|) BADAN NAN PANGAN <->
ie / PROVINSI] SUMATERA UTARA. WW,
ij Volume 3 No. 2
Bulan Juni 2010
BULETIN
KETAHANAN PANGAN
Sept eee aM eC es MC
Pe eee cr Cees
er ectPEMANFAATAN BAKTERI ASAM LAKTAT
UNTUK MENGHASILKAN PANGAN
Rosnawyta Simanjuntak
Dosen Program Studi flmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen. Medan.
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara agraris menyediakan banyak hasil pertanian
yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya., Produk hasil pertanian
bbaik nabati maupun hewani dapat dimanfaatkan baik dalam keadaan segar maupun setelah
mengalami pengolahan. Pengolahan bahan pangan dengan memanfaatkan mikrobia telah
dikenal sejak lama, seperti pembuatan tempe dengan memanfaatkan kapang, pembuatan sustt
pembustan roti dengan memanfaatkan khamir, dan lain sebagainya.
erbagaijenis bahan makanan (bush, sayuran, sereala, biji-bijian, susu, daging, ikan,
dan lain-lain) dapat difermentasi oleh berbagai jenis mikrobia. Selama fermentasi terjadi
perubahan biokimiawi akibat dari pertumbuhan dan aktifitas mikrobia yang ada, Perubahan
ini menjadikan produk fermentasi memiliki tekstur, rasa, aroma, maupun
yang lebih disukai. Beberapa produk fermentasi memiliki nutrisi yang lebih baik dari bahan
dasarnya (Rahayu. E.S. 2004)
sensoris lain
Penggunaan bakteri dalam industri termasuk industri pangan mempunyai keuntungan
dibandingkan dengan kapang dan khamir yaitu pertumbuhannya yang lebih cepat dengan
jwaktu generasi rata-rata kurang dari satu jam. Bakteri yang terlibat dalam proses fermentasi
kebanyakan dari genera bakteri asam laktat, seperti Lactobacillus, Leuconostoc,
Sireptococeus. Fermentasi oleh mikrobia termasuk oleh bakteri asam laktat dapat
berlangsung secara spontan, misalnya dalam pembuatan sayur asin dan pikel, atau dengan
cara menambahkan kultur bakteri, misalnya dalam fermentasi yoghurt, susu asam, dan lain-
lain (Fardiaz. 1992).
43,BAKTERI ASAM LAKTAT DAN MANFAATNYA
Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan golongan gram positip yang disatukan oleh
beberapa karakter seperti karakter morfologi, metaboliosme dan fisiologi. Secara umum_
deskripsi dari bakteri asam laktat adalah gram positip, tidak membentuk spora, berbentuk
‘bulat atau batang, serta menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir utamanya pada
fermentasi karbohidrat. Bakteri asam laktat juga mempunyai sifat-sifat antara lain tidak moril,
memberikan reaksi katalase negatif, pertumbuhan aerob atau mikroaerofil, merupakan bakteri
‘mesofil dengan suhu optimum pertumbuhan 20°C-40"C. Sebagai sumber energi utama adalah
karbohidrat yang dapat difermentasi. Heksosa didegradasi terutama menjadi asam laktat
(kelompok homofermentatif) atau asam laktat dan produk lain seperti asam asetat, etanol,
CO2, asam format, asam suksinat (kelompok heterofermentatif) (Axelsson, 1998).
Batas-batas anggota bakteri asam laktat menimbulkan kontroversi, tetapi secara
historis yang menjadi inti dari kelompok ini adalah genera Lactobacillus, Leuconostoc,
Pediococcus dan Sreptococcus. Kelompok Streptococcus yang mempunyai arti penting dalam
teknologi pangan yaitu Streprococcus thermophilus yang digunakan dalam pembuatan
yoghurt (Schleifer and Klipper. 1987). Lactococcus berasosiasi dengan baik pada produk
susu, dan yang digunakan secara aktual dalam pengolahan susu adalah Lactobacillus lactis
(Schleifer et all. 1985). Genus Leuconostoc dapat membentuk diacetyl dalam umlah yang,
signifikan dari sitrat dalam susu terutama Leuconostoc mesenteroides. Leuconostoc juga
penting dalam fermentasi spontan pada sayuran seperti sauerkraut (Daeschel et all. 1987).
Lactobacillus tersebar luas di alam dan banyak spesiesnya diaplikasikan dalam industri
makanan. Kelompok ini merupakan bakteri asam laktat yang toleran terhadap asam, dan oleh
karena itu akan mengahiri banyak fermentasi laktat spontan seperti silase dan fermentasi
sayuran.
Bakteri asam laktat sering ditemukan secara alami dalam bahan makanan seperti pada
susu, daging, buah-buahan, sayur-sayuran dan pada makanan hasil fermentasi. Pada
fermentasi pangan bakteri ini akan mengubah gula menjadi asam organik. Bakteri ini
merupakan mikrobia dominan yang menekan pertumbuhan bakteri pembusuk. Aktifitasnya
dalam menghambat baktcri pembusuk dan bakteri patogen berkaitan dengan adanya asam~
‘asam organik (asam laktat, asam asetat, asam format), hidrogen peroksida, diasetil dan
bakteriosin yang dihasilkan (Daeschel. 1989).Bakteri asam laktat telah diisolasi dari berbagi macam habitat termasuk manusia,
hewan, tanaman, produk susu, produk daging dan bahan lainnya. Walaupun kelompok bakteri
ini hidup diberbagai tempat, beberapa spesiesnya telah teradaptasi pada lingkungan yang
spesifik. Beberapa sifatnya yang khas telah membuat bakteri ini mampu tumbuh pada kadar
garam, gula dan alkohol tinggi, tumbuh pada kisaran pH 3,0-8,0 (Wibowo dan Ristanto.
1988).
Di bidang pangan, bakteri asam laktat memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai
(2). Starter (inokulum) fermentasi makanan seperti susu (yoghurt, keju), tape, kecap, asinan
sayur dan buah. (2) Agensia pengawet makanan (biopreservas/) karena menghasilkan
Komponen bakteriosin atau biokontrol (biomassa), (3) Agensia probiotik dengan berbagai
‘manfaat keschatan (Rahayu, 2004). Namun demikian di dalam pengembangan bakteri asam
laktat, maka ketiga potensi ini dapat dikembangkan. Penggunaan penghasil bakteriosin
sebagai kultur starter diperkirakan dapat menghasilkan makanan fermentasi yang lebih aman
dan awet, terutama apabila proses fermentasi berlangsung sccara alami. Bakteri asam laktat
penghasil bakteriosin dapat juga dimanfaatkan sebagai agensia probiotik. Diperkirakan
probiotik yang menghasilkan bakteriosin memiliki daya hambat terhadap patogen intestin
lebih efektif.
Beberapa spesies dari bakteri asam laktat digunakan sebagai agensia probiotik seper
Lactobacillus acidophilus, L. Caset, L. Rhamnosus, Streptococcus salivarius. Definisi
probiotik menurut Fuller (1989) adalah suplemen makanan/pakan berupa mikrobia hidup
yang memiliki efek menguntungkan bagi inang yang mengkonsumsi melalui kescimbangan
mikroflora saluran pencernaan. Penelitian menunjukkan bahwa bakteri patogen dapat
memberikan efek kesehatan melalui berbagai mekanisme, Dari berbagai efek yang muncul,
efek yang utama adalah menjaga keseimbangan mikroflora pada intestin schingga memiliki
efek anti diare akibat patogen enterik (Gibson. G.R, and R. Fuller. 1998). Dengan
meningkatnya berbagai penelitian tentang probiotik, maka aplikasi bakteri yang
menguntungkan pada makanan juga semakin meningkat. Pada umumnya produk makanan
yang dipakai sebagai pembawa strain probiotik adalah susu yang terfermentasi seperti contoh
yakult, namun demikian produk yang lain ternyata juga memiliki potensi sebagai makanan
probiotik.
45,BAHAN PANGAN YANG MEMANFAATKAN BAKTERI ASAM LAKTAT
Banyak bahan pangan yang dihasilkan dengan melibatkan bakteri asam laktat baik
secara spontan maupun dengan penambahan kultur murni, diantaranya sauerkraut, sayur asin,
olive hijau, sosis, yoghurt, krim asam, susu bulgaria, kefir, susu acidophilus. Keterlibatan
bakteri ini pada umumnya adalah dalam proses fermentasi (Fardiaz. 1992). Makanan
fermentasi merupakan produk dari aktifitas mikrobia pada bahan dasar. Berbagai jenis bahan
makanan (buah, sayuran, serealia, biji-bijian, daging, ikan, dll) dapat difermentasi oleh
berbagai jenis mikrobia. Sclama fermentasi terjadi perubaan biokimia akibat dari
pertumbuhan dan aktifitas mikrobia yang ada. Perubahan ini menjadikan produk fermentasi
‘memiliki tekstur, rasa, aroma maupun sifat sensori lain yang lebih disukai (Rahayu. 2004),
Keterlibatan bakteri asam laktat pada proses fermentasi tidak hanya sebagai agensia
fermentasi untuk merombak bahan dasar menjadi produk, namun penggunaan bakteri asam
laktat dengan sifat-sifat yang dikehendaki dapat menjadikan makanan fermentasi memiliki
nilai tambah. Bakteri asam laktat yang berpotensi sebagai agensia probiotik juga dapat
dimanfaatkan sebagai starter proses fermentasi.
Keterlibatan bakteri asam laktat pada proses fermentasi pada umumnya berlangsung
secara spontan, misalnya karena sudah terdapat pada bahan dasar atau lingkungan, misainya
pada fermentasi buah-buahan dan sayuran. Bakteri asam laktat juga ditemukan pada
inokutum yang digunakan untuk pembuatan tape. Namun demikian bakteri asam laktat
sebagai kultur muri maupun Kultur campuran juga telah dimanfaatkan sebagai inokulum
untuk proses fermentasi,
Dari penelitian yang dilakukan Rahayu (2003), bakteri asam laktat ditemukan pada
berbagai jenis makanan fermentasi yang terdapat di Indonesia, yaitu fermentasi buah-buahan
(manisan manga, nangka, kedondong, tempoyak/durian), fermentasi sayuran (asinan sawi,
asinan rebung, terong, timun, bawang), fermentasi susu-dadih, fermentasi ketela pohon dan
beras ketan (tape, brem), pada fermentasi tempe dan moromi, serta fermentasi ikan.
Yoghurt
Yoghurt merupakan salah satu produk fermentaasi dari susu oleh bakteri asam laktat
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Yoghurt mempunyai asam yang
tinggi hasil fermentasi gula, memiliki tekstur semi padat, halus, kompak dengan rasa asam
46yang menyegarkan. Yoghurt memang bukan makanan asli Indonesia, namun di Sumatera
Barat dikenal produk yang mirip yoghurt yaitu dadih yang dibuat dari susu kerbau, Pada
yoghurt biovailabilitas Ca, Zn, Fe, Mn, Co, P meningkat dibandingkan dengan susu.
Beberapa vitamin juga meningkat setelah fermentasi, misalnya roboflavin dan niasin.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa susu yang difermentasi termasuk yoghurt memiliki
vitamin lebih tinggi, mineral, protein, serta karbohidrat yang lebih mudah dicerna. Fermentasi
susu juga dapat ditingkatkan manfaat keschatannya melalui pemanfaatan strain probiotik.
Fermentasi sayuran dan buah-buahan.
Sayuran dan buah-buahan setelah digarami (atau direndam dalam larutan garam),
dilanjutkan dengan fermentasi, sehingga produknya sering disebut sebagai asinan sayur atau
asinan buah. Proses fermentasi yang berlangsung secara spontan ini pada mulanya didominasi
oleh yeast, selanjutnya diikuti oleh bakteri asam laktat. Tempoyak merupakan makanan
fermentasi durian. Fermentasi durian ini pada umumnya dilakukan untuk proses pengawetan
saat terjadi panen melimpah. Berbagai jenis sayuran seperti lombok, bawang putih, bawang
merah juga difermentasi dalam larutan garam dengan tujuan utama sebagai proses
pengawetan pada masa-masa panen melimpah. Garam bersifat sebagai agensia sclektif
sehingga hanya jenis-jenis mikrobia halofilik saja yang dapat berkembang selama fermentasi.
Di Eropa fermentasi sayuran khusunya sawi, disebut sebagai sauerkraut, sedang di Korea,
jfermentasi bersama daun bawang merah, lobak dengan bumbu bawang putih, lombok
merah, fermentasi ini merupakan salah satu jenis kimchi yang sangat populer di Korea.
Sauerkraut
‘Sauerkraut pada dasamya adalah kubis asam, dihasilkan melalui proses fermentasi..
Pada proses pengolahannya kubis diiris kecil-kecil dan diberi garam 2,25% dan diaduk serata
‘mungkin dalam suatu wadah. Wadah ditutup dengan lembaran plastik yang cukup lebar untuk
‘menutupi permukaan bahan dan diberi pemberat air diseluruh permukaan, Garam akan
menarik air dan zat-zat gizi dari sayuran. Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk
pertumbuhan bakteri asam Jaktat yang telah terdapat dipermukaan daun-daun kubis. Garam
bersama asam yang dihasilkan selama fermentasi akan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang tidak diinginkan dan menunda pelunakan jaringan kubis yang
disebabkan oleh kerja enzim. Leuconostoc mesenteroides memulai fermentasi yang kemudian
dilanjutkan oleh jenis yang lebih tahan terhadap asam yaitu Lactobacillus brevis,
a7Lactobacillus plantarum dan Pediococcus serevisiae. Suhu diantara 25°C-30°C merupakan
suhu optimal untuk mutu produk dan fermentasi yang sempurna dapat terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu (Purnomo. H. 1985).
‘Tape
‘Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon atau beras Ketan menggunakan ragi sebagai
inokulum. Mikrobia yang dominan pada ragi yang digunakan dalam proses fermentasi adalah
yeast atau jamur amilolitik dan fermentatif serta bakteri asam laktat. Yeast atau jamur
amilolitik akan memecah pati menjadi gula sederhana, dan dilanjutkan dengan proses
fermentasi oleh fermentatif yeast maupun bakteri asam laktat, Proses fermentasi yang
berlangsung selama 1-2 hari akan menyebabkan tekstur bahan dasar menjadi lunak, berair,
dengan rasa dan aroma yang asam alkohol. Untuk meningkatkan manfaat kesehatan dari tape,
telah dilakukan penelitian penambahan sel Lactobacillus acidophilus sebagai probiotik
Kedalam tape ketan sebelum proses fermentasi, dan ternyata mengakibatkan bertambahnya
jumlah bakteri asam laktat pada tape yang dihasilkan,
Sosis Fermentasi
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengawetkan daging adalah dengan
pengolahan secara fermentasi. Sosis merupakan salah satu bahan pangan olahan yang
megalami fermentasi oleh mikroorganisme, dan termasuk bentuk olahan yang tertua dan
sejak berabad-abad yang lalu beberapa ribu macam sosis yang berbeda telah dikembangkan
masing-masing dengan mutu tersendiri (sifat flavor dan tekstur). Untuk pembuatan sosis,
daging sapi atau babi dihaluskan secara hati-hati, schingga mengeluarkan cairan yang
mengandung berbagai senyawa yang berguna untuk pertumbuhan berbagai jenis mikrobia.
Dilakukan penambahan bumbu dan bahan tambahan lainnya dan dicampur hingga rata.
Bahan tersebut dimasukkan ke dalam selubung sosis (casing) kemudian diasap diruang asap.
Pada saat pengasapan suhu dipertahankan antara 28°C-32°C selama 12-16 jam pada saat
mana fermentasi asam laktat berlangsung di dalam sosis. Selanjutnya fermentasi akan akan
lebih baik bila suhu ditingkatkan menjadi 37°C-40°C untuk 4 sampai 8 jam berikutnya,
sesudah itu sosis dipindahkan dan dibiarkan untuk kering dan dingin pada suhu kamar,
Produk tersebut kemudian dimatangkan (aged) pada suhu antara 10°C-15°C. Bakteri asam
Iaktat Pediococcus cerevisiae dan Lactobacillus plantarum lebih banyak berperan dalam
fermentasi ini, kemudian Leuconostoc mesenteroides dan Lactobacillus brevis.PENUTUP
Bakteri disamping ada yang merugikan teryata banyak yang menguntungkan dan
bermanfaat dalam pengolahan pangan. Bakteri asam laktat merupakan genera yang banyak
digunakan dalam pengolahan pangan dengan proses fermentasi. Spesies bakteri asam laktat
telah digunakan untuk proses fermentasi pangan (sayur, buah, daging, ikan) antara lain
Streptococcus thermophilus, Lactobacillus plantarum, Leuconostoc mesenteroides,
Lactobacillus brevis. Pengolahan pangan dengan menggunakan bakteri asam laktat selain
menghasilkan makanan yang lebih beragam (diversifikasi pangan) juga bahan pangan
mempunyai zat gizi yang lebih tersedia, serta dapat memberi manfaat keschatan dengan
adanya bakteri asam laktat yang hidup dalam bahan pangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Axelsson. L. 1998. Lactic Acid Bacteria: Classification and Physiology. In Lactic Acid
Bacteria (second adition). Salminen, S ., and Wright, A. Marcel Dekker, Inc. New
York.
Buckle, K.A., R.A. Edwars., G.H. Fleet dan M. Wootton. 1985. IImu Pangan. Terjemahan
Pumomo. H, dan Adiono. Ul Press.
Daeschel. M.A. 1989. Antimicrobial Substances from Lactic Acid Bacteria for used as Food
Preservatives. Food Tecnology., 43: 357-367.
Daeschel. M.A., R.E. Anderson and H.P. Fleming. 1987. Microbial Ecology of Fermenting
Plant Materials. FEMS Tecnology. (43): 164-167.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Gibson. G.R and R. Fuller. 1998. The Role of Probiotics a nd Prebiotics in the Functional
Food Concept. In Functional Food, The Consumer, the Products and the Evidence.
Sadler. M.J, and M. Saltmarsh, The Royal Society of Chemistry. Cambridge. UK.
Rahayu. K.S. 2004. Industrialization of Tempeh Fermentation. In Industrialization of
Indigenous Fermented Food. Steinkraus, K.H. Marcel Dekker, Inc. New York.
Rahayu. S.R, 2004. Makanan Fermentasi dan Probiotik, Pusat Studi Pangan dan Gizi.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rahayu. S.R, 2003. Lactic Acid Bacteria in Fermented Food of Indonesia Origin. Agritech,
Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian. Vol 23. No. 2 (75-84).
Wibowo. D. dan Ristanto. 1988. Petunjuk Khusus Deteksi Mikrobia Pangan. PAU Pangan
dan Gizi UGM. Yogyakarta.
49