ID Pelaksanaan Perlindungan Hak Tersangka D PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DALAM MEMBERIKAN

KETERANGAN SECARA BEBAS PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN


SEKTOR LIMAPULUH KOTA PEKANBARU
Oleh : Firman Saputra. A
Pembimbing 1 : Dr. Erdianto Efendi, S.H.,M.Kn
Pembimbing 2 : Widia Edorita, S.H., M.H
Alamat : Jl. S.parman Gg Al-kalis, Pekanbaru
Email :fs_aritonang@yahoo.com -Telepon:0853-6490-7353

ABSTRACT
In each stage of the examination, especially in the examination at the stage of
investigation, the right to give particulars had to be given to the suspect. As set out in
Article 52 of Law No. 8 of 1981 on Criminal Procedure, there is said that: In the
inspection process at the level of investigation and trial, the suspect or defendant is
entitled to give information freely to the investigator or a judge. It is clear that the suspect
or defendant since under examination at the level of investigation has been allowed to
enjoy or acquire rights, one of which is the right to testify freely. Where the rights of the
accused constitute a guarantee of human rights.
This type of research is classified as socio-juridical research, because this
research author directly conduct research on the location or point examined in order to
provide a complete and clear picture of the issues examined. This research was conducted
in the Police Sector Fifty cities Pekanbaru, while the sample population is a whole party
with regard to the issues examined in this study, the data source used, primary data,
secondary data, and the data tertiary, data collection techniques in this research with
interviews, questionnaires, and literature study.
The research problems are, among others: first, How the implementation of the
protection of the rights of suspects in providing information freely on the level of
investigation in the Police Sector Fifty cities Pekanbaru, second, whether the obstacles in
the implementation of the protection of the rights of suspects in providing information
freely on the level of investigation in the Police Sector Fifty cities Pekanbaru, third, how
to overcome obstacles in the implementation of the protection of rights of the accused
freely testified at the level of investigation in the Police Sector Fifty cities Pekanbaru.
Results of the study are: first, Implementation protection of the rights of suspects in
providing information freely to the process of checking the level of investigation in police
Fifty cities Pekanbaru is still not running well, because in practice is still a suspect who
feels that he does not get this right, second, Areas of law enforcement officers, community
factors, factors issues infrastructure is not maximized, third, police were professional and
high integrity, existence of facilities and pre adequate facilities, implement and uphold
human rights, community participation and outreach to the community so that people
know rights and obligations.

Keywords: Rights of Suspects - Description Freely - Investigation

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 1


PENDAHULUAN Selain sebagai makhluk sosial
juga termasuk makhluk individu yang
A. Latar Belakang hanya perlu dilindungi dan diakui
Hak asasi manusia bersifat terlebih keadaannya sebagai seorang
universal merupakan anugerah dari individu, jelas sama halnya dengan
Tuhan Yang Maha Esa yang wajib manusia lainnya, hanya saja berbeda
dilindungi, dihormati, dipertahankan dari pola dan cara hidupnya. Apakah
atau tidak boleh dirampas oleh tersangka hidup sesuai dengan aturan
siapapun.1 Hak–hak ini tidak dapat hukum yang berlaku atau malah merasa
diingkari, pengingkaran terhadap hak hukum itu tidak adil baginya.
asasi manusia berarti mengingkari Karena bagi sebagian orang,
martabat manusia itu sendiri.Oleh hukum atau peraturan dianggap sudah
karena itu, negara, pemerintah atau adil tapi sebagian orang, hukum atau
organsasi apapun mengemban peraturan itu belum tentu dianggap adil
kewajiban untuk mengakui dan bahkan ada yang merasa tertindas
melindungi hak asasi manusia dalam sehingga tersangka masih memiliki hak
memperoleh haknya tanpa terkecuali.2 yang harus dipenuhi atau dilindungi.
Hal ini menandakan bahwa HAM harus Sehubungan dengan tujuan dari
selalu menjadi titik tolak dan tujuan pada Hukum Acara Pidana diatas,
dalam penyelenggaraan kehidupan dalam upaya mencari kebenaran
bermasyarakat, berbangsa dan materill tersebut, maka sesuai dengan
bernegara. “Asas Praduga Tak Bersalah” tersangka
Kewajiban menghormati hak atau terdakwa mempunyai hak yang
asasi manusia tercermin dalam asas- harus dilindungi oleh Undang-Undang
asas hak asasi manusia dan pembukaan yaitu:4
UUD 1945 yang menjiwai keseluruhan 1. Hak Mendapat Pemeriksaan Dengan
pasal dalam batang tubuhnya, terutama Segera
yang berkaitan dengan persamaan 2. Hak Persiapan Pembelaan
kedudukan warga negara dalam hukum 3. Hak Untuk Memberikan Keterangan
dan pemerintahan. Penghormatan Secara Bebas
terhadap HAM terdapat pada Pasal 28 4. Hak Mendapatkan Juru Bahasa
D ayat 1 yang berbunyi, “setiap orang 5. Hak Mendapatkan Bantuan Hukum
berhak atas pengakuan jaminan, 6. Hak Memilih Sendiri Penasihat
perlindungan dan kepastian yang sama Hukum
di mata hukum”.3 Selain asas-asas 7. Hak Mendapatkan Bantuan Hukum
HAM dan UUD 1945 yang memberikan Secara Cuma-Cuma
perlindungan terhadap HAM, terdapat 8. Hak Menghubungi Penasihat
juga dalam KUHAP yang memberikan Hukum
perlindungan terhadap HAM khususnya 9. Hak Kunjungan Oleh Dokter
terhadap hak-hak tersangka dan Pribadi
terdakwa dalam pelaksanaan 10. Hak Mendapatkan Kunjungan
pemeriksaan perkara pidana. Keluarga dan Sanak Keluarga
11. Hak Berkirim dan Menerima Surat
12. Hak Menerima Kunjungan
1
Kerohanian
O.C. Kaligis, Perlindungan Hukum Atas Hak
13. Hak Diadili Pada Sidang Terbuka
Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana,
(Alumni: Bandung), 2006, hlm. 10. Untuk Umum
2
Ibid, hlm. 16 .
3 4
Undang-Undang Dasar 1945 dan Martiman Prodjomidjojo, Kedudukan
Perubahannya, (Kawan Pustaka: Jakarta), 2004, Tersangka dan Terdakwa Dalam Pemeriksaan,
hlm. 27. (Ghalia Indonesia: Jakarta), 1984, hlm. 22-27.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 2


14. Hak Mengajukan Saksi terjadi terutama dalam hal pemeriksaan
15. Hak Untuk Tidak Dibebani pada tahap penyidikan, karena ada
Kewajiban Pembuktian pengakuan si tersangka Inisial J Usia 28
16. Hak Mendapat Ganti Kerugian dan tahun tersangka kasus penyalahgunaan
Rehabilitasi. narkoba mengatakan pada saat
Ditinjau dari sudut proses pemeriksaan mendapatkan tindakan
pemeriksaan perkara pidana, maka kekerasan berupa tamparan diwajah
proses pemeriksaan tersebut terdiri serta dipukul dibagian perut oleh
dari:5 oknum penyidik demi memperoleh
1. Pemeriksaan pendahuluan keterangan tersangka dan Inisial R 24
2. Pemeriksaan diakhir sidang tahun tersangka kasus pencurian sepeda
pengadilan. motor sewaktu dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan pendahuluan mereka mengatakan pada saat
dimaksudkan adalah untuk menyiapkan pemeriksaan mendapatkan tekanan
hasil pemeriksaan secara tertulis dari berupa paksaan untuk mengakui
tersangka dan pengumpulan bahan yang perbuatan yang disertai pemukulan
akan menjadi barang bukti dalam suatu dibagian kepala belakang oleh oknum
rangkaian berkas perkara serta penyidik dalam memperoleh keterangan
kelengkapan pemeriksaan lainnya tersangka.8 Sebagaimana diatur dalam
dengan syarat untuk menyerahkan pasal 66 ayat 4 Peraturan Kapolri
perkara ke pengadilan. Kegiatan Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
pemeriksaan pendahuluan yang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
demikian itu dapat dirinci menjadi yang berbunyi “penyidik/penyidik
tindakan: pembantu dilarang menggunakan
1. Penyelidikan kekerasan, tekanan, atau ancaman
2. Penyidikan dalam bentuk apapun, dan harus
3. Penuntutan.6 berperilaku sebagai pihak yang akan
Asas Praduga Tak Bersalah menggali fakta-fakta dalam penegakan
merupakan salah satu asas ketentuan hukum”.
pokok kekuasaan kehakiman (Undang- Terlepas dari hal diatas bahwa
Undang No. 4 Tahun 2004) yang seorang petugas penyidik kepolisian
penjabarannya ada di dalam KUHAP adalah juga seorang manusia yang
bahwa Setiap orang yang disangka, memiliki keterbatasan baik dari segi
ditangkap, dituntut, dan dihadapkan di kemampuan intelegensi maupun
depan pengadilan wajib dianggap tidak kemampuan pengendalian diri,
bersalah sebelum adanya putusan sehingga tidak dapat dipungkiri dalam
pengadilan yang menyatakan menjalankan tugas terdapat kelalaian
kesalahannya dan memperoleh dan gegabahnya petugas dalam
kekuatan hukum yang tetap.7 menangani tersangka.9
Fenomena yang ditemui di Sebenarnya yang ingin dicapai
wilayah hukum Polsek Lima Puluh, dalam proses pemeriksaan itu adalah
dalam praktiknya pemberian keterangan untuk mendapatkan keterangan dari
oleh tersangka secara bebas masih tersangka dan bukan pengakuannya dan
dijumpai kejanggalan-kejanggalan dan
juga hal-hal yang tidak semestinya 8
Wawancara dengan tahanan Kepolisian
Sektor Lima Puluh, Hari Senin Tanggal 15 Februari
5
Ibid, hlm. 16. 2016, Bertempat di Polsek Lima Puluh
6 9
Ibid, hlm. 16. Wawancara dengan Bapak AIPTU Nelson
7
Abdul Thalib, Teori dan Filsafat Hukum Sitorus, Panit I Kepolisian Sektor Lima Puluh, Hari
Modern Dalam Perspektif, (Uir Press: Pekanbaru), Senin Tanggal 15 Februari 2016, Bertempat di
2005, hlm 168. Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 3


inilah yang sering terjadi kekeliruan penyidikan di Polsek Lima
dalam proses pemeriksaan yang Puluh Kota Pekanbaru.
dilakukan oleh Penyidik. Sebagaimana b. Untuk mengetahui hambatan
Pasal 52 KUHAP ditetapkan bahwa: pelaksanaan perlindungan hak
“Dalam proses pemeriksaan pada tersangka dalam memberikan
tingkat penyidikan dan pengadilan, keterangan secara bebas pada
tersangka atau terdakwa berhak tingkat penyidikan di Polsek
memberikan keterangan secara bebas Lima Puluh Kota Pekanbaru.
kepada penyidik atau hakim”.10 Kata c. Untuk mengetahui cara
bebas tersebut di atas berarti bahwa si mengatasi hambatan
tersangka bebas dari rasa takut, bebas pelaksanaan perlindungan hak
dari paksaan dan bebas dari segala tersangka dalam memberikan
bentuk tekanan. keterangan secara bebas pada
Berdasarkan uraian diatas, penulis tingkat penyidikan di Polsek
mencoba mengangkat permasalahan ini Lima Puluh Kota Pekanbaru.
sebagai bahan tulisan dengan judul 2. Kegunaan Penelitian
“Pelaksanaan Perlindungan Hak 1. Manfaat Teoritis
Tersangka dalam Memberikan Penelitian ini diharapkan
Keterangan Secara Bebas Pada bermanfaat untuk pengembangan
Tingkat Penyidikan di Kepolisian ilmu hukum secara umum dan
Sektor Lima Puluh Kota perkembangan hukum pidana pada
Pekanbaru”. khususnya, terutama dalam hal
B. Rumusan Masalah pelaksanaan perlindungan hak
a. Bagaimanakah pelaksanaan tersangka dalam memberikan
perlindungan hak tersangka dalam keterangan secara bebas pada tingkat
memberikan keterangan secara penyidikan di Polsek Lima Puluh
bebas pada tingkat penyidikan di 2. Manfaat Praktis
Polsek Lima Puluh Kota a. Sebagai sumbangan pemikiran
Pekanbaru? bagi almamater tempat di
b. Apakah hambatan pelaksanaan mana penulis menimba ilmu.
perlindungan hak tersangka dalam b. Sebagai masukan dan sumber
memberikan keterangan secara informasi sekalipun sangat
bebas pada tingkat penyidikan di sederhana bagi aparat penegak
Polsek Lima Puluh Kota hukum dalam pelaksanaan hak
Pekanbaru? tersangka dalam memberikan
c. Bagaimanakah cara mengatasi keterangan secara bebas pada
hambatan pelaksanaan perlindungan proses pemeriksaan perkara
hak tersangka dalam memberikan pidana.
keterangan secara bebas pada c. Di samping itu juga
tingkat penyidikan di Polsek Lima bermanfaat bagi penulis untuk
Puluh Kota Pekanbaru? menambah ilmu pengetahuan
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian serta pengalaman dalam
1. Tujuan Penelitian bidang ilmu hukum pidana
a. Untuk mengetahui pelaksanaan khususnya mengenai hak
perlindungan hak tersangka tersangka memberikan
dalam memberikan keterangan keterangan secara bebas pada
secara bebas pada tingkat proses pemeriksaan
penyidikan.

10
Andi Hamzah, KUHP…..,Op. Cit. hlm. 255

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 4


D. Kerangka Teori Konsep perlindungan hukum
1. Teori Hak Asasi Manusia terhadap hak asasi manusia diatur
Secara universal masyarakat dalam batang tubuh Undang-Undang
dunia mengakui bahwa setiap Dasar 1945 yaitu : Pasal 27, Pasal
manusia mempunyai sejumlah hak 28A sampai dengan 28J, Pasal 29,
yang menjadi miliknya sejak Pasal 30 dan Pasal 31.
keberadaannya sebagai manusia 2. Teori Penegakan Hukum
diakui, sekalipun manusia itu belum Terselenggaranya negara hukum
dilahirkan ke dunia ini.11 Secara sesuai dengan Undang-Undang Dasar
harfiah yang dimaksud dengan hak 1945 memerlukan perangkat
asasi manusia itu merupakan hak perundang-undangan yang menjunjung
yang bersifat fundamental sehingga tinggi hak asasi manusia serta
keberadaannya merupakan suatu menjamin setiap warga negara
keharusan (conditio sine qua non), bersamaan kedudukannya di dalam
tidak dapat diganggu gugat bahkan hukum dan pemerintahan dan wajib
harus dilindungi, dihormati, dan menjunjung hukum dan pemerintahan
dipertahankan dari segala macam dengan tidak ada kecualinya.14
hambatan dan gangguan dari Dalam era globalisasi ini,
sesamanya.12 kepastian, keadilan, dan efisiensi
Di Indonesia, pengertian hak menjadi sangat penting. Tiga hal itu
asasi manusia dimuat dalam Pasal 1 hanya bisa dijamin dengan hukum yang
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 baik.15 Masalah penegakan hukum, baik
Tentang Hak Asasi Manusia yang secara “inabstracto” maupun secara
berbunyi “Hak asasi manusia adalah “inconcreto” merupakan masalah
seperangkat hak yang melekat pada aktual yang akhir-akhir ini mendapat
hakikat dan keberadaan manusia soroton tajam dari masyarakat.16
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Di dalam hukum acara pidana
Esa dan merupakan anugerah-Nya juga sebagai dasar terselenggaranya
yang wajib dihormati, dijunjung peradilan pidana yang adil dan
tinggi dan dilindungi oleh negara, manusiawi dalam negara hukum,
hukum dan pemerintah dan setiap dipandang perlu perangkat perundang-
orang demi kehormatan serta undangan yang menjamin pelaksanaan
perlindungan harkat dan martabat penegakan hukum pidana sesuai dengan
manusia”.13Pengakuan dan jaminan fungsi dan wewenang masing-masing
terhadap harkat dan martabat aparatur penegak hukum kearah
manusia yang direfleksikan sebagai tegaknya hukum, keadilan, dan
HAM tersebut, merupakan suatu perlindungan harkat dan martabat
pengakuan baik bersifat nasional manusia, ketertiban dan kepastian
maupun universal ataupun hukum.17
internasional. Secara konstitusional
adanya pengakuan bersifat nasional
yang dapat ditemukan dalam 14
AL. Wisnubroto dan G. Widiatama,
Undang-Undang Dasar Negara Pembaharuan Hukum Acara Pidana, PT. Citra
Republik Indonesia Tahun 1945, Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 1.
15
yang secara formal diatur dan RE. Baringbing, Simpul Mewujudkan
Supremasi Hukum, Pusat Kajian Reformasi,
ditindak lanjuti dengan berbagai
Jakarta, 2001, hlm. 5.
peraturan perundang-undangan. 16
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakkan
Hukum dan Kebijakkan Hukum Pidana Dalam
11
O.C.Kaligis, Op.Cit, hlm 49. Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada
12
Yesmil Anwar dan Adang, Op.Cit, hlm. 60. Media Group, Jakarta, 2007, hlm. 18.
13 17
Ibid, hlm. 297. AL. Wisnubroto dan G. Widiatama, Loc. Cit.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 5


Penegakan hukum sebagaimana beralasan, bahwa ada terjadi suatu
dikemukakan oleh Kadir Husein, adalah pelanggaran.21
suatu sistem pengendalian kejahatan Pengertian penyidik diatur dalam
yang dilakukan oleh lembaga Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan Pidana (KUHAP) yang terdapat pada
Lembaga Pemasyarakatan atau lebih Pasal 1 butir 1 yang berbunyi sebagai
dikenal dengan istilah Sistem Peradilan berikut: “penyidik adalah pejabat Polisi
Pidana (SPP).18 Negara Republik Indonesia atau pejabat
Mengenai tugas polisi dalam Pegawai Negeri Sipil tertentu diberi
penegakan hukum, Barda Nawawi Arif wewenang khusus oleh Undang-
menegaskan bahwa pada intinya ada Undang untuk melakukan penyidikan”
dua tugas polisi dibidang penegakan Tugas penyidikan yang dilakukan
hukum, yaitu penegakan hukum di oleh penyidik POLRI (Polisi Republik
peradilan (dengan sarana “penal” yang Indonesia) adalah merupakan penyidik
lebih pada sifat Represif), dan tunggal bagi tindak pidana umum,
penegakan hukum dengan sarana “non- tugasnya sebagai penyidik sangat sulit
penal yang lebih pada sifat Preventif.19 dan membutuhkan tanggung jawab
Secara Preventif yakni mencegah yang sangat besar, karena penyidikan
terjadinya kejahatan atau pelanggaran merupakan tahap awal dari rangkaian
dengan menghapus faktor kesempatan, proses peradilan selanjutnya. 22
sehubungan dengan hal ini terdapat Sedangkan Pasal 1 butir 2 Kitab
anggapan bahwa kejahatan atau Undang-Undang Hukum Acara Pidana
pelanggaran akan terjadi jika faktor niat (KUHAP) menjelaskan mengenai
bertemu dengan faktor kesempatan. pengertian penyidikan, sebagai berikut:
Sedangkan tindakan Represif adalah “penyidikan adalah serangkaian
tindakan untuk menindak suatu tindakan penyidik dalam hal dan
kejahatan atau pelanggaran yang menurut cara yang diatur dalam
merupakan gangguan terhadap Undang-Undang ini untuk mencari serta
keamanan dan ketertiban umum. mengumpulkan bukti dengan bukti itu
Tindakan yang dimaksud adalah membuat terang tentang tindak pidana
tindakan yang diambil oleh petugas yang terjadi dan guna menemukan
apabila menemukan tindak pidana yang tersangkanya”
merupakan ganguan bagi keamanan dan E. Metode Penelitian
ketertiban umum sebagaimana yang 1. Jenis Penelitian
diatur dalam Kitab Undang-Undang Pendekatan yang digunakan
Hukum Acara Pidana (KUHAP). 20 dalam penelitian ini tergolong pada
3. Teori Penyidikan penelitian yuridis sosiologis yaitu
Dalam bahasa Belanda penelitian yang digunakan dengan
penyidikan sama dengan opsporing. alat pengumpulan data berupa
Menurut De Pinto, menyidik wawancara.
(opsporing) berarti pemeriksaan 2. Sifat Penelitian
permulaan oleh pejabat-pejabat yang Penelitian adalah deskriptif yang
ditunjuk oleh Undang-Undang segera artinya penulis bermaksud
setelah mereka dengan jalan apapun memberikan gambaran yang jelas
mendengar kabar yang sekedar dan rinci mengenai pelaksanaan

18 21
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana
Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 244. Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hlm. 118.
19 22
Kunarto, Perilaku Organisasi Polisi, Cipta Yesmil Anwar dan Adang, Sistem Peradilan
Manunggal, Jakarta, 1997, hlm. 111. Pidana, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm.
20
Ibid, hlm. 112. 79.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 6


perlindungan hak tersangka dalam 1. Bahan Hukum Primer, yaitu
memberikan keterangan secara bebas peraturan perundang-
pada tingkat penyidikan di undangan,
Kepolisian Sektor Limapuluh Kota 2. Bahan Hukum Sekunder,yaitu
Pekanbaru buku-buku,
3. Lokasi Penelitian 3. Bahan Hukum Tersier, yaitu
Lokasi penelitian ini dilakukan kamus, koran, jurnal, internet
di Kota Pekanbaru yakni di wilayah dan lain-lain.
hukum Kepolisian Sektor Lima 6. Teknik Pengumpulan Data
Puluh. Alasan penulis memilih a. Wawancara
kawasan tersebut adalah karena Yaitu dengan mengajukan
penulis menemukan bahwasanya di secara langsung pertanyaan
wilayah hukum Polsek Lima Puluh kepada responden, dengan
dalam praktik pemberian keterangan metode terstruktur, maupun
oleh tersangka secara bebas masih nonstruktur.
dijumpai kejanggalan-kejanggalan b. Kuisioner
dan juga hal-hal yang tidak Metode pengumpulan data
semestinya terjadi terutama dalam yang dilakukan dengan cara
hal pemeriksaan pada tahap membuat daftar-daftar pertanyaan
penyidikan, karena ada pengakuan yang memiliki korelasi dengan
bahwa si tersangka sewaktu permasalahan yang diteliti, yang
dilakukan pemeriksaan terhadap pada umumnya dalam daftar
dirinya. pertanyaan itu dapat berbentuk
4. Populasi objektif maupun esai.
Yang menjadi populasi dalam c. Kajian Kepustakaan
penelitian ini adalah: Yaitu dengan membaca
1. Kanit Reskrim Polsek Limapuluh litertur-literatur kepustakaan yang
Kota Pekanbaru memiliki korelasi dengan
2. Panit I Reskrim Polsek permasalahan yang diteliti.
Limapuluh Kota Pekanbaru 7. Analisis Data
3. Penyidik Pembantu Reskrim Data yang telah terkumpul yang
Polsek Limapuluh Kota diperoleh dari penelitian dianalisis
Pekanbaru secara kualitatif. Pengolahan data
4. Anggota Reskrim Polsek secara kualitatif merupakan analisis
Limapuluh Kota Pekanbaru dengan menguraikan secara
5. Tersangka/Tahanan Polsek deskriptif data yang telah diperoleh.
Limapuluh Kota Pekanbaru. Metode berpikir dalam penelitian
5. Sumber Data ini adalah metode deduktif, yakni
a. Data Primer menarik kesimpulan dari hal-hal
Data primer adalah data yang yang bersifat umum ke hal-hal yang
penulis dapatkan secara langsung bersifat khusus.
melalui responden dengan cara GAMBARAN LOKASI
melakukan penelitian dilapangan Nama Pekanbaru dulunya dikenal
mengenai hal-hal yang dengan nama “Senapelan” yang saat itu
bersangkutan dengan masalah dipimpin oleh seorang Kepala Suku
yang diteliti. disebut Batin. Daerah ini terus
b. Data Sekunder berkembang menjadi kawasan
Data sekunder adalah data pemukiman baru dan seiring waktu
yang mendukung data primer berubah menjadi Dusun Payung Sekaki
terdiri dari: yang terletak di muara sungai siak.Pada

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 7


tanggal 9 April 1689, telah di bebas kepada penyidik atau hakim”.23
perbaharui sebuah perjanjian antara Kata bebas tersebut di atas berarti
Kerajaan Johor dengan Belanda (VOC) bahwa si tersangka bebas dari rasa
dimana dalam perjanjian tersebut takut, bebas dari paksaan dan bebas dari
Belanda diberi hak yang lebih luas. segala bentuk tekanan. Namun dalam
Diantaranya pembebasan cukai dan pelaksanaannya, pelaksanaan
monopoli terhadap beberapa jenis perlindungan penghormatan,
barang dagangan.. Semenjak Sultan perlindungan atau penegakan hak asasi
Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di manusia dalam hal ini hak memberikan
Senapelan, beliau membangun Istana di keterangan secara bebas kepada
Kampung Bukit dan diperkirakan istana penyidik atau hakim masih jauh dari
tersebut terletak dilokasi Mesjid Raya memuaskan, hal tersebut tercermin dari
sekarang. Sultan berinisiatif membuat penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat
pekan atau pasar di Senapelan namun penegak hukum berupa memberikan
tidak berkembang. Senapelan yang tekanan berupa fisik maupun mental
kemudian lebih populer disebut dengan kepada tersangka sehingga tersangka
Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal tidak dapat memberikan keterangan
21 Rajab hari Selasa tahun 1204 H secara bebas baik pada saat penyidikan.
bersamaan dengan 23 Juni 1784 M oleh Dari hasil penelitian tentang
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil bagaimana pelaksanaan perlindungan
Muazamsyah dibawah pemerintahan hak tersangka dalam memberikan
Sultan Yahya yang kemudian keterangan secara bebas dalam proses
ditetapkan sebagai hari jadi kota penyidikan di Polsek Limapuluh
Pekanbaru. Pekanbaru berjalan atau tidak dapat
Kota Pekanbaru berbatasan dengan : dilihat dari wawancara yang dilakukan
1) Sebelah utara berbatasan dengan terhadap beberapa penyidik dari pihak
Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepolisian bagian Reskrim yang pernah
Kampar; menangani kasus terhadap pelanggaran
2) Sebelah selatan berbatasan dengan hak tersangka dalam hal ini
Kabupaten Kampar dan Kabupaten memberikan keterangan secara bebas
Pelalawan; dalam proses pemeriksaan pada tingkat
3) Sebelah barat berbatasan dengan penyidikan.
Kabupaten Kampar; AKP Arry Prasetya, SH,MH.
4) Sebelah timur berbatasan dengan sewaktu dilakukan wawancara
Kabupaten Siak dan Kabupaten mengatakan bahwa dalam pemeriksaan
Pelalawan. di tingkat penyidikan:
HASIL PENELITIAN DAN 1. Tersangka diberitahukan apa-apa
PEMBAHASAN yang menjadi haknya
A. Pelaksanaan Perlindungan Hak 2. Tersangka tetap diperlakukan
Tersangka Dalam Memberikan sebagai manusia yang memiliki hak-
Keterangan Secara Bebas Pada hak yang harus dihormati dan harus
Tingkat Penyidikan di Polsek dijunjung tinggi
Lima Puluh Kota Pekanbaru. 3. Tetap diperlakukan asas praduga tak
Pasal 52 KUHAP ditetapkan bersalah.
bahwa bahwa: “Dalam pemeriksaan Hasil wawancara yang dilakukan
pada tingkat penyidikan dan dengan Panit I Reskrim AIPTU Nelson
pengadilan, tersangka atau terdakwa Sitorus mengatakan bahwa Terlepas
berhak memberikan keterangan secara dari hal diatas bahwa seorang petugas

23
Andi Hamzah, Op.cit, hlm. 255

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 8


penyidik kepolisian adalah juga seorang B. Hambatan Perlindungan Hak
manusia yang memiliki keterbatasan Tersangka dalam Memberikan
baik dari segi kemampuan intelegensi Keterangan Secara Bebas
maupun kemampuan pengendalian diri, 1. Faktor Aparat Penegak Hukum
sehingga tidak dapat dipungkiri dalam Secara sosiologis, maka setiap
menjalankan tugas terdapat kelalaian penegak hukum mempunyai kedudukan
dan gegabahnya petugas dalam (status) dan peranan (role). Kedudukan
menangani tersangka.24 (sosial) merupakan posisi tertentu
Begitu pula dengan hasil dalam struktur kemasyarakatan,
wawancara yang dilakukan dengan seseorang yang mempunyai kedudukan
Penyidik Pembantu Reskrim tertentu dinamakan pemegang
BRIGADIR Rio Sahat, menurut beliau peranan.26 Aparat penegak hukum yang
hak tersangka dalam memberikan dimaksud adalah pihak kepolisian
keterangan secara bebas pada saat dalam hal ini penyidik. Aparat
pemeriksaan pada tingkat penyidikan kepolisian adalah penegak hukum yang
telah dilaksanakan sesuai dengan harusnya bukan hanya tahu hukum
KUHAP, namun beliau juga tidak dapat tetapi juga tunduk dan patuh pada
memungkiri adanya oknum-oknum hukum, ketika di wawancara Kanit
anggota penyidik yang bertindak diluar Reskrim AKP Arry Prasetya,
apa yang telah ditentukan oleh KUHAP mengatakan bahwa pelanggaran
maupun aturan lainnya.25 tersebut terjadi karena masih ada aparat
Dari hasil wawancara terhadap kepolisian yang kurang professional.27
ketiga penyidik tersebut dapat Kurang profesionalismenya penyidik ini
disimpulkan bahwasanya pada saat meliputi kurang profesionalisme secara
pemeriksaan di tingkat penyidikan hak kuantitas dan kurang profesionalisme
tersangka dalam hal ini hak secara kualitas.28
memberikan keterangan secara bebas 2. Faktor Budaya
sudah dilaksanakan sesuai dengan Hal ini terjadi karena kultur
aturan-aturan dalam KUHAP, yaitu budaya kolonial aparat yang telah turun
Pasal 52 KUHAP. Namun demikian temurun dan membudaya. Dimana
juga penyidik juga belum dapat biasanya pendekatan yang dilakukan
maksimal menjalankan apa yang oleh pihak oknum polri masih
diamanahkan dalam Pasal 52 KUHAP pendekatan yang bersifat matrealistik
hal ini dikarenakan masih adanya yang selalu mengedepankan fisik.
oknum-oknum penyidik yang belum Selain itu setiap orang yang menjadi
mengetahui apa yang menjadi hak-hak tersangka, dimata aparat kepolisian
tersangka menurut KUHAP karena mereka sudah dianggap sebagai pihak
terbatasnya intelektualitas dan yang bersalah dan aparat kepolisian
pengetahuan penyidik akan hal tersebut. dalam hal ini penyidik memperlakukan
tidak sesuai lagi dengan aturan yang
berlaku.

26
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang
24
Wawancara dengan Bapak AIPTU Nelson Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo
Sitorus, Panit I Kepolisian Sektor Lima Puluh, Hari Persada, Jakarta, 1983, hlm. 19.
27
Senin Tanggal 15 Februari 2016, Bertempat di Wawancara dengan Bapak AKP Arry
Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh Prasetya SH,MH, Op.cit,
25 28
Wawancara dengan Bapak BRIGADIR Rio Hamrat Hamidi dan Harus M. Husein,
Sahat, Penyidik Pembantu Kepolisian Sektor Lima Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang
Puluh, Hari Senin Tanggal 15 Februari 2016, Penyidikan Dalam Bentuk Tanya Jawab, Sinar
Bertempat di Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh Grafika, Jakarta, 1992, Hlm.8.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 9


Dalam hal ini seolah-olah hak Prasetya yang menjadi hambatan
asasi dari tersangka telah dilangkahi pelaksanaan perlindungan hak
oleh aparat penegak hukum. tersangka dalam hal ini hak
3. Faktor Masyarakat memberikan keterangan secara bebas
Dari wawancara yang dilakukan dalam proses pemeriksaan pada tingkat
dengan Panit I AIPTU Nelson Sitorus penyidikan di Polsek Limapuluh Kota
mengatakan bahwa salah satu faktor Pekanbaru adalah belum adanya sarana
pengahambat pelaksanaan hak peralatan pendeteksi kebohongan (lie
tersangka dalam memberikan detector).31
keterangan secara bebas pada tingkat Menurut AIPTU Masri Pili, dana
pemeriksaan penyidikan adalah berasal dari yang diberi pemerintah yang
dari masyarakat itu sendiri dimana diperoleh dari APBN Kepada
masyarakat di anggap terkadang tidak Kepolisian Sektor Limapuluh
mendukung jalannya proses Pekanbaru, tidak seluruhnya mencukupi
29
penyidikan. Masyarakat disini adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pihak
masyarakat dalam arti masyarakat Kepolisian Sektor Limapuluh
secara luas yaitu masyarakat umum dan Pekanbaru terutama dalam hal proses
masyarakat dalam arti sempit yaitu para pemeriksaan penyidikan yang dilakukan
tersangka. penyidik masih kurangnya alokasi dana
Adapun hambatan dari masyarakat yang diberikan pemerintah hal ini
dalam arti luas atau masyarakat umum disebabkan karena adanya aktivitas atau
yaitu: mobilitas di Polsek sendiri yang tinggi,
1. Masyarakat tidak mengetahui dan hal tersebut disebabkan oleh adanya
memahami ketentuan-ketentuan tingkat kriminalitas yang terjadi di
yang terdapat dalam KUHAP wilayah hukum Polsek Limapuluh
2. Apabila masyarakat tidak memerlukan biaya yang besar untuk
mengetahui dan memahami menangani kasus-kasus yang ada.32
ketentuan hukum acara pidana sudah C. Upaya Menanggulangi Hambatan
tentu sulit diharapkan mereka dapat Perlindungan Hak Tersangka
menghayati hak dan kewajibannya dalam Memberikan Keterangan
sebagai warga negara Secara Bebas Pada Tingkat
3. Apabila masyarakat telah mengenal Penyidikan di Kepolisian Sektor
hukum mengetahui dan memahami Limapuluh Kota Pekanbaru
hak dan kewajibannya tetapi 1. Polisi yang professional dan
masyarakat terkadang tidak Berintegritas yang tinggi
memperlihatkan kepatuhannya Dari pihak kepolisian sendiri dalam
terhadap hukum.30 hal ini penyidik, agar tidak terjadinya
Sedangkan hambatan yang datang dari pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-
tersangka sendiri yaitu hambatan yang hak tersangka dalam proses
berupa sulitnya untuk memperoleh pemeriksaan penyidikan khususnya
keterangan dari tersangka. penyidik di Polsek Limapuluh harus
4. Faktor Sarana dan Prasarana memakai penyidik yang professional
Dari wawancara yang dilakukan
terhadap Kanit Reskrim AKP Arry
31
Wawancara dengan Bapak AKP Arry
Prasetya,SH,MH, Kanit Reskrim Kepolisian Sektor
29
Wawancara dengan Bapak AIPTU Nelson Lima Puluh, Hari Selasa Tanggal 16 Februari 2016,
Sitorus, Panit I Kepolisian Sektor Lima Puluh, Hari Bertempat di Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh
32
Selasa Tanggal 16 Februari 2016, Bertempat di Wawancara dengan Bapak AIPTU Marsi
Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh Pili, Anggota Reskrim Kepolisian Sektor Lima
30
Hamrat Hamid dan Harun M.Husein, Op.cit, Puluh, Hari Selasa Tanggal 16 Februari 2016,
hlm.8. Bertempat di Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 10


dalam menjalankan tugasnya. Penyidik Dengan demikian polisi
harus mengetahui tentang aturan hukum professional dalam hal ini penyidik
yang ada yang terdapat di dalam KUHP dalam melakukan penyidikan tidak lagi
dan KUHAP. Profesionalisme penyidik mengejar pengakuan tersangka tetapi
tidak hanya dari segi kualitas tetapi juga bukti-bukti ilmiah yang mendukung
dari segi kuantitasnya. ketersangkaannya tersebut.
Dalam Undang-Undang Nomor 2 2. Menjunjung Tinggi HAM
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Polisi juga harus mengerti,
Republik Indonesia Pasal 31 telah menjunjung tinggi serta memahami hak
menyebutkan bahwa “Pejabat asasi manusia dalam pelaksanaannya
Kepolisian Negara Republik Indonesia karena polisi dan HAM ibarat dua sisi
dalam melaksanakan tugas dan mata uang. Langkah ini juga dilakukan
wewenangnya harus memiliki agar dapat merubah kebiasaan-
kemampuan profesi”.33 kebiasaan yang sudah turun-menurun
Kemudian dalam Pasal 32 juga yang kurang Profesional dalam proses
menyebutkan bahwa “Pembinaan pemeriksaan tersangka melalui
kemampuan profesi pejabat Kepolisian pelatihan dan pendidikan yang
36
Negara Republik Indonesia berlanjut. Kurang memahami HAM
diselenggarakan dibidang teknis akan melahirkan konotasi negatif
kepolisian melalui pendidikan, ekstrim seperti istilah polisi brutal,
pelatihan dan penugasan secara menyalahgunakan wewenang kejahatan
berjenjang dan berlanjut”.34 Pembinaan penguasa (crime of the goverment)
kemampuan profesi anggota kepolisian kekerasan polisi dan sebagainya.
dilaksanakan melalui pembinaan etika Sikap polisi yang profesionalisme
profesi dan pengembangan pengetahuan juga diatur dalam Undang-Undang
serta pengalaman penugasan secara Nomor 2 Tahun 2002 tentang
berjenjang, berlanjut, dan terpadu.35 Kepolisian Negara Republik Indonesia
Peningkatan dan pengembangan dalam Pasal 19 ayat (1) menjelaskan
pengetahuan dapat dilaksankan melalui bahwa:
pendidikan dan pelatihan, baik di dalam “Dalam menjalankan tugas dan
maupun diluar lingkungan Kepolisian wewenangnya, pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia di lembaga Negara Republik Indonesia senantiasa
dalam maupun luar negeri, serta bertindak berdasarkan norma hukum
berbagai bentuk pelatihan lainnya dan mengindahkan norma agama,
sepanjang untuk meningkatkan kesopanan, kesusilaan, serta
profesionalisme. Tuntutan pelaksanaan menjunjung tinggi Hak Asasi
tugas serta pembinaan kemampuan Manusia.”
profesi kepolisian mengharuskan 3. Peran Serta Masyarakat dan
adanya dan memaksimalkan lembaga Sosialisasi Terhadap Masyarakat
tersebut untuk menyelenggarakan dan Tersangka
pendidikan ilmu kepolisian yang Terhadap masyarakat secara umum
bersifat akademik maupun profesi dan mengenai ketidaktahuan dan kurang
pengkajian teknologi kepolisian. pemahamannya akan adanya aturan
perundang-undangan dalam hal ini
33
KUHAP, aparat penegak hukum dalam
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
hal ini perlu memasyarakatkan hukum
Kepolisian Negara Republik Indonesia
34
Ibid.
35 36
Wawancara dengan Bapak AIPTU Nelson Wawancara dengan Bapak AIPTU Nelson
Sitorus, Panit I Kepolisian Sektor Lima Puluh, Hari Sitorus, Panit I Kepolisian Sektor Lima Puluh, Hari
Selasa Tanggal 16 Februari 2016, Bertempat di Selasa Tanggal 16 Februari 2016, Bertempat di
Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 11


acara pidana tersebut dan diharapkan PENUTUP
dengan adanya sosialisasi ini maka A. Kesimpulan
masyarakat dapat mengetahui hak dan 1. Pelaksananaan Perlindungan hak
kewajibannya dan masyarakat yang tersangka dalam memberikan
sudah mengetahui tentang peraturan keterangan secara bebas pada proses
hukum tersebut mau untuk tunduk pemeriksaan tingkat penyidikan di
terhadap aturan yang berlaku tersebut Polsek Limapuluh Kota Pekanbaru
karena manfaat dari hukum tersebut adalah masih belum berjalan dengan
sangat besar.37 baik, karena dalam pelaksanaannya
4. Adanya Sarana dan Fasilitas yang masih ada tersangka yang merasa
memadai bahwa ia tidak mendapatkan hak
Dari wawancara yang dilakukan tersebut, padahal hak tersangka
kepada AKP Arry Prasetya, SH.MH, tersebut sudah jelas-jelas tertulis di
beliau mengatakan pihak kepolisian dalam Pasal 52 KUHAP
dalam hal ini penyidik Polsek 2. Hambatan pelaksanaan perlindungan
Limapuluh agar dapat menjalankan hak tersangka dalam memberikan
tugasnya dengan baik dan berjalan keterangan secara bebas pada proses
dengan lancar, lembaga kepolisian pemeriksaan penyidikan di Polsek
tersebut harus memiliki sarana dan Limapuluh Kota Pekanbaru adalah:
fasilitas yang memadai, baik itu dari a) Faktor aparat penegak hukum
segi peralatan maupun pendanaan yang b) Faktor budaya
cukup, namun dilapangan mengenai c) Faktor masyarakat
sarana dan prasarana yang memadai di d) Faktor masalah sarana dan
Polsek Limapuluh belum dapat prasarana
terealisasi sebagaimana mestinya, 3. Upaya menanggulangi hambatan dan
Namun penambahan peralatan dan pelanggaran pelaksanaan
pendanaan pada saat ini prosesnya perlindungan hak tersangka dalam
sedang berjalan.38 Alokasi dana dari memberikan keterangan secara bebas
pemerintah belum mencukupi dalam pada proses pemeriksaan penyidikan
pelaksanaannya yang mana disebabkan di Polsek Limapuluh Kota
tingginya tingkat kriminalitas dan Pekanbaru adalah:
aktivitas yang tinggi di wilayah hukum a) Penegak hukum yang professional
Polsek Limapuluh Pekanbaru. Tanpa dan berintegritas tinggi
sarana dan fasilitas yang memadai akan b) Menjunjung tinggi HAM
sulit tercapai suatu tujuan yang hendak c) Sosialisasi dan peran serta
diperoleh yaitu terwujudnya suatu masyarakat
kinerja kepolisian yang dapat membuat d) Penyediaan sarana dan pra sarana
masyarakat percaya akan loyalitas dan yang memadai
totalitas kinerja dari kepolisian tersebut. B. Saran
1. Kepada para penegak hukum dalam
hal ini Penyidik Kepolisian agar
dalam melakukan pemeriksaan
perkara pidana terhadap tersangka
37
Wawancara dengan Bapak AIPTU Nelson agar menerapkan Asas Praduga Tak
Sitorus, Panit I Kepolisian Sektor Lima Puluh, Hari Bersalah (Presumption Of Innocent)
Selasa Tanggal 16 Februari 2016, Bertempat di dan menjunjung tinggi hak asasi
Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh
38
Wawancara dengan Bapak AKP Arry
manusia, karena setiap orang wajib
Prasetya,SH,MH, Kanit Reskrim Kepolisian Sektor dianggap tidak bersalah sebelum ada
Lima Puluh, Hari Selasa Tanggal 16 Februari 2016, putusan pengadilan yang
Bertempat di Kantor Reskrim Polsek Lima Puluh

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 12


menyatakan kesalahannya dan telah _________________, 2003, Teori-
memperoleh kekuatan hukum tetap. Teori dan Kebijakan Pidana,
2. Kepada tersangka guna mempercepat Rajawali Press, Jakarta
proses pemeriksaan penyidikan
hendaknya memberikan keterangan- Ali, Zainudin, 2010, Sosiologi Hukum,
keterangan dengan jujur dan tidak Sinar Grafika, Palu
berbelit-belit, sehingga proses
pemeriksaan dapat berjalan dengan Afiah, Ratna Nurul, 1986, Praperadilan
lancar dan tidak terjadi hal-hal yang dan Ruang Lingkupnya, Akademika
dapat menyebabkan kekerasan Pressindo, Jakarta
terhadap tersangka dan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia. Aziz, Abdul, dan Sofyan Andi, 2014,
3. Agar tidak terjadi pelanggaran hak Suatu Pengantar Hukum Acara
tersangka dalam hal ini yaitu hak Pidana, Kencana Prenadamedia
memberikan keterangan secara bebas Group, Jakarta
pada proses pemeriksaan penyidikan
yaitu berupa penyalahgunaan Baringbing, RE, 2001, Simpul
kewenangan oleh penyidik dengan Mewujudkan Supremasi Hukum,
melakukan upaya paksa, sebaiknya Pusat Kajian Reformasi, Jakarta
pemerintah dalam hal ini dapat
kiranya menambah alokasi dana Erdianto, 2010, Pokok-Pokok Hukum
maupun peralatan yang dibutuhkan Pidana, Alaf Riau, Pekanbaru
oleh aparat penegak hukum salah
satunya yakni pengadaan alat Friedman, Lawren, 2009, Sistem Hukum
teknologi pendeteksi kebohongan Perspektif Ilmu Sosial, Nusa Media,
(lie detector) agar dapat menunjang Jakarta
kerja aparat penegak hukum dalam
melaksanakan proses penyidikan Hamzah, Andi, 2000, Hukum Acara
yang baik dan sesuai dengan aturan Pidana Indonesia, Sinar Grafika,
yang ada tanpa melangkahi hak asasi Jakarta
dari tersangka untuk memberikan
keterangan secara bebas. Handoyo, Cipto Hestu, 2003,
Kewarganegaraan dan Hak Asasi
DAFTAR PUSTAKA Manusia, Universitas Atma Jaya,
A. Buku Yogyakarta
Ali, Achmad, 2000, Menjelajahi Kajian
Empiris Terhadap Hukum, Pradnya Harahap, Yahya, 2003, Pembahasan
Paramitha, Jakarta Permasalahan dan Penerapan
KUHAP Penyidikan dan Penuntutan,
Anwar, Yesmil dan Adang, 2009, Sinar Grafika, Jakarta
Sistem Peradilan Pidana, Widya
Padjadjaran, Bandung Husein, Horas, dan Hamidi Hamrat,
1992, Pembahasan Permasalahan
Arief, Barda Nawawi, 2007, Masalah KUHAP Bidang Penyidikan, Sinar
Penegakan Hukum dan Kebijakan Grafika, Jakarta
Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan, Irsan, Koesparmono, 1996, Kebijakan
Kencana Prenada Media Group, Menanggulangi Kejahatan, Forum
Jakarta Keadilan, Jakarta

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 13


Ishaq, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Soa’n, Sholeh, 2004, Moral Penegak
Sinar Grafika, Jakarta Hukum di Indonesia (Pengacara,
Hakim, Jaksa), Agung Mulia,
Kaligis, 2006, Perlindungan Hukum Jakarta
Atas Hak Asasi Tersangka,
Terdakwa, dan Terpidana, Alumni, Soesilo, 1996, Taktik dan Teknik
Bandung Penyidikan Perkara Kriminil,
Poolitea, Bogor
Kunarto, 1997, Perilaku Organisasi
POLISI, Cipta Manunggal, Jakarta Soekanto, Soerjono, 2005, Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Prodjomidjojo, Martiman, 2000, Penegakan Hukum, Raja Grafindo,
Kedudukan Tersangka, Terdakwa Jakarta
dalam Pemeriksaan, Ghalia
Indonesia, Jakarta ________________, 2005, Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Prints, Darwan, 2001, Sosialisasi dan Penegakan Hukum, Raja Grafindo,
Diseminasi Penegakan Hak Asasi Jakarta
Manusia, Citra Aditya Bakti,
Bandung Thalib, Abdul, 2005, Teori dan Filsafat
Hukum Modern Dalam Perspektif,
Prakoso, Djoko, 1987, Polri Sebagai UIR Press,Pekanbaru
Penyidik dalam Penegakan Hukum,
Bina Aksara, Jakarta Utomo, Warsito Hadi, 2005, Hukum
Kepolisian di Indonesia, Prestasi
_____________, 1987, Penyidik, Pustaka, Jakarta
Penuntut Umum, dan Hakim dalam
Proses Hukum Acara Pidana, Bina Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian
Aksara, Jakarta Hukum Dalam Praktek, Sinar
Grafika, Jakarta
Priyatno, Dwidya, dan Muladi, 1991,
Pertanggungjawaban Korporasi Widiatmoko, Ananta, dan Pramudya
dalam Hukum Pidana, Sekolah Kelik, 2006, Pedoman Etika Aparat
Tinggi Hukum Bandung, Bandung Penegak Hukum, Pustaka Yustisia,
Jakarta
Rasyidi, Lili, 2009, Kapita Selekta
Hukum, Widya Padjadjaran, Wiyanto, Roni, 2012, Asas-Asas Hukum
Bandung Pidana Indonesia, Mandar Maju,
Surakarta
Rahardjo, Satjipto, 2007, Membangun
Polisi Sipil, Buku Kompas, Jakarta Widiatama, dan Wisnubroto, 2005,
Pembaharuan Hukum Acara Pidana,
_______________, 2009, Penegakan PT.Citra Aditya Bakti, Bandung
Hukum, Genta Publishing,
Yogyakarta Yani, Amelia, 1995, Hubungan Polisi
Dengan Masyarakat, Cakra Aditya
Sabon, Boli Max, 2009, Hak Asasi Permana, Jakarta
Manusia, Universitas Atma Jaya,
Jakarta

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 14


Yulihasin, Emma, 2008, Bekerja Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
Sebagai Polisi, Esensi Erlangga Tentang Kejaksaan Republik
Group, Jakarta Indonesia, Lembaran Negara
B. Jurnal/Kamus/Skripsi Republik Indonesia Tahun 2004
Erdiansyah, 2010, “Kekerasan Dalam Nomor 67
Penyidikan Perspektif Hukum dan
Keadilan”, Jurnal Ilmu Hukum, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
Fakultas Hukum Universitas Riau, 2010 Tentang Pelaksanaan Kitab
Edisi I, No. 1 Agustus 2010 Undang-Undang Hukum Acara
Pidana
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990,
Balai Pustaka, Jakarta Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
Sudarsono, 2012, Kamus Hukum, 2012 Tentang Manajemen
Rineka Cipta, Jakarta Aditya Distrin Penyidikan Tindak Pidana
Wibowo,”Proses Penyelidikan dan D. Website
Penyidikan Tindak Pidana http://www.hukumonline.com/hak
Pemalsuan Merek dan Upaya “Istimewa Tersangka Dalam
Penaggulangannya(Studi Kasus di ProsesPenyidikan diakses , Selasa 20
Poltabes Surabaya),” Skripsi, Februari 2016 Pukul 15.10 WIB
Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, 2008 http://www.pekanbaru.go.id/sejarah-
C. Undang-Undang pekanbaru/diakses,Kamis, 21 April
Undang-Undang Dasar Negara 2016.Pukul 14.00WIB
Republik Indonesia Tahun 1945
http://bappeda.pekanbaru.go.id/page/4/
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 kondisi-geografis, diakses, Kamis,
Tentang Kitab Undang-Undang 21 April 2016. Pukul.14.00 WIB
Hukum Acara Pidana, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun http://pekanbaru.go.id/wilayah-
1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik geografis, diakses, Sabtu, 21 april
Indonesia Nomor 3209 2016.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 http://www.jimly.com/makalah/namafil


Tentang Hak Asasi Manusia, e/generasihakasasimanusia, diakses
Lembaran Negara Republik Minggu, 10 Maret 2016.
Indonesia Tahun 1999 Nomor 165
dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002


Tentang Kepolisian Republik
Indonesia, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 2 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4168

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 15

You might also like