Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, DUKUNGAN

KELUARGA, DAN SIKAP MENGENAI PERSONAL HYGIENE


GENITALIA DENGAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN
ORGAN REPRODUKSI EKSTERNA PADA SISWI KELAS XI
SMAN 6 KOTA MALANG
Listriani
Moch Yunus
Desi Ariwinanti

Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang


e-mail: listriani996@gmail.com

Abstract: Young women need to keep the reproduction clean to avoid illness and not transmit
disease to other people. Awareness of personal hygiene of reproductive organs is still low,
whereas unguarded reproductive organs can cause vaginal discharge.Vaginal discharge if slow
in handling can lead to infertility, but vaginal discharge is one of the earliest symptoms of
cervical cancer that can result in death. The number of cervical cancer in Indonesia amounted
to 23.4 per 100,000 inhabitants with an average death of 13.9 per 100,000 inhabitants. SMAN
6 Malang is one of high school in Malang which has no means of good reproductive health
information, so researchers want to know the level of knowledge, family support and attitude
of students to the behavior of maintaining the reproductive organs hygiene. The method of
study used is a correlational research method, this method is used to figure out the relationship
between independent variables and dependent variables.From the results of research gained
that there is a link between knowledge and behavior (P = 0.040), there is no relationship
between family support with the behavior of maintaining the cleanliness of the reproductive
organs (P = 0.193), there is a relationship between attitudes with behavior Maintaining the
cleanliness of the reproductive organs (P = 0.016).Of the three variables, the attitude is the
most influential variable with the probability value 95%.

Keywords: Young women, personal hygiene, behaviours

Abstrak: Remaja putri perlu menjaga kebersihan reproduksi agar terhindar dari penyakit dan tidak
menularkan penyakit pada orang lain. Kesadaran masyarakat personal hygiene organ reproduksi
masih rendah, padahal organ reproduksi yang tidak dijaga dapat menyebabkan keputihan.
Keputihan sendiri apabila lambat dalam penanganan dapat mengakibatkan kemandulan, selain itu
keputihan merupakan salah satu gejala awal dari kanker serviks yang dapat mengakibatkan
kematian. Angka penyakit kanker serviks di Indonesia sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. SMAN 6 Kota Malang merupakan salah satu SMA
di Kota Malang yang belum memiliki sarana informasi kesehatan reproduksi yang baik, sehingga
peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan, dukungan keluarga dan sikap siswi terhadap
perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian korelasional, metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel
independen dengan variabel dependen. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku (p = 0,040), tidak terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi (p = 0,193), ada hubungan antara
sikap dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi (p = 0,016). Dari ketiga variabel,
sikap merupakan variabel paling berpengaruh dengan nilai probabilitas adalah 95%.

Kata Kunci : Remaja putri, personal hygiene, perilaku

1
2

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam rentang
kehidupan individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial. Salah satu perubahan fisik pada masa remaja putri adalah peristiwa menstruasi, hal
ini menuntut remaja putri mampu merawat organ reproduksinya dengan baik terutama
dalam hal kebersihan pribadi (personal hygiene). Organ seksual membutuhkan perhatian
yang ekstra karena organ tersebut menghasilkan keringat berlebih dan rentan menjadi
tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan
genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan,
menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak
sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan
keputihan. Dampak yang akan terjadi pada keputihan yaitu gangguan kesuburan
(Anggraeni & Marlinda, 2015). Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker
leher rahim (kanker serviks) yang bisa berujung pada kematian kalau tidak
dikonsultasikan pada petugas kesehatan sejak dini (Ilmiawati, 2016). Dari data
Kementerian Kesehatan tahun 2019, kanker leher rahim menjadi angka penyakit kanker
ke terbesar pada wanita setelah kanker payudara yaitu sebesar 23,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2019).
SMAN 6 Kota Malang merupakan salah satu SMA di Kota Malang yang belum
memiliki sarana konseling informasi kesehatan reproduksi remaja padahal berada pada
wilayah kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3P2KB) Kota Malang. Sehingga peneliti ingin
mengetahui tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, dan sikap siswi terhadap perilaku
menjaga kebersihan organ reproduksi.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional yaitu penelitian atau
hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo,
2012:47). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat dan mengetahui
hubungan antara pengetahuan, dukungan keluarga, dan sikap mengenai personal hygiene
genitalia dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna pada siswi kelas
XI SMAN 6 Kota Malang. Dalam penelitian ini data pendahuluan diperoleh dari hasil
wawancara dengan pihak sekolah dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3P2KB) Kota Malang,
sedangkan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2016). Kuesioner tersebut berisi pertanyaan tentang
pengetahuan, dukungan keluarga, sikap, dan perilaku personal hygiene. Data yang
diperoleh kemudian dikumpulkan dan dikoding untuk selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui tingkat hubungan antara masing-masing
variabel bebas dengan variabel terikat.

HASIL

1. Hasil Analisis Multivariat


Tabel 1.1 Interpretasi Data Variabel Pengetahuan
Kuesioner Nilai Maximum Nilai Minimum Mean
Pengetahuan 95,7 60,9 84,9

Dari hasil kuesioner pengetahuan pada Tabel 1.1 yang didapat dari 62 responden,
diperoleh nilai tertinggi yaitu 95,7 di mana responden menjawab 22 jawaban benar dari
3

23 pertanyaan dan nilai terendah yaitu 60,9 di mana responden menjawab 14 jawaban
benar dari 23 pertanyaan.

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dikategorikan


Menurut Wawan dan Dewi (2010)
Kategori dan Persentase Frekuensi Persentase
Baik (76-100%) 56 90,3%
Cukup (56-75%) 6 9,7%
Kurang (<56%) 0 0%
Total 62 100%

Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa


terdapat 56 responden (90,3%) memiliki kategori pengetahuan yang baik, enam
responden (9,7%) memiliki kategori cukup dan nol responden pada kategori kurang.

Tabel 1.3 Interpretasi Variabel Dukungan Keluarga


Kuesioner Nilai Maximum Nilai Minimum Mean
Dukungan 100 11,1 81,2
Keluarga

Dari hasil kuesioner dukungan keluarga pada Tabel 1.3 yang didapatkan dari 62
responden diperoleh nilai tertinggi yaitu 100, di mana responden menjawab 18 jawaban
benar dari 18 pertanyaan dan nilai terendah yaitu 11,1, di mana responden menjawab dua
jawaban benar dari 18 pertanyaan.
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Dikategorikan
Menurut Nursalam (dalam Widiawati 2018)
Kategori dan Persentase Frekuensi Persentase
Baik (76-100%) 49 79,0%
Cukup (56-75%) 9 14,5%
Kurang (<56%) 4 6,5%
Total 62 100%

Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 49


responden (79,0%) memiliki kategori dukungan keluarga yang baik, 9 responden (14,5%)
memiliki kategori dukungan keluarga cukup, dan empat responden (6,5%) memiliki
kategori dukungan keluarga yang kurang.

Tabel 1.5 Interpretasi Variabel Sikap


Kuesioner Nilai Maximum Nilai Minimum Mean
Dukungan Sikap 94,2 65,4 87,1

Dari hasil kuesioner sikap pada Tabel 1.5 yang didapatkan dari 62 responden
diperoleh nilai tertinggi yaitu 94,2, di mana responden mendapatkan 49 poin dengan dari
total poin sikap maksimal adalah 52 dan nilai terendah yaitu 65,4, di mana responden
mendapat 34 poin dari poin sikap maksimal 52.

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Dikategorikan Menurut


Budiman (dalam Hombing, 2015)
Kategori dan Persentase Frekuensi Persentase
Baik (76-100%) 57 91,9%
Cukup (56-75%) 5 8,1%
Kurang (<56%) 0 0%
Total 62 100%
4

Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 1.6 menunjukkan bahwa terdapat 57


responden (91,9%) memiliki kategori sikap yang baik, lima responden (8,1%) memiliki
kategori sikap cukup, dan nol responden (0%) memiliki kategori sikap yang kurang.
Tabel 1.7 Interpretasi Variabel Perilaku
Kuesioner Perilaku Nilai Maximum Nilai Minimum Mean
100 58,3 87,8

Dari hasil kuesioner perilaku pada Tabel 1.7 yang didapatkan dari 62 responden
diperoleh nilai tertinggi yaitu 100, di mana responden menjawab 12 jawaban benar dari
12 pertanyaan dan nilai terendah yaitu 58,3, di mana responden menjawab tujuh jawaban
benar dari 12 pertanyaan.

Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Dikategorikan Menurut


Budiman (dalam Hombing, 2015)
Kategori dan Persentase Frekuensi Persentase
Baik (76-100%) 56 90,3%
Cukup (56-75%) 6 9,7%
Kurang (<56%) 0 0%
Total 62 100%

Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 1.8 menunjukkan bahwa terdapat


56 responden (90,3%) memiliki kategori perilaku yang baik, enam responden
(9,7%) memiliki kategori perilaku cukup, dan nol responden (0%) memiliki
kategori perilaku yang kurang.

2. Analisis Bivariat
Tabel 1.9 Analisis Bivariat antara Pengetahuan dengan Perilaku Menjaga Organ
Reproduksi Eksterna
Variabel p-value
Pengetahuan dengan Perilaku Menjaga 0,040
Organ Reproduksi Eksterna

Dari hasil penelitian ini diperoleh pada Tabel 4.9 nilai koefisien hubungan
pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku membersihkan organ reproduksi
eksterna pada siswi kelas XI SMAN 6 Kota Malang sebesar 0,040 < 0,05. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang personal
hygiene dengan perilaku menjaga organ reproduksi eksterna pada siswi kelas XI SMAN 6
Kota Malang.
Tabel 1.10 Analisis Bivariat antara Dukungan Keluarga dengan Perilaku Menjaga Organ
Reproduksi Eksterna
Variabel p-value
Dukungan Keluarga dengan Perilaku 0,193
Menjaga Organ Reproduksi Eksterna

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.10 diperoleh nilai hubungan antara
dukungan keluarga dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna pada
siswi kelas XI SMAN 6 Kota Malang sebesar 0,193 > 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku menjaga
kebersihan organ reproduksi eksterna pada siswi kelas XI SMAN 6 Kota Malang.
5

Tabel 1.11 Analisis Bivariat antara Sikap dengan Perilaku Personal Hygiene Organ
Reproduksi Eksterna
Variabel p-value
Sikap dengan Perilaku Menjaga Organ 0,016
Reproduksi Eksterna

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.11 didapatkan nilai koefisien hubungan
antara sikap dengan perilaku menjaga organ reproduksi eksterna pada siswi kelas XI
SMAN 6 Kota Malang sebesar 0,016 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku menjaga organ reproduksi eksterna pada
siswi kelas XI SMAN 6 Kota Malang.

3. Analisis Multivariat
Tabel 1.12 Hasil Akhir Permodelan Multivariat
OR 95% CI Sig
Variabel B
Exp (B) Lower Uper
Sikap -2,179 0,113 0,014 0,886 0,038
Constant 2,584 13,250

Berdasarkan Tabel 1.12 dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh


terhadap perilaku adalah variabel sikap. Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai OR
(Exp(B)) yaitu sebesar 0,113. Dari nilai konstanta didapatkan persamaan regresi Y =
0,405 (sikap). Dari persamaan Y dapat dihitung nilai probabilitas. Probabilitas siswi
SMAN 6 Kota Malang dengan kategori sikap yang baik akan melakukan perilaku
menjaga kebersihan organ reproduksi genitalia eksterna dengan baik sebesar 95%.

PEMBAHASAN
Dari variabel pengetahuan diketahui mayoritas siswi kelas XI SMAN 6 Kota
Malang memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 56 siswi (80,3%) siswi memiliki
pengetahuan yang baik, sisanya enam siswi (9,7%) memiliki pengetahuan yang cukup
dan tidak ada siswi yang memiliki pengetahuan yang kurang. Untuk variabel dukungan
keluarga didapatkan hasil bahwa terdapat empat siswi (6,5%) memiliki dukungan
keluarga yang kurang, 9 siswi (14,5%) memiliki dukungan keluarga yang cukup dan 49
siswi (79,0%) memiliki dukungan keluarga yang baik. Pada variabel sikap diketahui ada
57 siswi (91,9%) memiliki tingkat kategori sikap yang baik, 5 siswi (8,1%) memiliki
kategori sikap yang cukup dan tidak ada siswi yang memiliki kategori sikap tentang
personal hygiene kategori kurang, dan pada variabel perilaku ini diketahui sebanyak 56
siswi (90,3%) memiliki perilaku dengan kategori yang baik, enam siswi (9,7%) memiliki
kategori perilaku cukup dan tidak ada siswi yang memiliki perilaku dengan kategori
kurang.
Pada analisis bivariat, dari tiga variabel bebas terdapat dua variabel yang
memiliki hubungan dengan variabel terikat. Variabel yang memiliki hubungan adalah
pengetahuan dengan nilai p value sebesar 0,040 di mana nilai ini < 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang personal
hygiene dengan perilaku membersihkan organ reproduksi eksterna. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Setianingsih & Putri (2017) juga menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan dan personal hygiene saat menstruasi pada siswi
SMP Patriot dengan nilai p = 0,046, pengetahuan dan sikap responden SMP Patriot
adalah kurang baik hal ini berbanding lurus dengan perilaku personal hygiene mereka
saat menstruasi juga kurang baik, peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene pada saat menstruasi maka semakin
tinggi pula remaja putri tersebut berperilaku baik terhadap personal hygiene nya pada saat
menstruasi dan sebaliknya.
6

Variabel sikap memiliki hubungan dengan variabel perilaku. Pada penelitian ini
didapatkan nilai p value sebesar 0,016 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara sikap
dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna. Sikap berkaitan dengan
perilaku seseorang, sikap seseorang terhadap suatu tindakan menunjukkan perilaku
responden tersebut terhadap suatu tindakan (Lufiati, 2015). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian dari Butarbutar (2016) bahwa ada hubungan antara sikap dengan
tindakan personal hygiene pada remaja putri saat menstruasi di SMA Negeri 1 Sitinjak,
Kecamatan Angkola Barat tahun 2016, ini dibuktikan dengan uji statistik chi square
didapatkan hasil sig-p (0,026) < nilai sig-a (0,05).
Pada variabel dukungan keluarga diperoleh nilai p value sebesar 0,193 > 0,05.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna pada siswi kelas
XI SMAN 6 Kota Malang. penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Ristiana (2016)
nilai dari p value = 1,000 sehingga didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan dukungan
orang tua dengan dengan praktik personal hygiene organ genitalia eksterna pada
santriwati di Pondok Pesantren Al-Uswah Semarang. Pada analisis multivariat diketahui
bahwa tidak ada variabel yang bekerja bersama-sama dalam pembentukan perilaku
menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna pada siswi kelas XI SMAN 6 Kota
Malang, tetapi didapatkan hasil bahwa variabel yang paling dominan dalam pembentukan
perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna adalah sikap dengan probabilitas
kemungkinan adalah sebesar 95%. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati (2014) dari hasi uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan sikap perineal hygiene dan adanya hubungan antara sikap
perineal hygiene dengan perilaku perineal hygiene, namum tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan perilaku perineal hygiene. Dari penelitian ini diketahui
bahwa faktor sikap lebih dominan daripada faktor lain yaitu pengetahuan.
Permasalahan remaja dalam kesehatan reproduksi atau seksualitas semakin lama
dapat menjadi masalah yang lebih kompleks. Dalam peningkatan kualitas kesehatan
reproduksi remaja yang maksimal dapat dilakukan dengan memfokuskan pada masalah
komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan yang dilakukan kepada remaja dapat
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan remaja terutama dalam pemahaman
kesehatan reproduksi remaja (Kartikasari dkk, 2019).

PENUTUP
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti faktor-faktor lain yang
dapat berhubungan dengan perilaku membersihkan organ reproduksi eksterna pada siswi.
Diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan instrumen lain seperti wawancara tertutup
dengan responden untuk mengurangi risiko jawaban yang tidak jujur dan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat.

DAFTAR RUJUKAN
Anggraeni, S., Maarlinda & Hayati, A. N. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi pada Remaja Siswi Kelas X dengan Kebersihan Organ
Kewanitaan di SMA Negeri 1 Kalirejo Tahun 2015. 29(4), pp. 124–132. Dari
http://jurnal.akpermuh.ac.id/index.php/jamc/article/view/16
Butarbutar, M. H. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Remaja
Putri Tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi di SMA Negeri I Sitinjak
Kecamatan Angkola Barat Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat dan
Lingkungan Hidup, 1(1), pp. 69–78. Dari http://e-journal.sari-
mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat/article/view/150
Ilmiawati, H. 2016. Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri pada Kasus Keputihan’,
jurnal Biometrika dan Kependudukan, 5, pp. 43–51. Available at: http://e-
7

journal.unair.ac.id/index.php/JBK/article/viewFile/5794/3705. Dari https://e-


journal.unair.ac.id/JBK/article/view/5794
Kartikasari, D., Ariwinanti, D. and Hapsari, A. 2019. Gambaran pengetahuan kesehatan
reproduksi siswa SMK Wisnuwardhana Kota Malang. Preventia, pp. 1–6. Dari
http://journal2.um.ac.id/index.php/preventia/article/view/8328.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Hari Kanker Sedunia 2019’,


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. pp. 4–5. Dari
http://www.depkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html.
Lufiati, D. eva. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Personal
Hygiene Organ Genitalia Pada Pelajar Putri Di Smk N 7 Surakarta. Fakultas
Ilmu kesehatan. Dari http://eprints.ums.ac.id/38624/
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmawati, Arista Citra; Agustini, N. (2014). PERINEAL HYGIENE PADA
SANTRIWATI REMAJA DI PONDOK Pendahuluan. FIK, Universitas
Indonesia, 11, 1–8. Dari http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-10/S56436-
Arista%20Citra%20Rahmawati
Ristiana N. 2016. Personal Hygiene Organ Genetalia Eksterna Al-Uswah Semarang’.
Dari http://lib.unnes.ac.id/28164/1/6411412199.pdf
Setianingsih, A. and Putri, N. A. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Perilaku Personal Hygiene Mentruasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5(4),
pp. 15–23. doi: 10.33221/jikm.v5i4.15. Dari
http://journals.stikim.ac.id/ojs_new/index.php/jikm/article/download/15/15
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

You might also like