Professional Documents
Culture Documents
Nekropsi Kucing PDF
Nekropsi Kucing PDF
Nekropsi Kucing PDF
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
page 1 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
EDITORIAL BOARD
empty
page 2 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
Table of Contents
No Title Page
page 3 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
Studi Kasus : Suspec Feline Infectious Peritonitis (FIP) Pada Kucing Ras di Surabaya
Author :
Arimbi | arimbi_ody@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Abstract
This case study was performed to find out case relation which found in the field with clinical
examination,anatomy pathology and histopathology changes, supported by few literature and many
source, to determine few possibility of reason and to decide next action to cope with the same
epidemic in the future. By the end of 2004, 4 cats were taken care at one of the animal clinique in
South Surabaya. Data which collected from this case was, 2 of 4 cats were taken to the Laboratory of
Veterinary Pathology Faculty of Veterinary Medicine,Airlangga University. All of them were breed of
Angora with age between 1 until 2 years, to be necropsied and to beanalized based from tissue
morphology changes. Result of necropsy showed changes of Poliserositis or difuse nodule 2 until 3
mm in peritonium, lever, lung,heart, with hydrothorac, ascites. Based on organ morphology changes,
tissue changes, and histopathologic view, it wasaim at a feline most infectious disease, Feline
Infectious Peritonitis, wet form. Considering that disease is quite difficult to handle and based from
few information the use of vaccine yet uneffective so must be notice especially for cat breeder in
Indonesian. FIP vaccine first use in 1991 in USA meanwhile in Indonesiastill unavailable till now.
Daftar Pustaka :
1. Greene GE., (1990). Infectious Disease Of Dog And Cat. United States : WB Sounders Company
2. Gibson C. dan Nicola P. , (2007). Clinical Exposure : Feline Infectious peritonitis : Typical
findings and a new PCR test. United States : ADVANSTAR Communications
3. Gaskell R. dan Susan D. , (2000). FIP – Related Disease. In Ettinger SJ, Edward C.F. . United
States : WB Sounder Company
journal.unair.ac.id/filerPDF/6.pdf
page 4 / 4
Studi Kasus : Suspec Feline Infectious Peritonitis (FIP) Pada Kucing Ras di Surabaya
Arimbi
Abstract
This case study was performed to find out case relation which found in the field with clinical examination,
anatomy pathology and histopathology changes, supported by few literature and many source, to determine few
possibility of reason and to decide next action to cope with the same epidemic in the future.
By the end of 2004, 4 cats were taken care at one of the animal clinique in South Surabaya. Data which collected from
this case was, 2 of 4 cats were taken to the Laboratory of Veterinary Pathology Faculty of Veterinary Medicine,
Airlangga University. All of them were breed of Angora with age between 1 until 2 years, to be necropsied and to be
analized based from tissue morphology changes.
Result of necropsy showed changes of Poliserositis or difuse nodule 2 until 3 mm in peritonium, lever, lung,
heart, with hydrothorac, ascites. Based on organ morphology changes, tissue changes, and histopathologic view, it was
aim at a feline most infectious disease, Feline Infectious Peritonitis, wet form.
Considering that disease is quite difficult to handle and based from few information the use of vaccine yet uneffective
so must be notice especially for cat breeder in Indonesian. FIP vaccine first use in 1991 in USA meanwhile in Indonesia
still unavailable till now.
109
Arimbi. Studi Kasus : Suspec Feline ...
110
VETERINARIA Medika Vol 3 , No. 2, Juli 2010
Berdasarkan waktu kejadian, umur dan deskripsi lesi kucing sebagai penyebab diare ringan disebut Feline
baik secara histopatologi, dan makroskopis, penyakit Enteritic Coronavirus ( FECV) , tipe kedua bersifat
tersebut, menyerupai Feline Infectious Peritonitis virulent, disebut Feline Infectious Peritonitis Virus
(FIP) seperti yang, dikemukakan ( Brooks W.C. 2007; (FIPV), disebutkan bahwa virus tersebut merupakan
Gaskell R, and Susan D, 2000 ; Nash H, 2007; Greene bentuk mutasi dari FECV. Penyebab mutasi ini masih
G.E, 1990 ). Namun demikian, di Indonesia sampai belum diketahui. (Greene G.E.1990, Nash H. 2006,
saat ini belum ada vaksinasi untuk penyakit tersebut, Newman C, 1996 ).
dan hingga saat ini kejelasan penyebabnya secara pasti Gibson C, dan Nichola P, 2007, Mc.Gavin
belum diketahui , dan menurut informasi hingga saat ini M.D, et al(.2007), mengatakan bahwa lesi utama
masih ditemukan kasus serupa . penyakit tersebut adalah radang pyogranulomatus
pada beberapa organ, fibrinous peritonitis, dan
Hasil dan Pembahasan vaskulitis . Akibar vasculitis ini yang menyebabkan
Lesi makeroskopis berupa pyogranulomas / transudasi, sehingga terdapat cairan dalam rongga
nodul granulomas pada liver, pembengkakan limpo perut yang berwarna kekuningan. Terjadi infiltrasi
glandula intestinalis, cairan berwarna kuning dan neutrofil, limfosit, sel plasma, makrofag pada
penebalan mesenterium oleh eksudat ( peritonitis) dan beberapa organ yang terserang, kondisi ini selanjutnya
pyogranuloma pada serosa abdominal. Beberapa lesi disebutkan FIP bentuk kering , penderita dapat
tersebut, menyerupai lesi akibat FIP bentuk basah dan bertahan lebih lama, dari pada bentuk basah.
kering yang terjadi bersama-sama, seperti yang Feline infectious peritonitis ( FIP ) adalah
disebutkan oleh Wolf (1995), Nash H., (2006) , penyakit yang bersifat fatal pada kucing peliharaan
Brooks W.C (2007) . Kucing Persia dan Birman lebih atau liar, seperti cougar, bobcat, lynx, singa dan
peka terhadap FIP virus, lebih sering terjadi pada umur cheetah , terutama pada kucing muda dan sangat tua
3 atau 4 tahun, seperti pada kasus yang ditemukan ini. lebih dari 10 tahun ( Nash H.2007, Scott, Richard dan
Pada awalnya, bentuk kering dan basah tidak Barlough, 2007, Newman C.1996 ). Selanjutnya
menunjukan gejala yang spesifik, yaitu adanya demam, Nash H , 2006 mengatakan berdasarkan penelitian
lesu, kadang –kadang diare, penurunan kesadaran menunjukan bahwa sekitar 25 % sampai 40% kucing
(Gaskell R. dan Susan D, 2000, Nash H, 2006) peliharaan, dan 95% kucing peliharaan di cattery
Feline Infectious Peritonitis, disebabkan pernah terinfeksi FcoV. Kucing rumah dan cattery,
virus kelompok coronavirus (Co.V) pada sejenis lebih dari 5% kucing mati karena FIP.
kucing yang mempengaruhi berbagai sistem tubuh, Cara penularan : FCoV ditemukan pada
bersifat progresif dan hampir selalu fatal ( Nash H., saliva dan feces kucing terinfeksi. Cara infeksi yang
2006 ). Selanjutnya dikatakan bahwa penyakit ini paling sering dengan kontak antar kucing, dan
tersebar diseluruh dunia pada kucing peliharaan dan paparan dari feses penderita , air dan makanan yang
liar seperti cougar, bobcat, lynx, singa dan cheetah terkontaminasi. FcoV dapat bertahan di lingkungan
.Tidak ada pengobatan untuk FIP, jarang penderita FIP selama 3 minggu sampai 7 minggu, akan tetapi setelah
yang bertahan hidup, tetapi suport dapat di berikan, 3 minggu, jumlah partikel terlalu sedikit untuk
agar lebih nyaman dan dapat memperpanjang umur menyebebkan infeksi. Sebagian besar desinfektan
dalam waktu tertentu . rumah dapat membunuh virus tersebut (Greene
Ada dua type virus yang tidak dapat debedakan satu GE.1990)
dengan yang lain , pertama, avirulent (tidak Bagaimana virus dapat menyebabkan penyakit ?
menyebabkan penyakit), yaitu intestinal virus pada Perkembangan penyakit sangat komplek,
sebagian besar tergantung status sistem immun dari
hewan, hasil survey yang dikemukakan The Cat
111
Arimbi. Studi Kasus : Suspec Feline ...
Group (2000), 25 % sampai 40% kucing peliharaan, protein yang tinggi, akibat adanya respon sistem
mempunyai seropositif FcoV, berarti memiliki immun, yang mengakibatkan kerusakan dinding
antibodi terhadap FcoV dalam darahnya akibat pembuluh darah kecil, sehingga cairan keluar ke
terinfeksi virus sebelumnya atau sedang terinfeksi. jaringan sekitarnya. Menurut Scott F.W dkk.(2008),
Menurut Nash.H. (2006), sistem immun pada dan Nash, H.2006, setelah virus menginfeksi leukosit
mammalia ada 2 yaitu : bagian yang memproduksi dalam jaringan lymphoid dekat dimana virus tersebut
antibody dan sel pembunuh organisme melalui kontak penetrasi pertama kali, viremia atau adanya sel
langsung atau bahan kimia yang di hasilkan, disebut terinfeksi dapat terdeteksi satu minggu setelah terjadi
sebagai sistem immun selluler. Sistem immun ini infeksi. Virus kemudian menyebar ke beberapa organ
sangat berperan terhadap paparan FCoV : seperti hepar, limpa dan kelenjar getah bening (KGB),
1. Bila sistem immun seluler sangat kuat, kucing dengan perubahan struktur secara jelas adalah adanya
dapat melawan infeksi peningkatan jumlah makrofag, tampaknya sebagai sel
2. Bila immunitas kucing cukup kuat, kucing target utama dari infeksi FIP. Penyebaran virus juga
mungkin mampu membunuh virus, atau menyebabkan infeksi sel darah putih dan sel dinding
mencegahnya, sehingga terjadi infeksi laten. pembuluh darah. Selanjutnya dikatakan adanya
Tetapi bila kucing tersebut mengalami stress berat endapan virus, sel darah putih yang terinfeksi virus dan
atau sakit akibat infeksi penyakit yang lain, infeksi komplek antibodi – virus pada dinding pembuluh
laten tersebut menjadi lebih reaktif dan dapat darah, mengakibatkan reaksi radang pada bembuluh
berkembang menjadi FIP. darah, sehingga menyebabkan keluarnya plasma ke
3. Bila immunitas selluler relatif lemah, virus terus jaringan sekitarnya, merupakan bentuk khas dari " FIP
berkembang, FIVP berkembang cepat menjadi fluid".
FIP. FIP yang terjadi adalah "dry FIP" ( FIP kering Gejala klinis , pada kucing Persia dan Birman lebih
), dengan lesi berupa nodular, disebut granulomas peka terhadap FIP virus, lebih sering
yang berkembang pada beberapa organ tubuh. terjadi pada umur 3 atau 4 tahun, seperti pada kasus
4. Bila sistem immun sangat lemah, pembelahan yang ditemukan ini. Pada awalnya, bentuk kering dan
virus terjadi sangat tidak terkontrol, dan terbentuk" basah tidak menunjukan gejala yang spesifik, yaitu
wet FIP"( FIP basah), dengan adanya akumulasi adanya demam, lesu, kadang –kadang diare, dan
sejumlah cairan dalam rongga thorax atau penurunan kesadaran (Gaskell R. dan Susan D, 2000,
abdomen akibat kerusakan pembuluh darah, Nash H, 2006, Brook W.C.2007 ) .
diikuti kebocoran cairan dan protein dalam Disini menunjukan bahwa hewan tidak
jaringan. mempunyai antibodi terhadap FcoV, sehingga virus
Dalam waktu 24 jam setelah teringesti , virus segera berkembang pesat, kebeberapa organ seperti
menyebar dari tonsil ke intestine, dalam waktu 2 ditunjukkan adanya nodul pyogranuloma pada
minggu dapat menyebar sampai kesebagian besar usus, beberapa organ seperti di liver, peritonium , paru –paru
lymph node usus dan liver, selanjutnya dapat menyebar dan selaput jantung dan terjadi kerusakan pembuluh
kebeberapa organ. Kucing yang tidak bisa darah akibat rendahnya respon immun, sehingga
memproduksi antibody secara maksimal, akan terjadi terjadi keluarnya cairan dalam rongga perut dan dalam
penimbunan cairan terutama dalam rongga dada dan rongga thorax., seperti yangditemukan dalam kasus ini
abdomen, tetapi bila dapat merespon secara maksimal, . Otak tampak sangat kongesti, Ettinger dan Edward
tidak akan terjadi timbunan cairan, walaupun terjadi (2000), mengatakan bahwa sekitar 10% kasus wet FIP
infeksi laten dalam waktu tertentu (Nash H.2006). terdapat lesi pada sistem syaraf pusat dan pada mata,
Selanjutnya juga disebutkan bahwa adanya serta beberapa kucing menderita dry FIP terdapat
immunocompresor, akibat : stress, pemberian obat, sedikit cairan dalam rongga perut.
crowding, infeksi parasit, dan beberapa penyakit Secara mikroskopis gambaran kharakteristik
seperti kidney disease, infeksi laten tersebut dapat dari FIP adanya perivascullar cuffing, atau ditemukan
menjadi reaktif. vasculitis , yaitu arteri dan venule dikelilingi sel
Disebutkan ada 2 bentuk, pertama disebut mononuclear, proliferasi makrofag, limfosit, sel
"dry form" atau noneffusive (kering), melibatkan sel plasma dan neutrofil (Gibson C, Nichola P, 2007,
darah putih dalam jaringan, dan merupakan respon Mc.Gavin M.D dkk.2007, Gaskell R. dan Susan D,
radang dalam jaringan tersebut. Biasanya organ yang 2000).
terserang mata, sistem syaraf pusat, liver dan ginjal dsb. Pada kasus ini ditemukan focal nekrose pada
Kedua, "wet form", effusive (basah), lebih dikenal livernya, dengan infiltrasi limfosit , makrofag dan
dengan nama peritonitis, karena adanya timbunan nekrose hepatosit, demikian juga pada paru – paru, lien,
cairan dalam rongga perut dan thorax .Bentuk efusive dan ginjal terdapat nekrose serupa, lien tampak
lebih umum dari pada non effusive yaitu 60% _ 70% per vasculitisnya, seperti gambar dibawah ini :
kasus , cairan berwarna kekuningan, mengandung
112
VETERINARIA Medika Vol 3 , No. 2, Juli 2010
Diagnosa tidak hanya tergantung dari uji antibody, keruh. Secara mikroskopis tampak infiltrasi limfosit
tetapi harus dikombinasikan dengan sejarah, gejala pada beberapa organ. Berdasarkan temuan tersebut,
klinis, hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil FCoV akibat kematian beberapa kucing dalam waktu sekitar
tes, untuk membuat diagnosa "kemungkinan" ( Nash empat bulan berturut – turut, dapat disimpulkan
H. 2006). Salah satu cara absolute diagnosa FIPV penyakit tersebut menyerupai penyakit FIP bentuk
adalah biopsy jaringan tersangka oleh patolog basah dan kering . Lesi tersebut, menyerupai lesi akibat
veteriner.Setelah hewan mati, pada liver , lien, limpo FIP bentuk basah dan kering timbul yang bersama-
glandula yang membesar dilakukan pemeriksaan sama, seperti yang disebutkan oleh Wolf (1995),
untuk memastikan adanya FCoV dalam jaringan Nash H., (2006 )
tersebut dengan menggunakan immunohistokimia. ( Diagnosa penyebab yang sesungguhnya
Nash H. 2006) perlu pemeriksaan yang panjang, selain berdasarkan
Beberap sumber mengatakan tidak ada lesi makroskopis dan mikroskopis juga pemeriksaan
pengobatan yang efektif untuk FIP, jarang penderita lain seperti ; serologi untuk Coronavirus ( CoV)
FIP bertahan hidup, bila terdiagnosa / terduga FIP, dengan PCR, analisa cairan terhadap kandungan
sebaiknya dieutanasia secepatnya terutama pada protein pada cairan rongga thorak atau peritoniumnya
lingkungan penyanyang hewan, pemberian anti radang (Gaskell R. dan Susan D, 2000, Nash H, 2006, Brook,
dan terapi support seperti terapi cairan, nutrisi W.C. (2007).) Selanjutnya dikatakan bahwa tidak
berkwalitas, transfuse darah, diberika agar kucing lebih ada obat untuk FIP ,sehingga harus diwaspadai
nyaman. (Newman 1996, FIP. 2000, Nash H., 2006 ). terutama bagi peternak kucing, apabila ada gejala klinis
Dengan melihat gejala klinis, perut membesar, mukosa dalam perkembangan FIP, karena tidak bisa
ihterus dan beberapa perubahan morfologi pada disembuhkan dan fatal . Untuk pencegahan dianjurkan
beberapa organ, seperti adanya pyogranuloma / nodul managemen cattery, vaccinasi (Primucell), walaupun
granuloma pada permukaan liver, paru – paru dan pada efektifitasnya sekitar 50 % sampai 75 % dan diberikan
bebrapa tempat dengan penggantung usus menebal dan pada umur lebih dari 16 minggu ( Nash H, 2007,Rokaw
C, 1996).
113
Arimbi. Studi Kasus : Suspec Feline ...
114