah tangga ODHA serta penasun ODHA
merupakan faktor psikologis yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. ODHA IRT diharapkan dapat
meningkatkan resiliensi dengan mengikuti penguatan melalui berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh ODHA penasun,
seperti membuat grup dukungan sebaya melalui aktivitas olahraga bersama, serta kegiatan hobi. Institusi pelayanan kesehatan
maupun stakeholder diharapkan untuk tetap mengembangkan program penguatan rsiliensi ODHA dengan melakukan berbagai
kegiatan bersama secara berkala sehingga hal itu mampu mendorong ODHA untuk patuh minum obat dengan rutin.
Kata Kunci: Ibu Rumah Tangga, Pengguna Jarum Suntik, Resiliensi ODHA
Relationship Between Hope And Resilience With Depression In Sufferer Woman Cancer
Muhammad Agung Salim (agungsalim_ipa1@yahoo.com); Ahyani Radhiani Fitri (ahyani.radhiani.fitri@uin-suska.ac.id)
Faculty of PsychologyUIN SUSKA Riau

Cancer is considered a death bell and often leads to depression for sufferer. This study aims to determine the relationship of
hope and resilience with depression in sufferer woman cancer. The hypothesis, there is a relationship between hope and
resilience with depression in sufferer woman cancer. Data collection using BDI-II from Aaron T. Beck, Hope Scale from C. R.
Snyder and Reseliency Scale from Wagnild & Young. The sampling technique using Purposive Sampling with 106 samples.
Multiple regression results indicate a negative relationship between hope and resilience with depression in sufferer woman
cancer, with F = 12,936, p = 0,000 (p < 0,05). Most of the subjects were in the minimal depression and mild depression.
Keywords: hope, resilience, depression

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Psychological Well Being Pada Penderita Stroke
Sri W(itje_ubaya@yahoo.co.id) ; Mita Nuriana; Nurlita E.K (nurlita@staff.ubaya.ac.id)
Fakultas PsikologiUniversitas Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan psychological well being pada
penderita stroke dan untuk mengetahui dukungan sosial dari masing – masing sumber (istri dan anak). Partisipan penelitian 30
orang, laki – laki dewasa madya yang menderita stroke, dan berdomisili di Surabaya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
snowball sampling dan menggunakan angket. Pengolahan data menggunakan uji statistik pearson correlation. Hasil analisis
statistik menunjukkan : (1) ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan psychological well being pada penderita
stroke (r = 0.404 dan p = 0.027) ; (2) tidak ada hubungan antara dukungan sosial istri dengan psychological well being pada
penderita stroke (r = 0.252 dan p = 0.179) ; (3) tidak ada hubungan antara dukungan sosial anak dengan psychological well being
pada penderita stroke (r = 0.344 dan p = 0.063). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akan ada hubungan apabila
dukungan sosial diberikan tanpa melihat darimana sumber dukungan tersebut diperoleh.
Kata Kunci: dukungan sosial keluarga, psychological well being, stroke

Studi Kasus mengenai Gambaran Beban dan Penerimaan Pada Keluarga yang Merawat Penderita Skizofrenia Hebefrenik
Evy Sulfiani Komala1 (evy13001@mail.unpad.ac.id) ; Aulia Iskandarsyah2
1
Fakultas PsikologiUniversitas Padjajaran, 2Departemen Psikologi KlinisUniversitas Padjajaran

Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan beban dan penerimaan keluarga yang merawat penderita Skizofrenia
Hebefrenik. Metode penelitian ini adalah mixed method dengan desain studi kasus yang menggunakan teknik purposive
sampling. Responden dalam penelitian ini adalah lima orang keluarga yang merawat penderita Skizofrenia Hebefrenik yang
pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan sudah diagnosis selama satu hingga dua tahun. Responden telah
menyelesaikan isian demografik kemudian diwawancara secara semi terstruktur berdasarkan Burden Assesment Schedule dan
five grief of stages Kubler-Ross. Data penelitian dianalisis menggunakan statistika deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa mayoritas keluarga yang merawat memiliki dampak pada kesejahteraan seperti munculnya afek dan emosi,
terganggunya kesehatan serta mengalami gangguan aktivitas. Keluarga yang merawat memiliki tingkat penerimaan yang
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lamanya merawat penderita, bentuk coping strategy yang
digunakan, tingkat beban yang dimiliki dan jumlah penderita Skizofrenia yang ditangani.
Kata Kunci: skizofrenia hebefrenik, beban, penerimaan, perawatan keluarga
Gambaran Self Efficacy pada Siswa SMA Y yang Menjalani Program Konselor Sebaya
Denrich Suryadi (denrichs@fpsi.untar.ac.id) ; Widya Risnawaty (widyar@fpsi.untar.ac.id); Sandi Kartasasmita
(sandik@fpsi.untar.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Program konselor sebaya sebagai salah satu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu upaya
penanganan dari banyaknya masalah keluhan siswa yang tidak tertangani oleh guru BK sekolah, khususnya di Jakarta. Dalam
program ini, self efficacy merupakan faktor terpenting yang dapat memengaruhi rasa percaya diri dan keyakinan para siswa SMA
Y yang bersedia dan telah menjalani program konselor sebaya untuk mengemban tugas sebagai konselor sebaya. Self efficacy
menurut Bandura adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri untuk menguasai suatu tugas atau situasi tertentu
berdasarkan pengalaman dan menghasilkan perubahan yang positif. Self efficacy ini akan diukur sebagai indikator keyakinan
siswa akan kemampuan diri untuk menjalankan fungsi sebagai konselor sebaya. Waktu pengambilan data direncanakan berjalan
selama 14 sesi sejak bulan Januari-Mei 2018. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 9 orang siswa SMA Y dengan metode
sampling kriteria. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan self efficacy pada kondisi sebelum
(Pretest mean 3.1) dan sesudah (Post-test mean 3.1667) menjalani program konselor sebaya. Self efficacy siswa SMA Y yang
menjalani program konselor sebaya cenderung tinggi (t (8) = -0.566, p = 0.587 > 0.05) namun terlihat ada indikasi peningkatan
skor meskipun perbedaan ini cenderung tidak signifikan. Hasil ini mungkin diprediksikan karena pada masa sebelum dan sesudah
menjalani program konselor sebaya, para partisipan masih belum memiliki tingkat keyakinan yang signifikan karena masih belum
memperoleh pengalaman yang cukup banyak membantu teman sebagai seorang konselor sebaya.
Kata kunci: Self efficacy, siswa, konselor sebaya
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSI KESEHATAN, NEUROSCIENCE, KLINIS, TERAPAN KLINIS DAN PSIKOMETRI KLINIS
SABTU, 8 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 10.30 - 17.30 WIB - RUANG MAHABRATA

Perbandingan Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Tipe Pasangan pada Pasangan yang Menikah Melalui Ta’aruf
Shahnaz Safitri (shahnaz.safitri@gmail.com) ; Yudiana Ratna Sari (yudianaratnasari@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Di Indonesia, terdapat pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf. Ta’aruf adalah proses perkenalan berdasarkan nilai agama
Islam berupa adanya batasan durasi perkenalan dan interaksi antara laki-laki dan perempuan dengan tidak diperkenankan
adanya kontak fisik. Proses ta’aruf juga mensyaratkan adanya mediator bagi calon pasangan untuk berkenalan. Sementara itu
diketahui bahwa religiusitas individu dan durasi mengenal pasangan sebelum menikah berhubungan dengan kepuasan
pernikahan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan tipe pasangan
pada masyarakat Barat. Berdasarkan studi literatur, belum ada penelitian yang melihat perbandingan kepuasan pernikahan
berdasarkan tipe pasangan dalam konteks pernikahan melalui ta’aruf. Maka penelitian ini bertujuan untuk melihat
perbandingan kepuasan pernikahan berdasarkan tipe pasangan pada 62 individu yang menikah melalui ta’aruf. Hasil
menunjukkan terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara tipe pasangan tradisional, separated, dan
campuran (F = 3,569, p < 0.05, two-tailed.) Analisis data tambahan menunjukkan terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang
signifikan antara tipe pasangan tradisional, separated, dan independen (F = 3,807, p < 0.05, two-tailed.) pada pria yang ta’aruf,
sementara tidak demikian pada subjek penelitian wanita (F = 2,943, p > 0.05, two-tailed.)
Kata Kunci:Kepuasan pernikahan, ta’aruf, tipe pasangan

Pengaruh Seksisme Ambivalen dan Atribusi Kesalahan pada Korban terhadap Persepsi pada Korban Kekerasan Dalam Pacaran
Daniar B. Amandasari (daniarbellaa@gmail.com); Margaretha (margaretha@psikologi.unair.ac.id)
Universitas Airlangga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seksisme ambivalen, dan atribusi menyalahkan korban terhadap persepsi
pada korban kekerasan dalam pacaran. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah EASI, DVBS, dan vignette yang
berisikan foto, skenario, dan skala. Penelitian ini melibatkan 299 siswa-siswi remaja yang berasal dari empat Sekolah Menangah
Atas di Sidoarjo. Analisis yang digunakan adalah uji Anova satu jalur, uji korelasi Pearson, regresi multivariat, dan regresi
hierarkis. Seksisme ambivalen memiliki dua bentuk seksisme yang meliputi seksisme benci dan seksisme belas kasih. Seksisme
benci merefleksikan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan membutuhkan bantuan dari laki-laki. Sementara itu seksisme
belas kasih menganggap perempuan lebih superior secara moral dari pada laki-laki dan membutuhkan perlindungan dari laki-
laki. Atribusi kesalahan terhadap korban dapat disebut juga dengan penyalahan korban (victim blaming). Persepsi pada korban
KDP merupakan kesan pengamat tentang peran gender yang dimiliki oleh korban. Hasil dari penelitian ini menunjukkan seksisme
belas kasih berpengaruh positif terhadap persepsi mengenai korban (β= 0,19, p < 0,05). Individu dengan seksisme belas kasih
yang tinggi akan cenderung memandang korban KDP sebagai perempuan tradisional.
Kata Kunci: atribusi kesalahan pada korban, kekerasan dalam pacaran, persepsi mengenai korban, seksisme ambivalen

Peranan Kebahagiaan, Regulasi Emosi, dan Resiliensi Pada Masyarakat Indonesia


Taufik Akbar Rizqi Yunanto (taufik_yunanto@staff.ubaya.ac.id)
Fakultas PsikologiUniversitas Surabaya

Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah tujuan dari setiap kehidupan manusia. Namun
dalam kenyataannya, hanya sedikit orang yang benar-benar merasakan kebahagiaan karena pada umumnya manusia hanya
mengalami kebahagiaan semu yang sifatnya sementara. Kebahagiaan dianggap sebagai masalah penting selama periode
perkembangan dalam kehidupan manusia. Kebahagiaan telah menjadi indikator penting dalam kesehatan mental yang
dibutuhkan setiap orang (Perneger, Hudelson, & Bovierl, 2004). Keberadaan resiliensi dan regulasi emosi yang dimiliki oleh
orang dewasa dapat mempengaruhi kebahagiaan mereka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
resiliensi dan regulasi emosi dengan kebahagiaan pada masyarakat Indonesia. Subjek dalam penelitian ini adalah 250 orang
Indonesia. Skala pada penelitian ini adalah skala kebahagiaan, skala ketahanan, dan skala regulasi emosi. Hasil regresi berganda
adalah R = 0,720, F = 64,580 dengan p = 0,001 (p <0,05), berarti bahwa Regulasi Emosi dan Resiliensi berkontribusi pada
Kebahagiaan pada Masyarakat Indonesia. Kedua variabel independen berkontribusi 51,8% terhadap kebahagiaan Masyarakat
Indonesia.
Kata Kunci: Kebahagiaan, Resiliensi, Regulasi Emosi, Masyarakat Indonesia
Resolusi Konflik pada Perkawinan Komuter-Dual Earner
Soerjantini Rahaju (ryantini@yahoo.com)1 ; Ratih Paramitha Chandra2 (ratih.paramitha@ptpds.co.id) ; Lena N. Pandjaitan3
(lenapanjaitan66@gmail.com)
123
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 1Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Perkawinan komuter-dual earner rawan mengalami hambatan resolusi konflik, namun kehadiran konflik dan perkawinan
komuter dual earner juga berpeluang memiliki dampak positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola resolusi
konflik dan faktor-faktor yang berperan dalam proses resolusi konflik pasangan perkawinan komuter dual earner. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Partisipan penelitian adalah 3 pasang suami – istri (N=6),
keduanya bekerja, menjalani perkawinan komuter sejak awal perkawinan, memiliki anak, dengan usia perkawinan rata-rata 2.3
tahun. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan angket MODES untuk mengenali gaya resolusi konflik pasangan.Hasil
penelitian menunjukkan sumber konflik terkait dengan tahapan perkawinan, konflik kerja-keluarga. Gaya resolusi konflik
menunjukkan pola asimetri, sehingga menjadi tidak efektif. Kendala berasal dari faktor personal seperti sikap negatif terhadap
proses negosiasi, keterampilan komunikasi dan regulasi emosi. Faktor kontekstual seperti konsep perkawinan tradisional, dan
masalah berbasis jender juga berpengaruh.
Kata kunci: konflik perkawinan, pasangan bekerja, pasangan domisili terpisah

Hubungan Regulasi Emosi dengan Nyeri saat Haid (Dismenore) pada Remaja
Yusmia Eka Febriana (yusmiaekafebriana@gmail.com) ; Ahyani Radhiani Fitri (aradhianif@yahoo.com)
Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Masa remaja ditandai dengan datangnya haid. Haid dapat memunculkan gejala psikologis seperti emosi yang tidak stabil
sehingga mudah marah, hal ini dapat memperparah nyeri yang dirasakan saad haid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan regulasi emosi dengan nyeri saat haid pada remaja. Kriteria penelitian adalah perempuan, berusia 14-18 tahun, sudah
haid, dan mengalami nyeri. Jumlah sampel 154 orang dengan teknik pengambilan sempel purposive sampling. Nyeri diukur
dengan skala McGill Pain Questionnaire dari Melzack (1983), Regulasi emosi diukur dengan Difficulties in Emotion Regulation
Scales oleh Gratz dan Roemer (2004). Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment dari Carl Pearson. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara regulasi emosi dengan nyeri saat haid pada remaja.
Kata Kunci: Regulasi Emosi, Nyeri pada saat haid, Remaja

Pelatihan Relaksasi Dzikir untuk Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif pada Lansia Perempuan di Kecamatan Umbulharjo
Yogyakarta
Ida Wahyuni (yudani@ymail.com)
Magister Psikologi ProfesiUniversitas Ahmad Dahlan

Perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia menuntut lansia untuk dapat melakukan penyesuaian dalam menemukan
kebahagian dan kesejahteraan. Lansia yang kurang berhasil menyesuaikan diri akan merasa dirinya tidak bahagia sehingga
memiliki kesejahteraan subjektif yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek atau manfaat dari relaksasi dzikir
dalam meningkatkan kesejahteraan subjektif pada lansia. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi-experiment. Desain
yang digunakan adalah control group design with pretest and posttest yaitu desain eksperimen yang menggunakan dua
kelompok yaitu kontrol dan eksperimen dengan instrumen penelitian skala. Responden dalam penelitian ini 10 lansia
perempuan berusia 60 tahun ke atas yang memiliki kesejahteraan subjektif rendah. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 7
pertemuan. Data dianalisis dengan wilcoxon rank test menggunakan SPSS 16. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan
tingkat kesejahteraan subjektif yang signifikan sebelum menerima pelatihan dan setelah pemberian pelatihan relaksasi dzikir.
Kata kunci: pelatihan relaksasi dzikir, kesejahteraan subjektif
Musik sebagai Komponen Regulasi Emosi ABK
Mary Philia Elisabeth (melisabeth@staff.ubaya.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Perilaku anak berkebutuhan khusus untuk mengekspresikan emosinya cenderung dirasakan mengganggu berbagai aspek
perkembangan, terutama tampak dalam masalah interaksi sosialnya. Ekspresi emosi dan interaksi sosial tidak terlepas dari
kemampuan berkomunikasi. Musik adalah salah satu bahasa komunikasi yang bersifat universal. Peneliti melakukan penelitian di
SLB-BC TKS yang mendidik 53 siswa dengan beberapa jenis kebutuhan khusus. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling, dua anak autis dan tiga anak dengan Down syndrome. Penelitian ini adalah pendalaman hasil
penelitian eksperimen yang telah dilakukan oleh peneliti di SLB-BC TKS. Penelitian kali ini menggunakan pendekatan kualitatif,
desain studi kasus, dengan teknik pengumpulan data: observasi partisipatif, dan wawancara orang signifikan bagi Subjek.
Pembelajaran musik yang dialami oleh kelima subjek memberikan dampak positif terhadap kemampuan regulasi emosi dalam
interaksi sosial. Melodi dan pola ritme mengajarkan anak untuk mengorganisir informasi auditori dan membantu meningkatkan
memori pendengaran. Minat terhadap musik juga menjadi faktor yang memperkuat stimulasi interaksi timbal balik.
Kata kunci: autis, Down syndrome, musik, regulasi emosi, auditori

Disonansi Kognitif Remaja Pelaku Agresi


Naomi (naomis@fpsi.untar.ac.id); Stella (stella.tirta@gmail.com)
Universitas Tarumanagara

Agresi merupakan perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Remaja berperilaku agresi dengan beragam bentuk
termasuk melakukan perundungan, tawuran, perampokan dengan kekerasan sampai pembunuhan. Kapasitas kognitif remaja
pada area pemikiran logis, analitis, serta moral sedang berkembang pada masa ini dan berperan pada pengambilan keputusan
berperilaku. Ketidaksesuaian perilaku yang ditampilkan dengan nilai-nilai atau keyakinan yang dianut disebut dengan disonansi
kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran disonansi kognitif dari remaja pelaku agresi.
Pengambilan data dilakukan pada 6 remaja pelaku agresi yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak di Tangerang. Hasil
yang didapatkan menggambarkan elemen dari disonansi kognitif yakni pengetahun, intensitas atas keyakinan yang dimiliki,
kedekatan dengan sumber pemberi informasi yang membentuk keyakinan remaja, dan emosi atau afek tidak nyaman atas
adanya disonanti tersebut. Saran diberikan untuk pengembangan keilmuan dan secara praktif untuk pada remaja, orangtua, dan
pendidik.
Kata Kunci: disonansi kognitif, remaja, agresi

Flow State, Physiological Hyperarousal, and Social Anxiety Disorder among Adolescent
Ahyani Radhiani Fitri(ahyani.radhiani.fitri@uin-suska.ac.id) ; Ivan Muhammad Agung ; Dody Leyno Amperawan
Faculty of PsychologyState Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Latar Belakang dan Tujuan: Penelitian restrospektif ini mengenai prediktor kecemasan sosial (flow state, dan hyperarousal
fisiologis) di antara 407 remaja. Visualisasi pengalaman diri yang sukses digunakan untuk menginduksi perilaku remaja sebelum
mengisi skala penelitian tentang analisis hubungan antara flow state, hyperarousal fisiologis, dan kecemasan sosial.Desain: Studi
deskriptif cross sectional.Metode: Analisis statistik melalui SPSS 23 menggunakan analisis regresi.Hasil: Seperti yang
diperkirakan, hyperarousal fisiologis adalah pandangan terbaik sebagai refleksi mediasi flow state dan kecemasan sosial.
Akhirnya, meskipun berbeda dalam pengertian statistik, hyperarousal fisiologis memediasi hubungan antara flow state dan
kecemasan sosial, flow state berhubungan negatif dengan hyperarousal fisiologis, flow state berhubungan negatif dengan
kecemasan sosial, dan hyperarousal fisiologis yang secara positif terkait dengan kecemasan sosial. Kesimpulan: perlunya
pemahaman deteksi dini dan flow state yang memadai penting untuk mengurangi hyperarousal fisiologis yang berhubungan
dengan kecemasan sosial pada remaja.
Kata Kunci: keadaan aliran: hyperarousal fisiologis: kecemasan sosial; remaja; Indonesia
Melukai diri sendiri: Cara Baru Remaja Mengatasi Permasalahan?
Maharani Ardi Putri (putrilangka@univpancasila.ac.id) ; Anindya Dewi Paramita (anindya.dparamita@gmail.com) ; Mariana Putri
Magdalenamamarputri@gmail.com
Universitas Pancasila

Masa remaja adalah masa penuh tekanan, karena mereka harus mandiri mengatasi permasalahannya. Beberapa penelitian
menunjukkan sebagian remaja mengembangkan cara penyelesaian masalah (coping) yang tidak sehat, salah satunya adalah
melukai diri sendiri. Perilaku ini biasanya akan mengalami peningkatan secara intensitas maupun bentuk dan terbawa hingga
dewasa. Remaja sulit menahan dorongan untuk menyakiti dirinya. Dan akhirnya menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama
dalam menjalin kedekatan personal. Pada DSM V, perilaku ini disebut non-suicidal self-injury (NSSI). Di Indonesia walaupun
kasusnya bermunculan, namun sedikit sekali perhatian yang diberikan. Hal ini tentunya membahayakan remaja yang
membutuhkan bantuan untuk tidak depresi dan bunuh diri. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kepedulian orang tua dan
masyarakat, dengan menjabarkan dinamika terbentuknya NSSI. Metode yang digunakan adalah studi literatur serta kualitatif,
dengan wawancara terhadap 3 subyek. Hasilnya menunjukkan bahwa permasalahan dengan orang tua dapat menjadi penyebab
utama munculnya NSSI. Kurangnya kemampuan interpersonal dan tekanan dari lingkungan, juga menjadi faktor penyebab
remaja melakukan NSSI.
Kata Kunci: menyakiti diri sendiri, coping, remaja, kedekatan orang tua, kemampuan sosial

“Bisakah Aku Kelihatan Seperti Dia?”: Citra Tubuh Remaja Perempuan Pengguna Media Sosial
Monique Elizabeth Sukamto1 (lizbeth_monique@yahoo.co.id, monique@staff.ubaya.ac.id) ;Hamidah2
(hamidah@psikologi.unair.ac.id)
12
Fakultas PsikologiUniversitas Airlangga, 1Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Penggunaan media sosial sangat populer di kalangan remaja, khususnya remaja perempuan. Aplikasi media sosial yang
memberikan kesempatan luas untuk berbagi foto dengan teman sebaya, selebriti, dan keluarga dapat berdampak terhadap citra
tubuh remaja perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi penggunaan media sosial dan dampaknya
terhadap citra tubuh remaja perempuan. Penulis melakukan diskusi kelompok terarah pada 10 orang mahasiswi semester
pertama dan ketiga di sebuah universitas di Surabaya. Hasil diskusi menunjukkan bahwa semua peserta menggunakan lebih dari
satu aplikasi media sosial, seperti Line, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan Facebook. Aktivitas yang sering mereka lakukan di
media sosial, seperti upload foto, melihat foto orang lain, men-follow teman atau selebgram, mendorong mereka melakukan
perbandingan penampilan ke atas dan menyebabkan citra tubuh yang negatif. Literasi media, pendampingan orangtua, dan
penghargaan terhadap diri sendiri sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini.
Kata kunci: ketidakpuasan tubuh, perbandingan penampilan, tekanan media sosial

Dampak Kualitas Tidur terhadap Kesejahteraan pada Karyawan Urban


Sali (sali.rahadi@ui.ac.id) ; Assyifa (assyifa.nabilla29@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Kota urban terkenal dengan berbagai kesibukan, termasuk pekerjaan. Pekerja kantor di kota urban sering bekerja lewat batas
waktu. Banyak karyawan tinggal jauh dari tempat kerja sehingga membutuhkan waktu lama untuk sampai di kantor. Kondisi
diatas berdampak pada kualitas tidur karyawan, yangmana mempengaruhi kesejahteraan diri. Penelitian ini melihat dampak
kualitas tidur terhadap kesejahteraan diri karyawan di kota Jakarta yang dipilih sebagai representasi kota urban. Kualitas tidur
diukur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kesejahteraan diukur menggunakan Positive Affect-Negative
Affect Schedule (PANAS) dan Satisfaction with Life Scale (SWLS). Partisipan berjumlah 135 pekerja. Sekitar 70% partisipan
melaporkan durasi tidur kurang dari 7 jam, 60% membutuhkan waktu 1-2 jam untuk sampai kantor setiap harinya. Kualitas tidur
memprediksi komponen afektif (𝛽= -0.292, p<0.005) dan kepuasan hidup (𝛽= -0.354, p<0.005) dari kesejahteraan. Semakin
buruk kualitas tidur, maka kesejahteraan menurun. Kualitas tidur dapat dijadikan target untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kata Kunci: Kesejahteraan, Subjective Well-Being, Kualitas Tidur, Karyawan
Selective Perception dan Cognitive Reframing sebagai Unsur Resiliensi Ibu dari Anak dengan Sakit Berat
Yohana Ratrin Hestyanti (yohana.hestyanti@atmajaya.ac.id) ; Martinus Dion Pratama ; Sylvia Dwi Utami
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Memiliki anak dengan gangguan austisme atau didiagnosa kanker tidak hanya memberikan dampak stress namun juga rentan
mengalami sejumlah risiko dari pihak lain sehingga Ibu berpeluang menjadi lebih tertekan. Sejumlah aspek ketangguhan
(resiliensi) ditunjukkan oleh Ibu melalui mekanisme selective perception (memilih informasi mana yang akan diolah) dan
cognitive reframing (menemukan pemaknaan baru yang lebih positif). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
enam partisipan yaitu tiga Ibu dari anak yang didiagnosa kanker dan tiga Ibu dari anak dengan gangguan autisme. Hasil
menunjukkan bahwa faktor risiko bisa berupa tindakan verbal lingkungan terhadap Ibu dengan meremehkan peluang
kesembuhan anak atau memberikan komentar negatif. Penggunaan selective perception dengan memilih hanya komentar yang
membuat Ibu merasa lebih bersemangat juang, dan cognitive reframing dengan mencari hikmah dari pengalaman berat ini
membantu memberikan efek positif dan menguatkan bagi Ibu dalam berjuang mengasuh anak-anak mereka.
Kata Kunci: Selective Perception; Cognitive Reframing; Resiliensi Ibu; Anak dengan Autisme; Anak dengan Kanker

Anak dengan orangtua berstatus Warga Binaan Pemasyarakatan : Dinamika hubungan orangtua-anak dari balik penjara
Dian Veronika Sakti Kaloeti (dvs.kaloeti@live.undip.ac.id)
Pusat Pemberdayaan KeluargaFakultas PsikologiUniversitas Diponegoro

Orangtua bertanggung jawab untuk melindungi anak dari bahaya, mencegah munculnya kesukaran dan mengusahakan
kesejahteraan bagi kehidupan anak. Keluarga, terutama orangtua merupakan figur sentral dan paling berpengaruh dalam
kehidupan anak, dikarenakan mereka menyediakan lingkungan perkembangan primer bagi anak, menjadi role model yang akan
mempengaruhi perkembangan sikap dan nilai yang dimiliki anak kelak. Pemenjaraan orangtua, kemudian akan menggoyahkan
kelekatan orangtua dengan anak, merubah struktur keluarga, terlepasnya kohesivitas, dan mengisolasi anak dari lingkungan.
Artikel ini akan mereview tentang hubungan orangtua-anak selama masa pemenjaraan, dampak pemenjaraan orangtua pada
anak dan keluarga, mendiskusikan implikasi dan merekomendasikan intervensi serta kebijakan yang menggunakan pendekatan
indijenus.
Kata Kunci : anak dengan orangtua berstatus Warga Binaan Pemasyarakatan, hubungan orangtua-anak. Pendekatan indijenus

Hubungan antara Harga Diri dan Kecanduan Internet dengan Nomophobia Pada Remaja
Rona Wulandari (ronawulandariaya@gmail.com) ; Ahyani Radhiani Fitri(ahyani.radhiani.fitri@uin-suska.ac.id)
Fakultas Psikologi UIN Suska Riau

Remaja dewasa ini hampir tidak dapat dipisahkan dari smartphone yang dipengaruhi harga diri dan intensitas penggunaan
internet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan kecanduan internet dengan nomophobia
pada remaja. Kriteria penelitian adalah siswa memiliki smartphone, memiliki paket internet, membawa dan menggunakan saat
di sekolah dan rumah. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel 212 siswa. Pengumpulan data
menggunakan Skala Nomophobia-Questionaire (NMP-Q, Yildirim,2014), Skala Kecanduan Internet (Young,1996) dan Skala Harga
Diri (Rosenberg,1965). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dengan nomophobia dan hubungan positif antara kecanduan
internet dengan nomophobia. Artinya, harga diri rendah dan kecanduan internet tinggi mengakibatkan nomophobia pada
remaja.
Kata Kunci: Harga Diri, Kecanduan Internet, Nomophobia

Relationship of Emotional Maturity with Marital Satisfaction among Childless Couples


Cindy Nopri Yensi (cicinovrianti77@gmail.com) ; Anggia Kargenti Evanurul Marettih (anggia.kargenti@uin-suska.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Marital satisfaction can be felt by marriage couples when they can control their emotions well, in running a marital life even
though they do not have children yet. This study aimed to know the correlation between emotional maturity and marital
satisfaction in involuntary childlessness couples. This study obtained 25 childless couples. Snowball sampling technique was
adopted for sample selection.The data collection used the Enrich Marital Satisfaction scale and Emotional Maturity Scale. The
finding of this study by Spearman Correlation is theres is a positive correlation between Emotional Maturity and Marital
Satisfaction childless couples. It is indicate that marital satisfaction could be reach when they can manage control their emotion
well as a couples.
Keywords : Marital Satisfaction, Emotional Maturity
Dampak Pola Kelekatan Cemas Ambivalen terhadap Anak-Anak Korban Kekerasan Seksual di Karawang
Elycita Evantri (elycita39@gmail.com) ; Cempaka Putrie Dimala (cempaka.putrie@ubpkarawang.ac.id)
Program Studi Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak pola kelekatan cemas ambivalen terhadap anak-anak korban
kekerasan seksual di Karawang. Subjek terdiri dari dua anak-anak dengan usia dibawah 12 tahun, merupakan korban kekerasan
seksual, bertempat tinggal di Karawang, memiliki pola kelekatan cemas ambivalen dengan orang tua. Peneliti bekerja sama
dengan pihak P2TP2A Kabupaten Karawang untuk pengambilan data, data yang diambil adalah data laporan dari tahun 2016-
2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Pengumpulan data menggunakan observasi non partisipan dan wawancara terhadap subjek dan significant person sebagai
triangulasi data. Hasil penelitian menujukkan dampak anak yang mempunyai pola kelekatan cemas ambivalen terhadap
orangtuanya dan menjadi korban kekerasan seksual membuat anak tersebut memiliki karakteristik tertutup, kurang dapat
beradaptasi dan membutuhkan waktu yang lama dalam mengungkapkan atau menceritakan peristiwa kekerasan seksual yang
dialaminya, begitu juga dengan perasaan yang dialami ketika peristiwa tersebut berlangsung.
Kata Kunci : pola kelekatan cemas ambivalen, anak-anak, korban kekerasan seksual, P2TP2A

Penerapan Social Stories dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial pada Remaja Intellectual Disability – Mild
Hertha Christabelle Hambalie (herthachristabelle22@gmail.com) ; Soemiarti Patmonodewo (mimi.patmonodewo@yahoo.com) ;
Debora Basaria (deborab@fpsi.untar.ac.id)
Universitas Tarumanagara

Di Indonesia diketahui 0.03%-0.08% dari populasi masyarakat adalah individu dengan Intellectual Disabillity (ID). Keterampilan
sosial terutama dimensi self-control, penting untuk remaja ID yang memiliki keterbatasan fungsi adaptif. Peneliti menerapkan
social stories untuk meningkatkan keterampilan sosial (dimensi self-control) remaja ID mild. Penelitian penerapan social stories
masih sedikit di Indonesia. Social story adalah gaya dan format spesifik yang menggambarkan sebuah situasi, kemampuan, atau
konsep mengenai tanda sosial untuk membantu individu mengatasi masalah sosial. Penelitian ini menggunakan kuasi
eksperiment dengan 2 orang partisipan. Pre-test – post-test design dengan observasi dan wawancara, serta alat ukur Social Skill
Improvement System-Rating Scale (SSIS-RS) digunakan dalam penelitian ini. Social stories dibuat sesuai dengan kondisi tiap
partisipan, yang dirangkum menjadi 5 tema untuk partisipan 1 dan 4 tema untuk partisipan 2. Sesi pembacaan dilakukan selama
10 sesi, membahas 1 tema dengan 5 kali pengulangan pada setiap sesi. Hasil penelitian menunjukkan social stories efektif
meningkatkan keterampilan sosial remaja ID mild.
Kata Kunci: Intellectual Disabillity, self-control, Social Stories, keterampilan sosial

Psychological Well Being (PWB) pada Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani Proses Hemodialisis di RSUD Prof. W.Z.
Johannes Kupang
Rizky Pradita Manafe (pradita.rizky14@gmail.com) ; Shela C. Pello
Prodi Psikologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana

Penyakit gagal ginjal mengharuskan pasien GGK untuk melakukan proses hemodialisis. Proses tersebut menuntut terjadi
perubahan pola hidup yang berdampak pada PWB masing-masing pasien GGK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran PWB pasien GGK di RSUD W.Z. Johannes Kupang-NTT. Penelitian ini merupakan penelitian mix method dengan teknik
pengumpulan data menggunakan skala PWB dan wawancara. Partisipan dipillih dengan teknik purposive sampling yang
berjumlah lima pasien GGK. Analisis menggunakan teknik kualitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat PWB pasien GGK
yang berada pada kategori rata-rata dan tinggi serta dinamikanya berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat PWB.
Kata Kunci :Pasien Gagal Ginjal Kronis, Proses Hemodialisis, Psychological well-being
Strategi Pembelajaran Entrepreneurship Suku Madura di Surabaya
Candra Murni(candramurni83@yahoo.com) ;Suryanto(suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; Amanda(amanda.pasca@gmail.com)
Program Studi Magister Sains Psikologi Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran entrepreneurship dan faktor-faktor yang membuat suku
Madura di Surabaya berhasil dalam berwirausaha. Metode penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode
studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview) terhadap subjek dengan
karakteristik suku Madura berprofesi wirausaha yang tinggal di Surabaya,Analisis data menggunakan analisis tematik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa a) strategi pembelajaran yang digunakan adalah CTL (Contextual Teaching Learning) melalui
proses transfer belajar , modelling pada orang tua atau oleh orang yang berpengaruh dalam kehidupannya, serta melalui belajar
aktif (active learning) dengan mencari informasi dari media sosial dan pelatihan, b) Faktor-faktor yang membuat suku Madura
berhasil dalam berwirausaha. adalah 1) faktor internal : motivasi untuk menunaikan ibadah haji, kemauan keras mencapai
tujuan, meningkatkan taraf hidup, dan kreatifitas 2) faktor eksternal:membantu meningkatkan kesejahteraan anak, orang tua,
saudara maupun kerabat, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan proses pembelajaran untuk menjadi entrepreneur
Kata Kunci : Strategi pembelajaran, kewirausahan, suku Madura

School Refusal pada Siswa Kelas 1 di Sekolah International Sidoarjo


Bintari Ayuningrum (bintari.ayuningrum@gmail.com) ; Suryanto ; Amanda Pasca Rini
Program Studi Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

School refusal atau penolakan untuk bersekolah merupakan masalah emosional yang dimanifestasikan dengan ketidak inginan
anak untuk menghadiri sekolah dengan menunjukkan beberapa simptom fisik. Simptom fisik ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kecemasan seorang anak karena mendapatkan perilaku tidak menyenangkan disekolah, kecemasan berpisah
dengan orang terdekat, dan kecemasan yang disebabkan karena permasalahan keluarga.Tujuan penelitian penolakan sekolah
(school refusal) ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan dampak school refusal tersebut pada anak dan juga selain itu
bagaimana peran keluarga untuk menurunkan school refusal tersebut.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dan studi kasus. Dimana penelitian ini berfokus terhadap suatu individu secara terperinci dan
mendalam. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 dengan kriteria mengalami penolakan untuk bersekolah atau school
refusal. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam.Kesimpulan dari penelitian ini adalah a)
school refusal atau penolakan bersekolah yang terjadi kepada salah satu murid di sekolah intenasional di Sidoarjo terjadi karena
permasalahan bahasa yang berbeda, bahasa yang digunakan sehari hari di sekolah dengan di lingkungan sekolah berbeda. b)
dampak yang sangat besar dapat terjadi kepada hidup subjek karena rasa penolakan untuk bersekolah ini.c) dukungan keluarga
dengan cara yang tepat dan benar bagi subjek untuk mengatasi penolakan untuk bersekolah (school refusal) sangatlah berharga
dan dapat meningkatkan keinginan anak untuk bersekolah kembali.
Kata Kunci: School refusal, kegelisahan, anak anak
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSI KESEHATAN, NEUROSCIENCE, KLINIS, TERAPAN KLINIS DAN PSIKOMETRI KLINIS
SABTU, 8 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 10.30 - 17.30 WIB - RUANG LEMBANG

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kebermaknaan Hidup pada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Salemba
Imaniar Putri (imaniarputri.90@gmail.com) ; Yeny Duriana Wijaya (duriana@esaunggul.ac.id)
Universitas Esa Unggul Jakarta

Narapidana saat menjalani hukuman berada di lingkungan yang berbeda budaya akan mengalami penderitaan seperti hilangnya
kemerdekaan. Banyaknya tekanan yang dialami narapidana selama berada di Lapas dapat menyebabkan narapidana kesulitan
untuk memaknai hidupnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup adalah faktor encounteer seperti
dukungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada
narapidana Lapas Kelas IIA Salemba. Rancangan penelitian ini adalah studi korelasi dengan teknik sampel purposive sampling
dengan jumlah sampel 120. Dukungan sosial diukur menggunakan skala sukungan sosial dengan reliabilitas (α)=0,954 sebanyak
54 item valid. Kebermaknaan hidup besaran reliabilitas (α)=0,924 sebanyak 33 item valid. Berdasarkan hasil uji regresi linear
diperoleh pengaruh dukungan sosial terhadap kebermaknaan hidup sebesar Y = 31,543 + 0,423X, dengan sig (p)0,000; p<0,05,
yang artinya hipotesis diterima. Sumbangan dukungan sosial terhadap kebermaknaan hidup sebesar 48%. Hasil ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada narapidana.
Kata Kunci: Narapidana, dukungan sosial, makna hidup

Pengukuran Psikofisik dalam Deteksi Kemampuan Kognitif dan Gaya Berpikir


Galang Lufityanto (galanglufityanto@ugm.ac.id) ; Satrio Prio Adi (satriopriyoadi@gmail.com) ; Isran Kamal
(isrankamal@gmail.com) ; Aurelia Virgita Claudia (aurelia.virgita@mail.ugm.ac.id)
Laboratorium Mind, Brain, & Behaviour Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada

Literatur terdahulu menunjukkan bahwa waktu reaksi dapat berfungsi sebagai prediktor kemampuan kognitif individu. Tes
psikologi yang umum digunakan, misalnya Tes Kraepelin, meskipun membatasi waktu pengerjaan namun tidak mengukur secara
langsung waktu reaksi dan proses kognitif tiap individu. Penelitian kali ini bertujuan untuk melihat dinamika kognitif individu
melalui pengukuran waktu reaksi pada tugas numerik mirip Tes Kraepelin. Penelitian pertama, yang melibatkan 30 orang
mahasiswa program sarjana, menunjukkan ada perbedaan waktu reaksi ketika mengerjakan tugas numerik dengan perhitungan
satu dan dua digit. Ini menginsikasikan beban kognitif yang lebih tinggi pada perhitungan yang melibatkan dua digit. Sementara
itu, penelitian kedua, yang sama-sama melibatkan 30 orang mahasiswa sebagai subjek, menunjukkan bahwa partisipan yang
memiliki Need for Cognition tinggi relatif mengalami peningkatan performa pada perhitungan numerik dua digit seiring waktu.
Hal ini menunjukkan bahwa parameter waktu reaksi juga dapat digunakan untuk mendeteksi kecenderungan gaya berpikir
individu. Temuan ini nantinya bisa digunakan untuk pengembangan instrumen pengukuran psikofisik untuk mengidentifikasi
kecenderungan gaya berpikir individu.
Kata Kunci: waktu reaksi,tugas numerik,kognitif,gaya berpikir,psikofisik

Perilaku Bunuh Diri Orang Muda di Indonesia


Tience Debora Valentina1(tience_debora@yahoo.com) ; Tina Afiatin2 ; Noor Rochman Hadjam3
1
Program Doktor Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2,3Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada

Penelitian online survey ini bertujuan melihat perilaku bunuh diri orang muda di Indonesia, yang diukur dengan SBQ-R, dengan
koefisien Cronbach Alpha = .776. Uji validitas dengan mengkorelasikan SBQ-R dengan BDI-II, r= .360. Analisis deskriptif dari
N=286 terdapat 53.5% kelompok yang tidak berisiko, dan 46,5% kelompok berisiko terdiri dari 25.9% memiliki ide bunuh diri,
18.5% memiliki rencana bunuh diri, dan 2.1% riwayat percobaan bunuh diri. Berdasarkan uji t, tidak ada perbedaan skor SBQ-R
pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan (t=-1.332; p≥0.05). Terdapat perbedaan skor SBQ-R pada siswa SMA dan mahasiswa
(t=-2.576; p≤0.05), dan pada kelompok usia 15-18 tahun dengan 19-25 tahun (t=-2.564; p≤0.05), tidak ada perbedaan skor SBQ-R
pada orang muda yang tinggal bersama maupun yang tidak bersama orangtua (t=-1.567; p≥0.05). Kesimpulannya kelompok
remaja akhir dan orang muda yang mengikuti pendidikan tinggi lebih berisiko berperilaku bunuh diri. Hal ini dapat disebabkan
menempuh pendidikan tinggi tidak hanya sebagai kesempatan untuk pertumbuhan akademik dan psikososial namun juga
menghadapi tantangan dan tekanan. Implikasinya: upaya pencegahan bunuh diri terutama pada kelompok usia remaja akhir dan
orang muda yang menempuh pendidikan tinggi.
Kata Kunci: perilaku bunuh diri, remaja, online survey
Prediksi Self-Efficacy dan Afek Positif terhadap Kepuasan Hidup pada Mahasiswa Tahun Pertama
Riangga Novrianto(riangganovrianto@gmail.com)
Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi self-efficacy dan afek positif terhadap kepuasan hidup pada mahasiswa
tahun pertama. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama UIN Sultan Syarif Kasim Riau (N=372; 121 laki-laki, 251
perempuan). Pengumpulan data menggunakan adaptasi skala Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) (Watson, Clark, &
Tellegen, 1988), Satisfaction With Life Scale (Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985), dan General Self-Efficacy Scale
(Schwarzer & Jerusalem, 1995). Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui bagaimana kedua prediktor berkontribusi
terhadap kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy dan afek positif dapat memprediksi kepuasan hidup
(F= 39,267; p<0,01). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki kontribusi yang sedikit lebih tinggi terhadap
kepuasan hidup (β= 0,247; p<0,01) bila dibandingkan dengan afek positif (β= 0,241; p<0,01). Sehingga, self-efficacy dan afek
positif berperan penting dalam memprediksi kepuasan hidup pada mahasiswa tahun pertama.
Kata Kunci: Kepuasan hidup, self-efficacy, afek positif

Perbandingan Pengalaman Bullying dan Percobaan Bunuh Diri pada Remaja yang Tinggal di Jakarta
Lerivia Maharani (leriviam@gmail.com) ; Sherly Saragih Turnip (sherly.saragih@gmail.com)
Fakultas PsikologiUnivesitas Indonesia

Pendahuluan: Angka bunuh diri pada remaja di Indonesia semakin meningkat. Berbagai penelitian sebelumnya menemukan
bahwa salah satu hal yang mempengaruhi kecenderungan bunuh diri adalah bullying. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
perbedaan pengalaman bullying pada remaja yang pernah dan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri. Metode:
Penelitian ini merupakan school based study yang dilakukan di 5 SMA di Jakarta dengan jumlah partisipan sebanyak 658 orang.
Metode sampling penelitian ini adalah multi stage random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengalaman
bullying dan percobaan bunuh diri pada penelitian ini adalah Youth Risk Behavior Survey Scale (YRBSS). Hasil dan bahasan: Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengalaman bullying antara remaja yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak (p<.001). Adapun jumlah partisipan yang pernah melakukan percobaan bunuh
diri sebanyak 54 orang (8.2%). Kesimpulan dan saran: Remaja yang pernah melakukan percobaan bunuh diri secara signifikan
lebih banyak mengalami bullying dibandingkan remaja yang tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Kata Kunci: remaja,bullying,bunuh diri, Jakarta

Pengembangan Skala Pengukuran Iklim Keselamatan Penerbangan


1
Widura Imam Mustopo (widura@jayabaya.ac.id) ;2Sri Mulyani Nasution (sri_mulyani@jayabaya.ac.id) ;3Zamzani
(Zzamzani@yahoo.com)
1,2
Universitas Jayabaya, 3Asosiasi Psikologi Penerbangan Indonesia

Tindakan tidak aman dalam bentuk pelanggaran terkait dengan budaya keselamatan.Indikator psikologis budaya keselamatan
adalah iklim keselamatan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan skala pengukuran iklim keselamatan di lingkungan
penerbangan. Diawali dengan studi pustaka, diperoleh delapan dimensi indikator yang mencakup persepsi pilot terhadap
komitmen manajemen pada keselamatan, kompetensi atasan, pelatihan, komunikasi, tekanan kerja/persepsi individu terhadap
perioritas antar tugas vs keselamatan, norma kelompok, peralatan dan pemeliharaan, serta aturan dan prosedur.Setelah
membuat dan menyusun item, dilaksanakan review dan diskusi dengan expert penerbangan. Pengembangan skala pengukuran
dilaksanakan dalam dua tahap, pertama uji coba untuk mendapatkan validitas item dan reliabilitas alat ukur. Uji coba
dilaksanakan terhadap 75 orang pilot, terdiri dari 25 pilot militer dan 50 pilot sipil. Dari uji coba diperoleh hasil bahwa semua
item dapat diandalkan dengan reliabilitas alpha Cronbach lebih besar dari 0,7.Selanjutnya, dilakukan pengujian “model
pengukuran satu faktor” dengan analisis faktor konfirmatorik (confirmatory factor analysis). Subjek penelitian terdiri dari 279
dari 300 responden yang direncanakan, terdiri dari 215 pilot sipil dan 64 pilot militer. Hasilnya, semua item dan dimensi
konsisten sesuai dengan konstruk pengukuran variabel iklim keselamatan. Skala penguruan iklim keselamatan ini bermanfaat
untuk audit keselamatan penerbangan dalam upaya mencegah terjadinya insiden/kecelakaan ataupun penelitian-penelitian
yang terkait dengan iklim keselamatan dan budaya keselamatan di lingkungan penerbangan.
Kata Kunci:Unsafe Act, Safety culture, Safety climate, Aviation incident and accident
Pengaruh Mindfulness-Based Cognitive Therapy terhadap Penurunan Derajat Stres pada Ibu Hamil yang Mengalami
Hyperemesis Gravidarum
Delima Amiyati (delima_idel@yahoo.co.id) ; Dewi Sartika ; Siti Qodariah ; Duddy Fachrudin
Universitas Islam Bandung

Hyperemesis gravidarum (HEG) adalah mual dan muntah yang berlebihan yang dapat dialami ibu hamil. Kondisi ini membuat ibu
hamil sangat terganggu saat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Salah satu faktor psikologis yang memicu HEG yaitu stres.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris intervensi Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT) untuk
menurunkan derajat stres pada ibu hamil yang mengalami HEG. Desain penelitian menggunakan one group pretest-posttest
dengan melibatkan tiga orang partisipan yang didapat dari salah satu rumah sakit di Cianjur. Intervensi MBCT berlangsung
selama 7 sesi dengan setiap sesinya berdurasi 60-90 menit. Alat ukur yang digunakan, yaitu Skala Derajat Stres (SDS), Kentucky
Inventory Mindfulness Skills (KIMS), lembar evaluasi, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata derajat
stres partisipan menurun 22,31 poin. Secara umum MBCT dapat menurunkan derajat stres pada ibu hamil yang mengalami HEG.
Kata kunci: ibu hamil, derajat stres, hyperemesis gravidarum, mindfulness, MBCT

Pengaruh Mindfulness-Based Cognitive Therapy terhadap Penurunan Kecemasan Sosial pada Mahasiswa Kedokteran
Oka Ivan Robiyanto (okaivan.psy@gmail.com) ; Dewi Sartika (dewisartk@gmail.com), Siti Qodariah (siti.qodariah@yahoo.co.id) ;
Duddy Fachrudin(duddy.fahrifitria@gmail.com)
Universitas Islam Bandung

Kecemasan sosial merupakan salah satu permasalahan psikologi yang dialami mahasiswa kedokteran. Terdapat pikiran ruminatif
akan dievaluasi buruk oleh orang lain dan cenderung menghindar dari situasi sosial maupun performansi. Terjadi hambatan
dalam relasi sosial dan performa akademik terutama saat diskusi kelompok, presentasi, dan ujian lisan. Penelitian ini bertujuan
menguji secara empiris intervensi Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT) untuk menurunkan kecemasan sosial pada
mahasiswa kedokteran. Desain one group pre-test post-test digunakan dengan melibatkan tiga orang partisipan. Intervensi
MBCT berlangsung selama 7 sesi dengan setiap sesinya berdurasi 60-90 menit. Alat ukur yang digunakan, yaitu Liebowitz Social
Anxiety Scale (LSAS) dan Kentucky Inventory Mindfulness Skills (KIMS). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan skor
kecemasan sosial (Z=-1.604, p= 0,05) yang signifikan antara sebelum dan setelah pemberian Mindfulness-Based Cognitive
Therapy (MBCT). Hal ini menunjukkan MBCT dapat menurunkan kecemasan sosial pada mahasiswa kedokteran.
Kata Kunci: mahasiswa kedokteran, kecemasan sosial, mindfulness, MBCT

Proses Memaafkan dalam Konteks Agama Islam pada Remaja yang Orang Tuanya Bercerai
Ariadne A. Trianggono (ariadne.ayuningtyas@gmail.com); Danny I. Yatim (dannyyatim@gmail.com)
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Memaafkan adalah perubahan prososial yang dialami terhadap pelaku, meliputi penurunan motivasi menghindari kontak pribadi
dan psikologis, penurunan motivasi membalas dendam, dan peningkatan motivasi kebajikan, terhadap pelaku. Empat fase
proses memaafkan: uncovering, decision, work, dan deepening. Remaja tengah berada pada tahap 3 perkembangan:
expectational forgiveness. Perceraian orang tua dapat melibatkan proses memaafkan remaja. Dalam Islam, memaafkan
bukanlah sebuah kewajiban melainkan sebuah pilihan seseorang. Penelitian bertujuan menggambarkan proses memaafkan
dalam konteks Islam pada remaja yang orang tuanya bercerai, menggunakan pendekatan kualitatif tipe fenomenologi dan
wawancara semi-terstruktur. Partisipan yang diambil adalah tiga remaja usia tengah, laki-laki, orang tuanya bercerai, beragama
Islam, dan menyalahkan ayah. Hasil penelitian ini menunjukkan agama Islam berkontribusi terhadap proses memaafkan yang
dilakukan partisipan, namun bukan hanya konsep memaafkan saja. Kemudian, pengalaman menyakitkan yang perlu dimaafkan
remaja lebih berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh ayah sebelum/setelah perceraian. Dari proses tersebut, ketersediaan
memaafkan ketiga remaja menunjukkan tahap 4 perkembangan: lawfully expectational forgiveness. Selanjutnya, proses
memaafkan remaja cukup berkaitan dengan kualitas hubungan dengan ayah.
KataKunci: Anak, Islam, Memaafkan, Perceraian, Remaja
Peran Psikolog dan Ilmuwan Psikologi dalam Rehabilitasi Ketergantungan Narkoba
Mulyanto (mulyantopsi@gmail.com)
Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Prevalensi jumlah penyalahguna dan pecandu narkotika semakin meningkat setiap tahunnya dalam tataran nasional maupun
global-mondial. Ketergantungan zat bukan hanya bersifat fisik tetapi juga psikologis. Keterlibatan tenaga psikologi semakin
dibutuhkan dalam tatalaksana gangguan penyalahgunaan zat. Pada lima tahun terakhir, penyedia layanan rehabilitasi merekrut
dan memberdayakan sejumlah psikolog dan ilmuwan psikologi untuk berkontribusi and menjawab tantangan ini, termasuk Balai
Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional sebagai salah satu penyedia layanan rehabilitasi dengan kapasitas terbesar di Asia.
Tulisan ini mendeskripsikan kondisi kekinian bagaimana posisi serta pembagian peran antara psikolog dan ilmuwan psikologi
dalam melakukan tatalaksana rehabilitasi narkotika, khususnya dalam konteks rawat inap. Bagaimana pembagian tugas dalam
melakukan asesmen, intervensi, rujukan dan pelaporan terhadap kasus yang ditangani. Upaya ini diharapkan dapat
menghasilkan kontribusi maksimal bagi generasi sehat bebas narkotika sekaligus memperkuat profesi psikolog.
Kata Kunci: Psikolog, Ilmuwan Psikologi, Rehabilitasi Narkotika

Terapi Brainspotting untuk Menangani Gangguan Depresi pada Wanita Usia Dewasa
Ine Indriani(ineindriani@gmail.com)
Psycoach Human Integra

Brainspotting adalah pendekatan psikoterapi yang bekerja dengan menggunakan bidang penglihatan untuk menemukan "posisi
mata yang relevan" atau yang dikenal dengan brainspot. Brainspot mengakses area subkorteks di dalam otak, dimana masalah
emosi dan ketidaksadaran tersimpan. Salah satu masalah emosi yang dialami oleh wanita adalah depresi. Depresi merupakan
gangguan yang paling umum dari masalah gangguan kejiwaan yang ada dan cenderung terjadi berulang. Brainspotting adalah
psikoterapi yang dapat membantu menangani depresi dengan mengidentifikasi, memproses dan melepaskan sumber
neurofisiologis dari masalah emosional. Terkait dengan hal ini, telah dilakukan intervensi terapi brainspotting untuk mengatasi
masalah depresi kepada dua wanita dewasa. Dalam studi kasus ini, setelah dilakukan sesi brainspotting, kedua subjek
menunjukkan penurunan gejala depresi yang terlihat dari skor Beck Depression Inventory maupun melalui wawancara secara
kualitatif sebelum dan setelah terapi. Hal ini menunjukkan terapi brainspotting dapat membantu mengatasi gangguan depresi
pada wanita usia dewasa.
Kata Kunci: Depresi, brainspotting, terapi
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSIKOLOGI PENDIDIKAN
JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.00 - 17.30 WIB - RUANG PUNAKAWAN

Perbedaan Tipe Resolusi Konflik antara Siswa Cerdas Istimewa dan Siswa Noncerdas Istimewa
Nur(nur.eva.fppsi@um.ac.id) ; Tutut (tutut.chusniyah.fppsi@um.ac.id); Moh(moh.bisri.fppsi@um.ac.id)
Universitas Negeri Malang

Siswa cerdas istimewa selain mempunyai potensi kognitif yang tinggi juga mempunyai karakteristik kepribadian yang positif.
Perpaduan antara potensi kognitif dan kepribadian yang positif akan berpengaruh terhadap resolusi konflik yang dipilih siswa
cerdas istimewa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tipe resolusi konflik antara siswa cerdas istimewa dan
nonsiswa cerdas istimewa. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknis analisis anova. Subjek penelitian adalah 100
siswa kelas I Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Nala Malang. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan tipe resolusi konflik
siswa cerdas istimewa dan siswa noncerdas istimewa. Kesimpulannya tipe resolusi siswa cerdas istimewa berbeda dengan siswa
noncerdas istimewa.
Kata Kunci: resolusi konflik,siswa cerdas istimewa

“How Can I Engage ?” : A Review Of Teaching Practice In Inclusive Education


Ika Febrian Kristiana1 (Ika.f.kristiana@gmail.com) ; Wiwin Hendriani2
1
Faculty of Psychology, Diponegoro University; Doctoral program of Psychology, Airlangga University
1,2
Faculty of Psychology, Airlangga University

Background: Inclusive education is assessed as an anti-discriminatory and sociable education of all students from different
social, economic, physical and psychological backgrounds e.g those involving special needs students. Teachers play an important
role and need to demonstrate a work engagement. This study aims to review various antecedent/ predictor of teacher
engagement in inclusive education.Method: literature review is done by using the keyword ("Special Educational Need" OR
"inclusion) AND" antecedent "AND" teacher engagement "through online database: ERIC, ScienceDirect, SpringerLink, ProQuest,
and Google Scholar against scientific articles from the year 2007 - 2017. Search period from 5 to 12 October 2017. Articles are
selected using specified inclusion and exclusion criteria.Result and Conclusion: There are 4 articles reviewed. Classified two
theoretical perspectives that explain the antecedent model of teacher engagement of the 4 articles are Self-Determinant Theory
and Social Exchange Theory. Antecedents of identified teacher engagement in inclusive education (IE) include: culture, job
demands variables (grade, school characteristics, and workload), job resource variables (coping strategies, buoyancy, autonomy,
principal support, opportunities for growth e.g training, teacher efficacy, control, reward, community, fairness, personal and
organizational value, social support, transformational leadership styles of principals, mental health, mastery goal orientation,
compassion, younger cohorts, beliefs about teaching, personality types, emotions, and school climate.
Keywords: teacher engagement, inclusive educatin (IE), Special Educational Need (SEN)

Hubungan Antara Distress Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Psikologi Untag Surabaya Yang Bekerja
Sanggrila P (putrisanggrila99@gmail.com) ; Isrida Yul Arifiana (isrida@untag-sby.ac.id) ; Suroso (suroso@untag-sby.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa yang sekaligus bekerja, akan
merasakan banyak sekali hambatan dikarenakan rutinitas yang dialami selama bekerja dan kuliah pasti berbeda. Mahasiswa juga
memiliki tuntutan yang harus dipenuhi terutama dalam hal mengerjakan tugas dan penyelesaian yang harus dilakukan secara
tepat waktu, sehingga membuat mahasiswa merasakan distress dan melakukan prokrastinasi terhadap tugas-tugas perkuliahan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Distress dengan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang bekerja.
Subyek dalam penelitian ini mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang menempuh semester
genap dan bekerja. Pengambilan sampel yaitu accidental sampling dengan alat ukur skala distress, dan skala prokrastinasi
akademik. Berdasarkan hasil perhitungan antara variabel distress dengan prokrastinasi akademik diperoleh nilai Hasil uji Korelasi
pearson (rxy) sebesar 0,186 pada taraf signifikansi p = 0,022 ( p < 0,05 ). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang
signifikan antra distress dengan prokrastinasi akademik.
Kata Kunci : Distress, Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa yang bekerja
Students are Always Blamed. The Model of Academic Cheating on Students.
Andrian Pramadi (andrian@staff.ubaya.ac.id)
Universitas Surabaya

Academic cheating that occurs in schools has been frequently discussed and reported. Academic cheating have often shown
included copying the answers from their friends and use to obtain papers without crediting the original sources. Students have
shown cheating behavior when facing a test, quiz or paper assignment. The dynamics of the emergence of academic cheating is
complex and not easily explained by using only one factor. Academic cheating is a persistent and pervasive problem on senior
high school. Researcher have suggested a variety of factors that influence academic cheating. This study is an examination of the
role of peers, academic motivation and self-efficacy in academic cheating model. Peer pressure is what causes student to do
things that are popular in order to fit in with others. Accordingly, it can be a very powerful driving force in the lives of senior high
school student. Because peers is especially important during high school, pressures from other teens can be a driving force that
influences the behavior of teenagers negatively like cheating behavior.This research is a quantitative study that tried to describe
the behavior of academic cheating on 139 Senior High School students samples. Researchers used the path- analysis to describe
model of cheating behavior. Sampling technique is multistage stratified random sampling that population from “class 12th” in
Catholic Senior High School in Malang. The result showed that exogenous variable likespeers pressure ( = 0.331) & self-efficacy
( = 0.173) have significant contribution to occur of academic cheating in school. The model of academic cheating have fit with
predictor are peers, self-efficacy and mastery motivation (F = 8.725, p = 0.00). Researchers have identified a variety of factors
that appear to be affected with academic cheating. That is situational factor like peers pressure and internal factors like self
eficacy.
Keywords: Academic cheating, Self-efficacy, Academic motivation, Peers Pressure

Pola Adaptasi Santri yang Terpaksa Masuk Pesantren


Lailil Mukarromah (Lailil.bilter@gmail.com) ; Suryanto (Suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; Amanda (Amanda.pasca@gmail.com)
Program Studi Magister Sains Psikologi Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola adaptasi atau yang biasa disebut dengan penyesuaian diri santri yang
terpaksa masuk pesantren karena pilihan orang tuanya di pondok pesantren modern al Amanah. Di samping itu penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui : faktor – faktor yang menghambat proses adaptasi di pondok pesantren modern al Amanah dan
Faktor - faktor yang mendukung lancarnya adaptasi di pondok pesantren modern al Amanah. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3 santri putri yang dipaksa masuk
pesantren oleh orang tuanya yang tercatat sebagai santri kelas VII di pondok pesantren al Amanah. Pengumpulan data
menggunakan metode wawancara secara mendalam. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis tematik.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa santri yang dipaksa masuk pesantren membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk beradaptasi dan harus mempunyai keterampilan dalam mengatasi stressor untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Banyaknya peraturan yang ada dipesantren membuat santri sulit beradaptasi. Namun begitu dengan mengenal banyak teman
yang senasib dan saling memotivasi bisa mendukung lancarnya proses adaptasi
Kata Kunci: pola adaptasi, keterpaksaan , pesantren

Bullying Survivors: The Dynamic of Frequency, Forms of Bully and The Response of Survivors
Cicilia Tanti Utami(ciciliatantiutami@yahoo.co.id)

This research used a descriptive method to obtain description about the unpleasant experience of students in school. Subjects
are 734 students from six high schools in Semarang city. Method of data collection using scale. The results showed that students
who admitted to get unpleasant treatment in the frequent category were 21,1 % and very often 4,2 %. Student who admitted to
have physical bullying of 25 % (male 33,7%, female 16,7 %), verbal 86,8 % (male 86,1%, female 87,5%), and social 25,9% (male
21,6 %, female 30,1%). Then the response of students when received unpleasant treatment is silent 57,6 %, trying to prove
themselves 56,4% and ignorant 47,2 %. However, most of the survivors admitted quite successfully to overcome the bullying
that be received. The descriptive research give further undersanding for researcher about violence in schools, how survivors
response and overcome these acts of violence.
Keywords: Survivors, bullying, school
Merencanakan Keluarga Di Era Milenial
Abdul Kadir (kadirsahlan781@gmail.com)
Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Merencanakan membangun keluarga di era milenial ini cobaanya semakin berat. Semua agama sudah memberi rambu tegas,
tapi belum mampu membendung dampak gawai dengan media sosialnya yang justru makin mengasingkan dan merusak
sebagaimana anak-anak muda kita. Maka perlunya edukasi untuk membentuk keluarga yang memiliki kesiapan mental, afeksi,
dan kemampuan memhami di lingkungan sekitar. Sehingga orangtua perlu memahami bagaimana peran didalam keluarga bukan
hanya semata melahirkan tetapi melindungi, merawat dan memberikan kasih sayang yang full. Pemerintah sudah memiliki
program menghindari 4T, yakni melahirkan terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu rapat (jarak kelahiran),dan terlalu tua.
Namun jika masyarakat abai dan tidak memiliki kesadaran yang cukup, hasilnya pun akan sulit dicapai. Artikel ini mencoba untuk
mengedukasikan masyarakat luas bahwa diera milenial ini perlunya calon orangtua memahami dan memiliki soft skill yang
cukup sehingga menciptakan keluarga yang bahagia untuk generasi dimasa depan.
Kata Kunci : Keluarga, Era Milenial

Tujuan Hidup Sebagai Sumber Kebijaksanaan Remaja. Studi Pendahuluan : Wisdom Pada Remaja
Rahmaini Fatimah Sabra (rahmaini17001@mail.unpad.ac.id); Retno Hanggarani Ninin (rhninin@unpad.ac.id)
Universitas Padjadjaran

Berbagai penelitian tentang Wisdom telah dilakukan selama beberapa dekade terakhir. Namun sebagian besar penelitian
wisdom masih ditekankan pada orang dewasa. Penelitian terkini menyebutkan bahwa wisdom perlu diajarkan setidaknya sejak
remaja, setelah kemampuan berpikir kritis berkembang. Meski begitu belum ada penelitian wisdom yang berfokus pada remaja.
Penelitian ini mencoba memulainya sebagai studi pendahuluan menggunakan Grounded theory Research. Penelitian ini
menggunakan validasi, triangulasi sumber yaitu pada Guru yang mengajar remaja, Orang tua yang memiliki anak remaja, serta
Remaja itu sendiri, dengan jumlah 30 partisipan, melalui wawancara. Didapatkan definisi wisdom pada remaja sebagai
implementasi dari tujuan hidup remaja sehingga remaja dapat menggunakan berbagai pertimbangan sebelum bertindak,
memanfaatkan waktu secara seimbang, serta menempatkan diri dalam pergaulan sesuai dengan aturan sekitar. Pada penelitian
ini juga dibahas tujuan hidup sebagai landasan wisdom remaja, 4 karakteristik wisdom, serta keunikan pandangan setiap sumber
partisipan dalam melihat wisdom pada remaja.
Kata Kunci : Wisdom, Remaja, Grounded theory Research

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Grit pada Lulusan Perguruan Tinggi dengan Predikat Cumlaude
Saddam (saddam17001@mail.unpad.ac.id); Retno Hanggarani
Universitas Padjadjaran

Lulus dari Perguruan Tinggi dengan predikat cumlaudemerupakan salah satu bentuk pencapaian di bidang akademik. Salah satu
prediktor non-kognitif dalam pencapaian dan kesuksesan akademik adalah grit. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi gritdalam pencapaian akademik.Penelitian ini menggunakan pendekatan convergent mixedmethod.
Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner academic grit dan open-ended questionnaires mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi grit. Subjek penelitian adalah lulusan Perguruan Tinggi yang lulus dengan predikat cumlaude. Hasil studi
menemukan 95% (n=42) lulusan Perguruan Tinggi dengan predikat cumlaude memiliki derajat grit yang tinggi.Didapatkan faktor
internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi grit. Faktor internal terdiri dari motivasi internal, strategi, belajar, value di
bidang akademik, serta minat. Faktor eksternal terdiri dari peran orang tua, teman, dosen, lingkungan masyarakat, serta doa
dan keberuntungan.Grit terdiri dari dua dimensi yaitu ketekunan usaha dan konsistensi minat. Ketekunan usaha yang
digambarkan diantaranya berupa menjaga fokus selama belajar, manajemen waktu dalam belajar, membuat catatan,
melakukan diskusi, dan mengerjakan tugas secara optimal. Strategi dalam mepertahankan minat dalambelajar diantaranya
adalah academic mindset dalam menjalani perkuliahan, melakukan planning, kontrol diri, serta regulasi emosi.
Kata Kunci: cumlaude, grit,faktor internal,faktor eksternal
Neuroscience dalam Kurikulum Pendidikan Psikologi
Nadia Sutanto (nadia@staff.ubaya.ac.id); Hari Lasmono (harikl10@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Salah satu definisi psikologi yang mengingatkan orang tua keilmuannya adalah yang dinarasikan Weiten (2013) yang berbunyi”
psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses-proses faal dan kognitif yang mendasarinya, sekaligus merupakan
profesi yang menerapkan pengetahuan ilmu tersebut untuk mengatasi masalah praktis.” Sistem faali yang menunaikan tugas-
tugas tersebut adalah sistem: saraf, sensoris, endokrin , dan muskuler. Sistem-sistem tersebut terwadahi dalam berbagai buku
ajar dengan berbagai nama. Yang saat ini lagi populer adalah terpilihmya Biopsikologi sebagai judul yang “wajib” ada dalam
kurikulum psikologi Indonesia. Syukurlah para mahasiswa psikologi sudah mulai beradaptasi dengan the most interesting topic in
the world (Kalat, 2016) tersebut. Tampaknya capaian terebut dirasakan masih kurang menjamin terkejarnya pengetahuan dan
terapannya dalam ilmu dan profesi psikologi zaman NOW, sehingga kini dimunculkan Neuroscience sebagai kajian wajib dalam
kurikulum psikologi. Tergesa-gesa atau justru terlambat? Angin segar di aras perkembangan keilmuan dan profesi psikologi ini
justru menjadi “petaka” bagi para mahasiswa yang berasal dari jurusan bukan IPA! Sejarah singkat peran sistem saraf dalam
kurikulum psikologi dan antisipasi kesulitan yang ditimbulkan serta upaya mengatasinya disiskusikan dalam kajian ini.
Kata kunci: perilaku, faal, biopsikologi, neurosciernce, psikopatologi, kurikulum

Motivasi dan Strategi Belajar pada Mahasiswa Baru angkatan 2017 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Gianto Raymond Hia (gianto16001@mail.unpad.ac.id) ; Sarah Aurelia Saragih ; Miryam Wedyaswari
Universitas Padjadjaran

Transisi dari SMA ke perkuliahan merupakan masa yang penting bagi mahasiswa baru untuk beradaptasi khususnya dalam
adaptasi belajar karna bobot pelajaran pada jurusan yang spesifik membuat mahasiswa baru harus dapat mengejar prestasi
akademik (IP). Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran angkatan 2017 (n = 91)
untuk mendapatkan gambaran motivasi dan strategi belajarnya. Penelitian ini menggunakan skala pengukuran MSLQ
(Motivation Strategy Learning Questionnaire) dan tambahan pertanyaan survey mengenai hasil akademik melalui kuisioner.
Hasil yang didapatkan 97.8% responden memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, dimana 97.75% dari responden bermotivasi
tinggi. Namun ternyata motivasi tidak berperan signifikan pada prestasi akademik (IP) mahasiswa baru (p=0.502, α=0.05).
Strategi belajarlah yang mungkin berperan pada prestasi. Mayoritas strategi belajar yang digunakan oleh responden adalah
Resource Management Strategy, merupakan strategi yang paling banyak pula digunakan oleh mahasiswa dengan IP≥3.00.
Sedangkan mahasiswa dengan IP<3.00 lebih banyak menggunakan Cognitive and Metacognitive Strategy.
Kata Kunci: Motivasi, Strategi Belajar, MSLQ, Mahasiswa Baru

Peningkatan Pemahaman Dasar Anemia Pada Siswi SMA Dengan Komunikasi Interpersonal Sebagai Upaya Meningkatkan
Konsentrasi Belajar
Ermina Istiqomah1(e.istiqomah@unlam.ac.id), Dwi Nur Rachmah2, Muhammad Azra Inan Abdillah3, Sudjatmiko Setyobudihono4
1, 2
Program Studi Psikologi Fakultas KedokteranUniversitas Lambung Mangkurat 2Program Studi Pendidikan DokterFakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, 3Program Studi Ilmu KeperawatanSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa

Kelompok paling rentan terjadi anemia adalah usia produktif. Program pemerintah dengan menyediakan dan membagikan
suplemen besi kepada remaja kurang maksimal bila tidak dipatuhi dan dilaksanakan oleh kalangan remaja. Perlu upaya lebih
komprehensif dalam mengatasi hal ini, yaitu dengan memberikan pemahaman sadar anemia pada remaja, khususnya siswi SMA
dengan metode komunikasi interpersonal. Tujuan penelitian adalah memahami aspek kognitif yaitu meningkatnya wawasan dan
aspek afektif yaitu terbukanya sikap dan perasaan akan pentingnya perilaku sadar anemia bagi diri sendiri dan lingkungan.
Metode pelaksanaan dengan pemberian informasi dengan proses interaksi yang melibatkan komunikasi interpersonal.
Pendekatan yang akan dilakukan mencakup elemen-elemen komunikasi interpersonal yaitu: keterbukaan (kejujuran), kesadaran
diri (self awarneess), harga diri (self essteem), kecukupan diri (self sufficiency), kemampuan untuk percaya (trust), empati, dan
keterampilan mendengar. Hasil diperoleh adalah para siswi SMA memiliki pemahaman dan kemampuan untuk melaksanakan
kegiatan penanggulangan anemia secara mandiri sehingga konsentrasi belajar mereka dapat meningkat dan produktivitas kerja
maksimal.
Kata Kunci: Komunikasi interpersonal, Remaja putri, Sadar anemia, Konsentrasi belajar
Faktor-Faktor Kesejahteraan sebagai Prediktor Kemampuan Akademik (Bahasa, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
pada Anak Usia Sekolah di Surabaya
Margaretha (margaretha@psikologi.unair.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

Penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi prediktor kemampuan akademik, yaitu, Bahasa, Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Sebagai studi awal, sekitar 348 siswa kelas 8 di Surabaya dikukur kemampuan akademik, kesejahteraan,
relasi sosial dan faktor kesehatan mental dengan menggunakan alat ukur kesejahteraan yang komprehensif, yaitu: Middle Years
Development Instrument (MDI; Schonert-Reichl et al., 2012) and Health Behaviour in School-aged Children (HBSC; Aarø et al.,
1986). Analisis jalur multivariat digunakan untuk menguji hubungan antara prediktor dan kemampuan akademik. Hasilnya
menunjukkan bahwa masing-masing kemampuan akademik, Bahasa, Matematika, dan Sains memiliki seperangkat prediktor
yang unik. Studi ini memberikan peta faktor kontekstual serta dinamika faktor-faktor non-kognitif dalam membangun
kesejahteraan dan kemampuan akademik anak usia sekolah di Surabaya. Temuan penelitian ini diharapkan dapat mendukung
pengembangan intervensi berbasis data ilmiah dalam rangka mengoptimalkan pencapaian pendidikan melalui peningkatan
kesejahteraan di antara anak-anak usia sekolah, yang juga akan mendukung pengembangan kebijakan pendidikan di Surabaya.
Kata Kunci: kemampuan akademik, faktor non-kognitif, faktor kesejahteraan, anak usia sekolah

Pola dan Faktor-Faktor Perilaku Cheating (Mencontek) dalam Ujian Akhir Semester
Faqih (faqihkembali@gmail.com) ; Suryanto(suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; Amanda (amanda.pasca@gmail.com)
Prodi Magister Sains PsikologiUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Perilaku cheating merupakan salah satu fenomena yang sering muncul di dalam dunia akademik atau kependidikan. Cheating
bisa diartikan sebagai pengambilan bantuan yang tidak legal dalam evaluasi atau bentuk perilaku moral yang menunjukkan
ketidakjujuran siswa pada saat mengikuti evaluasi. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor pendukung untuk melakukan
tindakan tersebut. Faktor tersebut di antaranya adalah adanya keinginan untuk lulus dalam ujian dan tidak maksimalnya proses
belajar. Kendati demikian, peserta didik juga tidak akan lepas dari pola perilaku cheating yang akan ia gunakan. Fenomena
tersebut juga terjadi di Institut X, khususnya pada mahasiswa jurusan X angkatan 2015, yang di mana mereka lebih cenderung
melakukan perilaku cheating di saat adanya Ujian Akhir Semester. Oleh karenanya, agar dapat mengungkap informasi daripada
perilaku cheating yang dilakukan mahasiswa jurusan X angkatan 2015 di Institut X dalam ujian akhir semester, peneliti
menggunakan sebuah pendekatan kualitatif, sedangkan untuk jenis penelitiannya menggunakan studi kasus. Untuk
pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data
berupa data reduction, data display, dan verification. Sedangkan untuk pengecekan keabsahan data menggunakan perpanjangan
pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan triangulasi dalam bentuk sumber. Informan penelitian yang peneliti ambil sebanyak
5 mahasiswa dari jurusan X angkatan 2015 di Institut X. Hasil penelitian yang peneliti peroleh yakni: 1). Pola-pola cheating yang
digunakan mahasiswa jurusan X angkatan 2015 adalah mempersiapkan catatan kecil, melihat jawaban teman, menggunakan
handphone dan memanfaatkan grup via whats’up. 2). Faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku cheating pada mahasiswa
jurusan X angkatan 2015 adalah adanya keinginan untuk lulus ujian, banyaknya aktivitas di luar kampus sehingga proses belajar
tidak maksimal, sering menunda-nunda tugas, salah dalam mengambil jurusan, dan harapan orangtua kepada anak untuk
mendapatkan nilai tinggi, adanya kelengahan pengawas ujian dalam mengawasi ujian, adanya teman sekelas yang
mempersilahkan lembar jawabannya dilihat oleh teman yang lain, dan tempat duduk ujian yang terlalu berdekatan. Implikasi
dari penelitian ini sebagai acuan upaya pencegahan perilaku cheating di saat ujian sedang berlangsung.
Kata Kunci: Perilaku Cheating

Hubungan Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Potensi Utama
Zuraida(zuraidazura1988@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Potensi utama

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi
belajar pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Potensi Utama. Prokrastinasi akademik diukur menggunakan kuesioner
sedangkan prestasi belajar diukur menggunakan IPK mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 77 mahasiswa yang
terdiri dari angkatan 2015/2016 hingga angkatan 2017/2018. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa prokrastinasi
akademik berhubungan negatif dengan prestasi belajar mahasiswa. Ada korelasi negatif yang signifikan (r-0.603; dengan sig
<0,05) antara variabel prokrastinasi akademik dengan variabel prestasi belajar yaitu 0,000 dan nilai signifikansinya
dibawah/lebih kecil dari 0,05/0,01 (nilai adalah 0,000)
Kata Kunci: Prokrastinasi Akademik, Prestasi Belajar
Pengaruh Self Regulated Learning, Self Efficacy dan Parental Involvement terhadap Students Engagement
Nono Hery Yoenanto(nono.hery@psikologi.unair.ac.id)
Universitas Airlangga

Keterlibatan siswa adalah mengenai aspek perilaku, emosional dan kognitif dari partisipasi aktif baik secara individu dan kolektif
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Siswa yang terlibat secara perilaku, emosional dan kognitif cenderung lebih
berprestasi baik pada tes standar dan tidak putus sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran
self-regulated, self-efficacy dan parental involvement terhadap students engagement. Penelitian ini dirancang menggunakan
pendekatan kuantitatif yang melibatkan siswa kelas 7 SMP dengan jumlah subjek sebanyak 399 siswa di Surabaya. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji prediksi
antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh self efficacy, self regulated learning dan parental involvement
terhadap students engagement SMP di Surabaya. Uji model regresi menunjukkan model yang signifikan (Sig 0,00 <0,05). Dengan
nilai koefisien korelasi berganda R = 0,681 itu menunjukkan ada hubungan bersama antara self efficacy, self regulated learning
dan keterlibatan orang tua terhadap keterlibatan siswa dalam kategori tinggi. Koefisien determinasi (R Square) = 0,463. Ini
berarti bahwa 46,3% variasi keterlibatan siswa dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua self efficacy, self regulated learning dan
keterlibatan orang tua. Sementara 53,7% dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata Kunci: self efficacy, self regulated learning, parental involvement, student engagement
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSIKOLOGI PENDIDIKAN
SABTU, 8 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 10.30 - 17.30 WIB - RUANG PUNAKAWAN

Program I’m Deaf, I Can Do Everything dan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa Tuli SLBN “X” Bantul
Tiara K.P Elwan (tiaraelwan@gmail.com) ; Sumedi P Nugraha (sumedi.nugraha@uii.ac.id) ; Ratna S Rachmahana
(ratnamyn@yahoo.com)
Magister Psikologi ProfesiFakultas Psikologi dan Ilmu Sosial BudayaUniversitas Islam Indonesia

Penelitian dengan desain pre-and-posttest bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh program pelatihan perencanaan
karier, I’m deaf I can do Everything, untuk meningkatkan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada delapan siswa Tuli kelas
X dan kelas XI SLBN “X” Bantul. Pengukuran menggunakan skala efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier dilakukan pada
prates, pascates, dan tindak lanjut. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon signed rank test. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa pelatihan perencanaan karier dapat meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier pada
siswa tuli (p=0,006, p<0.05).
Kata Kunci: pelatihan perencanaan karier, efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier, Tuli, SLB, Bantul, mappro UII.

Sikap Terhadap Waktu sebagai Prediktor Grit pada Remaja


Mar’atis Sholikhah (sholikhahmrs@gmail.com); Dewa Fajar Bintamur
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sikap terhadap waktu (time attitude) dapat memprediksi grit pada remaja.
Variabel sikap terhadap waktu diukur menggunakan Adolescent Time Inventory – Time Attitude (ATI-TA) yang dikembangkan
oleh Mello dan Worrell (2016), dan variabel grit diukur menggunakan Grit Scale for Adults and Children (GSCA) yang
dikembangkan oleh Sturman dan Piemme (2017). Kedua alat ukur tersebut berupa self-report. Penelitian ini adalah penelitian
non-ekperimental dengan jumlah partisipan sebanyak 96 orang (N = 96) siswa-siswi SMA yang bersekolah di daerah Jakarta dan
sekitarnya.. Teknik sampling yang digunakan adalah convenient sampling. Data yang diperoleh diolah dengan teknik statistika
regresi berganda. Hasil olah data adalah F (6, 89) = 12.846, p = .000, sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap waktu
secara signifikan dapat memprediksi grit pada remaja.
Kata Kunci: Perspektif waktu, Sikap terhadap waktu, Grit, Remaja

Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosional pada Remaja melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Service Learning
Viona Mutia Kanza (vionamutiakanza@gmail.com) ; Agung Santoso Pribadi(agung84@usm.ac.id) ; Erwin Erlangga
(erwinerlangga@usm.ac.id)
Program Studi S1 Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Latar belakang penulisan karya ilmiah ini adalah maraknya kasus kenakalan remaja yang terdiri dari: pencurian, pembunuhan,
bullying, pergaulan bebas dan narkoba. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem pendidikan di Indonesia yang masih
mengutamakan kecerdasan intelektual (IQ). Menurut teori David Goleman, kecerdasan emosional (EQ) lebih penting daripada
kecerdasan intelektual (IQ). Metode penulisan karya ilmiah ini menggunakan studi literatur, penulis mencari referensi yang
berkaitan dengan permasalahan dan teori yang bersumber dari buku, jurnal, dan berita online. Penulis merekomendasikan
kegiatan service learning diadakan dalam program ekstrakurikuler sekolah di Indonesia. Program direkomendasikan oleh penulis
karena ekstrakurikuler service learning mempunyai lima nilai utama karakter prioritas Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),
yaitu religius, nasionalis, gotong royong, integritas, dan mandiri.
Kata Kunci : Service Learning, Kecerdasan Emosional, Remaja
Gambaran Parental Mediation pada Siswa SMP
Weny Savitry S. Pandia (weny.sembiring@atmajaya.ac.id) ; Margaretha Purwanti ; Debri Pristinella
Unika Atma Jaya

Strategi pendampingan orangtua terkait pengalaman bermedia (parental mediation) pada remaja diperlukan. Strategi ideal
adalah kombinasi active mediation (diskusi mengenai konten) dan restrictive mediation (penetapan aturan bermedia).
Umumnya yang digunakan restrictive mediation, adapula yang menggunakan co-using mediation (tiada interaksi orangtua-
anak). Dalam penelitian ini ingin diketahui gambaran parental mediation pada siswa SMP di Jakarta. Penelitian kuantitatif
dengan purposive sampling dilakukan pada 98 orangtua dan 423 siswa dari 2 SMP berbasis teknologi informasi, dengan
kuesioner berdasarkan The Perceived Parental Media Mediation Scale (reliabilitas skala orangtua: 0.836, skala siswa: 0.840). Dari
analisis frekuensi dan uji korelasi ditemukan strategi restrictive mediation dominan digunakan orangtua. Ini didukung persepsi
siswa. Jenis pekerjaan, jumlah anak, dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh, namun semakin tinggi usia orang tua semakin
banyak pemberian batasan. Dipaparkan juga gambaran penggunaan gawai pada siswa. Perlu penjelasan pentingnya active
mediation pada orangtua dan pemanfaatan gawai secara positif pada siswa.
Kata Kunci: Parental mediation, gawai, remaja, teknologi informasi, SMP

Mengetahui Penyebab dari Masalah Kesulitan Belajar pada Anak Kategori Underachiever
Muhamad Kaisar (kaisarmuhamad408@gmail.com)
Fakultas PsikologiUniversitas Semarang

Pendidikan sangatlah penting dan berguna bagi anak, bangsa, dan negara, pendidikan memiliki peranan di berbagai hal.
Pendidikan formal meliputi sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas/kejuruan, sedangkan pendidikan
non formal meliputi ekstrakurikuler yang didalamnya memuat, pengembangan karakter, kepemimpinan, berorganisasi, spiritual,
yang tidak dapat didapatkan dari pendidikan formal. Di dalam pendidikan formal melibatkan proses belajar mengajar, yaitu anak
akan bersiap untuk menerima ilmu dan pengetahuan yang melibatkan kemampuan kognitif anak, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dalam proses belajar mengajar terdapat berbagai masalah, salah satunya underachiever dimana anak tidak dapat
mencapai hasil belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga terjadi kesenjangan antara potensi anak dengan hasil
prestasinya. Menggunakan metode penelitian kualitatif, wawancara dan observasi, peneliti menemukan kurangnya perhatian
orang tua menjadi salah satu faktor penyebab underachiever.
Kata Kunci : underachiever, kesulitan belajar, pendidikan

Student Autonomy pada Siswa Kelas 11 di SMK “X” Bandung


Regyna Shaumi Faturochman (regynashaumi20@gmail.com) ; Stephani Raihana Hamdan (stephanie.raihana@gmail.com)
Fakultas PsikologiUniversitas Islam Bandung

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (2003) tujuan khusus SMK adalah menyiapkan siswa untuk mandiri dalam
dunia pekerjaan setelah lulus nanti. Kenyataan yang terjadi di SMK “X” Bandung tidak semua siswa memilih dan menentukan
jurusan dan sekolah karena pilihan sendiri, namun berdasarkan pilihan orang tua. Oleh karena itu, siswa tidak bebas memilih
dan menentukan jurusan dan sekolah yang diminati olehnya dan tidak memiliki kebiasaan belajar yang rutin di rumah dan
sekolah. Sehingga, perilaku tersebut berdampak pada student autonomy mereka di sekolah. Teori yang digunakan yaitu Student
Autonomy dari Macaskill dan Taylor (2010) di dalamnya terdapat dua aspek yaitu independence of learning dan study habits.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui student autonomy pada siswa kelas 11 di SMK “X” Bandung. Metode penelitian
yang digunakan ialah studi deskriptif. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan studi populasi, dengan subjek
penelitian sebanyak 49 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai Student Autonomy
berdasarkan teori Student Autonomy dari Macaskill & Taylor (2010) Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 33 siswa
(67%) yang menunjukkan student autonomy rendah, dan 16 siswa (33%) yang menunjukkan student autonomy tinggi. Saran bagi
siswa adalah diharapkan dapat meningkatkan study habits, dengan membiasakan cara belajar dan dilakukan secara konsisten di
rumah atau di sekolah.
Kata Kunci : Siswa SMK dan Student Autonomy
Hubungan Antara Hope dengan Optimism Pada Mahasiswa
Ingrid Lidiany Katiandagho (Ingridlk17@gmail.com) ; Petrayuna Dian Omega (Petra.omega@ukrida.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana

Hope dan optimism dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menjalankan perkuliahan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hope dan optimism pada mahasiswa. Subyek dalam penelitian
ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan (N = 325) yang masih aktif berkuliah di salah satu Universitas di Jakarta Barat.
Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dan analisis data menggunakan Spearman Rho. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah Adult Hope Scale dan Life Orientation Test – Revised. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara hope dan optimism pada mahasiswa. Hasil ini mengindikasikan bahwa hope dan
optimism memiliki hubungan yang dapat memengaruhi proses pencapaian tujuan yang dimiliki oleh mahasiswa. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi pendidikan dan psikologi positif.
Implikasi dan penelitian lebih lanjut akan didiskusikan dalam penelitian ini.
Kata Kunci: hope, optimism, mahasiswa aktif

Gemilang: Sarana Pengembangan Diri pada Generasi Milenial


Viona Mutia Kanza (vionamutiakanza@gmail.com) ; L. Rini Sugiarti (riendoe@usm.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Penulisan karya ilmiah ini dilatarbelakangi oleh data di Jawa Tengah yang menyebutkan bahwa sekitar 1,7 juta pemuda berusia
15-30 tahun dalam kondisi menganggur atau tidak memiliki penghasilan tetap. Kondisi tersebut cukup memprihatinkan karena
Indonesia Emas 2045 membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermanfaat, berkarakter, dan mampu bersaing secara
sehat. Karya tulis ilmiah ini bertujuan sebagai gagasan agar generasi milenial dapat mengaktualisasikan dirinya. Metode
penulisan yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah studi literatur. Penulis merekomendasikan sebuah program
pengembangan diri bernama Gemilang (Generasi Milenial Cemerlang). Sasaran program Gemilang ini adalah generasi milenial.
Program yang akan dijalankan meliputi 1) tes minat bakat, 2) pengembangan motivasi diri, 3) pelatihan kepemimpinan, dan 4)
konseling karir.
Kata Kunci: Aktualisasi Diri, Gemilang, Generasi Milenial, Pengembangan Diri

Pola Interaksi Siswa Berkebutuhan Khusus-Reguler pada Sekolah Inklusi


Nur Suci Utami (Suci.uwks@gmail.com) ; Suryanto (Suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; IGAA Novi Ekayati
(Noviekayati@yahoo.com)
Progdi Magister Sains Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Tujuan penelitian adalah menggambarkan bentuk interaksi sosial antar siswa berkebutuhan khusus dan reguler di SD Negeri
Gundih 1 Surabaya. Sekolah inklusi adalah sekolah yang meletakkan kebutuhan khusus maupun reguler dalam satu kelas.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomonologi. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam (in-depth interviews) dan observasi terhadap subjek dengan karakteristik a. anak tunagrahita b. mampu
berkomunikasi. Analisis data menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian ini menunjukan pola interaksi yang terjalin
diantaranya a. Kerjasama, dalam bentuk bermain bersama b. Dukungan sosial berupa semangat dan pujian c. Penolakan dari
teman sebaya. Hambatan interaksi sosial siswa berkebutuhan khusus diantaranya: a. Keterbatasan kemampuan komunikasi b.
Adanya stigma negatif pada siswa ABK c. Penolakan dari teman sebaya. Dari penelitian ini saran yang bisa diberikan kepada
sekolah yaitu a. Penanaman nilai empati pada siswa reguler b. Menanamkan kepercayaan antar siswa
Kata Kunci : Interaksi Sosial Siswa, Pendidikan Inklusi, siswa berkebutuhan khusus

Hubungan Antara Iklim Sekolah, Religiusitas dan Perilaku Bullying


Berliana Amelia Sari ; Wiwik Sulistiani (wiwik.sulistiani@hangtuah.ac.id) ; Lutfi Arya (lutfi.arya@hangtuah.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah

Kasus bullying di sekolah menduduki peringkat teratas dari sekian banyak kasus bullying yang dilaporkan. Bullying adalah
tindakan penindasan dari seseorang atau kelompok yang kuat ke yang lemah. Tujuan penelitian ini adalah menguji hubungan
antara iklim sekolah dan religiusitas dengan perilaku bullying. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik analisis
korelasi ganda. Skala yang digunakan adalah skala iklim kampus, skala religiusitas dan skala perilaku bullying. Subyek adalah
siswa di salah satu SMK di Surabaya (N=172). Hasil menunjukkan terdapat hubungan negatif antara iklim sekolah dan religiusitas
dengan perilaku bullying dengan nilai signifikansi sebesar 0.012 (p < 0.05). Semakin positif persepsi terhadap iklim kampus dan
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku bullying. Sumbangan efektif sebesar 7.9%. Hasil pervariabel
menunjukkan (1) ada hubungan antara iklim kampus dan perilaku bullying, nilai signifikansi 0.004 (p < 0.05) dan sumbangan
efektif 7.5%, (2) ada hubungan antara religiusitas dengan perilaku bullying, nilai signifikansi 0.037 (p<0.05) dan sumbangan
efektif sebesar 4%. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk memberikan intervensi pada siswa terkait perilaku
bullying di sekolah.
Kata Kunci: iklim sekolah, religiusitas, bullying, siswa

Hubungan antara Hope dengan Self-Efficacy pada Mahasiswa


Rizka Satyadi (Rizka.2014fpsi015@civitas.ukrida.ac.id) ; Petrayuna Dian Omega (Petra.omega@ukrida.ac.id)
Universitas Kristen Krida Wacana

Hope dan efikasi diri diperlukan oleh mahasiswa untuk dapat menyelesaikan suatu tugas dan meyakinkan bahwa mahasiswa
memiliki kemampuan untuk berusaha mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara hope dengan efikasi diri pada mahasiswa. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara hope dengan
efikasi diri pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa aktif dari
berbagai jurusan di salah satu Universitas di Jakarta Barat (N=331). Teknik sampling yang digunakan adalah snowball sampling
dan teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Spearman. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala
Harapan Dewasa dan College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara hope dengan efikasi diri pada mahasiswa. Hasil ini menunjukkan bahwa hope dan efikasi diri mengacu
pada keyakinan individu yang menghasilkan perilaku untuk mengejar tujuannya sampai tercapai.
Kata kunci: Efikasi diri, Hope, Mahasiswa

Pengaruh Pengetahuan tentang Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak terhadap Efikasi Guru Paud di Kec.Manggala
Makassar
Muh. Daud; Dian Novita Siswanti (dhian76@yahoo.com) ; Novita Maulidya Jalal (novitamaulidya@yahoo.com)
Fakultas PsikologiUniversitas Negeri Makassar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak
terhadap efikasi guru PAUD di Kecamatan Manggala Makassar. Metode kajian ini adalah penyelidikan eksperimen kuasi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen berupa soal pegetahuan tentang keterampilan guru mengajar prevensi
KSA dan skala likert tentang efikasi guru mengajar yang melibatkan 40 orang subjek. Teknik analisis data adalah analisis
deskriptif dan analisis regresi. Hasil penelitian yakni tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan tentang
prevensi kekerasan seksual pada anak terhadap efikasi guru dalam mengajar siswa paud tentang pencegahan kekerasan seksual.
Kata Kunci: pencegahan, kekerasan seksual pada anak, efikasi guru

Model Kebersyukuran Remaja Sekolah Menengah Pertama


Indarto (indartoimam789@gmail.com); Suryanto(suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; Andy Matulessy(andikmatulessy@untag-
sby.ac.id)
Program Studi Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kebersyukuran dan faktor-faktor yang memengaruhi
perasaan serta manfaat kebersyukuran secara social bagi anak remaja. Metode penelitian ini yaitu menggunakana pendekatan
kualitatif, metode penelitian study kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam (in depth
interview) dengan kateristik subyek remaja yang sekolah menengah pertama. Teknik analisis data menggunakan analisis
tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kebersyukuran berupa rasa penerimaan atas pemberian, ketenangan,
damai, tentram dan rasa puas. Dengan bersyukur remaja menjadi lebih bahagia dan puas. Kebersyukuran siswa dipengaruhi
oleh guru dan orang tua di rumah. Dari penelitian ini, siswa disarankan untuk meningkatkan kebersyukuran, dengan
membiasakan berterima kasih, mengucapkan alhamdulilah dan banyak berdoa. Kepada orang tua agar bisa mengingatkan dan
memberikan contoh dalam bersyukur. Sedangkan untuk sekolah agar menanamkan nilai-nilai bersyukur dengan membiasakan
mengucapkan terima kasih dan alhamdulilah setiap mendapatkan kebaikan.
Kata Kunci : Kebersyukuran, Remaja, Sekolah Menengah Pertama
Proses Resiliensi Ayah Tunggal Yang Memiliki Remaja Autisme
Jannes Dinda Tricia(jannes.2014070311@student.atmajaya.ac.id) ; Penny Handayani (penny.handayani@atmajaya.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta

Kehadiran remaja autisme dapat memengaruhi rutinitas dan pola hubungan keluarga. Agar dapat bangkit dan bertahan, individu
membutuhkan kemampuan resiliensi. Peneliti menggunakan teori resiliensi dari Kumpfer (1999). Penelitian ini bertujuan untuk
memaparkan proses resiliensi ayah tunggal yang memiliki remaja autisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Kedua
partisipan merupakan ayah tunggal karena istri meninggal minimal dua tahun dan memiliki remaja dengan gangguan autisme.
Hasil penelitian menunjukkan kedua partisipan memiliki proses resiliensi yang berbeda, dilihat dari peningkatan pada
pemahaman personal, lingkungan yang mendukung, dan kemampuan mengatasi masalah. Perbedaan yang dimaksud adalah
kehadiran caregiver yang dimiliki sehingga partisipan kedua membutuhkan usaha yang lebih dalam proses resiliensi. Kesimpulan
penelitian ini adalah kedua partisipan sudah mengalami antisipasi grief ketika istri sakit dan terdapat pengalaman memiliki
remaja autisme sehingga dapat membantu proses resiliensi ayah tunggal. Harmonisasi hubungan suami istri sangat diperlukan
sedini mungkin sebagai persiapan jika salah satu pasangan meninggal dunia, serta keluarga dan teman diharapkan tetap
memberikan dukungan.
Kata Kunci: Ayah tunggal; Remaja; Autisme; Resiliensi

Hope dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa


Alfani(fanie_knightley@hotmail.com) ; Petrayuna Dian Omega(petra.omega@ukrida.ac.id)
UKRIDA

Mahasiswa yang memiliki Hope yang tinggi cenderung memiliki motivasi dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang jelas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Hope dan Prestasi Akademik pada mahasiswa aktif pada
salah satu Universitas di Jakarta Barat dengan total subjek sebanyak 342 mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan teknik analisis data menggunakan Spearman Rank-
Order Correlation. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Adult Hope Scale untuk mengukur variabel Hope, dan nilai IPK
untuk mengukur variabel Prestasi Akademik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa adanya korelasi yang sangat lemah dan
tidak signifikan antara Hope dan Prestasi Akademik pada mahasiswa di universitas terkait. Hasil mengindikasikan bahwa Hope
bukan merupakan prediktor yang baik untuk mengukur Prestasi Akademik mahasiswa. Penelitian selanjutnya perlu mengukur
prestasi akademik tidak hanya berdasarkan IPK, melainkan menggunakan status kelulusan di jenjang pendidikan sebelumnya
dan hasil ujian masuk di universitas terkait.
Kata Kunci : Agency Thinking, Goals, Hope, Indeks Prestasi Kumulatif, Pathways Thinking

Integrating Art Lesson and Critical Thinking Practice: Report on A Pilot Project
Ahmad Naufalul Umam(naufalul.umam@gmail.com) ; Farah Rizkiana Novianti ; Kharis Pradana
Universitas Mercu Buana

A program called “Let’s Share The Art” presented by Ganara Art Studio and sponsored by Indonesian Art Coalition (KSI) invite
high school students to practice critical thinking while learning how to make arts. Referring to early research that found art
students to have lower need for closure compared to accounting students, this research aimed to investigate the effect of
structured art activity on students’ thinking habit. We administered one group pretest-posttest quasi-experimental research in
“Mari Berbagi Seni” [Let’s Share The Art] in two cities, Makassar (N-=38) and South Tangerang (N=44). The result showed a
significant improvement of critical thinking habit on participants in Makassar but not in South Tangerang. We also gathered
qualitative records through focused group discussion to observe the problem and the process on each cities during the program.
Keywords: art activity, social discussion, critical thinking, need for cognitive closure
Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kreativitas Anak
Retno Dwi Nugraheni (retnodwinugraheni@gmail.com) ; Eklysiawati Pramita Aswar(12.salomo.eklysia@gmail.com) ; Stephanie
Elysia Djajadi (phanie.elysia@gmail.com) ; Anna Dian Savitri (dsavie@usm.ac.id)
Fakultas PsikologiUniversitas Semarang

Kreativitas sangat diperlukan bagi setiap individu dalam perkembangannya. Saat ini perkembangan teknologi dan kurikulum
belajar semakin maju dan berkembang pesat. Kreativitas muncul dari sebuah dorongan atau rasa ingin tahu dalam diri setiap
individu yang menimbulkan rasa penasaran dan ingin mencoba. Bagi seorang anak kreativitas diartikan dengan suatu proses
yang dapat mengaktualisasikan dirinya melalui pengalaman yang mendorongnya untuk memperbaiki pengembangan dirinya.
Peran orang tua dan para pendidik sangatlah penting bagi seorang anak untuk menjadikan dirinya lebih kreatif. Kelekatan orang
tua dengan anak akan menimbulkan kepercayaan diri anak untuk mengeksplorasi dirinya. Orang tua perlu selalu belajar
mengikuti perkembangan teknologi saat ini, sehingga setiap orang tua memiliki pemikiran yang lebih kreatif yang dapat
diturunkan atau diajarkan kepada anak – anaknya.
Kata Kunci : Peran Orang Tua, Kreativitas Anak

Psychological Well Being pada Remaja Cerdas Istimewa


Inka Sukma Melati (melatiinka@gmail.com) ; Suryanto (suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; Adnani Budi Utami (adnani@untag-
sby.ac.id)
Program Studi Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945

Cerdas istimewa adalah istilah bagi individu yang mempunyai IQ di atas rata- rata. Remaja cerdas istimewa diharapkan mampu
menerima diri dan merasa bahagia sebagai pribadi yang memiliki kelebihan serta mencapai psychological well being.
Psychological well being merupakan kondisi dimana individu merasa bahagia, puas, menerima dirinya dengan baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan psychological well being pada remaja cerdas istimewa. Responden penelitian adalah siswa
cerdas istimewa SMPN 1 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.
Pengumpulan data penelitian menggunakan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja cerdas istimewa memiliki
psychological well being yang tinggi ditandai dengan remaja cerdas istimewa pada penelitian ini merasa bahagia dengan
kemampuan yang dimiliki, menerima diri dengan baik, memiliki hubungan hangat dengan orang lain. Implikasi penelitian ini
diharapkan remaja cerdas istimewa mampu mencapai psychological well being supaya menerima diri secara positif dan
senantiasa merasa bahagia terhadap apa yang ada pada dirinya.
Kata Kunci : Cerdas Istimewa, Psychological Well Being
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN PSIKOMETRI PERKEMBANGAN
JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.00 - 17.30 WIB - RUANG RANCABALI

Gambaran Pengaruh Terbentuknya Pola Sikap Agresivitas pada Remaja yang Bermain Game Online“Bertema Kekerasan &
Bukan Kekerasan”
Friska Marina (friska@gmail.com) ;Mia Anita Lestari(m1afazria@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Tama Jagakarsa

Pesatnya perkembangan multimedia menyebabkan munculnya berbagai macam aplikasi salah satunya games. Penggunaan
games memberikan pengaruh yang positif dan tidak menutup kemungkinan akan munculnya pengaruh negative. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh terbentuknya pola sikap agresivitas pada remaja yang bermain game online
bertema kekerasan dan bukan kekerasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis penelitian komperatif.
Peneliti menggambarkan perbandingan tingkat pola terbentuknya sikap agresivitas pada remaja pemain game online bertema
kekerasan dan game online bertema bukan kekerasan. Pengumpulan data menggunakan alat ukur Aggression Questionnaire
yang telah dikembangkan oleh Buss & Perry (1992) serta Buss dan Warren (2000). Pengambilan data dengan metode ex post
facto yaitu tipe desain penelitian kuantitatif diamana variable bebas sudah terjadi sebelum penelitian dilakukan (Seniati, Yuliato,
& Setidai, 2009). Partisipan penelitian ini adalah 62 remaja laki-laki dan 38 remaja perempuan berusia 13 – 17 tahun dipilih
berdasarkan karakteristik yang akan diteliti dengan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang significant dalam terbentuknya pola prilaku agresivitas pada remaja yang bermain games online yang bertema
kekerasan dan bukan bertema kekerasan .
Kata Kunci: agresivitas, game online, remaja

The Role Of Wisdom In Elderly's Life Satisfaction


Aisah Indati (aisah.indati@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Life-satisfaction is an important thing for the elderly. Elderly with all its problems such as a decrease in physical, psychological,
and social conditions can feel a decrease in life satisfaction. Decrease in life satisfaction may be avoided if the elderly have a high
level of wisdom. Wisdom is a deep knowledge in the scope of human life. This study wants to see how far the role of wisdom
contributes to the life-satisfaction of the elderly. The research subjects were 65 elderly people aged 60 years and over in
Yogyakarta. Data retrieval was done using the 3D-WS Ardelt (2003) adaptation scale to measure wisdom and the Life-
satisfaction Index Z Neugarten translation scale (1961) to measure life satisfaction levels. Research data were analyzed using
regression analysis. The analysis found that there were two significant predictors of life satisfaction, namely the level of
education (b = 0.124; p = 0.039) and the affective dimension of wisdom (b = 0.540; p = 0.003).
Keywords: elderly; life satisfaction; wisdom

Psychotelling: Tokoh Fauna Endemik Borneo Sebagai Inovasi Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Prasekolah
Novia Satya Ariyanti (noviasatya@gmail.com) ; Rani Gemelly Huswatun Hassanah (hasannahrani@gmail.com) ; 3) Muhammad
Akbar Ash-Sadi (akbar.ashsadi@gmail.com); Hairani Lubis (hairani.lubis@psikologi.fisip-unmul.ac.id)
Fakultas PsikologiUniversitas Mulawaraman Samarinda

Psychotelling merupakan sebuah metode menceritakan kisah yang alur ceritanya menggunakan tokoh fauna endemik khas
borneo untuk menghasilkan perilaku yang sesuai dengan teori psikologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh psychotelling terhadap keterampilan sosial pada anak prasekolah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah TK Asy-Syadied sejumlah 15 siswa. Teknik
analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yaitu Paired sampel T-Test dengan menggunakan
program komputer SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 21.0 for windows. Hasil uji Normalitas data menggunakan
teknik Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah sampel kurang dari 50, uji normalitas data menurut kedua sudut pandang berdistribusi
normal dengan p > 0.05. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan dongeng memperngaruhi pengembangan keterampilan
sosial anak hal tersebut berdasarkan menggunakan uji Sampel Paired T-Test diperoleh nilai p = 0,000, hal ini menandakan bahwa
p < 0.050, sehingga hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak. Sedangkan, menurut orang tua didapatkan hasil p=0,165 (> 0,050)
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Kata Kunci: Keterampilan sosial, storytelling, fauna endemik khas borneo, psychotelling
Gambaran Forgiveness pada Wanita Dewasa Madya yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga
Rika Vira Zwagery (zwagery@ulm.ac.id) ; Siti Helmiyyah
Program Studi PsikologiFakultas KedokteranUniversitas Lambung Mangkurat

Pernikahan merupakan suatu ikatan yang terbentuk karena adanya cinta, kasih sayang dan komitmen untuk hidup bersama.
Idealnya, kehidupan pernikahan akan membawa kebahagiaan kepada sepasang suami istri. Namun, saat ini kasus Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) semakin marak terjadi. KDRT merupakan kasus yang banyak dijumpai, banyak pula kasus tersebut
yang berujung dengan perceraian, namun ada pula yang tetap bertahan untuk mempertahankanrumah tangganya. Untuk
mempertahankan keutuhan rumah tangga, seseorang akan berusaha untuk melakukan upaya apapun. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemafaan (forgiveness). Forgivenessmerupakan suatu cara untuk untuk
meminimalisir rasa sakit hati yang dialami sehingga tidak memiliki keinginan untuk membalas dendam terhadap apa yang telah
dilakukan. Seseorang memiliki forgiveness jika ia tidak mencoba untuk menghidari pelaku, rendahnya dorongan untuk menyakiti
atau balas dendam terhadap pelaku, dan meningkatnya dorongan untuk bertindak positif atau membina hubungan kembali
walaupun ia mendapatkan perlakuan yang tidak layak dilakukan seorang suami kepada istri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran forgiveness pada wanita dewasa madya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhinya. Subjek penelitian ini adalah seorang wanita dewasa madya yang berusia 44 tahun yang
mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan tes psikologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seseorang akan melakukan forgiveness jika mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari suami karena dipengaruhi oleh
factor internal berupa kemampuan untuk memahami perasaan oranglain dan melakukan penerimaan diri.
Kata Kunci: Forgiveness, wanita dewasa madya, KDRT

Peran Orientasi Budaya Terhadap Pembentukan Identitas Remaja


Darmawan Muttaqin (darmawan.muttaqin@staff.ubaya.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran orientasi budaya terhadap pembentukan identitas remaja. Partisipan terdiri dari
234 remaja berusia 16-21 tahun. Penelitian ini menggunakan Utrecht-Management of Identity Commitments Scale untuk
mengukur pembentukan identitas (komitmen, eksplorasi mendalam, dan peninjauan kembali komitmen) dan Cultural
Orientation Scale untuk mengukur orientasi budaya (individualis horizontal, individualis vertikal, kolektivis horizontal, dan
kolektivis vertikal). Hasil menunjukkan bahwa orientasi budaya kolektivis horizontal dapat memprediksi komitmen sedangkan
orientasi budaya kolektivis vertikal dapat memprediksi komitmen, eksplorasi mendalam, dan peninjauan kembali komitmen.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kelompok dan figur otoritas memiliki peran dalam proses pembentukan identitas
remaja.
Kata Kunci: individualis, kolektivis, pembentukan identitas, orientasi budaya, remaja

Pengembangan Modul Proteksi Diri terhadap Kekerasan Seksual bagi Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini
Sharon Sonia Rendita; Srisiuni Sugoto (srisiuni@staff.ubaya.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Penelitian ini bertujuan membantu orangtua mempersiapkan proteksi diri pada anak usia dini dalam menghadapi kekerasan
seksual. Partisipan penelitian terdiri atas 30 orangtua yang memiliki anak berusia kurang dari enam tahun yang tinggal di
lingkungan padat penduduk, memiliki pendidikan setara atau di bawah SMA/SMK, dengan tingkat ekonomi menengah ke
bawah. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, baik pada orangtua maupun anak, dan menunjukkan bahwa orangtua
kurang memiliki pengetahuan terkait pendidikan seksual, sehingga anak tidak dibekali dengan informasi tentang pendidikan
seksual. Oleh karena itu, disusun modul panduan psikologis secara praktis dan konkret yang berisi informasi dan langkah-
langkah praktis yang dapat diterapkan oleh orangtua dalam mempersiapkan proteksi diri bagi anak. Dalam proses intervensi,
modul diberikan kepada empat orangtua yang sebelumnya menjadi partisipan dalam penelitian awal ini. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa modul proteksi diri terhadap kekerasan seksual dapat meningkatkan pemahaman orangtua tentang
pendidikan seks dalam upaya proteksi diri terhadap kekerasan seksual dan cara mengenalkannya kepada anak.
Kata Kunci: kekerasan seksual, modul proteksi diri, anak usia dini
Hubungan antara Hope dengan Makna Hidup pada Mahasiswa
Elizabeth Sherley (sherley.2014fpsi027@civitas.ukrida.ac.id) ; Evans Garey (evans.garey@ukrida.ac.id)
Universitas Kristen Krida Wacana

Makna hidup adalah indikator penting untuk kesejahteraan dan kebahagiaan individu. Sebaliknya, individu yang tidak memiliki
makna hidup ditemukan memiliki kondisi psikologis yang negatif. Secara empirik, hope ditemukan berkaitan dengan makna
hidup, namun studi mengenai hope dan makna hidup masih terbatas dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara hope dan makna hidup. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Sampel berjumlah 332
mahasiswa, terdiri dari 126 pria dan 206 wanita berusia 17-27 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuisioner dengan skala model Likert untuk kedua variabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Adult Hope Scale (AHS) dan Meaning in Life Questionnaire (MLQ). Korelasi Spearman digunakan untuk analisis data. Hasil
uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hope dan makna hidup. Penelitian ini bermanfaat untuk
sumbangan pengetahuan ilmiah bagi psikologi positif dan perkembangan.
Kata Kunci: Hope, Presence of Meaning, Search for Meaning

Sikap terhadap Waktu sebagai Prediktor Kepuasan Hidup pada Remaja


Nadya Indah (nadya.dije@gmail.com) ; Dewa Fajar (bintamur@gmail.com)
Universitas Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sikap terhadap waktu (time attitude) dapat memprediksi kepuasan hidup (live
satisfaction) pada remaja. Variabel sikap terhadap waktu diukur menggunakan Adolescent Time Inventory – Time Attitude (ATI-
TA) yang terdiri atas enam dimensi yang dikembangkan oleh Mello dan Worrell (2016). Variabel kepuasan hidup, yang
berdimensi tunggal, diukur dengan menggunakan Satisfaction With Life Scale (SWLS) dari Diener (1985). Kedua alat ukur
tersebut berupa self-report. Penelitian ini adalah penelitian non-ekperimental dengan jumlah partisipan sebanyak 96 orang (N =
96) siswa-siswi SMA yang bersekolah di daerah Jakarta dan sekitarnya. Teknik sampling yang digunakan adalah convenient
sampling. Data yang diperoleh diolah dengan teknik statistika korelasional dan regresi berganda. Hasil olah data adalah F(6,89) =
22.569, p = .000, dengan demikian dapat disimpulkan sikap terhadap waktu secara signifikan dapat memprediksi kepuasan hidup
pada remaja.
Kata Kunci: Perspektif waktu, Sikap terhadap waktu, Kepuasan hidup, Remaja

Kematangan Emosi dan Kesiapan Menikah pada Emerging Adulthood


Nurlita Endah Karunia (nurlita@staff.ubaya.ac.id) ; Salsabila ; Sri Wahyuningsih
Fakultas PsikologiUniversitas Surabaya

Emerging Adult memiliki tugas perkembangan dalam hal eksplorasi, salah satunya adalah cinta. Pada budaya tertentu, emerging
adult harus menghadapi tuntutan dari keluarga dan lingkungannya untuk segera menikah. Kesiapan menikah dibutuhkan untuk
memasuki kehidupan perkawinan sebagai dasar evaluasi melihat kesiapan dirinya dalam menghadapi tugas dan tuntutan dalam
kehidupan perkawinan. Individu yang matang secara emosi diprediksi memiliki kesiapan untuk menghadapi kehidupan
perkawinan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kematangan emosi dengan kesiapan menikah, serta melihat korelasi
yang tertinggi antara kematangan emosi dengan faktor-faktor kesiapan menikah. Pengambilan data dilakukan dengan angket.
Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan kesiapan menikah (p < 0.005).
Kematangan emosi memiliki korelasi yang paling tinggi dengan 3 faktor kesiapan menikah yaitu kesiapan secara emosi, kesiapan
secara interpersonal, dan kesiapan secara usia.
Kata kunci : Kesiapan Menikah, Kematangan Emosi, Emerging Adulthood
Prediktor Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Kota Banda Aceh
Afriani (afriani.ansari@unsyiah.ac.id) ; Sarenthya Fathadika
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Media sosial menjadi bagian dalam kehidupan remaja saat ini, namun penggunaannya dapat mengarah pada permasalahan
kecanduan media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi usia, jenis kelamin, social media engagement, dan
fear of missing out (FOMO) terhadap kecanduan media sosial pada remaja di kota Banda Aceh. Sejumlah 343 remaja sekolah
menengah terpilih melalui metode multistage cluster dan disproportionate stratified random sampling. Pengumpulan data
menggunakan adaptasi instrumen Social Media Disorder Short Version Scale, Fear of Missing Out Scale, dan Social Media
Engagement Questionnaire. Data penelitian dianalisa menggunakan uji statistik regresi berganda. Hasil analisa menunjukkan
hanya variabel social media engagement (β=0,39, p<0.05) dan fear of missing out (β=0,277, p<0,05) yang berkontribusi secara
signifikan terhadap kecanduan media sosial. Hal ini menggambarkan bahwa keterikatan dan perasaan ketergantungan yang
tinggi untuk terlibat dalam aktifitas media sosial dapat meningkatkan resiko kecanduan media sosial.
Kata Kunci: fear of missing out, jenis kelamin, kecanduan media sosial, remaja, social media engagement, usia

Kesiapan Belajar pada Anak Prasekolah


Rita Eka Izzaty(rita_ekaizzaty@uny.ac.id) ; Rizki Nor Amelia(rizkinoramelia@gmail.com)
Jurusan PsikologiFakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi: (1) usia kesiapan belajar anak di sekolah, (2) ada tidaknya keterkaitan antara
usia siap belajar dengan intelegensi anak, dan (3) keterkaitan antar aspek-aspek kesiapan belajar. Data dikumpulkan melalui
teknik tes yaitu dengan menggunakan instrumen kesiapan belajar di sekolah (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test/NST) dan
instrumen pengukuran intelegensi (Coloured Progressive Matrices/CPM) dengan reliabilitas Alpha Cronbach berturut-turut
sebesar 0,851 untuk NST dan 0,890 untuk CPM. Subjek penelitian berjumlah 313 anak di Yogyakarta (158 orang siswa
perempuan dan 155 orang siswa laki-laki) dengan rata-rata usia 7,5 tahun. Data dianalisis menggunakan teknik analisis korelasi
product-moment. Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) anak dikatakan siap belajar pada rata-rata usia kronologis 7,5 tahun,
(2) tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara usia siap belajar anak terhadap intelegensinya, dan (3) dari 40 pengujian
korelasi berbagai aspek kesiapan belajar, hanya 26 yang memberikan hasil korelasi yang signifikan, yakni (i) aspek pengamatan
bentuk dan kemampuan membedakan berkorelasi dengan motorik halus, pengertian tentang besar, jumlah, dan perbandingan,
ketajaman pengamatan, pengamatan kritis, dan memahami cerita, (ii) motorik halus berkorelasi dengan pengertian tentang
besar, jumlah, dan perbandingan, juga berkorelasi dengan ketajaman pengamatan, pengamatan kritis, konsentrasi, daya ingat,
pengertian tentang objek dan penilaian terhadap situasi, dan memahami cerita; (iii) pengertian tentang besar, jumlah, dan
perbandingan berkorelasi dengan ketajaman pengamatan, pengamatan kritis, konsentrasi, daya ingat, pengertian tentang objek
dan penilaian terhadap situasi, memahami cerita, dan gambar orang; (iv) ketajaman penglihatan berkorelasi dengan
pengamatan kritis, konsentrasi,dan memahami cerita ; (v) pengamatan kritis berkorelasi dengan konsentrasi, daya ingat, dan
gambar orang; (vi) daya ingat berkorelasi dengan gambar orang.
Kata Kunci: kesiapan belajar, anak prasekolah
Kualitas Pengasuhan Ayah dan Ibu, Dukungan Teman Sebaya dan Coping Stress terhadap Kesejahteraan Psikologis Remaja
Agustina Ekasari (agustina.ekasari@gmail.com) ; Inka Novitasari ; Tiara Ihda Latiefah ; Tesa Febli Wulandari
Universitas Islam 45 Bekasi

Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh coping stres sebagai mediator hubungan kualitas pengasuhan ayah dan ibu dan
dukungan teman sebaya terhadap kesejahteraan psikologis remaja pada keluarga utuh (memiliki ayah dan ibu). Populasi
penelitian ini adalah siswa siswi SMPN 2 Bekasi kelas 7 dan 8 dengan tehnik purposive random sampling berjumlah 109 orang
yang memiliki orang tua lengkap. Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan kuesioner menggunakan
Skala Kesejahteraan Psikologis dari Ryff berjumlah 65 item, skala dukungan teman sebaya dari Sarafino yang berjumlah 45 item ,
skala Coping stres dari Lazarus yang berjumlah 16 item serta skala kualitas pengasuhan dari Cadwell dan Bradley yang
mengembangkan skala HOME (Home Observation for the Measurement of the Environment) dimana skala kualitas pengasuhan
ibu berjumlah dari 39 item dan skala kualitas pengasuhan ayah berjumlah 28 item. Hasil analisis data menggunakan SPSS
menunjukkan adanya pengaruh siginifikan antara kualitas pengasuhan ibu terhadap kesejahteraan psikologis r=0,417*, p=0.000,
pengaruh kualitas pengasuhan ayah terhadap kesejahteraan psikologis r=0,386*, p=0,000, pengaruh dukungan teman sebaya
terhadap kesejahteraan psikologis r=0,327*, p = 0,000, pengaruh coping stress terhadap kesejahteraan psikologis r=0,409*, p =
0,000. Artinya jika kualitas pengasuhan ayah, kualitas pengasuhan ibu, dan dukungan teman sebaya tinggi maka kemampuan
coping stress juga tinggi sehingga kesejahteraan psikologis remaja juga akan tinggi, demikian sebaliknya. Hasil penelitian ini
diharapkan mendorong pihak terkait terutama keluarga dan sekolah agar menciptakan lingkungan yang kondusif dan relasi yang
positif dengan remaja untuk mendukung proses transisinya menuju masa dewasa.
Kata Kunci: Kualitas pengasuhan ayah, kualitas pengasuhan ibu, dukungan teman sebaya, coping stres, kesejahteraan psikologis

Perbedaan Mediated Learning Experience (MLE) Ayah-Ibu Berdasarkan Tipe Situasi Bermain
Gracia Hanna Indra(grcgracia@gmail.com) ; Agustina Hendriati (agustina.hendriati@atmajaya.ac.id)
Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya Jakarta

Perkembangan anak usia 4-5 tahun membutuhkan keterlibatan orang tua agar berlangsung optimal. Ayah dan ibu memiliki
peran yang sama pentingnya dalam pengasuhan anak. Mediated Learning Experience merupakan salah satu konsep yang
menjelaskan kualitas interaksi termasuk antara orangtua-anak. Penelitian ini bertujuan menelaah apakah terdapat perbedaan
antara Mediated Learning Experience bersama ayah dan ibu berdasarkan situasi bermain (bermain bebas dan bermain
terstruktur). Alat ukur yang digunakan adalah Mediated Learning Experience Rating Scale (observasi) dan Mediated Learning
Experience Rating Scale versi Self-Rating yang diadaptasi dari Carol Lidz untuk mengukur 11 domain. Data yang dianalisis adalah
rerata skor dari kedua alat ukur dalam kedua situasi bermain. Terdapat 42 pasangan ayah-ibu yang berpartisipasi. Analisis
statistik dengan two-way ANOVA.Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor MLE. Pembahasan
dilakukan berdasarkan isu perbedaan situasi interaksi dominan antara ayah-ibu. Peneliti menyampaikan beberapa saran terkait
penelitian mengenai interaksi orangtua-anak.
Kata Kunci: Interaksi orang tua – anak, Mediated Learning Experience, Perbedaan ayah-ibu, Situasi Bermain

Pembentukan Identitas Etnis Tionghoa pada Remaja SMA di Surabaya


Fandy Maramis (fandymaramis@gmail.com) ; Suryanto (suryanto@psikologi.unair.ac.id) ;Dyan Evita Shanti
(arma_luna@yahoo.com)
Program Studi Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Etnis Tionghoa di Indonesia banyak dikenal sebagai pengusaha yang sukses. Hal tersebut tidak lepas dari filosofi hidup etnis
Tionghoa. Banyak sumbangsih yang telah diberikan oleh etnis Tionghoa dalam bidang ekonomi, sosial budaya, kesehatan dan
pertahanan keamanan. Di masa pemerintahan Orde Baru, etnis Tionghoa mengalami tekanan karena diberlakukannya larangan
pelaksanaan tradisi, penggunaan bahasa dan nama Tionghoa, penunjukkan kesenian Tionghoa di khalayak umum dan dan
pemberlakuan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI). Keadaan tersebut menyebabkan etnis Tionghoa
Indonesia mengalami krisis pembentukan jati diri ke-Tionghoaanya. Baru pada era reformasi etnis Tionghoa mulai dapat kembali
mengembangkan identitas etnis mereka yang selama ini terhambat. Penelitian kualitatif ini berusaha untuk menguraikan proses
pembentukan identitas etnis tionghoa pada seorang remaja di sebuah SMA yang bernuansa Tionghoa di Surabaya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa identitas etnis subjek telah terbentuk dengan baik. Faktor yang berperan dalam mendukung hal
tersebut adalah keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Implikasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi remaja
Tionghoa, orang tua dan masyarakat dalam proses pembentukan identitas etnis.
Kata Kunci: Identitas Etnis Tionghoa, Remaja Tionghoa
Makna Kegiatan ‘Parents Day Care’ Bagi Kualitas Hidup Lansia di Kota Semarang
Maharani Kusumaningrum (maharani.kusumaningrum@gmail.com)
Smile Consultant

Populasi dan usia harapan hidup lansia semakin meningkat, hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan dan kualitas hidup
lansia, sehingga perlu dibarengi oleh peningkatan kualitas hidup lansia. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas
yang dipengaruhi oleh kondisi fisik, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan lansia dengan lingkungan, sehingga
memerlukan bantuan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Selain itu, lingkungan yang memahami
kebutuhan dan kondisi psikologis lansia membuat lansia merasa dihargai. Tersedianya media atau sarana bagi lansia membuat
lansia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna kegiatan ‘Parents Day
Care’ terhadap Kualitas Hidup Lansia di kota Semarang. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi. Informan
dalam penelitian ini adalah 5 orang lansia peserta kegiatan Parents Day Care yang diambil dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam yang mengacu pada teori kualitas hidup, observasi,
dan triangulasi data dengan keluarga dan koordinator kegiatan. Hasil yang didapatkan yaitu, (1) Kualitas hidup lansia ditinjau
kondisi fisik peserta parents day care sebagian besar dalam kondisi yang baik: cukup mandiri untuk mengurus diri sendiri dan
tidak bergantung pada orang lain, (2) sebagian besar lansia memiliki psikologis yang baik : merasa ikhlas dan berpasrah dalam
usia senja mereka, namun beberapa diantaranya sering mencemaskan kondisi kesehatan dan merasa sedikit kesepian, (3)
sebagian besar lansia memiliki kesejahteraan yang baik : masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari, dan terpenuhinya
kebutuhan pokok, (4) sebagian besar lansia memiliki hubungan sosial yang baik : hubungan dengan keluarga dan tetangga baik,
hubungan dengan teman di kegiatan parents day care pun cukup akrab sehingga menambah gairah hidup mereka, (5) sebagian
besar lansia memiliki lingkungan yang baik : sudah nyaman dengan tempat tinggalnya saat ini, dan (6) lansia ditinjau dari
spiritual : sebagian besar memiliki kondisi spiritual yang baik, rajin beribadah dan sering melakukan pelayanan di gereja.
Kata kunci: Lansia, Kualitas Hidup, Parents Day Care, Kualitatif, Fenomenologi

Hubungan antara Adverse Childhood Experience, Purpose In Life dan Adiksi Napza
Tri Iswardani Sadatun (danisadatun301@gmail.com); Edward (edward.andriyanto@gmail.com)
Himpsi Jaya

Penelitian mutakhir penyalahgunaan napza mendukung bahwa Adversity Childhood Experience (ACE) meningkatkan peluang
hingga sebelas kali lipat bagi seseorang untuk penjadi orang dengan adiksi napza (ODAN). Perspektif Humanistik memandang
ODAN sebagai orang yang sedang berusaha mencari purpose in life (PIL). Penelitian ini untuk melihat hubungan antara ACE,
penyalahgunaan napza, dan PIL. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Adversity Childhood Experience (ACE)
Questionnaire, Drug Abuse Screening Test (DAST), dan Purpose in Life (PIL). Penelitian dilakukan terhadap 334 responden, terdiri
dari 68 responden dari kelompok yang sedang menjalani rehabilitasi dan 266 responden dari kelompok umum di Jakarta. Data
yang diolah menggunakan teknik regresi berganda menemukan bahwa ACE secara signifikan berhubungan dengan PIL dan adiksi
napza. Sedangkan hubungan antara penggunaan napza dengan PIL hanya signifikan pada kelompok rehabilitasi. Implikasi
penelitian ini adalah perlu menguji peran PIL sebagai moderator pada kelompok rehabilitasi. Disarankan penelitian lanjutan
mengenai efektifitas intervensi terhadap PIL untuk mengatasi adiksi napza.
Kata Kunci: ACE, addiction, purpose in life
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN PSIKOMETRI PERKEMBANGAN
SABTU, 8 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 10.30 - 17.30 WIB - RUANG RANCABALI

Kesiapan Menikah : Kriteria Penting pada Emerging Adulthood


Nurlita Endah Karunia (nurlita@staff.ubaya.ac.id) ; Soerjantini Rahaju
Fakultas PsikologiUniversitas Surabaya

Emerging Adult memiliki tugas perkembangan dalam hal eksplorasi, salah satunya adalah cinta. Emerging Adult memiliki
pemikiran-pemikiran terkait kriteria yang dianggap sesuai untuk menjadi pasangan hidup (Arnett, 2000). Kesiapan menikah
dianggap sebagai salah satu kunci penting dalam kehidupan perkawinan yang mengarah pada kepuasan perkawinan. Untuk itu
perlu melihat kriteria yang dianggap penting bagi dalam mengevaluasi kesiapan Emerging Adulthood dalam sebuah perkawinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria yang dianggap penting dalam menghadapi kesiapan menikah dan mengetahui
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pengambilan data dilakukan dengan angket. Hasil menunjukkan bahwa delapan dari
sembilan kriteria (usia, fisik, mental, finansial, moral, emosi, interpersonal, ketrampilan kehidupan keluarga) dianggap sangat
penting oleh Emerging Adulthood. Dari hasil analisis multivariat, diketahui bahwa mean perempuan pada kriteria usia, mental,
moral, emosi, interpersonal, dan ketrampilan kehidupan; lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Kata Kunci : Kesiapan Menikah, Kriteria, Emerging Adult

Benarkah Perselingkuhan Sebagai Faktor Risiko Ketahanan Keluarga Sunda ?


Yunita Sari (yunitasari.psy@gmail.com) ; Tina Afiatin
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Beragam istilah seperti “teman tapi mesra”, “teman bobok siang”, “friends with benefit” semakin sering muncul di Indonesia
pada pertengahan tahun 2000 (Arymamy, 2017). Terjadinya istilah ini pada dasarnya menunjukkan adanya relasi keintiman yang
terjadi di samping pasangan utama atau yang biasa di sebut dengan perselingkuhan. Terjadinya perselingkuhan tentu dapat
mengganggu terciptanya ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga adalah kompetensi sebuah keluarga untuk mampu
menampilkan fungsi keluarga yang optimal. Peningkatan angka perselingkuhan di Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat
pada khususnya (www.pikiran-rakyat.com, 18 Mei 2017) menjadi landasan peneliti untuk mengetahui bagaimana
perselingkuhan menjadi faktor risiko dalam ketahanan keluarga Sunda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode yang digunakan yaitu studi kasus pada 4 keluarga Sunda di Kota Bandung. Pengumpulan data dengan in depth-
interview. Hasil interview di analisis dengan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya potensi tergoda
untuk melakukan perselingkuhan dapat menjadi salah satu faktor risiko ketahanan keluarga Sunda.
Kata Kunci: perselingkuhan, ketahanan keluarga, risiko, keluarga sunda

Pengembangan Diri Mahasiswa: Sebuah Penelitian Cross-sectional


Robert Rajagukguk (roberto_psych@yahoo.com)
Universitas Kristen Maranatha

Kuliah di perguruan tinggi merupakan masa transisi mencapai kedewasaan bagi mahasiswa. Oleh karena itu pola pengembangan
kemahasiswaan yang terstuktur dan terukur sangat penting untuk dibuatkan. Isu penelitian ini adalah pentingnya mengukur dan
mengases tingkat pengembangan diri mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan diri
mahasiswa berdasarkan model Student Development Theory dari Arthur F. Chickering (1993). Penelitian ini bersifat cross-
sectional, dengan membandingkan hasil pengukuran student development identity pada mahasiswa baru dan mahasiswa yang
telah menyelesaikan studi selama empat tahun.Oleh karena itu yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa salah satu
universitas angkatan 2017 dan angkatan 2013. Pengumpulan data digunakan dengan metoda survei dengan memberikan
kuesioner pengukuran student development yaitu pengembangan diri mahasiswa dari tujuh vektor yaitu competence,
managing emotions, interdependence, mature interpersonal relationship, identity, purpose, integrity. Analisis data yang
digunakan adalah uji beda Mann Whitney, yang digunakan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan rata-rata (mean) pada
data dua sampel yang tidak berpasangan. Hasil penelitian dari uji beda terhadap mahasiswa 2017 dan 2013 diperoleh nilai
Asymp. Sig.0,000 (<0,05) menunjukkan bahwa diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap vektor
pengembangan diri mahasiswa angkatan 2017 dan mahasiswa angkatan 2013 dengan tingkat pengembangan diri di setiap
vektor pada mahasiswa tahun keempat (2013) lebih tinggi dari pada mahasiswa tahun pertama (2017). Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan perkembangan dalam area-area pengembangan diri (student identity development)
selama mahasiswa mengikuti kuliah di perguruan tinggi.
Kata Kunci: Developing competence, managing emotions, moving through autonomy toward interdepence, developing mature
interpersonal relationship, establishing identity, developing purpose, developing integrity
Faktor Risiko dan Jalur Perkembangan pada Perilaku Berisiko: Analisis Kasus Klithih di Yogyakarta
Arum Febriani(arum_febriani@ugm.ac.id)
Universitas Gadjah Mada

Kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja, yang dikenal dengan klithih, di Yogyakarta meningkat tajam beberapa tahun
terakhir. Klithih dapat dikategorikan sebagai perilaku berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa faktor risiko dan
bagaimana lintasan perkembangan perilaku berisiko pelaku klithih. Partisipan adalah 10 remaja pelaku klithih yang berada di
LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak) Klas IIB Wonosari, DIY. Data diperoleh dengan wawancara. Berdasarkan hasil analisis
kualitatif didapatkan tiga hal yang menjadi faktor risiko perilaku berisiko yaitu: 1) Relasi yang buruk dengan orangtua; 2)
Komitmen dengan kelompok teman sebaya yang berperilaku menyimpang; dan 3) Rendahnya motivasi akademik. Tiga faktor
risiko tersebut membantu dalam memahami jalur perkembangan perilaku berisiko pelaku klithih.
Kata Kunci: faktor risiko, klithih,lintasan perkembangan,perilaku berisiko, remaja

Faktor Orangtua dalam Perilaku Early Sex Intercourse pada Remaja Tengah
Rahmi Lubis1 (makmunrahmi@yahoo.com); Zahroturr Rusyda Hinduan2 (z.r.hinduan@unpad.ac.id) ; Ratna Jatnika3
(rat@melsa.net.id) ;Hendriati Agustiani4 (tiawiraatmadja@yahoo.com)
1
Universitas Medan Area Medan, 2,3,4Universitas Padjadjaran Bandung

Early sex intercourse (ESI) berhubungan dengan pengalaman seks yang negatif di masa dewasa. ESI juga berkaitan dengan
prediktor yang berasal dari orangtua seperti pengawasan, dukungan, sikap orangtua terhadap seks, dan perilaku menyimpang
orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor orangtua dalam perilaku seks dini pada remaja tengah (15-18
tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif melalui observasi dan wawancara terhadap 4 orang
responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki kualitas hubungan yang rendah dengan orangtuanya.
Responden menggambarkan orangtua sebagai sosok dengan sifat negatif dan memiliki kebiasaan buruk. Responden jarang
berkomunikasi mengenai masalah seksual dengan orangtua. Orangtua menyatakan menolak perilaku seks dini namun sikap
tersebut seringkali tidak konsisten. Orangtua juga kurang melakukan pengawasan terhadap perilaku remaja. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor orangtua berperan dalam perilaku seks dini remaja tengah. Penting melakukan edukasi kepada
orangtua melalui pemberian informasi dan pelatihan yang bertujuan meningkatkan keterampilan orangtua dalam membangun
hubungan positif dengan remaja.
Kata Kunci: Early Sexual Intercourse, Orangtua, Remaja Tengah

Evaluasi Peran dan Fungsi Orangtua di Keluarga Miskin pada Wilayah Perkotaan
Ilham Nur Alfian1(ilham.nuralfian@psikologi.unair.ac.id); Ermida Simanjuntak2(mhyda@rocketmail.com) ; Cholichul Hadi3
(cholichul.hadi@psikologi.unair.ac.id)
1,3
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran dan fungsi orangtua pada keluarga miskin yang ada di wilayah kota Surabaya.
Subjek penelitian terdiri dari 3 orang anak dengan karakteristik berusia 12 – 13 tahun dan bekerja untuk membantu
perekonomian keluarga. Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa subjek memiliki gambaran ideal tentang orangtua yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Orangtua
secara ideal diharapkan oleh subjek untuk dapat memenuhi kebutuhan materi keluarga, mampu menjalin komunikasi dengan
anak, mengajarkan tentang agama, mendukung pendidikan anak, memberikan waktu bermain bagi anak dan tidak memaksa
anak untuk bekerja. Gambaran ideal tentang peran dan fungsi orangtua ini menurut ketiga subjek belum dapat tercapai karena
permasalahan perekonomian yang dialami oleh keluarga subjek. Penelitian lebih lanjut untuk memetakan peran dan fungsi
orangtua pada keluarga miskin diharapkan dapat memberikan informasi untuk intervensi yang tepat bagi pengasuhan di
keluarga miskin.
Kata Kunci : peran, fungsi, orangtua, keluarga miskin
Rasa Kesepian berdasarkan Gender pada Remaja
Komang Bara Wedaloka (bara.wedaloka@gmail.com) ; Sherly Saragih Turnip (sherly.saragih@gmail.com)
Fakultas PsikologiUniversitas Indonesia

Pendahuluan: Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Kondisi ini membuat remaja cenderung
rentan akan masalah, salah satunya adalah merasa kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan rasa kesepian
berdasarkan gender pada remaja di Jakarta. Metode: 662 partisipan yang terdiri dari 318 siswa laki-laki dan 344 siswa
perempuan berusia 15-20 tahun dipilih dari lima sekolah dengan menggunakan metode multi stage random sampling. Untuk
mengukur kesepian, peneliti menggunakan alat ukur 6-Item (short) De Jong Gierveld Loneliness Scales. Data dikumpulkan
melalui penelitian berbasis sekolah di provinsi Jakarta.Hasil dan Bahasan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dalam hal kesepian antara remaja perempuan dengan remaja laki-laki, baik secara keseluruhan (t=-
2,911;P=0,004) maupun secara komponen emosional (t=-1,982;P=0,048) dan komponen sosial (t =-2,517;P=0,012).Kesimpulan
dan Implikasi: Remaja perempuan secara signifikan memiliki skor lebih tinggi dalam hal kesepian dibandingkan dengan remaja
laki-laki, tidak hanya secara keseluruhan tetapi juga secara emosional dan sosial.
Kata Kunci: Gender, Jakarta, Kesepian, Remaja

Analisis Properti Psikometri Skala Resiliensi Keluarga Dengan Anak Berkebutuhan Khusus
Christiany Suwartono1 (christiany.suwartono@atmajaya.ac.id) ; Nur Aeni2 ; Yapina Widyawati1
1
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Pengembangan Skala Resiliensi Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus (RK-ABK) sudah dilakukan pada penelitian
sebelumnya (Suwartono & Widiawati, 2018). Skala RK-ABK terbukti memiliki validitas internal dan reliabilitas yang adekuat
untuk digunakan lebih lanjut. Meskipun sudah terbukti valid secara internal, masih dibutuhkan bukti bahwa skala RK-ABK juga
valid secara eksternal. Sehingga peneliti kali ini melakukan uji validasi eksternal menggunakan Skala Optimisme yang
dikembangkan oleh penulis kedua. Validasi ini dilakukan dengan teknik korelasi Pearson. Penelitian dilakukan pada 210 ibu
dengan ABK. Hasilnya, ada hubungan yang signifikan dengan skala optimisme. Selain itu, tiga dimensi dari skala resiliensi
keluarga ABK, yaitu penerimaan, pengelolaan, dan dukungan juga menghasilkan korelasi yang signifikan dengan skala
optimisme. Dari segi reliabilitas, kedua skala ini. Dengan demikian, dalam penelitian ini diperoleh bukti bahwa skala resiliensi
keluarga ABK memiliki validitas eksternal yang baik dan reliabel, sehingga menjanjikan untuk digunakan lebih lanjut.
Kata Kunci: anak berkebutuhan khusus, reliabilitas, resiliensi keluarga, skala resiliensi, validitas eksternal.

Tumbuh dan berkembang di antara sampah Ibukota DKI Jakarta: Riset partisipatif Photo-voice dengan anak-anak di Bantar
Gebang, Bekasi-Jawa Barat
Irwanto1 (irwanto_i@yahoo.com) ; Harla S. Octarra2 (harla_octarra@yahoo.com) ; Christiany Suwartono3
(christiany.suwartono@atmajaya.ac.id) ; Prisil Rizky4 (prisiliara@hotmail.com) ; Ade
5 6
Kurniawan (ade.kurniawan@savethechildren.org) ; David Blummer (david.bloomer@savethechildren.org)
1,2,3,4
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, 5,6Yayasan Sayangi Tunas Cilik

Pemda DKI Jakarta telah memperbaharui kontrak dengan Pemda Bekasi di tahun 2015 mengenai penyewaan lebih dari 40 Ha
tanah untuk tempat pembuangan 87 ton (sehari) sampah terakhir dan menghijaukan sebagian lahan sampah menjadi lahan
hijau asri dengan persediaan sumber air bersih. Meskipun demikian, diperkirakan masih ada 1.500 anak usia sekolah yang hidup
di antara dan mencari nafjkah dari sampah. Kebanyakan mereka adalah anak pendatang. Penelitian ini adalah bagian dari upaya
Fortum dan Pemda DKI Jakarta untuk memetakan kehidupan anak-anak di dalam kompleks Pembuangan Sampah Terakhir di
Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi. Studi dilakukan oleh Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya bersama Yayasan Sayangi Tunas Cilik
pada bulan Maret-April 2018. Data untuk makalah ini diambil oleh 24 anak-anak yang diberi kamera digital dan ditugaskan
merekam kegiatan mereka sehari-hari, tempat bermain, dan tempat berkumpul keluarga. Hasil rekaman foto digital didiskusikan
dengan anak-anak dan dianalisis. Anak juga diminta untuk melakukan ranking kebutuhan mereka sehari-hari. Anak-anak Bantar
Gebang mengalami berbagai tantangan dan kerentanan tumbuh kembang serius dan memerlukan jalan keluar segera. Tempat
tinggal, tempat bermain, MCK yang tidak layak, serta waktu kerja yang panjang dan sangat berisiko merampas sebagian besar
peluang mereka untuk menikmati waktu luang. Walau sebagian dari maereka sekolah, banyak yang drop out karena pekerjaan
dan sebab-sebab lainnya. Pemda DKI harus bekerja dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah asal anak-anak, pusat
dan berbagai sektor kementerian untuk menyelesaikan masalah anak-anak ini.
Kata Kunci: kebutuhan, tumbuh kembang, kerentanan, photo-voice, anak
Gambaran Peran Orangtua dalam Proses Belajar Anak dengan Gangguan Disleksia
Marina Dwi Mayangsari (md.mayangsari@unlam.ac.id) ; Luciya Elena Primasari
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Disleksia merupakan gangguan kesulitan membaca yang dapat berdampak pada proses belajar anak, banyaknya orangtua yang
tidak turut berperan dalam pendampingan membuat anak dengan disleksia semakin kesulitan dalam proses belajar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran orang tua terhadap proses belajar anak dengan gangguan disleksia. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa wawancara dan observasi. Subjek penelitian
berjumlah 2 orang yang merupakan orang tua dari anak dengan gangguan disleksia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua
orang tua anak dengan disleksia memenuhi peran yang baik terlihat dari aspek modeling, mentoring, organizing, dan teaching.
Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan proses belajar anak disleksia dirumah dapat tergantung dari peran orangtuanya,
orangtua yang membimbing dan mengarahkan anaknya dengan baik akan lebih memudahkan proses mereka untuk belajar
dibanding peran orangtua yang sebelumnya kurang maksimal.
Kata Kunci : Peran Orang Tua, Disleksia, Proses Belajar

Bukti Empiris Dibalik Preferensi Allah Ta’ala Dalam Pernikahan: Mekanisme Peran Agama Untuk Kepuasan Pernikahan
Irwan Nuryana Kurniawan, Alvyyan Barlis Lockman Salim
Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia

Meskipun berbagai penelitian ilmiah menunjukkan agama berkontribusi signifikan terhadap kehidupan pernikahan, tetapi
mekanisme bagaimana dan mengapa agama berhubungan dengan kepuasan pernikahan belum sepenuhnya terjawab dengan
tuntas. Studi sekarang bertujuan menemukan bukti empiris pengaruh agama — secara operasional didefinisikan sebagai
preferensi-preferensi Tuhan dalam perkawinan — dalam kepuasan pernikahan. Studi ini memprediksikan suami dan istri dengan
tingkat kepuasan pernikahan yang sangat tinggi akan menunjukkan skor yang lebih tinggi pada segala hal yang menjadi
preferensi Tuhan dalam pernikahan daripada suami dan istri dengan tingkat kepuasan perkawinan yang sangat rendah.
Penelitian ini melibatkan 39 suami dan istri Muslim dengan skor kepuasan perkawinan yang sangat rendah dan 49 suami dan
istri Muslim dengan skor kepuasan pernikahan yang sangat tinggi pada Skala Kepuasan Pernikahan ENRICH (EMSS; Fowers &
Olson, 1993). Kedua kelompok responden diberikan Skala Perkawinan pada Perspektif Islam (SPPI; Salim & Kurniawan, 2014)
yang mengungkapkan segala sesuatu yang direkomendasikan dan disukai oleh Allah SWT dalam pernikahan Islam. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat signifikan 0,05 antara kedua kelompok responden (t (43.308) =
-9,555, p = 0,000) dan estimasi effect size (r = 0,823) menunjukkan pengaruh dari semua direkomendasikan dan disukai oleh
Allah SWT untuk kepuasan pernikahan termasuk dalam kategori large effect size.
Kata Kunci:Kepuasan Pernikahan, Suami dan Istri Muslim, Mustahab dalam Pernikahan

Solution-Focused Brief Group Therapy Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Remaja Putra Di Panti Asuhan
Agustina (agustina@fpsi.untar.ac.id) ; Margaret Khoman (khohuiying@gmail.com)
Universitas Tarumanagara

Penelitian Gandaputra (dalam Arlinkasari, 2009) menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan lebih banyak yang
memiliki harga diri rendah. Sehingga diperlukan intervensi untuk membantu meningkatkan harga diri remaja panti asuhan agar
nantinya mereka bisa berkembang dan menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat. Solution-Focused Brief Group Therapy
merupakan intervensi psikologi yang menekankan pada dinamika kelompok dan berfokus kepada solusi dalam penanganannya.
Penelitian Khoman, Patmonodewo, & Agustina (2016) menunjukkan bahwa Solution-Focused Brief Group Therapy efektif untuk
meningkatkan harga diri remaja putri. Subyek penelitian ini adalah lima remaja putra yang tinggal di panti asuhan berusia 11-20
tahun dan memiliki harga diri rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Solution-Focused Brief Group Therapy yang
dilakukan sebanyak lima sesi, efektif untuk meningkatkan harga diri remaja putra di panti asuhan.
Kata Kunci: Solution-Focused Brief Group Therapy, Harga Diri
Rasa Aman Perempuan dalam Bekerja. Kajian Eksploratif pada Pekerja Perempuan Saat Menjalankan Peran Maternitasnya
Tellma Monna Tiwa (tellmatiwa@unima.ac.id)
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Manado

Tujuan. Penelitian ini bertujuan menggali konstruksi rasa aman perempuan pekerja ketika menjalankan peran maternitasnya.
Metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis tematik untuk mengkonstruksikan variabel
rasa aman, responden penelitian sebanyak delapan perempuan pembersih dan pengupas di perusahaan pengolahan ikan. Hasil.
Perempuan pekerja memiliki kekhawatiran dan ketakutan ketika menjalankan peran maternitasnya (hamil, melahirkan dan
menyusui), yang menghalangi terbentuknya rasa aman ketika bekerja. Sedikit atau kurangnya rasa aman yang dirasakan
perempuan pekerja bersumber dari tiga tema besar, yakni tuntutan fisik dalam bekerja, kurang kondusifnya lingkungan kerja
dan ketidakpastian hubungan kerja. Kesimpulan. Rasa aman ternyata tidak mudah didapatkan oleh perempuan pekerja saat
menjalankan peran maternitasnya. Rasa aman bagi perempuan pekerja tidak hanya ditentukan oleh jaminan atas fisik/tubuh
semata, namun juga dari tingkat kepastian atau ketidakpastian dalam relasi pekerjaan.
Kata Kunci: Rasa aman, perempuan, pekerja, maternitas

Analisis Teori Perkembangan Remaja terhadap Bela Negara di Indonesia


Firda Nur Isnaini (firdanurisnaini@gmail.com) ; Fajri Hassan (fajrihassan2@gmail.com) ; Susanto (susantokemhan@gmail.com)
Universitas Pertahanan

Kasus kenakalan remaja di Indonesia saat ini menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan dan merupakan salah satu
permasalahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Kasus-kasus tersebut mulai dari kasus perkelahian remaja seperti
tawuran antar pelajar, sampai dengan kasus narkoba dan pembegalan yang dilakukan oleh remaja. Untuk mengurangi kasus
kenakalan remaja, perlu adanya upaya baik dari keluarga, sekolah, mau pun pemerintah. Bentuk upaya tersebut dapat dilakukan
melalui bela negara yang dikhususkan pada tahap perkembangan remaja. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis teori
perkembangan remaja terhadap bela negara di Indonesia dalam mengurangi kasus kenakalan remaja. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini berupa studi literatur, dimana peneliti menganalisis literatur-literatur yang relevan dalam menganalisis
permasalahan kenakalan remaja dan kaitannya terhadap bela negara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya
penanaman kesadaran bela negara pada tahap perkembangan remaja.
Kata Kunci: Bela Negara, Teori Perkembangan Remaja
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSIKOLOGI SOSIAL, LINTAS BUDAYA DAN TERAPAN SOSIAL
JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.30 - 17.30 WIB - RUANG MARIBAYA

Makna Sosial Pernikahan antar Kerabat di Kultur Madura


Nur Halimah (nurh0355@gmail.com) ;Suryanto (Suryanto@psikologi.unair.ac.id) ;Andik Matulessy (andikmatulessy@untag-
sby.ac.id)
Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis makna sosial pernikahan antar kerabat di kultur Madura. Perkawinan kerabat
merupakan kebiasaan yang lazim terjadi di kebanyakan masyarakat Madura. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam(in depth interview) padasubjek
penelitian pasangan suami istri yang melakukan pernikahan antar kerabat dan orang tua yang terlibat dalam pernikahan
tersebut.Analisis data menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kebiasaan ini diawali oleh nenek
dan kakek moyang mereka yang dalam istilah bahasa Madura adalah Juju’ dan Enju’. Makna sosial dilakukannya pernikahan
antar kerabat antara lain 1. Dapat menjaga keturunan keluarga.2.Dapat mempererat hubungan antar keluarga. 3. Bagi keluarga
yang ekonominya cukup mampu dapat menjaga kekayaaan keluarga. Saran dari penelitian ini bahwa pernikahan antar kerabat
bukanlah solusi untuk menjaga dan mempererat keluarga melainkan dapat juga juga dengan menjaga komunikasi antar keluarga
sehingga pernikahan antar kerabat tidak harus dilakukan.
Kata Kunci :Makna sosial, Pernikahan antar kerabat,kultur Madura

Pengaruh Sikap Bahasa terhadap Identitas Etnik Sunda pada Mahasiswa


Agus Abdul Rahman (agus.abdulrahman@uinsgd.ac.id), Ainul Fitriyani, Muhammad Fitra Fauzan, Mutian Nurlina, Shofa Mutiara
Arafah, Tiara Rizkia Riafinola, Nur’aini Azizah
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Indonesia memiliki beragam budaya dan bahasa, salah satunya adalah bahasa yang digunakan suku Sunda yang merupakan
kelompok etnik dengan jumlah terbesar kedua di Indonesia. Seiring perkembangan zaman dan budaya lain yang masuk ke dalam
kehidupan masyarakat, penggunaan bahasa Sunda sudah mulai jarang digunakan. Hal ini menjadi tantangan bagi orang Sunda
untuk dapat tetap menjaga identitas etniknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap bahasa terhadap
identitas etnik pada mahasiswa Sunda dengan metode kuantitatif komparatif. Alat ukur yang digunakan adalah MEIM (Multiple
Ethnic Identity Measurement) dan sikap bahasa. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 200 mahasiswa dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sikap bahasa terhadap identitas etnik
pada mahasiswa sebesar 2.31.
Kata Kunci: sikap bahasa, identitas etnik

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Dukungan Sosial dengan Kebermaknaan Hidup Ramaja di Panti Asuhan Al Jam’iyatul
Washliyah
Zuraida (zuraidazura1988@gmail.com) ; Mirawati
Program Studi Psikologi Universitas Potensi Utama

Individu yang tinggal di panti asuhan akan dihadapkan pada segala dinamika dan problema kehidupan yang dijalaninya seperti
merasakan hilangnya makna hidup. Kegagalan dalam memahami makna hidup akan menimbulkan rasa frustrasi dan kehampaan,
diikuti dengan kemunculan emosi-emosi negatif. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu untuk melihat adakah hubungan
kecerdasan emosional dan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup remaja. Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan metode skala. Subjek penelitian ini berjumlah 58 orang.
Analisis data penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Fregresi = 7,853 dimana p =
0,000 < 0,05, ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan dukungan sosial dengan
kebermaknaan hidup remaja dengan nilai kontribusi sebesar R2 = 0,365 atau 36,5%, nilai kontribusi variabel kecerdasan
emosional terhadap kebermaknaan hidup sebesar R2 = 0,287 atau 28,7% dan nilai kontribusi variabel dukungan sosial terhadap
kebermaknaan hidup sebesar 0,246 atau 24,6%. Berdasarkan penelitian ini, bahwa remaja di panti asuhan Al-Jamiyatul
Washliyah memiliki kecerdasan emosional, dukungan sosial dan kebermaknaan hidup yang cenderung rendah. Peneliti
menyarankan untuk memberikan pelatihan kecerdasan emosional dan dukungan sosial di panti asuhan untuk meningkatkan
kebermaknaan hidup mereka.
Kata Kunci: Dukungan Sosial, Kecerdasan Emosional dan Kebermaknaan Hidup
Hubungan antara Pengungkapan Diri melalui Media Sosial melalui Media Sosial Whatsapp dengan Komunikasi pada Siswa
Semester Empat SMA Negeri 1 Salatiga
Sabrina Sella Devi (sabrinnasella97@gmail.com) ; Siswati (siswatipsi@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pengungkapan diri melalui media sosial melalui
media sosial dengan komunikasi interpersonal pada remaja. Subjek dari penelitian ini adalah siswa semester empat di SMA
Negeri 1 Salatiga. Populasi berjumlah 284 siswa dengan sampel penelitian sebanyak 161 siswa. Teknik pengambilan data pada
penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala komunikasi
interpersonal (27 aitem valid, α = .853) dan skala pengungkapan diri melalui media sosial melalui media sosial WhatsApp (31
aitem valid, α = .895). Hasil analisis data menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi rxy = .483
dengan p = .000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan positif antara
pengungkapan diri melalui media sosial melalui media sosial WhatsApp dengan komunikasi interpersonal siswa semester empat
SMA Negeri 1 Salatiga dengan sumbangan efektif sebesar 23,4% sedangkan 76,6% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diungkap dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Pengungkapan diri melalui media sosial, Media Sosial, WhatsApp, Remaja

Kehidupan Sang Pendosa: Dinamika Religious Struggles Individu Homoseksual


Muhammad Abdul Fikri (muhabdulfikri@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Agama merupakan sumber coping yang memiliki banyak manfaat untuk manusia baik dari sisi emosional, sosial, maupun
perilaku. Akan tetapi, dalam kehidupan beragama terdapat tantangan relijius yang disebut religious struggles. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dinamika religious struggles dari individu homoseksual. Penelitian ini
menggunakan pendekatan fenomenologis untuk menggali makna religious struggles dari setiap partisipan. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap tiga partisipan dan significant others. Setelah data terkumpul, data dianalisis
dengan menggunakan teknik Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu
homoseksual berusaha menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama, berusaha mengatasi perasaan khawatir dan takutnya
terhadap ajaran agama, mengatasi konfrontasi dengan orang lain, serta dalam mengartikan kembali makna agama dalam
hidupnya. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa religious struggles tidak hanya membawa pengaruh negatif pada partisipan,
namun juga pengaruh positif.
Kata Kunci: fenomenologi, homoseksual, religious struggles

The Role of Expected Happiness and Thinking Styles on Choosing an Option


Asteria D. Kumalasari1,2(asteria.devy@unpad.ac.id) ; Johan Karremans2 ; Ap Dijksterhuis2
1
Faculty of Psychology Universitas Padjadjaran, 2Behavioural Science InstituteRadboud University Nijmegen

Kebanyakan orang ingin menjadi bahagia. Untuk itu, mereka akan memilih hal yang mereka yakini akan membuat mereka
bahagia. Namun, ketika memilih secara deliberatif, orang menganalisa banyak atribut dari pilihan yang ada, sehingga mungkin
memilih berdasarkan atribut lain selain kebahagiaan, misalnya berdasarkan apa yang lebih menguntungkan. Sementara, ketika
memilih secara intuitif, orang mengandalkan petunjuk singkat (heuristics) seperti “hal yang membuat saya bahagia” untuk
memilih secara efektif dan cepat. Sebuah studi online dua tahap dilakukan terhadap 140 orang Amerika dan Inggris untuk
menguji hipotesis bahwa hubungan antara pilihan yang diyakini membuat bahagia and pilihan yang dibuat akan lebih kuat jika
orang memilih secara intuitive daripada deliberatif. Analisis model multilevel menggunakan R package lme4 mengungkapkan
bahwa semakin seseorang yakin bahwa suatu pilihan membuatnya bahagia, semakin kuat kecenderungannya memilih pilihan
tersebut. Namun, kekuatan hubungan ini tidak berbeda secara signifikan pada kondisi intuitif maupun deliberatif. Dapat
disimpulkan bahwa orang cenderung memilih hal yang membuat mereka bahagia terlepas dari gaya berpikir yang mereka
gunakan.
Kata Kunci: happiness, deliberative thinking,intuitive thinking,choice
Pengaruh Kecemasan Sosial Terhadap Ketergantungan Pada Media Sosial Di Kalangan Mahasiswa Uin Sunan Gunung Djati
Bandung
Fatih Azka (fatihazka90@yahoo.co.id)
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 105 Bandung

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kecemasan sosial terhadap ketergantungan pada media sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi prediktif. Instrumen berupa skala kecemasan sosial
(92 item) yang mengacu pada aspek-aspek kecemasan sosial dari La Greca dan Lopez, serta skala ketergantungan pada media
sosial (30 item) menurut Griffiths. Dengan subjek sebanyak 342 orang mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang dipilih
secara random sampling. Berdasarkan hasil pengolahan data maka diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh
kecemasan sosial terhadap ketergantungan pada media sosial di kalangan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Variabel Kecemasan sosial memiliki pengaruh terhadap ketergantungan pada media sosial dengan koefisien determinasi sebesar
7,2%. Mayoritas mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung mempunyai kecemasan sosial dan ketergantungan pada media
sosial dalam kategori sedang dengan hasil sebanyak 74,6% dan 79.2%.
Kata Kunci: Kecemasan Sosial, Ketergantungan pada Media Sosial, Mahasiswa

Kesejahteraan Subjektif pada Pemulung: Tinjauan Sosiodemografi


Sarah Hafiza (sarahhafiza96@gmail.com) ; Marty Mawarpury
Program Studi Psikologi Fakultas KedokteranUniversitas Syiah Kuala

Kesejahteraan subjektif merupakan penilaian negatif ataupun positif terhadap pengalaman yang dialami individu pada seluruh
aspek kehidupan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan subjektif pada pemulung berdasarkan
sosiodemografi. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode rancangan survei dan dengan teknik sampling insidental,
sampel dalam penelitian melibatkan 87 pemulung terdiri dari laki-laki dan perempuan, berusia 17-55 tahun, dan berdomisili di
Banda Aceh. Kesejahteraan subjektif diukur menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative
Experience (SPANE). Analisis menggunakan statistik deskriptif dan Chi Square Test for Independent. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan subjektif pemulung pada kelompok sosiodemografi (jenis
kelamin p=0,761, usia p=0,702, pendidikan p=0,057, status pernikahan p=0,574, lama bekerja p=0,656, dan penghasilan
p=0,639). Namun, secara umum, subjek penelitian dominan berada pada tingkat kesejahteraan subjektif tinggi.
Kata Kunci: Kesejahteraan Subjektif, Pemulung, Banda Aceh

Bertahan dalam Keterbatasan;Adaptasi dan resiliensi Masyarakat Pulau Kawaluso


Musdalifah Dachrud1(musdalifahdachrud@iain-manado.ac.id); Sunandar Macpal2(sunandarmacpal@gmail.com)
1
Lecturer Psychology at Postgraduate IAIN Manado, 2Lecturer Antrophology at Ushuluddin And Dakwah IAIN Sultan Amai
Gorontalo

Kawaluso merupakan salah satu pulau perbatasan Indonesia-Filipina yang terletak di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sesuai
dengan namanya sebagai wilayah perbatasan, daerah ini sangat terbatas dalam akses transportasi, pendidikan dan ketersediaan
air bersih. Di tengah berbagai keterbatasan itu, masyarakat Kawaluso tetap menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Tujuan dari
artikel ini adalah mengetahui bagaimana cara dan alasan masyarakat Pulau Kawaluso tetap bertahan di tengah keterbatasan
yang ada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara secara
mendalam bersama informan kunci. Temuan dari penelitian ini adalah proses adaptasi dan resiliensi masyarakat Kawaluso
sangat banyak dipengaruhi dari the power of believe (kekuatan keyakinan) bahwa mereka mampu bertahan hidup di pulau kecil.
Kata Kunci: Pulau Kecil di Perbatasan, Pengetahuan lokal, Adaptasi dan Resiliensi, Keyakinan
Hubungan Perspektif Waktu dengan Intensi Membuang Sampah pada Tempatnya pada Warga DKI Jakarta Timur
Irna Christina ; Linda (linda@bundamulia.ac.id)
Universitas Bunda Mulia

Laporan keluhan warga Jakarta melalui aplikasi pemerintah menunjukkan masalah sampah menduduki peringkat kedua dengan
laporan terbanyak. Dampak masalah sampah ini adalah rusaknya ekosistem, penyakit, dan banjir. Titik banjir terparah di Jakarta
adalah daerah Jakarta Timur. Pemerintah telah melakukan berbagai pencegahan banjir, namun kesadaran warga untuk
membuang sampah pada tempatnya masih rendah. Dalam hal ini ingin diketahui hubungan perspektif waktu dengan intensi
membuang sampah pada tempatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional.
Sampel merupakan warga DKI Jakarta Timur yang terdiri dari 50 orang pada tahap uji coba dan 350 orang pada tahap field. Hasil
uji korelasi Pearson menggunakan program SPSS 17 menunjukkan bahwa pada klasifikasi present hedonistic dan future terdapat
hubungan yang signifikan dengan intensi membuang sampah pada tempatnya. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan
masyarakat dapat mencari informasi maupun mengikuti psikoedukasi mengenai cara mengelola sampah. Pemerintah juga dapat
mengadakan psikoedukasi mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Kata Kunci: Perspektif waktu, intensi, banjir, Jakarta Timur

Self Esteem dan Dimensi Kekuatan Pribadi dalam Pertumbuhan Pasca Trauma Warga Penyintas Bencana di Indonesia
Hesti Farida Al Bastari (hesti.farida@ui.ac.id) ; Benediktus Bayu Jiwoadi ; Renita Intan Cahyani
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Penelitian ini mencoba mengkaji hubungan antara self esteem dan dimensi kekuatan pribadi pada pertumbuhan pasca trauma
(post traumatic growth) warga penyintas bencana di Indonesia. Penelitian dilakukan melalui survey kepada 201 orang
responden dari lima daerah, dengan jumlah data yang diolah sebanyak 164 responden. Penelitian menggunakan alat ukur Skala
TPTB yang dikembangkan oleh peneliti, dkk berdasarkan teori Post Traumatic Growth dari Tedeschi dan Calhoun (2004). Data
yang didapatkan dari alat ukur dikorelasikan dengan Skala Self Esteem Rosenberg (Azwar, 1999). Data dari 94,5% responden
dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Chi Square untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil menunjukkan
hubungan yang signifikan (p<0,05) dengan taraf signifikansi 95%, dalam arti terdapat hubungan antara skor self esteem dengan
dimensi kekuatan pribadi pada pertumbuhan pasca trauma warga penyintas bencana. Peneliti menemukan bahwa self esteem
berkorelasi positif dengan dimensi kekuatan pribadi. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada penelitian
selanjutnya terkait self esteem dan post traumatic growth.
Kata Kunci: Post Traumatic Growth, Self Esteem,Disaster Survivors,Personal Strength

Intervensi Psikologi Islam di Indonesia


Fuad Nashori1(fuadnashori@yahoo.com); Rachmy2(rachmy.diana@yahoo.com)
1
Universitas Islam Indonesia, 2Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

This writing aims to map the trend of Islamic psychology intervention in Indonesia. The result of analysis showed several facts.
Basically, intervention of Islamic psychology are divided into two categories of intervention, they are original Islamic psychology
intervention and integrative Islamic psychology intervention. Original Islamic psychology intervention consists of original Islamic
psychology intervention that is based on worship and Islamic psychology intervention that is based on moral (akhlaq). Dhikr
therapy intervention, prayer (shalat) therapy intervention, Quranic therapy intervention, and du’a therapy intervention include
to the category of original Islamic intervention based on worship. Patience therapy, thankfulness therapy, repent therapy are
part of category of original Islamic psychology intervention based on moral. Meanwhile integrative Islamic psychology
intervention covers general integrative Islamic psychology intervention, Islamic psychology intervention based on worship, and
Islamic psychology intervention based on moral. General integrative Islamic psychology intervention covers cognitive
intervention of religious or Islamic behaviour, cognitive intervention of Islamic spiritual, coping therapy of Islamic religious, and
Islamic counselling intervention. Integrative psychology intervention based on worship consists of relaxation therapy of dhikr
and relaxation therapy of Quran. Integrative Islamic psychology intervention based on moral covers cognitive intervention of
thankfulness behaviour, cognitive intervention of gratitude, and forgiveness therapy.
Keywords: intervensi psikologi islam,intervensi psikologi Islam orisinal,intervensi psikologi Islam integratif
Pengaruh Kepribadian dan Kontrol Diri terhadap Aggressive Driving
Irma Damayanti; Rini Nurahaju; Lutfi Arya(lutfi.arya@hangtuah.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah

Aggressive driving merupakan perilaku mengemudi yang dapat mengganggu keamanan publik dan beresiko terhadap
pengemudi lain karena dilakukan secara sengaja, dimotivasi oleh ketidaksabaran, kekesalan, permusuhan, dan atau upaya
untuk menghemat waktu yang melibatkan berbagai perilaku berbeda termasuk perilaku membuntuti, mengklakson, melakukan
gerakan kasar, mengedipkan lampu jauh di suasana lalu lintas tenang, dan lain-lain. Aggressive driving dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah faktor internal yaitu kepribadian dan kontrol diri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya: (1) Pengaruh kepribadian terhadap aggressive driving pada remaja di SMA
Barunawati Surabaya, (2) Pengaruh kontrol diri terhadap aggressive driving pada remaja di SMA Barunawati Surabaya, dan (3)
Pengaruh kepribadian dan kontrol diri secara bersama-sama terhadap aggressive driving pada remaja di SMA Barunawati
Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survey serta menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda. Pengumpulan data menggunakan skala aggressive driving sebanyak 60 aitem, skala kepribadian
sebanyak 59 aitem, dan skala kontrol diri sebanyak 55 aitem. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 182 siswa SMA
Barunawati Surabaya yang mengendarai sepeda motor ke sekolah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan
proportionate stratified random sampling. Hipotesis minor pertama diterima dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan
sumbangsih 13,3%. Hipotesis minor kedua diterima dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan sumbangsih 14,4%. Hipotesis
mayor diterima dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan sumbangsih 18,1%. Hal tersebut membuktikan bahwa kepribadian
dan kontrol diri mampu mempengaruhi aggressive driving remaja di SMA Barunawati Surabaya.
Kata Kunci : remaja, kepribadian, kontrol diri, aggressive driving

Pola Adaptasi Mantan Narapidana di Masyarakat


Ahmad Mubashir (basir.indraco@gmail.com) ; Suryanto (suryanto@psikolog.unair.ac.id) ; Niken Titi P (nikenpratitis@untag-
sby.ac.id
Program Magister Sains Psikologi Universitas 17 Agustus 1945

Narapidana oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau pembuat kerusuhan yang selalu meresahkan masyarakat
sehingga masyarakat melakukan penolakan dan mewaspadainya. Tujuan dalam penelitian ini adalah Mengatahui bagaimana
pandangan masyarakat terhadap seorang mantan narapidana, dan Mengetahui bagaimana mantan napi beradaptasi dengan
keluarga dan masyarakat. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, Teknik pengumpulan data yang di
gunakan menggunakan metode wawancara mendalam dengan karateristik seorang mantan narapidana kasus pencurian dan
narkoba, analisi data menggunakan analisis tematik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa subjek tersebut mampu beradaptasi
dengan keluarga dan masyarakat, saran bagi pemerintah khususnya lembaga pemasyarakatan yang mengambil kebijakan
kepada narapidana, bisa memberikan pelatihan baik berupa usaha atau skill untuk kerja yang lebih banyak, agar setelah keluar
dari penjara mereka bisa mengurangi dampak dari kembalinya kejahatan yang di lakukan karena mampu beradaptasi dengan
baik dengan usaha dan kerja.
Kata kunci : Adaptasi, Mantan narapidana, Masyarakat

Monitoring Orangtua dalam Penggunaan Ponsel oleh Anak


Jusuf Tahjo Purnomo(jusuf267@gmail.com); Dewi Arum(dewiarumbk@gmail.com)
Program Doktor Ilmu Psikologi UGM

Di Indonesia, orangtua memberikan akses besar penggunaan ponsel oleh anak, namun hanya sedikit penelitian mengeksplorasi
fenomena ini. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi motivasi pemberian ponsel oleh orangtua dan pola monitoring orangtua
dalam penggunaan ponsel oleh anak. Subjek penelitian: 25 partisipan, berusia 30-45 tahun, memiliki anak usia 5-12 tahun, untuk
ikut serta dalam wawancara. Triangulasi data wawancara dari ayah, ibu, dan anak dilakukan. Analisis data tematik dilakukan
untuk mengidentifikasikan motivasi dan pola monitoring orangtua dari penggunaan ponsel oleh anak. Tema yang muncul dalam
motivasi orang tua adalah tujuan untuk komunikasi, memonitoring kondisi anak, mengatasi kebosanan anak pada kondisi
tertentu. Penggunaan ponsel oleh anak diyakini memberikan rasa tenang orang tua karena setiap saat bisa mengetahui kondisi
anak saat orangtua tidak bersama anak. Tema pola monitoring penggunaan ponsel dalam bentuk supervisi dan kontrol, yaitu
pembatasan waktu, konten penggunaan ponsel, pelacakan sejarah pencarian, pembatasan akses internet, menjalin komunikasi
yang terbuka, pengetahuan aplikasi yang digunakan anak.
Kata Kunci : monitoring, penggunaan ponsel, orangtua, anak

Pengaruh Locus of Control terhadap Conflict Resolution Style pada Masyarakat Sunda di Bandung
Agus Abdul Rahman (agus.abdulrahman@uinsgd.ac.id), Annisa Rufaida Saftarina, Hanny Nuraeni, Ririn Nursolihah, Rexsa Agam
Pratama, Sita Royana Harahap, Ulfaria Kirana, Nur’aini Azizah
Fakultas Psikologi, UIN Sunan Gunung Djati

Setiap budaya memiliki gayanya masing-masing dalam menangani konflik yang muncul baik di dalam ataupun di luar
kelompoknya. Begitupun juga orang Sunda yang cenderung tidak suka menonjolkan diri dan mengambil jalan tengah atau
kurang mengambil resiko dalam menangani setiap konfliknya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh locus of control yakni sejauh mana
individu percaya bahwa mereka dapat mengontrol peristiwa yang mempengaruhi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh Locus of Control terhadap Conflict Resolution Style pada masyarakat suku Sunda di Bandung. Subjek yang
terlibat dalam penelitian ini berjumlah 210 orang Sunda dengan menggunakan teknik stratified random sampling yang terbagi
menjadi remaja, dewasa dan orangtua. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan instrument
penelitian menggunakan Rotter’s Locus of Control Scale dan Thomas-Kilman Conflict Resolution Style. Hasil uji chi-square
sebesar .022 dengan p value < .05 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Locus of Control terhadap Conflict Resolution Style
pada masyarakat suku Sunda di Bandung.
Kata kunci: locus of control, gaya resolusi konflik, orang Sunda
PRESENTASI ORAL - TOPIK PSIKOLOGI SOSIAL, LINTAS BUDAYA DAN TERAPAN SOSIAL
SABTU, 8 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 10.30 - 17.30 WIB - RUANG MARIBAYA

Hubungan Antara Subjective Well-Being, Attachment Style Dengan Kecemasan Sosial Pada Remaja
Istiqomah(istiq.ask@gmail.com)
Universitas Mercu Buana Jakarta

Sebagai mahluk sosial, individu harus berkomunikasi satu dengan yang lain. Namun komunikasi tersebut terkadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Kadang remaja mengalami kesulitan untuk berkomunikasi secara interaktif dengan lingkungan
sosialnya. Kesulitan ini bisa terjadi karena beberapa faktor diantaranya tingkat subjective well-being, attachment style dan
kecemasan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara subjective well-being, attachment style dan
kecemasan sosial. Penelitian dilakukan pada 306 siswa SMPN 10 Tangerang . Dari analisis data disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara preoccupied attachment style dengan kecemasan sosial serta tingkat subjective well-being
dengan kecemasan sosial.
Kata Kunci : subjective well-being, attachment style, kecemasan sosial

Strategi Mengatasi Tindakan Bullying di Kalangan Siswa SLTA X


Dini Sudjiyanti (diniyanti0502@gmail.com) ; Suryanto (suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; Amanda Pasca Rini
(amanda.pasca@gmail.com)
Prodi Magister Sains PsikologiUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Bullying berasal dari kata bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain yang umumnya lebih lemah. Tindakan ini dapat menyebabkan gangguan psikis bagi para korbannya, baik
berupa stress, susah makan, sakit fisik, ketakutan, depresi, dan lainnya. Mengingat hal yang tidak diinginkan tersebut peneliti
tertarik lebih jauh untuk mengupas mengenai strategi dalam mengatasi tindakan bullying di SLTA X. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan strategi perilaku bullying yang dialami para korban bulliying. Sedangkan tujuan
khusus dari penelitian ini adalah a). Mendapatkan gambaran tentang perbuatan bullying terhadap korban, b). Reaksi psikologis
korban ketika mendapatkan tindakan bullying yang dialami, dan c). Upaya yang dilakukan korban dalam menghindari terjadinya
tindakan bullying. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Pengumpulan data dengan cara
wawancara. Subjek penelitian adalah siswa sekolah menengah X yang mendapat perlakuan bullying dari teman satu kelasnya.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis constant comparison. Hasil penelitian yang didapatkan sebagaimana
berikut: a). Bullying yang terjadi di SLTA X bisa terjadi karena adanya penyebab dasar yakni adanya teman sekelas yang sulit
untuk menjalin hubungan sosial atau pertemanan, pemalu, keterbatasan fisik sehingga menimbulkan teman sekelas yang
merasa lebih kuat untuk melakukan tindakan bullying, b). Reaksi psikologis korban bullying cukup bervariasi diantaranya
munculnya perasaan takut untuk sekolah, luka fisik, stress, prestasi belajar menururn, dan lain sebagainya, dan c). Strategi yang
didapatkan dalam menanggulangi tindakan bullying terutama yang dialami oleh korban bullying yakni meningkatkan
kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa atau guru atau orang tua yang berada
didekatnya, meningkatkan hubungan sosial dengan teman sekelas, memonitoring korban bullying untuk bisa melaporkan atau
meminta pertolongan atas tindakan bullying yang ia alami, untuk instansi seyogyanya untuk memberikan peringatan atau
hukuman bagi para pelaku bullying, dan berikan pembinaan tentang larangan atau dampak buruk yang berkaitan dengan
bullying. Implikasi dari penelitian ini diharapkan bisa sebagai acuan agar tidak terjadinya tindakan bullying.
Kata kunci: Strategi mengatasi tindakan bullying
Gambaran Disonansi Kognitif pada Wanita Pecandu Pornografi
Rendy Alfiannoor Achmad (Rendyalfiannoor@gmail.com) ; Ayunia Firdayati
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Pornografi seakan menjadi gaya hidup remaja dan pemuda pada masa sekarang ini. Berdasarkan survei Google Trends Indonesia
termasuk peringkat 10 besar dunia yang mengkonsumsi materi pornografi untuk jenis kata kunci yang yang berhubungan
dengan seks, dan rata-rata 20% dari semua kategori dilakukan oleh remaja usia pelajar. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang bagaimana disonansi kognitif yang dialami oleh wanita pecandu pornografi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi dan
wawancara terhadap subjek penelitian yang merupakan seorang wanita yang telah terpapar pornografi semenjak duduk
dibangku sekolah dasar. Hasil penelitian pun memaparkan bahwa sumber terjadinya disonansi kognitif subjek adalah karena
adanya ketidaksesuaian antara keyakinan subjek serta penilain dari lingkungan baru terhadap kebiasaan subjek yang sering
menonton video pornografi. Disonansi kognitif yang dialami oleh wanita yang kecanduan pornografi adalah berupa munculnya
perasaan gelisah, perasaan bersalah, berdosa, perasaan takut dinilai ‘menjijikkan’, dan juga merasa perilakunya hanyalah
membuang-buang waktu.
Kata Kunci : Disonansi kognitif, pecandu pornografi.

International Survey of Children’s Well-Being in Indonesia


Ihsana Sabriani Borualogo(ihsana.sabriani@yahoo.com); Ali Mubarak; Fanni Putri Diantina ; Andhita Nurul Khasanah ; Erlang
Gumilang ; Miki Amrilya Wardati ; Isniati Permataputri
Faculty of Psychology Universitas Islam Bandung

Children’s Worlds, the International Survey of Children’s Well-Being (ISCWeB), adalah penelitian internasional mengenai
kehidupan anak-anak dan kesejahteraan mereka dari sudut pandang mereka pribadi. Penelitian ini berada pada gelombang tiga
pengumpulan data yang diikuti oleh 43 negara. Indonesia telah bergabung dalam survey ini sejak tahun 2015 dalam kerangka
kerjasama antara Universitas Islam Bandung, UNICEF, BAPPENAS, dan BPS. Artikel ini dibuat dengan dua tujuan, yaitu (a)
menjelaskan kerja dari ISCWeB, dan (b) menjelaskan proses survey di Jawa Barat. Data dikumpulkan di 267 sekolah di 27
Kota/Kabupaten di Jawa Barat pada Oktober 2017. Sampling strategi yang digunakan adalah stratified cluster random sampling.
Terdapat 22.616 partisipan dari tiga kelompok usia, yaitu kelompok usia 8 tahun (7432 partisipan), kelompok usia 10 tahun
(7276 partisipan), dan kelompok usia 12 tahun (7908 partisipan). Subjective well-being dari anak-anak pada survey ini, diukur
untuk mendapatkan data mengenai tingkat kebahagiaan, tingkat kepuasan hidup, dan afek positif mereka.
Kata Kunci : kesejahteraan anak, kebahagiaan anak, kepuasan hidup anak, Jawa Barat, Indonesia

The Influence Parenting Style And Peer Conformity On Adolecent’s Religious Tolerance Generation Z
Vika Nurul Mufidah (vikanurulm@gmail.com); Nur Wahidin ; Thobib Al-Asyhar
Islamic Studies and Psychology, School of Strategic and Global Studies, University of Indonesia.

Indonesia is a pluralistic country with diversity, one of them in religion. therefore, there is a need for religion to create harmony
in society. The rapid advancement of information technology makes the generation of teenagers in the use of social media
increasingly increasing. Generation Z as energy that is often used with social media in need because it provides intolerant
messages on social media.Parents are one of the most important socialization agents to create the character of the first child in
adolescence. Life span is a transitional period in which children are physically, emotionally and socially. Because of this, proper
care is needed in the form of teenage characters. not only parents, other factors that influence teenagers as conformity. When
individual adolescents will be more widespread with the environment outside the family. More peers because peers are able to
provide feedback that behaviors are raised by teenagers in groups, so they can do something similar to what they do.This study
aims to see more time and time for children and their friends. This study uses quantitative methods with structural equation
analysis (SEM) techniques. Participants in this study were Muslim teenagers (aged 15-22 years) 300 years who were active in
organizations in DKI Jakarta. Data collection method uses a scale method with a research instrument in the form of a Likert
scale, namely the scale of peer conformity, parenting style and religious power scale.Researchers assume that the results of the
input from each questionnaire that is tested there is an influence between parenting styles and peer conformity on religious
speed.
Keywords: Religious Tolerance, Adolecent’s, Z Generation, Parenting Style, Peer Conformity
Peranan Kebahagiaan terhadap Perilaku Prososial pada Anggota PKK Desa Sungai Kitano
Neka Erlyani (n.erlyani@ulm.ac.id)
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Minimnya kontribusi nyata anggota PKK di desa sungai Kitano untuk kegiatan sosial dan lingkungan di Desa tersebut menjadi
permasalahan yang saat ini sedang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kebahagiaan terhadap perilaku
prososial pada anggota PKK Desa Sungai Kitano. Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada peranan kebahagiaan terhadap perilaku
prososial pada anggota PKK Desa Sungai Kitano. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif, dengan pemilihan
sampel teknik purposive. Subjek sebanyak 30 orang merupakan anggota PKK desa kitano yang merupakan penduduk asli
setempat. Metode pengumpulan data menggunakan skala kebahagiaan dan skala perilaku pro sosial. Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan hasil bahwa kebahagiaan memiliki peranan terhadap perilaku prososial sebesar 35,5% artinya ada peranan
kebahagiaan terhadap perilaku prososial anggota PKK desa Kitano. Hasil penelitian ini memberikan informasi bagi anggota PKK
Kitano bahwa kebahagiaan anggota ketika berada dalam kelompok maupun kebahagiaan personal perlu diperhatikan agar
berdampak positif pada perilaku prososial mereka dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh PKK.
Kata Kunci : kebahagiaan, perilaku prososial

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Ibu Rumah Tangga (IRT) sebagai Orang dengan HIV AIDS (ODHA)
Nofrans Eka Saputra (nofransekasaputra@unja.ac.id) ; Yun Nina Ekawati (yunninaekawati@yahoo.com)
Program Studi Psikologi Universitas Jambi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi Ibu Rumah Tangga (IRT) sebagai ODHA.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cros sectional. Populasi penelitian ini adalah 379 orang. Sampel
berjumlah 80 orang ODHA IRT. Teknik pengambilan sampling yaitu incidental sampling. Alat pengumpulan data yaitu skala
konsep diri, skala penerimaan diri, skala keyakinan diridan skala resiliensi. Analisis yang digunakan yaitu analisis
regresi.Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsep diri, penerimaan diri, keyakinan diri dengan resiliensi
dengan nilai koefisien regresi (R) sebesar 0.531 dengan p<0.000. Besaran sumbangan efektif secara bersama adalah 28.2 %. Ada
pengaruh keyakinan diri dengan resiliensi yang sangat signifikan dengan koefisien uji t sebesar 3.480, dengan p
<0.000.Keyakinan diri menjadi faktor psikologis yang paling berpengaruh terhadap resiliensi ODHA IRT. Saran bagi institusi
pelayanan kesehatan maupun stakeholder untuk tetap memberikan group konseling, serta melakukan berbagai alternatif
kegiatan untuk menfasilitasi kemampuan ODHA IRT menjadi lebih positif.
Kata Kunci : Ibu Rumah Tangga, Resiliensi, ODHA

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Online Infidelity pada Istri yang Berselingkuh
Mindy Maghfira (mindymaghfira@gmail.com)
Prodi Psikologi Fakultas PsikologiUniversitas Islam Bandung,

Kegiatan berkomunikasi pada masa kini dapat ditunjang dengan berbagai teknologi yang telah berkembang pesat.Teknologi
tersebut diantaranya adalah internet. Dengan kemajuan teknologi, perselingkuhan terjadi tidak hanya secara langsung, namun
juga dapat melalui media internet atau biasa disebut online infidelity. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh faktor-faktor
yang berkontribusi dalam memprediksi intensi online infidelity pada istri yang berselingkuh. Metode yang digunakan adalah
studi kausal dengan teknik analisis regresi berganda. Subjek penelitian berjumlah 54 orang. Alat ukur disusun peneliti
berdasarkan konsep Theory of Planned Behavior yang dikemukakan Ajzen (1988). Hasil menunjukkan bahwa kontribusi antara
ATB, SN dan PBC secara bersama-sama terhadap intensi melakukan online infidelity adalah sebesar 85,3%. Nilai PBC dan ATB
menunjukkan signifikan dalam memprediksi intensi, sedangkan SN tidak signifikan untuk memprediksi intensi. Faktor yang paling
berkontribusi terhadap intensi melakukan online infidelity adalah PBC. Hal ini berarti, kuatnya keyakinan istri untuk dapat
mengendalikan faktor yang menghambat perilaku untuk melakukan online infidelity.
Kata kunci : Online Infidelity, Intensi, Istri yang Berselingkuh
Meski Bersuku-suku, tetapi Saya Indonesia: Validasi dan Reliabilitas Skala Dual Identity
Muhammad Abdan Shadiqi (m.abdan_shadiqi@yahoo.co.id) ; Wildan Rusdaul Ulum, Mirra Noor Milla
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Dual identity memiliki asumsi bahwa identitas subordinat kelompok (misal: identitas etnis, suku) dan identitas superordinat
kelompok (misal: identitas nasional) dapat teraktivasi secara simultan. Banyak studi menggunakan konsep ini untuk menjelaskan
konteks inter(intra)group. Penggunaan konsep ini membutuhkan pengukuran yang robust (kuat) secara metodologi, terutama
ketika digunakan di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengadaptasi dan mengevaluasi skala dual identity. Kami menguji alat
ukur ini pada 338 partisipan, diuji menggunakan confirmatory factor analysis. Kami menemukan skala dual identity memiliki
model yang fit (RMSEA= 0,07; CFI= 0,99; NFI= 0,99; GFI= 0,99), memiliki nilai loading factor dari 0,60-0,80 dan reliabilitas
komposit (CR) sebesar 0,80. Alat ukur ini berkorelasi signifikan dengan skala identitas etnis dan nasional. Kami menyimpulkan
bahwa skala ini merupakan skala yang valid dapat mengukur secara akurat dan reliabel dual identity di Indonesia.
Kata Kunci: dual identity, measurement, confirmatory factor analysis

Interaksi Parasosial Wanita Dewasa Muda Penggemar Drama Korea


Bernadeta M. S. Putri(bernadetameidy@gmail.com); Danny Irawan Yatim(dannyyatim@gmail.com)
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Drama korea sebagai paparan media yang sedang berkembang juga memberikan pengalaman interaksi parasosial kepada para
penggemar yang secara aktif mencari dan melibatkan diri pada paparan drama Korea. Setelah pemaparan media untuk pertama
kali, proses interaksi parasosial terbagi terbagi menjadi subproses kognitif, afektif dan perilaku yang menghasilkan imagined
interaction. Pemaparan drama Korea juga dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada kehidupan penggemarnya.
Walau demikian, bagaimana interaksi parasosial ini terjadi pada penggemar drama Korea belum banyak diketahui. Wawancara
dan penulisan jurnal partisipan dilakukan untuk menggambarkan interaksi parasosial yang terjadi pada wanita dewasa muda
penggemar drama Korea. Wanita dewasa muda menggunakan tokoh media sebagai model dalam transisi kehidupan mereka,
begitu juga dengan karakter dalam drama Korea. Empat wanita dewasa muda dalam penelitian ini menggunakan drama Korea
sebagai sarana untuk bersosialisasi, pembelajaran hubungan romantis dan pandangan karir masa depan. Analisa tematik
digunakan untuk menemukan tema pada interaksi parasosial penggemar drama Korea yaitu fungsi drama Korea dalam
kehidupan penggemar, binge watching sebagai proses interaksi parasosial yang berulang dan imajinasi sebagai pengalaman
romantis. Penelitian ini melihat bahwa subproses kognitif memiliki porsi yang besar dalam jalannya interaksi parasosial. Drama
Korea sebagai produk media sendiri juga perlu untuk diketahui lebih lanjut mengenai dampaknya pada budaya di Indonesia.
Kata Kunci: imagined interaction, interaksi parasosial, media, penggemar, wanita dewasa muda

Dinamika Psikologis Penerimaan Diri pada Pasien Paska Stroke dengan Gejala Sisa
Alif Rodhiana (alifrodhiana@gmail.com) ; Suryanto (suryanto@psikologi.unair.ac.id) ; Tatik Meiyuntariningsih
(tatikmeiyun@untag-sby.ac.id)
Program Studi Magister Sains PsikologiUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Tujuan penelitian untuk menganalisis kondisi serta dinamika psikologis pada pasien paska stroke dengan gejala sisa. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi dan
wawancara mendalam ( In depth Interview ) dengan karakteristik subjek pasien stroke dengan gejala sisa. Analisis data dengan
menggunakan analisis tematik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi dinamika psikologis subjek menolak dengan
keadaanya, penolakan terhadap dirinya dalam bentuk perasaan malu dan stress, namun dengan adanya dukungan keluarga
subjek bisa menerima diri. Hasil dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam menjelaskan dinamika
psikologis penerimaan diri pada pasien paska stroke dengan gejala sisa. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa proses untuk
menerima kenyataan kondisi paska stroke dengan cara a. mengikuti aturan medis b. menerima saran dan dukungan dari
keluarga melalui pendampingan.
Kata Kunci : Penerimaan diri, Pasien paska stroke
Kepuasan Perkawinan Pasangan Suami Isteri: Ditinjau dari Mindful dan Gaya Komunikasi
Hally Weliangan (hallyweliangan@yahoo.com, hally@staff.gunadarma.co.id)
Universitas Gunadarma

Kepuasan perkawinan adalah kondisi yang perlu diupayakan oleh pasangan suami isteri. Setiap pasangan menikah ingin
kehidupan perkawinannya bahagia, yang dapat diasumsikan bahwa terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikologis. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh mindful dan gaya gaya komunikasi asertif terhadap kepuasan perkawinan pasangan suami
isteri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel penelitian berjumlah 218 pasangan suami isteri dengan
usia perkawinan 10-30 tahun. Uji hipotesis yang dilakukan dengan uji regresi, menunjukan hasil bahwa mindful dan gaya
komunikasi asertif berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan pasangan suami isteri.Uji regresi mindful dan gaya komunikasi
menunjukkan bahwa mindful berpengaruh terhadap gaya komunikasi pasangan suami isteri. Implikasi dari hasil penelitian ini,
bahwa mindful dan gaya komunikasi merupakan faktor penting untuk meningkatkan kepuasan perkawinan. Hasil penelitian
dapat menjadi acuan untuk konseling pasangan pranikah dan konseling pernikahan atau perkawinan.
Kata Kunci: Kepuasan Perkawinan, Mindful, Gaya Komunikasi

Kehidupan PerempuanPenyintas Kekerasan dalam Rumah Tangga PascaTerminasi Layanan di Pusat Pelayanan Terpadu
Perlindungan Perempuan dan Anak (Studi Deskriptif)
Haiyun Nisa1(haiyunnisa@unsyiah.ac.id); Amrina Habibi2(amrinahabibi@yahoo.com); Abdullah Abdul
3
Muthaleb (na_tinta@yahoo.com)
1
Program Studi Psikologi Universitas Syiah Kuala, 2,3Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Prov.
Aceh

Perempuan penyintas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang mengakses layanan di P2TP2A Kabupaten/Kota di
lingkungan Provinsi Aceh mendapatkan pelayanan yang holistik untuk penanganan kasus yang dialaminya. Layanan
menyeluruh yang diberikan mampu membantu sebagian penyintas menyelesaikan masalahnya hingga selesai dan mengalami
proses terminasi (pemutusan layanan), namun tidak sedikit pula penyintas yang tidak lagi melanjutkan akses layanan sehingga
juga mengalami proses terminasi. Pasca terminasi, berbagai dinamika kehidupan dialami oleh penyintas terkait dengan peristiwa
kekerasan yang dialaminya. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, sehingga bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kehidupan para perempuan penyintas KDRT pada tatanan individu, keluarga dan sosial pasca terminasi layanan di P2TP2A.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode narratif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
observasi dan wawancara. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 50 orang perempuan penyintas KDRT yang pernah
mengakses layanan di P2TP2A pasca terminasi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagian penyintas cukup
mampu memandang dirinya dengan lebih positif, memiliki motivasi untuk mengalami perubahan yang positif dalam hidupnya,
terdapatnya penguatan psikososial dari keluarga dan lingkungan. Namun, sebagian penyintas lainnya tetap bertahan dalam
siklus KDRT yang dialaminya, walaupun merasakan ketidaknyamanan. Temuan baru yang didapatkan dalam proses penelitian ini
adalah penyintas yang menjadi pelapor dan pelopor dalam penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Kata Kunci : Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak, penyintas, terminasi

Keinginan Masyarakat Aceh terhadap Pelaksanaan Syari’at Islam (Studi Deskriptif)


Makbull Rizki, Wahyuni, Nurbaiti, Haiyun Nisa (haiyunnisa@unsyiah.ac.id)
Program Studi Psikologi Universitas Syiah Kuala

Pelaksanaan syari’at Islam di Aceh menimbulkan berbagai macam tanggapan dan respon dari masyarakat, baik lokal, nasional
bahkan internasional. Respon dan tanggapan yang muncul dari masyarakat diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi
pengambil kebijakan agar pelaksanaan syari’at Islam dapat dilaksanakan secara kaffah, khususnya masyarakat di Aceh yang
mengamati dan mengalami secara langsung penerapan syari’at Islam. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
dengan metode survey yang disebarkan secara online. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 90 orang yang berdomisili di
Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat mengharapkan proses pelaksanaan syari’at Islam dapat dilakukan sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku, perlu dilakukannya monitoring dan evaluasi secara berkala sehingga penerapannya dapat
berjalan dengan maksimal. Keinginan masyarakat lainnya adalah agar para pelanggar syari’at Islam mendapatkan rehabilitasi
psikologi dan pembinaan sehingga tidak akan lagi mengulangi perbuatannya. Pendidikan sejak dini dalam keluarga juga menjadi
fokus keinginan dari masyarakat agar dapat menurunkan angka pelanggar syari’at Islam.
Kata Kunci : keinginan, masyarakat Aceh, syar’iat Islam
Proses Kognitif dalam Legitimasi Teror: Keyakinan Fatalistik Memoderasi Efek Need for Closure terhadap Dukungan Terorisme
Joevarian Hudiyana(joevarian@ui.ac.id); Mirra (mirranoor@ui.ac.id); Hamdi (hamdim@ui.ac.id)
FakultasPsikologi Universitas Indonesia

Riset sebelumnya telah membuktikan bahwa semakin tinggi dorongan mencapai kepastian kognitif (need for closure atau NFC),
maka semakin orang tidak rentan bersikap radikal. Akan tetapi, masih diperlukan eksplorasi mengenai kapan atau dalam konteks
apa NFC memprediksi sikap radikal. Studi kali ini menguji efek moderasi keyakinan fatalistik (bahwa nasib sulit diubah) dalam
asosiasi NFC dan dukungan terhadap teror. Kami berhipotesis bahwa semakin lemah keyakinan fatalistik, maka justru efek NFC
terhadap dukungan teror semakin kuat. 563 sampel berpartisipasi dalam survei ini (Perempuan = 59.9%, M usia = 28.4). Uji efek
interaksi menunjukkan bahwa NFC berinteraksi dengan keyakinan fatalistik, dengan arah sesuai hipotesis. Dengan demikian,
keyakinan bahwa nasib bisa diubah punya peranan khusus dalam menciptakan legitimasi teror.
Kata Kunci: Need for closure, keyakinan fatalistik, dukungan terorisme, radikalisme

Tranformasi dari Pendekatan Dekriptif ke Prediktif dalam Psikologi : Menggagas Penerapan Predictive Analytics melalui
Machine Learning dalam Ilmu Psikologi
Heru Wiryanto(h.wiryanto@bdo.co.id)
bdo Indonesia

Selama ini Psikologi telah sukses dalam menjelaskan hubungan atau suatu kausalitas suatu fenomena perilaku melalui
pendekatan eksperimental cak, moderasi variabel dari yang sederhana hingga melalui model perilaku yang kompleks, tetapi
masih jarang didapati model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi perilaku yang terjadi di masa depan dengan akurasi
yang mumpuni atau signifikan. Kami mengusulkan untuk menerapkan prinsip dan teknik dari bidang data science melalui
penerapan “Machine Learning” untuk dapat membantu ilmu psikologi menjadi lebih dapat berfungsi sebagai “ilmu yang
prediktif”.Kami telah mempelajari dengan seksama beberapa konsep dasar, metode dan teknik machine learning ini dan
menunjukkan contoh-contoh yang aplikatif di mana konsep-konsep machine learning dan data science ini telah dapat
digunakan untuk melakukan hal yang sangat menarik dalam penelitian psikologi dan membuktikan pentingnya untuk
memfokuskan pada menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersifat prediktif. Kami menyarankan untuk fokus pada
prediksi, daripada memberikan penjelasan (eskplanatif) seperti pada penelitian-penelitian selama ini dilaksanakan, yang tentu
pada akhirnya dengan menerapkan pendekatan prediktif melalui data science ini dapat membawa kita ke yang tingkat
pemahaman yang lebih tinggi tentang perilaku yakni prediksi dan preskriptif.
Kata Kunci: Psikologi, Machine Learning, Data Science,Computing Psychology, Predictive Analytics, People Analytics

Ketangguhan Menghadapi Bencana: Berawal dari Diri, Menemukan Makna dalam Komunitas
Nicolas Indra Nurpatria(indra.nurpatria@atmajaya.ac.id)
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta

Ketangguhan masyarakat (community resilience) dalam menghadapi bencana adalah salah satu isi Kerangka Kerja Sendai 2015-
2030. RPJMN 2015-2019 dan RKP 2018 menyatakan bahwa ketangguhan masyarakat menjadi target capaian penting dalam
pembangunan. Konsep ketangguhan digunakan oleh berbagai bidang ilmu, bahkan sejumlah penelitian sudah melampaui batas
individual dan beranjak pada ketangguhan di tingkat komunitas.Penelitian ini adalah kajian literatur dengan jenis integrative
review. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep ketangguhan memiliki sejumlah perspektif: infrastruktur, lingkungan dan
sosial. Ketangguhan sosial terbagi menjadi empat tingkatan berdasarkan unit sosial di masyarakat: individu, keluarga/kelompok,
organisasi/institusi dan komunitas/masyarakat. Sejumlah literatur membedakan konsep ketangguhan masyarakat sebagai
ability, process, development of resources, sense of ability of the community dan a set of capacities, skills and knowledge
Kata Kunci: ketangguhan masyarakat, bencana alam, integrative review
Intervention Mapping sebagai Kerangka Asesmen Komunitas untuk Pemetaan Masalah dan Perubahan
Anita Novianty (anita.novianty@ukrida.ac.id), Lina Cuwandayani, Octaviani
Fakultas PsikologiUniversitas Kristen Krida Wacana

Intervention mapping adalah sebuah kerangka untuk menentukan langkah-langkah dalam perencanaan, implementasi dan
evaluasi program komunitas berbasis teori dan bukti empiris di lapangan. Tujuan studi ini adalah memaparkan kerangka
intervention mapping sebagai panduan dalam asesmen komunitas. Partisipan terdiri dari pengelola dan anak-anak di salah satu
RPTRA di kawasan Jakarta Barat. Langkah-langkah asesmen menggunakan kerangka Intervention Mapping dalam bagian
asesmen kebutuhan yang terdiri dari membangun kelompok perencanaan, menggambarkan populasi dan konteks, memilih
metode dan sumber data, menggambarkan masalah dari penyebab perilaku dan lingkungan, serta menggambarkan kapasitas
dan kekuatan komunitas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipatoris dan wawancara. Hasil dari
studi ini menyajikan peta masalah (logic model of problem) merupakan uraian dari faktor perilaku dan faktor lingkungan dari
sebuah isu/masalah yang ditemukan, serta peta perubahan (logic model of change) menguraikan faktor perilaku dan faktor
lingkungan beserta faktor penentunya untuk meningkatkan luaran yang ingin dicapai.
Kata Kunci: asesemen, intervention mapping, komunitas

Manage Emotions: Expressive Writing Therapy on Women Living With HIV/AIDS


Maulida Edlin Pratiwi(edlinlida@gmail.com) ; Lia Atsniyah (liaatsniyah.la@gmail.com) ; Cetryn Tatiana (cetryn313@gmail.com) ;
Erni Agustina Setiowati (erniagustina@unissula.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh expressive writing therapy terhadap emotion-focused coping. Desain
penelitian ini menggunakan metode campuran, desain eksperimen dan studi eksploratif.. Subjek dalam penelitian ini dari empat
orang wanita dengan positif HIV/AIDS di semarang, berusia 21-43 tahun, telah terinveksi selama 9 bulan hingga 5 tahun. Latar
belakang pendidikan subjek ialah, SD, SMP, D3, dan S1. Kegiatan mereka adalah pelajar, pendamping ODHA, pekerja pabrik, dan
guru.Pre-test dan post-test dalam penelitian ini menggunakan skala emotion-focused coping. Data dalam penelitian ini berupa
data kuantitatif dan kualitatif. Intervensi expressive writing therapy sebagai self help therapy, yaitu dengan subjek menulis pada
diari selama 3-4 minggu dalam 10 sesi. Diari disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek emotion-focused coping. Hasil pre-
test menunjukkan satu subjek dalam kategori tinggi dan tiga subjek dalam kategori sedang. Kemudian, hasil post-test satu subjek
dalam kategori tinggi, dua subjek dalam kategori sedang, dan satu orang dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil analisis
kualitatif subjek menunjukkan ada ungkapan yang tidak dapat disampaikan secara lisan dapat dituliskan dalam catatan harian
sehingga subjek mengaku lega setelah menuliskannya dan subjek tidak malu harus mengekspresikan secara lisan (kemauan
untuk membuka diri meningkat). Hasil menunjukkan bahwa subjek mampu mengevaluasi diri, mengekspresikan dan mengelola
emosi mereka, dan mengarahkan mereka menjadi lebih baik.
Kata Kunci: expressive writing therapy, emotion-focused coping, wanita dengan HIV/AIDS
PRESENTASI POSTER
JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.00 - 18.10 WIB - RUANG TERRACE PREANGER

Budaya Literasi Remaja pada Masyarakat Banjar


Imadduddin (imadduddin@uin-antasari.ac.id)
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat budaya literasi remaja pada masyarakat Banjar. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriftif kuantitatif. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada
lembaga atau institusi pendidikan yang ada masyarakat Banjar untuk mengetahui tingkat bacaan, kapasitas menulis, dan minat
untuk berdiskusi dari remaja Banjar sehingga dapat menjadi acuan untuk memperbaiki hal-hal yang kurang baik dan
meningkatkan hal-hal-hal yang sudah baik. Subjek penelitian ini adalah remaja berusia 15-24 tahun, bersuku Banjar, dan jumlah
remaja yang menjadi subjek adalah sebesar 500 orang. Penelitian ini masih dalam proses pengambilan data, dan hasil sementara
menunjukkan bahwa tingkat literasi membaca, menulis dan berdiskusi pada remaja Banjar sangat rendah dibandingkan dengan
budaya oral atau berbicara langsung. Kegiatan literasi hanya digunakan untuk kegiatan akademik saja seperti mencari bahan
perkuliahan dan penyelesaian tugas akademik. Faktor lingkungan yang diduga kurang mendukung dalam menumbuhkan budaya
literasi pada remaja Banjar adalah masih dominannya remaja Banjar yang lebih suka berbincang-bincang, bermain gadget, game
online, browsing. Rendahnya budaya literasi ini di duga tidak bisa dilepaskan dari dampak era globalisasi dan juga masih
kurangnya kesadaran individu sebagai insan yang harus terus menerus belajar tanpa harus diperintahkan oleh orang lain (orang
tua, guru atau dosen)
Kata Kunci: Budaya Literasi, Remaja, Banjar

Affect and Task Performance: the Effect of Anger and Happiness on Reaction Times during a Lexical Decision Task
Anggita Sari (anggitasaridewi@gmail.com)
Leiden Univesity

Affect can influence performance at work. To our knowledge, most of the research done in this respect has been cross sectional.
Assessment of task performance has focused mainly on self-report, but this might not capture affect entirely. Therefore, using
an experimental design we examined the role of affect in task performance by using a Lexical Decision Task (LDT) as an implicit
measure. Fifty-four students were randomly assigned to a anger or a happy recall condition, to induce negative or positive
affect, after which they performed the LDT. Contrary to the hypothesis, we found that participants in the anger recall condition
performed better on the LDT; they had faster reaction times in the LDT. Possible explanations and implications in an
organizational context are discussed.
Keywords: affect, task performance,implicit process,lexical decision task,organization

Derajat Subjective Well-Being pada PNS yang akan Pensiun di Badan Pengusahaan Batam
Yoga Hardianto1 (yoga hardianto84@yahoo.com) Citra Perdana2(citraperdana240594@gmail.com)
1
Universitas Jenderal Achmad Yani, 2Universitas Kristen Maranatha

Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Derajat Subjective Well-Being pada PNS yang akan Pensiun di Badan
Pengusahaan Batam. Masa pensiun seringkali dianggap situasi yang tidak menyenangkan, namun ada juga karyawan yang
menganggap masa pensiun adalah masa yang produktif. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran Subjective Well-
Being pada PNS yang akan pensiun di Badan Pengusahaan Batam. Responden PNS berjumlah 35 orang. Desain penelitian yang
digunakan deskriptif dengan menggunakan metode kuantitatif. Memiliki dua alat ukur dari Diener,1993 yaitu Satisfaction With
Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Hasil penelitian mengatakan sebagian besar PNS yang
akan pensiun di Badan Pengusahaan Batam memiliki Subjective Well-Being yang tergolong rendah, yaitu sebesar 60,0%,
sedangkan 40% PNS lainnya memiliki Subjective Well-Being yang tergolong tinggi. Badan Pengusahaan Batam diharapkan dapat
memberikan konseling serta sosialisasi kepada PNS yang akan pensiun agar mampu memaknai hidup dengan perasaan yang
positif. Serta meneliti lebih lanjut tentang kontribusi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat Subjective Well-Being dan
komponen-komponennya.
Kata kunci: Subjective Well-Being, PNS yang akan pensiun, Makna Hidup.
Pelatihan Resiliensi untuk Meningkatkan Keterikatan Kerja
Kuncoro Dewi Rahmawati1(kuncorodewirahmawati@gmail.com); Adi Wijaya2 (adiwijayaassociates@gmail.com)
1
Fakultas PsikologiUniversitas Ciputra, 2Fakultas PsikologiUniversitas Kristen Satya Wacana

Dewasa ini banyak pegawai yang cenderung kurang memiliki keterikatan kerja yang mengakibatkan turunnya kinerja dan
memberi efek negatif bagi perusahaan. Tak terkecuali pada Coffee Shop X, dimana pegawainya memiliki nilai keterikatan kerja
yang rendah, sehingga membuat kinerja perusahaan dalam memberikan pelayanan yang prima mengalami penurunan. Guna
mengatasinya, dilakukan upaya pembekalan teknik resiliensi yang diharapkan dapat meningkatkan keterikatan kerja pegawai.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pelatihan resiliensi bagi seluruh pegawai Coffee Shop X. Untuk mengukur
perubahan sikap, digunakan skala adaptasi Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli & Bakker, 2004), yang kemudian diuji
dengan uji beda menggunakan SPSS. Hasil pelatihan menunjukan terjadi peningkatan setelah dilakukan evaluasi attitude dan
knowledge.
Pada level pengetahuan, hanya 9,5% peserta tidak menunjukkan penambahan pengetahuan mengenai resiliensi. Sedangkan
pada level sikap, diperoleh kesimpulan bahwa 86% peserta mengalami peningkatan perilaku keterikatan kerja. Skor Paired T-
Test berada pada Sig. 0.000 < 0.05 (2-tailed) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterikatan kerja yang signifikan antara
sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Jadi, dapat dikatakan bahwa pelatihan resiliensi dapat memberikan pengaruh pada
keterikatan kerja pegawai Coffee Shop X.
Kata Kunci: Resiliensi, Keterikatan Kerja

Descriptive Study of Psychological Capital on Emergency Nurses in Duty at Dustira Hospital


Nurul Mauliddinia (mauliddinia@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran

Salah satu rumah sakit yang telah terakreditasi di Jawa Barat adalah RS Dustira. Instalasi Gawat Darurat di RS Dustira memiliki
banyak tantangan, terutama dalam pelayanan perawat terhadap pasien. Namun, mereka tetap dapat memberikan pelayanan
yang baik. Penelitian ini melibatkan 30 perawat pelaksana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran psychological
capital (PsyCap) yang dimiliki oleh perawat pelaksana Instalasi Gaawat Darurat RS Dustira Cimahi. Metode penelitian ini
menggunakan deksriptif kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari Psychological Capital Questionnaire
oleh Luthans (2006). Hasil menunjukkan 93.33% partisipan memiliki PsyCap tinggi. PsyCap memiliki peran terhadap performa
pelayanan yang baik yang ditampilkan oleh partisipan. PsyCap pada partisipan digambarkan melalui PsyCap-optimism yang
paling tinggi, kemudian PsyCap-hope, PsyCap-resiliency, dan PsyCap-efficacy. Setiap komponen memiliki kontribusi terhadap
PsyCap; PsyCap-hope (28.5%), PsyCap-optimism (28.3%), PsyCap-resiliency (24.5%), dan PsyCap-efficacy (18.7%). Partisipan
disarankan untuk dapat mempertahankan PsyCap yang dimiliki supaya dapat terus bekerja secara optimal.
Kata Kunci: PsyCap, EmergencyNurses

Dampak Kenyamanan Visual Ruang Kerja Terhadap Prestasi Kerja


Marini Farid1 (rini.cheche@gmail.com) ; Ary Dwi Jatmiko2(arydeejee@widyakartika.ac.id)
1
Universitas Muhammadyah Surabaya,2Universitas Widya Kartika Surabaya

Kehidupan sebagai karyawan merupakan kehidupan yang penuh tantangan dan perubahan. Hal yang dapat membuat kehidupan
itu penuh warna, salah satunya adalah dengan meningkatkan prestasi kerja. Prestasi kerja merupakan prestasi yang dicapai oleh
seseorang melalui perilaku kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Pekerjaan yang cepat selesai dan tepat waktu dengan hasil
yang memuaskan adalah merupakan suatu prestasi kerja karyawan yang baik. Banyak faktor yang kiranya dapat mempengaruhi
timbulnya prestasi dalam bekerja, salah satunya adalah faktor kenyamanan visual, kenyamanan ini meliputi pencahayaan alami,
kekuatan pencahayaan, tingkat kesilauan dan penglihatan ke luar ruang. Ini merupakan kajian teori yang diharapkan dapat
diteruskan menjadi sebuah penelitian yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu kinerja. Rekomendasi prestasi kerja
yang baik dipilih berdasarkan prosentase kinerjanya yang lebih tinggi dan distribusi pencahayaan dalam ruangan.
Kata Kunci: prestasi kerja, kenyamanan visual
Hubungan Workplace Well-Being dengan Work Engagement pada Karyawan Divisi Air Limbah di PDAM Tirtawening Kota
Bandung
Zilan A. Permana (zilan.permana@gmail.com); Endah A. Pratiwi ; M. Zein Permana
Fakultas PsikologiUniversitas Jenderal Achmad Yani

Para karyawan dituntut untuk engaged agar performance kerja meningkat sehingga target perusahaan tercapai. Namun,
perusahaan seringkali kurang memberikan perhatian kepada karyawan. Penelitian ini berfokus untuk menguji hubungan
workplace well-being dengan work engagement pada karyawan divisi air limbah dan melihat seberapa besar kontribusinya.
Metode yang digunakan adalah metode korelasional, kuantitatif dan pendekatan deduktif. Teori yang digunakan yaitu
Workplace Well-Being (Page, 2005) dan Work Engagement (Schaufeli et al, 2002). Subjek penelitian ini berjumlah 188 orang
karyawan. Pengumpulan data menggunakan teknik total sampling dengan alat ukur WWBI (Page, 2005) yang diadaptasi oleh
Moulisa dan Sjabadhyni (2013) dan UWES (Schaufeli & Baker, 2003). Analisa data menggunakan korelasi pearson dan linear
regression melalui program JASP 0.8.51. Hasilnya yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara workplace well-being
dengan work engagement pada karyawan. Artinya, semakin tinggi tingkat well-being karyawan divisi air limbah di tempat
kerjanya, semakin tinggi pula kecenderungan karyawan engaged dengan pekerjaannya. Selain itu, workplace well-being
berkontribusi tinggi terhadap work engagement. Adapun saran kepada organisasi untuk mengadakan sosialiasi mengenai
rencana strategis dan tujuan organisasi kepada seluruh karyawan agar karyawan memahami keadaan perusahaan saat ini dan
berupaya untuk mencapai target yang ditetapkan.
Kata Kunci: workplace well-being, work engagement

Perbedaan Self-Esteem pada Remaja Putra dan Remaja Putri Ditinjau Dari PenerapanSolution-Focused Brief Group Therapy
(SFBGT)
Margaret Khoman (margareth.kho@gmail.com) ; Agustina
Universitas Tarumanagara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self-esteem pada remaja putra dan remaja putri yang tinggal di panti
asuhan ditinjau dari penerapan SFBGT. Penelitian Gandaputra (Arlinkasari, 2009) menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di
panti asuhan memiliki self-esteem rendah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self-esteem
berdasarkan jenis kelamin (Kamila, 2013). Diperlukan suatu intervensi untuk membantu meningkatkan self-esteem pada remaja
panti asuhan sehingga mereka bisa berkembang dan menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat kelak. SFBGT merupakan
intervensi psikologi yang menekankan pada group dynamic dan berfokus kepada solusi dalam penanganannya. Analisa dalam
penelitian ini menggunakan independent sample t-test untuk mengetahui adanya perbedaan self-esteem remaja putra dan putri
berdasarkan penerapan SFBGT. Nilai T tes dalam penelitian ini adalah 2.224. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan self-esteem tidak signifikan pada remaja putra dan remaja putri yang tinggal di panti asuhan ditinjau dari penerapan
SFBGT. Remaja putra dan putri sama-sama menunjukkan perubahan mengenai penilaian terhadap diri sendiri.
Kata Kunci: Panti Asuhan, Remaja, Self-Esteem, Solution-Focused Brief Group Therapy

Asosiasi Pola Komunikasi Orangtua dengan Masalah Perilaku Remaja di Jakarta


Rahmadianty Gazadinda1(rahmadiantygazadinda@gmail.com), Sherly Saragih Turnip2(sherly.saragih@gmail.com)
1
School of Psychology, University of Nottingham, 2Faculty of Psychology, Universitas Indonesia

Pendahuluan: Masalah perilaku umum pada remaja seringkali dikaitkan dengan pola komunikasi anak dan orangtua. Terdapat
dua pola komunikasi yang umum diterapkan dalam keluarga, yaitu conversation orientation (menekankan kehangatan dan
kebebasan berpendapat) dan conformity orientation (menekankan homogenitas sikap dan kontrol orangtua). Studi ini
mengeksplorasi perbedaan pola komunikasi orangtua terhadap masalah perilaku umum remaja di Jakarta. Metode: Sebanyak
662 partisipan berusia 15-20 tahun direkrut dari lima Sekolah Menengah Atas di Jakarta secara acak. Studi ini menggunakan
instrumen Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah perilaku remaja dan Revised Family
Communication Pattern (RFCP) untuk mengukur pola komunikasi orangtua.Hasil dan Bahasan: Hasil studi ini menunjukkan
remaja yang kedua orangtuanya menggunakan pola komunikasi conversation orientation cenderung tidak memiliki masalah
perilaku umum. Sementara itu, tidak terdapat perbedaan masalah perilaku pada anak yang ayah atau ibunya menggunakan pola
komunikasi conformation orientation. Kesimpulan: Pola komunikasi conversation orientation lebih efektif dalam mengurangi
masalah perilaku pada remaja.
Kata Kunci: masalah perilaku,remaja,pola komunikasi,keluarga,Jakarta
Pengambilan Keputusan Perempuan menjadi Relawan Pendidikan: Sebuah Life History
Afranisa1(afranisa.psy@gmail.com) ; Tina Afiatinb2
1
Master of Professional Psychology, Gadjah Mada University, 2Faculty of Psychology, Gadjah Mada University

Di tengah isu negative tentang globalisasi dan modernisasi, muncul kegiatan berbasis sosial yang melibatkan generasi muda
khususnya perempuan untuk berpartisipasi seperti Indonesia Mengajar dan SM3T Dikti. Ini memunculkan pertanyaan tentang
latar belakang kehidupan perempuan yang berpengaruh pada keputusan berpartisipasi sebagai relawan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan life history. Data berasal dari wawancara, observasi dan
dokumentasi. Data dianalisa dengan koding dan diinterpretasi. Subjek penelitian berasal dari perempuan yang ikut serta pada
Indonesia Mengajar dan SM3T Dikti. Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor internal dan eksternal yang mendorong
perempuan menjadi relawan pendidikan, salah satunya altruisme dan religiusitas. Faktor ini terbentuk dari pengalaman masa
kecil dan interaksi dengan lingkungan.
Kata Kunci: Wanita, Relawan, Sejarah Hidup, Pengambilan Keputusan

Gambaran Kasus Gangguan Cemas dan Depresi yang Ditangani PT Kasandra Persona Prawacana sejak Tahun 1999-2018
A. Kasandra Putranto (kasandraassociates@gmail.com)
PT Kasandra Persona Prawacana

Peningkatan prevalensi gangguan emosional berdampak pada menurunnya produktivitas (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus gangguan cemas dan depresi yang ditangani PT
Kasandra Persona Prawacana selama 20 tahun, sepanjang 1999 – 2018. Data penelitian diperoleh dari Psycord (sistem
pencatatan layanan psikologis), diagnosa gangguan cemas dan depresi diberikan oleh 4 psikolog yang praktik di PT Kasandra
Persona Prawacana. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa jumlah kasus cemas dan depresi mengalami peningkatan sejak
tahun 2002-2006, turun di tahun 2008, melonjak pada tahun 2009-2010, turun pada tahun 2011-2017, dan melonjak pada tahun
2018. Analisa selanjutnya mengenai usia klien dengan gangguan cemas dan depresi menunjukkan rata-rata usia yang semakin
muda dari tahun ke tahun, bahkan anak dan remaja usia sekolah juga mengalaminya. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
kesehatan mental masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Kata Kunci: Kesehatan mental; Cemas; Depresi; Usia; PT Kasandra Persona Prawacana

Hubungan antara Kesepian (Loneliness) dengan Kecenderungan Mengakses Cybersexual pada Remaja
Andi Mutiah Amalia(amaliamutiah@yahoo.co.id),Muhammad Kadafi (Muhammadkadafi0@gmail.com),Siti Aisyah Idlal
(aisyahidlal@yahoo.com)
Prodi Psikologi Universitas Hasanuddin

Masa remaja merupakan periode hidup yang rentan dari segi kondisi mental untuk mengalami depresi yang disebabkan oleh
kesepian (loneliness). Hal tersebut dikarenakan pada masa ini individu sedang mengalami masa peralihan antara masa kanak-
kanak menuju masa dewasa yang meliputi perubahan pada beberapa aspek. Kesepian (loneliness) merupakan perasaan kurang
tercapainya hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada. Remaja yang mengalami
loneliness cenderung mencari aktivitas lain untuk mengurangi rasa kesepian, salah satunya yaitu dengan cara mengakses
internet. Dari beberapa riset yang telah dilakukan, menunjukkan hasil bahwa remaja mengakses internet untuk tujuan seksual.
Hal tersebut berkaitan dengan matangnya kelenjar hipofisa yang memengaruhi organ reproduksi pada remaja, sehingga remaja
cenderung mengakses cybersexual. Pada tulisan ini penulis mengidentifikasi kecenderungan perilaku cybersexual sebagai
pengalihan dari rasa kesepian (loneliness) oleh remaja ketika mengakses internet. Pada tulisan ini penulis mengidentifikasi
hubungan kesepian dengan mengakses cybersexual pada remaja. Metode yang digunakan adalah studi pustaka.
Kata Kunci: Remaja, Kesepian, Cybersexual
Meningkatkan Komunikasi Efektif antar Generasi berdasarkan Nilai Menghargai, Toleransi dan Kepedulian
Karsiyati1(karsiyati@gmail.com) ; Soemiarti Patmonodewo2 ; Damona K. Poespawardaja2 ; Merry Esterina1
¹Program Studi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purworejo, ²Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

Komunikasi yang efektif merupakan dasar interaksi untuk menjalin hubungan yang harmonis. Pada kenyataannya, berbagai
hambatan dan gap menyebabkan sulit terjalinnya komunikasi yang efektif antar generasi. Penelitian intervensi ini dilakukan
untuk meningkatkan perilaku komunikasi efektif remaja dengan lansia (> 65 tahun) di lingkungannya. Partisipan adalah 22 siswa
‘Sekolah Master’ Depok yang berada pada rentang usia 10-13 tahun. Melalui baseline study diketahui bahwa salah satu faktor
yang berkorelasi positif dengan perilaku komunikasi efektif remaja dan lansia adalah pengetahuan berkomunikasi. Oleh karena
itu, dengan metode observational learning menggunakan tayangan video, peneliti memberikan pengetahuan melalui contoh
perilaku berkomunikasi (berdasarkan nilai menghormati, toleransi dan kepedulian) yang dinilai mampu mengakomodir gap dan
hambatan yang ada sehingga tercipta komunikasi yang efektif antar generasi. Evaluasi data kuantitaif melalui perbandingan pre-
test dan post-test dilakukan dengan teknik paired samples statistics dengan N= 22. Hasil uji statistik menunjukkan peningkatan
yang signifikan dengan nilai p= 0.024 yang berarti < 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi dengan meningkatkan
pengetahuan berkomunikasi dapat meningkatkan perilaku komunikasi efektif pada remaja 10-13 tahundi ‘Sekolah Master’
dengan lansia di lingkungannya.
Kata Kunci: komunikasi efektif, komunikasi antar generasi, menghargai, toleransi, kepedulian

Studi Kasus Gambaran Citra Tubuh pada Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas
M. Luthfi Fernando(m.luthfi.fernando-2016@psikologi.unair.ac.id)
Program Studi Psikologi Profesi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Citra tubuh adalah ide seseorang mengenai penampilannya dihadapan orang lain. Umumnya wanita memiliki perhatian lebih
dalam menjaga penampilanya. Obesitas adalah suatu masalah yang ditakuti wanita dan dapat berdampak pada masalah
psikologis dan kesehatan. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran citra tubuh pada wanita dewasa awal yang mengalami
obesitas. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif studikasus dengan purposive sampling pada satu
orang. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan tes informal. Hasil penelitian menunjukkan subjek
memiliki kebiasaan pola makan berlebihan dan kurang gerak tubuh sehingga memiliki dampak seperti gangguan psikososial: rasa
rendah dan menarik diri, gangguan kesehatan: mudah lelah/mengantuk dan kesulitan keseimbangan. Adapun citra tubuhnya
secara keseluruhan mengangggap fisik tidak menarik, kesulitan menyesuaikan diri, namun tidak melakukan usaha konsisten
mengevaluasi penampilan sehingga disarankan melakukan konsultasi kesehatan dan psikologis.
Kata Kunci : Citra tubuh, Wanita Obesitas

Resilience among Adolescents Earthquake Victims: ACase Study of Pidie Jaya, Aceh, Indonesia
Zaujatul Amna (amnazaujatul@unsyiah.ac.id)
Psychology Department of Syiah Kuala Univeristy, Fellowship of Pan Asia Risk Reduction at Manila Observatory

The aim of the study to seek the resilience’s among adolescent post-earthquake disaster in Pidie Jaya of Aceh, Indonesia that
occurred on December, 7, 2016. Adolescents’ resilience was assessed with CD-RISC 10 scale was developed by Cornor and
Davidson (2003). 65 adolescents (35 females and 30 males) with aged range 18-21 years who had experienced post-earthquake
disaster were selected as participants, some of the participants were randomized to conduct interviewed about their reactions,
their life afterward and their families. The findings showed that most of the participants (20-21 years) had moderate scores of
resilience (56.5%), 40% participants had the highest scores of resilience, and only 3.5% were in the low scores of resilience. The
study also found that a cultural factor has a strongly significant correlation with resilience on adolescent victims. According to
the adolescents, the experiences of post-earthquake disaster are different than others around them, and their subjective
interpretation of the event and its aftermath indicates their resilience. Recommendations for future study are discussed.
Keywords: Resilience, Adolescent, victims, Post-earthquake disaster
Studi Deskriptif Kesehatan Mental pada Remaja di Banda Aceh
Zaujatul Amna (amnazaujatul@unsyiah.ac.id), Firsta Faizah
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Kesehatan mental remaja mengakar pada terpenuhi atau terhambatnya tugas perkembangan masa remaja. Sebagian besar
gangguan mental pada remaja dimulai pada rentang usia 12-24 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran
perilaku kesehatan mental pada remaja SMA di Banda Aceh menggunakan skala Mental Health Inventory-38 (MHI-38).
Penelitian melibatkan 477 siswa SMU dengan rentang usia 16-18 Tahun. Hasil analisis desriptif menunjukkan bahwa sebesar
46,8 % berada pada tingkat kesehatan mental yang tinggi, 45% berada pada tingkat kesehatan mental rendah, serta 8.2% berada
pada tingkat kesehatan mental yang tidak dapat terkategorisasi antara tinggi dan rendah. Hasil penelitian juga memperlihatkan
hasil yang berbeda tentang gambaran kesehatan mental remaja apabila ditinjau dari sisi sosio-demografi penelitian.
Pengetahuan mengenai gambaran kesehatan mental pada diri remaja ini bermanfaat untuk merumuskan strategi yang tepat
untuk pengetasan masalah kesehatan mental bagi remaja di Banda Aceh.
Kata Kunci: Kesehatan Mental, Remaja, SMA, Banda Aceh

Juvenile Pornography-Addicted Subject with Under-Average Memory Performance Showed Smaller Prefrontal Cortex: A Case
Report
Sitti Evangeline Imelda Suaidy1#, Pukovisa Prawiroharjo2#, Hainah Ellydar1, Peter Pratama, Nya’ Zata Amani1, Diavitri Carissima1,
Rizki Edmi Edison3
1
Yayasan Kita dan Buah Hati, Bekasi, Indonesia, 2Neurology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto
Mangukusumo Hospital,3Neuroscience Center of Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia
# These authors contributed equally
Corresponding Author:Pukovisa Prawiroharjo (pukovisa@ui.ac.id)

Introduction: Brain development are still occurring in juveniles. During this time, external factors which stipulate harmful brain
connectivities, such as addiction, may result in non-optimal development of certain brain regions. Prefrontal cortex and
hippocampus are two brain regions which play important role in memory formation. Previous functional MRI studies on memory
impairment in subjects with addiction showed that prefrontal cortex had higher tendencies to be impaired compared to
hippocampus. This case study aimed to observe prefrontal and hippocampal volume relationship with poor memory
performance on juvenile pornography-addicted subjects.Case report: As part of previous study aimed to compare pornography
addicted and non-addicted subjects, we performed case study on a pornography addicted 13-years-old male subject with worst
memory performance in the addiction group, consisting of verbal memory (case subject vs mean of 14 other addicted subjects:
RAVLT A6 = 6 vs 12.1; A7 = 6 vs 12.5) and visuoconstruction memory (ROCFT recall = 8.5 vs 25.0). In the group, the subject had
smallest prefrontal cortex volume relative to estimated total intracranial volume (PFC-to-eTIV ratio: 9.36% vs 9.51%). On the
other hand, he had preserved ratio of hippocampus volume (hippocampus-to-eTIV ratio: 0.29% vs 0.27%).Conclusion: Poor
memory performance was potentially related to smaller prefrontal cortex with hippocampal sparing in a juvenile pornography-
addicted subject. Further studies are required to confirm this finding.
Keywords: Pornography, addiction, juvenile, memory, prefrontal cortex, case report.

Hubungan Self-Compassion dengan Depresi Remaja Akhir di Denpasar


Wilani NMA (ariwilani@unud.ac.id); Widiasavitri
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Berbagai data di lapangan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus depresi pada remaja akhir di Kota Denpasar. Depresi
pada remaja dapat disebabkan oleh kesalahan berpikir atau dikenal dengan distorsi kognitif. Distorsi kognitif diduga
berhubungan dengan self-compassion. Remaja yang memiliki self-compassion memengaruhi distorsi kognitif yang dialami.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan depresi pada remaja akhir di Kota Denpasar.
Penelitian ini merupakan penelitian tipe kuantitatif korelasional dengan respondennya adalah 152 remaja di Kota Denpasar
berusia 18-21 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah skala Beck Depression Inventory (BDI) dan skala self-compassion. Analisis
data menggunakan korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara depresi dengan self-compassion pada remaja akhir di Kota Denpasar. Nilai korelasi negatif
menunjukkan semakin tinggi self-compassion maka tingkat depresi semakin rendah, begitupun sebaliknya.
Kata Kunci: Depresi, self-compassion, remaja akhir
Efektivitas Konseling Kelompok untuk Menurunkan Simtom Depresi pada Remaja di SMA X Denpasar
Ni Made Ari Wilani (ariwilani@unud.ac.id); Luh Kadek Pande Ary Susilawati (pandeary@unud.ac.id)
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Remaja yang berisiko tinggi mengalami depresi perlu mendapatkan penanganan agar tidak berkembang menjadi gangguan.
Salah satu bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan konseling kelompok dengan pendekatan kognitif-perilaku.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling untuk menurunkan depresi pada remaja yang berisiko tinggi.
Tipe penelitian adalah kuasi eksperimen. Subyek penelitian berjumlah 16 orang yang berada pada rentang usia 15-17 tahun
dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Mann-Whitney test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor depresi yang signifikan antara kelompok kontrol (p=0.002).
Berdasarkan perhitungan gain score menunjukkan bahwa skor depresi pada kelompok eksperimen mengalami penurunan.
Perhitungan nilai effect size (r) = 0,787, menunjukkan bahwa efek perlakuan yang diberikan terhadap kelompok eksperimen
tergolong besar. Dapat disimpulkan bahwa program konseling kelompok dengan pendekatan kognitif-perilaku dapat
menurunkan depresi pada remaja yang berisiko tinggi.
Kata Kunci: konseling kelompok, depresi, remaja yang berisiko tinggi

Hubungan antara Religious Coping dengan Nyeri Saat Haid pada Remaja
Lailatul Musyafa’ah (rifel0609@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Nyeri saat haid merupakan situasi negatif yang dialami sebagian remaja. Remaja merasakan ketidaknyamanan, ketegangan dan
perubahan mood sehingga mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti proses belajar serta berdampak lebih besar
apabila dialami remaja yang sedang menjalani ujian. Remaja membutuhkan mekanisme penyelesaian masalah yang tepat.
Religious coping merupakan faktor yang berhubungan dengan nyeri saat haid. Nyeri saat haid yang dialami remaja dapat
berkurang atau mereda setelah penggunaan religious coping yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara religious coping dengan nyeri saat haid pada remaja. Pengumpulan data dilakukan menggunakan skala modifikasi yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya, Nyeri saat haid diukur dengan skala MPQ (McGill Pain Questionnaire) dari Melzack (1983)
sedangkan religious coping diukur dengan skala RCOPE dari Pargament (2000). Subjek penelitian adalah siswi SMA Babussalam
Pekanbaru yang berjumlah 77 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh koefisien reabilitas
skala nyeri saat haid 0.795 dengan nilai korelasi aitem total yaitu 0.264-0.594 sedangkan skala religious coping nilai koefisien
reabilitas 0.898 dengan nilai korelasi aitem total yaitu 0.270-0.643. Selain itu menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0.305
dengan probabilitas (p) 0.007 (P < 0,05) berarti terdapat hubungan antara religious coping dengan nyeri saat haid pada remaja.
Artinya religious coping berkaitan dengan nyeri saat haid. Selain itu hasil penelitian menunjukkan religious coping berkontribusi
dengan nyeri saat haid sebesar 9.3% dengan aspek mendapatkan kontrol mendapatkan presentase paling tinggi.
Kata Kunci: Religious coping, Nyeri saat Haid, Remaja.

Pemodelan Faktor Yang Memengaruhi Ketidakjujuran Akademik


Fayna Faradiena (ffaradiena@gmail.com) ; Yunita Faela Nisa (yunita.faela@uinjkt.ac.id) ; Jahja Umar (umarindo@me.com)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta

Ketidakjujuran akademik (menyontek, plagiasi) banyak terjadi di kalangan mahasiswa dan dosen. Penelitian ini menjelaskan
model terjadinya perilaku tersebut, dimana yang diteorikan memengaruhinya adalah sikap, prokrastinasi, orientasi tujuan,
pengaruh teman, dan penerapan kode etik. Yang diduga berpengaruh tidak langsung adalah jenis kelamin, usia, dan jenis
fakultas. Sampel penelitian adalah 355 mahasiswa UIN Jakarta. Dengan teknik analisis jalur, ditemukan bahwa yang secara
langsung mendorong ketidakjujuran akademik adalah pengaruh teman, diikuti oleh sikap, orientasi tujuan yang bersifat
performance, dan prokrastinasi. Rendahnya penerapan kode etik dapat meningkatkan sikap yang menjurus kepada
ketidakjujuran akademik, di mana fakultas kedokteran adalah paling tinggi dalam penerapannya. Prokrastinasi ternyata
merupakan mediator penting bagi sikap dan orientasi tujuan dalam memengaruhi ketidakjujuran. Mahasiswa yang berorientasi
mastery (penguasaan ilmu) umumnya menghindari prokrastinasi serta tak mudah dipengaruhi teman, sedangkan yang
berorientasi performance mudah terpengaruh teman dan cenderung prokrastinasi. Penelitian mendatang perlu menggali faktor
yang memengaruhi mastery learning untuk meningkatkan orientasi ini pada mahasiswa.
Kata Kunci : Ketidakjujuran akademik, pemodelan, analisis jalur.
Kawruh Pamomong, Pemikiran Ki Ageng Sutyomentaram yang terkait dengan Cara Mendidik Anak
Siti Waringah (waringah_psy@ugm.ac.id); Koentjoro (koentjoro@ugm.ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Kawruh pamomong merupakan salah satu pemikiran Ki Ageng Suryomentaram yang dijabarkan dalam Kawruh Jiwa
Suryomentaram yang membahas mengenai cara mendidik anak. Pemahaman mengenai kawruh pamomong tersebut
merupakan hasil dari studi pustaka yang penulis lakukan dalam penulisan disertasi. Hasilnya menunjukkan bahwa kawruh
pamomong merupakan pengetahuan mengenai cara mendidik anak yang bertujuan untuk membuat anak mencapai
keberhasilan dalam kehidupan. Adapun cara mendidiknya adalah dengan memberikan rasa cinta kasih pada anak. Pemberian
cinta kasih akan menjadikan anak tidak mudah salah paham dalam berhubungan orang lain. Kemampuan berelasi yang baik
tersebut akan memudahkan anak mencapai keberhasilan dalam kehidupannya.
Kata Kunci: kawruh pamomong, Kawruh Jiwa Suryomentaram, cara mendidik anak

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan pada Siswa SMA di Provinsi Jambi


Yun Nina Ekawati (yunninaekawati@yahoo.com) ; Jelpa Periantalo (jelp.8487@gmail.com); Nofrans EkaSaputra
(nofransekasaputra@unja.ac.id)
Prodi PsikologiUniversitas Jambi

PENDAHULUAN: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada siswa SMA di
Provinsi Jambi.METODE: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian
ini adalah siswa-i kelas X dan XI SMA di Provinsi Jambi dengan sampel berjumlah 400 orang. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah simple random sampling. Alat pengumpulan data yaitu skala kebahagiaan, skala kebersyukuran, skala
pemaafan, skala kebaikan hati. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi.HASIL: Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kebersyukuran, pemaafan, kebaikan hati dengan kebahagiaan. Kebersyukuran, pemaafan, kebaikan hati
memberikan sumbangan efektif sebesar 79 % terhadap kebahagiaan pada siswa SMA. Kebersyukuran memiliki memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap kebahagiaan, dengan koefisien uji t sebesar 5.109, dengan p<0.000.KESIMPULAN DAN
SARAN: Kebersyukuran menjadi faktor psikologis yang paling berpengaruh terhadap kebahagiaan siswa SMA di Provinsi Jambi.
Saran bagi pihak sekolah untuk lebih mengembangkan ekstrakulikuler yang berbentuk kegiatan keagamaan sebagai upaya
mempertahankan kebersyukuran yang dimiliki siswa SMA.
Kata Kunci : Kebahagiaan, Kebersyukuran, Pemaafan, Kebaikan Hati, Siswa

Pentingnya Peran Pendidik Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Usia Prasekolah Di Daycare
Astried Angelya (astridangelya@yahoo.com) ; Harini Indrawati
Magister Sains Psikologi Pendidikan, Fakultas Psikologi,Universitas Airlangga

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pentingnya peran pendidik dalam meningkatkan keterampilan sosial
pada anak usia prasekolah di daycare. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau literature studies. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari dua buku, empat jurnal, dan satu tesis magister. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini dicari
melalui google dengan menggunakan kata kunci peran pendidik di daycare. Hasil dari kajian ini adalah Peran pendidik menjadi
salah satu bagian utama dari lingkungan yang meningkatkan keterampilan sosial pada anak usia prasekolah di daycare.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial pada anak usia
prasekolah.
Kata Kunci: peran pendidik, keterampilan sosial, anak usia dini, daycare, pendidikan
Model Pembelajaran Experiential Learning dalam Upaya Pengembangan Potensi Anak
Wahyuni Christiany Martono (wahyuni@fkip.upr.ac.id)
FKIP PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembelajaran Experiential Learning di Homy School Palangka Raya
Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dari penelitian ini yaitu pendidik, anak dan kepala
sekolah. Metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis
data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran
Experiential Learning di Homy School Palangka Raya relevan dengan teori David Kolb. Homy School Palangka Raya menerapkan
keempat tahapan Experiential Learning, yaitu Tahapan pengalaman nyata, tahapan observasi refleksi, tahapan konseptualisasi,
dan tahapan implementasi. Proses evaluasi pembelajaran yang dilakukan di Homy School Palangka Raya tidak melalui ujian
tertulis seperti sekolah pada umumnya namun melalui observasi mendalam yang dilakukan tutor berkolaborasi dengan orang
tua untuk setiap aspek perkembangan anak yang terangkum dalam Learning Journal individual setiap anak. Output dari
pembelajaran Experiential Learning anak menjadi lebih aktif, kritis, mandiri, kreatif dan bertanggungjawab.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Experiential Learning, Homy School Palangka Raya

Character Strength On Volunteers Children with Special Needs


Fanni PutriDiantina (fanni.putri@gmail.com) ; Ratu FazaDewi
Faculty of Psychology Universitas Islam Bandung

Karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi tantangan bagi orang tua, keluarga juga pendidik. Orang tua memiliki
harapan yang sama, agar anak ABK kelak dapat bertahan di kehidupannya, dengan membekali pendidikan kepada anak mereka.
Lewat sekolah non-formal, sekumpulan pendidik menjadi relawan dan mengajar ABK tanpa mendapatkan imbalan. Mereka
belajar, mengontrol emosinya, memberikan kasih sayang, memahami karakter setiap anak, serta saling memotivasi. Character
Strength diduga berperan penting dalam perilaku para relawan pendidik. Character Strength adalah karakter yang mengarahkan
individu pada pencapaian kebajikan yang terefleksi melalui pikiran, perasaan, dan tingkah laku (Park, Peterson & Seligman,
2004). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui Kekuatan Khas pada relawan pendidik ABK.
Menggunakan kuisioner VIA-IS dari Seligman (2004) pada 10 subjek relawan. Hasil menunjukkan Character Strength yang dimiliki
adalah Spirituality, Kindness, Hope, Vitality, Gratitude. Kelima karakter tersebut terbentuk dan berkembang berdasarkan
pembelajaran dalam kehidupan&membantu relawan bertahan dalam menghadapi kesulitan mengajar ABK dengan kebahagiaan
dan kepuasan.
Kata Kunci: Character Strength, Relawan Pendidik, Anak Berkebutuhan Khusus

Pengaruh Persepsi Pengendalian Perilaku Terhadap Intensi Berperilaku Berisiko Seks di Luar Nikah Pada Perempuan Mimika
Yosefina Marijke Watofa1(marike_watofa@yahoo.com), Suryanto2, Hari Basuki3
1
Doctoral Student at University of Airlangga, Faculty of Psychology, 2Lecturer at Airlangga University. Faculty of Psychology ;
3
Lecturer at Airlangga University, Faculty of Public Health

Perilaku yang tidak sehat akan mempengaruhi kesehatan individu dalam beraktivitas sehari-hari maupun dalam jangka waktu
lama. Oleh karena itu perlu ada kajian yang lebih spesifik tentang perilaku yang tidak sehat tersebut dan bagaimana caranya
untuk meminimalkan perilaku tersebut. Penelitian ini akan melihat adanya pengaruh persepsi pengendalian perilaku terhadap
intensi berperilaku berisiko seks di luar nikah yang dimiliki oleh perempuan Papua Mimika. Sampel penelitian adalah perempuan
Papua yang berjumlah 40 orang, dengan proporsional simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 40,1%
perempuan memiliki persepsi pengendalian perilaku terhadap intensi berperilaku seksual di luar nikah,. Analisis bivariat dengan
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa persepsi pengendalian perilaku signifikan mempengaruhi intensi berperilaku
seks di luar nikah pada perempuan muda. Selain itu mereka memiliki harga diri yang signifikan untuk menolak perilaku seks di
luar nikah. Kesimpulan dan saran penelitian : persepsi pengendalian perilaku mempengaruhi intensi berperilaku seks di luar
nikah secara signifikan, pada perempuan Papua Mimika.Oleh karena itu perlu memberi pemahaman tentang persepsi
pengendalian perlaku terhadap keinginan untuk berperilaku seks di luar nikah.
Kata Kunci: Intensi, persepsi pengendalian perilaku, konsep diri, perempuan Papua
PRESENTASI SIMPOSIA
JUMAT, 7 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 13.00 - 17.30 WIB - RUANG NARIPAN LOUNGE

Perjalanan Riset Psikosis dari Hulu ke Hilir, dari Riset di Universitas hingga Riset di Masyarakat
Abstrak Simposium:
Beberapa aspek riset mengenai psikosis akan dipresentasikan dalam simposium ini. Pertama, Shierlen Octavia dan rekannya
akan menjelaskan mengenai sebuah rencana riset dengan metode experience sampling di kelompok riset studi psikosis di
Universitas Indonesia yang baru dibentuk. Kedua, Edo S. Jaya akan mempresentasikan mengenai hasil penelitiannya yang baru
dipublikasikan mengenai mekanisme berkembangnya psikosis dari segi psikologis. Ia terutama akan membahas mengenai
kesamaan mekanisme psikologis yang diobservasinya pada sampel dari Amerika Serikat, Indonesia, dan Jerman. Ketiga, Sali
Rahadi Asih dan rekannya akan mempresentasikan sebuah hasil intervensi psikoedukasi pada beberapa caregiver orang dengan
skizofrenia (ODS) yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah. Ia menemukan bahwa intervensinya dapat menurunkan
beban caregiver dan gejala sakit mental secara umum. Keempat, Subandi dan rekannya akan mempresentasikan hasil riset
termutakhirnya pada beberapa puskesmas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia ikut serta dan mengobservasi bergabungnya
tujuh fungsi puskesmas menjadi satu kesatuan. Kelimat, Ariana Marastuti dan rekannya akan mempresentasikan mengenai
observasinya mengenai peran kader pada pelayanan kesehatan primer dalam memberikan layanan pada orang dengan
gangguan jiwa. Simposium ini berisi presentasi mengenai hasil penelitan yang berkaitan dengan psikosis dalam konteks
Indonesia, dari rencana penelitian yang bersifat basic science, hasil penelitian mekanisme psikologis, peran caregiver, peran
puskesmas, dan peran kader.

Trauma masa kecil terhadap episode pengalaman psikotik: Studi protokol experience sampling longitudinal pada dewasa
Indonesia
Shierlen Octavia, Sali Rahadi Asih, Cut Nurul Kemala, Edo S Jaya
Kelompok Riset Studi Psikosis, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok

Trauma masa kecil meningkatkan risiko berkembangnya psikosis. Individu dengan psikosis dan trauma masa kecil cenderung
memiliki berbagai masalah tambahan lainnya, seperti reaktivitas terhadap stres, masalah emosi, serta tingkat depresi dan
kecemasan yang lebih tinggi. Namun, belum diketahui dampak trauma masa kecil pada frekuensi, durasi, dan keparahan simtom
psikosis. Studi experience sampling longitudinal akan dilakukan pada sampel dewasa menggunakan kuesioner baku untuk
pengalaman psikotik, depresi, dan kecemasan. Kami memperkirakan hasilnya adalah frekuensi, durasi, dan keparahan
pengalaman psikotik pada individu dengan trauma masa kecil akan lebih tinggi dibandingkan individu tanpa trauma masa kecil.
Hasil studi dapat meningkatkan pemahaman efek trauma masa kecil pada pengalaman psikotik. Bila hipotesis terbukti, hasil
penelitian dapat menunjukkan pentingnya program pencegahan kekerasan anak, pengembangan intervensi dini, dan skrining
trauma masa kecil pada pasien.

Mekanisme psikologis berkembangnya psikosis: Perbandingan sampel dari Amerika Serikat, Indonesia, dan Jerman
Edo S Jaya
Kelompok Riset Studi Psikosis, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok

Penelitian belakangan ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan memiliki peran penting dalam psikosis. Mekanisme psikologis
mengenai berkembangnya psikosis sudah dikemukakan berdasarkan hasil penelitian di negara barat. Tetapi, saat ini belum jelas
apakah mekanisme psikologis tersebut bersifat universal. Survei longitudinal sepanjang 12 bulan yang diulang setiap 4 bulan
dilakukan pada sampel dewasa (N = 2350) dari Amerika Serikat, Indonesia, dan Jerman. Analisis mediasi cross-sectional dan
longitudinal dilakukan untuk menguji mekanisme yang sama pada setiap negara. Pada ketiga negara, kemalangan sosial
berhubungan secara signifikan dengan pengalaman psikotik. Selain itu, konsep diri negatif merupakan mediator signifikan,
persepsi tingkatan sosial dan kesepian bukan merupakan mediator signifikan. Konsep diri negatif secara longitudinal
berhubungan dengan positif pada pengalaman psikotik. Hubungan ini dijelaskan secara longitudinal oleh afek negatif.
Mekanisme psikologis psikosis yang telah dijelaskan dalam model kognitif psikosis nampaknya bersifat universal dan mungkin
memiliki landasan biologis.
Efektivitas Psikoedukasi untuk Pengelolaan Caregiver Burden Pendamping Orang dengan Schizophrenia pada Populasi Sosial
Ekonomi Menengah Bawah: Studi Pendahuluan
Sali Rahadi Asih dan Laurentius Sandy Witarso
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok

Pendahuluan. Orang dengan Schizophrenia (ODS) membutuhkan bantuan orang lain untuk perawatan diri. Biasanya perawatan
ODS dilakukan oleh anggota keluarga, yang disebut dengan caregiver. Caregiver memiliki peran dan tanggungjawab yang besar,
sehingga rentan mengalami caregiver burden. Caregiver burden adalah beban yang bersumber dari penyediaan bantuan bagi
anggota keluarga dengan penyakit kronis atau memiliki keterbatasan. Caregiver burden yang kurang dikelola dengan baik
berdampak pada kehidupan sosial dan psikologis. Pengelolaan caregiver burden dilakukan melalui psikoedukasi tujuh sesi,
dengan materi mencakup informasi penyakit dan self-care. Metode. Studi dilakukan pada tiga orang caregiver ODS dengan
status ekonomi menengah ke bawah (rata-rata usia 50 tahun), dengan pre-post design. Alat ukur terdiri dari Zarit Burden
Interview dan General Health Questionnaire-12 (GHQ-12). Hasil. Partisipan melaporkan skor burden dan simptom psikiatri yang
lebih rendah di akhir intervensi dan pada follow up. Partisipan menyatakan terbantu dengan meteri informasi tentang penyakit
dan self-care. Kesimpulan. Hasil studi mendukung psikoedukasi sebagai intervensi untuk mengelola caregiver burden pada
caregiver ODS.

Penguatan Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas untuk Menangani Gangguan Psikosis: Sebuah Penelitian Aksi
M.A. Subandi, Universitas Gadjah Mada
Carla R. Marchira, Universitas Gadjah Mada
Byron J Good, Harvard Medical School
Mary-Jo D. Good, Harvard Medical School

Mengingat adanya ‘treatment gap’ (kesenjangan antara kebutuhan dengan sumber daya yang tersedia) di bidang kesehatan
jiwa, penelitian ini bertujuan untuk memperkuat program kesehatan jiwa di Puskesmas. Metode action research digunakan
sampai 3 kali putaran (cycles) mulai tahun 2012 sampai 2018. Stake-holders utama yang terlibat adalah Dinas Kesehatan Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Rumah Sakit Jiwa Ghrasia. Lokasi penelitian adalah di beberapa Puskesmas di wilayah DIY.
Ada 6 topik yang dijadikan sebagai fokus kegiatan yaitu: (1) program bebas pasung (2), penguatan SDM Puskesmas untuk
pelayanan keswa, (3) penguatan sistem rujukan dan database melalui sistem informasi, (4) pengembangan program kader
keswa, (5) pemberdayaan keluarga, (6) rehabilitasi berbasis masyarakat dan (7) pengembangan usaha prevensi di sekolah.
Masing-masing program yang pada awalnya berjalan sendiri-sendiri, selanjutnya diintegrasikan dan diimplementasikan di satu
Kabupaten Kulonprogo. Pengembangan program kesehatan jiwa di Puskesmas untuk mengatasi gangguan jiwa psikosis
merupakan usaha yang terus menerus melalui kerjasama antara pengambil kebijakan, pelaksana, dan institusi pendidikan.

Peran Kader Kesehatan Mental dalam Memberikan Layanan untuk Orang dengan Gangguan Jiwa dalam Pelayanan Kesehatan
Primer
Ariana Marastuti dan Subandi
Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tentang partisipasi kader kesehatan mental dalam melakukan identifikasi awal,
memberikan bantuan kepada pasien dan keluarga, dan mendukung layanan kunjungan rumah ke orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ). Kader memiliki peran strategis dalam sistem layanan kesehatan mental di tingkat dasar sebagai seseorang yang dekat
dengan pasien, keluarga dan masyarakat. Peran kader tidak hanya sebagai pendukung di Pelayanan Kesehatan Primer (PKP)
dalam melakukan identifikasi dini, tetapi juga untuk pemberdayaan pada tingkat dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi peran, fungsi dan prosedur PKP dalam memberikan layanan untuk ODGJ. Hasilnya menunjukkan bahwa kader
mampu melakukan deteksi dini ODGJ dan diverifikasi oleh pekerja kesehatan mental. PKP juga memainkan peran penting dalam
layanan kunjungan ke rumah. Pengetahuan tentang penyakit mental juga tampak meningkat di masyarakat sehingga
mengurangi stigma di masyarakat.
Tantangan psikolog PIO: Apakah persepsi kita akan tantangan psikolog PIO akan menghambat kita untuk survive?
Dr. Juneman Abraham, Jurusan Psikologi, Universitas Bina Nusantara, juneman@binus.ac.id
Corina D. Riantoputra M.Com., Ph.D. Psikolog, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, corina.r@ui.ac.id

Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) adalah studi tentang perilaku manusia di organisasi dan tempat kerja, serta aplikasi
prinsip dan metode berpikir ilmu psikologi untuk individu, kelompok dan organisasi. Kemajuan teknologi, perubahan tuntutan di
masyarakat Indonesia dan masyarakat global, serta batas yang semakin tidak jelas antar organisasi (boundaryless organization)
maupun antar disiplin ilmu memberikan tantangan baru bagi profesi PIO. Riset ini bertujuan untuk memetakan tantangan yang
dipersepsi oleh praktisi, dosen dan konsultan di bidang PIO di seluruh Indonesia. Analisis data yang dikumpulkan dari 580
partisipan menunjukkan bahwa tantangan utama PIO dipersepsikan terkait dengan organisasi yang efisien, pengelolaan tenaga
kerja multigenerasi dan seleksi /retensi tenaga kerja potensial. Analisis data juga menunjukkan beberapa hal yang menarik,
misalnya, bahwa partisipan mempersepsikan tiga tantangan yang paling tidak relevan adalah asesmen mobile, akuntabilitas tes
gambar dan penggunaan media sosial untuk pembuatan keputusan. Hasil ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
persepsi profesi PIO di Indonesia dengan hasil riset Society of Industrial / Organizational Psychology (SIOP). Presentasi ini akan
mendiskusikan dampak dari persepsi profesi PIO kepada masa depan profesi ini.

Peran psikolog PIO: Adanya perubahan dari peran tradisional ke peran kontemporer
Dr. Ayu Dwi Nindyati, Program Studi Psikologi, Universitas Paramadina, ayu.nindyati@paramadina.ac.id
Prof. Dr. Fendy Suhariadi MT., MM., Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, fendy.suhariadi@psikologi.unair.ac.id

Karena PIO mengakui adanya saling ketergantungan antara individu dan kelompok dengan sistem sosio-teknikal (socio-technical
system) yang melingkupinya, maka beberapa perubahan seperti perubahan natur dari tenaga kerja (changing nature of the
workforce), kemajuan teknologi, meningkatnya customer awareness berdampak esensial bagi peran profesi PIO. Riset ini
bertujuan untuk memetakan peran yang dihadapi oleh profesi PIO di Indonesia sekarang ini. Data yang didapat dari survey
online dari seluruh Indonesia (580 partisipan) menunjukkan bahwa peran PIO dapat dibagi menjadi peran tradisional (seperti
seleksi-penempatan, pelatihan, dst) dan peran kontemporer (seperti kegiatan seputar identitas organisasi, kegiatan seputar
kepemimpinan, dan pengembangan competitive advantage). Riset ini menunjukkan bahwa cukup banyak (sekitar 30%) profesi
PIO yang bergerak di peran kontemporer. Presentasi ini akan mendiskusikan perkembangan tuntutan akan peran PIO,
mendiskusikan perbedaan peran PIO di Jawa / Luar Jawa dan menghadirkan pertanyaan apakah yang perlu dilakukan untuk
mempersiapkan orang agar dapat menjalankan peran PIO dengan lebih bertanggung jawab, termasuk ke dalam desain
kurikulum Pendidikan tinggi Psikologi di Indonesia yang terkait dengan PIO. Dengan harapan ke depan profesi PIO yang lahir dari
Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia sesuai dengan perkembangan global namun tetap sejalan dengan konteks budaya
Indonesia.

Nilai yang mendasari psikolog PIO: Betulkah kita humanis?


Corina D. Riantoputra M.Com., Ph.D., psikolog, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, corina.r@ui.ac.id
Prof. Dr. Fendy Suhariadi MT. MM., Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, fendy.suhariadi@psikologi.unair.ac.id

Nilai yang mendasari peran PIO berpusat pada nilai untuk kebaikan individu, organisasi, dan masyarakat dengan perhatikan
ketaatan pada prinsip ilmiah. Namun, banyaknya perubahan, seperti meningkatnya persaingan antar organisasi, kemajuan
teknologi dan perubahan di masyarakat menyebabkan kemungkinan adanya perubahan nilai yang mendasari profesi PIO. Data
yang masuk (dari 580 partisipan) menunjukkan bahwa, saat ini, lima nilai utama yang mendasari profesi PIO di Indonesia adalah
nilai pemberdayaan dan pengembangan karyawan, peningkatan efektifitas dan efisiensi organisasi, upaya memanusiawikan
tempat kerja, peningkatan produktifitas dan pengembangan pemimpin. Riset ini juga menunjukkan hal yang mengejutkan yaitu
bahwa nilai yang dipersepsikan paling tidak relevan untuk PIO adalah penetapan sistem berasaskan kesetaraan, keragaman,
aplikasi teori, dan otonomi-kebebasan. Presentasi ini akan mendiskusikan seberapa jauh profesi PIO cenderung mendukung
kepentingan manajemen (pro-management bias), kurang ilmiah, and kurang berfokus untuk kebaikan masyarakat. Diharapkan
diskusi akan berimplikasi pada model pengembangan profesi PIO.
Refleksi PIO: Pemahaman akan diri dan identifikasi langkah selanjutnya.
Prof. Dr. Andreas Budihardjo, Prasetiya Mulia Business School, andreasbs@pmbs.ac.id
Dr. Juneman Abraham, Jurusan Psikologi, Universitas Bina Nusantara, juneman@binus.ac.id
Dr. Ayu Dwi Nindyati, Program Studi Psikologi, Universitas Paramadina, ayu.nindyati@paramadina.ac.id

Riset terkait peran, nilai dan tantangan PIO di Indonesia memberikan pemahaman akan peta peran dan tantangan profesi PIO
serta pemahaman akan nilai yang mendasari praktisi, dosen dan konsultan PIO. Pemahaman ini menghadirkan (trigger)
beberapa pertanyaan substantial terkait eksistensi dan tanggung jawab PIO bagi masyarakat. Presentasi ini akan
mempertanyakan seberapa jauh model Scientist-Practitioner model, yang adalah model pengembangan profesi PIO dari Society
of Industrial / Organizational Psychology, telah menjadi model pengembangan profesi PIO di Indonesia. Lebih jauh, presentasi ini
mendiskusikan kemungkinan pengembangan model S-P ke model S-P-H (Scientist – Practitioners – Humanist). Presentasi ini akan
menghadirkan beberapa pertanyaan substantial yang diharapkan akan didiskusikan bersama dengan anggota institusi profesi,
institusi pendidikan dan praktisi demi memberikan usulan langkah ke depan bagi profesi PIO yang etis, bertanggung jawab, dan
mampu menjawab tantangan.
PRESENTASI SIMPOSIA
SABTU, 8 SEPTEMBER 2018 - PUKUL 10.30 - 17.30 WIB - RUANG NARIPAN LOUNGE

Kontribusi Psikologi terhadap Implementasi Strategi Kebudayaan Nasional


Nani IR Nurrachman1, Irmawati2,, , Moordiningsih3, Andriyani Lay4
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya1, Universitas Sumatera Utara2, Universitas Indonesia3, Universitas Muhammadiyah
Surakarta4, Universitas Nusa Cendana Kupang5

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural dan plural. Simposium ini merupakan pemaparan perilaku
sosial yang terbentuk dari adat istiadat, ritus serta teknologi tradisional dari tiga etnis/kelompok masyarakat yang ada di
Indonesia Batak, Islam-Jawa dan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Pemaparan dari setiap etnis/kelompok masyarakat
menunjukkan bahwa pengetahuan dan cara berpengetahuan masyarakat lokal digunakan untuk memahami lingkungan dan
memberi makna yang terkandung dalam pengalamannya tersebut. Hal-hal seperti inilah yang kemudian menjadi pedoman
perilakunya. Jika pengetahuan dan cara berpengetahuan masyarakat lokal dari berbagai etnis/kelompok masyarakat
dikumpulkan untuk kemudian diteliti lebih lanjut niscaya pengembangan epistemologi psikologi Indonesia dapat dilakukan
sehingga psikologi yang bercirikan perilaku manusia Indonesia dapat bersanding dengan pengetahuan modern psikologi Barat
dan cara berpikir warisan kolonial yang masih cenderung dipakai. Capaian pengetahuan serta pengembangannya secara ilmiah
dapat merupakan kontribusi psikologi Indonesia bagi implementasi strategi kebudayaan nasional.
Kata Kunci : multikultural, plural, etnisitas, pengetahuan lokal, epistemologi, psikologi Indonesia, strategi kebudayaan

Kontribusi psikologi terhadap implementasi strategi kebudayaan Nasional : Emosi Masyarakat Batak Toba pada Acara Saur
Matua
Irmawati
Universitas Sumatera Utara

Dalam kepustakaan psikologi arus utama kematian pada umumnya akan direspon dengan melalui sejumlah tahapan rasa duka.
Berbeda dengan masyarakat Batak Toba saat kematian terjadi pada individu dianggap sudah mencapai kesempurnaan hidup
yang kemudian dikenal dengan istilah saur matua. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi indigenous dengan
pendekatan metode campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tergambar emosi positif (kebahagiaan, kebanggaan, dan
kebersyukuran) selain emosi negatif (kekecewaan dan kesedihan) pada masyarakat yang upacara adat kematian saur matua.
Selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk menggali dinamika emosi yang didalami, dan local wisdom
yang menjadi dasar dilakukannya upacara saur matua.
Kata Kunci: saur matua, kematian, Batak Toba

Kontribusi psikologi terhadap implementasi strategi kebudayaan Nasional : Identitas Nasional, dan Relasi Antar Kelompok
berdasar Komunikasi, Kepercayaan, Toleransi dan Saling Menghargai
1. Moordiningsih - moordiningsih@ums.ac.id - Universitas Muhammadiyah Surakarta | 2. Lisnawati -
Lisnawati.Ruhaena@ums.ac.id - Universitas Muhammadiyah Surakarta | 3. Zahrotul - zahrotul_uyun@ums.ac.id - Universitas
Muhammadiyah Surakarta | 4. Wahyu - wahyu_rahardjo@yahoo.com - Universitas Gunadarma Jakarta | 5. Ninik -
niniksmahar@gmail.com - Konsorsium Psikokultural Indonesia
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola fikir, sikap, dan perilaku yang dikembangkan oleh generasi muda Indonesia dalam
menghadapi kondisi keanekaragaman bangsa dengan berusaha memahami manusia berdasarkan konteks budaya maupun
konteks spiritual religius yang cukup bermakna penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif terhadap generasi muda dari etnis budaya Jawa dengan ciri khas berasal dari kelompok
agama Islam (Muhammadiyah). Hasil menunjukkan bahwa mereka memiliki pola fikir yang positif terhadap keberagaman etnis
di Indonesia, tidak ingin mengembangkan sikap fanatisme intra golongan dan didasarkan pada persepsi akan pentingnya nilai
agama dalam kehidupan yang berpengaruh terhadap perilaku peduli, menghormati dan saling menghargai dalam relasi
terhadap kelompok etnis/agama yang lain.
Kata Kunci : Jawa-Islam, agama, keberagaman etnis, fanatisme, peduli
Kontribusi psikologi terhadap implementasi strategi kebudayaan Nasional : Pembelajaran dari Pengajaran MK Budaya Lahan
Kering, Kepulauan dan Pariwisata
Andriyani E. Lay
Universitas Nusa Cendana Kupang

Tulisan ini merupakan refleksi pembelajaran dari satu mata kuliah yang berfokus pada perilaku keseharian masyarakat
Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Sabu) sebagai upaya lebih memahaminya dari sudut pandang psikologi. Dari
pengalaman lapangan dan refleksi pembelajaran yang dilakukan ditemu-kenali dua hal yang penting yaknipemanfaatan waktu
luang diantara musim tanam mempengaruhi juga pembagian kerja domestik laki-laki dan perempuan yang sangat dipengaruhi
oleh kondisi alam yang ada. Selain itu faktor sumber daya manusia di mana untuk mengubah pola perilaku petani lahan kering
ke arah yang lebih modern.tidaklah mudah. Proses peningkatan kesadaran berpikir, membangun pengetahuan, memahami,
melakukan percobaan hingga mengadopsi pengetahuan dan teknologi yang tepat membutuhkan waktu yang sangat panjang.
Kata Kunci : Flobamora, lahan kering, pola perilaku, kesadaran berpikir, pengetahuan

Otak dan Adiksi Pornografi Pada Remaja

Correlation of Prefrontal Cortex Subregions with Pornography Addiction Scale on Addicted Juveniles
Pukovisa Prawiroharjo1#,Hainah Ellydar2#, Peter Pratama, Nya’ Zata Amani2, Diavitri Carissima2, Sitti Evangeline Imelda Suaidy4,
Rizki Edmi Edison3
1
Neurology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangukusumo Hospital
2
Yayasan Kita dan Buah Hati, Bekasi, Indonesia
3
Neuroscience Center of Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia
4
Faculty of Psychology, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
#
these authors contributed equally
Corresponding Author:
Pukovisa Prawiroharjo
pukovisa@ui.ac.id

Introduction: Previous studies have found potential harm of drug or substance addiction, such as reduction of gray matter
volume in the prefrontal cortex (PFC) and anterior cingulate cortex (ACC). We investigated correlationship between PFC and ACC
subregions volumetry and Pornography Addiction Scale. To our knowledge, this is the first study of its kind venturing the
relationship between addiction and brain volumetry in Indonesia. Methods: We recruited 15 juvenile pornography-addicted
subjects. Brain volumetry was obtained from 3T-MRI 3DT1 scan sequence and analyzed using FreeSurfer® for cortical
reconstruction and brain segmentation. Pornography addiction scale was based on part of Skinner 2005 criteria which were self-
measured by all subjects using a simple questionnaire. Results: We found significant negative correlation between bilateral
caudal middle frontal gyrus volume with addiction criteria subscales of “tolerance” (r = -0.607, p = 0.037), “extensiveness more
than intended” (r = -0.596; p = 0.019), “unsuccess to stop” (r = -0.596; p = 0.019), “social impact” (r = -0.75, p = 0.001), and
between caudal part of ACC with “inordinate time allocation” (r = -0.556; p = 0.031). There was no significant correlation
between the subscales and individual hemisphere of caudal middle frontal gyrus as well as ACC as a whole. Conclusion: Caudal
middle frontal gyrus and caudal part of ACC may be reduced proportional to severity of pornography addiction. Therefore,
pornography addiction may affect same brain regions as in other types of addiction, reflecting the reduction of ‘top-down’
regulation of cognitive modulation and inhibitory control.
Keywords: addiction, anterior cingulate cortex, prefrontal cortex, pornography, volumetry
Correlation of Prefrontal Cortical Thickness with Pornography Addiction Scale on Addicted Juveniles
Pukovisa Prawiroharjo1#,Sitti Evangeline Imelda Suaidy 4#, Hainah Ellydar2, Peter Pratama, Diavitri Carissima2, Nya’ Zata Amani2,
Rizki Edmi Edison3
1.
Neurology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangukusumo Hospital
2
Yayasan Kita dan Buah Hati, Bekasi, Indonesia
3
Neuroscience Center of Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia
4
Faculty of Psychology, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
#
these authors contributed equally
Corresponding Author:
Pukovisa Prawiroharjo
pukovisa@ui.ac.id

Abstract:
Introduction: Diminished cortical thickness in regions associated with executive regulation of reward and attention is one of the
characteristics of substance-addiction. However, only a handful of studies had investigated brain thickness in behavioral
addiction. We aimed to find and analyze relationship between cortical thickness and pornography addiction scale in Indonesian
juvenile. Methods: As part of our previous study, we enrolled 15 pornography addicted juveniles. Cortical thickness was
obtained from 3T-MRI 3DT1 scan sequence and analyzed using FreeSurfer® for cortical reconstruction and brain segmentation.
Pornography addiction scale was based on part of Skinner 2005 criteria which were self-measured by all subjects using a simple
questionnaire. Results: We found significant negative correlation between superior frontal gyrus (r = -0.562; p = 0.029) and
paracentral lobule thickness (r = -0.531; p = 0.042) with “withdrawal” subscale. Conclusion: Reduction on superior frontal gyrus
and paracentral lobule thickness reflected their reduced functions, which may lead to higher “withdrawal” symptoms. Future
studies should probe the role of paracentral region in addiction, especially in pornography addiction.
Keywords: addiction, anterior cingulate cortex, prefrontal cortex, pornography, volumetry

Correlation of Prefrontal Mean Curvature with Pornography Addiction Scale on Addicted Juveniles
Pukovisa Prawiroharjo1#,Nya’ Zata Amani 2#, Hainah Ellydar2, Peter Pratama, Sitti Evangeline Imelda Suaidy4, Diavitri Carissima2,
Rizki Edmi Edison3
1.
Neurology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangukusumo Hospital
2
Yayasan Kita dan Buah Hati, Bekasi, Indonesia
3
Neuroscience Center of Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia
4
Faculty of Psychology, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
#
these authors contributed equally
Corresponding Author:
Pukovisa Prawiroharjo
pukovisa@ui.ac.id

Introduction: Brain cortical curvature could reflect brain gyrification, which may be affected by substance-abuse addiction,
especially in adolescents. Nonetheless, to the best of our knowledge, there is no prior study investigating the effect of
pornography addiction on cortical curvature. We aimed to probe the association of cortical curvature with pornography rating.
Methods: As part of our previous study, we recruited 15 juvenile pornography addicted subjects. Brain cortical curvature was
obtained from 3T-MRI 3DT1 scan sequence and analyzed using FreeSurfer® for cortical reconstruction and brain segmentation.
Pornography addiction scale was based on part of Skinner 2005 criteria which were self-measured by all subjects using a simple
questionnaire. Results: We found significant correlation between frontal pole mean curvature with ‘withdrawal’ subscale of the
test (r = -0.52; p = 0.047) and medial orbitofrontal cortex with ‘extensiveness more than intended’ (r = 0.528; p = 0.043).
Conclusion: Frontal pole and medial orbitofrontal cortex may undergo degeneration or unoptimal development and alteration in
the form of gyrification on juvenile pornography addicts, which may cause deterioration in regulation and self-control.
Keywords: addiction, anterior cingulate cortex, gyrification, degeneration, mean curvature, prefrontal cortex, pornography
Juvenile Pornography-Addicted Subject with Under-Average Memory Performance Showed Smaller Prefrontal Cortex: A Case
Report
Sitti Evangeline Imelda Suaidy4#, Pukovisa Prawiroharjo2#, Hainah Ellydar1, Peter Pratama, Nya’ Zata Amani1, Diavitri Carissima1,
Rizki Edmi Edison3
1
Yayasan Kita dan Buah Hati, Bekasi, Indonesia
2
Neurology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangukusumo Hospital
3
Neuroscience Center of Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia
4
Faculty of Psychology, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
#
These authors contributed equally
Corresponding Author:
Pukovisa Prawiroharjo
pukovisa@ui.ac.id

Introduction: Brain development are still occurring in juveniles. During this time, external factors which stipulate harmful brain
connectivities, such as addiction, may result in non-optimal development of certain brain regions. Prefrontal cortex and
hippocampus are two brain regions which play important role in memory formation. Previous functional MRI studies on memory
impairment in subjects with addiction showed that prefrontal cortex had higher tendencies to be impaired compared to
hippocampus. This case study aimed to observe prefrontal and hippocampal volume relationship with poor memory
performance on juvenile pornography-addicted subjects.Case report: As part of previous study aimed to compare pornography
addicted and non-addicted subjects, we performed case study on a pornography addicted 13-years-old male subject with worst
memory performance in the addiction group, consisting of verbal memory (case subject vs mean of 14 other addicted subjects:
RAVLT A6 = 6 vs 12.1; A7 = 6 vs 12.5) and visuoconstruction memory (ROCFT recall = 8.5 vs 25.0). In the group, the subject had
smallest prefrontal cortex volume relative to estimated total intracranial volume (PFC-to-eTIV ratio: 9.36% vs 9.51%). On the
other hand, he had preserved ratio of hippocampus volume (hippocampus-to-eTIV ratio: 0.29% vs 0.27%).Conclusion: Poor
memory performance was potentially related to smaller prefrontal cortex with hippocampal sparing in a juvenile pornography-
addicted subject. Further studies are required to confirm this finding.
Keywords: Pornography, addiction, juvenile, memory, prefrontal cortex, case report.

You might also like