Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

TAG OUT (LOTO) PADA MEKANIK DI PLANT DEPARTMENT

Alfina Hapsari, Y. Denny Ardyanto Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlanga E-mail: alfina.hapsari@yahoo.com

ABSTRACT
Lock Out Tag Out (LOTO) is system of locking and labeling on an energy source of isolation
equipment. LOTO aims to protect mechanics on maintaining and servicing. Application of Lock Out
Tag Out (LOTO) is influenced by behaviour. This study aimed to analyze the correlation of behavior-
forming factors, involve knowledge, attitudes, LOTO training, supervision, and reward and
punishment with the application of LOTO on mechanics. This research was observational with cross
sectional study. Samples were 50 respondents taken by simple random sampling with population of 97
mechanics. Data were analyzed statistically using Chi Square test (α <0.05) and continued by
observed value of phi coefficient. The results showed most of mechanic in Plant Department PT. ABC
(mining company) had implemented LOTO in every maintaining and servicing equipment well.
Statistical analysis showed the variables have a significant correlation with LOTO application on
mechanics were attitude (sig = 0.031 ; phi value = 0,345) and supervision (sig = 0.047 ; phi value =
0,312). Knowledge, LOTO training, reward, and punishment did not have significant correlation with
LOTO application. In conclusion, attitudes and supervision had significant correlation with LOTO
application on mechanics. The mining company should increase transfer knowledge to mechanics by
put LOTO sign on around workshop area, increase supervising role of the foreman and OSHE
Department, made a LOTO training and refresh training schedule and evaluate it, and also give
reward on mechanic consistently.

Keywords : Lock Out Tag Out (LOTO), mechanic, mining company

ABSTRAK
Lock Out Tag Out (LOTO) adalah sistem penggembokan dan pelabelan pada sebuah alat pemutus
sumber energi. LOTO bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada mekanik saat melaksanakan
pekerjaan perawatan dan perbaikan. Penerapan LOTO dipengaruhi oleh perilaku. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor pembentuk perilaku, yaitu pengetahuan, sikap,
pelatihan LOTO, pengawasan, dan reward and punishment dengan penerapan LOTO pada mekanik.
Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional study. Sampel sebanyak 50
responden diambil secara simple random sampling dari populasi 97 mekanik. Data yang diperoleh
dianalisis secara statistik menggunakan uji chi square (α < 0,05) dan dilanjutkan dengan melihat nilai
koefisien phi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mekanik di Plant Department PT.
ABC (perusahaan pertambangan) telah menerapkan LOTO dengan baik dalam setiap pelaksanaan
pekerjaan perawatan dan perbaikan. Hasil analisis statistik menunjukkan variabel yang memiliki
hubungan bermakna dengan penerapan LOTO pada mekanik yaitu sikap (sig = 0.031 ; nilai phi =
0,345) dan pengawasan (sig = 0.047 ; nilai phi = 0,312). Variabel pengetahuan, pelatihan LOTO,
reward, dan punishment tidak memiliki hubungan bermakna dengan penerapan LOTO pada mekanik.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sikap dan pengawasan memiliki hubungan yang bermakna
dengan penerapan LOTO pada mekanik. Saran yang dapat diberikan yaitu meningkatkan transfer
knowledge kepada mekanik melalui pemasangan rambu LOTO di sekitar area workshop,
meningkatkan peran pengawasan dari foreman dan OSHE Department, menjadwalkan pelatihan
LOTO secara rutin dan refresh training disertai dengan evaluasi hasil pelatihan, dan konsisten dalam
menerapkan reward kepada mekanik.

Kata kunci: Lock Out Tag Out (LOTO), mekanik, perusahaan pertambangan

1
2 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014: 1–13

PENDAHULUAN
Angka kasus kecelakaan kerja di penelitian DuPont Company (2005)
Indonesia masih relatif tinggi. Menurut menyatakan bahwa 96% penyebab
Laporan International Labour kecelakaan kerja adalah unsafe act dan 4%
Organization (ILO) pada tahun 2011 yang
sisanya disebabkan oleh unsafe condition.
dikutip dari Lembaran Informasi:
Pengawas Ketenagakerjaan di Indonesia Berdasarkan hasil riset tersebut, maka
menyatakan bahwa selama tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia
terdapat 98.711 kasus kecelakaan kerja merupakan penyebab dominan terjadinya
sedangkan berdasarkan data semester I kecelakaan (Cooper, 2009).
tahun 2011 terdapat 48.511 kasus Geller (2001) menggambarkan
kecelakaan kerja dengan penyebab terbesar pentingnya pendekatan behavioral safety
adalah mesin, pesawat angkut, dan
perkakas kerja tangan. dalam upaya meningkatkan keselamatan
Salah satu pendekatan kecelakaan kerja baik yang bersikap reaktif maupun
menurut Frank Bird dalam Ramli (2010) proaktif. Menurut Green (1980) dalam
bahwa kecelakaan terjadi karena adanya Notoatmodjo (2010) terdapat tiga faktor
kontak dengan sumber energi yang dapat pembentuk perilaku seseorang yaitu
mengakibatkan cidera pada manusia. predisposing factor, enabling factor dan
Amerika Serikat mengestimasikan bahwa reinforcing factor.
kegagalan untuk mengendalikan energi PT. ABC merupakan perusahaan yang
berbahaya mengakibatkan 10% kecelakaan bergerak di bidang jasa layanan
pertambangan terkemuka di Indonesia.
serius di industri, 28.000 hari kerja hilang Salah satu departemen di PT. ABC yang
tiap tahunnya, dan sekitar 120 kematian memiliki core business process untuk
tiap tahunnya (NIOSH, 2011). melakukan perawatan dan perbaikan
Pekerja memerlukan adanya suatu terhadap peralatan penunjang proses
sistem yang dapat melindungi mereka dari produksi adalah Plant Department,
pelepasan energi berbahaya sebagai upaya sehingga mekanik di Plant Department
pencegahan kecelakaan kerja yang wajib menerapkan LOTO dalam setiap
disebabkan karena energi berbahaya aktivitas perawatan dan perbaikan.
tersebut, yaitu prosedur keselamatan Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,
Lockout & Tagout (LOTO). Mekanik wajib penilaian dan pengendalian risiko yang
menerapkan prosedur LOTO saat dilakukan oleh pihak Plant Department
melaksanakan pekerjaan perawatan dan menunjukkan bahwa pada aktifitas
perbaikan sebagai salah satu upaya perawatan dan perbaikan diperlukan
pencegahan kecelakaan kerja. tindakan pengendalian berupa penerapan
Hasil penelitian Ada’ (2006) prosedur LOTO oleh mekanik. Penerapan
menyatakan bahwa penerapan LOTO yang sistem LOTO merupakan safety role yang
baik pada mekanik dapat mencegah atau harus dipatuhi oleh setiap mekanik
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. sebelum melaksanakan pekerjaan
Namun, pelaksanaan prosedur LOTO perawatan dan perbaikan peralatan.
masih terkendala dengan perilaku dari Namun, berdasarkan hasil observasi
mekanik itu sendiri. kepada 12 mekanik menunjukkan 75%
Dalam penelitian Cooper (2001) tidak menerapkan LOTO sesuai prosedur,
menunjukkan 80-95% dari seluruh yaitu menumpuk pemasangan pad lock
kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan pada pad lock rekan kerja, tidak
memastikan kembali terhadap pemutusan
oleh unsafe act. Hal ini sesuai dengan
Alfina dan Y. Denny, Analisis Faktor Yang…3

energi yang telah dilakukan, dan tidak Penentuan sampel untuk pengisian
memasang LOTO saat pengerjaan kuesioner dalam penelitian ini
perawatan maupun perbaikan berlangsung menggunakan teknik simple random
jika bekerja dalam tim. sampling, sebab populasi memliki
PT. ABC telah memiliki komitmen karakteristik responden yang bersifat
untuk menerapkan sistem LOTO, hal ini relatif homogen. Pengambilan sampel
ditandai dengan adanya regulasi yang untuk pengisian kuesioner dilakukan
dengan sistem random yaitu memilih
mengatur pelaksanaan sistem LOTO yang
sampel secara acak melalui undian.
tertuang dalam IMS Variabel dalam penelitian ini meliputi
(Integrated variabel penerapan LOTO, pengetahuan,
Management System) dalam bentuk sikap, pelatihan LOTO, pengawasan, dan
prosedur, standar, instruksi kerja, dan reward and punishmeent.
formulir serta ketersedian fasilitas LOTO. Teknik pengumpulan data dilakukan
Prosedur LOTO yang telah ditetapkan dengan wawancara menggunakan lembar
perusahaan wajib dijalankan oleh mekanik kuesioner untuk mendapatkan data
mengenai penerapan LOTO pada mekanik,
tanpa terkecuali untuk melindungi mekanik
pengetahuan, sikap, pelatihan LOTO,
tersebut dan orang di sekitarnya dari pengawasan, dan reward and punishment.
kecelakaan kerja dan meningkatkan Pengumpulan data dilakukan juga
produktivitas serta kesejahteraan mekanik. dengan wawancara melalui lembar
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan panduan wawancara kepada pihak
penelitian untuk mengetahui faktor yang manajemen Plant, SCM, dan OSHE
berhubungan, meliputi pengetahuan, sikap, Department PT. ABC untuk menggali
informasi lebih dalam mengenai pelatihan
pelatihan, pengawasan, dan reward and
LOTO, ketersediaan perangkat LOTO,
punishment dengan penerapan LOTO pada pengawasan, reward and punishment, dan
mekanik di Plant Department sehingga prosedur LOTO serta observasi
penerapan LOTO di PT. ABC dapat menggunakan lembar observasi juga
terlaksana dengan baik. dilakukan untuk mendapatkan data
Tujuan dari penelitian ini adalah mengenai penerapan LOTO pada mekanik.
menganalisis faktor yang berhubungan Hasil wawancara kepada pihak manajemen
dengan penerapan LOTO pada mekanik di dan observasi digunakan untuk mendukung
Plant Department PT. ABC. hasil dan pembahasan data primer yang
didapatkan melalui lembar kuesioner.
METODE Data yang diperoleh akan dianalisis
dengan menyajikannya menggunakan tabel
Penelitian ini merupakan penelitian frekuensi dari setiap variabel yang diamati
observasional analitik dengan rancang untuk melihat distribusi frekuensi dan
bangun cross sectional. Penelitian persentase. Kemudian untuk melihat tigkat
dilakukan mulai bulan Oktober 2013 signifikansi hubungan variabel bebas
sampai Juni 2014, pengambilan data dengan variabel terikat dilakukan melalui
dilakukan pada bulan Maret – April 2013. uji chi square (karena jenis data yang
Populasi penelitian ini adalah semua didapat adalah nominal) dengan tingkat
mekanik di Plant Department PT. ABC kepercayaan 95% (α = 0,05). Kekuatan
yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak hubungan antar variabel dapat dilihat dari
97 mekanik. Berdasarkan perhitungan nilai Phi yang terdapat dalam hasil chi
besar sampel menggungakan rumus square.
diketahui besar sampel minimal dalam Apabila hasilnya menunjukkan tingkat
penelitian ini sebanyak 49 mekanik. signifikansi < α = 0,05, maka H0 ditolak
4 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014: 1–13

berarti ada hubungan antara 2 variabel, baik, dan hanya sebagian kecil responden
langkah selanjutnya akan dilihat kuat (8,0%) menyatakan bahwa pengawasan
hubungan antar variabel melalui nilai dari yang dilakukan foreman terhadap
koefisien Phi. Koefisien phi adalah ukuran implementasi penerapan LOTO di tempat
asosiasi atau hubungan antara 2 variabel kerja masih kurang baik.
yang memiliki jenis data nominal (Ghozali,
2006). Setelah data dianalisis, langkah Reward and Punishment
selanjutnya adalah melakukan penarikan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
kesimpulan. bahwa hampir seluruh responden (90,0%)
telah menganggap adanya reward,
HASIL sementara sisanya (10,0%) menganggap
belum adanya reward.
Karakteristik Mekanik Sebagian besar responden (76,0%) telah
Karakteristik mekanik Plant menganggap adanya punishment,
Department PT. ABC menunjukkan bahwa sedangkan sebagian kecil responden
sebagian besar mekanik berusia lebih dari (24,0%) belum menganggap adanya
30 tahun, memiliki pendidikan terakhir punishment.
SMA sederajat, telah bekerja selama lebih
dari 46 bulan. Penerapan LOTO Pada Mekanik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Pengetahuan bahwa sebagian besar responden (60,0%)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui telah menerapkan LOTO dengan baik saat
bahwa hampir seluruh responden (92,0%) melakukan aktivitas perawatan maupun
memiliki pengetahuan yang baik terhadap perbaikan peralatan. Sedangkan sisanya
penerapan LOTO sesuai prosedur, yaitu 40,0% responden belum menerapkan
sementara itu hanya sebagian kecil LOTO dengan baik saat melakukan
responden (8,0%) yang memiliki aktivitas perawatan maupun perbaikan
pengetahuan kurang baik terhadap peralatan.
penerapan LOTO sesuai prosedur.
Hubungan Pengetahuan dengan
Sikap Penerapan LOTO Pada Mekanik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Responden yang menerapkan LOTO
sebagian besar responden (56,0%) dengan baik dan memiliki pengetahuan
memiliki sikap positif terhadap penerapan yang baik sebesar 60,9% sedangkan
LOTO, sedangkan sisanya (44,0%) responden yang menerapkan LOTO
memiliki sikap negatif terhadap penerapan dengan baik dan memiliki pengetahuan
LOTO. yang kurang baik sebesar 50,0%. Secara
statistik tidak ada hubungan yang
Pelatihan LOTO
bermakna antara pengetahuan dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan LOTO karena signifikansi
sebagian besar responden (58,0%) pernah
mengikuti pelatihan LOTO dan sisanya (1,000) > α (0,05).
(42,0%) belum pernah mengikuti pelatihan Hubungan Sikap dengan Penerapan
LOTO. LOTO Pada Mekanik
Responden yang menerapkan LOTO
Pengawasan
dengan baik dan memiliki sikap positif
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
sebesar 75,0% sedangkan responden yang
bahwa lebih dari separuh responden (84,0
menerapkan LOTO dengan baik dan
%) menyatakan bahwa pengawasan yang
memiliki sikap negatif sebesar 40,9%.
dilakukan foreman terhadap implementasi
Secara statistik terdapat hubungan yang
penerapan LOTO di tempat kerja telah
bermakna antara sikap dengan penerapan
Alfina dan Y. Denny, Analisis Faktor Yang…5
LOTO karena signifikansi (0,031) < α karena signifikansi (0,047) < α (0,05).

(0,05). Setelah diketahui terdapat Setelah diketahui terdapat hubungan antara


hubungan antara sikap dengan penerapan Responden yang menerapkan LOTO
LOTO maka dilihat nilai koefisien phi dengan baik dan pernah mengikuti
yaitu 0,345. Sikap memiliki kuat hubungan pelatihan LOTO sebesar 62,1% sedangkan
yang lemah dengan penerapan LOTO pada responden yang menerapkan LOTO
mekanik, karena nilai 0,345 mendekati dengan baik dan belum pernah mengikuti
nilai 0 yang berarti memiliki kuat pelatihan LOTO sebesar 57,1%. Secara
hubungan yang semakin lemah. statistik tidak terdapat hubungan yang
Hubungan Pelatihan LOTO dengan bermakna antara pelatihan LOTO dengan
penerapan LOTO karena signifikansi
Penerapan LOTO Pada Mekanik (0,953) > α (0,05).

Tabel 1 Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, Pelatihan LOTO, Pengawasan, dan Reward
and Punishment dengan Penerapan LOTO Pada Mekanik
Penerapan LOTO Signifikansi
Variabel Baik Kurang Baik Total

n % n % n %
Pengetahuan
Baik 28 60,9 18 39,1 46 100,0 1,000
Kurang Baik 2 50,0 2 50,0 4 100,0
Sikap
Positif 21 75,0 7 25,0 28 100,0 0,031
Negatif 9 40,9 13 59,1 22 100,0
Nilai koefisien phi 0,345
Pelatihan LOTO
Pernah 18 62,1 11 37,9 29 100,0 0,953
Belum Pernah 12 57,1 9 42,9 21 100,0
Pengawasan
Baik 28 66,7 14 33,3 42 100,0 0,047
Kurang Baik 2 25,0 6 75,0 8 100,0
Nilai koefisien phi 0,312
Reward and Punishment
Reward Ada 28 62,2 17 37,8 45 100,0 0,377
Belum Ada 2 40,0 3 60,0 5 100,0
Punishment Ada 21 55,3 17 44,7 38 100,0 0,317
Belum Ada 9 75,0 3 25,0 12 100,0
Hubungan Pengawasan dengan pengawasan dengan penerapan LOTO
Penerapan LOTO Pada Mekanik maka dilihat nilai koefisien phi yaitu
Responden yang menerapkan LOTO 0,312. Pengawasan memiliki kuat
dengan baik dan menganggap bahwa hubungan yang lemah dengan penerapan
pengawasan yang dilakukan foreman telah LOTO pada mekanik, karena nilai 0,312
baik sebesar 66,7% sedangkan mendekati nilai 0 yang berarti memiliki
respondenyang menerapkan LOTO dengan kuat hubungan yang semakin lemah.
baik dan menganggap bahwa pengawasan Hubungan Reward and Punishment
yang dilakukan foreman kurang baik
sebesar 25,0%. Secara statistik terdapat dengan Penerapan LOTO Pada
hubungan yang bermakna antara Mekanik
pengawasan dengan penerapan LOTO
6 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014: 1–13

Responden yang menerapkan LOTO proses produksi adalah semua unit alat
dengan baik dan menganggap adanya berat dan supporting equipment yang
reward di perusahaan sebesar 62,2% berhubungan langsung dengan pencapaian
sedangkan responden yang menerapkan target produksi perusahaan.
LOTO dengan baik tetapi belum Standar OSHA 29 CFR Part 1910.147
menganggap adanya reward di perusahaan point (c) mengenai General menyatakan
sebesar 40,0%. bahwa perusahaan harus mempunyai
Responden yang menerapkan LOTO prosedur pengontrolan energi berbahaya
dengan baik dan menganggap adanya yang terdokumentasi dan menyediakan
punishment di perusahaan sebesar 55,3% sarana prasarana dalam penerapan sistem
sedangkan responden yang menerapkan LOTO. PT. ABC telah memiliki komitmen
LOTO dengan baik tetapi belum untuk menerapkan prosedur pengontrolan
menganggap adanya punishment di energi berbahaya selama pelaksanaan
perusahaan sebesar 75,0%. pekerjaan perawatan dan perbaikan melalui
Secara statistik tidak ada hubungan sistem Lock Out Tag Out (LOTO) yang ada
yang bermakna antara reward dengan di Plant Department. PT. ABC
penerapan LOTO karena signifikansi mewujudkan komitmen tersebut dalam
(0,377) > α (0,05), begitu pula untuk pemenuhan sarana dan prasarana LOTO
punishment, secara statistik tidak ada serta prosedur, instruksi kerja, standar, dan
hubungan yang bermakna antara formulir yang berkaitan dengan penerapan
punishment dengan penerapan LOTO sistem LOTO.
karena signifikansi (0,317) > α (0,05). Green (1980) dalam Notoatmodjo
(2010) menyatakan bahwa salah satu faktor
PEMBAHASAN pembentuk perilaku adalah enabling
factors, yaitu faktor yang memungkinkan
Penerapan Lock Out Tag Out di Plant atau yang memfasilitasi terjadinya
Department PT. ABC perilaku. Enabling factors yang dimaksud
Standar OSHA 29 CFR Part 1910.147 adalah sarana-prasarana dan fasilitas yang
point (a) mengenai scope, application, and disediakan perusahaan untuk mendukung
purpose menjelaskan bahwa sistem Lock terjadinya perilaku selamat, salah satunya
Out Tag Out (LOTO) harus diterapkan yaitu penyediaan perangkat LOTO. PT.
ketika ada pekerjaan perawatan dan ABC telah menyediakan alat Lock Out dan
perbaikan peralatan. Sistem LOTO Tag Out sesuai standar yang ditetapkan
bertujuan untuk menghindari pelepasan kepada seluruh mekanik yang terlibat
energi berbahaya akibat start up yang tidak dalam pekerjaan perawatan dan perbaikan.
terduga dari peralatan tersebut melalui Departemen SCM merupakan
control otomatis atau manual selama departemen yang mendukung tersedianya
pelaksanaan pekerjaan. Hal tersebut dapat perangkat LOTO sesuai permintaan
mengakibatkan cidera serius atau bahkan departemen terkait. Plant Department akan
fatality bagi orang yang melakukan memberikan daftar nama mekanik yang
pekerjaan tersebut. harus mendapatkan LOTO kepada OSHE
Departemen yang memiliki kewenangan Department. OSHE Department kemudian
dalam upaya pengelolaan macam unit alat akan memberikan daftar nama tersebut
berat untuk menunjang proses produksi kepada SCM Department untuk proses
meliputi aktifitas perawatan dan perbaikan pengadaan perangkat LOTO. Berdasarkan
adalah Plant Department. Plant hasil wawancara dengan SCM Department,
Department memiliki core business tidak terdapat kesulitan dalam penyediaan
process untuk melakukan perawatan dan perangkat LOTO. SCM Department selalu
perbaikan terhadap peralatan penunjang dapat memenuhi permintaan perangkat
proses produksi. Peralatan penunjang LOTO oleh departemen terkait. Hal ini
Alfina dan Y. Denny, Analisis Faktor Yang…7

terbukti bahwa semua mekanik di Plant mekanik memahami peraturan dan


Department telah memiliki LOTO. prosedur tersebut. Perusahaan terus
Komitmen PT. ABC dalam penerapan melakukan sosialisasi seluruh peraturan
sistem LOTO juga terbukti dengan adanya dan prosedur mengenai penerapan LOTO
prosedur, instruksi kerja, standar, dan kepada mekanik. Tujuan dari sosialisasi
formulir yang akan mengatur penerapan adalah untuk menghindari miss komunikasi
sistem LOTO di tempat kerja. Menurut antara tujuan, ruang lingkup, definisi,
Somad (2013) komitmen dari manajemen tanggung jawab, instruksi kerja, dan
puncak sangat penting untuk menjamin standar mengenai penerapan LOTO yang
adanya dukungan terhadap pelaksanaan K3 harus dilakukan. Sosialisasi diberikan
di tempat kerja. Sistem LOTO merupakan melalui safety briefing, safety talk, safety
salah satu upaya K3 pada pelaksanaan induction, maupun board information.
pekerjaan perawatan dan perbaikan, maka Kewajiban perusahaan tidak berhenti
komitmen manajemen puncak sangat sampai pada mensosialisasikan peraturan
dibutuhkan dalam penerapan sistem dan prosedur LOTO. Hal terpenting dari
LOTO. keberadaan suatu prosedur maupun
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peraturan adalah perusahaan harus dapat
dengan Department Head Plant menjamin bahwa pelaksana pekerjaan telah
Department, perumusan prosedur, instruksi mengimplementasikan prosedur tersebut
kerja, standar, dan formulir mengenai dalam setiap pekerjaannya. Hal ini harus
penerapan sistem LOTO dilakukan oleh menjadi perhatian bagi perusahaan, karena
head office PT. ABC. Prosedur, instruksi kesempurnaan prosedur yang telah dibuat
kerja, standar, dan formulir mengenai dan diterbitkan akan menjadi percuma
penerapan LOTO harus diaplikasikan di apabila tidak dilaksanakan di tempat kerja.
seluruh wilayah kerja PT. ABC yang Prosedur akan membuat perilaku mekanik
memili core business process perawatan menjadi aman dalam bekerja, sehingga
dan perbaikan tanpa terkecuali. apabila mekanik telah bisa
Somad (2013) menyatakan bahwa setiap mengimplementasikan prosedur (salah
kegiatan produksi akan selalu mengalami satunya prosedur LOTO) dalam
perubahan dalam prosesnya, sehingga melaksanakan pekerjaan perawatan dan
peraturan maupun prosedur yang telah ada perbaikan, maka perilaku aman telah
harus disesuaikan dan diperbaharui secara terwujud di tempat kerja.
periodik mengikuti perubahan tersebut.
Seluruh prosedur, instruksi kerja, standar, Hubungan Pengetahuan dengan
dan formulir termasuk yang terkait dengan Penerapan Lock Out Tag Out Pada
LOTO akan selalu diaudit secara internal Mekanik
maupun eksternal. Tujuan dari audit ini Plant Department CK-TIA memahami
adalah untuk memastikan bahwa bahwa belajar dan mengajar secara
penerapan sistem LOTO di tempat kerja berkesinambungan adalah bagian dari
telah sesuai dengan peraturan yang ada dan pekerjaan. Perusahaan terus berupaya
untuk memastikan pula bahwa peraturan untuk meningkatkan pengetahuan mekanik
yang ada masih sesuai dengan kondisi mengenai penerapan LOTO melalui
tempat kerja saat ini. Seluruh pekerja PT. pemberian informasi prosedur LOTO saat
ABC termasuk mekanik memiliki hak safety briefing yang dilakukan setiap hari
untuk me-review prosedur, instuksi kerja, sebelum pekerjaan dimulai, saat safety talk
standar, dan formulir LOTO yang yang diadakan seminggu sekali oleh OSHE
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Department, safety induction yang
Peraturan dan prosedur LOTO yang diberikan kepada mekanik setelah cuti
telah dibuat dan diterbitkan harus setiap 3 bulan sekali, serta pelatihan Lock
disosialisasikan kepada mekanik agar Out Tag Out dan maintanance unit alat
8 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014: 1–13

berat yang diberikan oleh work plant Hal ini terjadi dikarenakan pengetahuan
trainer. yang dimiliki responden masih belum
Menurut WHO dalam Notoatmodjo sampai ke tahap aplikasi, sehingga
(2007), cara terbaik dalam memberikan responden belum dapat mengaplikasikan
informasi melalui strategi diskusi dan pengetahuan yang dimilikinya tersebut
partisipasi. Strategi ini akan menjadikan dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan dan
pemberian informasi tidak bersifat searah perbaikan peralatan. Hasil penelitian ini
saja, tetapi dua arah. Strategi ini akan sejalan dengan hasil penelitian Annishia
membuat mekanik aktif berpartisipasi (2011) yang menyatakan bahwa
melalui diskusi tentang informasi yang pengetahuan yang baik yang dimiliki
diterimanya. Dengan demikian responden tidak mendukung mereka untuk
pengetahuan mengenai prosedur LOTO berperilaku aman dalam bekerja.
yang diperoleh mekanik akan lebih Winarsunu (2008) menyatakan bahwa
mendalam, dan akhirnya membawa seseorang yang memiliki pengetahuan
perubahan perilaku yang lebih efektif pada yang baik tentang bahaya di tempat kerja
diri mekanik. akan acuh terhadap peringatan bahaya dan
Pengetahuan adalah hasil tahu melalaikan prosedur kerja yang seharusnya
seseorang terhadap objek melalui hasil dilakukan. Notoatmodjo (2007)
penginderaan terhadap suatu objek berpendapat bahwa perilaku yang didasari
(Notoatmodjo, 2010). Menurut dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap
Notoatmodjo (2010) seseorang sebagian yang positif akan membuat perilaku
besar memperoleh pengetahuan melalui tersebut bersifat langgeng (long lasting).
indera pendengaran dan penglihatan. Walaupun secara statistik, pengetahuan
Menurut Winarsunu (2008) informasi tidak memiliki hubungan bermakna dengan
akan mudah ditangkap jika menggunakan penerapan LOTO, namun berdasarkan
pesan berupa gambar. Hal yang harus hasil penelitian pada tabel 5.12
diperhatikan dalam menyajikan pesan menunjukkan bahwa responden yang
melalui gambar adalah gambar mudah memiliki pengetahuan baik sebagian besar
dilihat (visible), berbeda (distinguishable), menerapkan LOTO dengan baik pula. Hal
dan mudah diinterpretasikan ini sejalan dengan penelitian Ambarwati
(interpretable). (2013) yang menyatakan bahwa mekanik
Upaya untuk meningkatkan yang memiliki tingkat pengetahuan tentang
pengetahuan mekanik mengenai LOTO pencegahan kecelakaan kerja yang baik
selama ini berfokus pada penyajian lisan, akan memiliki perilaku K3 yang bagus.
misalnya melalui safety talk. Di area Bird and Germain (1992) menyatakan
workshop telah dipasang berbagai sign bahwa salah satu penyebab dasar
board yang berisi pesan K3, namun belum kecelakaan adalah kurangnya pengetahuan.
terdapat sign board mengenai LOTO. Heinrich (1931) dalam HaSPA (2012) juga
Menurut Bloom (1908) dalam menyatakan bahwa sebab munculnya
Notoatmodjo (2010), pengetahuan perilaku tidak aman yang dapat
seseorang terhadap suatu objek memiliki menyebabkan kecelakaan karena
enam tingkatan yang berbeda. Tingkatan kurangnya pengetahuan.
tersebut yaitu tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), Hubungan Sikap dengan Penerapan
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan Lock Out Tag Out Pada Mekanik
evaluasi (evaluation). Secara statistik tidak Sikap adalah respons tertutup seseorang
terdapat hubungan yang bermakna antara terhadap stimulus atau objek tertentu yang
pengetahuan dengan penerapan LOTO melibatkan faktor pendapat dan emosi.
sehingga hipotesis tidak terbukti. Sikap merupakan kumpulan gejala dalam
Alfina dan Y. Denny, Analisis Faktor Yang…9

merespons suatu objek yang melibatkan oleh pelaksana pekerjaan perbaikan


pikiran dan perasaan (Notoatmodjo, 2010). maupun perawatan yaitu mekanik.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat Pelatihan juga bertujuan untuk menambah
hubungan yang bermakna antara sikap pengetahuan dan keterampilan dalam
mekanik dengan penerapan LOTO, penggunaan LOTO secara aman.
hubungan tersebut menunjukan bahwa Secara statistik tidak terdapat hubungan
sikap positif dari mekanik terhadap yang bermakna antara pelatihan LOTO
prosedur LOTO akan membuat mekanik yang pernah diikuti responden dengan
menerapkan LOTO sesuai prosedur dalam penerapan LOTO. Hasil penelitian ini
pelaksanaan pekerjaan perawatan dan sama dengan penelitian Halimah (2010)
perbaikan peralatan. Penelitian ini sejalan yang menyatakan tidak ada hubungan yang
dengan penelitian Nofriandita (2012) yang bermakna antara pelatihan keselamatan
menyatakan terdapat hubungan antara dengan perilaku bekerja seseorang. Hal ini
sikap dengan perilaku aman. Hasil sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
penelitian ini didukung dengan pernyataan (2010) yang menyatakan bahwa perilaku
Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) muncul dari pengalaman seseorang serta
bahwa sikap merupakan predisposisi faktor di luar orang tersebut yang
terjadinya suatu perilaku. diketahui, diyakini sehingga menimbulkan
Menurut Azwar (2003), sikap terdiri niat untuk bertindak.
dari tiga struktur yang saling menunjang, Menurut Bird and Germain (1992),
yaitu komponen kognitif, komponen pelatihan dapat menurunkan atau bahkan
afektif, dan komponen konatif. Komponen menghilangkan kecelakaan. Menurut
konatif merupakan struktur sikap yang Somad (2013) konsep pencegahan
memiliki kecenderungan agar seseorang kecelakaan dapat dilakukan dengan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap menggunakan konsep “2E+I”, yaitu E
yang dimilikinya. Hal ini diperkuat dengan (Enjiniring), E (Education), dan I
pendapat Allport (1954) dalam (Implementation). Pelatihan yang
Notoatmodjo (2010) yang menyatakan diselenggarakan perusahaan berada pada
bahwa komponen kepercayaan (kognitif), lingkup edukasi, yaitu melatih mekanik
evaluasi seseorang terhadap suatu objek terkait prosedur LOTO dan praktik kerja
(afektif), dan kecenderungan untuk aman dalam pelaksanaan pekerjaan
bertindak (konatif) akan membentuk sikap perawatan dan perbaikan.
yang utuh yang akan mendorong seseorang Menurut Somad (2013) pelatihan yang
untuk bertindak sesuai sikap tersebut. telah diberikan kepada mekanik perlu
dilakukan evaluasi oleh foreman dan safety
Hubungan antara Pelatihan LOTO officer. Menurut Industrial Safety and
dengan Penerapan Lock Out Tag Out Hygiene News (2000) dalam Ogungbe
Pada Mekanik (2013) menyatakan bahwa salah satu faktor
Standar OSHA 29 CFR Part 1910.147 yang menyebabkan kegagalan pada
poin (c) mengenai General menjelaskan program LOTO adalah pelatihan yang
bahwa dalam program pengontrolan energi tidak efektif. Evaluasi dapat dilakukan
melalui sistem Lock Out Tag Out, melalui pengamatan pada saat mekanik
perusahaan harus menyediakan pelatihan melaksanakan pekerjaan perawatan dan
bagi pelaksana pekerjaan perawatan dan perbaikan dan melakukan koreksi terhadap
perbaikan. Standar OSHA 29 CFR Part pelaksanaan pekerjaan tersebut jika
1910.147 poin (c) (7) tentang Training and diperlukan.
communication sub poin (i) dan (iii) Keuntungan dari adanya evaluasi hasil
menjelaskan bahwa perusahaan harus pelatihan adalah sebagai metode
memberikan pelatihan dan refresh training pembuktian pelatihan, sebagai alat untuk
untuk memastikan bahwa tujuan dan fungsi melihat apakah mekanik telah
program pengendalian energi dipahami
10 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014: 1–13

melaksanakan pekerjaan mengikuti (2013) yang menyatakan bahwa terdapat


prosedur, menganalisis kinerja mekanik, hubungan yang bermakna antara
menimbulkan kerja sama antara mekanik pengawasan dengan perilaku seseorang
dengan foreman maupun safety officer, ketika bekerja.
memotivasi terciptanya perilaku aman Menurut Suma’mur (2009) bahwa
dalam bekerja dan penemuan bahaya yang pengawasan yang dilakukan secara
tersembunyi, serta mekanik sebagai peserta berkelanjutan dan terus menerus akan
pelatihan dapat memberikan masukan mempertahankan kualitas pelaksanaan
terhadap pelatihan yang sudah keselamatan dan upaya pencegahan
diperolehnya. kecelakaan. Menurut Heinrich (1930)
dalam Ramli (2010) menyatakan bahwa
Hubungan antara Pengawasan dengan pengawas merupakan unsur kunci dalam
Penerapan Lock Out Tag Out Pada pengimplementasian program K3.
Mekanik Hal ini dikarenakan pengawasan yang
Menurut Green (1980) dalam kurang baik dapat memicu terjadinya
Notoatmodjo (2010) pengawasan perilaku tidak aman yang menjadi sumber
merupakan salah satu pendorong dalam terbesar dalam kecelakaan. Menurut Bird
pembentukan perilaku. Pengawasan and Germain (1992) pengawasan yang
diperlukan untuk menegakkan peraturan kurang baik dapat menyebabkan terjadinya
K3 yang berlaku. Menurut Listyandini kecelakaan. Menurut Reason (1990) dalam
(2013) walaupun sudah terdapat peraturan HaSPA (2012), pengawasan yang tidak
K3 yang mengikat, namun efek peraturan baik merupakan kegagalan latent dalam
tersebut akan menjadi lemah apabila tidak sebuah sistem organisasi yang apabila
ditambah dengan pengawasan yang baik dibiarkan akan menjadi pemicu timbulnya
pula. kecelakaan. Perusahaan harus selalu
Menurut Heni (2011) pengawasan menjamin terlaksananya pengawasan yang
penting dilakukan untuk memastikan baik dalam lingkungan kerja.
prosedur ditaati oleh pelaksana pekerjaan. PT. ABC memberlakukan program
Kondisi dan perilaku tidak aman yang safety acoountability, yang terdiri dari 3
dapat memicu kecelakaan dapat diketahui kegiatan, yaitu hazard report, inspeksi, dan
sejak awal sehingga pihak perusahaan pengamatan tugas lapangan. Kegiatan
dapat segera melakukan upaya preventif tersebut harus dilakukan minimal
dan perbaikan untuk mengatasi seminggu sekali oleh setiap pengawas.
permasalahan tersebut. Hazard report, inspeksi, dan pengamatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas lapangan harus dibuktikan secara
terdapat hubungan yang bermakna antara tertulis melalui formulir hazard report,
pengawasan dengan penerapan LOTO. inspeksi, dan pengamatan tugas lapangan.
Peran pengawas dalam memastikan Perusahaan akan memberikan sanksi yang
penerapan prosedur LOTO pada mekanik tegas apabila pengawas tidak melakukan
melalui tindakan pengawas yang selalu safety accountability setiap minggunya.
aktif mengontrol pekerjaan dari setiap Sanksi tegas ini berfungsi sebagai salah
mekanik yang diawasinya. satu pemicu para pengawas untuk selalu
Hasil penelitian sesuai dengan hasil melakukan pengawasan K3 terhadap
penelitian Halimah (2010) bahwa bawahannya. Selain itu tanggung jawab
pengawas merupakan faktor paling foreman untuk memastikan mekanik selalu
dominan yang berhubungan dengan bertindak aman dan dapat menyelesaikan
perilaku aman ketika bekerja, dalam pekerjaan tepat waktu membuat
penelitian ini perilaku aman diwujudkan pengawasan penerapan LOTO yang
dalam penerapan LOTO. Hasil penelitian dilakukan foreman berjalan dengan baik.
juga sama dengan penelitian Listyandini
Alfina dan Y. Denny, Analisis Faktor Yang…11

Hubungan antara Reward and Menurut Heni (2011) konsistensi sangat


Punishment dengan Penerapan Lock diperlukan dalam penerapan reward and
Out Tag Out Pada Mekanik punishment untuk menjaga dampak
Secara statistik tidak terdapat hubungan reinforcement-nya tetap terjaga.
yang bermakna antara keberadaan reward Harapannya dengan dampak reinforcement
maupun punishment dengan penerapan yang masih terjaga, perilaku yang selalu
LOTO. Hal ini dikarenakan mekanik telah diikuti reward akan selalu dilaksanakan
sadar akan tanggung jawabnya sebagai dan perilaku yang selalu diikuti
seorang pelaksana pekerjaan perbaikan dan punishment akan jarang dilakukan dan
perawatan peralatan yang harus lama kelamaan akan hilang. Reward
menerapkan LOTO sesuai prosedur dalam merupakan penghargaan atas hasil kerja
setiap pekerjaannya. yang baik, berdasarkan teori kebutuhan
Walaupun secara statistik tidak terdapat Maslow hal ini merupakan kebutuhan
hubungan yang bermakna, berdasarkan aktualisasi diri dari setiap pelaksana
hasil penelitian menyatakan bahwa pekerjaan sebagai pengakuan terhadap
sebagian besar responden yang prestasi kerjanya.
menganggap adanya reward di perusahaan
telah menerapkan LOTO dengan baik. Hal KESIMPULAN
ini diperkuat dengan pendapat
Notoatmodjo (2010) yang menyatakan Sebagian besar mekanik berusia lebih
bahwa faktor positive reinforcement dari 30 tahun, memiliki latar belakang
misalnya berupa pemberian penghargaan, pendidikan SMA, telah bekerja selama
pujian, hadiah, bonus akan merubah lebih dari 46 bulan. Sebagian besar
perilaku seseorang untuk lebih patuh mekanik Sebagian besar mekanik di PT.
terhadap prosedur. Perubahan perilaku ABC telah menerapkan LOTO dengan baik
cenderung lebih mudah apabila individu dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan
mendapatkan keuntungan dengan adanya dan perbaikan.
perubahan perilaku tersebut. Sebagian besar mekanik memiliki
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik terhadap prosedur
responden yang menganggap belum ada LOTO, memiliki sikap positif terhadap
punishment di perusahaan sebagian besar penerapan prosedur LOTO, pernah
menerapkan LOTO dengan baik. Hal ini mendapatkan pelatihan LOTO yang
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo diadakan Plant Department, menganggap
(2010) yang menyatakan bahwa bahwa pengawasan foreman terhadap
punishment hanya cocok untuk implementasi penerapan LOTO telah baik,
meningkatkan motivasi perilaku jangka dan mengetahui keberadaan sistem reward
pendek saja. Perubahan perilaku yang and punishment di perusahaan.
diakibatkan karena punishment tidak akan Sikap mekanik terhadap penerapan
berlangsung langgeng, karena seseorang LOTO dan pengawasan yang dilakukan
akan selalu takut dalam mengerjakan foreman dalam implementasi penerapan
sesuatu. LOTO memiliki hubungan yang bermakna
Notoatmodjo (2010) berpendapat bahwa dengan penerapan LOTO pada mekanik,
untuk memperoleh efek jangka panjang sedangkan pengetahuan, pelatihan, dan
dalam perubahan perilaku, motivasi positif reward and punishment tidak memiliki
berupa pemberian reward lebih tepat hubungan yang bermakna dengan
digunakan. Pemberian reward akan penerapan LOTO. Sikap memiliki kuat
meningkatkan semangat kerja seseorang hubungan yang lemah (nilai phi = 0,345)
dan rekan kerjanya sehingga memicu dengan penerapan LOTO. Pengawasan
peningkatan perilaku aman dalam bekerja. memiliki kuat hubungan yang lemah (nilai
12 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014: 1–13

phi = 0,312) dengan penerapan LOTO. Failures”.http://assets.usw.org/resource


Saran yang dapat diberikan kepada s/hse/resources/Walking-the-Talk-
perusahaan berdasarkan kesimpulan, yaitu Duponts-Untold-Safety-Failures.pdf.
meningkatkan transfer knowledge kepada (sitasi 20 Oktober 2013).
mekanik dengan memasang sign board Geller, E. Scott. 2001. The Psychology of
mengenai LOTO di sekitar area, Safety Handbook. Boca Raton:
pemasangan rambu LOTO di sekitar area Lewis Publisher.
workshop, meningkatkan peran Ghozali, Imam. 2006. Statistik
pengawasan dari foreman dan OSHE Non-
Department, menjadwalkan pelatihan Parametrik – Teori dan Aplikasi dengan
LOTO secara rutin dan refresh training Program SPSS. Semarang: Badan
disertai dengan evaluasi hasil pelatihan, Penerbit – Undip.
dan konsisten dalam menerapkan reward Halimah, Siti. 2010. Faktor – Faktor yang
kepada mekanik. Mempengaruhi Perilaku Aman
Karyawan di Area Produksi PT. SIM
DAFTAR PUSTAKA Plant Tambun II Tahun 2010. Skripsi.
Jakarta: FKIK UIN.
Ada’, Yustinus Sanda Bungin. 2006. HaSPA (Health and Safety Professionals
Hubungan antara Perbaikan dan Alliance). 2012. The Core Body of
Perawatan Mesin Listrik dan Penerapan Knowledge for Generalist OHS
Lock Out Tag Out dengan Kecelakaan Professionals: Model of Causation:
Kerja pada PT. GE Lighting Indonesia Safety. Tullamarine, VIC: Safety
di Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Institute of Australia.
Universitas Gajah Mada. Heni, Yusri. 2011. Improving Our Safety
Ambarwati, Diah Retno. 2013. Faktor yang Culture. Jakarta: Gramedia.
Berhubungan dengan Safety Behaviour International Labour Organization. 2011.
Pada Pekerja Mekanik di Workshop PT. Lembaran Informasi: Pengawasan
Mandala Karya Prima Nunukan- Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta:
Kalimantan Timur. Tugas Akhir. Kantor ILO Jakarta.
Surabaya: FKM Universitas Airlangga. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=
Annishia, Fristi. 2011. Analisis Perilaku j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved
Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT.PP d=0CDUQFjAD&url=http%3A%2F%2
(Persero) di Proyek Pembangunan Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F21
Tiffany Apartemen Jakarta Selatan 823116%2F1266886549%2Fname%2F
Tahun 2011. Skripsi. Jakarta: FKIK Pengawasan%2BKetenagakerjaan.pdf&
UIN. ei=wOhTU_3DEIborQfg1IHwAw&usg
=AFQjCNFaY8dOn7O1zR4EwEiQKjP
Azwar, Saifuddin. 2003. Sikap Manusia: J58VF4w (sitasi 14 Oktober 2013).
Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Listyandini, Rahma. 2013. Faktor yang
Pustaka Pelajar. Berhubungan dengan unsafe action
Bird F. E., and Germain G. L. 1992. pada Pekerja Kontraktor PT.X. Skripsi.
Practical Loss Control Leadership. Surabaya: FKM Universitas Airlangga.
USA: International Loss Control NIOSH. 2011. Using Lockout and Tagout
Institute. Procedures to Prevent Injury and Death
Cooper, Dominic. 2001. Improving Safety during Machine Maintenance.
Culture : A Practical Guide. Hull: Cincinnati, OH : U.S. Department Of
Applied Behavioural Sciences. Health And Human Services, Centers
Cooper, Dominic. 2009. Behavioral Safety for Disease Control Prevention,
A Framework for Success. Indiana: National Institute for Occupational
BSMS Inc. Saety and Health, DHHS (NIOSH)
DuPont Company. 2005. “Not Walking The Publication No. 2011-156.
Talk: DuPont’s Untold Safety
Alfina dan Y. Denny, Analisis Faktor Yang…13

Nofriandita. Yukitri. 2012. Faktor-faktor Control (Lockout/Tagout) Program at


yang Mempengaruhi Perilaku Bekerja XYZ Inc. Plymouth, Minnesota. Tesis.
yang aman Pada Pekerja Bengkel Servis USA: University of Wisconsin-Stout.
Mobil di Depok Tahun 2012. Skripsi. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem
Depok: FKM UI. Manajemen Keselamatan dan
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Kesehatan Kerja (OHSAS 18001), Seri
Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Manajemen K3. Jakarta: PT. Dian
Rineka Cipta. Rakyat.
Somad, Ismet. 2013. Teknik Efektif Dalam
Notoatmodjo. 2010. Pendidikan dan Membudayakan Keselamatan &
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Dian
Cipta. Rakyat.
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan
Occupational Safety and Health Keselamatan Kerja dan Pencegahan
Administration (OSHA)/ 29 CFR Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji
1910.147 – Subpart J Environmental Masagung.
Controls/ Lockout Tagout Standard. Winarsunu. 2008. Psikologi Keselamatan
hhtp://www.osha.gov/pls/oshaweb/owa Kerja. Malang: UMM Press.
disp.show_document?p_table=STAND
ARD S&p_id=9804 (sitasi 9 April
2014).
Ogungbe, Oluwagbenga O. 2013. The
Implementation of Hazardous Energy

You might also like