Professional Documents
Culture Documents
12.daya Antibakteri Perasan Rimpang Lengkuas PDF
12.daya Antibakteri Perasan Rimpang Lengkuas PDF
12.daya Antibakteri Perasan Rimpang Lengkuas PDF
1, April 2008
Abstract
Aquaculture is an alternative t o increase quality and quantity of fish production. Disease caused
by Aeromonas hydrophila is main problem in aquaculture and antibiotics were used to treat. In other hand
antibiotics cause side effects i.e. resistance to bacteria and residue antibiotics to fish products. Therefore it
needs an alternative medicine which effective, cheap and not causing side effects to treat this diseases .
The aim of this research was to know the ability and minimum concentration of galangal
rhizome juice with different con centration to inhibit and kill Aeromonas hydrophila. This research was
done on March-April 2007 in Sanitation Room of Surabaya Medical Clinic Laboratory.
This research used experimental method, completely randomized design with 11 treatments and
3 repetitions. The parameters were data from minimum concentration of Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) test and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test. The result of Minimum
Inhibitory Concentration (MIC) test analyzed with F-test continued with Duncan’s Multiple Range Test,
whereas Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test result analyzed with Chi-square.
Galangal rhizome juice can inhibit the growth of Aeromonas hydrophila at minimum
concentration of 0.39% (0.00625 grams of galangal rhizome/ml Pz ) with average optical density (OD)
0,021 and kill at the minimum concentration of 50% (0. 835 grams of galangal rhizome/ml Pz). The result
of F-test show that among concentration give significant result to inhibit growth of Aeromonas
hydrophila. Concentration 100% of galangal rhizome juice give best active response toward Aeromonas
hydrophila that differ with concentration 50%.
Key words: galangal rhizome juice (Alpinia galanga), Aeromonas hydrophila, in vitro
83
Daya Antibakteri Perasan Rimpang Lengkuas ( Alpinia galanga)............
menyebabkan resistensi bakteri terhadap obat - Tabung 11 sebagai kontrol positif yang berisi 1
obat tersebut bila diberikan secara berkelanjutan ml Pz dan 1 ml perasan rimpa ng lengkuas.
dan tidak terkontrol, selain itu juga Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 27 -28º C
menyebabkan residu antibiotik pada produk selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan
perikanan yang berdampak negatif bagi pengamatan seluruh tabung reaksi terhadap
konsumen (Saparinto, 2002). Oleh karena itu, kekeruhan media (Baron dkk.,1994).
perlu diketahui alternatif obat antibakteri yang Setelah dilakukan uji MIC, selanjutnya
berasal dari tumbuh-tumbuhan. dilakukan uji Minimum Bactericidal
Minyak atsiri akhir-akhir ini menarik Concentration (MBC) yaitu dengan mengambil
perhatian, hal ini disebabkan karena sifatnya koloni bakteri menggunakan ose dari masing -
sebagai antibakteri dan antijamur sehingga masing tabung lalu diinokulasikan pada media
dapat dipergunakan sebagai antibiotik dan agar TSA dalam petridish. Setelah itu diinkubasi
bahan pengawet pada makanan. Lengkuas selama 24 jam pada suhu 27-28C. Selanjutnya
mengandung minyak atsiri antara lain alkohol mengamati pertumbuhan bakteri pada me dia
(Bisset and Wichtl, 2001) , flavonoid dan TSA (Baron dkk.,1994).
senyawa fenol (Mutschler, 1991; Yuharmen
dkk., 2002) yang ketiganya bersifat sebagai Hasil Dan Pembahasan
bakterisidal (Mutschler, 1991). Senyawa Hasil
tersebut sering dipergunakan sebagai bahan
dasar obat-obatan modern alami (Yuharmen Tabel 1. Pengamatan Hasil Uji MIC Secara
dkk., 2002). Visual
Lengkuas diharapkan dapat menjadi
alternatif obat tradisional yang efektif, murah,
mudah diperoleh dan tidak menimbulkan efek Konsentrasi Ulangan
samping dalam penggunaannya untuk perasan lengkuas 1 2 3
mengobati infeksi bakteri pada ikan sehingga 100% keruh keruh keruh
perlu diketahui secara in vitro. 50% keruh keruh keruh
25% jernih jernih jernih
Metodologi Penelitian 12,5% jernih jernih jernih
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 6,25% jernih jernih jernih
Maret – April 2007 di Balai Besar Laboratorium 3,125% jernih jernih jernih
Kesehatan Surabaya. 1,56% jernih jernih jernih
Bahan yang digunakan antara lain 0,78% jernih jernih jernih
isolat murni Aeromonas hydrophila yang 0,39% jernih jernih jernih
diperoleh dari stok Balai Besar Laboratorium Kontrol negatif jernih jernih jernih
Kesehatan Surabaya., rimpang lengkuas, Kontrol positif keruh keruh keruh
Tryptose Soya Agar (TSA), Triple Sugar Iron
Agar (TSIA), Nutrient Broth (NB), media agar
darah (blood agar), media gula-gula (glukosa, Tabel 2. Hasil Uji MIC Dengan
sukrosa dan laktosa), media Motility Indol Spektrofotometer
Ornithine (MIO), media Lysine Iron Agar
(LIA), NaCl fisiologis (Pz), Mc.Farland no. 0,5, Konsentrasi perasan Rata-rata Nilai
gentian violet, safranin, lugol, akuades, alkohol lengkuas OD
aceton dan alkohol 70 %. 100% 0,861a
Alat yang digunakan antara lain tabung 50% 0,808ab
reaksi, rak tabung reaksi, obyek gl as, cover glas, 25% 0,758b
cawan petri, pembakar Bunsen, ose, mikroskop, 12,5% 0,612c
autoclave, pipet ukur, inkubator, juicer, corong 6,25% 0,368d
dan botol kaca. 3,125% 0,199e
1,56% 0,073f
Metode Penelitian 0,78% 0,038f
Tahap pelaksanaan uji MIC adalah 0,39% 0,021f
menyiapkan tabung yang telah berisi perasan Kontrol negatif 0,018
rimpang lengkuas sesuai konsentra si. Kontrol positif 0,919
Memasukkan 1 ml suspensi bakteri sebanyak Keterangan: superskrip yang berbeda pada
1,5 x 106 CFU/ml ke dalam tabung 1 sampai kolom yang sama menunjukkan perbedaan
tabung 10. Tabung 10 sebagai kontrol negatif nyata (p<0,05)
yang berisi 1 ml Pz dan 1 ml suspensi bakteri.
84
Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
Tabel 3. Pengamatan Hasil Uji MBC Secara Berdasarkan pengamatan secara visual, media
Visual mulai jernih pada konsentrasi 0,39% dengan
nilai OD rata-rata sebesar 0,021, sedangkan
Konsentrasi perasan Ulangan media mulai keruh pada konsentrasi 50% dan
lengkuas 1 2 3 100% dengan nilai OD rata -rata sebesar 0,861
100% - - - dan 0,808. Benson (2002) menyatakan bahwa
50% - - - ada hubungan sebanding antara jumlah sel
25% + + + bakteri dengan absorban (OD). Dengan
12,5% + + + demikian maka semakin jernih media maka nilai
6,25% + + + OD juga semakin rendah dan sebaliknya
3,125% + + + semakin keruh media maka nilai OD juga
1,56% + + + semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena nilai
0,78%% + + + OD yang terbaca spektrofotometer merupakan
0,39% + + + nilai banyaknya partikel yang terserap oleh
Kontrol positif - - - spektrofotometer, dalam hal ini adalah partikel -
Kontrol negatif + + + partikel dari perasan rimpang lengkuas dan
partikel dari bakteri Aeromonas hydrophila.
Keterangan: Namun, hasil pada penelitian menunjukkan
-: tidak tumbuh bakteri bahwa kekeruhan tersebut lebih banyak
+: tumbuh bakteri disebabkan oleh banyaknya partikel dari perasan
rimpang lengkuas.
Hasil uji Minimum Inhibitory Uji Minimum Bactericidal
Concentration (MIC) menunjukkan bahwa Concentration (MBC) secara visual
media mulai jernih pada konsentrasi 0,39%, menunjukkan bahwa konsentrasi 50% dan 100%
sedangkan media keruh pada konsentrasi 50% pada media TSA tidak tumbuh koloni bakteri,
dan 100%. Taslihan dkk. (2001) menyatakan sedangkan pada konsentrasi 0,39% sampai
bahwa apabila media jernih berarti antibiotik 25%tumbuh koloni bakteri. Hal ini
efektif menghambat pertumbuhan bakteri (sifat menunjukkan bahwa perasan rimpang lengkuas
bakteriostatik), sedangkan apabila media keruh mempunyai daya bunuh terhadap Aeromonas
maka bakteri masih tumbuh yang berarti hydrophila pada konsentrasi 50% dan 100%.
antibiotik tidak efektif. Namun, hasil pada Taslihan dkk. (2001) menyatakan bahwa apabila
penelitian ini menunjukkan bahwa pada pada media agar terdapat pertumbuhan bakteri
konsentrasi 50% dan 100% yang s eharusnya berarti antibiotik hanya efektif menghambat
jernih tetap keruh, sedangkan pada konsentrasi pertumbuhan bakteri (sifat bakteriostatik),
rendah (0,39% - 25%) jernih. sedangkan apabila tidak terdapat pertumbuhan
Kekeruhan yang terjadi disebabkan bakteri maka antibiotik efektif membunuh
karena partikel perasan rimpang lengkuas tidak bakteri (bakterisidal). Uji Chi-square
dapat larut sempurna dengan air. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
disebabkan karena adanya gugus fungsi nyata antara konsentrasi 100% dengan
hidrokarbon yang non polar pada rimpang konsentrasi 50%. Dengan demikian maka pada
lengkuas (Rahayu dkk.,2002). Molekul konsentrasi 100% mempunyai perbedaan yang
hidrokarbon yang non polar tidak melarut dalam nyata dengan konsentrasi 50% dalam
air sehingga molekul air menjadi lebih tersusun membunuh bakteri (bakterisidal).
di sekitar molekul hidrokarbon (Nogrady, Antibiotik pada umumnya
1992). Dengan demikian maka semakin tinggi mengeluarkan efek bakterisidal atau
konsentrasi maka semakin banyak molekul bakteriostatik pada organisme yang rentan
hidrokarbon non polar yang terdapat di dengan menghambat sintesis dinding sel,
dalamnya sehingga semakin sulit larut dengan merusak membran sitoplasma, menghambat
air dan sebaliknya semakin rendah konsentrasi biosintesis protein dan menghambat sintesis
maka semakin sedikit molekul hidrokarbon non asam nukleat (Volk dan Wheeler, 1993 ).
polar yang terdapat di dalamnya sehingga lebih Perasan rimpang lengkuas mempunyai
mudah melarut dengan air. Hal ini juga daya hambat dan daya bunuh terhadap bakteri
disebabkan karena adanya tingkat kepekatan Aeromonas hydrophila karena mengandung
yang tinggi pada perasan rimpang lengkuas. minyak atsiri antara lain alkohol ( Bisset and
Selain pengamatan secara visual, juga Wichtl, 2001), senyawa fenol termasuk
dilakukan pengukuran kekeruhan larutan flavonoid dan deterjen yang bersifat bakterisidal
dengan spektrofotometer untuk mengetahui nilai (Mutschler, 1991).
absorbansi atau optical density (OD).
85
Daya Antibakteri Perasan Rimpang Lengkuas ( Alpinia galanga)............
86
Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
Saparinto, C. 2002. Pemakaian Antibiot ik Udang dan Ikan Di Air Payau. Balai
Dilarang Dalam Budidaya Ikan dan Budidaya Air Payau Jepara. Jepara.
Udang. www. Agritekno.tripod.
Volk, W.A and M.F Wheeler. 1993.
Subjakto, S. M. Murdjani. Y. Lestari N., G.
Mikrobiologi Dasar. Alih Bahasa:
Triastutik, B.Hanggono, Didik BN dan
Markham. Penerbit Erlangga. Jakarta.
D.Yulianan P. 2004. Active Surveilance
Wakita, K, K. Yuasa, N. Panigoro, M. Bahnan,
Operasional Penaggulangan Hama
Salfira, I. Astuti dan E.B Kholidin. 2005.
Penyakit Di Banyuwangi. Bagian Proyek
Collected Cases of Fish Diseases in
Pembangunan Masyarakat Pantai Dan
Sumatra, Indonesia during 2002 – 2004.
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
Freshwater Aquaculture Development
(PMP2SP) Banyuwangi 2004 Bekerja
Center Jambi. Directorate General of
Sama Dengan Balai Budidaya Air Payau
Agriculture. Ministry of Marine Affairs
Situbondo. Banyuwangi.
and Fisheries, Indonesia and Japan
Syahrurachman, A., A.Chatim, A. Soebandrio
International Cooperation Agency.
W.K., A.Karuniawati dan A.U.S.
Jambi.
Santoso. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Yuharmen, Y. Eryanti dan Nurbalatif. 2002. Uji
Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa
Aktifitas Antimikroba Minyak Atsiri Dan
Aksara. Jakarta.
Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia
Taslihan, A., S.M. Astuti, E.M. Nur dan
galanga). Jurusan Kimia. Fakultas
Zari’ah. 2001. Petunjuk Umum Cara
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Dari Air,
Alam. Universitas Riau. Riau.
87