Professional Documents
Culture Documents
Salinan 413-1230-1-PB PDF
Salinan 413-1230-1-PB PDF
ABSTRACT
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014 85
Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks Garli Marsantia et al
sekunder. Peralatan yang digunakan hasil dianalisis secara kualitatif
dalam penelitian adalah kamera digital, (deskriptif)
seperangkat komputer, alat tulis, dan
lembar kuesioner. Penelitian ini dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan cara pengambilan data yaitu
Analisis Matriks IFE (Internal Factor
pengambilan data primer berupa data-data
Evaluaton) dan EFE (External Factor
perusahaan dan pabrik terkait; dan
Evaluation)
pengambilan data sekunder berupa data-
data dari buku dan internet.
Hasil dari matriks IFE diperoleh nilai
Sampel responden yang dipilih
indeks akumulatif untuk elemen kekuatan
berjumlah 5 orang (masing-masing unsur
sebesar 2,879, sedangkan untuk elemen
diwakili 1 orang kecuali unsur akademisi
kelemahan diperoleh 2,705. Hal ini
yaitu 2 orang). Pengambilan sampel
menunjukkan bahwa responden
Responden dilakukan dengan secara
memberikan respon yang tinggi terhadap
sengaja (purposive) yang terdiri dari :
faktor kekuatan dan respon yang kecil
1. Unsur Industri, kepada faktor kelemahan, sedangkan total
2. Unsur Pemerintah, nilai bobot skor untuk faktor internal
3. Unsur Asosiasi, sebesar 5,584. Berdasarkan hasil analisis
4. Unsur Akademisi, tersebut, menunjukkan bahwa peningkatan
Data kemudian di Analisis SWOT mutu produk RSS dibawah rata-rata dalam
(Strengths, Weakness, Opportunities dan kekuatan internal secara keseluruhannya,
Threats) melalui tahap : a) pembuatan nilai bobot skor untuk elemen kekuatan
daftar faktor-faktor (variabel kekuatan, lebih besar dari nilai bobot skor elemen
kelemahan, ancaman, peluang) kelemahan, maka kita dapat menyatakan
perusahaan, b) pemberian bobot faktor bahwa dalam peningkatan mutu produk
oleh responden, c) pemberian peringkat RSS, kekuatan yang dimiliki daerah
faktor oleh responden, d) perhitungan hasil mampu mengatasi kelemahan yang ada.
bobot faktor dengan peringkatnya untuk
mendapat nilai tertimbang, dan f) Kekuatan
mendapatkan hasil berupa nilai indeks Matriks IFE (kekuatan) peningkatan mutu
komulatif matriks IFE dan EFE dengan produk RSS dapat dilihat pada Tabel 1.
cara menjumlahkan total nilai tertimbang berikut:
dari masing-masing variabel. selanjutnya
86 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014
Garli Marsantia et al Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks
cukup besar di Lampung.
4 Tingkat produktivitas yang tinggi. 0,152 2,60 0,394 4
5 Bahan baku lateks berasal dari klon 0,144 2,40 0,345 5
unggul dan bagus.
6 Produksi Ribbed Smoked Sheet 1 0,193 3,20 0,619 1
(RSS 1) paling dominan yaitu sekitar
95%.
TOTAL 2,879
Sumber : Data primer diolah, (2013)
Sesuai dengan matriks IFE di atas tahun 2005 pendapatan devisa dari
dapat dijelaskan mengenai faktor-faktor komoditas karet mencapai US$ 2,6 miliar,
kekuatan yang mempengaruhi peningkatan atau sekitar 5% dari pendapatan devisa
mutu produk RSS, meliputi : non-migas. Di samping itu, perusahaan
Produksi mutu RSS 1 adalah paling besar yang bergerak di bidang karet juga
dominan, memiliki nilai tertimbang 0,619, memberikan sumbangan pendapatan
nilai ini merupakan skor tertinggi dalam kepada negara dalam bentuk berbagai
faktor kekuatan dan menunjukkan bahwa jenis pajak dan pungutan perusahaan
faktor ini memiliki dampak yang sangat (Balitbang, 2007).
penting terhadap peningkatan mutu Tingkat produktivitas yang cukup
produk RSS di Indonesia. Jumlah realisasi tinggi, memiliki nilai tertimbang 0,394.
olah RSS pada bulan November 2012 Berdasarkan data yang diperoleh dari
untuk RSS I berjumlah 38.216 ton, RSS II Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi
550 ton, RSS III 315 ton, dan cutting Lampung (2006) dalam Utomo et al.
39.317 ton (PTPN VII UU Kedaton, (2012), total jumlah produktivitas
2012). Standard Operational Procedur perkebunan besar di Indonesia adalah
(SOP) memiliki nilai tertimbang 0,593. 1.186 ton/ha. Areal tanam yang cukup
Industri RSS sudah menggunakan ISO besar di Provinsi Lampung memiliki nilai
9001:2008 yang diantaranya mencakup tertimbang 0,345. Berdasarkan data dari
SOP, SSOP, K3, Good Manufacturing Disbun Pemprov Lampung (2006) dalam
Practise (GMP), dan Maintenance alat. Utomo et al. (2012), total luas areal tanam
Industri karet olahan jenis RSS untuk perkebunan besar di Indonesia
merupakan salah satu sumber pendapatan cukup luas yaitu 96.297 Ha yang meliputi
devisa negara, memiliki nilai tertimbang areal belum menghasilkan, areal tanaman
0,583. Sebagai penghasil devisa negara, menghasilkan, dan areal tanaman rusak.
karet memberikan kontribusi yang sangat Bahan baku lateks berasal dari klon
berarti. Sampai dengan tahun 1998 unggul dan bagus memiliki nilai
komoditas karet masih merupakan tertimbang 0,345. Menurut Utomo et al.
penghasil devisa terbesar dari subsektor (2012), penggunaan bibit dengan klon
perkebunan dengan nilai US$ 1,1 miliar, yang baik hanya terdapat pada petani
namun pada tahun 2003 turun menjadi plasma dan PTPN VII sebagai inti
nomor dua setelah kelapa sawit dengan sehingga diperoleh tanaman karet yang
nilai US$ 1,4 miliar (nilai ekspor minyak memiliki sifat-sifat menguntungkan.
sawit mencapai US$ 2,4 miliar). Pada Contoh jenis klon yang digunakan adalah
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014 87
Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks Garli Marsantia et al
jenis GT1, PR 255,PB 260, BPM 24, 118. Sedangkan jenis klon klon lama
RRIM 600, PB 260, TM 2, PB 260, yang telah dilepas seperti GT1 dan PR
RRIC100, dan RRIM 712 (PTPN VII UU 255, masih memungkinkan untuk
Kedaton, 2012). dilakukan pengembangan namun harus
Dalam Utomo et al. (2012), dilakukan secara teliti dalam penempatan
disebutkan bahwa Klon-klon baru tanaman lokasi maupun sisem pengolahannya.
karet yang direkomendasikan pada Kelemahan
Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman
Matriks IFE (Weakness) peningkatan mutu
Karet adalah klon unggul generasi 4 untuk
produk RSS di Indonesia dapat dilihat
periode 2006-2010 yang meliputi IRR %,
pada Tabel 2. berikut :
IRR 32, IRR 42, IRR 04, IRR 112, IRR
88 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014
Garli Marsantia et al Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks
Sesuai dengan matriks IFE di atas produksi RSS. Menurut Elizabeth (2009),
dapat dijelaskan mengenai faktor-faktor pada saat kebun mengalami musim
kelemahan yang mempengaruhi penghujan, maka akan menyebabkan
peningkatan mutu produk RSS, meliputi : proses penyadapan tidak berjalan mulus
Faktor bahan pembungkus yang sehingga produksi akan rendah.
lembab, memiliki nilai tertimbang 0,225. Teknologi dan alat yang digunakan,
Nilai rating 2, menunjukkan bahwa memiliki nilai tertimbang 0,315. Produksi
kelemahan tersebut sulit di atasi dalam karet yang merupakan salah satu komoditi
peningkatan mutu produk RSS. pertanian sangat tergantung pada teknologi
Kurangnya penguasaan SDM, memiliki yang diterapkan dalam sistem dan proses
nilai tertimbang 0,267. Dalam melakukan produksinya. Dalam bidang pasca panen
proses produksi, sangat dibutuhkan juga tersedia berbagai teknologi/inovasi
pengetahuan-pengetahuan untuk yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan produk yang baik. Ilmu meningkatkan mutu sehingga mampu
pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengembangkan produk industri hilir
sangat penting bagi para pekerja, agar karet, termasuk produk RSS. Menurut
proses produksi dapat berjalan dengan Irawan (2011), dalam menghasilkan
baik yang akan berimbas pada produk olahan karet jika tidak didukung
peningkatan hasil produksi maupun dengan teknologi yang baik dalam proses
kualitas yang diharapkan. pengolahannya maka akan menghasilkan
Faktor tenaga kerja yang ada, produk dengan kualitas rendah.
memiliki nilai tertimbang 0,290. Penggunaan teknologi tepat guna untuk
Sumberdaya tenaga kerja dibutuhkan meningkatkan mutu produk RSS
dalam proses pengolahan khususnya, mempunyai peranan yang cukup penting.
dimana masing-masing tenaga kerja telah Akan tetapi hal ini masih menjadi kendala,
memiliki bagian-bagian tertentu untuk karena masih rendahnya minat para
ditangani sehingga diasumsikan bahwa pegawai dan karyawan untuk
tidak ada tenaga kerja pengolahan lateks menggunakan teknologi di bidang
yang diperbantukan pada bagian lain. pertanian dalam kegiatan produksi RSS
Dalam beberapa tahap produksi, Industri sehingga hasil yang diperoleh belum
karet olahan RSS biasanya mengalami maksimal dan kualitas yang dihasilkan
kekurangan tenaga kerja misalnya pada relatif
proses penggilingan terdapat kekurangan masih rendah.
tenaga kerja sebanyak 4 orang. Gudang penyimpanan produk yang
Ketersediaan bahan baku, memiliki tidak terpisah dengan ruang proses sortasi,
nilai tertimbang 0,299. Pengadaan bahan memiliki nilai tertimbang 0,319. Menurut
baku oleh masing-masing kebun menjadi Utomo et al. (2012), kondisi ruang sortasi
perkiraan ketersediaan bahan baku lateks yang tidak bersih dan lembab akan
yang sesuai standar bagi pengolahan RSS mengakibatkan produk RSS yang
sehingga dapat menghasilkan produk RSS dihasilkan terdapat banyak cendawan
yang bermutu baik. Kontiunitas akibat kondisi yang cocok untuk
pengiriman bahan baku harus selalu cendawan tersebut tumbuh. Proses
diperhatikan, hal tersebut dilakukan agar pengasapan memiliki nilai tertimbang
ketersediaan bahan baku tetap terjaga 0,322 Menurut Utomo dan Suroso (2004),
sehingga tidak mengganggu dalam proses sheet atau RSS yang hangus dan terdapat
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014 89
Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks Garli Marsantia et al
gelembung-gelembung gas kemungkinan dihasilkan terdapat banyak gelembung
disebabkan suhu pada ruang pengasapan gas.
terlalu tinggi. Faktor-faktor penting yang Hasil dari matriks EFE diperoleh
mempengaruhi mutu akhir dalam nilai indeks akumulatif untuk elemen
pengolahan sit asap atau RSS adalah Peluang sebesar 2,899, sedangkan untuk
penggumpalan lateks, pengasapan dan elemen ancaman diperoleh 1,306. Hal ini
pengeringan (BPPT, 2012). menunjukkan bahwa responden
Faktor pemakaian bahan penolong, memberikan respon yang tinggi terhadap
memiliki nilai tertimbang 0,330. Proses faktor peluang dan respon yang kecil
pengolahan lateks menjadi produk RSS kepada faktor ancaman, sedangkan total
membutuhkan bahan penolong yaitu asam nilai bobot skor untuk faktor internal
semut yang berfungsi sebagai zat sebesar 4,205. Berdasarkan hasil analisis
penggumpal, agar dapat mempertahankan tersebut, menunjukkan bahwa peningkatan
kestabilan pH pada lateks. Pemberian mutu produk RSS di Indonesia dibawah
asam semut terjadi di pabrik pengolahan rata-rata dalam peluang eksternal secara
pada saat lateks masuk ke dalam bak keseluruhannya. Nilai bobot skor untuk
penggumpal. Menurut Utomo dan Suroso elemen peluang lebih besar dari nilai
(2004), penambahan asam semut yang bobot skor elemen ancaman, maka kita
terlalu sedikit dalam proses penggumpalan dapat menyatakan bahwa dalam
akan menyebabkan sheet terlalu lembek peningkatan mutu produk RSS di
sehingga mempengaruhi penurunan mutu, Lampung, peluang yang dimiliki mampu
sedangkan jika jumlah asam semut mengatasi ancaman yang ada.
berlebihan akan menyebabkan sheet atau
produk RSS yang kurang matang. Faktor Peluang
musim penghujan yang mengakibatkan
Matriks EFE (Opportunities)
kualitas karet sedikit menurun memiliki
peningkatan mutu produk RSS di
nilai tertimbang 0,336. Menurut Utomo et
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
al. (2012), penyadapan lateks yang
berikut :
dilakukan pada waktu hujan dan atau
sesudahnya maka kemungkinan RSS yang
90 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014
Garli Marsantia et al Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks
4 Kepercayaan pembeli lebih baik 0,2091 2,80 0,585 3
terhadap produk industri karet
olahan RSS dibandingkan industri
karet olahan lain.
TOTAL 2,739
Sumber : Data primer diolah, (2013)
Sesuai dengan matriks EFE di atas dibandingkan industri karet olahan lain,
dapat dijelaskan lebih detail mengenai memiliki nilai tertimbang 0,515. Pembeli
faktor-faktor peluang yang mempengaruhi lebih percaya terhadap industri milik
peningkatan mutu produk RSS, negara karena menggunakan bibit dengan
meliputi : klon yang baik sehingga kemungkinan
Indonesia adalah penghasil karet hasil akhir pun akan lebih baik. Karet
terbesar ke-2 dunia, memiliki nilai merupakan komoditas unggulan pada
tertimbang 0,775. Menurut data IRSG sektor perkebunan di Lampung memiliki
(2007) dalam Anonim (2012). luas areal nilai tertimbang 0,493. Dalam HIPMI
tanaman karet pada tahun 2006 sekitar Lampung (2010), dinyatakan bahwa karet
3,31 juta Ha, dengan produksi 2,64 juta merupakan salah satu komoditas unggulan
ton atau 27,3% produksi karet alam dunia pada sektor perkebunan di Lampung selain
(9.2 juta ton), menempatkan Indonesia sawit.
sebagai negara penghasil karet alam
Ancaman
terbesar kedua setelah Thailand.
Permintaan produk karet olahan terus Matriks EFE (Threats) peningkatan
meningkat seiring dengan industri yang mutu produk RSS di Lampung dapat
menggunakan bahan baku karet, memiliki dilihat pada Tabel 4.berikut :
nilai tertimbang 0,627. Menurut Balitbang
(2007), dinyatakan bahwa permintaan
karet alam dunia ke depan akan semakin
meningkat sejalan dengan pertumbuhan
perekonomian dunia, semakin mahalnya
bahan baku karet sintetis, dan
meningkatnya kesadaran akan kelestarian
lingkungan. Menurut Warta Ekonomi
(2007) dalam Elizabeth (2009), Asosiasi
Perusahaan Ban Indonesia memiliki data
produksi ban pada 2006 mencapai 69,6
juta unit. Jumlah untuk kendaraan beroda
empat mengalami peningkatan dari 41,3
juta unit pada tahun 2005 menjadi 45,6
juta unit untuk tahun 2006. Sedangkan
untuk ban sepeda motor meningkat dari 22
juta unit pada tahun 2005 menjadi 24 juta
unit pada tahun 2006.
Kepercayaan pembeli lebih baik
terhadap produk industri karet olahan RSS
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014 91
Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks Garli Marsantia et al
Tabel 4. Matriks EFE (Threats) peningkatan mutu produk RSS di Lampung
Bobot Peringkat Nilai Rangking
No Ancaman Tertimbang
1 Peningkatan permintaan bahan 0,1864 2,00 0,373 2
baku karet tidak selalu diimbangi
dengan peningkatan produktivitas
karet olahan tersebut.
2 Kualitas bahan baku produk Ribbed 0,1500 2,20 0,330 4
Smoked Sheet (RSS) bermutu
rendah.
3 Rendahnya daya saing produk- 0,2136 2,00 0,427 1
produk industri lateks Indonesia
bila dibandingkan dengan produsen
lain terutama Malaysia.
4 Nilai ekspor karet alam Indonesia 0,1773 2,00 0,355 3
dalam bentuk bahan baku
mempunyai mutu yang lebih rendah
daripada Negara lain.
TOTAL 1,485
Sumber : Data primer diolah, (2013)
Sesuai dengan matriks EFE di atas tidak selalu diimbangi dengan peningkatan
dapat dijelaskan lebih detail mengenai produktivitas karet olahan
faktor-faktor ancaman yang tersebut.memiliki nilai tertimbang 0,328.
mempengaruhi peningkatan mutu produk Dalam Tribun (2012), dinyatakan bahwa
RSS, meliputi : kondisi karet alam dunia tahun 2011
Kualitas bahan baku produk RSS mengalami kekurangan pasokan 181.000
bermutu rendah, memiliki nilai tertimbang ton karena jumlah produksi hanya 10,970
0,290. Dari hasil pengamatan di lapang, juta ton sementara kebutuhan konsumsi
didapat data yang berada pada rangking sebanyak 11.151 juta ton.
pertama yaitu adanya gelembung pada Rendahnya daya saing produk-
lateks saat pengujian di kaca berukuran produk industri lateks Indonesia bila
8cm x 3cm melebihi tiga butir gelembung dibandingkan dengan produsen lain
serta warna putih lateksnya tidak terutama Malaysia.memiliki nilai
mengkilat (suram). Hal ini disebabkan tertimbang 0,376. Hal ini dapat
lateks yang dihasilkan terlalu encer atau dipengaruhi oleh kurangnya IPTEK dari
kotor. Menurut SNI 06-2047-2002 lateks pekerja sehingga membuat produktivitas
kebun tidak boleh dicampur dengan air, dan kualitas karet yang di hasilkan rendah
bubur lateks ataupun serum lateks tidak dan kurang bersaing di pasaran dunia.
boleh dimasuki dengan benda-benda lain Akibat tingkat IPTEK yang rendah maka
seperti kayu ataupun kotoran lain, dan sistem pertanian Indonesia akan tertinggal
tidak terlihat nyata adanya kotoran. dengan negara lain.
Nilai ekspor karet alam Indonesia Dilihat dari nilai skor faktor-faktor
dalam bentuk bahan baku mempunyai internal dan eksternal Industri RSS, maka
mutu yang lebih rendah daripada negara dapat dibuat diagram SWOT dengan
lain, memiliki nilai tertimbang 0,312. menjumlahkan total skor faktor internal
Peningkatan permintaan bahan baku karet dan eksternal kemudian dihitung
92 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014
Garli Marsantia et al Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks
selisihnya yaitu total skor faktor kekuatan SWOT faktor internal dan eksternal dapat
internal dikurangi kelemahan dan total dilihat pada Tabel 5. berikut :
skor faktor eksternal peluang dikurangi
ancaman. Pembobotan untuk diagram
+1,104
t +0,1743 o
94 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014
Garli Marsantia et al Industri Olahan Karet Berbahan Baku Lateks
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014 95