Professional Documents
Culture Documents
Syifa Fauziah Kamilah-Fpsi PDF
Syifa Fauziah Kamilah-Fpsi PDF
Skripsi
Oleh:
SYIFA FAUZIAH KAMILAH
NIM: 1110070000057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ABSTRAK
A) Psychology Faculty
B) March 2015
C) Syifa Fauziah Kamilah
D) The Effect Of Self-efficacy, Social Support, and Empathy On Teacher
Motivation of Teach for the ABK in South Jakarta
E) xv + 93 + Attachments
F) This study was conducted teaching determine the effect of self-efficacy, social
support, and empathy to motivation of teachers to teach for the special need
children in South Jakarta. Authors theorize that self-efficacy, social support
(emotional support, instrumental support, support information, and support of
friendship), and empathy (fantasy, perspective taking, empathic concern, and
personal distress) affects the motivation of teachers to teach the crew. This
study uses quantitative methods approach with multiple regression analysis.
The sample totaled 200 teachers who teach in South Jakarta taken by
purposive sampling technique. In this study, the authors use a scale of
measurement The Work Tasks Motivation Scale for Teachers (instrument of
motivation to teach), New General Self-Efficacy Scale (instrument of self-
efficacy),) Interpersonal Reactivity Index (instrument of empathy), and the
author makes the scale for social support based on the dimensions proposed
by Sarafino.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat
Nya kepada manusia. Banyak pihak yang telah membantu sehingga karya ini
terselesaikan, maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Bapak Dr. Abdul
Rahman Shaleh, M.Si, Bapak Ikhwan Lutfi, M.Si, dan Ibu Dra. Diana Mutiah,
M.Si selaku wakil dekan.
2. Ibu Solicha, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dengan ketulusan dan kesabaran serta memberikan
wawasan baru terhadap penulis.
3. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing akademik serta
seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah membantu dalam penyelesaian karya ini.
4. Bapak Drs. Caming Suryadi, Ibu Dra. Yumnah Hartati (almarhumah), dan Ibu
Nani Susilawati, orangtua tercinta yang merupakan motivasi terbesar penulis
dalam menyelesaikan karya ini, yang selalu mendukung serta mengorbankan
segala yang dimilikinya untuk kebahagiaan penulis. Terima kasih juga untuk
Khaerunisa Sefti Pratama sepupu penulis serta seluruh keluarga besar yang
selalu membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis.
5. Kepala sekolah SDLB Pembina Lebak Bulus, SDLB Negeri 1 Lebak Bulus,
SDLB Negeri 2 Lenteng Agung, SLB Nusantara Jakarta, dan SLB Nur Abadi
Jakarta yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk mengambil
data kepada para guru-guru sebagai responden dalam karya ini.
6. Isnia, Shintia, Tyyas, Annisya, dan Adila yang telah banyak membantu,
menghibur, mendengarkan segala curahan hati penulis selama mengerjakan
skripsi, dan menemani hari-hari penulis selama di kampus.
vi
vii
Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat kepada penulis,
pembaca, pihak terkait, serta peneliti yang ingin mengelaborasi penelitian ini.
Penulis
DAFTAR ISI
viii
ix
2.4.2Dimensi empati………………………………………32
2.4.3 Pengukuran empati…………………………………..33
2.5 Kerangka Berfikir .................................................................... 34
2.6 Hipotesis Penelitian ................................................................. 38
LAMPIRAN ............................................................................................................. 91
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Skala .......................................................................... 45
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Mengajar ................................................... 46
Tabel 3.3 Blue Print Skala Self-efficacy ............................................................. 46
Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial ....................................................... 47
Tabel 3.5 Blue Print Skala Empati ......................................................................... 48
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Konstruk Self-efficay ......................................... 51
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Emosional ......................... 53
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Instrumental...................... 54
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Informasi ........................... 55
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Persahabatan .................... 56
Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Konstruk Fantasy ................................................. 57
Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Konstruk Perspective Taking ............................. 58
Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Konstruk Emphatic Concern .............................. 59
Tabel 3.14 Hasil Uji Validitas Konstruk Personal Distress…………………60
Tabel 3.15 Hasil Uji Validitas Konstruk Motivasi Mengajar……………….61
Tabel 4.1 Distribusi Populasi Penelitian................................................................ 66
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Kategori Pendidikan Terakhir............ 67
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif ................................................................................. 67
Tabel 4.4 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................... 69
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................. 69
Tabel 4.6 R-square (Model Summary) Variabel Motivasi Mengajar ............... 70
Tabel 4.7 Anova Variabel Motivasi Mengajar .................................................... 71
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Variabel Motivasi Mengajar................................. 72
Tabel 4.9 Proporsi Varians Variabel Motivasi Mengajar…………………...75
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pentingnya penelitian tentang motivasi
mengajar. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
sekolah khusus seringkali disebut Sekolah Luar Biasa (SLB) walaupun ada juga
Sekolah Luar Biasa memberikan pelayan yang lebih baik bagi anak yang memiliki
Sesuai dengan UU No. 2 tahun 1989 pasal 5 yang menjelaskan bahwa setiap
5 ayat (2) bahwa “warga Negara yang berkelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Adapun dalam pasal
6 ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat, setiap penyandang cacat
memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan dan
1
2
Tentu saja dalam menangani murid dengan kebutuhan khusus akan berbeda
individu memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang baik
walaupun memiliki kekurangan dalam hal fisik dan mentalnya (Dalimunthe &
Budiharto, 2007). Allah SWT dalam Al Qur’an surat An Nisa’ ayat 9 berfirman:
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
disebutkan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak
Dalimunthe dan Budiharto (2007) yang memiiki peran dalam menangani anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus adalah orangtua, guru, pemerintah, dan masyarakat
luas.
sekolah berkebutuhan khusus bukanlah profesi yang mudah bagi sebagian calon
guru., mungkin lebih banyak dihindari dibandingkan menjadi guru pada umumnya.
Terjun secara total, memiliki kompetensi, dan konsistensi adalah kunci untuk bisa
berbeda dengan kondisi guru yang mengajar di sekolah biasa. Guru sekolah
fisik dan mental yang baik dalam bekerja. Di Indonesia masih banyak sekolah
berkebutuhan khusus yang kekurangan guru sehingga satu guru harus mengawasi
lebih dari lima siswa. Kondisi ini memberikan tekanan tersendiri pada guru, karena
guru sekolah berkebutuhan khusus harus mengeluarkan tenaga dan kesabaran yang
lebih besar dibandingkan guru sekolah biasa (Frans, 2013). Hasil wawancara peneliti
pada Februari 2014 guru sekolah berkebutuhan khusus tersebut mengatakan bahwa
secara fisik juga guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus lebih lelah dan
Itulah sebabnya lebih banyak orang yang ingin menjadi guru biasa daripada menjadi
pembimbing, dan pelatih. Guru yang merasa senang dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, ia akan lebih berusaha memperoleh hasil yang maksimal dengan semangat
dipengaruhi oleh guru itu sendiri. Oleh sebab itu guru harus mempunyai motivasi
yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Bagi seorang guru atau pendidik peranan
motivasi ini penting sekali. Mengajar merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks.
4
Karena banyak hal yang harus dipahami, dipersiapkan, dan dilakukan. Mengajar anak
juga kreatif. Semua itu membutuhkan motivasi mengajar yang cukup tinggi dari guru
seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan
tertentu, dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau
berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya dalam mengajar. Namun, tidak
jarang ditemukan guru yang kurang memiliki gairah dalam melaksanakan tugasnya,
yang akan berakibat kurang maksimalnya tujuan yang ingin dicapai. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor, dan salah satunya adalah kurangnya motivasi
mengajar. Motivasi mengajar guru mempunyai andil yang sangat besar dalam
maka akan tercapai pula hasil yang tinggi, sehingga akan melahirkan peserta didik
Dalam pandangan UNESCO, 2006 (dalam Akuoko, Dwumah, & Baba, 2012)
guru adalah faktor yang paling penting dalam menentukan kualitas pendidikan yang
diterima anak. Voluntary Service Organization, 2002 (dalam Akuoko, Dwumah, &
Baba, 2012) juga menyatakan bahwa menurunnya kinerja guru dalam memberikan
kontribusi bagi pembelajaran sangat dipengaruhi oleh motivasi guru. Javaid, 2009
(dalam Akuoko, Dwumah, Baba, 2012) juga mengatakan bahwa masalah motivasi
Menurut VSO, 2003 (dalam Gatsinzi, Jesse, & Makewa, 2014) motivasi guru
manajemen yang tidak mendukung, dan persepsi yang dihargai oleh masyarakat.
Nyam dan William (2014) di Nigeria, motivasi guru memburuk diakibatkan tuntutan
pendidikan yang meningkat di awal abad ke 20. Sama halnya di Indonesia masalah
yang terjadi di lapangan bahwa motivasi mengajar guru masih kurang optimal (a-
research.upi.edu operator). Hal ini terlihat dari gejala-gejala seperti berikut: (1) masih
belajar siswa secara maksimal, (2) masih ada guru yang hanya puas dengan hasil
belajar peserta didik biasa-biasa saja, belum pada kepuasan untuk mencapai hasil
maksimal peserta didiknya, (3) masih kurangnya minat baca guru untuk mempelajari
materi bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik, (4) masih ada guru yang
maksimalnya hasil belajar peserta didik, (5) masih ada guru yang kurang mampu
mengajar anak berkebutuhan khusus berpenghasilan rendah, dan juga masih banyak
guru anak berkebutuhan khusus yang belum diangkat menjadi pegawai negeri,
bahkan ada yang sudah mengabdi selama 8 tahun sebagai guru honorer. Inilah yang
6
Obi, 1997 (dalam Ofojebe & Chinelo, 2010) dalam pendidikan, guru harus
kualitas, pendidikan yang berkualitas dalam sistem pendidikan. Ini juga akan
akan terancam dan menyebabkan kualitas pendidikan yang buruk. Apabila guru
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor yang berasal dari dalam diri (intrinsik)
Faktor yang berasal dari luar diri (ekstrinsik) yaitu gaji atau upah, keamanan kerja,
sesama pekerja, pengawasan, pujian, dan pekerjaan itu sendiri. Selain itu menurut
Guns, Watt, dan Richardson (2011) motivasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
determination.
pangkat, dan penghargaan) dan faktor instrinsik (seperti kemampuan dan kompetensi,
7
pada motivasi guru. Faktor lainnya seperti materi pengajaran dan pembelajaran,
pengawasan, sikap orangtua, komite manajemen sekolah, asosiasi orang tua, serta
rangsangan yang muncul dari seseorang baik dari dalam (motivasi intrinsik), maupun
dari luar (motivasi ekstrisik). Hal ini memberikan pemahaman mengenai motivasi
kerja sebagai suatu kondisi yang mendorong individu baik yang bersifat internal
perilaku individu dalam hubungannya dengan lingkungan dan kerja dengan tujuan
2004).
dipengaruhi oleh keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri atau yang disebut
berbagai studi termasuk yang menilai pelatihan ketegasan (Lee, 1983). Self-efficacy
seseorang merupakan hal yang kuat dalam menentukan seseorang akan bertindak,
dan harapan seseorang dapat mempengaruhi dorongan perilaku, arah, usaha, dan
berkebutuhan khusus adalah dukungan sosial. Secara umum dukungan sosial menurut
emosional yang diterima individu dari orang lain dan perhatian, perasaan nyaman,
dan bantuan yang didapat dari orang lain atau kelompok sehingga menimbulkan
perasaan bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari jaringan
sosialnya. Kemudian jenis dukungan sosial menurut Sarafino (2002) yaitu, dukungan
Dalam hal ini layaknya seperti eksternal motivator atau guru yang membangkitkan
terhadap bagi dirinya. Dimensi dukungan sosial mengacu pada aktivitas dan
Mengajar anak berkebutuhan khusus bukan perkara yang mudah. Perlu ada
pengetahuan dan keterampilan untuk menangani mereka. Satu hal yang patut dimiliki
9
oleh guru untuk mampu membantu tumbuh kembang dan pendidikan anak
penelitiannya menerangkan bahwa motivasi kerja individu diawali dari motivasi awal
berkebutuhan khusus tidak dimulai dari keinginan pribadi yang kuat walaupun
spiritual (ingin bergerak dalam bidang sosial, tertarik berbuat sesuatu untuk anak
cacat, ingin mempraktekkan ilmu yang didapat). Seorang guru harus memiliki rasa
siswa.
proses memahami penderitaan orang lain dan menganggap hubungan interpersonal itu
penting, termasuk hubungan guru dan muridnya. Empati berhubungan dengan rasa
kepedulian terhadap orang lain, menurut MacMillan dan Reed (1993) tantangan
memiliki kemampuan untuk bergaul dengan siswa, mendengarkan apa yang siswanya
motivasi. Oleh karena itu, variabel pertama dalam penelitian ini menguji pengaruh
Akuoko, Dwumah, dan Baba (2012) lingkungan kerja merupakan faktor penting
dalam motivasi guru. Selanjutnya dalam penelitian ini menguji pengaruh dukungan
sosial terhadap motivasi mengajar guru anak berkebutuhan khusus. Sesuai dengan
pendapat Batson (2008) dengan empati dapat menghasilkan motivasi yang tujuannya
mengajar guru anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu penulis mengangkat
Dukungan Sosial dan Empati terhadap Motivasi Mengajar pada Guru ABK di Jakarta
Selatan”.
Penelitian ini dbatasi hanya mempunyai pengaruh variabel prediktor yaitu self-
efficacy, dukungan sosial, dan empati terhadap motivasi mengajar. Adapun batasan
1. Motivasi mengajar, motivasi mengajar dalam penelitian ini adalah suatu hasrat
untuk melakukan suatu kegiatan mengajar. Motivasi mengajar ini terdiri dari
individu dari orang lain sehingga menimbulkan perasaan bahwa memiliki arti
bagi orang lain. Dukungan sosial dalam penelitian ini terdiri dari dukungan
persahabatan. Dukungan sosial disini adalah dukungan sosial yang berasal dari
5 Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar anak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh self-efficacy, dimensi dukungan
empathic concer, dan personal distress terhadap motivasi mengajar guru anak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu:
Manfaat teoritis :
taking, empatic concern, dan personal distress), dan motivasi mengajar dalam kajian
Manfaat praktis :
taking, empathic concern, dan personal distress) serta perannya dalam mempengaruhi
motivasi mengajar.
Laporan penelitian (skripsi) ini terdiri dari lima bab. Perincian setiap bab adalah
sebagai berikut:
14
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
operasional, teknik pengumpulan data, uji instrument, dan teknik analisis data.
BAB 4 Presentasi dan Analisis Data, menguraikan tentang hasil pengolahan data
yang meliputi gambaran umum responden, serta hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian ini menguraikan tentang
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang digunakan dalam penelitian,
Motivasi dapat dilihat sebagai kondisi internal atau eksternal yang mempengaruhi
bangkitnya, arahnya, serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau tingkah laku
(Martin & Briggs, 1986 dalam Ardhana, 1990). Menurut Weiner (1990) yang dikutip
membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan
membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Motivasi merupakan suatu unsur
yang sangat penting dalam proses pendidikan maupun dalam proses melaksanakan
Sebuah definisi yang lebih komprehensif diberikan oleh Ames (1992) yang
menyatakan bahwa motivasi ada sebagai bagian dari struktur tujuan seseorang,
keyakinan seseorang, dan menentukan seseorang dalam terlibat atau tidak terhadap
sesuatu.
15
16
Definisi motivasi menurut Ryan dan Deci (2000) ialah suatu proses untuk
intrinsik ditetapkan sendiri oleh individu yang tidak dicampuri oleh pengaruh dari
intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi
Motivasi adalah keinginan untuk mencapai tujuan atau drive untuk melakukan
Pintrich (Guns, Watt, & Richardson, 2011) mengatakan motivasi berasal dari
kata kerja latin 'movere' yang berarti bergerak”. Kamus mendefinisikan motivasi
sebagai fitur psikologis yang membangkitkan sebuah organisme untuk bertindak pada
tujuan yang diinginkan. Motivasi akan menjadi dorongan penggerak jiwa dan jasmani
untuk berbuat. Dengan motivasi yang dimiliki, guru akan tergerak untuk
optimal. Menurut Middelton & Spanias (dalam Atnafu, 2012) motivasi didefinisikan
berasal dari dalam diri individu, dimana adanya suatu perasaan senang untuk
17
motivasi ekstrinsik guru dalam mengajar ialah motivasi yang berasal dari luar seperti
melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan gaji yang tinggi serta promosi naik
jabatan.
Menurut Obi (1997) motivasi guru dalam mengajar adalah sesuatu yang
melibatkan guru dalam pekerjaan dan persepsi, metode, strategi dan kegiatan yang
kebutuhan siswa, sehingga mereka dapat menjadi puas, berdedikasi dan efektif dalam
Bahloul, 2013) menjelaskan motivasi mengajar adalah suatu proses yang kompleks
yang melibatkan beberapa faktor yang saling terkait yaitu kondisi kerja, lingkungan
motivasi intrinsik dalam mengajar yaitu motivasi yang mengacu pada kegiatan
sukarela untuk kepuasan yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi ekstrinsik
dalam mengajar yaitu motivasi yang berasal dari luar individu mengacu pada
tertentu.
Nyam dan William (2014) motivasi guru dalam mengajar adalah suatu
keadaan yang dipengaruhi oleh faktor material dan psikologis yang dapat
Vallerand (1992), motivasi intrinsik yaitu suatu hasrat yang berasal dari dalam diri
individu, dimana adanya suatu perasaan senang untuk melakukan suatu kegiatan
mengajar dan menikmati proses tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik guru dalam
mengajar ialah motivasi yang berasal dari luar seperti melakukan suatu kegiatan
1. Motivasi intrinsik: suatu hasrat yang berasal dari dalam diri individu, dimana
adanya suatu perasaan senang untuk melakukan suatu kegiatan mengajar dan
2. Motivasi ektrinsik: motivasi yang berasal dari luar seperti melakukan suatu
kegiatan untuk mendapatkan gaji yang tinggi serta promosi naik jabatan. Menurt
dirinya.
MAWS terdiri dari 12 item. Setiap subskala terdiri dari tiga item dari
3. The Work Tasks Motivation Scale for Teachers dari Vallerand & Halliwell
bahasa Inggris. Alat ukur ini terdiri dari 12 item. Skala ini mengukur motivasi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala pengukuran The Work Taks
Motivation Scale for Teachers yang terdiri dari 12 item, yang di dalamnya mengukur
3. Faktor situasional: kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu
tertentu.
(2010), yaitu:
3. Status sosial
4. Otonomi
5. Kemampuan diri
tindakan yang diperlukan untuk mencapai jenis yang ditentukan. Bandura (1977)
ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan.
Menurut Gist dan Mitchell, (dalam Vancouver & Laura, 2006) self-efficacy
mencapai tujuan yang ditetapkan, yang merujuk pada definisi yang dikemukakan oleh
Bandura.
Menurut Bandura (1977), proses psikologis dalam self-efficacy yang turut berperan
dalam diri manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi, dan proses
pemilihan/seleksi.
a. Proses kognitif
bermula dari sesuatu yang difikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki self-
Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuan diri.
23
b. Proses motivasi
mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah
ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa tahan mereka
Menurut Bandura (1977), ada tiga teori motivator, teori pertama yaitu causal
yang terbatas. Teori kedua outcome experience (harapan akan hasil), motivasi
dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga
24
goal theory (teori tujuan), dimana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu
c. Proses afektif
Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional.
mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi
cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu yang merasa tidak
dengan ancaman, membesarbesarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-
d. Proses seleksi
aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa
yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung
tidak menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu
25
(Bandura, 1977).
mendapatkan alat ukur yang dapat digunakan dalam pengukuran self-efficacy sebagai
berikut:
Jerusalem pada tahun 1979. Terdiri atas 10 item, dengan rentang jawaban 1 –
keyakinan diri dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup. GSE ini
digunakan untuk anak berusia di atas 12 tahun (dalam Scherbaum, Cohen, &
Kem, 2006).
dikembangkan oleh Sherer, dkk pada tahun 1982. Alat ukur ini terdiri atas 17
mengatasi hambatan untuk sukses (dalam Scherbaum, Cohen, & Kem, 2006).
menemukan bahwa 5 item dari 17 item GSES memiliki korelasi yang rendah
dan ambigu sehingga 5 item ini dihilangkan dan menjadi 12 item dalam versi
baru dari skala ini (GSES-12). Dimensi dari skala ini terdiri atas 3 item
Kem, 2006).
New General Self-Efficacy Scale merupakan alat ukur terbaru dari self-
efficacy yang dikembangkan oleh Chen pada tahun 2001. New General Self-
Efficacy Scale ini terdiri dari 8 item (Scherbaum, Cohen, & Kem, 2006).
Alat ukur self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur
New General Self-Efficay Scale yang dikembangkan oleh Chen pada tahun 2001 yang
Menurut Cobb, (dalam Sarafino, 1998) dukungan sosial didefenisikan sebagai adanya
penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu
(dalam Sarafino, 2011). Sarafino (2011) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari orang
lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau
kelompok.
Sehingga definisi dukungan sosial dalam penelitian ini adalah suatu perasaan
nyaman, adanya perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari
individu lain atau kelompok, definisi ini merujuk pada penjelasan yang dikemukakan
oleh Sarafino.
Menurut Sarafino (2011) menjelaskan ada empat dimensi dukungan sosial, yaitu:
a. Dukungan Emosional
Dukungan jenis ini meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap
individu. Biasanya, dukungan ini diperoleh dari pasangan atau keluarga, seperti
b. Dukungan Instrumental
Dukungan jenis ini meliputi bantuan secara langsung. Biasanya dukungan ini
lebih sering diberikan oleh rekan kerja. Seperti bantuan untuk menyelesaikan
tugas yang menumpuk atau meminjamkan uang atau lain-lain yang dibutuhkan
individu.
c. Dukungan Informasi
Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan balik kepada
individu. Dukungan ini biasanya diperoleh dari sahabat, rekan kerja, atasan atau
d. Dukungan Persahabatan
Dukungan yang berupa adanya kebersamaan, kesediaan dan aktifitas sosial yang
dilakukan bersama.
Schetter, C., Folkman, S., dan Lazarus, R. S. (1987). Alat ukur ini terdiri dari 40
item yang mengukur 4 aspek. Item ISEL mencakup aspek tangible support,
belonging support, self-esteem support dan appraisal support. Alat ukur ini
29
memiliki skala likert 4 poin yang berkisar dari “Sangat Tidak Sesuai” sampai
“Sangat Sesuai”.
2. Social Support Questionnaire (SSQ). Alat ukur ini dikembangkan oleh Sarason, I.
G., Levine, H. M., Basham, R. B. (1993) Alat ukur ini terdiri dari 27 item dengan
5 poin skala likert. Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan dukungan sosial
dukungan sosial yang diterima. Setiap item dinilai dengan 5 poin tipe skala likert
berkisar dari tidak sama sekali (1), hamper tidak sama sekali (2), sedikit (3),
ukur berdasarkan aspek dari Sarafino (2011) ini, karena adanya 4 jenis dukungan
sosial yang telah disebutkan diatas yang sifatnya bervariasi dan menyeluruh untuk
(Sarafino, 1998):
30
diharapkannya jika dia tidak sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak
pertolongan. Beberapa orang tidak perlu assertive untuk meminta bantuan orang
lain, atau merasa bahwa mereka seharusnya tidak tergantung dan menyusahkan
orang lain.
mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami stress
sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan
orang lain.
Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan
2.4 Empati
Davis (1983) menyatakan empati sebagai “reactions of one individual to the observed
didefinisikan sebagai suatu reaksi yang dialami dari pengalaman emosional orang
orang lain, baik melalui tanda-tanda atau proses hubungan yang simpel maupun
respon emosional yang sesuai dengan empati, secara umum menuntut kemampuan
respon afeksi yang sepertinya dialami, tidak hanya cocok dengan situasi afeksi orang
lain, tetapi lebih jelas dirasakan bagi situasi orang lain daripada situasi sendiri.
Walaupun empati merupakan suatu afeksi, tetapi ia juga memiliki komponen kognisi
yang signifikan. Seperti halnya pada orang dewasa yang sedang memberikan respon
suatu kondisi atau keadaan pikiran imajinatif atau intelektual yang dirasakan
seseorang tentang perasaan yang dialami orang lain. Mehrabian dan Epstein (dalam
32
Caruso dan Mayer, 1998)) empati merupakan respon dari pengalaman emosional
seseorang.
Empati merupakan hal yang tidak dapat dinyatakan secara jelas sehingga
sebuah konsep (Cooper, 2011). Menurut Rogers (dalam Cooper, 2011) untuk
memiliki rasa empati diperlukan beberapa hal, seperti masuk dalam dunia persepsi
orang lain dan memiliki rasa sensitif pada keadan orang lain.
Sehingga definisi empati dalam penelitian ini adalah suatu suatu respon secara
kognitif dan afektif yang dialami seseorang tentang pengalaman emosional dan
perasaan orang lain, baik melalui tanda-tanda atau proses hubungan yang simple
maupun kompleks.
imajinatif alam mengalami perasaan dan tindakan dari karakter khayal dalam
3. Empathic concern, yaitu perasaan simpati yang berorientasi kepada orang lain dan
4. Personal distress, yaitu kecemasan pribadi yang berorientasi pada diri sendiri
menyenangkan.
sebelumnya, yaitu:
untuk merespon setiap item dengan merating dari skala satu sampai skala
lima.
Dokmen (1988) yang terdiri dari 20 pernyataan. Rentang skalanya dari satu
3. Skala empati yang diadaptasi dari Davis (1980) Interpersonal Reactivity Index
(IRI). IRI terdirii dari empat dimensi, yaitu: perspective taking, fantasy,
empathic concern, dan personal distress. Skala ini terdiri dari 28 item yang
34
Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala pengukuran empati
dari Mark H. Davis (1980) dengan melihat empati dari beberapa aspek, yaitu fantasy,
dalam 28 item baku. Model skala yang digunakan adalah skala Likert.
Guru merupakan salah satu unsur dan faktor yang sangat mempengaruhi tercapainya
sekolah, guru sangat ditentukan oleh motivasi yang dimiliki. Kelancaran dan
mengajar tidak akan tercapai apabila guru sebagai pendidik tidak meemiliki motivasi
pekerjaann yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu. Bila guru
memiliki motivasi yang tinggi, maka sudah tentu guru akan menjalankan fungsi dan
kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik dengan penuh rasa tanggung
jawab. Demikian pula sebaliknya apabila seorang guru memiliki motivasi yang
rendah, pastilah dia hanya akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai
efficacy. Self-efficacy, suatu konstruksi pertama kali diajukan oleh Bandura (1986)
menentukan apakah mereka akan memilih pekerjaan atau tidak (dalam Ece, 2012).
perilaku, arah, usaha, dan ketekunan. Apabila self-efficacy yang dimiliki tinggi, maka
sosial. Dukungan sosial merupakan pemberian bantuan dalam berbagai bentuk seperti
perhatian, kasih sayang penilaian,dan nasehat yang berdampak positif bagi diri
individu yang menerimanya. Menurut Reeve et al, 1999 (dalam Yperen dan
mendukung terhadap bagi dirinya. Seorang guru dalam menghadapi dan menjalani
mengajar guru. Semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin tinggi motivasi
mengajar guru.
36
guru adalah empati. Empati merupakan sikap positif seseorang terhadap orang lain
yang diekspresikan melalui ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Dengan memiliki empati tinggi, seseorang dapat dengan mudah menerima informasi
yang diberikan oleh orang lain. Dengan mendengarkan dan memahami orang lain
kerja atau motivasi mengajar diawali dari motivasi awal dimana secara umum
dimulai dari keinginan pribadi yang kuat walaupun motivasi awal masing-masing
responden didominasi oleh kebutuhan psikologis dan spiritual (ingin bergerak dalam
bidang sosial, tertarik berbuat sesuatu untuk anak cacat, ingin mempraktekkan ilmu
yang didapat). Dalam penelitian Batson et al (1984) menjelaskan bahwa empati dapat
orang disini bisa dalam bentuk proses pengajaran yang dilakukan guru kepada
muridnya. Berdasarkan hal tersebut, penulis berasumsi bahwa ada pengaruh empati
terhadap motivsi mengajar guru. Semakin tinggi empati, maka semakin tinggi
kombinasi anatar beberapa faktor psikologis dari beberapa kumpulan teori, penelitian
37
serta faktor eksternal lainnya, peneliti menyimpulkan kerangka berpikir pada gambar
2.1.
Self-efficacy
Dukungan Sosial
Dukungan Emosional
Dukungan
Instrumental
Dukungan Informasi
Dukungan
Persahabatan Motivasi
Mengajar Guru
ABK
Empati
Fantsy
Perspective Taking
Empathic Concern
Personal Distress
Karena penelitian ini diuji dengan analisa statistk, maka hipotesis yang akan diuji
adalah hipotesis nol (nihil), lalu dipaparkan juga hipotesis alternatif yang digunakan
Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari self-efficacy,
personal distress).
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi fantasy terhadap motivasi mengajar
guru ABK
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai populasi, sampel, variabel penelitian,
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru anak berkebutuhan khusus yang mengajar
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini guru-guru yang berada di Jakarta Selatan. Peneliti
memilih 5 sekolah yang berada di Jakarta Selatan yang menghasilkan lima sekolah
yaitu, SLB Negeri 1 Lebak Bulus, SLB Pembina Lebak Bulus, SLB Negeri 2 Lenteng
Agung, SLB Nusantara, dan SLB Nur Abadi. Peneliti mengambil sampel sebanyak
40
41
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu peneliti menentukan karakteristik dari sampel
yang akan digunakan. Adapun karakteristik penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Minimal mengajar anak berkebutuhan khusus selama lebih dari satu tahun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang disebutkan pada bab
sebelumnya. Adapun penelitian ini yang dijadikan dependent variabel (DV) adalah
IV1 = Self-Efficacy
IV2 = Dukungan Emosional
IV3 = Dukungan Instrumental
IV4 = Dukungan Informasi
IV5 = Dukungan Persahabatan
42
1. Motivasi mengajar
Motivasi mengajar adalah suatu hasrat individu yang berasal dari dalam diri
individu dalam melakukan suatu kegiatan mengajar dan dorongan yang berasal
dari luar individu dalam melakukan pengajaran untuk mendapatkan gaji. Pada
penelitian ini motivasi mengajar diukur dengan menggunakan The Work Tasks
Motivation Scale for Teachers dari Vallerand & Halliwell (1983). Alat ukur ini
2. Self-efficacy
dalam proses pencapaian perilaku tersebut. Pada penelitian ini self-efficacy diukur
dengan New General Self-Efficay Scale yang dikembangkan oleh Chen pada
3. Dukungan Sosial
43
bentuk seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nasehat yang berdampak
individu, yang meliputi bantuan nyata seperti penyediaan barang dan jasa.
nasehat, saran, serta umpan balik tentang keadaan atau apa yang dikerjakan
individu.
anggota pada suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas
yang sama.
Pada penelitian ini dukungan sosial diukur menggunakan empat dimensi yaitu,
4. Empati
dan memahami situasi, pikiran serta perasaan orang lain, sebagaimana orang
44
timbul perasaan toleransi dan menghargai orang lain. Empati mempunya beberapa
imajinatif dalam mengalami perasaan dan tindakan dari karakter khayal dalam
c. Empathic Concern: Perasaan simpati yang berorientasi kepada orang lain dan
d. Personal Distress: Kecemasan pribadi yang berorientasi pada diri sendiri serta
Reactivity Index (IRI). IRI terdiri dari empat dimensi yaitu, fantasy, perspective
adalah salah satu jenis alat pengumpulan data berupa sejumlah daftar yang berisi
suatu rangkaian pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa
45
dalam penelitian ini berbentuk model skala likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-
yang dirasakan oleh subjek. Model skala likert berbentuk pernyataan positif
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala
Pilihan Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas empat skala,
Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa skala atau kuesioner yang
terdiri dari:
1. Motivasi Mengajar
Pada skala ini, peneliti menggunakan skala baku The Work Tasks Motivation Scale
for Teachers dari Valleran & Halliwell (1983). Alat ukur ini terdiri dari 12 item.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.
46
Table 3.2
Tabel Blue Print Skala Motivasi Mengajar
2. Self-Efficacy
Skala yang digunakan untuk mengukur self-efficacy adalah New General Self-
Efficacy Scale berjumlah 8 item. Merupakan alat ukur terbaru dari self-efficacy yang
Table 3.3
Tabel Blue Print Skala Self-Efficacy
3. Dukungan Sosial
Skala pengukuran dukungan sosial dibuat berdasarkan dimensi dari dukungan sosial.
Dimana dalam teori ini dimensi-dimensi yang diukur yaitu; dukungan emosional,
Table 3.4
Tabel Blue Print Skala Dukungan Sosial
4. Skala Empati
Skala yang digunakan mengacu pada aspek-aspek empati menurut Davis dalam jurnal
fantasy scale, perspective taking scale, empathic concern scale, dan personal distress
Table 3.5
Tabel Blue Print Skala Empati
Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya. Uji
prosedur CFA:
1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara matriks korelasi
yang dipeoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung menurut
teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil
yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
49
diperoleh dari data dan model” diterima, yang artinya item yang diuji mengukr
satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p <
0.05), artinya item-item yang diuji mengukur lebih dari satu faktor
dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional).
Jika sudah diperoleh moel yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan
langkah selanjutnya.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang
masing item dengan menggunakan t-test, jika nilai t yang diperoleh pada
sebuah item tidak signifikan (t > 1.96) maka item tersebut akan didrop karena
dilakukan.
b) Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu item
memiliki muatan negatif, maka item tersebut didrop karena tidak sesuai
dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin
item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika pada
suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (lebih dari tiga), maka
item tersebut didrop. Alasannya adalah item yang demikian selain mengukur
apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain (multidimensional item).
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang valid
untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian diolah untuk
mendapatkan faktor skor pad tiap skala. Dengan demikian perbedaan kemampuan
yang masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut
menentukan dalam menghitung faktor skor (true score). True score inilah yang
Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw score / skor mentah
(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan
karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk kemudahan di
dalam penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan faktor skor yang
diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang memiliki mean = 50 dan
standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada responden yang mendapat skor
Penulis menguji apakah delapan item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur self-efficacy. Berdasarkan hasil CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, hasil uji validitas pada aspek self-efficacy adalah tidak fit dengan Chi-
square = 282.73, df = 20, p-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.257. Oleh karena
itu, penulis melakukan modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya sehingga menghasilkan model fit dengan
Chi-square = 15.84, df = 12, p-value = 0.19889, dan nilai RMSEA = 0.040. Gambar
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur factor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
atau tidak, pengujiannya dengan melihat T-values dan muatan faktor, seperti tabel 3.6
berikut ini:
Tabel 3.6
Tabel uji validitas konstruk self-efficacy
No Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.62 (0.07) 9.36
2 0.28 (0.07) 7.31
3 0.43 (0.07) 6.22
4 9.60 (0.07) 8.80
5 0.76 (0.06) 12.51
6 0.86 (0.06) 13.73
7 0.88 (0.06) 14.69
8 0.75 (0.06) 12.11
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
52
Dari keterangan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan. Pada aspek ini
1. Dukungan Emosional
Berdasarkan hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil uji validitas
pada aspek dukungan emosional adalah tidak fit dengan Chi-square = 123.84, df = 9,
p-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.253. Oleh karena itu, penulis melakukan
satu sama lainnya sehingga menghasilkan model fit dengan Chi-square = 2.74, df = 5,
p-value = 0.74025, dan nilai RMSEA = 0.000. Gambar model fit dapat dilihat pada
lampiran.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.7
Tabel uji validitas konstruk dukungan emosional
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.89 (0.06) 14.46
2 0.88 (0.06) 14.10
3 0.87 (0.06) 14.52
4 0.94 (0.06) 15.91
5 0.30 (0.07) 4.37
6 0.60 (0.07) 9.16
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari keterangan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan. Pada aspek ini
2. Dukungan Instrumental
Pada aspek dukungan instrumental yang dilakukan dengan model satu faktor
0.00009, dan nilai RMSEA = 0.205. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan satu sama lainnya
0.39283, RMSEA = 0.000. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.8
Tabel uji validitas konstruk dukungan instrumental
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.72 (0.10) 7.33
2 -0.42 (0.08) -4.95
3 0.65 (0.09) 6.96
4 0.11 (0.09) 1.27
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari hasil tabel 3.8 dapat dilihat bahwa ada 2 item yang signifikan. 2 item
lainnya tidak signifikan karena memiliki T-value < 1,96 maka item 2 dan 3
digugurkan.
3. Dukungan Informasi
Pada aspek dukungan informasi yang dilakukan dengan model satu faktor
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.297. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
value = 0.58153, dan nilai RMSEA = 0.000. Gambar model fit dapat dilihat pada
lampiran.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.9
Tabel uji validitas dukungan informasi
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.59 (0.07) 8.56
2 0.45 (0.07) 6.59
3 -0.08 (0.07) -1.16
4 0.74 (0.07) 11.13
5 1.05 (0.07) 16.10
6 0.76 (0.07) 11.18
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari keterangan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa ada lima item yang signifikan.
Satu item lainnya tidak signifikan karena memiliki T-value < 1.96 maka item 3
digugurkan.
4. Dukungan Persahabatan
Pada aspek dukungan persahabatan yang dilakukan CFA dengan model satu faktor
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.217. Oleh karena itu penulis melakukan modifikasi,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
value = 0.68888, dan nilai RMSEA = 0.000. Gambar model fit dapat dilihat pada
lampiran.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
56
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.10
Tabel uji validitas dukungan persahabatan
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 1.07 (0.06) 17.19
2 0.73 (0.07) 11.14
3 0.27 (0.06) 4.45
4 0.64 (0.08) 7.89
5 0.39 (0.08) 4.76
6 0.53 (0.07) 7.84
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari keterangan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan. Pada
1. Fantasy
Pada aspek fantasy yang dilakukan dengan model satu faktor menghasilkan model
yang tidak fit dengan Chi-square = 55.02, df = 14, p-value = 0.00000, dan nilai
RMSEA = 0.121. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya sehingga
menghasilkan model yang fit dengan Chi-square = 7.28, df = 11, p-value = 0.77603,
dan nilai RMSEA = 0.000. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
57
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.11
Tabel uji validitas konstruk fantasy
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.79 (0.06) 12.59
2 0.92 (0.06) 15.36
3 -0.12 (0.07) -1.61
4 0.79 (0.07) 11.83
5 0.67 (0.07) 10.16
6 0.32 (0.08) 4.21
7 0.58 (0.07) 8.57
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari hasil tabel 3.11 dapat dilihat bahwa ada enam item yang signifikan. Satu
item lainnya tidak signifikan karena memiliki T-value < 1.96 maka item 3
digugurkan.
2. Perspective Taking
Pada aspek perspective taking yang dilakukan dengan model satu faktor
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-aquare = 79.43, df = 14, p-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.153. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
value = 0.19299, dan nilai RMSEA = 0.043. Gambar model fit dapat dilihat pada
lampiran.
58
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.12
Tabel uji validitas konstruk perspective taking
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.70 (0.06) 10.58
2 -0.03 (0.08) -0.41
3 0.08 (0.06) 14.80
4 0.91 (0.06) 15.57
5 0.29 (0.07) 3.92
6 0.43 (0.07) 6.08
7 0.48 (0.07) 6.92
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari hasil tabel 3.12 dapat dilihat bahwa ada enam item yang signifikan, dua
item lainnya tidak signifikan karena memiliki T-value < 1.96 maka item 2
digugurkan.
3. Empathic Concern
Pada aspek empathic concern yang dilakukan dengan model fit satu faktor
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-square = 115.65, df = 14, p-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.191. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi,
dimana kesalahan pengukuran pada bebrapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
value = 0.20807, dan nilai RMSEA = 0.043. Gambar model fit dapat dilihat pada
lampiran.
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
Tabel 3.13
Tabel uji validitas konstruk empathic concern
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.25 (0.09) 2.93
2 0.95 (0.17) 5.74
3 0.74 (0.10) 7.31
4 0.45 (0.09) 5.09
5 0.51 (0.09) 6.03
6 0.36 (0.07) 4.95
7 0.21 (0.08) 2.79
Keterangan: tanda = Signifikan (1 > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari keterangan tabel 3.13 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan. Pada
4. Personal Distress
Pada aspek personal distress yang dilakukan dengan model satu factor menghasilkan
model yang tidak fit dengan Chi-square = 49.48, df = 14, p-value = 0.00001, dan nilai
RMSEA = 0.113. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya sehingga
60
menghasilkan model yang fit dengan Chi-square = 8.82, df = 10, p-value = 0.54951,
dan nilai RMSEA = 0.000. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
atau tidak, pengujiannya dilakukan denganmelihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.14
Tabel uji validitas personal distress
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.00 (0.08) 0.06
2 0.64 (0.07) 9.32
3 0.79 (0.07) 11.66
4 0.43 (0.09) 4.95
5 0.68 (0.07) 10.02
6 0.13 (0.08) 1.60
7 0.66 (0.07) 9.41
Dari hasil tabel 3.14 dapat dilihat bahwa ada lima item yang signifikan. Dua
item lainnya tidak signifikan karena memiliki T-value < 1.96 maka item 1 dan item 6
digugurkan.
Penulis menguji apakah ke 12 item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya
mengukur motivasi mengajar. Dari hasil analisa CFA yang dilakukan dengan model
61
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-square = 481.72, df = 54, p-value = 0.00000,
dan nilai RMSEA = 0.200. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya
sehingga menghasilkan mpdel yang fit dengan Chi-square = 48.12, df = 34, p-value =
0.05495, dan nilai RMSEA = 0.046. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur factor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut diterima
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, seperti
Tabel 3.15
Tabel uji validitas motivasi mengajar
No. Item Lamda Standard Eror T-Value Signifikan
1 0.87 (0.06) 14.84
2 0.71 (0.07) 10.63
3 0.78 (0.06) 12.55
4 0.63 (0.07) 9.57
5 0.69 (0.06) 10.81
6 0.86 (0.06) 14.49
7 0.78 (0.06) 12.81
8 0.65 (0.07) 9.94
9 0.19 (0.07) 2.58
10 0.08 (0.07) 1.06
11 0.28 (0.07) 3.88
12 0.40 (0.07) 5.69
Dari hasil tabel 3.15 dapat dilihat bahwa ada sebelas item yang signifikan,
satu item lainnya tidak signifikan karena memiliki T-value < 1.96 maka item 10
digugurkan.
Variabel bebas pada penelitian ini berjumlah Sembilan variabel, satu variabel
variabel dari aspek empati (fantasy, perspective taking, empathic concern, personal
distress). Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis regresi berganda, yang
mengetahui besar dan arah pengaruh antara variabel X 1 hingga X9 terhadap variabel
Keterangan :
A : Intercept/Konstan
C : Residu, yang dalam hal ini adalah variabel selain 9 IV yang mempengaruhi
Dalam analisis regresi berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi yaitu:
64
terhadap DV
bersangkutan.
4. Dapat diketahui besarnya sumbangan dari setiap IV pada DV, dan melihat
signifikasinya.
versi 17.0
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:
dan motivasi mengajar dari bahasa aslinya, yaitu Bahasa Inggris ke Bahasa
c) Meminta expert judgment yaitu dosen pembimbing yang dianggap ahli untuk
yang dilakukan benar dan tepat berdasarkan teori yang telah dipaparkan.
65
dibuat, sehingga didapat pengklasifikasian item yang tepat dan sesuai dengan
menjadi lima bagian, yaitu kata pengantar, dan data diri dari subjek, skala
pelaksanaan penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan tersebut meliputi deskripsi data, analisis data, dan hasil penelitian.
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai subjek yang digunakan dalam penelitian ini.
Subjek dalam penelitian ini sebanyak 200 orang. Subjek dalam penelitian ini adalah
mengambil seluruh anggota populasi guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus
di wilayah Jakarta Selatan. Guru anak berkebutuhan khusus yang diambil dari
sekolah yang sudah dipilih secara acak, guru di sekolah yang terpilih akan dijadikan
sampel.
Tabel 4.1
Distribusi Populasi Penelitian
Jenis Sekolah N Presentase
SMALB 48 24%
SMPLB 62 31%
SDLB 65 32.5
TKLB 25 12.5
Total 200 100%
66
67
Tabel 4.2
Gambaran subjek penelitian kategori pendidikan terakhir
No Kategori Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase
1. Strata 1 Pendidikan Luar Biasa 165 82.5%
2. Strata jurusan lainnya 35 17.5%
3. SMK/SMA -
Total 200 100%
Hasil analisis deskriptif mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar
deviasi (SD) dari variabel penelitian ini, digambarkan pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Tabel analisis deskriptif
Descriptive Statistics
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa standar deviasi dari variabel motivasi
mengajar sebesar 9.4707 dengan mean sebesar 50.000 serta nilai minimum yang
68
didapat adalah 22.0 dan nilai maksimum adalah 67.9. Untuk variabel self-efficacy
standar deviasi yang didapat sebesar 10.0005 dengan mean sebesar 49.999 serta nilai
minimum yang didapat adalah 28.9 dan nilai maksimumnya adalah 73.4. Untuk
variabel dukungan emosional standar deviasi yang didapat sebesar 9.1458 dengan
mean sebesar 50.000 serta nilai minimum yang didapat adalah 22.0 dan nilai
yang didapat sebesar 8.8129 dengan mean sebesar 50.000 serta nilai minimum yang
didapat adalah 9.4 dan nilai maksimumnya adalah 67.3. Untuk variabel dukungan
informasi standar deviasi yang didapat sebesar 9.0991 dengan mean sebesar 50.000
serta nilai minimum yang didapat adalah 9.8 dan nilai maksimumnya adalah 72.2.
Untuk variabel dukungan persahabatan standar deviasi yang didapat sebesar 8.8191
dengan mean sebesar 49.999 serta nilai minimum yang didapat 8.2 dan nilai
maksimumnya adalah 70.2. Untuk variabel fantasy standar deviasi yang didapat
sebesar 8.1098 dengan nilai mean sebesar 50.000 serta nilai minimum yang didapat
adalah 28 dan nilai maksimumnya adalah 72.3. Untuk variabel perspective taking
standar deviasi yang didapat sebesar 8.5021 dengan mean sebesar 50.000 serta nilai
minimum yang didapat adalah 26.3 dan nilai maksimumnya adalah 73.2. Untuk
variabel empathic concern standar deviasi yang didapat sebesar 9.3993 dengan mean
sebesar 50.000 serta nilai minimum yang didapat adalah 22.7 dan nilai maksimumnya
adalah 69.4. Untuk variabel personal distress standar deviasi yang didapat sebesar
9.0502 dengan mean sebesar 50.000 serta nilai minimum yang didapat adalah 25.2
Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka dapat ditetapkan norma
kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Tabel pedoman interpretasi skor
Norma Interpretasi
X > Mean Tinggi
X < Mean Rendah
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori, yaitu tinggi (dengan
pedoman X > Mean) dan rendah (dengan pedoman X < Mean). Setelah kategorisasi
tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase kategori untuk variabel
Tabel 4.5
Tabel kategorisasi skor variabel penelitian
Kategori Rentang Frequency Percent
Self-efficacy Tinggi 50.12 - 73.41 80 40 %
Rendah 28.9 - 49.84 120 60 %
Dukungan Emosional Tinggi 49.91 - 67.89 60 30 %
Rendah 22.02 - 49.91 140 70 %
Dukungan Instrumental Tinggi 57.52 - 67.35 56 28 %
Rendah 9.46 - 48-42 144 72 %
Dukungan Informasi Tinggi 50.14 - 72.26 48 24 %
Rendah 9.8 - 49.59 152 76 %
Dukungan Persahabatan Tinggi 50.39 - 70.29 72 36 %
Rendah 8.2 - 49.46 128 64 %
Fantasy Tinggi 50.18 - 72.35 100 50 %
Rendah 28 - 49.71 100 50 %
Perspective Taking Tinggi 50.06 – 73.2 65 32.5 %
Rendah 26.33 – 49.54 135 67.5 %
Emphatic Concern Tinggi 50.31 – 69.4 90 45 %
Rendah 22.72 – 49.89 110 55 %
Personal Distress Tinggi 50.04 – 74.93 92 46 %
Rendah 25.27 – 49.86 108 54 %
70
Tahap selanjutnya yaitu uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui besar
Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk
mengetahui berapa persen (%) varian motivasi mengajar yang dijelaskan oleh self-
efficacy, dukungan sosial, dan empati, kedua apakah secara keseluruhan independent
berapa persen (%) varians motivasi mengajar yang dijelaskan oleh self-efficacy,
dukungan sosial, dan empati. Tabel R-square dipaparkan pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Tabel R-square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .410 .168 .129 8.77443
a. Predictors: (Constan), Personal Distress, Self-efficacy, Perspective Taking, Dukungan
Persahabatan, Empathic Concern, Dukungan Emosional, Fantasy, Dukungan Informasi, Dukungan
Instrumental
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.168 atau
16.8%. artinya proporsi varian dari motivasi mengajar yang dapat dijelaskan oleh
taking, emphatic concern, personal distress) adalah sebesar 16.8%, sedangkan 83.2%
dan empati terhadap motivasi mengajar. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.7
Tabel anova
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2952.745 9 328.083 4.261 .000a
Residual 14628.204 190 76.991
Total 17580.949 199
a.Predictors: (Constant), Personal Disress, Self-efficacy, Perspective Taking , Dukungan Persahabatan, Empathic
Concern, Dukungan Emosional, Fantasy, Dukungan Informasi, Dukungan Instrumental
Jika melihat kolom pertama dari kanan pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jika
tabel signifikan (P < 0.05), maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, dukungan sosial, dan empati terhadap
motivasi mengajar ditolak. Dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
sosial, dan empati. Jika nilai sig < 0.005 maka koefisien regresi tersebut signifikan
72
yang berarti bahwa self-efficacy, dukungan sosial, dan empati memiliki dampak yang
signifikan terhadap motivasi mengajar. Adapun penyajiannya pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Tabel koefisien regresi motivasi mengajar
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 25.145 6.747 3.727 .000
SELFEFFICACY .137 .078 .132 1.763 .080
DUKUNGAN EMOSIONAL .238 .076 .240 3.117 .002
DUKUNGAN .067 .067 .072 1.005 .316
INSTRUMENTAL
DUKUNGAN INFORMASI -.196 .094 -.190 -2.084 .188
DUKUNGAN .143 .098 .134 1.465 .145
PERSAHABATAN
FANTASY -.086 .085 -.083 -.1.005 .316
PERSPECTIVE TAKING .093 .087 .087 1.067. .287
EMPATHIC CONCERN .203 .066 .202 3.093 .002
PERSONAL DISTRESS -.067 .081 -.060 -.817 .415
a. Dependent Variable: Motivasi Mengajar
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.8, dapat disimpulkan persamaan
Dari tabel 4.8 dapat dilihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan dari self-efficacy, dukungan sosial, dan empati , dilihat bahwa nilai sig
pada kolom paling kanan. Jika hasilnya signifikan berarti pengaruhnya signifikan
Dari hasil di atas, hanya koefisien dukungan emosional dan empathic concern
yang signifikan, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Hal ini menyatakan
bahwa dari self-efficacy, dukungan sosial, dan empati hanya dua (dukungan
motivasi mengajar. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada self-
1. Nilai koefisien regresi pada variabel self-efficacy sebesar 0.137 dengan nilai
sig sebesar 0.080 (sig > 0.05), yang berarti bahwa self-efficacy tidak memiliki
dengan nilai sig sebesar 0.002 (sig < 0.05), yang berarti bahwa dukungan
dengan nilai sig sebesar 0.316 (sig > 0.05), yang berarti bahwa dukungan
mengajar.
dengan nilai sig sebesar 0.188 (sig > 0.05), yang berarti bahwa dukungan
mengajar.
74
dengan nilai sig 0.145 (sig > 0.05), yang berarti bahwa dukungan
mengajar.
6. Nilai koefisien regresi pada variabel fantasy sebesar -0.086 dengan nilai sig
0.316 sig > 0.05), yang berarti bahwa fantasy tidak memiliki pengaruh yang
7. Nilai koefisien regresi pada variabel perspective taking sebesar 0.093 dengan
nilai sig 0.287 sig > 0.05), yang berarti bahwa perspective taking tidak
8. Nilai koefisien regresi pada variabel empathic concern sebesar 0.166 dengan
nilai sig sebesar 0.002 (sig < 0.05), yang berarti bahwa empathic concern
9. Nilai koefisien regresi pada variabel personal distress sebesar -0.067 dengan
nilai sig sebesar 0.415 (sig > 0.05), yang berarti bahwa personal distress tidak
Dari hasil yang didapat di atas maka hipotesis alternatif yang diterima hanya
ada dua yaitu, Ha2: ada pengaruh dukungan emosional terhadap motivasi mengajar
75
guru anak berkebutuhan khusus, Ha8: ada pengaruh empathic concern terhadap
motivasi mengajar guru ABK. Sementara hipotesis alternatif lainnya tidak diterima.
sosial, dan empati terhadap motivasi mengajar jika self-efficacy, dukungan sosial, dan
empati tersebut dimasukkan satu per satu ke dalam analisis regresi. Tujuannya adalah
sosial, dan empati apakah signifikan atau tidak. Pada tabel 4.9 signifikan bisa dilihat
pada kolom pertama dari kanan, bila sig < 0.05 berarti variabel tersebut signifikan.
empati terhadap motivasi mengajar bisa dilihat pada baris R Square Change.
Besarnya proporsi varians pada motivasi mengajar dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut:
Tabel 4.9
Proporsi Varians
Model Summary
Dari tabel 4.9 dapat diketahui proporsi varian dari masing-masing independent
Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian,
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
bersama yang signifikan antara self-efficacy, dukungan sosial, dan empati terhadap
motivasi mengajar guru ABK. Selanjutnya, dari hasil penelitian ditemukan lebih
banyak guru ABK yang memiliki motivasi mengajar yang tinggi dibanding dengan
Dari hasil uji hipotesis minor yang menguji masing-masing koefisien regresi
terhadap motivasi mengajar, diperoleh dua koefisien regresi yang signifikan, yaitu
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami individu terkait motivasi mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab 4, peneliti akan
ini, yaitu self-efficacy, dukungan sosial, dan empati terhadap dependent variabel,
yaitu motivasi mengajar dan juga akan membahas penelitian dan literatur terdahulu
78
79
mengenai self-efficacy, dukungan sosial, dan empati yang dikaitkan dengan motivasi
mengajar.
dukungan sosial, yaitu dimensi dukungan emosional terhadap motivasi mengajar pada
guru ABK. Dan pada variabel empati juga terdapat pengaruh yang signifikan
emosional memiliki nilai positif yang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
dukungan emosional pada seseorang maka semakin tinggi pula motivasi mengajar.
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isaksson, Lexel,
dan Skar (2007) bahwa dukungan sosial yang paling mempengaruhi motivasi
dilakukan oleh Federici dan Skaalvik (2014) bahwa dukungan emosional tidak
penelitian yang dilakukan oleh Yperen dan Hagedoorn (2003) bahwa dukungan
menyebabkan hal ini terjadi, yang pertama adalah perbedaan sampel penelitian.
Sampel dalam penelitian ini pekerjaan yang memiliki tuntutan yang sangat tinggi,
seperti perawat. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
tuntutan dan kontrol pekerjaan menurut Karasek. Sedangkan dalam penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Isaksson, Lexell, dan Skar (2007) diantara
koefisien regresi dukungan persahabatan sebesar 0.143 dan nilai sig 0.145, yang
dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap motivasi. Dalam penelitian ini setiap
sebelumnya yang tidak mengukur satu persatu dari setiap dimensi dukungan sosial.
81
penelitian ini adalah variabel empati. Seorang guru agar lebih efektif, peduli, dan
(Demetriou et al, 2009). Dalam penelitian Tettegah dan Anderson (dalam Arghode et
al, 2013) empati yang dimiliki guru sering diabaikan dalam kegiatan mengajar,
terutama dalam pendidikan tinggi. Namun, Teich (dalam Arghode et al, 2013)
menekankan bahwa empati sangat penting untuk membangun hubungan guru dengan
siswa.
positif yang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi empatic concern pada
seseorang maka semakin tinggi pula motivasi mengajar. Sesuai dalam penelitian
empati yang bersifat kognitif sangat berpengaruh terhadap motivasi. Sangat berbeda
dengan hasil dari penelitian ini. Bahwa perspective taking tidak memiliki pengaruh
yang dilakukan oleh Raboteg (1997) bahwa tidak ada hubungan antara fantasy
82
dengan perilaku moral seperti motivasi mengajar yang dilakukan oleh guru. Dari ke
empat dimensi empati hanya satu yang berpengaruh terhadap motivasi mengajar guru.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vancouver dan Kendall (2006) bahwa
self-efficacy negatif berhubungan dengan motivasi dan kinerja. Hasil yang sama
dalam penelitian ini variabel self-efficacy tidak signifikan dengan motivasi mengajar.
Hal ini disebabkan karena alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini kurang
mengukur variabel yang ada, item yang digunakan terlalu sedikit hanya berjumlah 8.
Maka hasil yang didapat self-efficacy tidak berpengaruh terhadap motivasi mengajar.
Berbeda dengan hasil penelitian ini, Schunk dan Pajares (dalam Schokker et al 2010)
kemungkinan yang dapat menyebabkan hal ini terjadi, yang pertama adalah
kuantitatif dan juga memasukkan indeks kualitatif. Dalam penelitian ini hanya dengan
New General Self-Efficacy dari Chen (2001). Adanya perbedaan pengukuran self-
efficacy yang digunakan sehingga berbeda pula item-item yang ada di dalamnya yang
5.3 Saran
item sehingga responden tidak terlalu merasa kelelahan dan bosan saat
pengisian. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan respon item yang lebih
agar tidak terjadi social desirability untuk menghindari respon jawaban yang
faking good.
Hidayatullah Jakarta.
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan masukan positif
emosional yang positif sebagai salah satu pendektan dalam mengajar anak
berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Acun, N., & Kapikiran. (2011). Focus on positive and negative information as the
mediator of the relationship between empathy tendency guilty and
psychological well-being in university student. Educational Sciences: Theory
& Practices, 11(3), 1141-1147.
Agustien, N. (2011).Motivasi menjadi guru SLB pada wanita dewasa awal. Skripsi:
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Akuoko, K., Dwumah, P., & Baba, M. W. (2012). Teacher motivation and quality
education delivery: a study of public basic schools in tamale metropolis in
Ghana. International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research,
1(12), 29-46.
Ames, C. (1992). Classrooms: Goals, structures, and student motivation. Journal of
Educational Psychology, 84(3), 261-271.
Ardhana, W. (1990). Atribusi terhadap sebab-sebab keberhasilan dan kegagalan
serta kaitannya dengan motivasi untuk berprestasi. Pidato Pengukuhan Guru
Besar. Malang: IKIP Malang.
Arghode, V., Yalvac, B., & Liew, J. (2013). Teacher empathy and science education:
a collective case study. Eurasia Journal of Mathematics, Science, &
Technology Education, 9, 89-98.
Atnafu, M. (2012). Motivation, social support, alienation from the school and their
impact on students’ achievement in mathematics: The case of tenth grade
students. Motivation, Social Supporrt, Alienation. 8(1), 53-74.
Ayub, N. (2011). The relationship between work motivation and job satisfaction.
Pakistan Business Review, 332-347.
Azaiez, F., Chalghaf, N., Mesaoudi, H., Sbaa, S., & Bahloul, M. (2013). The work
motivation at the Tunisian teachers of physical and sporting education.
International Journal of Humanities Social and Science Invention, 2(5), 42-
49.
85
86
Batson, C. D., Fultz, J., & Schoenrade, P. A. (1984). Distress and empathy: Two
qualitatively distinct vicarious emotions with different motivational
consequences. Paper prepared for the symposium "The Construct and
Assessment of Empathy" at the Annual Convention of the American
Psychological Association, 1-32.
Beadle, J. N., Sheehan, A. H., Dahlben, B., & Guthcess, A. H. (2013). Aging,
empathy, and prosociality. Journals of Gerontology, Series B: Psychological
Sciences and Social Sciences, 1-10. doi:10.1093/geronb/gbt091.
Caruso, D.R., & Mayer, J.D. (1998). A measure of emotional empathy for
adolescents and adults. Article. Measure of emotional empathy.
Dalimunthe, H., Budiharto, S. (2007). Motivasi kerja guru sekolah luar biasa. Naskah
publikasi: Fakultas Psikologi Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.
Davis, C. M. (1990). What is empathy, and can empathy be taught. Physical theraphy.
Journal of the Americans Physical Theraphy Association, 70, 707-711.
Retrieved from http://ptjournal.apta.org/content/70/11/707.
Demetriou, H., Wilson, E., & Winterbottom, M. (2009). The role of emotion in
teaching: Are there differences between male and female newly qualified
teachers' approaches to teaching? Educational Studies, 35(4), 449- 473.
Elliot, A. J., Faler, J., Mc Gregor, H. A., Campbell, W. F., Sedikes, C., Harackiewiz,
J. M. (2000). Competence valuation as a strategic intrinsic motivation process.
Journal of Personality and Social Psychology, 26(7), 780-794.
Frans, R. (2013). Kesejahteraan Guru Sekolah Luar Biasa Belum Menjadi Perhatian
Pemerintah. Diunduh pada 14 Januari 2013 dari http://www.tvrisumsel.co.id.
Gatsinzi, P., Jesse, R., & Makewa, L.N. (2014). Work and school related variables in
teacher motivation in Gasabo district, Rwanda. Journal of Education and
Training, 1(2), 262-275.
Gomes, Faustino C. 2003. Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Andi.
Guns, A., Watt, H.M.G., & Richardson, P.W. (2011). The influence on pre-service
teachers’ motivations and perfections on career trajectories. Australian
Association for Research in Education, 1-19. Paper code: 00226.
Hardy, S. A, Walker, L. J, Olsen, J. A. (2012). Religiosity and adolescent empathy
and aggression: the mediating role of moral identity. Psychology of Religion
and Spiritualy, American Psychological Association, 4(3), 237-248.doi:
10.1037/a0027566.
Isaksson, G., Lexell, J., & Skar, L. (2007). Social Support Provides Motivation and
Ability to Participate in Occupation, 27(1), 1-8.
Legault, L., Pelletier, L., & Green-Demers, I. (2006). Why do high school students
lack motivation in the classroom? Toward an understanding of academic
amotivation and the role of social support. Journal of Educational
Psychology, 98(3), 567-582.
Mansfield, C. F., Wosnitza, M., & Beltman, S. (2012). Goals for teaching: towards a
framework for examining motivation of graduating teachers. Australian
Journal of Educational & Developmental Psychology, 12, 21-34.
Muller, K., Alliata, R, & Benninghoff, F. (2009). Attracting and retaining teachers: A
question of motivation. Educational Management Administration &
Leadership. 37(5), 574-599. doi:10.1177/1741143209339651.
Nyam, J., & William, T.O. (2014). Teachers motivation: a study of the psychological
and social factors. International Journal of Education and Research, 2(2), 1-
8.
Ofojebe, W.N., & Chinelo, E.T. (2010). Teacher’s motivation and its influence on
quality assurance in the Nigerian educational system. An International Multi-
Disciplinary Journal, Ethiopia, 4(2), 398-417.
Raboteg, Z. (1997). The role of empathy and moral reasoning in adolescents prosocial
behavior. Social Science, 19(1), 493-512.
Robbins, P.S., & Judge, T. A. (2008). Perilaku organisasi 1. Jakarta: Salemba Empat.
Sarason, I. G., Levine, H. M., & Basham, R. M. (1983). Assessing social support:
The social support questionnaire. Journal of Personality and Social
Psychology, 44, 127 – 139.
Scherbaum, C. A., Cohen, Y., & Kem, M. J. (2006). Measuring general self-efficacy:
A comparison of three measures using item response theory. Educational and
Psychological Measurement, 66(6), 1047-1063.
Schokker, M.C., Keers, J.C., Bouma, J., Links, T.P., Sanderman, R., Wolffenbuttel,
B.H.R., & Hagedoorn, M. (2010). The impact of social comparison
information on motivation in patients with diabetes as a function of regulatory
focus and self-efficacy. Health Psychology, 29(4), 438-445.
Siagian, S.P. (2003). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara
90
Silvia, M. (2013). Motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas di SMP Negeri
Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Pulluh Kota. Jurnal Administrasi
Pendidikan, 1(1), 119-461.
Vallerand, R. J., Pelletier, L. G., Briere, N. M., Senecal, C., & Vallieres, E. F. (1992)
The academic motivation scale: A measure of instrinsic, extrinsic, and
amotivation in education. Educational and Psychological Measurement, 52,
1003-1017.
Vallerand, R. J., & Lalande, D. R. (2011). The MPIC Model: The perspective of the
hierarchical Model of Intrinsic and Extrinsic Motivation. Psychological
Inquiry: An International Journal for the Advancement of Psychological
Theory, 22 (1), 45-51.
Vancouver, J.B., & Kendall, L.N. (2006). When self-efficacy negatively relates to
motivational and performance in learning context. Journal of Applied
Psychology, 91(5), 1146-1153.
Yperen, N. W. V., & Hagedoorn, M. (2003). Do high job demands increase intrinsic
motivation or fatigue or both? The role of job control and job social support.
Academy of Management Journal, 46(3), 339-348.
Lampiran 1
PERNYATAAN KESEDIAAN
Nama / inisial :
Jenis kelamin :
Usia :
Pendidikan terakhir : a. SMA dan sederajat
b. S1 jurusan PLB (Pendidikan Luar Biasa)
c. Lainnya…………..
Mengajar : a. TKLB c. SMPLB
b. SDLB d. SMALB
Lama mengajar :
Menyatakan bahwa:
1. Saya bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Syifa Fauziah
Kamilah (mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
2. Saya bersedia untuk memberikan data yang sebenar-benarnya dan sesuai dengan
pendapat saya
3. Data saya dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian
(_______________)
PETUNJUK PENGISISAN
Berikut terdapat butir-butir pernyataan, bacalah dan pahami setiap pernyataan yang
ada. Anda diminta untuk memberikan tanda check list () pada kolom disebelah
kanan pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda. Jawablah pernyataan secepat
dan sejujur mungkin. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun
pilihan jawabannya adalah:
SS : sangat setuju, jika anda sangat setuju dengan pernyataan yang ada
TS : tidak setuju, jika anda tidak setuju dengan pernyataan yang ada
STS : sangat tidak setuju, jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan
yang ada
Contoh:
Skala II
Skala III
Skala IV
Syntax Self-efficacy
Path Diagram Dukungan Emosional
Syntax Fantasy
Path Diagram Perspective Taking