Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Agroteknologi, Vol. 10 No.

1, Agustus 2019 : 15– 22

SIFAT FISIKA TANAH DAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI LAHAN GAMBUT PADA KEDALAMAN MUKA AIR TANAH YANG BERBEDA

(Soil Physical Properties and Productivity of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Peatland with
Different of Water Levels)

WAWAN WAWAN, AL ICHSAN AMRI, AFTA NURWANTO AKBAR

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


Kampus Bina Widya KM12,5 Simpang Baru - Pekanbaru 28293
E-mail: aftanurwanto@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine soil physical properties and oil palm productivity in different of water
levels (TMA) in peatland. This study conducted in oil palm plantation area in PT. Tabung Haji Indo
Plantation Indragiri Hilir Regency, and Laboratory of Soil Science Faculty of Agriculture, University of
Riau. This study was carried out started from July until October 2017 by using survey method.
Sampling Location conducted by purposive sampling, and sampling point was determined by stratified
random sampling. Analysed data used analyse of variance, followed by further test by Duncan’s new
multiple range test level of 5%. Parameters observed in physical properties ware bulk density,
porosity, water content of maximum occupied capacity, particles size distribution, and oil palm
productivity. The result of this study showed that peatland with water levels (20-40) cm (TMA1) showed
higher water content of maximum occupied capacity than water levels (>40-60) cm (TMA2), and >60
cm (TMA3). Peat soil with water level TMA2 owned bulk density, the particle size (≤63 µm) higher
compared to (20-40) cm and >60 cm. Peat soil with TMA3 showed higher porosity compared to (20-40)
cm and (20-40) cm. Peat soil (20-40) cm showed higher oil palm productivity compared to (>40-60) cm
and >60 cm. Oil palm productivity (>40-60) cm and >60 cm showed lower compared to (20-40) cm is
caused by Ganoderma attack.

Keywords: Soil Physical Properties, Water Levels, Oil palm Productivity

PENDAHULUAN apabila kedalaman muka air tanah di lahan


gambut lebih dari 40 cm di bawah
Perkebunan kelapa sawit pada lahan permukaan gambut pada titik penataan.
gambut memerlukan sistem drainase Menurut informasi dari hasil
sebagai pengatur kedalaman muka air penelitian Winarna (2015), kedalaman
tanah. Kedalaman muka air yang sesuai muka air tanah (30-50) cm mengasilkan
dapat menjaga kelembaban tanah dan produksi kelapa sawit lebih besar
meningkatkan aerasi. Aerasi yang baik dibandingkan dengan kedalaman (45-70)
dapat mempengaruhi perakaran sehingga cm. Hal tersebut berbanding terbalik
meningkatkan serapan hara, air serta dengan hasil penelitian Lim et al. (2012)
produktivitas kelapa sawit. yang menyatakan bahwa produksi kelapa
Pentingnya penanganan lahan sawit akan menurun pada kedalaman muka
gambut menyebabkan pemerintah air tanah gambut (35-45) cm dan pada
mengeluarkan peraturan melalui Menteri kedalaman (50-75) cm kelapa sawit
Pertanian Nomor 14 Tahun 2009 tentang mencapai produksi tertinggi. Hal ini
pengaturan air pada saluran drainase menandakan bahwa masih ada
disesuaikan dengan kedalaman permukaan inkonsistensi informasi terhadap
air tanah di lapangan yang dipertahankan kedalaman muka air tanah gambut yang
pada kedalaman 60 cm sampai dengan 80 sesuai untuk meningkatkan produksi
cm, untuk menjaga ketersediaan air dan kelapa sawit, sehingga diperlukan adanya
menghindari lahan mudah terbakar. penelitian tambahan untuk dapat melihat
Kebakaran lahan masih banyak terjadi di kedalaman muka air tanah yang optimal
lahan gambut sehingga pemerintah terhadap produktivitas kelapa sawit.
menerbitkan Peraturan Pemerintah No 57 Produksi kelapa sawit yang tinggi
tahun 2016. Pasal 23 ayat 3 pada adalah manifestasi dari sifat-sifat tanah
Peraturan Pemerintah tersebut yang baik, salah satunya sifat fisika tanah.
menyatakan bahwa ekosistem gambut Pengaruh pengaturan kedalaman muka air
dengan fungsi budidaya dinyatakan rusak tanah terhadap sifat fisika tanah yaitu dapat

15
Sifat Fisika Tanah dan Produktivitas Kelapa Sawit di lahan Gambut (Wawan dkk, 2019)

meningkatkan aerasi sehingga mem- Fakultas Pertanian Universitas Riau,


pengaruhi perkembangan akar. Kampus Bina Widya, kilometer 12,5
Perkembangan akar yang baik akan Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan
meningkatkan serapan hara, air dan Tampan, Pekanbaru. Penelitian ini
produksi kelapa sawit. Menurut Winarna dilaksanakan darii bulan Juli sampai
(2015), penurunan muka air tanah lebih dengan Oktober 2017.
dari 70 cm menyebabkan terjadinya Pada penelitian ini bahan yang
penurunan kelembaban tanah yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah
mengakibatkan tanah gambut rusak. sampel tanah gambut pada tiga strata
Kedalaman muka air tanah yang terkendali kedalaman muka air yaitu (20-40) cm,
menyebabkan air dan udara menjadi lebih (>40-60) cm, >60 cm, NaOH dan aquades.
tersedia di dalam tanah gambut Alat yang digunakan dalam
(Sukarman, 2011). Kondisi ini memicu penelitian di lapangan yaitu ring sampel,
tingginya aktivitas biota tanah sehingga bor gambut, kamera, kantong plastik,
meningkatnya proses dekomposisi dan selotip, karet gelang, cangkul, pisau
menghasilkan tanah berpartikel halus yang lapangan, kertas label, alat tulis, oven,
berperan sebagai perekat (pengikat) eksikator, timbangan analitik, grinder,
partikel tanah sehingga agregasi tanah erlenmeyer, cawan alumunium, mesin
menjadi baik dan bulk density tanah pengkocok dan saringan tanah berbagai
gambut meningkat (Situmorang et al., ukuran.
2015). Bulk density adalah salah satu Penelitian ini dilakukan di lahan
pengukuran yang penting untuk gambut dengan tanaman kelapa sawit
menafsirkan data analisis tanah, terutama berumur 19 tahun. Penelitian ini
yang menunjukkan kesuburan (Andriesse, menggunakan metode survei, lokasi
2003). penelitian ditentukan secara Purposive
Hubungan antara kedalaman muka sampling dan titik pengambilan sampel
air tanah dengan sifat fisika tanah dikaitkan ditentukan secara stratified random
dengan produktivitas kelapa sawit masih sampling. Penelitian menggunakan 27 titik
jarang dilakukan. Penelitian ini dilakukan sampel yang terbagi atas tiga strata
untuk menambah informasi dan data kedalaman muka air tanah pada tiga blok
kedalaman muka air dalam, sedang dan yang berbeda di kedalaman muka air (20-
dangkal yang dihubungkan dengan 40) cm, (>40-60) cm dan >60 cm.
produktivitas kelapa sawit dan sifat fisika Data yang diperoleh dianalisis
tanah. secara statistik dengan menggunakan sidik
Penelitian ini bertujuan untuk ragam atau analysis of variance (ANOVA)
mengetahui sifat fisika tanah dan dan hasil sidik ragam dilanjukan dengan uji
produktivitas kelapa sawit pada kedalaman duncan’s new multiple range test (DNMRT)
muka air tanah yang berbeda di lahan pada taraf 5%.
gambut. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI Kadar Air Kapasitas Lapang Maksimum


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
Penelitian ini dilakukan di lahan faktor kedalaman muka air tanah
gambut pada tanaman kelapa sawit PT. berpengaruh terhadap kadar air kapasitas
Tabung Haji Indo Plantation (PT. THIP) lapang maksimum di lahan gambut pada
Indragiri Hilir dan Laboratorium Ilmu Tanah kedalaman tanah (0-10) cm (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata kadar air kapasitas lapang maksimum di kedalaman (0-10) cm pada
kedalaman muka air tanah gambut yang berbeda.
Kedalaman muka air (cm) Kadar Air Kapasitas lapang Maksimum (%)
a
20-40 449,22
b
>40-60 438,11
ab
>60 442,55
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji
DNMRT pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa tanah (20-40) cm dapat meningkatkan kadar air


gambut pada kedalaman muka air tanah kapasitas lapang maksimum secara nyata

16
Jurnal Agroteknologi, Vol. 10 No. 1, Agustus 2019 : 15– 22

dibandingkan dengan kedalaman muka air gambut bervariasi, karena adanya interaksi
tanah (>40-60) cm, namun berbeda tidak yang komplek dari berbagai sifat tanah
nyata dengan kedalaman muka air tanah gambut tersebut (Wahyunto et al., 2005).
>60 cm. Hal ini karena kedalaman muka air Porositas atau volume pori total
tanah (20-40) cm menyebabkan proses tanah adalah bagian/rongga tanah yang
dekomposisi menjadi terhambat tidak terisi bahan padat sehingga dapat
dibandingkan kedalaman muka air tanah diisi oleh udara dan air (Dikas, 2010).
>60 cm dan (>40-60) cm sehingga Besaran nilai porositas tanah (Tabel 3)
ketersedian bahan organik yang masih berbanding terbalik terhadap besaran nilai
belum terdekomposisi daripada kedalaman bulk density (Tabel 2). Penurunan nilai bulk
muka air lain. Bahan organik mempunyai density meningkatkan daya menahan air
kemampuan menyerap dan menahan air tanah gambut (Tahrun et al., 2015).
yang tinggi, bahan organik dapat menyerap Kapasitas lapang di tanah gambut yang
air sebesar dua hingga tiga kali beratnya relatif tinggi, berdasarkan berat kering
(Arsyad, 2000) tanah gambut (Radjaguguk, 2000).
Peningkatan dekomposisi bahan Kapasitas menahan air maksimum untuk
organik mengakibatkan berkurangnya gambut fibrik adalah (680-3000)%, untuk
porositas total (Wahyunto et al., 2005). gambut hemik (450-850)%, untuk gambut
Kadar air kapasitas lapang tanah gambut saprik <450%. Namun demikian, gambut
berkaitan erat dengan porositas (Tabel 3), akan menjadi hidrob (Menolak air) kalau
semakin tinggi porositas tanah maka terlalu kering (Radjaguguk, 2000). Tanah
semakin tinggi kemampuan tanah untuk gambut terlalu kering dapat disebabkan
menahan air. Menurut Radjaguguk (2000), oleh semakin dalamnya kedalaman muka
porositas total sangat menentukan air tanah.
besarnya pengikatan air oleh tanah
gambut. Bahan yang relatif belum Bulk density
terdekomposisi mempunyai porositas yang Hasil sidik ragam menunjukkan
tinggi dengan proporsi pori-pori besar yang bahwa faktor kedalaman muka air tanah
tinggi (Driessen & Rochimah, 1976). berpengaruh nyata terhadap Bulk density
Walaupun demikian daya menahan air dari (BD) di lahan gambut (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata bulk density di kedalaman (0-10) cm pada kedalaman muka air tanah
gambut yang berbeda.
-3
Kedalaman muka air (cm) Bulk density (g.cm )
b
20-40 0,26
a
>40-60 0,31
b
>60 0,22
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji
DNMRT pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan pada lahan pada tanah maka laju proses dekomposisi
gambut dengan kedalaman muka air tanah meningkat, meningkatnya proses de-
(>40-60) cm memiliki nilai bulk density komposisi memperbesar nilai bulk density.
tertinggi dibandingkan dengan dua Kedalaman muka air tanah gambut (>40-
ketinggian air diatas. Hal ini karenakan 60) cm menyebabkan lingkungan yang
kondisi lahan yang tidak terlalu jenuh air, sesuai untuk mendukung aktivitas biota
sehingga mendukung aktivitas ber- tanah. Kedalaman muka air tanah
kembangbiak organisme tanah yang dapat mempengaruhi proses dekomposisi,
memepercepat proses dekomposisi. dimana proses dekomposisi akan
Hasil pengamatan organisme tanah berlangsung lebih cepat (Lisnawati et al.,
menunjukkan pada kedalaman muka air 2014). Hal tersebut terjadi karena ada
(>40-60) memiliki jumlah makrofauna ketersediaan oksigen di dalam bahan
tertinggi yaitu sebesar 287 individu, organik sehingga akan meningkatkan
kedalaman muka air (20-40) cm dan >60 aktivitas mikroorganisme yang akan
cm memiliki jumlah makrofauna tanah yaitu mengakibatkan terjadinya proses
berturut-turut memiliki 245 dan 140 individu dekomposisi (Limin et al., 2000). Sejalan
2
per 2.500 cm . Semakin banyak organisme dengan Radjaguguk (2000) meningkatnya

17
Sifat Fisika Tanah dan Produktivitas Kelapa Sawit di lahan Gambut (Wawan dkk, 2019)

dekomposisi gambut akan meningkatkan Setelah didrainase, tanah akan mengalami


bulk density gambut. Peningkatan aktivitas amblesan (subsidence). Pada kurun waktu
biota tanah menyebabkan nilai bulk (4-10) tahun amblesan berlangsung relatif
density tanah gambut semakin besar. cepat dan terjadinya amblesan serta
pemadatan akan mempengaruhi beberapa
Lajunya proses dekomposisi perubahan sifat fisika tanah berupa
menaikkan besaran nilai bulk density. meningkatannya bobot isi (bulk density)
Selain aktivitas biota tanah, dekomposisi dan menurunnya porositas total
tanah gambut pada tanaman kelapa sawit (Radjaguguk, 2000).
dipengaruhi oleh umur tanam dan drainase.
Menurut Dikas (2010), umur dan waktu Porositas
pengelolaan tanaman kelapa sawit Hasil sidik ragam menunjukkan
berpengaruh terhadap proses laju bahwa kedalaman muka air tanah
dekomposisi. lamanya pengelolaan kebun memberikan pengaruh nyata terhadap
kelapa sawit menyebabkan laju porositas di lahan gambut (Tabel 3).
dekomposisi gambut semakin meningkat.

Tabel 3. Rata-rata porositas tanah gambut di kedalaman (0-10) cm pada kedalaman muka air
tanah gambut yang berbeda.
Kedalaman muka air (cm) Porositas (%)
ab
20-40 77
b
>40-60 73
a
>60 80
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji
DNMRT pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukkan bahwa tanah porositas yang tinggi dengan proporsi pori-
gambut pada kedalaman muka air tanah pori besar yang tinggi (Driessen, 1978).
berbeda berpengaruh terhadap nilai Belum terdekomposisinya bahan dapat
porositas. Porositas tertinggi terdapat pada dilihat bahwa pada ketinggian muka air >60
kedalam muka air > 60 cm. Menurut memiliki bulk density (Tabel 2) terendah
Driessen (1978) sifat fisika tanah gambut dibandingkan dengan ketinggian muka air
merupakan produk dari banyak perubahan tanah gambut yang lain. Porositas total
yang berinteraksi, yang menghasilkan akan menurun dengan meningkatnya
bahan yang beragam dalam derajat dekomposisi (Radjaguguk, 2000).
dekomposisi. Peningkatan porositas pada
tinggi muka air tanah gambut >60 cm, Distribusi Ukuran Partikel
dikarenakan bobot isi yang rendah dampak Hasil pengamatan rata-rata Distribusi
dari bahan organik yang banyak belum Ukuran Partikel (DUP) tanah gambut
terdekomposisi sehingga menyebabkan disajikan pada Gambar 1.

Kedalaman tanah 0-10 cm Kedalaman tanah 11-20 cm


35,00 40,00
35,00
30,00
TMA (20-
30,00 40) cm
25,00
DUP (%)

25,00
DUP (%)

20,00
20,00
15,00 TMA (>40-
15,00 60) cm
10,00 10,00
5,00 5,00
TMA >60
0,00 cm
0,00 >2 mm500 µm150 µm63 µm<63 µm
>2 mm 500 µm 150 µm 63 µm <63 µm

.
Gambar 1. Grafik perubahan Distribusi Ukuran Partikel (DUP) gambut dengan kedalaman muka air tanah
berbeda.
Grafik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa susunan tingkat kekasaran gambut di

18
Jurnal Agroteknologi, Vol. 10 No. 1, Agustus 2019 : 15– 22

ketinggian muka air tanah (>40-60) cm pada halus dan naiknya nilai Bulk density adalah
kedalaman tanah (0-10) cm mengalami manifestasi dari banyaknya partikel halus
peningkatan sebaran partikel halus di akibat dari proses dekomposisi. pada
ukuran 63 µm dan ukuran kurang dari 63 µm kedalaman muka air tanah (>40-60)
dibandingkan dengan kedalaman muka air mengalami peningkatan nilai bulk density
(20-40) cm dan >60 cm. Pada kedalaman dari kedalaman muka air >60 dan (20-40)
tanah (>10-20) cm dengan ketinggian muka cm (Tabel 2). Perubahan bulk density
air tanah sama mengalami penurunan adalah dampak dari sebaran partikel halus,
sebaran partikel halus di ukuran <63 µm. proses dekomposisi mengakibatkan
Proses budidaya tanaman kelapa peningkatan sebaran partikel halus yang
sawit pada tanah gambut mempengaruhi menyebabkan nilai bulk density mengalami
pematangan tanah gambut yang berdampak peningkatan. Perubahan bulk density
terhadap tingkat ukuran partikel halus. gambut juga bisa disebabkan oleh
Penurunan kadar serat gambut sebagai konsolidasi bahan gambut akibat proses
akibat dari meningkatnya kematangan tanah drainase atau adanya perubahan
yang disebabkan penggunaan lahan untuk beban/tekanan di permukaan gambut
kebun kelapa sawit karena semakin tinggi (Dariah et al., 2012).
tingkat kematangan bahan gambut, kadar
serat akan mengalami penurunan dan Produktivitas Kelapa Sawit
ukuran partikel gambut menjadi lebih halus Hasil sidik ragam menunjukkan
dan lebih kecil (Dikas, 2010). bahwa faktor kedalaman muka air tanah
Kematangan tanah gambut berpengaruh tidak nyata terhadap
disebabkan oleh proses dekomposisi yang Produktivitas kelapa sawit di lahan gambut
menyebabkan peningkatan sebara partikel (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata produktivitas kelapa sawit pada kedalaman muka air tanah gambut yang
berbeda.
-1 -1
Kedalaman muka air (cm) Produktivitas (ton.ha .tahun )
a
20-40 17.54
b
>40-60 12.75
b
>60 14.45
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji
DNMRT pada taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa tanah yang lebih muda di kedalaman muka air
gambut pada kedalaman muka air tanah (>40-60) cm menghasilkan produktivitas
-1 1
(20-40) cm, (>40-60) cm dan >60 cm 17.11 ton.ha .tahun , kedalaman muka air
mempengaruhi nilai produktivitas secara >60 cm menghasilkan produktivitas 18.16
-1 -1
nyata. Pada Kedalaman muka air tanah ton.ha .tahun. . Penurunan produktivitas
gambut (20-40) cm berbeda nyata dengan kelapa sawit pada kedalaman muka air
kedalaman air tanah gambut (>40-60) cm tanah (>40-60) cm dan >60 cm di PT.
dan >60 cm, sedangkan kedalaman muka Tabung Haji Indo Plantations diduga
air tanah (20-40) cm dan >60 cm memiliki disebabkan oleh cendawan Ganoderma
perbedaan yang tidak nyata. yang mengakibatkan busuk pangkal batang.
Menurut hasil penelitian Winarna Beberapa kebun di Indonesia, Ganoderma
(2015), pada tanaman umur 6 tahun dengan telah menyebabkan kematian kelapa sawit
kedalaman muka air tanah (30-50) cm, hingga 80% atau lebih populasi kelapa sawit
-1 -1
memiliki produksi 19.92 ton.ha .tahun , dan hal tersebut menyebabkan penurunan
(45-70) cm memliki produksi 19.43 produk kelapa sawit persatuan luas
-1 -1
ton.ha .tahun dan kedalaman (70-90) cm (Susanto, 2002). Umur tanaman juga dapat
-1 -1
memiliki produksi 19.53 ton.ha .tahun . Hal menurunkan produksi kelapa sawit, karena
ini menunjukkan bahwa kedalaman muka air menurut Saragih (2015), produksi
tanah lebih dari 40 cm mengalami maksimum kelapa sawit umumnya tercapai
penurunan dibandingkan dengan penelitian pada umur 15 tahun, kemudian menurun
Winarna (2015) pada muka air tanah (45-70) seperti halnya pada tanah mineral. Selain
cm dan (70-90) cm. menurunkan produktivitas, umur tanaman
Pada lokasi yang berbeda dan umur yang semakin tua juga menyebabkan

19
Sifat Fisika Tanah dan Produktivitas Kelapa Sawit di lahan Gambut (Wawan dkk, 2019)

tanaman mudah terserang penyakit semakin lemah.


tanaman karena daya tahan tanaman yang

(A) (B)
Gambar 2. Sawit terserang Ganoderma pada kedalaman muka air >60 (A), Sawit terserang
Ganoderma kedalaman muka air (>40-60) cm (B).

KESIMPULAN Arsyad. 2000. Konservasi Tanah dan Air.


IPB Press. Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian yang Dariah, A. E. Susanti, A. Mulyani, dan F.
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Agus. 2012. Faktor penduga karbon
1. Tanah gambut dengan kedalaman tersimpan di lahan gambut.
muka air (20-40) cm memiliki kadar air Prosiding Seminar Nasional
lapang dan kadar air kapasitas lapang Pengelolaan Lahan gambut
lebih tinggi dibandingkan kedalaman Berkelanjutan. BBSDLP. 213-223.
muka air (>40-60) cm dan >60 cm. Bulk Dikas, T.M. 2010. Karakterisasi Fisik
density dan ukuran partikel halus Gambut di Riau Pada Tiga
(≤63µm) tanah gambut pada Ekosistem (Marine, Payau, Dan Air
kedalaman muka air (>40-60) cm lebih Tawar). Skripsi. Institut Pertanian
tinggi dibandingkan kedalaman muka Bogor. Bogor.
air (20-40) cm dan >60 cm dan Driessen P.M. dan L. Rochimah. 1976. The
porositas tanah gambut pada physical properties of lowland peats
kedalaman muka air >60 cm lebih tinggi from Kalimantan. In proceedings of
dibandingkan (20-40) cm dan (>40-60) peat and podsolic soils and their
cm. potential of agriculture in Indonesia.
2. Tanah gambut dengan kedalaman Soil Research Institute. Bogor.
muka air (20-40) cm memiliki Driessen P.M. 1978. Peat soils. Soils and
produktivitas kelapa sawit lebih tinggi Rice . IRRI. Los Banos, Philippines.
dibandingkan dengan kedalaman muka Limin, S., Layuniati., and Y. Jamal. 2000.
air (>40-60) cm dan >60 cm. Utilization of Inland Peat for Food
Produktivitas kelapa sawit (>40-60) cm Crop Commodity Development
dan >60 cm lebih rendah dibandingkan Requires High Input and is
(20-40) cm disebabkan oleh serangan Detrimental to Peat Swamp Forest
Ganoderma. Ecosystem. Proc. International
Symposium on Tropical Peatlands
DAFTAR PUSTAKA 22-23 November 1999. Bogor.
Andriesse J.P. 2003. Ekologi dan Lim, K.H., S.S. Lim, F. Parish and R.
Pengelolaaan Tanah Gambut Suharto. 2012. RSPO Manual on
Tropika. Cahyo Wibowo dan Istomo Best Management Practices
(penerjemah). Bogor: Fakultas (BMPs) for Existing Oil Palm
Kehutanan, Institut Pertanian Cultivation on Peat. Kuala
Bogor. Lumpur (MY): RSPO.

20
Jurnal Agroteknologi, Vol. 10 No. 1, Agustus 2019 : 15– 22

Lisnawati, Y., S. Haryono, P. Erny dan


Musyafa. 2014. Hubungan
Kedekatan Ekologis Antara Fauna
Tanah Dengan Karakteristik Tanah
Gambut Yang Didrainase Untuk
HTI Acacia crassicarpa. Jurnal
Manusia Dan Lingkungan, 21(2):
170-178.
Radjagukguk, B. 2000. Perubahan sifat-
sifat fisik dan kimia tanah gambut
akibat reklamasi lahan gambut
untuk pertanian. Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan. 2(1): 1-15.
Saragih, J.M. 2015. Pengelolaan lahan
gambut di perkebunan kelapa sawit
di kebun teluk bakau, PT
Bhumiperkas nusa sejati, Minamas
plantation, Riau. Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Situmorang, P.C., Wawan dan M.A. Khoiri.
2015. Pengaruh kedalaman muka air
tanah dan mulsa organik terhadap
sifat fisik dan kimia tanah gambut
pada perkebunan kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.). Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas
Pertanian, 2(2): 1-15.
Sukarman. 2011. Tinggi permukaan air
tanah dan sifat fisik tanah gambut
serta hubungannya dengan
pertumbuhan Acacia crassicarpa A.
Cunn Ex Bent. Thesis. Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Susanto, A. 2002. Kajian Pengendalian
Hayati Ganoderma boninense Pat.
Penyebab Busuk Pangkal Batang
Kelapa sawit. Disertasi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Tahrun, M., Wawan, dan A.I. Amri. 2015.
Perubahan sifat fisik gambut akibat
kebakaran di desa Teluk binjai
Kecamatan Teluk meranti
Kabupaten Pelalawan. Jurnal
Online Mahasiswa Faperta, 2(1): 1-
13
Wahyunto, R.S, Suparto, H. Subagjo. 2005.
Sebaran Gambut dan Kandungan
Karbon di Sumatera dan
Kalimantan. Wetlands International
Indonesia. Bogor.
Winarna. 2015. Pengaruh Kedalaman Muka
Air Tanah dan Dosis Terak Baja
terhadap Hidrofobisitas Tanah
Gambut, Emisi Karbon dan
Produksi Kelapa Sawit. Disetasi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

21
Sifat Fisika Tanah dan Produktivitas Kelapa Sawit di lahan Gambut (Wawan dkk, 2019)

22

You might also like