1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 22, No. 2, 2007, 162 – 179

EFEKTIVITAS PENERAPAN PRICE LIMIT


DI BURSA EFEK JAKARTA
Maria Rio Rita
Universitas Kristen Satya Wacana

Eduardus Tandelilin
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Some stock markets have employed price limit to prevent market crash. The question
about the effectiveness of price limit has long attracted research interest. Price limit
advocates claim that price limits decrease stock return volatility, counter overreaction,
and do not interfere with trading activity. Conversely, price limit critics claim that price
limits cause higher volatility levels on subsequent days, prevent prices from efficiently
reaching their equilibrium level, and interfere with trading due to limitations imposed by
price limits. Empirical research does not provide conclusive support for either positions.
This study empirically investigates the impact of a wide price limit on volatility, and
overreaction, using the data from the Jakarta Stock Exchange, over the years 2000-2005.
More specifically this study examines whether daily return volatility for stock-hit price
limit are expected to be lower in the post limit hit period than the sample control groups.
Beside that, in this study the phenomenon of short-term overreaction are examined.The
main difference of this paper with the previous literatures is that this study compares
volatility levels before and after price limit implementation on JSX.
Firstly, empirical results indicate that volatility after price limit implementation shows
highest level than before. Second, the results show that stocks-hit experiences their highest
level of volatility on the day when stock-hit reach their limits, and then decreases
significantly after the hit. Third, the findings indicate the occurrence of short-term
overreaction for the sample of downward stock price movement, but not for the sample of
upward stock price movement.

Keywords: price limit, volatility, overreaction

LATAR BELAKANG Serikat mengalami kenaikan 35 persen jika


dibandingkan indeks pada awal tahun 1987.
Sejak terjadinya krisis pasar modal pada
Inggris mengalami kenaikan 75 persen,
tanggal 19 Oktober 1987 (Black Monday)
sedangkan Hongkong naik sebesar 70 persen.
yang melanda dunia, pihak regulator pasar
Akibatnya sebelum krisis terjadi, rata-rata
modal mulai mempertimbangkan fungsi dari
indeks pasar modal dunia naik 40 persen
circuit breaker untuk mencegah harga saham
selama tahun 1987. Kenaikan yang sangat
yang terlalu berfluktuasi dan untuk
drastis ini dicapai hanya dalam waktu singkat.
melindungi sistem pasar. Beberapa saat
sebelum terjadi krisis, kondisi pasar sedang Setelah itu negara-negara yang mengalami
bullish. Kondisi ini terjadi di sebagian besar bullish tiba-tiba harus menghadapi penurunan
pasar modal dunia. Misalnya di Amerika indeks yang tajam dalam waktu singkat pula.
2007 Rita & Tandelilin 163

Seperti Inggris harus terpuruk hingga 35 kerugian, akibatnya harga saham turun drastis
persen dalam tiga hari, indeks di Amerika mencari nilai intrinsik.
Serikat terjun hingga lebih dari 35 persen Adanya krisis tersebut mendorong The
bahkan mencapai titik lebih rendah jika Brady Commission pada tahun 1988 memfor-
dibandingkan indeks awal tahun 1987. mulasikan circuit breaker untuk melindungi
Sebagian besar peneliti dan pelaku di sistem pasar. Mekanisme circuit breaker yang
pasar modal menyalahkan perilaku panik para diterapkan pihak regulator pasar modal
investor yang menyebabkan penurunan harga bertujuan untuk mencegah volatilitas harga
saham yang sangat tajam, sehingga menye- saham yang terlalu berlebihan. Circuit breaker
babkan runtuhnya pasar modal saat itu. terdiri dari trading halt dan price limit
Lauterbach & Ben-Zion (1993) mendefinisi- (Kodres & O’Brien, 1994). Tujuan penerapan
kan panik sebagai situasi di mana banyak price limit menurut The Brady Commission
pemegang saham yang mencoba untuk adalah untuk mengurangi informasi asimetri
mengurangi eksposur sahamnya pada saat sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah
yang sama (setelah melihat adanya penurunan noise trading yang menyebabkan terjadinya
harga saham). volatilitas berlebihan; dapat memfasilitasi
Paham yang konsisten dengan perilaku proses pembentukan harga keseimbangan baru
irasional investor menyatakan bahwa krisis secara rasional; mengatasi overreaction, dan
disebabkan karena pecahnya gelembung tidak akan mengganggu aktivitas perda-
spekulatif. Raines & Leathers (1994) meng- gangan, sebab price limit tidak menghentikan
ungkapkan tentang speculative market theory perdagangan.
untuk menjelaskan perilaku yang mengarah Penyebaran informasi yang tidak merata
pada terbentuknya gelembung spekulatif. dapat menyebabkan pembentukan harga tidak
Speculative market theory yang menyatakan wajar, sehingga ketidakpastian di pasar
bahwa pada pasar yang spekulatif, permintaan menjadi tinggi. Perilaku uninformed traders
suatu saham disebabkan adanya harapan dalam jual beli saham dapat memicu kepa-
bahwa harga saham akan terus meningkat. nikan di pasar. Sebab harga yang mereka
Mereka kurang mempertimbangkan nilai tawarkan tidak mencerminkan kondisi sesung-
intrinsiknya. guhnya saham yang bersangkutan, sehingga
Terbentuknya gelembung spekulatif menyebabkan volatilitas berlebihan. Volatili-
dimulai dari naiknya harga saham yang jauh tas yang berlebihan mengindikasikan bahwa
melebihi nilai intrinsiknya (overvalued). pasar tidak berfungsi dengan baik. Terkadang
Sebagian kecil investor yang mengetahui harga saham sangat bergejolak (volatile),
kondisi ini segera menjual sahamnya sebelum namun di waktu lain harga sangat stabil dan
terjadi krisis. Sedangkan dua per tiga investor hampir tidak mengalami perubahan sama
masih terus membeli dengan harapan dapat sekali. Perubahan harga yang sangat besar
menjualnya kembali pada pihak lain dengan terkadang terjadi dalam interval waktu yang
tingkat keuntungan yang tinggi. Sampailah singkat, yang disebut sebagai episodic
pada suatu titik tertentu harga saham mulai volatility/ transitory volatility.
turun menuju nilai intrinsiknya. Pada tahap Negara-negara yang menerapkan sistem
inilah gelembung spekulatif mulai terjadi price limit memiliki persentase/rentang yang
sehingga tidak ada orang yang bersedia berbeda-beda, dan secara umum dapat
membeli. Kemudian timbul kepanikan di dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok
kalangan investor, mereka berlomba-lomba negara dengan rentang price limit sempit, dan
menjual sahamnya untuk mengurangi kelompok negara dengan rentang price limit
lebar. Misalnya price limit yang berlaku di
164 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

Taiwan Stock Exchange, menegaskan bahwa Hasil penelitian terdahulu yang menya-
fluktuasi harga saham dalam satu hari tidak takan keefektifan price limit umumnya
boleh melebihi 7 persen di atas atau di bawah dilakukan pada pasar modal dengan persentase
harga previous. Rentang ini relatif kecil price limit yang lebar (Chen, 1998; Bildik &
dibandingkan limit yang dimiliki oleh pasar Elekdag, 2002). Semakin lebar persentase
modal di negara lain (misalnya Jepang 10-60 price limit, maka semakin kecil tingkat
persen, dan Malaysia 30 persen). distorsinya terhadap proses pembentukan
Kelompok penentang price limit menya- harga keseimbangan baru, serta dapat mengu-
takan bahwa penerapan price limit justru rangi jumlah saham yang mencapai limitnya
meningkatkan volatilitas harga yang tinggi sehingga membuat pasar menjadi lancar.
pada hari setelah saham mencapai limit Berdasarkan latar belakang di atas maka
(volatility spillover hypothesis), mengganggu tujuan dari penlitian ini adalah untuk: (1)
aktivitas perdagangan (trading interference menguji efektivitas penerapan price limit
hypothesis), serta menghambat/menunda untuk mengurangi volatilitas return saham
pergerakan harga mencapai ekuilibrium secara dengan membandingkan tingkat volatilitas
efisien (delayed price discovery hypothesis). sebelum dan setelah price limit; (2) menguji
Di Indonesia, sistem auto rejection atau efektivitas penerapan price limit untuk
price limit mulai diberlakukan sejak tanggal 3 mengurangi volatilitas pada saham-saham
Desember 2001 melalui SE-009/BEJ/12-2001. yang mencapai limitnya pada periode setelah
Indonesia termasuk kategori negara dengan pencapaian limit; (3) menguji efektivitas
rentang price limit lebar, yaitu berkisar antara penerapan price limit dalam mengatasi
20-50 persen. Sistem ini didefinisikan sebagai overreaction.
sistem yang secara otomatis akan menolak Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
order/penawaran jual dan atau beli yang sebelumnya adalah: pertama adanya pengujian
melampaui parameter yang telah ditetapkan efektivitas price limit pada periode sebelum
bursa. Dengan BEJ menerapkan sistem ini dan setelah adanya penerapan price limit (auto
diharapkan dapat menjaga terlaksananya rejection) di BEJ. Pengujian dilakukan
perdagangan efek yang teratur, wajar, dan terhadap saham-saham yang termasuk dalam
efisien. Penentuan persentase auto rejection LQ-45. Kedua, penelitian ini menguji saham-
didasarkan pada lima kelompok harga saham yang mengalami kenaikan dan
mengacu pada harga terakhir di pasar reguler penurunan harga sekaligus. Jadi melengkapi
pada hari bursa sebelumnya (previous price). studi Mahyuni (2003) yang hanya meneliti
Tabel 1 berikut ini adalah sistem price limit saham-saham yang mengalami kenaikan
yang diterapkan di BEJ. harga. Ketiga, sampel kontrol yang digunakan
juga berbeda dengan Kim & Rhee (1997),
Tabel 1. Persentase Auto Rejection yaitu 0,8 (LIMITt) dan 0,6 (LIMITt).
Perdagangan Saham di BEJ Pemilihan kelompok sampel kontrol yang
Previous price Auto Rejection lebih rendah ini untuk melihat robustness
di pasar reguler Kondisi Corporate efektivitas price limit dalam mengurangi
(Rp) normal Action (4 hari) volatilitas, khususnya pada hari setelah
<=100 50% 50% pencapaian limit.
>100-500 35% 35%
>500-2.500 30% 30%
>2.500-5.000 25% 25%
>=5.000 20% 20%
Sumber: www.jsx.co.id
2007 Rita & Tandelilin 165

TINJAUAN PUSTAKA DAN Price limit dapat mengendalikan volati-


PENGEMBANGAN HIPOTESIS litas dalam dua cara, yaitu pertama, price limit
dapat membatasi atau mencegah kenaikan atau
Volatilitas dan Price Limit
penurunan harga saham pada batas yang telah
Volatilitas yang berlebihan mengindikasi- ditetapkan (price constraints). Kedua, price
kan bahwa pasar tidak berfungsi dengan baik. limit dapat menyediakan waktu bagi investor
Volatilitas adalah kecenderungan harga akan untuk menilai kembali informasi yang ada dan
berubah secara tidak terduga (Harris, 2003: berpikir rasional dan tidak terlalu emosional
410). Volatilitas dapat dibedakan menjadi dua tentang harga saham yang sesungguhnya
jenis, yaitu fundamental volatility dan (time-out period). Di sini price limit menye-
transitory volatility. Fundamental volatility diakan waktu cooling off bagi pelaku pasar
disebabkan adanya perubahan nilai instrumen (Kim & Rhee, 1997), sehingga volatilitas
yang tidak diantisipasi atau diduga sebelum- return harian saham-saham yang mencapai
nya. Sedangkan transitory volatility disebab- limitnya diharapkan berkurang pada periode
kan adanya aktivitas perdagangan yang setelah pencapaian limit.
dilakukan uninformed traders. Pihak regulator
Pengujian price limit pertama kali
tidak dapat bertindak apapun untuk mempe-
dilakukan oleh Ma et al. (1989), yang meneliti
ngaruhi fundamental volatility, hanya tran-
efek price limit terhadap perilaku return dan
sitory volatility sajalah yang mampu dipenga-
volume perdagangan di pasar futures AS.
ruhi oleh kebijakan bursa.
Hasilnya ditemukan bahwa volatilitas
Nilai saham akan berubah saat faktor- berkurang pada hari-hari setelah pencapaian
faktor fundamental yang mempengaruhinya limit tersebut. Kodres & O’Brien (1994)
berubah. Faktor paling utama adalah kualitas menemukan bahwa price limit menyebabkan
manajemen, nilai sumber daya perusahaan dan penyebaran risiko secara lebih baik akibat
teknologi, kondisi permintaan dan penawaran fluktuasi harga yang dipicu oleh informasi
di pasar, dan suku bunga (Harris, 2003:411). fundamental dibandingkan dalam perdagangan
Perubahan yang tidak diduga sebelumnya yang tidak ada batasannya. Studi Bildik &
(surprise) pada beberapa faktor tersebut dapat Elekdag (2002) tentang efek price limit
memicu fundamental volatility bagi suatu terhadap volatilitas return saham di Istanbul
instrumen. Stock Exchange menyatakan bahwa price
Jika tingkat informasi asimetri tinggi, limit yang diterapkan pada dua sesi
maka akan banyak terdapat uninformed/noise perdagangan serta adanya rentang price limit
traders di pasar. Mereka ini akan menyebab- yang lebar dapat mengurangi volatilitas.
kan terjadinya volatilitas yang berlebihan yang Chung & Gan (2005) menguji efek price
tidak berhubungan dengan nilai fundamen- limit terhadap perilaku harga saham di Taiwan
talnya (transitory/episodic volatility). Tran- Stock Exchange, ternyata price limit juga
sitory volatility terjadi saat terjadi ketidak- memiliki efek menurunkan variasi return
seimbangan order yang dilakukan oleh saham. Selanjutnya Chang (2006) mengana-
uninformed traders, sehingga menyebabkan lisis efektivitas price limit untuk mencegah
perubahan harga yang terlalu besar dan penyebaran volatilitas pada perusahaan-
menyimpang dari nilai fundamentalnya. Harga perusahaan yang memiliki nilai fundamental
akan berbalik arah (reverse) saat informed berbeda di Taiwan Stock Exchange. Hasil
traders melakukan transaksi, sebab mereka empirik menunjukkan bahwa penerapan price
mengetahui bahwa harga telah jauh limit dapat mencegah harga saham berfluk-
menyimpang dari nilai fundamentalnya. tuasi terlalu berlebihan. Al-Khouri & Ajlouni
(2007) menginvestigasi perilaku volatilitas
166 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

return saham harian di seputar hari pencapaian pada periode setelah tercapainya limit menjadi
limit untuk sekuritas yang diperdagangkan di lebih tinggi. Selain itu volatilitas saham-saham
Amman Stock Exchange. Temuannya yang mencapai limitnya tidak kembali ke
mengindikasikan bahwa saham-saham yang tingkat normal secepat saham-saham yang
mencapai limit atas mengalami penurunan tidak sampai mencapai limitnya. Hasil yang
volatilitas yang signifikan satu hari setelah sama diperoleh dari Bildik & Gulay (2003).
pencapaian limit. Hal senada juga terjadi pada Penelitian price limit di BEJ yang dilakukan
saham-saham yang mencapai limit bawah, oleh Mahyuni (2003) menemukan bahwa
namun penurunannya tidak terlalu besar. mekanisme price limit di BEJ tidak memiliki
Pihak yang menentang efektivitas price efek menurunkan volatilitas. Price limit justru
limit menganggap bahwa adanya price limit menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi
justru menghambat perubahan harga yang hingga tiga hari setelah tercapainya limit.
besar dalam satu hari perdagangan, sehingga Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dan
menyebabkan penyesuaian harga tertunda dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya,
akan berlanjut selama periode yang lebih maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
lama. Adanya likuiditas yang tinggi dan
ketidakpastian informasi di pasar H1: Penerapan price limit menyebabkan
menyebabkan peningkatan volatilitas return penurunan volatilitas return saham
setelah periode pencapaian limit. dibandingkan sebelum adanya price
limit.
Lehmann (1989) menyatakan bahwa
ketidakseimbangan order akan mendorong H2: Kelompok saham yang mencapai limit
harga mencapai limitnya, yang berimplikasi mengalami penurunan volatilitas return
terjadinya transfer transaksi di kemudian hari. daripada kelompok kontrol pada periode
Sebab investor yang tidak sabar akan menjual setelah pencapaian limit.
atau membeli pada harga yang tidak rasional.
Sedangkan investor yang sabar akan menung- Overreaction dan Price Limit
gu sampai harga mencapai keseimbangannya, Overreaction didefinisikan sebagai reaksi
sehingga ketidakseimbangan order dapat yang berlebihan sebagai respon terhadap
dikoreksi. Penyebaran volatilitas di kemudian munculnya informasi baru (De Bondt &
hari perdagangan ini konsisten dengan Thaler, 1985). Pada kondisi pasar yang
volatility spillover hyphotesis. Lauterbach & berfluktuasi, pelaku pasar akan menilai terlalu
Ben-Zion (1993) memaparkan hasil peneli- tinggi good news sehingga harga saham naik
tiannya tentang peran circuit breakers pada tajam. Serta akan menilai terlalu rendah
pasar modal Israel yang mengalami krisis, informasi buruk. Akibatnya harga turun secara
hasilnya bahwa trading halt dan price limit tajam (Docking & Koch, 2005). Berdasarkan
tidak mampu meredam fluktuasi return saham, hipotesis overreaction, investor cenderung
hanya memperhalus fluktuasi return saja. Jadi untuk bereaksi terlalu berlebihan terhadap
price limit memperpanjang fase kenaikan atau berita baik (buruk), sehingga mendorong
penurunan harga. harga saham di atas (atau di bawah) harga
Studi yang dilakukan oleh Kim & Rhee ekuilibriumnya. Berdasarkan hipotesis pasar
(1997) meneliti efek price limit dengan efisien, harga saham secara penuh
membandingkan harga kelompok saham yang merefleksikan semua informasi sehingga tidak
menyentuh limit pada hari dan setelah memungkinkan bagi seseorang untuk
pencapaian limit dengan kelompok saham mendapat abnormal return secara konsisten.
yang hampir mencapai limit. Hasilnya Hipotesis ini mendapat kritikan karena adanya
menunjukkan bahwa tingkat volatilitas return
2007 Rita & Tandelilin 167

beberapa pengecualian yang disebut anomali overreaction. Huang (1998) menemukan price
pasar (Banz, 1981). reversal pada hari +2, yang mengindikasikan
Fenomena overreaction ini dapat dijelas- adanya overreaction jangka pendek dari
kan secara psikologi. Menurut Lin & Chou investor. Keefektifan price limit dapat
(2002), overreaction disebabkan oleh bias dilengkapi dengan adanya batasan dalam
psikologi dalam diri investor yang berupa perubahan tick size atau maksimal variasi
kepercayaan diri berlebihan serta bias persep- harga pada transaksi berikutnya. Penelitian
si. Investor dengan bias psikologi cenderung Diacogiannis et al. (2005) yang meneliti
melakukan estimasi berlebihan terhadap overreaction jangka pendek berkaitan dengan
informasi privat yang dimilikinya, sehingga penerapan price limit. Metode event study
menyebabkan harga saham overreact. digunakan untuk menguji kejadian kenaikan
Sedangkan bias persepsi mendorong atau penurunan harga saham yang mengaktif-
uninformed trader memberi bobot yang lebih kan price limit selama satu, dua, dan tiga hari.
rendah terhadap informasi yang menurunkan Hasilnya menunjukkan adanya pembalikan
kepercayaan dirinya, dan akan memberi bobot harga pada satu, dua, dan tiga hari setelah
lebih tinggi terhadap informasi yang pencapaian limit. Phylaktis, et al. (1999)
mendukung kepercayaan dirinya. Akibatnya dengan menggunakan return harian serta
harga saham akan terus mengalami overreact. bulanan dari sepuluh saham di ASE periode
Jika di pasar terdapat banyak investor yang 1990-1996, tidak menemukan adanya
memiliki bias psikologi maka pergerakan overreaction pada kesepuluh saham yang
harga saham akan terus menunjukkan pola diteliti. Penelitian di BEJ oleh Mahyuni
kenaikan yang sangat cepat, namun meng- (2003) juga menyatakan bahwa price limit
alami penurunan/pembalikan yang sangat tidak dapat mengatasi overreaction yang
lambat. Hal ini menyebabkan volatilitas ditunjukkan dengan kecilnya proporsi price
berlebihan. Secara teoretis, hipotesis reversal pada kelompok saham dengan price
overreaction menyangsikan keefektifan sistem limit dibandingkan kelompok kontrol.
keuangan. (Greenwald & Stein, 1991). Berdasarkan tinjauan pustaka serta
Pendukung price limit menyatakan bahwa dukungan penelitian sebelumnya, maka diru-
penerapan sistem ini dapat mencegah perilaku muskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
panik massal dan tindakan spekulatif. Price H3: Proporsi price reversal kelompok saham
limit melindungi pasar untuk tidak bereaksi yang mencapai limit lebih besar daripada
terlalu berlebihan terhadap informasi/kejadian proporsi price reversal pada kelompok
baru, khususnya pada saat krisis di mana kontrol.
mekanisme penyebaran informasi kurang
efektif. Chen (1998) menunjukkan bahwa METODE PENELITIAN
masuknya informasi bullish yang baru ke
pasar pada hari pertama membuat investor Metode Penentuan Sampel
bereaksi berlebihan, sehingga harga saham Populasi dalam penelitian ini adalah
melonjak ekstrim. Pada hari kedua secara saham-saham yang listing di BEJ dari semua
sistematis harga menjadi lebih rendah sektor dari tahun 2000-2005. Dari populasi
daripada hari pertama. Hal yang sama juga tersebut akan diambil beberapa yang terpilih
terjadi pada saat masuknya informasi negatif menjadi sampel. Pemilihan sampel dibagi
di pasar. Chen (1998) menegaskan jika menjadi dua tahapan, di mana tahapan
pergerakan harga saham berbalik arah pada pertama adalah memilih saham-saham yang
hari bursa berikutnya, berarti price limit termasuk kategori LQ-45 pada periode
memiliki efek positif untuk mengatasi Februari 2001-Juli 2001. Saham kategori
168 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

inilah yang dipilih dengan dasar pertimbangan tertinggi/terendah hariannya mengalami


sangat aktif diperdagangkan sehingga perubahan naik atau turun namun tidak sampai
pergerakan harganya cukup fluktuatif, dan mencapai limitnya yaitu sebesar 0,6 (LIMITt)
merupakan market mover. Sampel ini akan yang akan disebut stocko,6. Pemilihan sampel
digunakan dalam pengujian hipotesis pertama. dalam tahap kedua ini menggunakan metode
Tahap yang kedua adalah memilih saham- purposive sampling, kriteria yang ditetapkan
saham yang mencapai limit baik atas maupun adalah sebagai berikut:
bawah. Sampel yang terpilih ini akan Kejadian saham mencapai limitnya
digunakan dalam pengujian hipotesis kedua (stockhit) yang terjadi lebih dari sekali dan
dan ketiga. Periode waktu yang digunakan terjadi selama beberapa hari berturut-turut
adalah mulai tanggal 4 Desember 2001- 31 dalam satu periode pengamatan dalam periode
Desember 2005. Periode ini merupakan pengamatan akan dikeluarkan dari sampel. Hal
periode setelah adanya mekanisme price limit ini untuk menghindari bias dalam analisis,
di BEJ. Tiga kategori saham yang terbentuk, sebab pada hari terjadinya pencapaian limit
yaitu: (1) saham-saham yang harga tertinggi/ akan dijadikan sebagai hari ke-0 (event date).
terendah hariannya mencapai limit yang Setiap kejadian dianggap sebagai kejadian
selanjutnya disebut stockhit, yang terdiri dari yang bersifat independen (Chen et al., 2005).
saham yang harga tertingginya mencapai limit Hal yang sama juga diterapkan pada saham-
atas (stockup), dan saham yang harga teren- saham yang tidak sampai mencapai limitnya,
dahnya mencapai limit bawah (stockdown); (2) yaitu stock0,8 dan stock0,6. Berdasarkan kriteria
saham-saham yang harga tertinggi/terendah tersebut, akhirnya diperoleh ketiga kategori
hariannya mengalami perubahan naik atau saham dengan sejumlah pencapaian limit
turun namun tidak sampai mencapai limitnya (Tabel 2).
disebut stock0,8; (3) saham-saham yang harga

Tabel 2. Jumlah Kejadian Pencapaian Upper Limit


Keterangan Jumlah
Kejadian pencapaian upper limit (stockup) 419
Kejadian pencapaian upper limit berturut-turut (229)
Jumlah kejadian pencapaian upper limit 190
Sumber: diolah

Jumlah Kejadian Pencapaian Lower Limit


Keterangan Jumlah
Kejadian pencapaian lower limit (stockdown) 104
Kejadian pencapaian lower limit berturut-turut (28)
Jumlah kejadian pencapaian lower limit 76
Sumber: diolah

Jumlah Kejadian Pencapaian Upper Limit 0,8 (LIMITt)


Keterangan Jumlah
Kejadian pencapaian Upper 0,8 (LIMITt) atau (stock0,8) 101
Kejadian pencapaian upper limit berturut-turut (7)
Jumlah kejadian pencapaian upper limit 94
Sumber: diolah
2007 Rita & Tandelilin 169

Jumlah Kejadian Pencapaian Lower Limit 0,8 (LIMITt)


Keterangan Jumlah
Kejadian pencapaian Lower 0,8 (LIMITt) atau (stock0,8) 77
Kejadian pencapaian lower limit berturut-turut (9)
Jumlah kejadian pencapaian lower limit 68
Sumber: diolah

Jumlah Kejadian Pencapaian Upper Limit 0,6 (LIMITt)


Keterangan Jumlah
Kejadian pencapaian upper 0,6 (LIMITt) atau (stock0,6) 45
Kejadian pencapaian upper limit berturut-turut (0)
Jumlah kejadian pencapaian upper limit 45
Sumber: diolah

Jumlah Kejadian Pencapaian Lower Limit 0,6 (LIMITt)


Keterangan Jumlah
Kejadian pencapaian lower 0,6 (LIMITt) atau (stock0,6) 38
Kejadian pencapaian lower limit berturut-turut (4)
Jumlah kejadian pencapaian lower limit 34
Sumber: diolah

Indikator Empiris saham, yaitu: r (O0C0) dan r (C0O1). Lambang


Untuk menguji efektivitas price limit O dan C masing-masing menunjukkan harga
dalam rangka mengurangi fluktuasi harga pembukaan (opening) dan penutupan
saham, maka digunakan indikator empiris (closing). Subscript mewakili hari, 0 adalah
volatilitas return harian yang diukur dengan hari tercapainya limit, sedangkan 1 adalah hari
metode return kuadrat. setelah pencapaian limit.
Daytime return yang diberi simbol r
Vjt = (Rjt)2 (1)
(O0C0) mewakili open-to-close return pada
Keterangan: hari pencapaian limit, yang dihitung dengan
Vjt: volatilitas saham j pada hari ke t rumus:
Rjt: return saham j pada hari ke t C0
r1  Ln (3)
Untuk menghitung return harian untuk O0
masing-masing saham dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Pjt  Pjt1
R jt  (2) C0 : harga penutupan pada hari tercapai-
Pjt1 nya limit
Keterangan: O0 : harga pembukaan pada hari tercapai-
nya limit
Pjt : harga saham j pada hari ke t
Pjt-1: harga saham j pada hari ke t-1. Sedangkan overnight return yang diberi
Sedangkan untuk menguji hipotesis simbol r (C0O1) mewakili close-to-open return
overreaction, akan digunakan dua seri return yang dihitung dengan rumus:
untuk menunjukkan perilaku price reversal
170 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

O1 saham telah mencapai limitnya, akan


r2  Ln (4) diidentifikasi hari di mana batas atas (upper
C0
limit) suatu saham adalah Ht = Ct-1 + LIMITt.
Keterangan: Ht adalah harga tertinggi pada hari t; Ct-1
C0 : harga penutupan pada hari tercapai- adalah previous price; LIMITt adalah
nya limit maksimum kenaikan harga yang diijinkan
terjadi pada hari t. Hal yang sama juga berlaku
O1 : harga pembukaan pada hari setelah
untuk saham yang mencapai batas bawah
tercapainya limit
(lower limit), yaitu Lt  Ct-1 - LIMITt. Lt adalah
Kombinasi dari kedua jenis return ini (r1, harga terendah pada hari t; Ct-1 adalah
r2) akan digunakan untuk menentukan tipe previous price.
perilaku suatu saham pada hari tercapainya Penelitian ini menggunakan metodologi
limit sampai dengan pembukaan hari event study. Periode window yang digunakan
berikutnya. Return saham dapat positif, adalah 11 hari yang terdiri dari -5 sampai +5.
negatif, ataupun nol dan masing-masing akan Hari 0 menunjukkan hari pencapaian limit
diberi notasi (+), (-), dan (0). Sehingga (limit hit day). Hari +1 menunjukkan hari
nantinya akan terbentuk sembilan seri return, setelah terjadinya pencapaian limit, demikian
yaitu: (+,+), (+,-), (+,0), (0,+), (0,-), (0,0), (- seterusnya. Pada masing-masing hari pada
,+), (-,-), dan (-,0). Simbol return yang periode jendela akan dibandingkan tingkat
pertama mewakili r(O0C0) dan simbol return volatilitas untuk kedua kategori saham
kedua mewakili r(C0O1). Adanya perilaku (stockshit, dan stock0,8) serta (stockshit, dan
price reversal dari stockshit yang lebih sering stock0,6) dengan menggunakan metode
daripada kelompok kontrol mengindikasikan nonparametric Wilcoxon signed-rank test.
bahwa price limit mengatasi overreaction.
Untuk pengujian hipotesis ketiga,
Perilaku return dari kelompok kontrol akan
dilakukan pengidentifikasian perilaku saham
mewakili perilaku yang normal.
yang mencerminkan price reversal baik untuk
saham yang mengalami pergerakan naik atau
Tahap Analisis
turun pada ketiga kategori saham. Di sini akan
Pengujian hipotesis satu, langkah pertama digunakan dua seri return untuk ketiga
adalah memilih menghitung tingkat volatilitas kategori saham, yaitu daytime return dan
untuk masing-masing saham yang masuk overnight return. Untuk saham yang mencapai
dalam kategori saham LQ-45 pada waktu limit atas, seri return (+, -), (0, -), (-, +), (-, 0),
sebelum dan setelah penerapan price limit di dan (-, -) dikategorikan sebagai price reversal.
BEJ. Periode sebelum dan setelah penerapan Sedangkan untuk saham yang mencapai batas
price limit masing-masing ditetapkan satu bawah, seri return (-, +), (0, +), (+, -), (+, 0),
tahun. Price limit sendiri mulai diberlakukan dan (+, +) dikategorikan sebagai price
di BEJ mulai tanggal 3 Desember 2001. reversal. Pada pengujian ini, pencapaian limit
Pembagian waktunya sebagai berikut: tanggal yang terjadi berturut-turut tidak dikeluarkan
1 Desember 2000-30 November 2001 merupa- dari sampel. Kim & Rhee (1997) menyatakan
kan periode sebelum penerapan price limit; jika dikeluarkan justru menimbulkan bias.
tanggal 4 Desember 2001-4 Desember 2002
adalah periode setelah penerapan price limit. Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk pengujian hipotesis kedua, maka 1) Uji normalitas data
digunakan tiga kelompok sampel, yaitu
Pada kasus ini akan digunakan bantuan uji
kelompok stockhit, stock0,8, dan stock0,6. Dan
Kolmogorov Smirnov yang telah dikoreksi
untuk menentukan kejadian di mana suatu
dengan uji Lilliefors.
2007 Rita & Tandelilin 171

2) Untuk menguji efektivitas price limit da- penyimpangan pada periode setelah price limit
lam rangka menurunkan tingkat volatilitas, juga mengalami kenaikan, semula sebesar
akan dibandingkan volatilitas return saham 0,001259 lalu naik menjadi 0,004329. Jadi
sebelum dan setelah penerapan price limit secara keseluruhan hal ini menunjukkan
menggunakan metode statistik nonpara- bahwa penerapan price limit ternyata tidak
metrik, yaitu metode Wilcoxon signed rank dapat mengurangi volatilitas return, justru
test. meningkatkan volatilitas return saham.

Pengujian Hipotesis Kedua Tabel 3. Statistika Deskriptif Volatilitas


Return
1) Uji normalitas data.
Sebelum Setelah
Uji normalitas dilakukan dengan bantuan Price Limit Price Limit
uji Kolmogorov Smirnov yang telah Mean 0,001749 0,002489
dikoreksi dengan uji Lilliefors. Pengujian Standard Error 0,000188 0,000645
dilakukan terhadap kelompok saham Median 0,001210 0,001317
stockhit, stock0,8, dan stock 0,6 pada masing- Standard Deviation 0,001259 0,004329
masing hari selama periode jendela, yaitu Variante 0,000006 0,000019
11 hari (lima hari sebelum, pada saat, dan
Kurtosis 1,347 31,625
lima hari setelah pencapaian limit).
Std. Error of Kurtosis 0,695 0,695
2) Selanjutnya pengujian dilakukan dengan Skewness 1,303 5,340
metode nonparametrik, yaitu uji Mann- Std. Error of Skewness 0,354 0,354
Whitney U Test terhadap dua sampel yang
Range 0,00570 0,02850
tidak berhubungan.
Minimum 0,0005 0,00012
Pengujian Hipotesis Ketiga Maximum 0,00574 0,02862
Count 45 45
Untuk membandingkan proporsi dua
Sumber: diolah
populasi atau lebih dapat menggunakan uji
Chi-Square, yaitu dengan membandingkan Berdasarkan hasil uji normalitas, diketa-
proporsi price reversal antara kelompok hui bahwa distribusi sampel tidak normal.
saham yang mencapai limitnya dengan Sehingga pengujian volatilitas dilakukan
kelompok saham kontrol. dengan menggunakan metode Wilcoxon
signed ranks test. Secara ringkas hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN pengujian beserta kesimpulan adalah sebagai
Analisis Volatilitas Pada Saham-Saham berikut:
LQ-45
Tabel 4. Hasil Pengujian Volatilitas Return
Sebelum menganalisis volatilitas return, Saham LQ-45
akan disajikan statistika deskriptif rata-rata
Sebelum PL –
volatilitas return saham-saham LQ-45 sebagai
Setelah PL
berikut (Tabel 3).
Z -0,694
Berdasarkan statistika deskriptif pada Asymp. Sig. (2-tailed) 0,488
tabel 3, tampak bahwa rata-rata volatilitas Sumber: diolah
return pada periode setelah price limit
mengalami kenaikan, semula sebesar Jika dilihat dari nilai asymp.sig (1-tailed )
0,001749 lalu naik menjadi 0,002489. Selain sebesar 0,244 yang lebih besar dari  (5
itu jika dilihat dari nilai standar deviasi atau persen) berarti Ho diterima. Artinya tidak
172 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

140

120

100
indeks LQ-45

80

60

40
Sebelum Price Limit Setelah Price Limit
20

0
1 23 45 67 89 111 133 155 177 199 221 243 265 287 309 331 353 375 397 419 441 463 485
pe riode

Gambar 1. Pergerakan Indeks LQ-45 Sebelum dan Setelah Price Limit

terbukti bahwa rata-rata volatilitas setelah stock0,8, dan stock0,6 dilakukan dengan
penerapan price limit lebih kecil daripada menggunakan metode Mann-Whitney U Test.
sebelum adanya price limit. Atau dengan kata
lain penerapan price limit tidak memiliki efek Pengujian Volatilitas Pada Upper Limit
menurunkan volatilitas.
Tabel 5 berisi data volatilitas dari saham-
Berdasarkan pergerakan indeks LQ-45, saham yang mengalami kenaikan harga
pada periode setelah penerapan price limit (upward price movement) kategori stockup,
memang cenderung lebih tinggi daripada stock0,8, dan stock0,6.
sebelum penerapan price limit.
Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa pada
Pada kondisi pasar bullish, mereka hari -4 tingkat volatilitas return stockup lebih
mengabaikan adanya pembayaran dividen kecil dan signifikan dibanding kedua
serta faktor fundamental lainnya asalkan kelompok kontrol, yaitu sebesar 0,009768
saham tersebut terus naik (Chen et al., 2005). dibandingkan 0,011729 dan 0,013998 untuk
Docking & Koch (2005) menambahkan bahwa stock0,8 dan stock0,6. Namun selanjutnya
pada kondisi pasar yang bullish berita baik volatilitas naik kembali sampai akhirnya
akan dipersepsi dengan lebih baik oleh pelaku menyentuh limit. Fenomena ini diduga adanya
pasar. Adanya respon yang berlebihan ini perilaku uninformed trader yang meyakini
mendorong kenaikan harga saham, hal ini bahwa harga saham akan naik, dan berharap
menyebabkan volatilitas menjadi tinggi. harga keseimbangan yang baru akan melewati
Selain itu hal ini diduga disebabkan oleh limit atas. Sehingga mereka ingin segera
terlalu lebarnya rentang price limit di BEJ. melakukan transaksi (Abad & Pascual, 2006).
Sehingga menyebabkan harga bergerak terlalu Kemudian pada hari-hari setelah
fleksibel, yang justru dapat meningkatkan pencapaian limit, pada hari +1 terlihat bahwa
tingkat volatilitas return saham. volatilitas return stockup mengalami penurunan
yang sangat ekstrim dari 0,201712 turun
Analisis Volatilitas Pada Kelompok Saham menjadi 0,01852 (91 persen). Hasil ini tidak
Yang Mencapai Limit (STOCKhit) bisa disimpulkan begitu saja bahwa price limit
Setelah diuji normalitas, diperoleh hasil secara efektif mampu mengurangi volatilitas.
bahwa ketiga sampel stockhit, stock0,8, dan Biasanya volatilitas akan turun setelah terjadi
stock0,6 tidak berdistribusi normal. Sehingga pencapaian volatilitas yang ekstrim. Oleh
pengujian volatilitas untuk kelompok stockhit, sebab itu berdasarkan saran Kim & Rhee
(1997) perlu dibandingkan tingkat volatilitas
2007 Rita & Tandelilin 173

Tabel 5.Hasil Pengujian Volatilitas Return Stockup, Stock0,8, dan Stock0,6

Hari Stockup Stock0,8 Stock0,6


-5 0,012039 0,003488 0,012449
-4 0,009768 ** 0,011729 ** 0,013998
-3 0,011174 0,010577 0,005007
-2 0,017865 0,011949 0,007283
-1 0,036661 0,020376 0,021677
0 0,201712 0,119492 0,066184
+1 0,01852 0,014737 ** 0,02482
+2 0,01472 ** 0,01954 0,011872
+3 0,015697 * 0,016231 0,00813
+4 0,013365 0,008086 * 0,018424
+5 0,012105 0,006852 0,006329
** : signifikan pada  5%
* : signifikan pada  10%

antara saham-saham yang mencapai limit Pada stock0,8, rata-rata volatilitas selama
dengan saham-saham yang tidak menyentuh enam hari sebesar 0,0296, sedangkan rata-rata
limit (kelompok kontrol). Setelah diban- volatilitas setelah pencapaian limit sebesar
dingkan volatilitas antara stockup dan stock0,8 0,0131. Jadi mengalami penurunan sebesar 55
ternyata stockup mengalami penurunan persen. Demikian pula dengan stock0,6, rata-
volatilitas yang signifikan pada hari +2, dan rata volatilitas selama enam hari adalah
+3. Volatilitas sebesar 0,01472 dan 0,015697 0,0263, lalu turun menjadi 0,0139 (sebesar 47
ini terbukti lebih kecil dibanding yang terjadi persen) setelah pencapaian limit. Jadi berda-
pada kelompok stock0,8, yaitu sebesar 0,01954 sarkan hasil pengujian di atas, dapat diindi-
dan 0,016231. kasikan bahwa penerapan price limit di BEJ
Demikian pula saat dibandingkan volati- dapat mengurangi volatilitas return saham,
litas antara stockup dan stock0,6 ternyata stockup sebab tidak terbukti adanya penyebaran vola-
mengalami penurunan volatilitas yang signi- tilitas pada hari-hari setelah pencapaian limit.
fikan pada hari +1 dan +4. Penurunan sebesar
0,01852 dan 0,013365 ini terbukti lebih kecil Pengujian Volatilitas Pada Lower Limit
dibanding yang terjadi pada kelompok Tabel 6 berisi data volatilitas dari saham-
stock0,6, yaitu sebesar 0,02482 dan 0,018242. saham yang mengalami penurunan harga
Analisis juga dapat dilakukan dengan (downward price movement) kategori
membandingkan nilai rata-rata volatilitas stockdown, stock0,8, dan stock0,6.
return kelompok stockup selama enam hari
Berdasarkan tabel 6 di atas, tampak bahwa
(hari -5 sampai dengan hari 0) dengan lima
pada hari -5 tingkat volatilitas return pada
hari setelah pencapaian limit (hari +1 sampai
kelompok stockup secara signifikan lebih kecil
dengan hari +5). Rata-rata volatilitas selama
dibanding kedua kelompok kontrol. Demikian
enam hari sebesar 0,0482, sedangkan rata-rata
pula pada hari -3, volatilitas return pada
volatilitas setelah pencapaian limit sebesar
kelompok stockup secara signifikan lebih kecil
0,0149. Jadi bisa dilihat bahwa rata-rata
dibanding stock0,6, yaitu sebesar 0,021363
volatilitas menurun setelah hari 0, dengan
dibandingkan 0,016558. Kemudian pada hari-
penurunan sebesar 69 persen.
hari setelah pencapaian limit, pada hari +1
terlihat bahwa volatilitas return stockdown
174 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

Tabel 6. Hasil Pengujian Volatilitas Return Stockdown, Stock0,8, dan Stock0,6

Hari Stockdown Stock0,8 Stock0,6


-5 0,006146 * 0,012113 ** 0,011103
-4 0,009593 0,041934 0,0055
-3 0,011363 0,014111 ** 0,016558
-2 0,017073 0,010092 0,016347
-1 0,012234 * 0,014466 ** 0,02079
0 0,088325 0,08603 0,051588
+1 0,031533 0,028618 0,01902
+2 0,015663 ** 0,028745 0,017076
+3 0,018512 0,012731 0,018348
+4 0,012756 0,018859 * 0,018434
+5 0,010518 0,010836 ** 0,014695
** : signifikan pada  5%
* : signifikan pada  10%

mengalami penurunan yang ekstrim sebesar Selain itu penurunan volatilitas pada
64 persen dari 0,088325 menjadi 0,031533. kelompok saham yang mencapai limit dapat
Masih terlalu dini menyimpulkan bahwa price dilakukan dengan membandingkan nilai rata-
limit mampu mengurangi volatilitas. Hal yang rata volatilitas return kelompok stockdown
sama juga terjadi pada kedua kelompok selama enam hari (hari -5 sampai dengan hari
kontrol, yaitu terjadi penurunan ekstrim dari 0) dengan lima hari setelah pencapaian limit
0,08603 menjadi 0,028618 (67 persen) untuk (hari +1 sampai dengan hari +5). Rata-rata
stock0,8 serta penurunan dari 0,051588 menjadi volatilitas selama enam hari sebesar 0,0241,
0,01902 (63 persen) untuk stock0,6. sedangkan rata-rata volatilitas setelah
Selanjutnya dilakukan perbandingan pencapaian limit sebesar 0,0178. Jadi bisa
volatilitas antara stockdown dan stock0,8. dilihat bahwa rata-rata volatilitas menurun
Ternyata stockdown mengalami penurunan setelah hari 0, dengan penurunan sebesar 35
volatilitas yang signifikan pada hari +2. persen. Pada stock0,8, rata-rata volatilitas
Volatilitas sebesar 0,015663 ini terbukti lebih selama enam hari sebesar 0,0298, sedangkan
kecil dibanding yang terjadi pada kelompok rata-rata volatilitas setelah pencapaian limit
stock0,8, yaitu sebesar 0,028745. Demikian sebesar 0,0199. Jadi mengalami penurunan
pula saat dibandingkan volatilitas antara sebesar 33 persen. Demikian pula dengan
stockdown dan stock0,6 ternyata stockdown meng- stock0,6, rata-rata volatilitas selama enam hari
alami penurunan volatilitas yang signifikan adalah 0,0203, lalu turun menjadi 0,0175
pada hari +4 dan +5. Volatilitas sebesar (sebesar 13 persen) setelah pencapaian limit.
0,012756 dan 0,010518 ini terbukti lebih kecil Jadi berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat
dibanding yang terjadi pada kelompok diindikasikan bahwa penerapan price limit di
stock0,6, yaitu sebesar 0,018434 dan 0,014695. BEJ dapat mengurangi volatilitas return
Memang terjadi fluktuasi volatilitas selama saham, baik untuk kelompok saham yang
hari +1 sampai +5, namun akhirnya pada hari mengalami kenaikan ataupun penurunan
+5 terjadi penurunan volatilitas pada ketiga harga. Keefektifan price limit dalam meredam
kelompok saham. Di sini tidak terlihat adanya volatilitas ini dicapai melalui fungsinya yang
penyebaran volatilitas pada hari-hari setelah membatasi pergerakan harga saham agar tidak
pencapaian limit. terlalu volatile dalam satu hari perdagangan
melalui persentase perubahan harga yang
2007 Rita & Tandelilin 175

diijinkan terjadi dalam sehari. Selain itu, price keseluruhan sampel tanpa mengeluarkan
limit juga memberikan waktu bagi pelaku pencapaian limit yang terjadi berturut-turut
pasar untuk mencari informasi dan memper- (tabel 7). Jumlah seluruh sampel untuk saham
timbangkan kembali keputusan investasinya yang mengalami kenaikan terdiri dari: stockup:
yang telah atau akan dilakukan berdasarkan n=648; stock0,8: n=108; stock0,6: n=45.
informasi tersebut. Sedangkan untuk saham yang mengalami
Dugaan lain terjadinya penurunan vola- penurunan terdiri dari: stockdown: n=132;
tilitas yang signifikan setelah price limit ini stock0,8: n=86; stock0,6: n=34.
adalah terletak pada sifat volatilitasnya. Kolom bertanda S menunjukkan jumlah
Volatilitas yang cenderung berubah pada price reversal pada masing-masing kelompok
periode setelah pencapaian price limit ini saham, baik yang mengalami kenaikan
disebabkan pergerakan harga yang dipicu oleh ataupun penurunan harga. Kolom bertanda Pr
transitory volatility. Dengan demikian harga menunjukkan proporsi price reversal untuk
yang terbentuk itu akan kembali pada harga masing-masing saham, baik yang mengalami
yang sewajarnya yang mencerminkan nilai kenaikan ataupun penurunan harga.
fundamentalnya.
Pengujian Overreaction Pada Kelompok
Pengujian Overreaction Pada Kelompok Saham Yang Mencapai Limit Atas
Saham Yang Mencapai Limit (Stockhit) (Stockup).
Sebelum melakukan pengujian, berikut Berikut hasil uji Chi-Square pada
disajikan proporsi total dari price reversal dari kelompok saham yang mengalami pergerakan
masing-masing kelompok saham untuk naik (Tabel 8).

Tabel 7. Jumlah dan Proporsi Price Reversal


Price Behavior Shit S0,8 S0,6 Pr Shit Pr S0,8 Pr S0,6
Upward Price Movement Reversal 234 35 14 0,36 0,32 0,31
Downward Price Movement Reversal 78 36 12 0,59 0,42 0,35
Sumber: diolah penulis

Tabel 8. Hasil Uji Chi-Square terhadap Proporsi Price Reversal Stockup dan Stock0,8
Value Df Asymp.Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .554a 1 .457
Sumber: diolah

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. the minimum expected count is 38.43
Nilai X2 tabel (5%, df=1): 3,841
Tabel 9. Hasil Uji Chi-Square terhadap Proporsi Price Reversal Stockup dan Stock0,6
Value Df Asymp.Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .458a 1 .499
Sumber: diolah

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. the minimum expected count is 16.10
Nilai X2 tabel (5%, df=1): 3,841
176 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

Berdasarkan tabel 9, diketahui adanya 100 persen dalam sehari daripada kenaikan 20
nilai (asymp.sig)/2 yang lebih besar dari nilai persen yang berlangsung selama lima hari.
α (0,2285 > 0,05) selain itu juga dari perban- Adanya batasan perubahan harga kemung-
dingan antara nilai Chi square tabel dengan kinan membuat informed trader yang
Chi-Square hitung, yaitu 3,841 > 0,554. Hal memiliki private information tidak bersedia
yang sama juga terjadi pada stock0,6. Walau- mengeluarkan seluruh informasi yang dimili-
pun terlihat bahwa proporsi price reversal kinya melalui aktivitas perdagangannya.
stockhit lebih besar dari proporsi stock0,6, Mereka mengetahui bahwa harga yang
namun perbedaan itu tidak signifikan. Hal ini rasional berada di luar rentang price limit,
dilihat dari nilai (asymp.sig)/2 yang lebih namun tidak mungkin merealisasikan pada
besar dari α (0,2495 > 0,05) serta dari hari itu juga. Bagi yang tidak sabar akan tetap
perbandingan nilai Chi-Square tabel dan Chi- melakukan transaksi pada hari tercapainya
Square hitung, yaitu 3,841 > 0,458. Hal ini limit, tapi dengan melepas private information
berarti bahwa secara statistik tidak terbukti secara bertahap (Kim & Sweeney, 2000).
bahwa proporsi price reversal stockhit lebih Akibatnya hal ini tidak menimbulkan terja-
besar dari proporsi price reversal kelompok dinya koreksi harga dengan segera. Prosesnya
kontrol. adalah dengan pelepasan secara gradual
Jadi meskipun price limit tidak mampu private information menyebabkan asimetri
mengatasi overreaction pada saham yang informasi yang tinggi, sehingga jumlah
mengalami kenaikan harga, namun mekanis- uninformed trader menjadi banyak yang dapat
me ini dapat memperpanjang fase kenaikan memicu terjadinya transitory volatility.
harga dan memperhalus fluktuasi return
saham (Lauterbach & Ben-Zion, 1993; Lin & Pengujian Overreaction Pada Kelompok
Chou, 2002). Dalam kasus terjadinya kenaikan Saham Yang Mencapai Limit Bawah
harga secara ekstrim dalam satu hari, fungsi (Stockdown)
price limit dapat meredam perilaku panic
Berikut adalah hasil pengujian Chi-Squre
buying investor. Investor akan lebih
untuk saham yang mengalami penurunan
merasakan dampaknya jika terjadi kenaikan
harga (Tabel 10).

Tabel 10. Hasil Uji Chi-Square terhadap Proporsi Price Reversal Stockdown dan Stock0,8

Value Df Asymp.Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 6,197a 1 .013
Sumber: diolah

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. the minimum expected count is 41,03
Nilai X2 tabel (5%, df=1): 3,841

Tabel 11. Hasil Uji Chi-Square terhadap Proporsi Price Reversal Stockdown dan Stock0,6

Value Df Asymp.Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 6,168a 1 .013
Sumber: diolah

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. the minimum expected count is 15,57
Nilai X2 tabel (5%, df=1): 3,841
2007 Rita & Tandelilin 177

Perbandingan proporsi price reversal 1) Tidak terjadi penurunan volatilitas return


antara stockdown dan stock0,8 menunjukkan yang signifikan pada periode setelah
bahwa perbedaan keduanya signifikan pada α penerapan price limit. Hasil ini mengindi-
= 5 persen. Nilai (asymp.sig)/2 kurang dari α kasikan bahwa price limit tidak mampu
(0,0065<0,05) serta nilai Chi-Square hitung meredam volatilitas return saham pada
lebih besar dari nilai Chi-Squre tabel pasar yang bullish. Adanya rentang yang
(6,197>3,841). Hal yang sama juga terjadi terlalu lebar menyebabkan pergerakan
pada perbandingan proporsi price reversal harga saham terlalu berfluktuasi sehingga
antara stockdown dan stock0,6. Nilai justru meningkatkan volatilitas.
(asymp.sig)/2 kurang dari α (0,0065<0,05) 2) Price limit dapat mengurangi tingkat vola-
serta nilai Chi-Square hitung lebih besar dari tilitas return saham setelah periode penca-
nilai Chi-Squre tabel (6,168>3,841). Artinya paian limit, baik untuk saham yang
proporsi price reversal stockdown lebih besar mengalami kenaikan ataupun penurunan
dan signifikan dari kelompok kontrol. Ada harga.
dugaan bahwa pada hari 0, para investor
merespon berita buruk terlalu berlebihan. 3) Price limit tidak efektif mengatasi
Berita buruk akan dipersepsikan menjadi lebih overreaction pada kelompok saham yang
buruk saat kondisi pasar tidak menentu mencapai batas atas (stockup). Namun pada
(Docking & Koch, 2005). Sehingga terjadi kelompok saham yang mencapai batas
penurunan harga yang sangat drastis. Namun bawah, terdapat indikasi overreaction.
kondisi ini cepat terkoreksi pada keesokan
harinya saat berita buruk itu tidak terbukti Keterbatasan Penelitian
kebenarannya. Di sini price limit berperan 1) Kelompok kontrol yang digunakan pada
memberikan kesempatan terjadinya penye- penelitian ini hanya ada dua macam, yaitu
baran informasi yang belum diketahui publik stock0,8 dan stock0,6.
(private information), sehingga diharapkan 2) Sampel yang dipilih tidak dibedakan
akan terjadi perbaikan/penurunan tingkat berdasarkan nilai fundamentalnya. Padahal
asimetri informasi. price limit memiliki dampak yang berbeda
Kemungkinan yang kedua adalah infor- terhadap kondisi fundamental suatu
med trader tidak mau menanggung kerugian perusahaan.
terlalu besar akibat sahamnya dinilai terlalu
3) Penelitian ini tidak mempertimbangkan
rendah. Sehingga mereka tidak menunda
kondisi pasar saat terjadinya pencapaian
pelepasan private information yang dimiliki-
limit, apakah sedang bullish ataukah
nya berkaitan dengan informasi yang bisa
bearish.
menaikkan harga sahamnya. Hal ini bisa
dengan segera menyebabkan koreksi harga
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
pada keesokan harinya karena harga
rasionalnya masih berada dalam rentang price 1) Menggunakan kelompok kontrol lebih dari
limit. dua dengan kriteria yang lebih bervariasi,
sehingga bisa menghasilkan kesimpulan
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN yang lebih robust.
SARAN 2) Sampel yang digunakan perlu dibedakan
Kesimpulan menurut nilai fundamentalnya, agar dapat
diketahui efek price limit berdasarkan
Berdasarkan pengujian dan analisis yang kondisi fundamentalnya. Pembedaan itu
telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat bisa dilakukan berdasarkan tinggi rendah-
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
178 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia April

nya nilai Return on Equity (ROE) dan Chen, G. M., O. M. Rui., dan S, S, Wang.
Earning per Share (EPS). (Chang, 2006) 2005 “The Effectiveness of Price Limits
and Stock Characteristics: Evidence from
3) Perlu mempertimbangkan kondisi pasar
the Shanghai and Shenzen Stock
(bullish ataukah bearish), sehingga bisa
Exchanges”. Review of Quantitative
diperoleh hasil yang lebih komprehensif
Finance and Accounting 25: 159-182.
tentang efektivitas penerapan price limit.
Chung, J., dan L. Gan. 2005. “Estimating the
4) Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti Effect of Price Limit on Limit-Hitting
keefektifan kedua sistem ini untuk Days”. Econometrics Journal 8: 79-96.
meredam volatilitas maupun overreaction
DeBondt, W. F. M., dan R.H. Thaler. 1985.
sehingga menghasilkan pengetahuan yang
“Does the Stock Market Overreact?”.
lebih luas sebagai bahan pertimbangan
Journal of Finance 40: 793-805.
untuk menentukan mekanisme optimal
yang melindungi bursa. Diacogiannis, G.P., N. Patsalis., N. V.
Tsangarakis., dan E.D.Tsiritakis. 2005.
REFERENSI “Price Limit and Overreaction in the
Athens Stock Exchange”. Applied
Abad, D., dan R. Pascual. 2006. ”On the Financial Economics 15: 53-61.
Magnet Effect of Price Limits”.
http://papers.ssrn.com. 20 April 2007. Docking, D. S., dan P.D. Koch. 2005.
“Sensitivity of Investor Reaction to
Al-Khouri, R. S., dan M. M. Ajlouni. 2007. Market Direction and Volatility: Dividend
”Narrow Price Limit and Stock Price Change Announcements”. The Journal of
Volatility: Empirical Evidence from Financial Research 28: 21-40.
Amman Stock Exchange”. International
Research Journal of Finance and Greenwald, B.C., dan J, C.Stein. 1991.
Economics 8: 163-180. “Transactional Risk, Market Crashes, and
the Role of Circuit Breakers”. Journal of
Banz, R.W. 1981. ”The Relationship Between Business 64: 443-462.
Return and Market Value of Common
Stocks”. Journal of Financial Economics Harris, L. 2003. Trading and Exchanges:
9: 3-18. Market Microstructure for Practitioners.
Oxford University Press. New York.
Bildik, R., dan S. Elekdag. 2002. ”Effects of
Price Limits on Volatility: Evidence from Huang, S.H. 1998. “Stock Price Reaction to
the Istanbul Stock Exchange”. Daily Price Limit Moves: Evidence from
http://papers.ssrn.com. 31 Mei 2007. the Taiwan Stock Exchange”. Journal of
Business Finance and Accounting 25:
Bildik, R., dan G. Gulay. 2003. ”Effects of 469-483.
Price Limit on Stock Markets: Evidence
from Istanbul Stock Exchange”. Draft Kim, K. A., dan S.G. Rhee. 1997. “Price Limit
Paper. Performance: Evidence from the Tokyo
Stock Exchange”. The journal of Finance
Chang, C. H. 2006. ”Does Price Limit Spill LII: 885-901.
the Stock Price Volatility of the
Companies with Different Fundamental Kim, K.A., dan P. Limpaphayom. 2000.
Value?”. The Journal of American “Characteristics of Stocks that Frequently
Academy of Business 8: 79-85. Hit Price Limits: Empirical Evidence from
Taiwan and Thailand”. Journal of
Chen, H. 1998. “Price Limit, Overreaction, Financial Markets 3: 315-332.
and Price Resolution in Futures Markets”.
The Journal of Futures Markets 18: 243- Kim, K.A., dan R.J. Sweeney. 2000. “Effects
263. of Price Limit on Information Revelation:
2007 Rita & Tandelilin 179

Theory and Empirical Evidence”. Effectiveness of Price Limits”. Journal of


Georgetown University Working Paper. Financial Services Research 3: 165-199.
Kodres, L. E., dan D. O’Brien. 1994. “The Mahyuni, L. P. 2003. “Efektivitas Price Limit
Existence of Pareto-Superior Price di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Program
Limits”. The American Economic Review Studi Manajemen Jurusan Ilmu-Ilmu
84: 919-932. Sosial. Program Pasca Sarjana UGM
Lauterbach, B., dan U. Ben-Zion. 1993. (tidak dipublikasikan).
”Stock Market Crashes and the Phylaktis, K., M. Kavousanos., dan G.
Performance of Circuit Breakers: Manalis. 1999. “Price Limits and Stock
Empirical Evidence”. The Journal of Market Volatility in the Athens Stock
Finance XLVIII: 1909-1925. Exchange”. European Financial Manage-
Lehmann, B. N. 1989. “Commentary: ment 5: 69-84.
Volatility, Price Resolution, and the Raines, J.P., dan C.G. Leathers. 1994. “The
Effectiveness of Price Limits”. Journal of New Speculative Stock Market: Why the
Financial Services Research 3: 205-209. Weak Immunizing Effect of the 1987
Ma. C. K., R.P. Rao., dan R.S. Sears. 1989. Crash?”. Journal of Economics Issues 28:
“Volatility, Price Resolution, and the 733-753.

You might also like