Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

ANALISA POTENSI KEDALAMAN BATUBESI

DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D DI GUNUNG MELATI


KABUPATEN TANAH LAUT

Meta Widyayanti1, Sri Cahyo Wahyono2 dan Totok Wianto2

ABSTRACT: Iron ore are boulders containing of iron deposition, which consists of Fe
and the rest is composed by other minerals. There are 15 locations of iron ore in South
Kalimantan, one of them is Gunung Melati. Iron mineralization is formed by the contact
of metasomatik-sedimentary volcanic rocks, the pyroclastic rocks series. The depth’s
potency of iron ore is obtained from measurements with a 3D geoelectric method of
pole-pole configuration that indicate iron ore’s location in 3.20 to 10.1 m depth, and 27.1
to 63.4 m with resistivity values of iron ore which has been measured in 3167-3847
Ohm.meter and the potency of iron ore was spread unevenly in large chunks of stone.
The samples test with XRD and SEM EDS is done to determine the composition and
the effect of washing enrichment process. XRD test results showed the dominance of
the mineral hematite (Fe2O3) of sample 1 is 75% and sample 2 at 69%. After the
enrichment washing, compound’s phase turned into magnetite (Fe3O4). Sample 1
which had been washed with water was change into 77% and 83% after enrichment
washing with HCl, while sample 2 were washed with water to 70%, washed with a 79%
HCl. The test results with SEM EDS showed the increased levels of smoothness of
surface structure and Fe’s level. Samples in sequence from start to washing with water
then HCl Fe’s level is at 37.62%; 49.47% and 55.33%. The comparison of Fe content
from the test results with the relative age based on stratigraphy showed that relatively
older sample 1 has a Fe content greater than sample 2 relatively younger age.

Keywords: Iron ore, geoelectric, XRD, SEM EDS, stratigraphy

PENDAHULUAN masa Kenozoikum dan Mesozoikum


Besi adalah unsur utama dalam serta tersusun olehformasi batuan
industri baja, dan sebagai logam kedua kwarter(granit, granodiorit, diorit), dan
yang paling banyak keterdapatannya di Desa Gunung Melati adalah salah satu
bumi. Menurut dataesdm.go.id (2012) daerah di Tanah Laut dengan potensi
Kalimantan Selatan memiliki potensi ± keterdapatan batubesi yang cukup
760 juta ton sekitar 70% dari deposit besar. Batubesi di daerah ini berasal
nasional yaitu 1,1 Milyar ton dan salah dari intrusi batuan granitik yang
satunya adalah Kabupaten Tanah Laut. tersusun atas seri batuan vulkanik-
Berdasarkan peta geologi, Tanah Laut sedimen menghasilkan batubesi tipe
tersusun atas batuan endapan kontak metasomatik (Sofyan dkk,
permukaan, batuan terobosan dan 2006). Adapun tujuan dari penelitian ini
batuan kapur yang terbentuk pada adalah untuk menganalisapotensi

1Mahasiswa dan 2Staff Pengajar Program Studi Fisika FMIPA UNLAM


56
57 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 3, Pebruari 2013 (56 – 66)

kedalaman keterdapatan Berupa dataran tinggi bergunung-


batubesidengan metode geolistrik 3D gunung dengan kemiringan lereng 20-
konfigurasipole-pole, menganalisa 30° dan ketinggian antara 20-70 m dpl.
komposisibatubesisebelum dan setelah Terdiri atas formasi batuan ultrabasa
proses enrichment washing dengan (peridotit, hazburgit, gabro, dan
XRD dan SEM EDS, dan menganalisa serpentit) mineral penyusunnya olivine
perbandingan kadar Fe pada batubesi dan piroksen sebagian besar telah
dengan umur relatif yang berbeda berubah menjadi serpentin, klorin dan
berdasarkan analisa stratigrafinya. bijih (Sofyan dkk, 2006).
Batubesi adalah batuan yang
Geologi Umum Daerah Penelitian mengandung unsur besi dengan kadar
Daerah penelitian berlokasi di Fe berkisar antara 30-80%, sisanya
Gunung Melati, Kecamatan Batu disusun oleh mineral lain terbentuk dari
AmparKabupaten Tanah Laut. Titik perubahan panas dan tekanan seperti
koordinat pengukuran pada ditunjukkan oleh Tabel 1(Perkins,
03°50’34,5”LS dan 114°48’13,6”BT. 2002).

Tabel 1. Klasifikasi Batubesi berdasarkan mineral penyusun


Susunan
No. Mineral % Fe Istilah
Kimia
Bijih besi
1. Magnetite Fe3O4 72,4
hitam
Bijih besi
2. Hematite Fe2O3 70,0
merah
Bijih besi
3. Limonite Fe2O3H2O 59-63
cokelat
Bijih besi
4. Siderite FeCO3 48,2
berlapis
(Perkins, 2002)
Metode Geolistrik elektroda arus (C1).Ilustrasi susunan
Metode geolistrik digunakan elektroda konfigurasi pole-pole dapat
untuk mengidentifikasi sifat dan kondisi dilihat seperti Gambar 1.Harga
fisis bawah permukaan berdasar harga resistivitas semu dari konfigurasi pole-
tahanan jenis batuan. Terdapat pole adalah: (Telford dkk, 1990).
berbagai konfigurasi, salah satunya = 2 …(1)
konfigurasi pole-pole denganmencatat dari persamaan 1 diperoleh nilai:
intensitas medan listrik dimana = 2 …(2)
pasangan elektroda potensial (P1) sebagai faktor geometri konfigurasi pole-
berjarak relatif dekat dengan jarak pole. Dengan adalah resistivitas semu
Widyayanti, M., dkk., Analisa Potensi Kedalaman Batubesi.............58

(Ohm.meter), a adalah spasi elektroda


(jarak antara elektroda C1 dan P1
dalam meter) dan R adalah resistivitas
yang terukur langsung di lapangan
(Ohm). Tabel 2 adalah klasifikasi Gambar 1. Susunan elektroda
resistivitas tanah/batuan. konfigurasi pole-pole

Tabel 2. Klasifikasi harga resistivitas tanah/batuan (Hunt, 1984)


Harga Resistivitas
No. Jenis Tanah/Batuan
(Ohm.meter)
1. Tanah lempungan, basah lembek 1,5 - 3,0
2. Lempung lanauan dan tanah lanauan basah lembek 3 – 15
3. Tanah lanauan, pasiran 15 – 150
4. Batuan dasar berkekar terisi tanah lembab 150 – 300
5. Pasir kerikil terdapat lapisan lanau ± 300
6. Batuan dasar terisi tanah kering 300 – 2400
7. Batuan dasar tak lapuk >2400

Enrichment Washing menguatkan.Menurut Bragg pada


Proses meningkatkan nilai Beiser (1987) di dalam kristal terdapat
ekonomis batuan atau mineral dengan atom-atom yang dapat dipandang
memisahkannya dari pengotor (Basic in sebagai unsur yang membentuk
Mineral Processing). Alat dapat susunan bidang datar. Masing-masing
didesain dengan dilengkapi crusher bidang datar memiliki jarak karakteristik
untuk menghasilkan ukuran tertentu antara bidang-bidang komponennya
sampel, lalu dilewatkan pada magnetic yang disebut dengan bidang Bragg.
separator sambil dicuci untuk 2 sin ...(3)
menghilangkan pengotor dan dapat Dengan λ adalah Panjang gelombang
dihasilkan kualitas sampel yang lebih berkas sinar X, n adalah bilangan
tinggi (Wianto & Nurmasari, 2009). bulat (fasa fraksi menghasilkan terang),
d adalah lebar celah dan θ adalah
XRD,SEM EDS dan Stratigrafi sudut difraksi (Beiser, 1987).
Pratapa (2004) menyebutkan Prinsip kerja SEM yaitu
prinsip kerja XRD berdasarkan difraksi menggambarkan permukaan material
hubungan fasa tertentu antara 2 atau dengan pantulan berkas elektron oleh
lebih gerak gelombang sehingga sumber berenergi tinggi, dan terdapat
paduan gelombang dapat saling detektor yang bertugas mendeteksi
59 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 3, Pebruari 2013 (56 – 66)

berkas elektron berintensitas tertinggi batuan disekitarnya. Konsep yang biasa


dipantulkan oleh material yang digunakan adalah Superposition dan
dinalisis.EDS informasi didapat dari Crosscutting Relationship (Sapiie dkk,
energi pancaran elektron dan dideteksi 2006).
oleh energy dispersive spectrometer,
dihasilkan keluaran berupa grafik METODE PENELITIAN
puncak–puncak tertentu yang mewakili Gambar 2 menunjukkan bagan
unsur didalamnya (David, 2003). alir penelitian.Luasan daerah
Stratigrafi adalah salah satu studi pengukuran 40x40 m dengan spasi
mengenai sejarah, komposisi, umur elektroda sebesar 8 m. Elektroda C2 dan
relatif, distribusi perlapisan tanah, dan P2 (statis) dititik 20xspasi jarak terkecil
interpretasi lapisan batuan untuk yaitu 160 m dari elektroda C1 dan P1
menjelaskan sejarah bumi.Waktu umur (dinamis).Lintasannya searah sumbu x,
relatif sendiri ialah umur yang ditentukan y, dan arah diagonal seperti ditunjukkan
berdasarkan posisi batuan terhadap pada Gambar 3.

Gambar 2. Bagan Penelitian


Widyayanti, M., dkk., Analisa Potensi Kedalaman Batubesi.............60

Gambar 3. Skema pengambilan data di lapangan

Pengolahan dan interpretasi Data Karakterisasi sampel


Nilai resistivitas dari lapangan Sampel diambil dari lapangan,
dikalikan dengan faktor geometri diuji dengan XRD dan SEM EDS.
(konfigurasi pole-pole: 2πa) untuk Sebelum diuji sampel dibagi menjadi
mendapatkan harga resistivitas semu dua bagian besar sampel pertama
yang kemudian diolah dengan software adalah sampel awal, sedangkan
Res3Dinv, untuk mendapatkan kontur sampel kedua diberi perlakuan dengan
3D resistivitas hasil pengukuran enrichment washing terdiri dari dua
lapangan. tahapan pencucian dengan air dan
Interpretasi data dilakukan pencucian dengan larutan HCl.
dengan mengkaji data hasil inversi Tahap enrichment washing,
software Res3Dinv yaitu berupa kontur sampel dihaluskan hingga berukuran
warna, dimana tiap-tiap warna mewakili batu kerikil.Teknik yang digunakan
harga resistivitas batuan.Data ini terdiri dari dua tahapan yaitu sampel
menunjukkan potensi keterdapatan yang telah dihaluskan dicuci dengan
Batubesi sebagai hasil penelitian air, untuk menghilangkan pengotor
lapangan. lemah seperti misalnya clay dan
61 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 3, Pebruari 2013 (56 – 66)

beberapa senyawa oksida lainnya dan sampel SEM EDS cukup dipotong
tahap kedua, sampel yang telah dicuci dengan ukuran 0,3x0,3x0,2 cm.
dengan air dicuci lagi menggunakan
larutan HCl, untuk membersihkan Analisa kadar Fe berdasarkan umur
pengotor berat seperti silika yang sering relatif
berasosiasi dengan batubesi. Menentukan umur relatif sampel
menggunakan Hukum Superposisi dan
Karakterisasi dengan XRD Hubungan Potong-memotong, (asumsi
Sampel terdiri dari 3 buah yaitu tidak terjadi pembalikan posisi).
sampel awal tanpa perlakuan, sampel
yang melalui proses enrichment HASIL DAN PEMBAHASAN
washing dengan air, dan pencucian Hasil inversi dari pengukuran
dengan air-HCl. Semua sampel geolistrik 3D konfigurasi pole-pole
dihaluskan hingga tingkat kehalusan dengan software Res3Dinv didapatkan
antara 5-10 atau sekitar 200 mesh kontur berupa gambaran penampang
(prasyarat ukuran butir sampel serbuk horisontal dan vertikal. Setelah itu
uji XRD). disusun secara berlapis dengan
software Adobe Photoshop Cs.5 untuk
Karakterisasi dengan SEM EDS mempermudah interpretasi data hasil
Jumlah dan tipe perlakuan untuk inversi.Seperti yang ditunjukkan pada
sampel SEM EDS sama seperti pada Gambar 4.
uji XRD, hanya saja untuk sampel

0,00-6,40 m

6, 40-13,8 m

13,8-22,2 m

22,2-32,0 m

32,0-43,2 m

43,2-56,0 m

56,0-70,8 m

Gambar 4. Kontur resistivitas penampang horizontal dan vertikal


Widyayanti, M., dkk., Analisa Potensi Kedalaman Batubesi.............62

Formasinya tersusun atas menggunakan rujukan resistivitas


batuan ultrabasa (batuan peridotit, kandungan mineral terukur (Telford,
hazburgit, gabro, dan serpentit) mineral 1976), maka mineral yang diduga
penyusun olivine dan piroksen terkandung didalamnya adalah hematite
sebagian berubah menjadi serpentin, (3,5.10-3–107 Ohm.meter), dan magnetite
klorin dan bijih.Jenis tanah berupa (5.10-5–5,7.107 Ohm.meter).
organosol gleihumus, alluvial, latosol, Potensi keterdapatan batubesi
komplek Podsolid Merah Kuning dan berdasarkan Gambar 4 berada pada
Laterit (Pemerintah Daerah Kabupaten kedalaman dari arah horisontal 0,00-6,40
Tanah Laut, 2008). m; dan 32,00-70,80 m, dan dari arah
Werdianingrum (2009) dalam vertikal 3,20-10,1 m; dan 27,1-63,4 m.
penelitiannya menyebutkan, berdasar Kontur ini menunjukkan bahwa batubesi
data lapangan Dinas Pertambangan menyebar secara tidak merata, dan
Kalimantan Selatan harga resistivitas keterdapatannya berupa batu dalam
batubesi >3000-7000 bentuk bongkahan besar di bawah
Ohm.meter.Nilairesistivitas terukur di permukaan titik pengukuran.
lapangan berada pada kisaran 181- Karakteristik sampel XRD
3847 Ohm.meter, warna merah tua Tabel 3 menunjukkan analisa
hingga ungu yang mewakili nilai kuantitatif pengujian sampel dengan
resistivitas >3000 Ohm.meter ditandai XRD.Tanpa perlakuan, sampel 1 (Fe2O3)
garis putus-putus seperti gambar di memiliki persentase 75% dan sampel 2
atas. (Fe2O3) sebesar 69%. Setelah proses
Berdasarkan klasifikasi harga enrichment washing tahap pertama
resistivitas tanah/batuan Hunt (1984) dicuci dengan air sampel 1 (Fe3O4)
Tabel 2 jenis batuan dikisaran tersebut meningkat menjadi 77% dan sampel 2
adalah batuan dasar tak lapuk. Dengan (Fe3O4) menjadi 70%.

Tabel 3. Hasil analisa sampel dengan uji XRD


No. Nama Sampel Rumus Kimia Persentase
1. Sampel 1 Fe2O3 75%
2. Sampel 2 Fe2O3 69%
3. Sampel 3 Fe3O4 68%
4. Sampel 1 Air Fe3O4 77%
5. Sampel 1 HCl Fe3O4 83%
6. Sampel 2 Air Fe3O4 70%
7. Sampel 2 HCl Fe3O4 79%
63Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 3, Pebruari 2013 (56 – 66)

Pencucian tahap kedua dengan enrichment washing dengan HCl


HCl sampel 1 menjadi 83% dan sampel permukaan menjadi agak lebih halus
2 menjadi 79%. Adanya perubahan dan pengotornya berkurang. Adanya
senyawa ini dikarenakan proses pengotor ini akibat proses oksidasi
oksidasi yang dialami sampel. Hasil diduga karena rentang waktu antara
pengujian ini menunjukkan peningkatan perlakuan dengan pengujian sampel
kadar Fe sampel setelah melalui cukup lama, dan diketahui bahwa unsur
enrichment washing walaupun Fe sangat mudah teroksidasi.
peningkatannya tidak terlalu besar. Hasil uji sampel awal dan yang
melalui enrichment washing dengan air
Hasil uji SEM EDS dan HCl adalah 37,62%, 49,47%, dan
Gambar 5, 6 dan 7 menunjukkan 55,31%. Terdapat unsur O, Fe, C, Co,
hasil uji sampeldengan SEM EDS dan dan Al pada sampel awal, sedangkan
Tabel 4, 5, dan 6 menunjukkan nilai sampel enrichment washing dengan air
persentase dari tiap unsur yang dan HCl ada unsur tambahan yaitu Si.
terkandung pada sampel. Hal ini karena sampel awal masih
Sampel awal terlihat banyak berupa bongkahan yang agak besar dan
pengotor ditunjukkan oleh warna putih diambil dari lapangan tanpa mengalami
dengan kontras warna cerah berarti proses sehingga masih ditutupi
topografi pengotor yang menyelimuti pengotor. Sampel enrichment washing
lebih tinggi dengan tekstur kasar, pengotor yang menyelimuti permukaan
sampel enrichment washing dengan air sampel telah tergerus dan terlarut
menunjukkan pengotor dengan tekstur sehingga hal itulah yang menyebabkan
kasarnya sedikit berkurang, dan sampel adanya unsur tambahan tersebut.

Tabel 4. Hasil analisa EDS (awal)


unn.C
El AN Series
(wt.%)
O 8 K-Series 46,99
Fe 26 K-Series 37,62
C 6 K-Series 23,72
Co 27 K-Series 4,45
Al 13 K-Series 1,04
Gambar 5. Hasil uji SEM (awal)
Widyayanti, M., dkk., Analisa Potensi Kedalaman Batubesi.............64

Tabel 5. Hasil analisa dengan EDS


(enrichment washing air)
unn.C
El AN Series
(wt.%)
Fe 26 K-Series 49,47
O 8 K-Series 36,28
C 6 K-Series 6,14
Co 27 K-Series 5,97
Al 13 K-Series 0,84
Si 14 K-Series 0,64
Gambar 6. Hasil uji SEM
(enrichment washing dengan air)
Tabel 6. Hasil analisa dengan EDS
(enrichment washing air-
HCl)
unn.C
El AN Series
(wt.%)
Fe 26 K-Series 55,31
O 8 K-Series 31,86
C 6 K-Series 16,31
Co 27 K-Series 6,78
Al 13 K-Series 1,14
Si 14 K-Series 0,46
Gambar 7. Hasil uji SEM
(Enrichment washing dengan air-HCl)

Stratigrafi di lapangan penyusun terbanyak


Gambar 8adalah posisi batubesi adalahhematite(Fe2O3) dengan
saat di lapangan.Lapisan batuan yang persentase sebesar 75% dan sampel 2
lebih muda berada di atas lapisan dengan persentase sebesar
batuan yang lebih tua merupakan 69%.Setelah dihubungkan dengan
prinsip dari Hukum Superposisi dan stratigrafi di lapangan, sampel 1
setiap kenampakan struktur yang (Fe2O3) memiliki persentase sebesar
memotong lapisan batuan selalu lebih 75% dan umur relatifnya lebih tua
muda daripada lapisan batuan yang dibandingkan sampel 2 (Fe2O3)
dipotong Hukum Hubungan Potong- denganpersentasenya sebesar 69%.
Memotong. Hasil analisa XRD mineral
65Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 3, Pebruari 2013 (56 – 66)

Gambar 8. Posisi batubesi di lapangan

Menurut Sapiie, dkk (2006) air lalu HCl meningkat menjadi 77%
mineral pembawa unsur Fe tertimbun dan 83%, sampel 2 sebesar 69%
sebagai endapan ataupun menerobos menjadi 70% dan 79%. Uji
batuan induk dengan membentuk denganSEM EDS topografi pengotor
mineral penyusun baru. Berbagai lebih tinggi dari sampel, sehingga
tekanan yang kuat secara terus permukaan lebih halus
menerus akan menyebabkan batuan setelahenrichment washing. Sampel
induk semakin kompak dan yang diuji dari awal lalu enrichment
berdasarkan posisinya jika batuan washing dengan air dan HCl kadar
tersebut berada di bawah maka akan Fe-nya sebesar 37,62%, 49,47%
mengalami proses kompaksi yang lebih dan 55,33%.
kuat karena dorongan dan tekanan dari 3. Analisa stratigrafi batubesi di
material-material yang berada di lapangan menunjukkan posisi
atasnya, sehingga batuan yang sampel 1 berada lebih rendah dari
posisinya lebih rendah akan memiliki sampel 2, dengan mengkorelasikan
kandungan Fe yang lebih tinggi antara proses geologi, umur relatif
dibandingkan dengan batuan di dan hasil uji XRD maka sampel 1
atasnya. relatif lebih tua memiliki kandungan

KESIMPULAN Fe yang lebih besar dari sampel 2


yang umurnya relatif lebih muda.
1. Keterdapatan batubesi di Gunung
Melati dengan Metode Geolistrik 3D
konfigurasi pole-pole di kedalaman DAFTAR PUSTAKA
3,20-10,1 dan 27,1-63,4 m memiliki Esdm.go.id. Potensi bahan galian di
nilai resistivitas terukur 3167-3847 kalimantan selatan
Ohm.meter menyebar tidak merata Hadiwisastra.M.S. 2006.Peran Ilmu
dan berupa bongkahan besar. Stratigrafi dan Paleontologi dalam
Penerapan Ilmu Kebumian:
2. Hasil Uji XRD dan SEM EDS Pemahaman Peran Biostratigrafi
menunjukkan adanya peningkatan, dalam Proses Penentuan Umur
Batuan, Jakarta
tanpa perlakuan dengan yang
melalui proses enrichment washing. Hunt, R.E. 1984. Geotechnical
Engineering Investigation Manual.
Sampel 1persentase sebesar 75% McGraw Hill,New York.
setelah enrichment washing dengan
Widyayanti, M., dkk., Analisa Potensi Kedalaman Batubesi.............66

Perkins, D, 2002. Mineralogy 2nd


Edition.Prentice-Hall Inc, New Wahyono, S.C., N. Abdullah&D.
Jersey, USA Wedianungrum. 2010.Penentuan
Kadar Fe Bijih Besi di Banjarbaru.
Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Laporan Penelitian DIPA FMIPA,
Geofisika. ITB, Bandung Banjarbaru

Sofyan, A., D.T. Sutisna, D.N Sunuhadi, Werdianingrum, D. 2009. Penentuan


Iskandar, A. Kohar, & A. Potensi dan Kandungan Unsur Fe
Anwar.2006. Inventarisasi Endapan Batubesi di Hutan Panjang
Besi Primer di Daerah Kab. Tanah Banjarbaru. Skripsi, Jurusan Fisika,
Bumbu dan Tanah Laut Provinsi FMIPA. UNLAM, Banjarbaru (Tidak
Kalsel. Departemen ESDM Badan dipublikasikan)
Geologi Pusat Sumber Daya
Geologi. Laporan Inventasrisasi Wianto, T& Nurmasari. 2009. Desain
DIPA, Bandung Magnetik Separator dengan
Penyemprot Air Otomatis untuk
Telford, W.M. 1976, Applied Geopisics. Memurnikan Silika.Laporan
Cambridge University Press, USA Penelitian DIPA FMIPA, Banjarbaru

Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E.


Sheriff. 1990. Applied Geophysics,
Second Edition. Cambridge
University Press, USA

You might also like