Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Mukhlasin, et al, Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan tentang ...

Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan


tentang Penyakit Tuberkulosis Paru Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Paru Jember
(The Effect of Cognitive Stimulation on the Level of Knowledge
about the Pulmonary Tuberculosis in-patient at
Jember Pulmonary Hospital)
Moh Halim Mukhlasin, Anisah Ardiana, Roymond H. Simamora
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Telp./Fax (0331) 323450
e-mail: mohhalimm@yahoo.com

Abstract
Cognitive stimulation is one of the options that influence the level of knowledge. The intention
is to provide information in order to improve the knowledge and thus, leads to the changes on
behavior. This research examines the effect of cognitive stimulation on the level of knowledge
of the pulmonary tuberculosis in-patient. This research employs one group pretest-posttest
design through the help of purposive sampling collection technique. The number of sample
involved in this research is 18 individuals. The data analysis is performed using the
Spearman’s correlation test. The result of the analysis generated the r value of 0.559 which
means strongly and positively correlated. The bivariate testing results in the p value of
(0.016)<α(0.05), meaning that the effect of the cognitive stimulation on the patient’s level of
knowledge exists. It is suggested that the health care services optimizes the counseling
sessions conducted to patients and their families by employing the cognitive stimulation
aimed at improving the patient’s level of knowledge as well as their compliance in taking their
medication to help recover from the pulmonary tuberculosis, respectively.

Keywords: Cognitive Stimulation, Knowledge, Pulmonary Tuberculosis

Abstrak
Stimulasi kognitif merupakan salah satu cara untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan.
Tujuan dari stimulasi kognitif memberikan informasi sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan mampu mengubah perilaku. Pada penelitian ini menjelaskan pengaruh
stimulasi kognitif terhadap tingkat pengetahuan tentang penyakit tuberculosis paru. Desain
penelitian yang digunakan one group pretest-posttest dengan teknik pengambilan sampel
purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 18 responden. Data dianalisis
menggunakan uji korelasi spearman. Hasil yang ditunjukkan memiliki nilai r sebesar 0,559
yang bermakna korelasi positif dan kuat. Hasil uji bivariat yang diperoleh p value
(0,016)<α(0,05) artinya ada pengaruh stimulasi kognitif terhadap tingkat pengetahuan pasien.
Saran untuk layanan kesehatan agar mengoptimalkan program penyuluhan pasien dan
keluarga menggunakan teknik stimulasi kognitif untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
pasien dan kepatuhan dalam berobat sehingga sembuh dari penyakit tuberculosis paru.

Kata kunci: Stimulasi Kognitif, Pengetahuan, Tuberkulosis Paru

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.3), September, 2015 464


Mukhlasin, et al, Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan tentang ...

Pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


pengaruh stimulasi kognitif terhadap tingkat
Tuberkulosis paru atau yang disebut pengetahuan tentang Tuberkulosis paru pasien
dengan TB paru merupakan penyakit infeksi rawat inap di Rumah Sakit Paru Jember. Tingkat
yang menular melalui saluran pernafasan [1]. pengetahuan yang diukur yaitu sebelum
Jumlah penderita penderita Tuberkulosis di perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan
Jawa Timur merupakan terbesar di tingkat (posttest).
nasional setelah Jawa Barat. Pada tahun 2012,
angka Case Detection Rate (CDR) sebesar
63.03% dengan jumlah kasus baru sebanyak Metode Penelitian
41.472 penderita dengan positif sebanyak Penelitian ini menggunakan jenis
25.618 kasus. Target CDR sebesar 70% belum penelitian pre eksperimental dengan desain one
bisa dicapai [2,3]. group pretest-posttest. Peneliti melakukan
Pengobatan memerlukan waktu yang penilaian awal terhadap tingkat pengetahuan
lama dan rutin pada setiap penderita sehingga (pretest). Kemudian memberikan stimulasi
seringkali pasien tidak mau melanjutkan [4]. kognitif dan selanjutnya akan dilakukan posttest
Faktor yang mempengaruhi terjadinya TB Paru menggunakan alat yang sama dengan pretest.
atau sulit sembuh jika sudah terkena yaitu Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
pengawas minum obat (PMO) tidak ada atau pasien Tuberkulosis paru yang di rawat inap
kurang baik, kurang informasi atau penyuluhan, sebanyak 1016 pasien pada tahun 2013
efek samping obat dan masalah sosial [5]. sehingga rata-rata per bulan sebesar 85 pasien
Program pendidikan merupakan bagian sistem sesuai data dari studi pendahuluan. Teknik
pemberian perawatan kesehatan kepada pengambilan sampel yang digunakan yaitu
msyarakat yang berlaku secara terus-menerus purposive sampling yang didasarkan pada
dan tidak terpisahkan [6]. kriteria inklusi dan eksklusi.
Upaya peningkatan kesehatan penting Sampel pada penelitian ini berjumlah 18
dilakukan untuk mencapai target MDGs tahun pasien yang diperoleh menggunakan rumus
2015 dengan cara meningkatkan upaya Lemeshow [10] dengan derajat kepercayaan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif 95%. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu
[3]. Tindakan pemberian informasi berhubungan pasien TB paru, bersedia menjadi responden,
dengan proses pikir atau kognitif. Stimulasi akan dalam keadaan sadar dan mampu
memberikan pengaruh yang maksimal jika berkomunikasi, serta dirawat inap lebih dari 24
diberikan pada waktu dan kondisi yang tepat [7]. jam. Kriteri eksklusi pada penelitian ini yaitu
Kebutuhan terhadapinformasi meruapakan pasien yang memiliki gangguan sehingga
bagian dari belajar dalam kebutuhan dasar menggangu penelitian (haemoptoe, batuk-batuk)
manusia menurut Virginia Handerson dan dapat dan tidak mengalami demensia kategori
digunakan untuk mencapai tujuan menurut kerusakan intelektual berat.
Imogene King [8,9]. Penelitian ini dilakukan di ruang arawt
Berdasarkan hasil studi pendahuluan inap di Rumah Sakit Paru yaitu ruang mawar,
yang dilakukan di Rumah Sakit Paru Jember dahlia, utama, dan VIP. Waktu penelitian yaitu
diketahui jumlah penderita Tuberkulosis pada 5–11 Mei 2014. Alat pengumpulan data
tahun 2012 sebanyak 995 pasien dan tahun menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti
2013 sebanyak 1016 pasien. Didukung data dari berdasarkan pustaka yang menjadi referensi
wawancara langsung yang terhadap 5 orang yang sudah dilakukan uji validitas dan
pasien sebanyak 80% pasien tidak bisa reliabilitas. Media yang digunakan dalam
menjelaskan kondisi penyakit yang dialami dan pemberian stimulasi kognitif yaitu lembar balik
tidak mendapatkan penjelasan secara terperinci dan leaflet. Pengolahan dan analisa data
dari tim kesehatan yang ada. Bagian ESDM juga menggunakan program SPSS menggunakan uji
menjelaskan bahwa penyuluhan kesehatan korelasi spearman dengan derajat 95%
dilakukan satu kali dalam sebulan dan ditujukan (α=0,05).
bagi keluarga pasien. Berdasarkan penjabaran
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh Stimulasi Kognitif
terhadap Tingkat Pengetahuan tentang
Tuberkulosis Paru Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Paru Jember.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.3), September, 2015 465


Mukhlasin, et al, Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan tentang ...

Hasil Penelitian Tabel 4. Perbandingan Nilai Pretest dan


Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Posttest Per Indikator pada
Sebelum Perlakuan Stimulasi Kognitif Tingkat Pengetahuan Pasien TB
Paru di Ruang Mawar, Dahlian,
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Utama, dan VIP di Rumah Sakit
Pengetahuan Pasien TB Paru Sebelum Paru Jember
Perlakuan (Pretest) di Ruang Mawar, Nilai Pretest Nilai Posttest
No Indikator
Dahlia, Utama, dan VIP di Rumah Sakit N % N %
Paru Jember 1 Pengertian
Tingkat Frekuensi Persentase a. Baik 12 66,7 17 94,4
Pengetahuan (orang) (%) b. Cukup 5 27,8 1 5,6
Kategori nilai c. Kurang 1 5,5 0 0
Pretest Total 18 100 18 100
a. Baik 9 50 2 Tanda dan
b. Cukup 6 33,3 Gejala
c. Kurang 3 16,7 a. Baik 14 77,8 16 88,9
Total 18 100 b. Cukup 2 11,1 2 11,1
c. Kurang 2 11,1 0 0
Total 18 100 18 100
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 3 Penanganan
Setelah Perlakuan Stimulasi Kognitif a. Baik 13 72,2 18 100
b. Cukup 3 16,7 0 0
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat c. Kurang 2 11,1 0 0
Pengetahuan Sebelum Total 18 100 18 100
Perlakuan (Pretest) di Ruang 4 Pencegahan
Mawar, Dahlia, Utama, dan VIP a. Baik 6 33,3 15 83,3
di Rumah Sakit Paru Jember b. Cukup 11 61,1 3 16,7
Tingkat Frekuensi Persentase c. Kurang 1 5,6 0 0
Pengetahuan (orang) (%) Total 18 100 18 100
Kategori nilai
Pretest Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap
a. Baik 16 88,9 Tingkat Pengetahuan Pasien TB Paru Rawat
b. Cukup 2 11,1 Inap di Rumah Sakit Paru Jember
c. Kurang 0 0
Total 18 100 Tabel 5. Analisis Pengaruh Stimulasi Kognitif
terhadap Tingkat Pengetahuan
Perbandingan Tingkat Pengetahuan Pretest Pasien TB Paru di Ruang Mawar,
dan Posttest dengan Perlakuan Stimulasi Dahlia, Utama, dan VIP di Rumah
Kognitif Sakit Paru Jember
Tabel 3. Perbandingan Nilai Pretest dan Nilai Kategori Nilai Nilai Kefisien
Posttest pada Tingkat Pengetahuan p
Pretest Posttest Korelasi
value
Pasien TB Paru di Ruang Mawar, n % n % (r)
Dahlia, Utama, dan VIP di Rumah Sakit Baik 9 50,0 16 88,9
Paru Cukup 6 33,3 2 11,1
0,559 0,016
Kurang 3 16,7 0 0
Nilai Pretest Nilai Posttest
Kategori Total 18 100 18 100
n (%) n (%)
1. Baik 9 50,0 16 88,9 Pembahasan
2. Cukup 6 33,3 2 11,1 Tingkat Pengetahuan Sebelum Perlakuan
3. Kurang 3 16,7 0 0
Total 18 100 18 100
Stimulasi Kognitif
Data pada tabel menunjukkan bahwa
terdapat pasien dengan tingkat pengetahuan
mulai kategori kurang, cukup hingga kurang.
Tabel juga menunjukkan pada umumnya
setengah dari penderita TB memiliki tingkat
pengetahuan baik Perbedaan tingkat
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
banyak faktor yaitu keturunan, lingkungan,

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.3), September, 2015 466


Mukhlasin, et al, Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan tentang ...

kematangan, pembentukan, minat dan bakat, baik sehingga pasien memiliki informasi yang
dan kebebasan [15]. lebih adekuat terkait dengan kondisi penyakit
Pasien dengan tingkat pengetahun yang dialami.
kategori akan mampu mencapai perilaku Hasil yang lebih terinci ditunjukkan pada
peningkatan kesehatan lebih baik, sedangkan tabel hasil ditunjukkan memberikan informasi
kategori cukup dan kurang akan lebih sulit tingkat pengetahuan pasien pada setiap
mencapai. Hal tersebut menjadi dasar diberikan indikator dalam kuesioner. Kuesioner yang
informasi melalui stimulasi kognitif sehingga digunakan berpedoman pada tingkatan
pasien TB lebih optimal dalam mencapi perilaku pengetahuan mulai dari tahu, memahami,
peningkatan kesehatan. penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil
yang ditunjukkan bahwa lebih dari 50% pada
Tingkat Pengetahuan Setelah Perlakuan kategori baik ditunjukkan pada indikator
Stimulasi Kognitif pengertian, tanda dan gejala, dan penanganan.
Pemberian informasi dilakukan untuk Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
meningkatkan pengetahuan. Proses yang pengetahuan pasien berada pada tahap
terlibat dalam pemberian informasi yaitu penerapan. Penerapan adalah pengumpulan
asimilasi yang berarti keadaan menyatukan pemikiran sehingga memiliki ketrampilan
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah menggunakan fakta, generalisasi, prinsip-prinsip
ada di dalam pikiran. Penyatuan informasi dan teori dalam keadaan konkrit [19,20]. Pada
membuat konsep perpaduan antara informasi tahap ini maka pasien sudah mampu
lama dan informasi yang baru didapatkan menjabarkan kondisi penyakit yang dialami
[16,17]. Pemberian informasi kepada pasien hanya sampai penanganan belum mencapai
termasuk dalam bidang stimulasi kognitif [18]. pencegahan sebagai upaya preventif .
Hasil yang diperoleh setelah pemberian Kategori yang baik ditunjukkan pada nilai
stimulasi kognitif sesuai tabel bahwa tingkat posstest bahwa terjadi peningkatan tingkat
pengetahuan kategori baik sebesar 88,9% dan pengetahuan. Lebih dari 50% sudah sampai
cukup sebesar 11,1%. Informasi yang adekuat hingga indikator pencegahan sehingga berarti
akan mengarahkan individu dalam pencapaian tingkatan pengetahuan pasien pada tahap
tujuan yang diinginkan. Imogene King analisis. Analisis adalah suatu kemampuan
menjelaskan pemberian stimulus dilakukan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
untuk merubah perilaku dalam mencapai suatu dalam komponen-komponen, tetapi masih
tujuan yang telah ditetapkan. Informasi yang dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
didapatkan melalui komunikasi yang kaitannya satu sama lain [19,20]. Kondisi
didefinisikan sebagai proses pemberian tersebut menunjukkan kemampuan yang baik
informasi dari berbagai pihak baik langsung dan dalam penerimaan informasi sehingga terbentuk
tak langsung [8,9]. Peneliti berasumsi bahwa penyatuan informasi baru dan sudah dipahami.
perubahan hasil menjadi lebih banyak pada Informasi yang baru menjadi menyatu dengan
kategori baik menjadi 88,9% akan memperbaiki informasi yang lama yang disebut asimilasi.
tingkat pengetahun individu sehingga akan lebih Keberhasil pada tahap asimilasi akan membuat
mudah dalam perilaku peningkatan kesehatan. pasien dapat memutuskan untuk melakukan
Berdasarkan tabel yaitu perbandingan perubahan perilaku peningkatan kesehatan.
nilai pretest dan posttest bahwa terdapat
perubahan kategori baik sebesar 50% menjadi Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap
88,9%, kategori cukup 33,3% menjadi 11,1%, Tingkat Pengetahuan Pasien TB Paru Rawat
dan kategori kurang 16,7% menjadi 0%. Inap di Rumah Sakit Paru
Perubahan tersebut dipengaruhi oleh pemberian Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa
stimulasi kognitif yang diberikan. Terdapat nilai p value (0,016)<α (0,05) yang berarti Ha
perbedaan yang signifkikan antara pretest dan diterima sehingga ada pengaruh stimulasi
posttest. Hal tersebut menunjukkan proses kognitif yang diberikan pada pasien di ruang
asimilasi berhasil dilakuakan yaitu penyatuan rawat inap. Koefisien korelasi 0,559 juga
informasi lama dengan informasi baru untuk memiliki arti pada pengaruh yang diberikan
memberikan kerangka pemikiran yang baru. bahwa korelasi bersifat kuat begitu juga
Perubahan yang paling signifikan terlihat pada pengaruh dari stimulasi kognitif kepada pasien.
kategori kurang dari 16,7% menjadi 0%. Hal Asumsi dari peneliti, pengaruh yang kuat maka
tersebut membuktikan bahwa pasien mengalami menunjukkan bahwa stimulasi kognitif dapat
peningkatan pengetahuan dan menjadi lebih dilakukan kepada pasien sebagai upaya

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.3), September, 2015 467


Mukhlasin, et al, Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan tentang ...

peningkatan kesehatan. paru. Jika tidak memiliki informasi yang baik,


Kegiatan stimulasi kognitif termasuk maka sulit menentukan sikap dalam
dalam bidang promosi kesehatan. Promosi penanganan TB paru. Perubahan dari nilai
kesehatan adalah proses pemberdayaan atau pretest menjadi posttest yang lebih baik
memandirikan masyarakat agar dapat menunjukkan perubahan perilaku peningkatan
memelihara dan meningkatkan kesehatan [21]. kesehatan sehingga tingkat pengetahuan
Stimulasi juga berarti merangsang untuk terhadap kepatuhan berobat penderita TB lebih
mengenali, memahami, dan menggunakan baik.
simbol untuk komunikasi sesuai tahap Seseorang yang menerima informasi
perkembangannya [22]. Stimulasi kognitif akan mengalami pengolahan informasi dalam
memberikan gambaran sehingga seseorang otak. Penyatuan informasi membuat konsep
dapat membayangkan, memikirkan dan perpaduan antara informasi lama dan informasi
merencanakan untuk dapat melakukan yang yang baru (asimilasi). Jika seseorang
diinginkan [23]. Pada penelitian ini stimulasi memahami, maka akan membuat kerangka baru
yang digunakan yang visual sesuai dengan dalam kognitif terkait penyatuan dari informasi
media yang digunakan. Pada pelaksanaannya yang baru [16,17]. Informasi yang akurat
visual akan dipadukan dengan audio dari diperlukan untuk mencapai suatu tujuan.
peneliti berupa penjelasan sehingga pasien Informasi dari peneliti berdasar referensi yang
lebih mudah memahami simbol yang digunakan akurat sehingga informasi yang diberikan
dalam media. melalui stimulasi kognitif juga akurat. Hal
Penelitian ini, stimulasi digunakan dalam tersebut akan memberikan peningkatan
upaya untuk memberikan informasi kesehatan pengetahuan yang akurat bagi pasien.
bagi penderita TB paru. Pemberian informasi Menurut tabel, tingkat pengetahuan
yang efektif akan meningkatkan angka seseorang sangat bervariasi antar indikator. Hal
kesembuhan dan menurunkan jumlah angka tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan
kesakitan dan angka kematian. Informasi yang pasien >50% sudah mencapai tingkatan kognitif
diberikan dapat juga mencegah untuk analisis dari kondisi yang dialami [9,20].
peningkatan jumlah kasus baru karena dapat Tahapan tersebut menunjukkan efektivitas
mengubah perilaku hidup sehat [24]. Stimulasi stimulasi kognitif yang mampu mengubah
yang diberikan sejak dini akan mempengaruhi tingkat penerapan menjadi tingkat analisis pada
perkembangan otak. Stimulasi yang terus- pasien terkait penyakit TB paru.
menerus diberikan secara rutin akan TB adalah penyakit infeksi menular
memperkuat hubungan antarsyaraf yang telah yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
terbentuk sehingga fungsi otak akan menjadi tuberculosis dengan tempat masuk kuman
semakin baik [25]. adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan,
Banyak faktor yang mempengaruhi, tetapi dan luka terbuka [11]. Sifat penyakit yang
pada penelitian ini peneliti melihat saat berbahaya dan memerlukan rawat inap atau
pelaksanaan faktor minat juga memiliki dominasi rawat jalan, maka rumah sakit memiliki
dalam meningkatkan pengetahuan pasien. Hal tanggungjawab penanganan pasien TB paru
ini didukung penelitian [28] tingkat pengetahuan [30]. Peranan rumah sakit untuk pasien rawat
penderita TB dibagi menjadi dua kategori yaitu inap melalui program PPK untuk membantu
baik sebesar 67,5% dan tidak baik 22,5%. Hal pasien berpartisipasi lebih dan mendapat
tersebut menunjukkan pada umumnya setengah informasi dalam mengambil keputusan [14].
dari penderita TB memiliki tingkat pengetahuan Hak pasien dalam mendapatkan informasi
baik. Pengetahuan yang baik akan dapat secara detail terkait kondisi yang dialami akan
mencapai tujuan lebih cepat [9]. Lama rawat menjadi tanggungjawab rumah sakit.
inap juga menjadi faktor yang mempengaruhi Penyampaian dengan cara yang mudah
tingkat pengetahuan. Semakin lama dilakukan dipahami oleh pasien dan tidak membuat makna
rawat inap, maka kebebasan pasien juga lebih ganda yang dapat membuat pasien semakin
terbatas. takut pada kondisi yang dialami. Ketika pasien
Penelitian sebelumnya, menjelaskan takut pada kondisi yang dialami maka akan lebih
bahwa tingkat pengetahuan yang baik akan sulit menerima kondisi diri dan berpengaruh
mempengaruhi perilaku seorang penderita TB pada ketaatan berobat. Hal ini disebabkan
paru [29]. Pemahaman tentang penyakit yang pasien akan patah semangat karena penyakit
dialami merupakan salah satu yang yang diderita berbahaya dan sulit disembuhkan.
berhubungan tingkat pengetahuan penderita TB Virginia Handerson menegaskan bahwa

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.3), September, 2015 468


Mukhlasin, et al, Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan tentang ...

individu dapat mengatasi masalah yang dialami frekuensi, dan alat ukur yang lebih tepat serta
jika memiliki kekuatan, kemauan, dan sampel yang lebih mewakili.
pengetahuan yang dibutuhkan. [9,31].
Kemampuan mengingat akan lebih tinggi Daftar Pustaka
melihat simbol yang mudah dipahami daripada
penjelasan yang panjang dan rinci. Imogene [1] Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani,
King menjelaskan bahwa manusia memiliki Setiowulan. Kapita selekta kedokteran.
kebutuhan pokok terkait informasi kesehatan Jakarta: Media Aesculapius; 2000.
sehingga dapat mengatasi masalah kesehatan [2] Indonesia. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
yang sedang dialami dan mencapai tujuan yang Timur: Profil kesehatan Provinsi Jawa
diinginkan [32]. Timur tahun 2012. Surabaya: Dinkes
Teori yang selaras, diungkapkan oleh Provinsi Jatim; 2013.
Nola J. Pender bahwa faktor yang [3] Indonesia. Kementerian Kesehatan
mempengaruhi dalam perilaku peningkatan Republik Indonesia: Riset kesehatan dasar
kesehatan salah satunya yaitu perilaku riskesdas tahun 2013. kesehatan. Jakarta:
peningkatan kesehatan (health promoting Kemenkes RI; 2013.
behavior) merupakan titik akhir dari perilaku [4] Senewe FP. Faktor yang mempengaruhi
promosi kesehatan atau yang ingin dicapai [33].
kepatuhan berobat penderita tuberculosis
Stimulasi kognitif juga mengarahkan pada titik
paru di Puskesmas Depok. Buletin
akhir dari promosi kesehatan yaitu peningktan
Penelitian Kesehatan, Vol 30 Issue 1; 2002.
kesehatan pasien.
Stimulasi kognitif merupakan cara dalam [5] Soepandi PZ. Diagnosis dan
memberikan informasi dalam bentuk gambar penatalaksanaan Tb-MDR. Departemen
sehingga memberi bayangan terkait informasi Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
yang disampaikan [22]. Oleh karena itu, Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas
penelitian stimulasi kognitif yang dilakukan pada Indonesia [Internet]. [Jakarta]; 2010 [cited
pasien di rawat inap Rumah Sakit Paru Jember 2014 February 17]. Available
menjadi perhatian dalam pemberian informasi from:http://www.kalbemed.com/Portals/6/07
dengan cara yang lebih efektif dan mudah 18%20Diagnosis %20tbmdr.pdf.
dipahami. Hal yang menjadi perhatian adalah [6] Bastable SB. Perawat sebagai pendidik.
frekuensi dalam pemberian stimulasi karena Jakarta: EGC; 2002.
semakin sering akan semakin baik. [7] Gunarsa SD. Konseling dan psikoterapi.
Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi; 2007.
Simpulan dan Saran [8] Marriner A. Teori ilmu keperawatan para
Tingkat pengetahuan setelah perlakuan ahli dan berbagai pandangannya (nurisng
dengan kategori baik 88,9% dan cukup 11,1%. theorist and their work). Alih Bahasa dan
Analisis pengaruh stimulasi kognitif, ada Editor: Ismail Ekawijaya dan Ridlo Riyono.
pengaruh yang signifikan stimulasi kognitif Toronto: The mosby Company; 2001.
terhadap tingkat pengetahuan pasien dengan p [9] Potter, Perry. Buku ajar fundamental
value(0,016)<α (0,05) dan kekuatan korelasi keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
0,559 yang berarti positif dan kuat dengan Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2005.
tingkat kepercayaan 95%.
Saran yang dapat diberikan kepada
[10] Lemeshow, Hosmer Jr, Klar, Kwanga.
Besar sampel dalam penelitian kesehatan.
pasien agar mengetahui hak sebagai pasien
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press;
untuk mendapatkan informasi secara lengkap
1997.
terkait kondisi yang dialami dengan cara yang
mudah diterima. Saran untuk perawat agar [11] Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep
mengoptimalkan asuhan keperawatan dengan klinis konsep-konsep penyakit. Jakarta:
melakukan intervensi stimulasi kognitif untuk EGC; 2005.
meningkatkan pengetahuan pasien. Saran bagi [12] Wadjah N. Gambaran karakteristik
pihak rumah sakit agar penelitian ini memberi penderita TBC paru di wilayah kerja
masukan bagi pihak rumah sakit untuk lebih Puskesmas Pagimana Kecamatan
meningkatkan promosi kesehatan tidak hanya Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012
pada keluarga pasien tetapi juga berfokus [Internet]. [Place unknown]; 2012 [cited
kepada pasien. Saran bagi penelitian 2014 May 28]. Available from:
selanjutnya mempertimbangkan durasi, http://ejurnal.fikk.ung.ac.id/index.php/PHJ/a

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.3), September, 2015 469


Mukhlasin, et al, Pengaruh Stimulasi Kognitif terhadap Tingkat Pengetahuan tentang ...

rticle/ download/145/66. [24] Indonesia. Departemen Kesehatan


[13] Manalu HSP. Faktor-faktor yang Republik Indonesia: Pedoman nasional
mempengaruhi kejadian TB paru dan penanggulangan tuberkulosis. Cetakan
upaya penanggulangannya. Jurnal Ekologi Pertama. Edisi 2. Jakarta: Depkes RI;
Kesehatan, Des Vol 9 Issue 4; 2010. 2006.
[14] Indonesia. Komite Akreditasi Rumah Sakit. [25] Chamidah AN. Pentingnya stimulasi dini
2012. Panduan penilaian survei 6 februari bagi tumbuh kembang otak anak [Internet].
2012 [Internet]. [Jakarta]; 2012 [cited 2014 [Yogyakarta]; 2009. [cited 2014 January
April7]. Available from: 24]. Available from:
http://www.kars.or.id/index.php? http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penga
option=com_content&view=article&id=90&It bdian /atien-nur-chamidahdr/pentingnya-
emid=77. stimulasi-dini-bagi-tumbuh-kembang-otak-
[15] Eka SRS. Karakteristik penderita TB paru anak.pdf.
rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth [26] Wade C, Tavris C. Psikologi. Edisi
Medan Tahun 2004-2007. 2010; Skripsi, Kesembilan. Jakarta: Erlangga; 2008.
USU. [27] Aisyah S. Perkembangan dan konsep
[16] Izzaty RE. Perkembangan peserta didik. dasar pengembangan anak usia dini.
Yogyakarta: UNY Press; 2008. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
[17] Syamsudin A. TOTS educare jurnal 2012.
pengembangan ilmu ke-TK-an: jean piaget [28] Pasek MS, Suryani N, Murdani KP.
(1896-1980) dan alam pikiran anak. Jurnal Hubungan persepsi dan tingkat
Pengembangan Ilmu ke-TK-an Tots pengetahuan penderita Tuberkulosis
Educare, Vol 1 Issue 2; 2008. dengan kepatuhan pengobatan di wilayah
[18] Kania N. Stimulasi tumbuh kembang anak kerja Puskesmas Buleleng 1. Jurnal
untuk mencapai tumbuh kembang yang Magister Kedokteran Keluarga. Vol 1 Issue
optimal [Internet]. [Bandung]; 2009 [cited 1; 2013.
2014 January 24]. Available [29] Nugroho FA, Astuti EP. Hubungan tingkat
from:http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/u pengetahuan dan sikap dengan perilaku
ploads/2010/02/stimulasi_tumbuhkembng_ pencegahan penularan tuberkulosis paru
anak_optimal.pdf. pada keluarga. Vol 3 Edisi 1; 2010.
[19] Adisewojo et al. Penilaian keberhasilan [30] Indonesia. Kementerian Kesehatan
belajar: dalam pendidikan kesehatan. Republik Indonesia: Peraturan menteri
Surabaya: Airlangga University Press; kesehatan Republik Indonesia nomor
1985. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
[20] Mubarak WI et al. Promosi kesehatan: keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta:
sebuah pengantar proses belajar mengajar Kemenkes RI; 2011.
dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; [31] Videbeck SL. Buku ajar keperawatan jiwa.
2007. Jakarta: EGC; 2008.
[21] Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: [32] Asmadi. Konsep dasar keperawatan.
EGC; 2009. Jakarta: EGC; 2008.
[22] Musfiroh T. Menumbuhkembangkan baca [33] Clark CC, Paraska KK. Health promotion
tulis anak usia dini. Jakarta: Grasindo; for nurses a practical guide. America:
2010. United States of America; 2014.
[23] Gunarsa SD. Bunga rampai psikologi
perkembangan: dari anak sampai usia
lanjut. Seri Psikologi. Jakarta: BPK; 2009.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.3), September, 2015 470

You might also like