Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.6, No. 2, Hlm.

283-295, Desember 2014

SKRINING POTENSI SENYAWA BIOAKTIF SEBAGAI ANTIBAKTERI


PADA KARANG LUNAK DARI PERAIRAN PULAU PONGOK BANGKA
SELATAN DAN PULAU TEGAL TELUK LAMPUNG

SCREENING ON THE POTENTIAL BIOACTIVE COMPOUNDS OF


ANTIBACTERIAL ACTIVITY IN SOFT CORAL COLLECTED FROM SOUTH
BANGKA ISLAND WATERS AND LAMPUNG BAY

Rozirwan1,2*, Dietriech G. Bengen1, Neviaty P. Zamani1, Hefni Effendi1, dan


Chaidir3
1
Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK, Institut Pertanian Bogor, Bogor16680
Email: rozirwan@gmail.com, rozirwan2@yahoo.com
2
Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Kampus Indralaya Km
32, Ogan Ilir, Sumatera Selatan 30662
3
Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 10340

ABSTRACT
Soft corals contain bioactive compounds that can be used as a marine natural product. The
puposes of this study was to determine of the soft corals inhibition potential for antibacterial
activity. The methodology in this study included field sampling, extraction (in the solvent of n-
hexane, ethyl acetate and methanol), antibacterial bioassay, and briefly describe the type of soft
coral that possesed the highest inhibition. In sampling treatment, the biomass among wet
samples and dry samples varied. The highest shrinkage due to drying was found in Nephthea,
followed by Lobophytum and Sarcophyton, while the lowest was found in the genus of Sinularia.
Extracted from 12 samples of soft coral, the lowest extract weight was found in the semi-polar
solvent (EtOAc), while the extract weight of n-Hex and MeOH was vary. Inhibition power from
all extract samples was found on soft coral extract in the EtOAc and MeOH solvents. The
highest value of inhibition power was found in soft coral of Sinularia polydactyla and S.
Flexibilis within strong catogery.

Keywords: bioactive compounds, Lobophytum, Nephthea, Sarcophyton, Sinularia, soft coral

ABSTRAK
Karang lunak telah diketahui mengandung senyawa bioaktif yang dapat dijadikan
sebagai marine natural produk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis-jenis karang
lunak yang memiliki potensi senyawa bioaktif sebagai antibakteri. Metode yang dilakukan
meliputi pengumpulan sampel karang lunak yang diambil dari dua perairan Bangka Selatan dan
Teluk Lampung, ekstraksi sampel (dengan pelarut n-Hex, EtOAc dan MeOH), dan pengujian
aktivitas antibakteri serta identifikasi spesies target penelitian. Hasil dari penanganan sampel
menunjukkan bahwa biomassa sampel basah sampai kering cukup bervariasi, selisih penyusutan
tertinggi adalah pada sampel genus Nephthea, Lobophytum, Sarcophyton, dan Sinularia. Hasil
ekstraksi dari 12 sampel karang lunak diperoleh nilai berat ekstrak terendah pada pelarut semi-
polar (EtOAc), sedangkan berat ekstrak dalam n-Hex dan MeOH bervariasi. Daya hambat
antibakteri dari keseluruhan ekstrak sampel ditunjukkan pada ekstrak karang lunak dalam
pelarut EtOAc dan sebagian ekstrak dalam pelarut MeOH. Nilai daya hambat tertinggi ditunjuk-
kan pada karang lunak spesies Sinularia polydactyla dan S. flexibilis dengan kategori kuat.

Kata kunci: Senyawa bioaktif, Lobophytum, Nephthea, Sarcophyton, Sinularia, karang lunak

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 283
Skrining Potensi Senyawa Bioaktif sebagai Antibakteri…

I. PENDAHULUAN (1998), menemukan ada aktivitas antimi-


kroba Vibriao sp dari ekstrak karang lunak
Karang lunak dilaporkan dapat Parerythropodium fulvum fulvum. Spesies
memproduksi senyawa bioaktif dari hasil Xenia macrospiculata menunjukkan
metabolit sekunder seperti Genus aktivitas antimikroba tertinggi dibanding-
Sinularia, Lobophytom, Sarcophyton, kan jenis-jenis karang lunak lainnya di
Nephthea, Xenia, etc. (Aceret et al., 1998; Laut Merah (Kelman et al., (2006).
Fleury et al., 2004; Kelman et al., 2006; Di perairan laut Indonesia jenis
Cheng et al., 2010). Hal ini telah banyak karang lunak ditemukan sekitar 4 suku, 28
menarik perhatian para peneliti terutama marga dan 219 jenis (Manuputty, 2002).
dibidang farmasi dalam upaya meman- Kajian potensi senyawa bioaktif telah
faatkan sumberdaya tersebut. Karang dilakukan oleh Fattorusso et al. (2008a)
lunak Sarcophyton diketahui mempro- yang menemukan tipe zoanthamine
duksi senyawa bioaktif dua diterpeniod alkaloid, lobozoanthamine dari sampel
cembrane (Longeon et al., 2002). Lobophytum sp dari Taman Laut Bunaken,
Nephthea sp dari Teluk Bengal India Manado. Fattorusso et al. (2008b),
ditemukan mengandung senyawa terpe- Xenimanadins A-D dari Xenia sp dari
noid (Patra dan Majumdar, 2003). pesisir Manado. Triyulianti (2009),
Sinularia ditemukan senyawa terpen menemukan bahwa ada aktivitas antibak-
(Kamel dan Slattery, 2005). Sinularia teri dari ekstrak karang lunak jenis
grandilobata didapati senyawa Sinugran- Lobophytum sp dan Sinularia sp hasil
disterols A–D, trihydroxysteroids (Ahmed fragmentasi di perairan Pulau Pramuka,
et al., 2007). Sinularia flexibilis ditemu- Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Kapojos et
kan senyawa cembrane diterpenoids (Lin al. (2010), memperoleh tipe cembrene
et al., 2009). Lobophytum sarcophytoides terpen dari jenis Sarcophyton yang
ditemukan steroid dan cembranoid (Lu et diambil dari periaran Manado. Steroid
al., 2010). Sarcophyton infundibuliforme Hurgadacin berhasil diisolat dari Sinularia
ditemukan senyawa kimia diterpenoids polydactyla yang diambil di perairan
(Wang et al., 2011). Sinularia ditemukan Mesir (Shaaban et al., 2013). Senyawa
senyawa bioaktif terpenoids (Chen et al., sesquiterpenoids Capillosananes S–Z
2012). Cembranoids biokatif juga berhasil diisolat dari Sinularia capillosa
ditemukan pada karang lunak Sarcophyton (Chen et al., 2014a). Informasi jenis-jenis
glaucum dari Laut Merah (El-Ezz et al., karang lunak yang memiliki potensi
2013). Senyawa trochelioid A dan B, senyawa bioaktif diperlukan dalam upaya
diterpenes cembranoid baru ditemukan meningkatkan nilai tambah suatu kawasan
dari Sarcophyton trocheliophorum ekosistem terumbu karang. Di samping itu
(Hegazy et al., 2013). Bisabolane dan informasi ini juga berguna dalam
chamigrane sesquiterpenes ditemukan memanfaatkan dan menjaga kelestarian
juga dari Pseudopterogorgia rigida sumberdaya ini (Setyaningsih et al.,
(Georgantea et al., 2014). 2012).
Senyawa bioaktif karang lunak
juga dilaporkan memiliki banyak peran II. METODE PENELITIAN
seperti antipredator, antimikroba,
allelopathy dan antifouling (Changyun et 2.1. Waktu dan Tempat
al., 2008). Aceret et al. (1998), Sampel diambil dari Perairan P.
menemukan aktivitas antimikrobial dari Pongok, Bangka Selatan pada bulan
diterpenes flexibilide dan sinulariolide Agustus 2012 dan di P. Tegal Teluk
dari Sinularia flexibilis. Kelman et al. Lampung pada bulan Oktober 2012

284 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt62
Rozirwan et al.

(Gambar 1). Analisis laboratorium dilaku- Hex (1:5 b/v) selama 48 jam, kemudian
kan di Laboratorium Biologi Laut, FMIPA disaring menggunakan kertas saring dan
UNSRI. vaccum. Filtrat yang diperoleh selanjutnya
dievaporasi pada suhu 60 oC sampai
2.2. Pengambilan dan Penangan Sampel mendapatkan ekstrak kasar berupa pasta.
Karang Lunak Ekstraksi ini dilanjutkan dengan pelarut
Pengambilan sampel dilakukan EtOAc dan MeOH. Ekstrak kasar karang
dengan menyelam menggunkan peralatan lunak tersebut dikeringkan pada suhu
SCUBA pada titik-titik stasiun yang ruangan sampai kering, ditimbang, dilabel
diperkirakan terdapat sebaran karang dan disimpan pada suhu 4 oC (Shih et al.,
lunak. Sampel karang lunak diambil 2012).
dengan cara dipotong menggunakan pisau
sebanyak 1-2 kg per jenis, kemudian 2.4. Bioasai Antibakteri pada Ekstrak
dibungkus kantong plastik dan dibawa di Karang Lunak
laboratorium. Bakteri uji dibiakan dalam media
Sampel dari lapangan dikeringkan nutrient agar (NA). Masing-masing
pada suhu 60 oC selama 2-3 minggu dan Ekstrak dilarutkan dengan pelarut masing-
dihaluskan menggunakan mortal dan masing (n-Hex, EtOAc atau MeOH) (1:1,
saringan. Sampel dibungkus dan diberi b/b), kemiduan ditetaskan pada kertas
label untuk tindakan ekstraksi. cakram ukuran 6 mm. Selanjutnya diletak-
kan di atas media tumbuh bakteri uji dan
2.3. Ekstraksi sampel uji ini diinkubasi selama 48 jam.
Ekstraksi dilakukan secara berting- Pengukuran zona bening yang terbentuk
kat dalam pelarut n-Heksan (n-Hex), Etil dilakukan menggunakan jangka sorong.
Asetat (EtOAc) dan Metanol (MeOH) Untuk kontrol positif digunakan pelarut
(nonpolar, semipolar dan polar) akudes dan kontrol negative digunakan
(Setyaningsih et al., 2012). Sampel (50 g, pelarut n-Hex, EtOAc dan MeOH
berat kering) dimeserasi dalam larutan n- (Setyaningsih et al., 2012).

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Desember 2014 285
Skrining Potensi Senyawa Bioaktif sebagai Antibakteri…

2.5. Identifikasi Karang Lunak sembilan spesies. Di perairan P. Pongok


Identifikasi jenis karang lunak Bangka Selatan ditemukan delapan
dilakukan berdasarkan hasil dokumentasi spesies, dua spesies di stasiun PGK1 pada
dan sampel yang diawetkan dalam alkohol kedalaman 3 m dan enam spesies di
70% di lapangan. Untuk melihat tingkat stasiun PGK2 pada kedalaman 9 m. Di
Genus identifikasi merujuk Fabricius dan empat titik stasiun perairan P. Tegal Teluk
Alderslade (2001); dan Manuputty (2002). Lampung ditemukan hanya dua spesies
Analisis data berat ekstrak dan zona karang lunak yang termasuk dalam
hambat digunakan ANOVA. kelompok Genus Sinularia. Rerata
biomassa kering pada sampel sengat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN bervariasi. Perbandingan berat sampel
basah dan kering mempunyai kisaran
3.1. Hasil antara 1:3 sampai 1:13. Penyusutan berat
3.1.1. Jenis-jenis Karang Lunak sampel dari basah menjadi kering paling
Ditemukan di Lokasi Penelitian tinggi pada sampel Nephthea sp, dan
Hasil survei pada kedua lokasi terendah pada sampel Sinularia sp1
penelitian ditemukan sebanyak 12 sampel (Tabel 1).
yang digolongkan dalam empat Genus dan

Tabel 1. Biomassa karang lunak yang ditemukan di lokasi penelitian.

Stasiun Biomassa Karang Lunak (kg)


Kode Sampel
Spesies Basah Kering Perbanding (b/b)
Perairan P. Pongok
Stasiun PGK1
Nephthea sp NpPGK1 2,6 0,19 1:13
Sinularia sp1 SnPGK1 4,1 1,18 1:3
Stasiun PGK2
Lobophytum sp1 Lb1PGK2 6,5 0,55 1:12
Lobophytum sp2 Lb2PGK2 5,9 1,31 1:5
Nephthea sp NpPGK2 6,0 0,47 1:13
Sarcophyton sp1 Sc1PGK2 2,5 0,64 1:4
Sarcophyton sp2 Sc2PGK2 4,2 1,02 1:4
Sarcophyton sp3 Sc3PGK2 2,5 0,64 1:4

Perairan P. Tegal
Stasiun MCN1
Sinularia sp1 SpMCN1 1,3 0,45 1:3
Stasiun TGL2
Sinularia sp1 SpTGL2 1,2 0,40 1:3
Stasiun GSN3
Sinularia sp1 SpGSN3 1,12 0,37 1:3
Stasiun LHK4
Sinularia sp2 SfLHK4 5,1 0,79 1:6

286 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt62
Rozirwan et al.

3.1.2. Aktivitas Antibakteri pada secara keseluruhan menunjukkan bahwa


Ekstrak Senyawa Bioaktif ada aktivitas pada ekstrak dalam pelarut
Karang Lunak EtOAc dan sebagian dalam pelarut
Hasil ekstraksi dari 12 sampel MeOH. Kemampuan menghambat
karang lunak menunjukkan berat yang pertumbuhan bakteri patogen pada ekstrak
bervariasi terutama berat ekstrak kasar dalam pelarut etil asetat tertinggi
dalam pelarut bersifat nonpolar dan polar. ditunjukkan ekstrak SpGSN3 untuk
Ekstrak paling tinggi didapatkan pada bakteri S. aureus (16,75 ±0,35 mm) dan
pelarut MeOH dan diikuti n-Hex, SfLHK4 untuk bakteri E. coli (14,83
sedangkan berat terendah terdapat pada ±2,58 mm). Sedangkan zona hambat
ekstrak dalam EtOAc yang bersifat terendah ditunjukkan ekstrak Sc3PGK2
semipolar dengan nilai secara keseluruhan untuk bakteri S. aureus (6,90 ±0,85 mm)
<0,1 g, kecuali SfLHK4. Data ini dan E. coli (6,95 ±1,34 mm). Aktivitas
dijadikan pedoman dalam pengambilan antibakteri pada ekstrak dalam pelarut
jumlah berat sampel spesies target di MeOH tertinggi ditunjukkan ekstrak
lapangan pada penelitian ini (Tabel 2). SpMCN1, untuk bakteri S. aureus (10,5
Hasil bioasai antibakteri senyawa ±0,14 mm) dan bakteri E. coli (11,45
bioaktif pada ekstrak kasar karang lunak ±1,91 mm).

Tabel 2. Berat ekstrak karang lunak.

Meserasi Ekstrak 50 g (1:3 b/v)


Spesies Karang (rerata±stdv, n=3)
Kode Sampel
Lunak
n-Hex EtOAc MeOH
Perairan P. Pongok
Nephthea sp NpPGK1 2,65 ±0,85 0,60 ±0,02 3,54 ±1,46
Sinularia sp SnPGK1 1,16 ±0,79 0,30 ±0,01 1,30 ±0,14
Lobophytum sp1 Lb1PGK2 1,43 ±0,54 0,40 ±0,14 2,65 ±0,49
Lobophytum sp2 Lb2PGK2 1,46 ±0,65 0,47 ±0,18 1,81 ±0,27
Nephthea sp NpPGK2 1.72 ±0,02 0,52 ±0,08 3,17 ±0,21
Sarcophyton sp1 Sc1PGK2 1,34 ±0,94 0,48 ±0,24 2,51 ±0,27
Sarcophyton sp2 Sc2PGK2 1,50 ±0,71 0,34 ±0,09 2,34 ±0,41
Sarcophyton sp3 Sc3PGK2 1,39 ±0,70 0,23 ±0,17 1,85 ±0,08

Perairan P. Tegal
Sinularia
SpMCN1 1,40 ±0,71 0,48 ±0,46 2,18 ±0,32
polydactyla
Sinularia
SpTGL2 1,55 ±0,78 0,66 ±0,50 1,55 ±0,35
polydactyla
Sinularia
SpGSN3 1,37 ±0,36 0,81 ±0,56 1,70 ±0,28
polydactyla
Sinularia flexibilis SfLHK4 2,90 ±1,53 1,80 ±0,94 2,89 ±0,18
Ket.: terdapat beda nyata F hit > F table, dimana F (2, 33) = 28.5 (ρ >.05)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Desember 2014 287
Skrining Potensi Senyawa Bioaktif sebagai Antibakteri…

Aktivitas antibakteri pada ekstrak SpGSN3) dan S. flexibilis (SfLHK4) yang


dalam pelarut etil asetat tertinggi berasal dari perairan P. Tegal, Teluk
ditunjukkan pada ekstrak SpTGL2, Lampung (Tabel 3).
SpMCN1, SfLHK4 dan SpGSN3 yang
semuanya berasal dari perairan P. Tegal 3.1.3. Deskripsi Spesies Target Karang
dengan kategori kuat (Gambar 2). Lunak
Sedangkan ekstrak karang lunak dari Berdasarkan hasil skrining aktivi-
perairan P. Pongok menunjukkan tas antibakteri dari 12 sampel karang
umumnya aktivitas pada kategori sedang. lunak yang diambil pada dua lokasi
Aktivitas ekstrak dalam pelarut MeOH perairan maka dapat ditentukan spesies
menunjukkan nilai tertinggi adalah pada yang memiliki nilai aktivitas antibakteri
ekstrak Sinularia polydactyla yang berasal tertinggi, yaitu: Sinularia polydactyla
dari P. Tegal, sedangkan yang berasal dari (SpTGL2, SpMCN2, SpGSN3) dan
P. Pongok relatif kecil bahkan cenderung Sinularia flexibilis (SfLHK4) yang berasal
lemah. Berdasarkan hasil ini maka dapat dari perairan sekitar P. Tegal, Teluk
ditentukan spesies target pada penelitin ini Lampung (Gambar 3 dan 4).
yaitu: S. polydactyla (SpTGL2, SpMCN1,

Tabel 3. Skrining aktivitas antibakteri ekstrak karang lunak.

Zona Hambat (mm) (rerata±stdv, n=3)


Sampel (n-Hex) (EtOAc) (MeOH)
Ekstrak S.
E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli
aureus
Perairan P. Pongok
NpPGK1 - - 8,23 ±0,95 8,25 ±0,21 6,2 ±0,00 -
SnPGK1 - - 7,50 ±1,98 8,55 ±0,64 6,9 ±0,71 -
Lb1PGK2 - - 8,95 ±1,34 7,10 ±0,85 9,8 ±0,00 -
Lb2PGK2 - - 8,93 ±0,39 8,15 ±1,48 - -
NpPGK2 - - 8,45 ±1,48 9,18 ±0,04 8,7 ±0,00 -
Sc1PGK2 - - 7,75 ±1,20 9,00 ±0,28 - -
Sc2PGK2 - - 9,85 ±1,63 7,80 ±0,99 - -
Sc3PGK2 - - 6,90 ±0,85 6,95 ±1,34 - -

Perairan P. Tegal
SpMCN1 - - 15,48 ±1,80 13,3 ±1,98 10,5 ±0,14 11,45 ±1,91
SpTGL2 - - 14,23 ±2,02 13,6 ±0.99 7,5 ±1,27 10,2 ±0,14
SpGSN3 - - 16,75 ±0,35 14,7 ±0.57 8,05 ±0,78 10,85 ±0,64
SfLHK4 - - 13,80 ±2,69 14,83±2,58 - -
Ket.: terdapat beda nyata F hit > F table, dimana F (5, 66) = 23,56 (ρ >0,5)
- tidak terbentuk zona hambat

288 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt62
Rozirwan et al.

A B

C D

Gambar 2. Aktivitas antibakteri dari ekstrak karang lunak dalam pelarut EtOAc; (A)
ekstrak SpGSN3 terhadap bakteri S. areus; (B) ekstrak SpGSN3 terhadap
bakteri E. coli; (C) ekstrak SfLHK4 terhadap bakteri S. areus; (D) ekstrak
SfLHK4 terhadap bakteri E. coli

Sinularia polydactyla (SpTL) bentuk menyerupai jari-jari tangan yang


Karang lunak spesies S. polydac- memiliki cabang-cabang. Warna koloni
tyla merupakan karang yang membentuk coklat mudah dan pangkal koloni mulus
koloni-koloni yang cukup besar dan tanpa cabang. Apabila disentuh spesies ini
menyebar pada rataan terumbu (reef flat) berubah warna menjadi keputihan dan
di kedalaman sekitar ≤5 m. Habitat kalau dipotong spesies berwarna hitam
lingkungan spesies ini ditemukan pada (Gambar 3).
tipe subtrat batu berpasir dan pasir Sinularia flexibilis (SfTL)
berbatu, tingkat salinitas berkisar 30-31 Spesies S. flexibilis merupakan
PSU, suhu perairan 28-29 oC, pH 7,4-8,0, sepsies yang membentuk koloni yang
kekeruhan 1,02-3,9 NTU, kecepatan arus teridiri dari individu-individu dan hidup
0,03-0,05 m s-1, kandungan nitrat dan tidak dibanyak tempat. Di lokasi pene-
posfat berkisar antara 0,077-0,64 mg L-1 litian spesies ini hanya ditemukan pada
dan 0,02-0,07 mg L-1. satu titik stasiun dengan jumlah yang
Spesies S. polydactyla yang dite- sangat terbatas. Koloni terbentuk dari
mukan membentuk koloni yang melebar spesies-spesies yang ada. Warna koloni
di dasar perairan dengan ukuran mencapai coklat kekuning-kuningan yang memben-
lebih dari dua meter. Koloni menempel tuk cabang-cabang tentakel. Bentuk tenta-
pada karang-karang yang mati. Tentakel kel panjang dan lembut yang memiliki
berada pada bagian atas koloni dengan cabang tumbuh pada bagian pangkal

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Desember 2014 289
Skrining Potensi Senyawa Bioaktif sebagai Antibakteri…

A B

Gambar 3. Spesies S. polydactyla, (A) kondisi hidup di air; (B) kondisi sesudah
dipotong

A B

Gambar 4. Spesies S. flexibilis, (A) kondisi hidup di air; dan (B) kondisi sudah dipotong

hingga ujung batang, sehingga apabila ekstrak dalam n-Hex serta terendah
terkena arus tentakelnya akan bergoyang ekstrak dalam pelarut EtOAc yang
kuat. Sampel yang telah dipotong akan mencapai 1:10 (b/b). Spesies S. flexibilis
berwarna hitam pada tentakel dan putih sebanyak 700 g berat kering diperoleh
pucat pada bagian batang (Gambar 4). sekitar 27,1 g ekstrak kasar dalam EtOAc
(Shin et al., 2012). Spesies Sarcophyton
3.2. Pembahasan trocheliophorum sebanyak 400 g berat
Penyusutan biomassa sampel kering menghasilkan ekstrak kasar
karang lunak basah menjadi kering sebanyak 10 g, sedangkan S. flexibilis
diperoleh tertinggi pada jenis Nephthea sebanyak 220 g berat kering didapatkan
mencapai 1:13 (b/b) dan terendah pada 28 g ekstrak kasar (Chen et al., 2014b).
jenis Sinularia berkisar 1:3 (b/b). Untuk Berdasarkan hasil bioasai aktivitas
besaran ekstrak tertinggi didapatkan antibakteri dari ekstrak karang lunak
ekstrak dalam pelarut MeOH dan diikuti ditemukan secara keseluruhan ekstrak

290 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt62
Rozirwan et al.

memiliki kemampuan daya hambat secara Genus Lobophytum yang ditemu-


bervariasi. Aktivitas antibakteri umumnya kan di perairan P. Pongok menunjukkan
ditemukan pada ekstrak dalam pelarut etil daya hambat antibakteri pada kategori
asetat dan sebagian alam pelarut metanol. sedang. Kajian Leone et al. (1995),
Ini bermakna bahwa potensi senyawa menyatakan bahwa persentase kandungan
bioaktif ini bersifat semipolar dan seba- senyawa Lobophytum compactum menga-
gian polar. Kajian Patra and Majumdar lami variasi, dimana pengingkatan terjadi
(2003), ekstrak Nephthea sp yang menun- dengan adanya perlakuan seperti relokasi
jukkan aktivitas sebagai antivirus dipero- dan akan stabil lagi sekitar 2 bulan.
leh dalam pelarut diklorometan dan meta- Fattorusso et al. (2008a), ditemukan
nol (CH2Cl2-MeOH 1:1, v/v). Lin et al. senyawa alkaloid jenis zoanthamine baru
(2009), memperoleh 10 jenis senyawa dari sampel Lobophytum sp yang diambil
diterpenoid S. flexibilis yang diekstrak di perairan Pulau Siladen, Taman Laut
dalam pelarut semipolar (aseton). Begitu Bunaken, Manado, Sulawesi Utara. Hal
juga Lu et al. (2010), senyawa steroid dan ini menunjukkan bahwa aktivitas senyawa
cembreniod dari Lobophytum sarcophy- ada pengaruh dari faktor lingkungan.
toides yang diperoleh dalam ekstrak Namun daya hambat antibakteri jenis
EtOAc. Wang et al. (2011), berhasil Lobophytum pada perairan P. Pongok
mengidentifikasi 14 senyawa kimia dari memiliki kemampuan yang relative sama
Sarcophyton infundibuliforme diekstrak dengan di Perairan Kepulauan Seribu pada
dalam pelarut EtOH. kajian Triyulianti (2009).
Daya hambat yang diperoleh dari Karang lunak genus Nephthea
ke empat genus karang lunak ditemukan berasal dari perairan P. Pongok menunjuk-
tertinggi pada genus Sinularia dengan kan daya hambat antibakteri adalah pada
kategori kuat, diikuti Lobophytum dan kategori sedang. Menurut Patra and
Nephthea dengan kategori sedang. Aktivi- Majumdar (2003), senyawa metabolit
tas antibakteri genus Sacrophyton cende- sekunder pada Nephthea sp yang diambil
rung pada kategori lemah. Hal ini berbeda dari Teluk Bengal, Thailand menunjukkan
dengan kajian Triyulianti (2009), yang aktivitas sebagai antiviral. Ini artinya
mengatakan bahwa aktivitas antibakteri bahwa senyawa bioaktif yang dikandung
dari hasil fragmentasi karang lunak di genus ini berpotensi juga sebagai anti-
perairan Pulau Pramuka, Kepulauan virus.
Seribu, DKI Jakarta ditunjukkan jenis Aktivitas antibakteri genus Sarco-
Lobophytum sp pada kategori kuat, phyton yang diperoleh memiliki daya
sedangkan Sinularia sp. kategori lemah. hambat mayoritas pada kategori lemah.
Kemampuan ini diduga karena ada Kelman et al. (2006), ditemukan juga
pengaruh dari tindakan fragmentasi dan bahwa aktivitas antimikrobial dari ekstrak
perubahan lingkungan. karang lunak spesies Sarcophyton
Genus Sinularia memiliki kemam- glaucum di Laut Merah mencapai 5,5 mm
puan daya hambat pertumbuhan bakteri dengan kategori lemah. Kajian Fleury et
patogen yang kuat. Aceret et al. (1998), al. (2000), menemukan bahwa ada
juga menemukan bahwa ada aktivitas pengaruh kenaikan nutrient perairan
antimikrobial dari diterpenes flexibilide terhadap tingkat strees Sarcophyton
dan sinulariolide dari S. flexibilis. Slattery ehrenbergi, sehingga kandungan terpen
et al. (1999), menyatakan bahwa senyawa meningkat mencapai ≥ 2 kali dari kondisi
kimia yang dihasilkan S. polydactyla normal. Ini terjadi di perairan lagoon
berperan sebagai antipredator dan Great Barrier Reef (GBR) Selatan pada
antimikroba jenis Vibrio sp. bulan Februari dan Maret. Hal ini serupa

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Desember 2014 291
Skrining Potensi Senyawa Bioaktif sebagai Antibakteri…

dengan kajian Longeon et al. (2002), yang yang berwarna putih, lobus berwarna
menemukan dua senyawa diterpenoid baru krem, lentur, dapat panjang atau juga
dari genus Sarcophyton yang tidak aktif pendek dan selalu bergerak mengikuti
sebagai antibiotik gerakan arus atau ombak. Pada beberapa
Berdasarkan hasil zona hambat spesimen kadang kadang tidak dijumpai
yang diperoleh dari aktivitas antibakteri club pada lobus. Pada spesimen yang
dapat ditentukan bahwa potensi terbaik dikoleksi kali ini dijumpai klub dengan
pada spesies S. polydactyla dan S. ukuran 0,06-0,12 mm. Club pada
flexibilis. Aktivitas antibakteri spesies S. permukaan tangkai lebih tebal dan lebar
polydactyla diperoleh konsentrasi hambat yang kecil bentuknya hampir oval. Ukuran
minimum (MIC) mencapai 7,8 ug.L-1 club 0,06-0,14 mm. Ditemukan pada
(untuk bakteri B. subtilis) dan 62,5 ug.L-1 kedalaman di bawah 5 m, di Pulau Merak
(untuk bakteri E. coli) (Aboutabl et al., bahkan ditemukan pada kedalaman 1 m
2013). Produksi kandungan metabolit dengan koloni besar (diameter kanopi
sekuder mengalami peningkatan pada koloni 1-2 m). Spesies ini cukup mudah
perubahan kondisi perairan ekstrim yang dikenali diantara karang lunak (Manu-
menimbulkan stress dan kembali menurun putty, 2002). Warna pada genus Sinularia
pada kondisi normal (Khalesi et al., sangat dipengaruhi oleh warna zooxan-
(2009). Spesies S. polydactyla umumnya thellanya (Fabricius dan Alderslade,
ditemukan di semua perairan, baik di 2001). Spesies S. flexibilis ini juga
tempat yang jernih maupun yang keruh ditemukan pada kedalaman 10-15m di
pada kedalaman dari rataan terumbu perairan Atoll Dongsha, Laut Cina Selatan
sampai ke kedalaman 15 meter. Ciri khas (Shih et al., 2012). Di perairan Teluk
koloni ialah bila terjadi retraksi (tertarik Yalong, Cina Spesies ini ditemukan pada
masuk) dari polip dan koloni berkerut kedalaman 15-20m (Chen et al., 2014b).
maka tampak seperti jari tangan orang
mati, sehingga sering disebut sebagai IV. KESIMPULAN
“Dead Finger Man”. Bagian permukaan
dan interior lobus, club berukuran 0,05- Karang lunak genus Lobophytum,
0,18 mm. Pada bagian permuukaan Nephthea, Sarcophyton dan Sinularia
tangkai club berukuran lebih tebal, menunjukkan potensi senyawa bioaktif
berukuran 0,05-18 mm. Pada bagian sebagai antibakteri patogen. Daya hambat
interior tangkai spikula berbentuk antibakteri ditunjukkan pada ekstrak
kumparan, ada yang bercabang pada salah dalam pelarut semipolar dan sebagian
satu ujungnya Manuputty (2002). Ditam- polar. Penyusutan sampel basah menjadi
bahkan Slattery et al. (1999), yang menga- kering tertinggi pada sampel genus
takan bahwa siklus reproduksi spesies S. Nephthea dan terendah Sinularia.
polydactyla di perairan Guam selama satu Biomassa ekstrak pada pelarut EtOAc
tahun diketahui puncak pemijahan terjadi lebih rendah dibandingkan dengan berat
di bulan Maret dan bulan Juni. Penem- ekstrak dalam pelarut n-Hex dan MeOH.
pelan larva (larval settlement) tertinggi Aktivitas antibakteri dari 12 sampel
pada coralline alga (11.0%) dan patahan tertinggi ditunjukkan ekstrak karang lunak
karang (coral rubble) mencapai 3.5%. spesies Sinularia polydactyla dan S.
Untuk spesies ini juga dijumpai di kedala- flexibilis yang berasal dari Perairan Pulau
man 10m di Laut Merah Pesisir Hurghada Tegal, Teluk Lampung dengan kategori
(Shaaban et al., 2013). kuat.
Spesies S. flexibilis merupakan
sinonim: S. tentaculata. Koloni bertangkai

292 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt62
Rozirwan et al.

UCAPAN TERIMA KASIH Acta Pharmaceutica Sinica B,


2(3):227–237.
Penulis mengucapkan terima kasih Chen, D., W. Cheng, D. Liu, L. van
kepada Kepala Laborotorium Biologi Ofwegen, P. Proksch, and W. Lin.
Laut, FMIPA, UNSRI atas bantuan 2014a. Capillosananes S–Z, new
fasilitas yang diberikan. Penelitian ini sesquiterpenoids from the soft
didanai dari Hibah Disertasi DIKTI Tahun coral Sinularia capillosa. Tetra-
2014. hedron Letters, 55(19):3077-3082.
Chen, W.T., H.L. Liu, L.G. Yao, Y.W.
DAFTAR PUSTAKA and Guo. 2014b. 9,11-Secoste-
roids and polyhydroxylated
Aboutabl, E.S.A., S.M. Azzam, C.G. steroids from two South China
Michel, N.M. Selim, M.F. Hegazy, Sea soft corals Sacrophyton
A.H. Ali, and A.A. Hussein. 2013. trocheliophorum and Sinularia
Bioactive terpenoids from the Red flexibilis. Steroids, 64:56-61.
Sea soft coral Sinularia polydac- El-Ezz, R.F.A., S.A. Ahmed, M.M.
tyla. Nat. Prod. Res., 27(23):2224- Radwan, N.A. Ayoub, M.S. Afifi,
2226. S.A. Ross, P.T. Szymanski, H.
Aceret, T.L., J.C. Coll, Y. Uchio, and Fahmy, and S.I. Khalifa. 2013.
P.W. Sammarco. 1998. Antimicro- Bioactive cembranoids from the
bial activity of the diterpenes Red Sea soft coral Sarcophyton
flexibilide and sinulariolide deri- glaucum. Tetrahedron Letters,
ved from Sinularia flexibilis Quoy 54:989-992.
and Gaimard 1833 (Coelenterata: a Fabricus, K. and P. Alderslade. 2001. Soft
Lcyonacea, Octocorallia). Comp. coral and sea fans: a comprehend-
Biochemistry and Physiology Part sive guide to the tropical shallow
C, 120:121-126. water genera of the central-west
Ahmed, A.F., S.H. Tai, Y.C. Wu, and J.H. Pacific, the Indian Ocean and the
Sheu. 2007. Sinugran disterols A– Red Sea. Twonsville: The
D, trihydroxy steroids from the Australian Institute of Marine
soft coral Sinularia grandilobata. Science, and the Museum and Art
Steroids, 72: 368-374. Gallery of the Northern Territory.
Changyun, W., L. Haiyan, S. Changlun, 272 p.
W. Yanan, L. Liang, and G. Fattorusso, E., A. Romano, O.T. Scafati,
Huashi. 2008. Chemical defensive M.J. Achmad, G. Bavestrello, and
substances of soft corals and C. Cerrano. 2008a. Lobozoantha-
gorgonians. Acta Ecologica Sinica, mine, a new zoanthamine-type
28(5):2320-2328. alkaloid from the Indonesian soft
Cheng, S.Y., C.T. Chuang, Z.H. Wen, coral Lobophytum sp. Tetrahedron
S.K. Wang, S.F. Chiou, C.H. Hsu, Letters, 49:2189-2192
C.F. Dai, and C.Y. Duh. 2010. Fattorusso, E., A. Romano, O.T. Scafati,
Bioactive norditerpenoids from M.J. Achmad, G. Bavestrello, and
the soft coral Sinularia gyrosa. C. Cerrano. 2008b. Xenimanadins
Bioorganic & Medicinal Chem., A-D, a family of xenicane diter-
18:3379-3386. penoids from the Indonesian soft
Chen, W., Y. Li, and Y. Guo. 2012. coral Xenia sp. Tetrahedron,
Terpenoids of Sinularia soft 64:3141-3146
corals: chemistry and bioactivity.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Desember 2014 293
Skrining Potensi Senyawa Bioaktif sebagai Antibakteri…

Fleury, B.G., J.C. Coll, E. Tentori, S. Khalesi, M.K., H.H. Beeftink, and R.H.
Duquesne, and L. Figueiredo. Wijffels. 2009. Light-dependency
2000. Effect of nutrient enrich- of growth and secondary meta-
ment on the complementary bolite production in the captive
secondary metabolite composition zooxanthellate soft coral Sinularia
of the soft coral Sarcophyton flexibilis. Mar. Biotc., 11:488-494.
ehrenbergi (Cnidaria: Octocorallia Leone, P.A., B.F. Bowden, A.R. Carroll,
:Alcyonaceae) of the Great Barrier and J.C. Coll. 1995. Chemical
Reef. Marine Biology, 136:63-68 consequences of relocation of the
Georgantea, P., E. Ioannou, C. Vagias, soft coral Lobophytum compactum
and V. Roussis. 2014. Bisabolane and its placement in contact with
and chamigrane sesquiterpenes the red alga Plocamium hamatum.
from the soft coral Pseudoptero- Marine Biology, 122:675-679.
gorgia rigida. Phytochemistry Lin, Y.S., C.H. Chen, C.C. Liawa, Y.C.
Lett., 8:86-91. Chen, Y.H. Kuo, and Y.C. Shen.
Hegazy, M.E.F, T.A. Mohameda, F.F. 2009. Cembrane diterpenoids from
Abdel-Latif, M.S. Alsaid, A.A. the Taiwanese soft coral Sinularia
Shahat, and P.W. Pare. 2013. flexibilis. Tetrahedron, 65:9157-
Trochelioid A and B, new 9164.
cembranoid diterpenes from the Longeon, A., M.L. Bourguet-Kondracki,
Red Sea soft coral Sarcophyton and M. leGuyot. 2002. Two new
trocheliophorum. Phytochemistry cembrane diterpenes from a Mada-
Letters, 6:383-386. gascan soft coral of the genus
Kamel, H.N. and M. Slattery. 2005. Sarcophyton. Tetrahedron Letters,
Terpenoids of Sinularia: chemistry 43:5937-5939.
and biomedical applications. Phar- Lu,Y., Y.C. Lin, Z.H. Wen, J.H. Su, P.J.
maceutical Biol., 43(3):253-269. Sung, C.H. Hsu, Y.H. Kuo, M.Y.
Kapojos, M.M., J.S. Lee, T. Oda, T. Chiang, C.F. Dai, and J.H. Sheu.
Nakazawa, O. Takahashi, K. Ukai, 2010. Steroid and cembranoids
R.E.P. Mangindaan, H. Rotinsulu, from the Dongsha atoll soft coral
D.S. Wewengkang, S. Tsukamoto, Lobophytum sarcophytoides.
H. Kobayashi, and M. Namikoshi. Tetrahedron, 66:7129-7135.
2010. Two unprecedented cembre- Manuputty, A.E.W. 2002. Karang lunak
netype terpenes from an Indone- (soft coral) perairan Indonesia.
sian soft coral Sarcophyton sp. Jakarta: LIPI, Pusat Penelitian
Tetrahedron, 66:641-645. Oseanografi. 91p.
Kelman, D., A. Kushmar, Y. Loya, Y. Patra, A. and A. Majumdar. 2003.
Kashman, and Y. Benayahu. 1998. Secondary metabolites of a soft
Antimicrobial activity of a Red coral (Nephthea sp.) of the Bay of
Sea soft coral, Parerythropodium Bengal. Arkivoc, 9:133-139.
fulvum fulvum: reproductive and Setyaningsih, I., T. Nurhayati, R. Nugra-
developmental considerations. ha, and I. Gunawan. 2012. Compa-
Mar. Ecol. Prog. Ser., 169:87-95. rative evaluation of the antibac-
Kelman, D., Y. Kashman, E. Rosenberg, terial activity of soft corals collec-
A. Kushmaro, and Y. Loya. 2006. ted from the water of Panggang
Antimicrobial activity of Red Sea Island, Seribu Island. Pharmacie
corals. Marine Biology, 149:357- Globale, 3(6):1-3.
363.

294 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt62
Rozirwan et al.

Shaaban, M, K.A. Shaaban, and M.A. Triyulianti, I. 2009. Bioaktivitas ekstrak


Ghani. 2013. Hurgadacin: a new karang lunak Sinularia sp dan
steroid from Sinularia polydactyla. Lobophytum sp hasil fragmentasi
Steroids, 78(9):866-873. di perairan Pulau Pramuka, Kepu-
Shih, H.J., Y.J. Tseng, C.Y. Huang, Z.H. lauan Seribu, Jakarta [tesis].
Wen, C.F. Dai, and J.H. Sheu. Bogor: Program Pascasarjana,
2012. Cytotoxic and anti- Institut Pertanian Bogor. 125hlm.
inflammatory diterpenoids from Wang, C.Y., A.N. Chen, C.L. Shao, L. Li,
the Dongsha Atoll soft coral Y. Xu, and P.Y. Qian. 2011.
Sinularia flexibilis. Tetrahedron, Chemical constituents of soft coral
68(1):244-249. Sarcophyton infundibuliforme
Slattery, M, G.A. Hines, J. Starmer, and from the South China Sea. Bioche-
V.J. Paul. 1999. Chemical signals mical Systematics and Ecology,
in gametogenesis, spawning, and 30:1-4.
larval settlement and defense of
the soft coral Sinularia poly- Diterima : 7 Agustus 2014
dactyla. Coral Reefs, 18:75-84. Direview : 9 November 2014
Disetujui : 10 Desember 2014

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Desember 2014 295
296

You might also like