Jurnal Gempa 1

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA


Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

UPAYA PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT


TERHADAP TANGGAP DARURAT BENCANA GEMPA BUMI
DAN TSUNAMI (Studi Kasus Di Kecamatan Kolono Timur
Kabupten Konawe Selatan)

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Erny Tamburaka, Osu Oheoputra Husen
Universitas Lakidende
(Naskah diterima: 1 September 2019, disetujui: 28 Oktober 2019)

Abstract
Disaster prevention and community preparedness have a significant and strong influence on
earthquake and tsunami disaster response in East Kolono sub-District, South Konawe Regency
with an R2 value of 0.888, which means prevention and public preparedness have an effect of
around 88.80% on disaster response earthquake and tsunami. Partially, prevention has a
significant and strong influence on earthquake and tsunami disaster response,and community
preparedness also have a significant and strong influence on the earthquake and tsunami
disaster response in East Kolono sub-District. In the management of earthquake and tsunami
disaster response in the eastern sub-district of East Kolono, it is carried out by making routes
and evacuation sites, where there are eleven 11 potential and feasible temporary evacuation
locations in Ngapawali Village for 2 points; Batu Putih Village 3 points; 2 points of Rumba-
Rumba Village, 2 points of Ampera Village and 2 points of Amolengu Village, and 9 main points
of evacuation, namely in Ngapawali Village 1 point, Batu Putih Village 2 points, Rumba-Rumba
Village 2 points, Ampera Village 2 points, and Amolengu Village 2 points.
Keywords: Prevention, Preparedness and Earthquake / Tsunami.

Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencegahan masyarakat dalam tanggap darurat
bencana gempa bumi dan tsunami di Kecamatan Kolono Timur berada pada kondisi “tidak siap”
sesuai dengan hasil penilai sebesar 46 (30,34-46,67 dikategorikan tidak siap). Tingkat
kesiapsiagaan masyarakat dalam tanggap darurat bencana gempa bumi dan tsunami di
Kecamatan Kolono Timur berada pada kondisi “tidak siap” sesuai dengan hasil penilai sebesar
30 (29,18-44,35 dikategorikan tidak siap). Pencegahan bencana dan kesiapsiagaan masyarakat
berpengaruh signifikan dan kuat terhadap tanggap darurat bencana gempa bumi dan tsunami di
Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan dengan nilai R2 sebesar 0,888 yang
artinya pencegahan dan kesiapsiagaan masyarakat berpengaruh sekitar 88,80 % terhadap tanggap
darurat bencana gempa bumi dan tsunami. Secara parsial, pencegahan berpengaruh signifikan
dan kuat terhadap tanggap darurat bencana gempa bumi dan tsunami, serta kesiapsiagaan
masyarakat juga berpengaruh signifikan dan kuat terhadap tanggap darurat bencana gempa bumi
dan tsunami di Kecamatan Kolono Timur. Dalam manajemen tanggap darurat bencana gempa
bumi dan tsunami di Kecamatan Kolono Timur dilakukan dengan pembuatan jalur dan tempat
evakuasi, dimana ada sebelas 11 titik lokasi evakuasi sementara yang potensial dan layak yakni
di Desa Ngapawali sebanyak 2 titik; Desa Batu Putih 3 titik; Desa Rumba-Rumba 2 titik, Desa

145
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

Ampera 2 titik dan Desa Amolengu 2 titik, serta 9 titik tempat utama evakuasi yakni di Desa
Ngapawali 1 titik, Desa Batu Putih 2 titik, Desa Rumba-Rumba 2 titik, Desa Ampera 2 titik, dan
Desa Amolengu 2 titik.
Kata Kunci: Pencegana, Kesiapsiagaan dan Gempa Bumi/Tsunami.

I. PENDAHULUAN

P
Wilayah Sulawesi Tenggara salah
satu wilayah yang memiliki aktivitas
gempa bumi yang cukup tinggi
karena memiliki sesar tektonik yang masih
aktif yakni Sesar Matano, Sesar Kolaka, Sesar Gambar 1.1. Peta Sebaran Gempa Bumi di Wilayah
Lawanopo, Sesar Lainea, Sesar Lemo, Sesar Kolono dan Sulawesi Tenggara Secara Umum Tahun
2007- 2015
Lameroto, Sesar Mateupe, Sesar Lindu, Sesar
Manajemen bencana seringkali hanya
Lambatu, dan Sesar Tanjungbasi. Tahun 2007-
mencakup komponen bahaya fisik sehingga
2015 terjadi 4.022 kali gempa bumi, 91 kali
perencanaan bencana sering terfokus pada
gempa yang dirasakan, gempa 2015 yang
kerentanan infrastruktur, mengabaikan
mencapai 3,1 SR di sesar Kolaka.
kerentanan sosial lain. Menurut Paramesti
Tahun 2016 mencatat kejadian gempa
(2011), kesiapsiagaan masyarakat dalam
bumi 326 kali, 11 kali kejadian yang dirasakan
bencana sangat penting dalam mencegah dan
getaranya dengan kekuatan tertinggi 3,4 SR.
mengurangi resiko bencana. Olehnya itu,
Kejadian gempa bumi tertinggi terjadi bulan
penelitian ini akan mengkaji upaya pencegana
Januari yakni 154 kali, terendah pada bulan
dan kesiapsiagaan masyarakat Kolono
April yakni 6 kali.
terhadap tanggap darurat gempa/tsunami
Gempa terkluat di Sulawesi Tenggara
berbasis masyarakat (community based
terjadi pada tahun 2011 mencapai 6,0 SR yang
disaster management).
terpusat di Kolono. Wilayah Kolono
Penelitian ini bertujuan untuk
merupakan dampak terparah dimana sekitar 33
menganalisis upaya pencegahan dan tingkat
desa yang terkena dampak, 121 unit rumah
kesiapsiagaan, hubungan/pengaruh antara
rusak parah dan sekitar 200 orang lebih
pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap
korban jiwa. Dampak gempa juga terjadi di
kemampuan tanggap darurat bencana gempa
Kota Kendari, dan daerah sekitarnya.

146
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

bumi/tsunami serta sistim manajemen tanggap pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-
darurat bencana gempa bumi dan tsunami di tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
Kecamatan Kolono Timur. batuan pada kerak bumi. Gempa bumi dapat
II. KAJIAN TEORI digolongkan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu;
2.1 Bencana Geologi gempa bumi vulkanik, gempa bumi tektonik,
Bencana didefinisikan sebagai suatu gempa bumi runtuhan, dan gempa bumi
gangguan serius terhadap keberfungsian suatu buatan.
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian 2.3 Tsunami
yang meluas pada kehidupan manusia dari Tsunami berasal dari bahasa Jepang
segi materi, ekonomi atau lingkungan dan “tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang
yang melampaui kemampuan masyarakat ombak. Tsunami adalah serangkaian gelom-
yang bersangkutan untuk mengatasi dengan bang ombak laut raksasa yang timbul karena
menggunakan sumberdaya mereka sendiri. adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa
Bencana alam adalah bencana yang bumi. Bakornas PB (2010), mengartikan
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian tsunami sebagai gelombang laut dengan
peristiwa yang disebabkan oleh alam. periode panjang yang ditimbulkan oleh
Bencana alam terdiri dari; bencana gangguan impulsif dari dasar laut. Di perairan
hidrometeorologi (iklim dan cuaca), bencana dalam tsunami mampu bergerak dengan
geofisik/geologi, serta bencana biologi berupa kecepatan 500 sampai 1.000 kilometer/jam,
epidemi, penyakit tanaman dan hewan. sedangkan di perairan dangkal kecepatannya
Bencana alam geologi adalah bencana alam melambat hingga beberapa puluh kilometer
yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam per jam, demikian juga ketinggian tsunami
bumi. juga bergantung pada kedalaman perairan.
2.2 Gempa Bumi Gempa bumi yang berpotensi tsunami
Gempa bumi adalah peristiwa adalah gempa bumi terpusat di dasar laut
berguncangnya bumi yang disebabkan oleh berkekuatan gempa >7 SR, kedalaman dari
tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar 60-70 Km. Tsunami ditandai dengan; gerakan
(patahan), aktivitas gunungapi, atau runtuhan tanah, riakan air laut, penarikan mundur atau
batuan, atau peristiwa bergetarnya bumi akibat surutnya muka laut, prilaku binatang (burung

147
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

berterbangan). Anwar (2011), pesisir pantai tingkat ketahanan dari pedesaan hal ini
sangat potensial terjadi tsunami yang di dikarenkan oleh sistim pengetahuan akan
digolongkan sebagai zona “near- kesiapan dan tanggap darurat bencana.
sourcegenerated tsunami” atau adanya potensi 2.5 Pencegahan dan Kesiapsiagaan
sumber tsunami yang berjarak pendek. Bencana
2.4 Manajemen Penanggulangan Bencana Pencegahan bencana adalah serangkaian
Alam kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
Memahami bahaya bencana sangat menghilangkan dan atau mengurangi ancaman
penting, karena jumlah korban bencana lebih bencana. Sedangkan pencegahan bencana
disebabkan oleh ketidakadaan pengetahuan merupakan serangkaian kegiatan yang
ancaman gempa bumi dan tsunami, tetapi dilakukan untuk mecegah bencana yang
memahami bagaimana dan dimana komunitas terjadi dan sifatnya dapat diantisipasi. Hal
yang rentan secara sosial dapat terpengaruh penting adalah menetapkan metodologi dan
dapat membantu mengalokasikan sumber daya seperangkat indikator untuk mengukur
secara lebih efektif selama fase siklus karakteristik dasar komunitas yang menum-
penanggulangan bencana, kesiapan, respon, buhkan ketahanan dalam menghadapi
dan pemulihan, sebagaimana pada Gambar (mencegah) bencana. Dengan menetapkan
2.1. baseline kondisi, menjadi mungkin untuk
memantau perubahan sosial dalam
pencegahan dan kesiapsiagaan dari waktu ke
waktu di tempat-tempat tertentu.
Kesiapsiagaan berarti merencanakan
tindakan untuk merespons jika terjadi
bencana. Kesiapsiagaan juga didefinisikan
sebagai suatu keadaan siap siaga dalam
menghadapi krisis, bencana atau keadaan
Variasi spasial dalam ketahanan bencana darurat lainnya. Adapun kegiatan
menjadi penting sampai pada skala terkecil kesiapsiagaan secara umum adalah: (1)
(desa/kota). Wilayah metropolitan lebih tinggi kemampuan menilai resiko; (2) perencanaan

148
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

siaga; (3) mobilisasi sumberdaya; (4) III. METODE PENELITIAN


pendidikan dan pelatihan; (5) koordinasi; (6) Penelitian ini menggunakan pendekatan
mekanisme respon; (7) manajemen informasi; kuantitatif dan deskriptif kualitatif dengan
serta (8) gladi/ simulasi. menggunakan desain survey.
Pencegahan dan kesiapsiagaan Sampel penelitian terdiri dari lima desa
masyarakat dari ancaman bencana haruslah yakni Desa Ngapawali, Batuh Putih, Rumba-
dimulai dari kemampuan individu (self Rumba, Ampera, dan Desa Amolengu.
efficacy), dan kesadaran dan kemampuan Sampel tersebut ditentukan secara purposive.
masyarakat untuk melindungi diri sendiri dari Sampel masyarakat adalah kepala keluarga
ancaman dan resiko bencana. Paradigma (KK) sebanyak 61 orang yang dipilih secara
penanggulangan bencana dari tanggap darurat, random sampling.
mitigasi dan preparadness dapat membantu Data dianalisis secara regresi dan
meminimalisir korban bencana, kerugian yang deskriptif kualitatif
diakibatkan bencana, maupun ketergantungan IV. HASIL PENELITIAN
terhadap bantuan. Pencegahan dan 4.1 Pencegahan Tanggap Darurat Bencana
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Gempa Bumi dan Tsunami
tsunami dapat dilihat dari ketersediaan peta Di Kecamatan Kolono Timur
jalur evakuasi, papan informasi/penanda jalur Analisis ini dilakukan dengan
evakuasi, tempat evakuasi, sistem peringatan memberikan bobot dan nilai atas
dini serta sarana pendukung lain. jawaban/tanggapan responden sebanyak 61
orang sesui dengan item pernyataan. Analisis
pencegahan tersebut menurut indikator atau
variabel; bangunan (pengetahuan dan sikap),
sistim informasi, dan sumberdaya.
Analisis penilaian tanggapan responden
menggunakan pembagian kelas bobot yakni 8
kelas dengan kriteria Sturgess yakni: K=
1+3,3 Log 100=7,6, yaitu: (sangat tidak baik,
bobot = 1; tidak baik, bobot = 2; cenderung

149
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

tidak baik, bobot = 3; kurang, bobot = 4; gempa bumi dan tsunami berdasarkan rentang
cukup, bobot = 5; cenderung baik, bobot = 6; kelas (range) I=R/K =(112-14)/6=16,33.
baik, bobot = 7; dan sangat baik, bobot = 8. Dengan demikian diperoleh interval kelas
Setiap parameter diambil frekuensi jawaban sebagai berikut:
dan persentase tertinggi dari delapan (8) kelas a. 14-30,33 (sangat tidak siap)
bobot tersebut yang selanjutnya dilakukan b. 30,34-46,67 (Tidak siap)
pemberian nilai. c. 46,68-63,01 (Kurang siap)
Dari hasil pembobotan tersebut, maka d. 63,02-79,35 (Cukup siap)
dapat diinterpretasikan untuk dapat e. 79,36-95,69 (Siap)
mendapatkan kelas tingkat pencegahan f. 95,70-112,00 (Sangat siap)
masyarakat dalam tanggap darurat bencana
Tabel 5.1 Penilaian Tingkat Pencegahan Bencana Gempa Bumi/Tsunami Di Kecamatan Kolono
Timur, 2019
No. Variabel Parameter Indikator Bobot Kriteria
1 Bangunan Pengetahun Pengetahun terkait bangunan (rumah)
2 Tidak baik
tahan/ramah gempa
Bangunan dan rumah tahan/ramah gempa
4 Kurang
dapat mengurangi resiko atau korban jiwa
Sikap Menerapkan bangunan dan rumah
4 Kurang
tahan/ramah gempa
Keinginan untuk menerapkan bangunan dan
7 Baik
rumah tahan/ramah gempa
2 Sistim Tradisonal Memiliki sumber informasi peringatan dini
Informasi bencana gempa/tsunami secara tradisional 2 Tidak baik
atau kearifan lokal
Teknologi Memiliki atau tersedia teknologi sistim
Informasi informasi peringatan dini bencana 2 Tidak baik
gempa/tsunami
Terdapat fasilitas informasi (papan nama)
sebagai petunjuk infirmasi kegempaan dan 1 Sangat tidak baik
jalur evakuasi
Deseminsasi Terdapat fasilitas atau akses dalam
dan mekanismemendapatkan kegempaan 1 Sangat tidak baik
peringatan dini
Latihan danMengikuti pelatihan dan simulasi sistim
simulasi informasi kebencanaan (gempa 2 Tidak baik
bumi/tsunami)
Terdapat kegiatan pelatihan dan simulasi
sistim informasi kebencanaan (gempa 2 Tidak baik
bumi/tsunami) secara periodic
3 Sumberdaya Sumberdaya Pernah mendapatkan materi pencegahan
manusia bencana gempa bumi/tsunami 2 Tidak baik
(SDM)

150
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

Mengetahui/menguasai materi pencegahan


2 Tidak baik
bencana gempa bumi/tsunami
Pendanaan Memiliki alokasi dana
(Tabungan/investasi/asuransi) untuk
7 Baik
keadaan darurat secara umum termasuk
bencana alam (gempa bumi/tsunami)
Fasilitas Memiliki kendaraan untuk evakuasi diri dan
8 Sangat baik
Kendaraan keluarga
Jumlah Bobot 46
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2019
Berdasarkan kriteria penilaian tersebut 4.2 Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
diatas diperoleh nilai dari jumlah bobot Bencana Gempa Bumi dan Tsunami
sebesar 46, sesuai dengan pembagian rentang Di Kecamatan Kolono Timur
kelas maka nilai tersebut berada pada kategori Analisis kesiapsiagaan tanggap darurat
“tidak siap”. Dengan demikian, diperoleh bencana gempa bumi dan tsunami dilakukan
bahwa tingkat pencegahan masyarakat berdasarkan penilaian setiap jawaban
Kecamatan Kolono Timur saat ini “tidak responden untuk mendapatka bobot/nilai
siap” dalam upaya mengurangi dampak dan tingkat kesiapsiagaan masyarakat tanggap
resiko yang timbul (tanggap darurat) akibat daurat bencana gempa bumi dan tsunami di
bencana gempa bumi dan tsunami. Kecamatan Kolono Timur. Hasil analisis
Temuan penelitian sejalan dengan tersebut menggunakan pembagian kelas bobot
penelitian Paramesti (2011) bahwa masyarakat yakni 8 kelas dengan kriteria Sturgess yakni:
pesisir dimana masyarakat (Kawasan Teluk K = 1+3,3 Log 100=7,6, yaitu: (sangat tidak
Pelabuhan Ratu) berada pada kondisi belum baik, bobot = 1; tidak baik, bobot = 2;
siap dalam menghadapi bencana gempa bumi cenderung tidak baik, bobot = 3; kurang,
dan tsunami baik dilihat dari aspek bobot = 4; cukup, bobot = 5; cenderung baik,
pengetahuan dan sikap, sistim informasi bobot = 6; baik, bobot = 7; dan sangat baik,
peringantan dini bencana alam, dan aspek bobot = 8 yang selanjutnya dilakukan
sumberdaya. pembagian kelas tingkat kesiapsiagaan pada 8
kelas dengan kriteria Sturgess yakni: K =
1+3,3 Log 100=7,6, yaitu: (sangat tidak baik,
bobot = 1; tidak baik, bobot = 2; cenderung
tidak baik, bobot = 3; kurang, bobot = 4;

151
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

cukup, bobot = 5; cenderung baik, bobot = 6; Dengan demikian diperoleh interval kelas
baik, bobot = 7; dan sangat baik, bobot = 8. sebagai berikut:
Setiap parameter diambil frekuensi jawaban a. 13,00-28,17 (sangat tidak siap)
dan persentase tertinggi dari delapan (8) kelas b. 29,18-44,35 (Tidak siap)
bobot tersebut yang selanjutnya dilakukan c. 44,36-59,53 (Kurang siap)
pemberian nilai. d. 59,54-74,71 (Cukup siap)
Dari hasil pembobotan maka dapat e. 74,72-89,89 (Siap)
diinterpretasikan untuk dapat mendapatkan f. 89,90-114 (Sangat siap)
kelas tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam Berdasarkan mekanisme pengukuran
tanggap darurat bencana gempa bumi dan tersebut, maka hasil analisis atas penilaian
tsunami dalam 6 rentang kelas (range) I=R/K, tingkat kesiapsiagaan masyarakat Koloni
yakni bobot tertinggi (104)-dengan bobot Timur dalam upaya menghindari/mengurangi
terendah (13) dibagi dengan jumlah kelas (6). resiko/dampak terhadap tanggap daurat
Dengan demikian maka I=(104-13)/6=15,17. bencana gempa bumi dan tsunami
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Penilaian Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Tanggap Daurat Bencana Gempa
Bumi/Tsunami Di Kecamatan Kolono Timur, 2019
No. Variabel Parameter Indikator Bobot Kriteria
1 Upaya Upaya keluarga Mengetahui apa yang dilakukan 3 Cenderung tidak baik
kesiapsiagaan kepala keluarga saat dalam
situasi darurat untuk
memberikan perlindungan
anggota keluarga dilingkungan
rumah
Mengetahui kemana (jalur) 4 Kurang
mengevakuasi keluarga dalam
situasi darurat
Salah satu anggota kelurga 2 Tidak baik
pernah menmgikuti sosialisasi,
pelatihan dan simulasi gempa
dan tsunami
2 Rencana Responsif Mengetahui rencana 5 Cukup
kesiapsiagaan penyelamatan dalam keadaan
darurat bencana (baik dalam
rumah maupun evakuasi)
Salah satu anggota kelurga 5 Cukup
mengetahui rencana
penyelamatan termasuk teknik
evakuasi dalam keadaan darurat
bencana

152
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

Rencana Terdapat infomasi jalur dan 1 Sangat tidak baik


evakuasi lokasi evakuasi yang
disediakan/disepakati
Terdapat tempat evakuasi 1 Sangat tidak baik
sementara (dekat dengan rumah)
Pertolongan Memiliki kelengkapan P3K 1 Sangat tidak baik
pertama pada
korban
Ada anggota keluarga yang 7 Baik
mengetahui penggunaan P3K
Anggota keluarga pernah 1 Sangat tidak baik
mengikuti kegiatan pelatihan
dan simulasi evakuasi
Ketersedian Tersedia khusus kebutuhan 1 Sangat tidak baik
kebutuhan dan pangan saat darurat bencana
perlengkapan (saat dipengusian)
dasar
Tersedia perlengkapan penerang 3 Cenderung tidak baik
(senter) dan alat komunikasi
(HP)
Telah menyiapkan kebutuhan 1 Sangat tidak baik
pangan dan perlengkapan
dalamn satu wadah khusus
Jumlah Bobot 30
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2019
Berdasarkan kriteria penilaian tersebut 4.3 Pengaruh Pencegahan
diatas diperoleh nilai dari jumlah bobot dan Kesiapsiagaan Terhadap Kemampuan
sebesar 30, sesuai dengan pembagian rentang Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi
kelas maka nilai tersebut berada pada kategori Dan Tsunami Di Kecamatan Kolono Timur
“tidak siap”. Dengan demikian maka Analisa ini diperlukan untuk
diperoleh bahwa tingkat kesiapsiagaan mendapatkan suatu hubungan sebab akibat
masyarakat Kecamatan Kolono Timur berada antara keadaan tanggap darurat bencana
pada kondisi “tidak siap” terhadap tanggap gempa bumi dan tsunami (sebagai variabel Y)
darurat bencana gempa bumi dan tsunami. Hal terhadap upaya pencegahan (variabel X1) dan
ini sejalan dengan penelitian Paramesti (2011) Kesiapsiagaan masyarakat (variabel X2)
bahwa masyarakat pesisir (Kawasan Teluk dengan menggunakan regresi linear berganda.
Pelabuhan Ratu) berada pada kondisi “belum Berdasarkan hasil perhitungan dengan
atau tidak siap” menurut parameter upaya dan menggunakan bantuan komputer program
rencana kesiapsiagaan. SPSS for Windows Relase 23,00 diperoleh
hasil seperti yang terangkum dalam Tabel 5.3.

153
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

Tabel 5.3. Ringkasan Hasil Komputasi darurat bencana gempa bumi dan tsunami di
Analisis Regresi Berganda Kecamatan Kolono Timur Kabupten Konawe
Pengaruh antar variabel Koefisien t-value Sig. t Selatan menjadi sebesar 0,682
Regresi
Upaya Pencegahan → c. Koefisien Kesiapsiagaan Masyarakat (X2):
Tanggap Darurat 0,682 10,991 0,000
Bencana
0,209
Kesiapsiagaan Jika kesiapsiagaan masyarakat kenaikan
Masyarakat →
Tanggap Darurat 0,209 2,882 0,006 sebesar 1 point dengan upaya pencegahan
Bencana
Konstanta = 3,637 F-value = 228,897 dianggap tetap, maka akan menyebabkan
R = 0,942 Sig. F = 0.000
R-Square = 0,888 N = 61 peningkatan tanggap darurat bencana gempa
SEE = 0,684
bumi dan tsunami di Kecamatan Kolono
Sumber: Olahan Data Primer, 2019
Berdasarkan hasil analisis regresi linear Timur sebesar 0,209.

berganda pada Tabel 5.3 diperoleh persamaan Tingkat signifikansi yang digunakan

analisis regresi linear: adalah a = 5% atau 0,05. Hasil analisis regresi

Y=3,637+0,682X1+ 0,209X2 diperoleh nilai t hitung variabel upaya

Persamaan regresi tersebut mempunyai pencegahan bencana sebesar 10,991 dan nilai t

arti sebagai berikut: tabel diperoleh nilai 1,9996 sehingga t-tabel <

a. Konstanta: = 3,637 t-hitung . Hal ini menunjukan bahwa ada

Jika variabel upaya pencegahan bencana pengaruh upaya pencegahan bencana terhadap

dan kesiapsiagaan masyarakat = 0 atau tetap, tanggap darurat bencana gempa bumi dan

maka tanggap darurat bencana gempa bumi tsunami di Kecamatan Kolono Timur

dan tsunami di Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan. Dengan demikian

Kabupten Konawe Selatan akan menjadi hipotesis pertama (HI) diterima. Besarnya
pengaruh tersebut didukung dengan nilai r
sebesar 3,637
yang diperoleh dari hasil korelasi, nilai r yang
b. Koefisien Upaya Pencegahan Bencana
diperoleh adalah 0,934 yang berarti tingkat
(X1): 0,682
hubungan antara upaya pencegahan bencana
Jika upaya pencegahan bencana
dan tanggap darurat bencana sangat kuat.
mengalami kenaikan sebesar 1 point dengan
Pengujian hipotesis kedua (H2)
kesiapsiagaan masyarakat dianggap tetap,
berdasarkan Tabel 5.3 hasil analisis regresi
maka akan menyebabkan peningkatan tanggap

154
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

diperoleh nilai t hitung variabel kesiapsiagaan Konawe Selatan. Besarnya pengaruh tersebut
masyarakat sebesar 2,882 dan nilai t tabel didukung dengan nilai koefisien determinasi
diperoleh nilai 1,9996 sehingga t-tabel < t- R2 yaitu 0,888. Artinya keragaman variabel
hitung. Hal ini menunjukan bahwa ada tanggap darurat bencana dapat dijelaskan oleh
pengaruh kesiapsiagaan masyarakat terhadap model sebesar 88,80 % dan sisanya 11,20%
tanggap darurat bencana gempa bumi dan dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar
tsunami di Kecamatan Kolono Timur model penelitian ini. Dapat disimpulkan
Kabupaten Konawe Selatan. Besarnya bahwa dari nilai koefisien determinasi (R2)
pengaruh tersebut didukung dengan nilai r model penelitian ini memiliki akurasi atau
yang diperoleh dari hasil korelasi, nilai r yang ketepatan model yang baik karena nilainya
diperoleh adalah 0,808 yang berarti tingkat lebih besar dari 60%.
hubungan antara kesiapsiagaan masyarakat Temuan penelitian mendukung pene-
dan tanggap darurat bencana gempa bumi dan litian Syarif dan Mastura (2015) dimana
tsunami sangat kuat. terdapat hubungan yang bermakna dan sangat
Pengujian hipotesis ketiga (H3), kuat antara self efficacy dengan kesiapsiagaan
tujuannya adalah untuk menjastifikasi bencana gempa bumi dan tsunami (r 0,756; p
pengaruh simultan variabel dependen dengan 0,000) dan memiliki pengaruh terhadap
variabel independen. Hasil analisis kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan
berdasarkan Tabel 5.3 hasil regresi diperoleh tsunami sebesar 57%. Self Efficacy sendiri
nilai F hitung variabel tanggap darurat bencana dimaksudkan adalah perasaan individu
gempa bumi dan tsunami sebesar 228,897 dan terhadap kecukupan, efisiensi, dan
nilai F tabel diperoleh 1,539. sehingga F-tabel < kemampuan individu dalam mengatasi
F-hitung. Hal ini menunjukan Ho ditolak, kehidupan, sehingga self efficacy sebagai
sehingga hipotesis ketiga (H3) diterima. suatu kesiapsiagaan dalam menghadapi
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan (keadaan tanggap darurat) bencana gempa
bahwa ada pengaruh upaya pencegahan bumi dan tsunami.
bencana dan kesiapsiagaan masyarakat
terhadap tanggap darurat bencana gempa bumi
dan tsunami di Kecamatan Kolono Kabupaten

155
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

4.4 Manajemen Tanggap Darurat Bencana yang tersebar pada lima desa kajian yakni
Gempa Bumi dan Tsunami Desa Ngapawali sebanyak 2 titik; Desa Batu
Di Kecamatan Kolono Menurut Aspek Putih 3 titik; Desa Rumba-Rumba 2 titik, Desa
Pencegahan dan Kesiapsiagaan Ampera 2 titik dan Desa Amolengu 2 titik.
Berdasarkan hasil temuan penelitian Untuk titik utama evakuasi atau tempat
dimana tingkat kesiapan dalam pencegahan evakuasi akhir (TEA) adalah sembilan (9) titik
dan kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan utama evakuasi yang memenuhi criteria
Kolono Timur dalam kondisi tidak siap, maka tersebar pada seluruh (5) desa kajian yakni
penelitian merumuskan manajemen tanggap Desa Ngapawali 1 titik, Desa Batu Putih 2
darurat bencana gempa bumi dan tsunami. titik, Desa Rumba-Rumba 2 titik, Desa
Menurut Anam, dkk (2018), pencegahan dan Ampera 2 titik, dan Desa Amolengu 2 titik.
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Peta jalur evakuasi dan tempat evakuasi
tsunami dapat dilihat dari ketersediaan peta korban selengkapnya ditunjukkan pada
jalur evakuasi, papan informasi/penanda jalur Gambar 5.1.
evakuasi, tempat evakuasi, sistem peringatan
dini serta sarana pendukung lain. Sesuai
dengan pendapat tersebut, maka dalam
manajemen tanggap darurat bencana gempa
bumi dan tsunami di Kecamatan Kolono
Timur dalam penelitian adalah pembuatan
peta jalur evakuasi dan tempat evakuasi
korban bencana gempa bumi. Tempat
evakuasi korban bersifat sementara sebagai
titik kumpul saat tanggap darurat gempa bumi Gambar 5.2 Peta Jalur Evakuasi dan
dan titik utama evakuasi atau tempat evakuasi Tempat Evakuasi Korban Bencana Gempa
akhir (TEA). Bumi dan Tsunami di Kecamatan Kolono
Berdasarkan hasil analisis diketahui Timur.
bahwa terdapat sebelas (11) titik lokasi
evakuasi sementara yang memenuhi kriteria

156
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

V. KESIMPULAN di Kecamatan Kolono Timur yang paling


Upaya pencegahan masyarakat Keca- urgen adalah mitigasi bencana melalui
matan Kolono Timur dalam menghadapi pembuatan peta jalur evakuasi dan tempat
tanggap darurat bencana gempa bumi dan evakuasi korban dimana ada sebelas (11) titik
tsunami berada pada kondisi tidak siap, hal ini yang potensial sebagai tempat evakuasi
juga berdampak pada tingkat kesiapsiagaan sementara (titik kumpul) dan ada sembilan (9)
masyarakat juga berada pada kondisi tidak titik utama evakuasi yang potensial yang
siap. tersebar pada seluruh wilayah (sampel
Terdapat hubungan yang signifikan dan penelitian).
kuat antara upaya pencegahan bencana dan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap tanggap DAFTAR PUSTAKA
darurat bencana gempa bumi dan tsunami di Amelia, Rosa., Mudhalifana, Wa Ode Siti.,
Purwanti, Irna dan Ilham. 2017. Tinjauan
Kecamatan Kolono sebesar 88,80 % (nilai Kegempaan Di Sulawesi Tenggara Pada
koefisien determinasi R2 yaitu 0,888). Secara Tahun 2016 Berdasarkan Hasil
Pengamatan Stasiun Geofisika Kendari.
parsial, upaya pencegahan bencana berpenga- Artikel Ilmiah. BMKG Stasiun Geofisika
ruh (sangat kuat) terhadap tanggap darurat Kendari. Hal 1-7. Kendari.

bencana gempa bumi dan tsunami dan Anam, Khoirul., Mutholib, Abdul., Setiyawan,
kesiapsiagaan masyarakat juga berpengaruh Febry., Andini, Bevi Astika dan
Sefniwati. 2018. Kesiapan Institusi Lokal
(sangat kuat) terhadap tanggap darurat dalam Menghadapi Bencar Tsunami;
bencana gempa bumi dan tsunami di Studi Kasus Kelurahan Air Manis dan
Purus, Kota Padang. Jurnal Wilayah dan
Kecamatan Kolono Timur, artinya semakin Lingkungan. Vol. 6, No. 1. Hal 21.
baik upaya pencegahan dan kesiapsiagaan Padang.

masyarakat, maka semakin baik pula keadaan Anwar, Herryal Z. 2011. Fungsi Peringatan
masyarakat dalam keadaan tanggap darurat Dini dan Kesiapan Masyarakat dalam
Pengurangan Resiko Bencana Tsunami di
bencana. Indonesia: Studi Kasus di Kota Padang.
Dalam manajemen tanggap darurat Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan.
Vol. 21, No.2. Hal 76.
bencana sebagai upaya dalam meningkatkan
pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). 2017. Buku Saku; Tanggap
tanggap darurat bencana gempa bumi/tsunami

157
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 4 Edisi November 2019 (145-158)

Tangkas Tanggung Hadapi Bencana. Security and Emergency Management.


BNPB. Jakarta. Vol 8, Issue 1. Hal 1-22.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Herianto, Ridwan., Nulhaqim, Soni Akhmad.,
(BMKG). 2014. Katalog Gempa Bumi dan Rachmi, Hadiyanto A. 2014.
Signifikan dan Merusak Tahun 1821- Community Based Disaster Management.
2013. BMKG. Jakarta. Prosiding Riset dan PKM, Vol 2. No. 3.
Hal 301-330.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). 2012. Peraturan Kepala BNPB Jokowinarno, Dwi. 2011. Mitigasi Bencana
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Tsunami di Wilayah Pesisir Lampung.
Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jurnal Rekayasa, Vol. 15, No. 1. Hal 13-
BNPB. Jakarta. 20. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik (BPS) Konawe Selatan. Paramesti, Chrisantum Aji. 2011.
2018. Kecamatan Kolono Timur Dalam Kesiapsiagaan Masyarakat Kawasan
Angka 2018. 2018. BPS Konawe Selatan. Teluk Pelabuhan Ratu Terhadap Bencana
Andoolo. Gempa Bumi dan Tsunami, Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22
Bakornas Penanggulangan Bencana (Bakornas No. 2, Hlm.113 – 128. Bandung.
PB). 2010. Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Resiko Bencana 2010-2012. Purwati, Irna dan Ilham. 2017. Menilik
Direktorat Mitigasi Lahar Bakornas PB. Aktivitas Gempabumi Di Sulawesi
Jakarta. Tenggara. Artikel Ilmiah. MKG Stasiun
Geofisika Kendari. Hal 1-4. Kendari.
Cutter, Susan L., Burton, Cristhopher G., and
Emrich, Cristhopher T. 2010. Disaster Puspito, Nanang T. 2010. Mengelola Resiko
Resilience Indicators for Benchmarking Bencana Di Daerah Maritim. Artikel
Baseline Conditions, Journal of Ilmiah. Jurusan Geofisika dan
Homeland Security and Emergency Meteorologi ITB. Bandung.
Management, Vol. 7, Issue 1, pp:1-22.
Sahetapy, Geraldo Bicky, et al., eds.. Analisis
Febriana, Sugiyanto, Didik dan Abubakar, Jalur Evakuasi Bencana Banjir Di Kota
Yusya. 2015. Kesiapsiagaan Masyarakat Manado. 2016. Universitas Sam
Desa Siaga Bencana Dalam Menghadapi Ratulangi. Manado.
Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan
Meuraxa Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmu Surono. 2013. Geologi Lengan Tenggara
Kebencanaan, Vol 2, No. 3, Hal 41-49. Sulawesi. Badan Geologi Kementrian
Banda Aceh. Energi dan Sumber Daya Mineral.
Flanagan, Barry E., Gregory, Edward W., Jakarta.
Hallisey, Elaine J., Heitgerd, Janet L., and
Lewis. Brian. 2011. A Social
Vulnerability Index for Disaster
Management. Journal of Homeland

158

You might also like