Professional Documents
Culture Documents
ID Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Ber PDF
ID Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Ber PDF
Abstract
This research is based on researchers’ previous finding over teachers’ complaint on the
implementation of curriculum 2013. The low achievement of students’ reading comprehension has long
been related to the low motivation of students in reading. This situation has been considered as
sighnificant obstacle when the phases of scientific based learning are implemented in learning
process. In general, this research and development is aimed at inventing a learning model of
reading comprehension that is based on metacognitive learning strategy in the lesson of Bahasa
Indonesia at SMP Klaten. The purpose of the first year: to describe learning strategy that has been
employed by teachers. The second year: to develop learning model of metacognitive learning
strategy in the lesson of Bahasa Indonesia. Third year: to conduct extended implementation by
testing validity, practicallity and effectiveness of the model . In the first year, this research was
carried out in four SMP, while in the second year was conducted in two schools. The data
collection techniques used in this study were, observation, interview, document analysis, FGD, and
questionnaire. To analyze the data, interactive model, evaluative analysis, and comparative
analysis were employed. The result of the firs year shows that: (1) reading comprehension is
carried out in different time allotment in Bahasa Indonesia learning; (2) teachers use reading
aloud as the strategy to teach reading comprehension; (3) teachers are less intensive in guiding
students; (4) teachers train students to answer 5W+1H. Meanwhile, the result of the second year
shows that: (1) students master the metacognitive learning strategy consists of: underlining, note
taking, summarizing, and concept maping; (2) students’ reading comprehension skills are
improving; (3) learning beomes more meaningful; (4) students’learning autonomy is increasing.
This research will be continued in 2016 to test the validity, practicallity, effectiveness, and
dissemination of the model.
109
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
kepada siswanya antara lain, kesadaran jarangnya guru mengajarkan strategi belajar
fonemik, pengajaran fonik, praktik membaca kepada para siswa nampaknya merupakan
lisan yang dibimbing dengan umpan balik, penyebab paling besar kegagalan siswa dalam
pengajaran kosa kata, dan pengajaran strategi memahami materi ajar (Riyadi, 2010). Sudah
komprehensif (Prado & Plourde, 2005) Di barang tentu keadaan ini akan berkontribusi
antara kelima praktik itu The National besar terhadap rendahnya pencapaian siswa
Reading Panel menyatakan bahwa membaca pada mata pelajaran tertentu.
komprehensif adalah yang paling penting Metakognisi (metacognition) secara resmi
karena apabila seseorang hanya memiliki diperkenalkan oleh Flavell (1976), ketika
ketrampilan mengkode dalam membaca dan ditemukan fakta bahwa beberapa siswa yang
tidak memiliki kemampuan penuh dalam tidak berhasil menerapkan strategi yang telah
memahami bacaan maka orang tersebut diajarkan oleh guru, tidak mampu menyadari
sesungguhnya hanya akan pandai mengulang aspek lain dari belajar, yaitu tidak hanya
kata-kata dan bukan memahami apa yang mengandalkan kemampuan menggunakan
sedang dibacanya. Mengetahui dan memahami strategi mneumonic (menghafal) tetapi juga
apa yang sedang dibaca adalah kunci dari mampu dalam menggunakan strategi
membaca komprehensif, karena komprehensi memonitor dan mengatur proses memori
bermakna “interaction among word mereka selama mereka menggunakan strategi.
identification, prior knowledge, comprehension Dari temuannya itulah maka Flavel menyebut
strategies, and engagement” (Prado & metakognisi sebagai „thinking about thinking‟.
Plourde, 2005, p. 33). Sayangnya, banyak Leutwyer (2009) melihat bahwa regulasi
penelitian di bidang pengajaran bahasa proses belajar, yang didefinisikan sebagai
menunjukkan bahwa kebanyakan siswa penggunaan secara sangat sadar strategi belajar
sekolah menengah masih sangat rendah dalam seseorang, membutuhkan kemampuan untuk
penguasaan materi, yang disebabkan oleh merefleksi proses abstrak. Menurut pendapat
keterbatasan kemampuan memahami bacaan. Piaget dalam model perkembangan
(Margaret G. McKeown, Isabel L. Beck, kognitifnya, kemampuan untuk mengabstraksi
Ronette G.K. Blake, 2009). ini dikonsepkan sebagai tahap berpikir
Woolley (2010) menemukan bahwa siswa operasional formal. Tahapan ini tidak akan
dengan hambatan kognitif kebanyakan gagal pernah dicapai anak sebelum mereka berusia
dalam memahami bahan bacaan karena sebagian 10 hingga 12 tahun (Hofer and Pintrich, in
besar kemampuan kognitif mereka hanya Leutwyer, 2009). Sesungguhnya kemampuan
difokuskan untuk menghafalkan secara tepat mengabstraksi secara sempurna dan merujuk
kalimat dalam bacaan, namun hanya sedikit pada terjadinya kemajuan terus menerus dalam
berusaha memaknai maksud bacaan. Kesulitan penggunaan strategi belajar metakognisi akan
memahami isi bacaan juga ternyata dialami oleh terjadi pada anak usia 11 hingga 15 tahun
siswa dengan hambatan pada working memory dan (Veenman and Span, 2005).
hambatan membuat inferensi, termasuk pada anak Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
autis (Jitendra & Gajria, 2010). Kemampuan banyak siswa memiliki ketrampilan dasar
membaca komprehensif yang buruk ternyata juga dalam mengerjakan tugas akademik, akan
berhubungan dengan kurangnya pengalaman tetapi kebanyakan amat lemah menggunakan
sebelumnya atau juga berhubungan dengan kondisi strategi belajar (Hattie, 2010). Meskipun
sosial ekonomi siswa. Jika seorang siswa tidak penelitian-penelitian tersebut secara konsisten
memiliki banyak pengalaman atau siswa yang menunjukkan hasil yang membuktikan bahwa
berasal dari latar belakang yang sangat berbeda metakognisi mampu meningkatkan prestasi
dari keadaan bacaaan yang sedang dibacanya, belajar siswa, namun penelitian-penelitian
pemahaman akan merupakan tugas yang sangat tersebut masih sangat terbatas pada intervensi
berat bagi siswa yang bersangkutan (Jitendra & metakognisi secara terpisah-pisah (Kiewra,
Gajria, 2010). 2001; Kirgoz, 2009).
Sebagian besar kesulitan siswa dalam Penelitian tentang manfaat strategi belajar
memahami pelajaran justru disebabkan oleh menggarisbawahi (underlining) dimulai sejak
lemahnya siswa dalam memahami materi yang buku menjadi murah dan hampir setiap siswa
sedang dibacanya. Kenyataan bahwa sangat memilikinya, apalagi ketika hadir teknologi
110
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
111
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
112
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
pembelajaran membaca pemahaman yang standarisasi kualitas pembelajaran, bisa jadi tidak
sekaligus hasilnya berupa analisis kebutuhan mudah terwujud dikarenakan oleh banyak faktor
Selanjutnya analisis deskriptif kualitatif digunakan yang harus terkontrol.
pada tahap pengembangan berupa pengembangan Sebagaimana yang terlihat
model. Analisis deskriptif kuantitatif untuk pada pengamatan terhadap proses pembel;ajaran
mengetahui efektivitas model pembelajaran membaca pemahaman di tingjkat SMP dalam
membaca pemahaman berbasis strategi belajar penelitian ini. Secara umum guru guru yang
metakognisi pada mata pelajaran Bahasa diamati telah melaksanakan garis besar proses
Indonesia di SMP kota Klaten. pembelajaran sesuai dengan standar proses
yang terdiri dari tahap pendahuluan, tahap inti,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dan tahap penutup. Namun dalam
pelaksanaannya terlihat beberapa distorsi yang
Penelitian dan pengembangan model memerlukan perhatian untuk dapat diperbaiki
pembelajaran membaca pemahaman berbasis di masa mendatang.
strategi belajar metakognisi ini direncanakan Seperti telah dikemukakan di depan bahwa
terlaksana selama 3 tahun dengan tahapan tahapan pada saat dilaksanakan pengamatan, para guru
studi pendahuluan, pengembangan dan uji ini belum melaksanakan pembelajaran dengan
kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Berikut kurikulum 2013 . Mereka melaksanakan
adalah hasil pengamatan dan pembahasan sampai pembelajaran sebagaimana mereka lakukan
tahun kedua tentang proses pembelajaran selama ini.
membaca pemahaman dan pengembangan model Tahap pendahuluan dalam pembelajaran
pembelajaran membaca pemahaman berbasis membaca pemahaman dimulai dengan ucapan
strategi belajar metakognisi. Model pembelajaran salam kemudian dilanjutkan dengan apersepsi
ini mengadopsi lima komponen pembelajaran dari yang dalam pengamatan terhadap 4 sekolah
Bruce Joyce (2011) yang terdiri dasi sintaks, ternyata dilaksanakan dengan cara yang
sistem sosial,prinsip reaksi,sistem pendukung, berbeda cukup jauh. Lontaran pertanyaan oleh
dampak pengajaran dan pengiring. guru yang oleh Stahl and Fairbanks (1986)
diyakini akan membawa siswa secara cepat ke
A. Aktivitas Pembelajaran membaca dalam situasi psikoklogis mengikuti pelajaran,
Pemahaman. tidak dilakukan oleh beberapa guru yang
Idealnya Permendikbud tersebut merupakan diamati. Dalam apersepsi, guru mengajukan
satu satu pedoman bagi para guru dalam pertanyaan dengan pertanyaan yang kuerang
menjalankan tugas melaksanakan pembelajaran merangsang siswa berfikir tentang isi marteri
pada tingkat praktik di kelas kelas. Sebagai melainkan pertanyaan dengan jenis pengetahuan
konsekuensinya, sosialisai terhadap Permendikbud faktual, misalnya dengan kalimat, anak anak.
inipun adalah sebuah keharusan yang tidak dapat masih ingat pelajaran minggu lalu.?. Sementara
dikompromikan agar kualitas pembelajaran di Stahl and Fairbank ( 1986) juga telah
seluruh wilayah Indonesia terjamin lancar dalam membuktikan bahwa dalam pembelajaran
pelaksanaannya. Tidak dapat dipun gkiri bahwa membaca pemahaman, pertanyaan pertanyaan
kondisi geografis Indonesia yang membentang yang berisfat merangsang siswa seperti
luas dan terdiri dari puluhan ribu pulau merupakan misalnya pertanyaan tentang arti sebuah kata,
persoalan tersendiri dalam hal keterjangkauan akan sangat membantu siswa memhami isi
masing masing daerah. Komnsekuansi logisnya bacaan. Jika ini dibiasakan maka secara
adalah tingkat ketrjangkauan wilayah akan otomatis akan menimbulkan kekuatan
mempengarunhi timgkat terapan Permendikbud „waspada‟ terhadap setiap kata pada saat siswa
tersebut. Kenyataan bahwa belum seluruh wilayah membaca. Selanjutnya ketika pertanyaan telah
Indonesia dapat dijangkau oleh jaringan internet terjawab oleh siswa, masih pada tahap
adalah sisi lain dari sejumlah kendala yang pendahuluan, guru memberi penjelasan arti
menghadang kelancaran sosialisasi kata tersebut secara definisi dan kontekstual
Permendikbud ini. dengan kalimat. Inilah yang oleh Snow (2005)
Sebagai salah satu Kabupaten di Jawa dimaksudkan sebagai upaya peningkatan
Tengah, Kabupaten Klaten, beruntung dapat penguatan kosa kata melalui pelibatan siswa
menikmati kemudahan arus sosialisasi segala secara lebih dalam dengan memberi siswa
peraturan yang berkenaan dengan pelaksanaan lebih banyak kata dalam latihan kosa kata.
sistem pendidikan , termasuk Permendikbud Teknik ini juga terbukti memiliki dampak
Nomor 65 tentang standar proses pembelajaran. positif terhadap kekuatan untuk mengingat
Namun demikian tidak menutup definisi dan memahami kalimat. Dalam
kemungkinan, karena banyak faktor yang ikut pengamatan terlihat dengan jelas pula bahwa
berperan dalam pelaksanaan Permendikbud ini, pada tahap pendahuluan kebanyakan guru
terjadi distorsi dalam pelaksanaannya. Proses tidak sabar untuk menunggu sampai siswa
pembelajaran dengan tuntunan standar proses, benar benar siap mengikuti pelajaran. Jadi
sebagimana yang selalu diperbaharui oleh terlihat bahwa melaksanakan pendahuluan
Pemerintah, yang harapannya akan menghasilkan seolah olah hanya untuk memenuhi
113
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
persyaratan bahwa dirinya telah melaksanakan jelas kemampuan siswa dalam menjawab
tahap ini, sehingga pada tahap pendahulan nampak petanyaan guru mengenai isi bacaan sesuai
hanya sekedar aktivitas rutin yang harus dengan prinsip 5 W 1 H hanya dapat dijawab
dilaksanakan sebelum masuk tahap inti oleh beberapa siswa.
pembelajaran. Demikian pula pada pengamatan terhadap
Padahal Hattie (2009) meyakini bahwa belajar dua pembelajaran yang lain, yang menggunakan
berfungsi untuk membentuk apperceptive mass strategi membuat kelompok . Setelah para
(kumpulan pengetahuan dalam pikiran/ingatan siswa berada dalam kelompoknya masing
seseorang), dan pengetahuan yang baru akan masing, guru membiarkan mereka berdiskusi
mudah disimpan dalan apperceptive mass, jika dengan cara dan gaya masing masing
ada hubungannya dengan pengetahuan yang kelompok. Sekali lagi guru tidak melakukan
dimiliki sebelumnya. Artinya apabila tahap intervensi apapun kecuali hanya keliling kelas
pendahuluan, yang di dalamnya apersepsi ada, untuk memastikan bahwa siswa dalam
dilaksanakan dengan benar, akan sangat membantu kelompok benar benar berdiskusi, bahkan
kelancaran pelaksanaan pembelajaran karena salah satu guru yang diamati hanya duduk di
siswa telah memiliki tautann antara pengetahuann kursi guru, mengerjakan tugas lain, sementara
awal dengan pelajaran yang akan diikutinya siswa benar benar dibiarkan berdiskusidalam
Pada tahap inti pembelajaran, keempat kelompok yang memang telah dapat berjalan
sekolah yang diamati memperlihatkan gaya dengan baik dann tenang.
mengajar guru serta strategi yang berbeda. Namun Strategi belajar berbasis metakognisi
keempatnya telah mengajarkan strategi membaca berupa menggaris bawahi , membuat catatan
yang diharapkan mampu membantu siswa dalam pinggir, merangkum dan membuat peta konsep
memahami isi bacaan. Dua sekolah pertama menjadi penting untuk dapat dipertimbangkan
yang diamati menerapkan cara membaca keras diajarkan kepada siswa. Cara terbaik agar
dengan harapan siswa yang lain ikut menyimak, siswa mampu melaksanakan strategi ini adalah
sehingga siswa akan dapat menjawab pertanyaan dengan intervensi oleh guru pada saat
yang berkenaan dengan isi bacaan. Strategi pelajaran berlangsung. Dengan intervensi scara
menemukan inti bacaan dengan prinsip 5 W 1 intensif maka setiap siswa diharapkan dapat
H yang diterapkan di dua kelas ini menguasai strategi ini karena sesungguhnya
mengindikasikan bahwa dua guru ini telah masing masing kegiatan dalam strategi ini
mengajarkan strategi membaca. merupakan cara sederhana sampai cukup rumit
Berkaitan dengan strategi yang digunakan yang secara terpisah sudah sering dilaksanakan
oleh 2 orang guru tersebut Hartley (1985) oleh siswa. Letak perbedaannhya ada pada
mengatakan bahwa efek dari strategi menemukan keunikan strategi ini, yakni merangkai
gagasan bacaan dengan prinsip 5 W 1 H yang kegiatan kegiatan tersbut dalam sebuah
termasuk dalam pembelajaran membaca rangkaian aktivitas membaca. Strategi ini
komprehensif memberi efek penguatan pada bukan saja menjadikan siswa menjadi
penguasaan kosa kata daripada memahami isi pembelajar mandiri, lebih dari itu ada jaminan
bacaan secara komprehensif. Demikian pula bahwa apabila strategi ini telah dikuasai siswa
mengukur pemahaman membaca dengan kata maka proses pelajaran membaca pemahaman
kata sebagai unit analisis lebih memberi efek akan berjalan lancer tenang tidak boros waktu.
yang besar daripada menggunakan Strategi ini dapat dilaksanakan dengan
keseluruhan teks. Hattie (2009) lebih suka membagi siswa menjadi kelompok kelompok
mengatakan bahwa sesungguhnya banyak strategi kecil maupun tidak membaginya. Dengan kata
mengajar yang bisa digunakan guru untuk lain strategi ini memberi pilihan yang lebih
mendorong peningkatan kompetensi siswa antara longgar kepada guru untuk menerapkan model
lain strategi menjelaskan, strategi elaborasi, pembelajaran apapun, karena strategi ini dapat
strategi pelatihan strategi belajar, strategi menempel dalam model pembelajaran apa saja.
menjelaskan tujuan di awal pelajaran dan
sebagainya. B. Uji Coba Model
Dalam hal guru guru yang diamati, Dalam tahap uji coba guru telah menerapkan
sebenarnya mereka telah menggunakan strategi model hipotetik sebagai hasil dari studi
mengajarkan bagaimana memahami isi bacaan pendahuluan setelah melalui berbagai diskusi
Hanya sayangnya para guru tidak melakukan dalam Focus Discussion Group yang melibatkan
intervensi untuk memberi latihan bagaimana beberapa pakar pendidikan. Uji coba model
memahami isi bacaan kepada masing masing menggunakan bentuk siklus pembelajaran untuk
siswa. Pada kasus pengamatan terhadap dua menghasilkan rekomendasi sebagai dasar menuju
guru yang pertama, guru membebaskan langkah kangkah perbaikan pada siklus
siswanya dengan gayanya dan cara masing masing pembelajaran berikutnya
untuk memahami isi bacaan dengan tuntunan guru Pada ujicoba terbatas pertama , kelemahan
secara klasikal dengan prinsip 5 W 1 H. Jadi yang paling mudah dilihat adalah ketidak
jaminan bahwa siswa menggunakan cara yang lancaran dalam menerapkan strrategi belajar
sama tidak terdapat di dalamnya, sehingga terlihat metakognisi kepada siswa. Seberapapun baik
114
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
penguasaan guru terhadap strategi ini, namun membaca materi tanpa digarisbawahi.
karena siswa belum terbiasa melaksanakannya Demikian juga ketika siswa diminta membuat
maka pembelajaran menjadi kelihatann lamban dan catatan pinggir, guru masih membimbing
sedikit tidak terkontrol . Dalam situasi belajar dengan pancingan pertanyaan mengenai bagian
seperti itu, maka materi yang diterima oleh siswa bagian mana dari bacaan yang layak untuk
cenderung hanya menyentuh pengetahuan faktual dicatat di pinggir halaman dengan bahasa
dan pengetahuan konseptual saja, sedangkan sendiri.
pengetahuan prosedural sering tidak tercapai, Di Vesta and Gray (1972) adalah yang
apalagi pengetahuan metakognisi, menjadi pertama menemukan fakta empiris bahwa
semakin jauh dari kenyataan. Sehubungan dengan kegiaan membuat catatan adalah cara paling
pengaruh kesadaran metakognisi dalam rangka efektif untuk meningkatkan jumlah materi
memahami isi bacaan, Al Alwan (2005) telah yang bisa diingat kembali oleh siswa. Oleh
menemukan bukti bahwa kesadaran metakognisi karenanya peneliti tersebut meyakini bahwa
berpengaruh sangat kuat terhadap kemampuan soal-soal ujian yang memerlukan kemampuan
siswa memahami isi bacaan baik pada jenis mengingat yang tinggi dari seorang siswa akan
literal reading comprehension, analytic reading bisa diatasi dengan catatan yang baik yang
comprehension maupun evaluative reading dibuat oleh siswa itu sendiri.Kenyataan bahwa
comprehension. Kesadaran metakognisi yang siswa SMP ternyata masih memerlukan
tinggi ternyata juga menjadi senjata utama bagi bimbingan dalam membuat catatan ini sejalan
para pembaca yang berprestasi akademik baik dengan keyakinan Hartley (1978) yang
sehngga bisa dibedakan dari pembaca yang kurang membuktikan bahwa membuat catatan yang
baik prestasi akademiknya, setidaknya ini baik dan efektif ternyata memerlukan proses
dibuktikan oleh Magogwe (2013) yang kognitif tingkat tinggi dan materi yang dicatat
menemukan bukti bahwa mahasiswa dengan tersebut akan masuk dalam memori jangka
prestasi akademik lebih baik ternyata sering panjang seseorang. Bahkan pada mahasiswa
menggunakan strategi membaca. perguruan tinggi, kegiatan membuat catatan
Secara terpisah-pisah penelitian mengenai menjadi penting artinya karena mahasiswa
berbagai kegiatan strategi belajar telah telah mampu membuat catatan dalam bentuk
menunjukkan bukti bahwa masing-masing strategi analisis.
belajar yakni menggaris bawahi, membuat catatan Implementasi strategi belajar metakognisi
pinggir, membuat rangkuman dan membuat berikutnya, yakni membuat ringkasan menjadi
peta konsep telah terbukti mampu terlihat lebih sulit dilaksanakan oleh siswa.
meningkatkan kompetensi siswa dalam penguasaan Setidaknya ini terlihat pada pengamatan
materi pelajaran. Dalam peneltian ini berbagai pertama dengan sibuknya guru membimbing
startegi itu dijadikan satu dalam kegiatan dan memberi petunjuk kepada para siswa
pembelajaran di kelas, dan disajikan secara mengenai bagaimana membuat ringkasan yang
berurutan dimulai dari kegiatan strategi belajar benar. Penelitian Brown and Day (1983)
menggarisbawahi sampai dengan startegi belajar membuktikan bahwa kemampuan membuat
membuat peta konsep.Sebagaimana dikatakan ringkasan antara mahasiswa dengan anak usia
Hattie (2009) pembelajaran yang memasukkan 11-15 berbeda`sangat signifikan, meskipun
aspek intervensi guru akan memakan waktu kedua kelompok tersebut telah sama-sama
lebih lama dan kelihatan lamban, namun apabila memperoleh pelatihan cara meringkas.
dikaitkan dengan capaian pembelajaran siswa Perbedaan yang sangat mencolok ini
hasilnya selalu lebih baik apabila disebabkan oleh kemampuan kedua kelompok
dibandingkan pembelajaran yang di dalamnya yang sangat berbeda pula. Pada tingkat sekolah
guru hanya berperan sebagai fasilitator. menengah pertama kemampuan membuat
Pada awal pengamatan terhadap pembelajaran ringkasan hanya dilakukan dengan cara apa
yang petama, kelemahan paling mudah diamati yang disebut Brown and Day sebagai strategi
ada pada tahap elaborasi. Hasil pengamatan meringkas copy delete, yakni membuat
menunjukkan guru memiliki pemahaman ringkasan dengan cara menyalin sumber
konseptual yang cukup baik mengenai strategi kemudian menguranginya hingga sampai pada
belajar ini sehingga dapat menjelaskan tahapan- batas tertentu yang siswa anggap telah
tahapan strategi belajar metakognisi dengan memadai untuk kepentingannya. Sementara itu
cukup jelas. Aktivitas siswa pada dua tahap pada siswa yang tingkatannya lebih tinggi
pertama, yakni menggaris bawahi ide-ide pokok hingga mahasiswa cara meringkas semacam
dan membuat catatan pinggir sudah cukup baik itu sudah ditinggalkan. Kebanyakan mereka
meskipun sebagian besar materi yang telah mampu membuat ringkasan dengan cara
digarisbawahi masih atas bimbingan guru. Kiewra mengkombinasikan antar alinea, menyusun
(1984) menemukan bukti bahwa menggaris bawahi kembali kelompok-kelompok topik kemudian
bagian-bagian yang dianggap penting dalam mengambil hanya yang penting saja dan
sebuah bacaan akan membuat siswa menuliskannya dalam bahasa mereka sendiri.
mendapatkan jumlah materi yang dipahami Pada tahap penerapan strategi belajar
jauh lebih banyak daripada siswa yang hanya metakognisi membuat peta konsep, terlihat
115
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
116
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
117
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
118
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
119