19 65 1 PB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Tantangan dalam perawatan oral lichen planus

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16 (1):8-17 Fakultas Kedokteran Gigi


http//www.fkg.ui.edu Universitas Indonesia

ISSN 1693-9697

TANTANGAN DALAM PERAWATAN ORAL LICHEN PLANUS


PADA PASIEN DIABETES MELITUS
(LAPORAN KASUS)
Ravina Naomi Tarigan* Titiek Setyawati**
* Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia
** Staf Akademik Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas IndonesiaJl. Salemba Raya No.4, Jakarta Pusat. Telp. (021) 2303257

Abstract
Oral lichen planus (OLP) is a chronic inflammatory condition that effects oral mucous
membranes with a variety of clinical presentations including reticular, atrophic, plaque and
ulcerative lesions. Corticosteroid is one of the effective therapy for OLP in reducing the sign and
symptoms of this disease, but this therapy have a serious side effect, therefore to administering one
must consider the patient’s systemic condition. We reported a case of OLP in 52 years old female
patient who has no history of diabetes mellitus and unknown glucose level. Management of this
patient included application of corticosteroid swish, topical 0.05% clobetasol propionate and 0,1%
triamcinolone acetonide, antimycotics, improvement the oral hygiene status and referral to internal
medicine specialist. The next treatments plan challenging because unstable blood glucose level
which in turn effects the drug choice and teeth extraction plan. We concluded that the treatment of
OLP requires a complete assessment of medical status and lab studies specially on the first visit so
the drug selection with corticosteroid therapy and the treatment planning of predisposing factor are
effective in reducing the sign and symptoms of OLP with minimum systemic side effect.
Key Words: treatment, oral lichen planus, diabetes mellitus

Pendahuluan merupakan penyakit akibat rusaknya sel basal


dengan latar belakang kondisi imunologis yang
Oral lichen planus (OLP) merupakan penyebabnya tidak diketahui1,4-6. Diduga
penyakit mukokutaneus kronis yang bersifat merupakan keadaan yang abnormal dari respon
autoimun yang biasanya melibatkan mukosa imun sel T7,4 pada epitelium basal yang diduga
rongga mulut,1,2 yaitu berupa inflamasi kronis sebagai benda asing sehingga menyebabkan
yang mengenai epitel berlapis skuamosa.3 OLP

Alamat Korespondensi: Departemen Ilmu Penyakit Mulut. Jl Salemba Raya No 4. Jakarta Pusat.
Ravina Naomi Tarigan, Titiek Setyawati

perubahan pada permukaan sel1. Stres,8 genetik, sebagai pengobatan sendiri ataupun steroid-
makanan, obat-obatan, plak gigi, penyakit sparing agents.8
sistemik dan higiene mulut yang buruk diduga Laporan kasus ini membahas suatu kasus
menjadi pemicu terjadinya OLP.9,10 OLP tipe retikular, erosif dan ulseratif pada
Penyakit ini umum terjadi, yaitu pasien yang kemudian diketahui memiliki
mengenai sekitar 1-2% populasi3,4,5,7,11 dan lebih penyakit sistemik diabetes melitus yaitu
sering mengenai wanita dibandingkan pria1-5,8,11 peningkatan kadar gula darah yang terjadi
dengan perbandingan 2:1.3,4 OLP umumnya sewaktu perawatan rongga mulutnya dilakukan
terjadi pada individu antara 30-60 tahun.1-3,5,7,8 sehingga mempengaruhi keparahan lesi serta
Penyakit ini memiliki beberapa bentuk penatalaksaannya.
manifestasi klinis yang dapat mengakibatkan
pasien merasa tidak nyaman dengan rongga
mulutnya1,11. Beberapa bentuk manifestasi klinis Laporan Kasus
dari OLP yaitu retikular, papula, bentuk plak,
atropik, erosif dan bula.4,7,11 Lesi-lesi ini Pada tanggal 21 November 2007, seorang
biasanya terjadi bilateral12 pada mukosa bukal, pasien wanita berusia 52 tahun, dirujuk dari
mukobukal fold, gingiva,1,7 lidah dan bibir.3 poliklinik gigi salah satu rumah sakit swasta di
Tipe retikular merupakan bentuk umum dari Jakarta dengan working diagnosis lichen planus
OLP.1,3 Biasanya muncul dengan gambaran pada pipi dalam kanan dan kiri dan moniliasis
striae-striae keratotik putih ( Wickham’s striae ) pada lidah. Pasien telah diberi obat jamur
dengan batas eritema1,5. Bentuk plak dari OLP nistatin untuk mengobati moniliasis pada lidah.
mulai dari bentuk rata, halus hingga irregular. Pasien dengan kondisi tersebut dirujuk untuk
Biasanya ditemui pada lidah dan mukosa bukal. penatalaksanaan lichen planus di bagian
Tipe retikular dan plak biasanya tidak Penyakit Mulut.
menimbulkan rasa sakit. Bentuk erosif Dari anamnesis diperoleh informasi
merupakan bentuk umum yang kedua dari OLP, terdapat luka kemerahan pada pipi bagian dalam
berupa gambaran area eritema dan ulserasi.1 kanan dan kiri yang disertai rasa sakit pada saat
Apabila terdapat pada gingiva, maka disebut makan sejak dua bulan yang lalu. Awalnya
deskuamatif gingivitis.1,3 Tipe ini biasanya pasien mengatakan ada bercak putih yang
menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan menjadi warna merah pada pipi dan lidah.
pada pasien.1,3,4,7 Bentuk atropik dari OLP Pasien telah berobat ke dokter spesialis telinga
biasanya difus, eritematus yang dikelilingi striae hidung dan tenggorokan (THT) dan diberi obat
putih. Sedangkan bentuk bula dari OLP salep yang mengandung ekstrak sanguin dan
biasanya muncul pada mukosa bukal dan daerah polidocanol. Setelah menggunakan obat salep
lateral dari lidah. Bentuk bulla ini biasanya tersebut, rasa sakit telah berkurang tetapi masih
langsung pecah dan meninggalkan gambaran terdapat luka kemerahan pada pipi dalam
erosif.1,3 pasien. Pasien tidak mengeluh adanya demam.
Sebenarnya tidak perlu perawatan pada Pasien juga pernah menderita tekanan darah
OLP terutama tipe retikular dan plak.1,3 tinggi tetapi sudah lama pasien tidak
Perawatan hanya diberikan untuk mengurangi mengkonsumsi obat penurun tekanan darah dan
panjang dan keparahan dari gejala simtomatis,1 hanya mengontrolnya dengan olahraga. Riwayat
terutama pada lesi atropik dan ulseratif.2,3 penyakit lain pasien adalah gastritis serta
Menurut beberapa literatur dikatakan bahwa menopause sejak umur 45 tahun. Pasien
perawatan OLP dapat berupa kortikosteroid,2,8 menyangkal adanya riwayat penyakit diabetes
retinoid,2,4,8 cyclosporine2,6 dan phototherapy.2,8 melitus dan mengonsumsi obat-obatan lain.
Sebagai tambahan, terdapat beberapa obat yang Riwayat gangguan psikologis diakui oleh
juga dipakai yaitu dapsone, griseofulvin,1 pasien. Pasien sudah mendapatkan tindakan
lysosomotropic amines, azathioprine2,6 dan pembersihan karang gigi. Pasien masih dapat
mycophenolate mofetil yang digunakan baik menyikat gigi dua kali sehari dengan

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17 9


Tantangan dalam perawatan oral lichen planus

menggunakan pasta gigi yang mengandung seluruh dorsum lidah serta terdapat striae-striae
deterjen. putih, menyebar pada posterior ventral lidah
Keadaan umum pasien pada kunjungan kanan dan kiri. Dari pemeriksaan gigi geligi
pertama tampak baik. Pada pemeriksaan ekstra terdapat gigi 26 dengan cusp lebih ke bukal,
oral tidak terdapat kelainan hanya bibir bawah karies email pada gigi 28, 38 dan 48, karies
terlihat kering dan terdapat striae-striae putih, dentin gigi 37 serta fraktur cusp distobukal pada
menyebar serta tidak sakit. Pada kondisi intra gigi 47. ( gambar 1 )
oral ditemukan kebersihan mulut baik, hanya Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan
terdapat debris makanan dan stain yang objektif, diagnosis yang ditegakkan saat itu
menyeluruh pada gigi geligi rahang atas dan adalah dugaan adanya OLP ( tipe retikular, plak,
bawah. Margin gingiva hiperemis, erosif dan erosif dan ulseratif ), deskuamatif gingivitis
terdapat striae putih di bagian posterior kanan pada gingiva posterior atas kanan dan kiri, gigi
dan kiri terutama regio 15, 16, 17, 18, 25, 26, 28, 37, 38 dan 48 iritasio pulpa serta gigi 47
27, 28. Pada mukosa bukal kanan terdapat iritasio pulpa e.c fraktur. Pada pasien diberikan
striae-striae putih berbentuk jala-jala, menyebar oral health education ( OHE ) tentang
pada regio 45, 46, 47 dan 48 disertai daerah penjelasan penyakit dan rencana perawatan
eritema, sedangkan pada mukosa bukal kiri serta anjuran untuk pemeriksaan darah lengkap,
terdapat lesi ulserasi dalam pada regio 26, fungsi hati dan kadar glukosa darah. Pasien
diameter 3 mm, disertai daerah erosif dan diinstruksikan untuk menyikat gigi secara
eritema serta rasa sakit. Sedangkan pada regio perlahan dengan menggunakan pasta gigi tanpa
35, 36 dan 37 pada mukosa bukal kiri juga mengandung deterjen, menyeka lidah,
terdapat striae-striae putih berbentuk jala-jala, meneruskan penggunaan obat salep yang sudah
menyebar rata dan tidak sakit. Pada mukosa ada pada ulserasi mukosa bukal kiri, pemberian
labial bawah terdapat plak putih berdiameter 2 kortikosteroid topikal dalam bentuk kumur,
mm pada region 41 dan 42 tanpa disertai rasa pelembab bibir, obat anti jamur dan
sakit. Palatum durum, palatum mole dan dasar multivitamin. Kortikosteroid topikal diberikan
mulut tidak terdapat kelainan. Pada lidah dengan anjuran melarutkan 10 mg tablet
terdapat plak putih, tidak dapat diangkat pada prednison ke dalam air matang sebanyak 10 ml

Gambar 1 (Kunjungan I)

Gambar 2 ( Kunjungan V )

10 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17


Ravina Naomi Tarigan, Titiek Setyawati

yang dikumur dua kali sehari selama beberapa serta bibir masih terasa kering dan kaku. Pasien
menit pada pagi dan malam hari.Dilakukan juga tidak membawa hasil pemeriksaan darah oleh
penghalusan cusp yang mengiritasi pada gigi 26 karena belum sempat melakukan pemeriksaan.
dan 47 serta direncanakan untuk penumpatan Pasien juga telah mengganti pasta gigi,
gigi geligi. Pasien kontrol seminggu kemudian menyeka rongga mulut serta memakai obat-
dengan kondisi subjektif yang lebih baik. Rasa obatan sesuai anjuran. Pada pemeriksaan intra
sakit pada pipi bagian dalam sudah berkurang oral masih ditemukan striae-striae putih, daerah
hanya masih terdapat bercak putih dan merah, erosif dan eritema pada mukosa bukal kanan,

Gambar 3 ( Kunjungan VI )

Gambar 4 ( Kunjungan VIII )

Gambar 5 ( Kunjungan X )

Gambar 6 ( Kunjungan XVI )

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17 11


Tantangan dalam perawatan oral lichen planus

kiri, mukosa labial, gingiva atas kanan dan kiri bibir juga diberi obat oles racikan yang
serta ventral lidah bagian posterior, tetapi ulser mengandung prednison. Terlihat adanya
pada regio gigi 26 sudah sembuh. Pada perbaikan lesi pada kunjungan-kunjungan
kunjungan kedua ini pemberian obat berikutnya.
kortikosteroid kumur masih diteruskan dengan Pada tanggal 13 Maret 2008 ( 4 bulan dari
dosis yang sama, pemberian multivitamin serta kunjungan awal ) muncul plak-plak putih yang
obat oles kortikosteroid topikal yang dapat diangkat dan meninggalkan daerah
mengandung triamcinolone acetonide 0,1%. eritema hampir pada seluruh mukosa rongga
Obat oles digunakan pada daerah gingiva atas mulut, yaitu pada mukosa bukal kanan dan kiri
kanan dan kiri dengan mengaplikasikannya serta mukosa labial bawah. Pasien mengeluh
setiap selesai makan dan sebelum tidur serta mukosa rongga mulut terasa panas. Pasien
tidak makan dan minum minimal 30 menit kemudian dirujuk untuk pemeriksaan mikologi
setelah menggunakan obat-obatan tersebut. langsung dan biakan, dengan hasil terdapat
Obat antijamur dan oles bibir masih tetap koloni candida albicans. Pada pasien diberikan
dilanjutkan. Pada pasien juga diinformasikan obat antijamur dan pemberian kortikosteroid
tentang kemungkinan penyebab penyakitnya kumur dua hari sekali (alternate day). ( gambar
serta anjuran untuk menghindari stres dan 4)
istirahat yang cukup serta menghindari makanan Pada tanggal 22 April 2008 dianjurkan
yang mengiritasi. kembali pada pasien untuk melakukan
Pada kunjungan-kunjungan berikutnya pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan
terlihat adanya perbaikan lesi yaitu kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil
berkurangnya ukuran daerah eritema tetapi lesi- pemeriksaan darah diperoleh nilai dalam batas
lesi yang berbentuk striae masih ditemui. Dari normal kecuali peningkatan laju endap darah 25
anamnesis diketahui bahwa pasien sudah dapat mm/jam, penurunan eosinofil 0%, penurunan
mengkonsumsi makanan dan buah-buahan nilai monosit 1% dan peningkatan kadar
dengan baik tetapi masih menghindari makanan glukosa darah sewaktu 220 mg/dl. Dari hasil
yang mengiritasi. Pemberian obat kortikosteroid pemeriksaan tersebut, pasien dirujuk ke bagian
kumur telah diturunkan sesuai dengan penyakit dalam untuk evaluasi dan tatalaksana
perkembangan lesi dan secara bertahap hingga 5 peningkatan kadar glukosa darahnya. Keluhan
mg per hari serta menggantikan pemakaian di rongga mulut sudah tidak dirasakan pasien,
obat anti jamur dengan pemberian obat kumur tetapi masih terdapat striae-striae putih tipis
yang mengandung klorheksidin glukonat 0,2% disertai eritema dan erosi pada regio 38 dan 48
(gambar 2). pada mukosa bukal yang memang sulit
Pada kunjungan ke-6, pasien mengeluh dibersihkan dan diaplikasikan obat. Pada
kembali rasa tidak nyaman pada rongga mulut gingiva atas kanan dan kiri juga masih terdapat
dan bibir terasa kaku dan susah untuk membuka erosi disertai striae putih tipis terutama regio
mulut karena adanya rasa sakit. Pada gigi 14 dan 25. Pada saat ini penggunaan obat
pemeriksaan intra oral terlihat lesi masih kumur prednison dihentikan, sehingga pasien
terdapat pada mukosa bukal kanan dan kiri, hanya memakai obat oles kortikosteroid
labial bawah, ventral lidah kiri posterior serta (gambar 5).
gingiva atas posterior kanan dan kiri. Pada bibir Dari bagian penyakit dalam kembali
masih terdapat striae putih yang disertai eritema dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah
terutama pada bibir bawah. ( gambar 3 ) Pada dengan hasil, kadar glukosa puasa 175 mg/dl,
kunjungan ini, dosis prednison dinaikkan kadar glukosa 2 jam pp 351 mg/dl serta kadar
menjadi 10 mg per hari, pemberian obat oles HbA1c 10,9. Pasien diberi obat glucodex
berupa krim clobetasol proprionate 0,05% dan gliclazide 80 mg (1x1) dan multivitamin.
meneruskan obat oles yang mengandung Kondisi rongga mulut terakhir terlihat semakin
triamcinolone acetonide 0,1% serta berkumur baik, hanya masih terdapat lesi erosi dan striae
dengan larutan klorheksidin glukonat. Pada tipis pada daerah yang sulit dijangkau, yaitu

12 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17


Ravina Naomi Tarigan, Titiek Setyawati

mukosa bukal region 38 dan 48 yang lesinya, pemilihan obat yang diberikan dan
bersentuhan dengan gigi tersebut. Pasien kepatuhan pasien terhadap instruksi perawatan.
dianjurkan tetap memakai obat oles Pada awal kunjungan, kondisi OLP
kortikosteroid, obat kumur yang mengandung diduga sebagai akibat dari kondisi stres yang
klorheksidin glukonat, peningkatan higiene oral sering dialami pasien. Menurut pasien, durasi
dan rencana pencabutan gigi 38 dan 48 apabila dan keparahan lesi berkaitan dengan kondisi dan
kondisi gula darah pasien sudah stabil ( gambar riwayat stres. Beberapa penelitian menyatakan
6 ). bahwa faktor psikologis merupakan penyebab
terjadinya lichen planus baik itu di kulit dan
mukosa rongga mulut.13 Rojo-Monero et al
Pembahasan (1998) juga menyatakan bahwa pasien dengan
OLP tipe erosif memiliki skor depresi yang
Pada kasus ini, diagnosis yang ditegakkan lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
pada awal kunjungan adalah oral lichen planus tidak memiliki lesi erosif. Ditambah dengan
(OLP) yaitu berdasarkan pemeriksaan subjektif adanya rasa ketidaknyamanan di dalam mulut,
dan salah satu gambaran klinis lesi intra oral maka pasien akan lebih memikirkan
yang khas berupa striae-striae putih, berbentuk penyakitnya yaitu rasa ketakutan kemungkinan
jala-jala (Wickham’s Striae) dengan batas terjadi keganasan, penyakit menular dan
eritema yang terjadi bilateral pada mukosa ketidakpercayaan diri pasien. Intervensi
bukal, ventral lidah dan gingiva. Diagnosis OLP psikologis ini dapat menimbulkan efek
dapat ditegakkan apabila gambaran klinisnya meningkatnya kadar kortisol pada pasien, yang
khas yaitu munculnya bentuk retikular yang mendukung keterkaitan OLP dengan stres.3
klasik.1 Bentuk retikular dari OLP merupakan Kondisi stres disini merubah kerja sistem saraf
bentuk yang paling sering muncul, yaitu berupa otonom baik simpatik maupun parasimpatik
lesi berwarna putih yang berbentuk seperti jala- sehingga mengakibatkan perubahan kontrol
jala penghubung dan garis yang saling hipotalamik dan respon endokrin yang diatur
bertumpuk, menyebar dilatarbelakangi oleh oleh glandula pituitari. Aktivitas otonom dan
daerah yang eritema dan biasanya jarang adanya peningkatan dari hormon termasuk
menimbulkan keluhan.3 Tindakan biopsi hormon yang dihasilkan oleh
biasanya dilakukan apabila gambaran yang khas hypothalamopituitary-adrenal axis merupakan
pada OLP tidak ada , terutama pada tipe erosif1 faktor yang berperan dalam mekanisme sistem
dan digunakan untuk memantau potensi imun, yaitu produksi sitokin yang berperan
keganasan dari OLP.3,8 Resiko berkembangnya dalam mengontrol proses inflamasi dan
OLP menjadi karsinoma sel skuamosa adalah penyembuhan.12 Dalam hal ini penting untuk
sebanyak 10 kali lebih tinggi dari populasi yang memberikan informasi kepada pasien tentang
sehat. Diagnosis banding dari OLP adalah penyakit dan perawatannya serta edukasi
leukoplakia, karsinoma sel skuamosa, discoid kepada pasien tentang perilaku dan hal-hal yang
lupus eritematous, kandidiasis kronis, pemfigus dapat mendukung keberhasilan perawatan.14
vulgaris, benign mucous membrane pemphigoid, Setelah terapi 6 bulan, pada pasien terlihat
lichenoid reaction, erythema multiforme, adanya peningkatan kadar glukosa darah. Hal
hypersensitivity mucositis dan graft-versus-host ini baru diketahui pada pertengahan perawatan
disease.1 karena pada awalnya telah disarankan
Yang menarik adalah berbedanya pemeriksaan glukosa darah tetapi tidak segera
pengobatan terhadap pasien ini dengan dapat dilakukan oleh pasien. Salah satu pemicu
pengobatan pada kasus OLP umum lainnya. terjadinya OLP adalah penyakit sistemik.
Pada pasien, terdapat banyak faktor yang harus Hubungan antara OLP dan diabetes telah luas
dipertimbangkan baik itu dari kondisi rongga diteliti, tetapi masih tetap menimbulkan
mulut, penyakit sistemik yang dapat perdebatan. Beberapa literatur mengatakan
menghambat bahkan memperparah kondisi adanya kaitan antara terjadinya OLP dengan

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17 13


Tantangan dalam perawatan oral lichen planus

diabetes15 karena tingginya insiden OLP pada yang berbentuk erosif dan ulseratif yang
pasien tersebut. Sejak tahun 1963, David terdapat pada bagian posterior dari mukosa
Grinspan menjelaskan adanya hubungan antara bukal kanan dan kiri, gingiva, lidah dan bibir
OLP dengan diabetes melitus,15 tetapi hubungan bawah. Pada awalnya diberikan obat berupa
ini tidak selalu terjadi dan biasanya disebabkan kortikosteroid kumur yaitu prednison 10 mg dua
karena pemakaian obat anti diabetes atau obat- kali sehari pagi dan malam. Kortikosteroid
obatan lainnya.10 Diabetes melitus terutama berperan dalam perawatan lesi vesikulo-erosif.16
yang tipe ke-2 sering kali tidak terdiagnosa Perawatan yang sering digunakan pada OLP
sampai beberapa tahun karena biasanya pada adalah kortikosteroid1,11 topikal atau sistemik4
fase awal penyakit ini tidak menimbulkan gejala untuk mengontrol respon imun pasien1. Topikal
yang mengganggu pasien.10 Hingga laporan ini kortikosteroid lebih sering digunakan pada
dibuat, kondisi diabetes melitus pasien masih OLP, karena lebih efektif6 yaitu dengan
tidak stabil. Beberapa penelitian mengatakan berkontaknya obat tersebut dengan mukosa,3
tingginya prevalensi lesi OLP tipe erosif pada baik dalam bentuk salep, spray ataupun
penderita diabetes bisa disebabkan karena kumur.14 Bentuk salep dan spray biasanya
kondisi diabetes ini dapat memperparah lesi diberikan pada lesi setempat dan dapat
OLP.10 Hal ini juga dapat terjadi karena kondisi dijangkau sedangkan bentuk kumur biasanya
stres pasien yang memperparah kondisi kadar digunakan pada lesi yang meluas.8,14 Dalam hal
glukosa darahnya. Dibutuhkan pemberian ini, semakin banyak kontak obat dengan lesi,
informasi, edukasi dan motivasi kepada pasien maka semakin efektif penggunaannya. Apabila
agar mengikuti instruksi terutama dalam keluhan berkurang, maka dilakukan penurunan
mengontrol stres sehingga penyebab terjadinya dosis sampai kadar minimum yang dapat
OLP di rongga mulut dapat dicegah. mengontrol keluhan. Jika tidak ada perbaikan
Berdasarkan gambaran klinis terdapat hingga 2 minggu, sebaiknya dipertimbangkan
bentuk OLP selain retikular yaitu lesi erosif atau penggunaan kortikosteroid yang lebih kuat atau
atrofi dan ulserasi yang menimbulkan rasa tidak penggunaan secara sistemik untuk mengobati
nyaman dan perih, terdapat pada mukosa bukal keluhan.14 Kortikosteroid sistemik biasanya
kiri karena adanya iritasi dari gigi 26. Faktor digunakan pada pasien dengan OLP yang tidak
yang diduga dapat memperparah kondisi lesi respon terhadap kortikosteroid topikal1,
adalah trauma mekanis dari prosedur terutama pada lesi erosif yang parah.6
kedokteran gigi, panas dan iritasi dari produk Pada perawatan OLP, kortikosteroid
tembakau serta cusp gigi yang tajam, buruknya biasanya digunakan untuk mendapatkan efek
restorasi tambalan, gigi tiruan yang tidak baik6 antiinflamasi dan imunosupresif.4,16-19
ataupun kebiasaan buruk seperti menggigit bibir Kortikosteroid bekerja berikatan dengan
dan pipi.3 Selain menggunakan obat-obatan, reseptor sitoplasmik untuk merubah regulasi
perawatan OLP juga dilakukan dengan sintesis protein. Salah satu protein pengatur
mengeliminasi faktor pencetus dan peningkatan yaitu lipocortin, merupakan bagian dari protein
higiene oral.8 Kondisi yang disebabkan oleh superfamili tambahan yang menghambat
trauma ini disebut dengan Koebner phenomenon fosfolipase A2 dan metabolisme dari asam
yang menerangkan mengapa daerah erosif OLP arakidonik pada leukotrienes, prostaglandin dan
sering pada daerah yang terkena trauma seperti thromboxanes yang terlibat dalam proses
mukosa bukal dan lateral lidah. Ketika faktor- inflamasi. Glukokortikoid juga meningkatkan
faktor tersebut dihilangkan, dapat mengurangi sintesis reseptor beta sehingga mengurangi
atau bahkan menyembuhkan lesi erosif di permeabilitas mikrovaskular, mengurangi
rongga mulut.3 produksi sitokin, mast sel dan eosinofil.
Faktor lain yang menjadi tantangan dalam Mekanisme antiinflamasi melibatkan reseptor
pengobatan OLP pada pasien ini adalah glukokortikoid, gen responsif glukokortikoid
pemilihan obat yang digunakan. Perawatan OLP dan pelepasan molekul antiinflamasi seperti
pada pasien ini terutama dilakukan pada lesi lipocortin-1, IL-10, IL-1 dan NF-kB.

14 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17


Ravina Naomi Tarigan, Titiek Setyawati

Kortikosteroid juga merekam encoding gen dan riwayat medis merupakan faktor penting dalam
menghambat nuclear factor kappa B subtype a pertimbangan penggunaannya.16 Pada pasien,
dan mengurangi jumlah NF-kB pada nucleus setelah 4 bulan pemakaian obat kumur
sehingga sekresi sitokin proinflamatori prednison, obat kortikosteroid krim dan pasta
berkurang.16,19 Sedangkan efek imunosupresif terdapat plak putih yang dapat diangkat serta
dari kortikosteroid didapat terutama dari meninggalkan daerah yang eritema pada
mensupresi proliferasi sel T melalui hambatan mukosa bukal kanan dan kiri serta mukosa
pelepasan IL-1 dari monosit.16 labial bawah. Pasien juga mengeluhkan rasa
Setelah beberapa kunjungan, lesi OLP panas. Kemudian dilakukan pemeriksaan
pasien mengalami perbaikan, hanya tersisa pada mikologi langsung dan biakan dan hasilnya
daerah yang susah dijangkau atau mungkin terdapat kandidiasis dengan koloni candida
tidak terkena dengan cara berkumur, yaitu albicans dalam biakan. Hal ini mungkin
daerah mukosa bukal regio 38 dan 48 dimana dikaitkan dengan pemakaian kortikosteroid
mukosa menempel pada gigi geligi tersebut, topikal jangka panjang, adanya keluhan
regio gingiva atas kanan dan kiri serta pada xerostomia yang dirasakan pasien karena
bibir. Kemudian pasien diberi obat salep kondisi menopause dan stres. Kandidiasis oral
kortikosteroid berupa krim clobetasol dapat terjadi hingga 25-55% pada penggunaan
propionate 0,05% yang dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal.20 Spesies candida
pasta triamcinolone acetonide 0,1%. Alasan merupakan penyebab infeksi jamur yang
penggunaan kedua obat ini secara bersamaan tersering di dalam rongga mulut. Adanya faktor
yaitu obat dalam bentuk krim akan sulit melekat lokal dan sistemik pada pasien menyebabkan
lama di mukosa rongga mulut karena sifatnya transisi candida dari yang komensal menjadi
yang mudah larut dalam saliva, untuk itu patogen. Muzyka dan Glick menyatakan bahwa
diperlukan bahan pasta adhesif untuk membantu kortikosteroid menurunkan resistensi terhadap
perlekatannya. Penggunaan kortikosteroid candida yaitu dengan menekan respon inflamasi
memerlukan pertimbangan yang luas, nonspesifik dan cell-mediated immunity.21
diantaranya kondisi lesi baik keparahan atau Lundstrom et al melaporkan setelah perawatan
luasnya lesi dan riwayat penyakit umum.16 terhadap anti jamur akan meningkatkan
Clobetasol propionate merupakan keberhasilan perawatan OLP sebanyak 90% dan
kortikosteroid tipe superpoten16 yang dilaporkan transformasi dari OLP dari yang tipe erosif
sering digunakan secara topikal pada OLP.3,6 menjadi tipe yang retikular,6 yang biasanya
Pada lesi erosif di bibir bawah diberikan obat tidak menimbulkan rasa sakit.21
kortikosteroid topikal racikan yang mengandung Terjadinya peningkatan kadar glukosa
prednison. Setelah dua minggu terlihat darah pada perawatan memberi dugaan apakah
perbaikan lesi baik di bibir maupun pada karena pemakaian kortikosteroid kumur jangka
gingiva yang ditandai dengan berkurangnya panjang atau pada awalnya pasien sudah
ukuran lesi dan rasa sakit yang dialami pasien. memiliki kadar glukosa darah yang tinggi.
Menurut literatur, dibandingkan dengan Peningkatan kadar gula darah juga diduga
penggunaan sistemik, pemberian kortikosteroid akibat pemakaian obat kortikosteroid kumur
secara topikal memiliki efek samping yang lebih jangka panjang. Berbagai faktor dapat
sedikit, seperti kandidiasis, penipisan mukosa meningkatkan efek samping, yaitu penggunaan
rongga mulut dan ketidaknyamanan sewaktu dosis tinggi kortikosteroid topikal pada
pengaplikasiannya. Efek samping yang konsentrasi yang tinggi, overdosis dan
mungkin terjadi karena pemakaian terdapatnya pembuluh darah yang terbuka pada
kortikosteroid sistemik adalah insomnia, diare, permukaan ulserasi, luasnya daerah erosi dan
gangguan pada system saraf pusat seperti atropik serta kuat tekanan kumur pada
psychotic, retensi sodium dan cairan, lelah, permukaan ulserasi.20 Terapi dengan
rentan terhadap infeksi, hipertensi, kortikosteroid dan obat immunomodulasi
hiperglikemia dan supresi adrenal,1 sehingga lainnya berpotensial menimbulkan efek

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17 15


Tantangan dalam perawatan oral lichen planus

samping.15 Salah satu keuntungan penggunaan apabila menggunakan retinoid sistemik.2


kortikosteroid topikal adalah efek samping yang Tacrolimus dan pimecrolimus dikatakan lebih
lebih sedikit dibandingkan penggunaan secara efektif penggunaannya dibandingkan
sistemik. Walaupun absorbsi sistemik dari cyclosporin topikal tetapi harus hati-hati karena
penggunaan topikal steroid rendah, tetapi hal ini penggunaannya dapat meningkatkan
seharusnya tidak diabaikan. Perawatan topikal keganasan.8 Harpenau mengatakan bahwa
kortikosteroid dapat menghasilkan peningkatan penggunaan cyclosporin dalam dosis rendah
kadar glukosa darah secara sementara sebagai tidak memiliki efek samping. Sedangkan
akibat dari glukoneogenesis dan menurunnya menurut penelitian Eisen dikatakan bahwa
sensitifitas jaringan terhadap insulin. Steroid penggunaannya dalam dosis yang tinggi dapat
mengganggu toleransi glukosa dengan menimbulkan keluhan rasa terbakar pada
menurunkan pengrusakan glukosa pada jaringan rongga mulut. Pemberian photosensitizer
perifer dan meningkatkan pengeluaran glukosa psoralen memiiki efek samping rasa mual dan
pada hati sehingga mengakibatkan resistensi efek neurologis ringan pada pasien.2
dari insulin.22 Pemilihan obat non steroid
Oleh karena itu, perlu kerjasama dengan imunomodulator dapat dipertimbangkan dalam
bagian penyakit dalam karena penggunaan perawatan mukosa rongga mulut dengan kondisi
kortikosteroid bekerja melawan aksi insulin diabetes yang tidak stabil.15 Tetapi hal ini harus
sehingga menimbulkan hiperglikemia.15 terus dipertimbangkan sesuai dengan kondisi
Kemungkinan efek samping yang terjadi pada umum dan respon efek sampingnya terhadap
penggunaan topikal kortikosteroid harus terus pasien sehingga harus ada kerjasama dan
dimonitor terutama apabila penggunaan kepatuhan pasien sehingga dapat dicapai
kortikosteroid potensi tinggi yang digunakan keberhasilan terapi dengan efek samping yang
lebih dari tiga kali per hari yaitu dengan kontrol minimal.
setiap dua minggu dan setiap bulan apabila Terapi yang diberikan sampai laporan ini
penyakitnya sudah dapat dikontrol dan dibuat adalah kortikosteroid krim dan pasta, hal
penurunan frekuensi pemakaian harus ini karena lesi yang tersisa terdapat pada daerah
dilakukan. Pada setiap kontrol sebaiknya yang terlokalisasi. Rencana pencabutan gigi 38
dilakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan dan 48 yang mengiritasi daerah mukosa bukal
darah dan berat badan.20 kanan menjadi tertunda sampai kadar glukosa
Kondisi diabetes melitus tentu darah pasien memungkinkan. Dibutuhkan
mempengaruhi perawatan OLP selanjutnya pada kerjasama yang baik dengan bagian Ilmu
pasien. Pada lesi yang masih ada, pemakaian Penyakit Dalam dan terus memonitor kadar
kortikosteroid sistemik merupakan glukosa darahnya serta kunjungan berkala di
kontraindikasi hingga kondisi diabetes melitus bagian Penyakit Mulut untuk memonitor
pasien teratasi. Pemilihan obat dan perencanaan kondisi rongga mulutnya.
terapi selanjutnya pada pasien menjadi
tantangan selama kondisi glukosa darah pasien
masih belum stabil. Selain penggunaan Kesimpulan
kortikosteroid, ada beberapa pilihan obat yang
dapat dipakai dalam terapi OLP. Topikal OLP merupakan penyakit pada mukosa
retinoid efektif dalam perawatan OLP, tetapi rongga mulut yang sering terjadi dengan faktor
memiliki efek samping berupa rasa terbakar di penyebab yang belum diketahui secara pasti.
rongga mulut.2,8 Penggunaan retinoid secara OLP merupakan salah satu penyakit yang sering
sistemik memiliki banyak efek samping yaitu terjadi pada penderita diabetes melitus sehingga
peningkatan kadar transaminase, hiperlipidemia, perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
cheilitis, alopecia dan dystropic nail formation.8 pada pasien ini. Untuk diperoleh perawatan
Hersle juga mengatakan bahwa adanya keluhan OLP dengan latar belakang diabetes melitus
sakit kepala dan terdapatnya reaksi pada kulit yang komprehensif membutuhkan kooperatif

16 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17


Ravina Naomi Tarigan, Titiek Setyawati

pasien dalam mengendalikan stres, mengikuti 10. Romero MA, et al. Prevalence of diabetes
instruksi pengobatan, kontrol terhadap kadar mellitus amongst oral lichen planus patients.
glukosa darah dan pemilihan obat yang tepat. Clinical and pathological characteristics.
Penggunaan obat kortikosteroid sistemik pada Medicina Oral 2002: 7: 121-9.
11. Eisen D. The Therapy of Oral Lichen Planus.
pasien OLP dengan diabetes melitus harus hati-
Crit Rev Oral Biol Med 1993; 4(2): 141-58.
hati. Pilihan utama pada kasus ini adalah 12. Chiappelli F, Cajulis OS. Psychobiologic views
kortikosteroid topikal. Penggunaan obat non on stress-related oral ulcers. Quintessence Int
steroid imunomodulator lain dapat 2004; 35: 223-7.
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi pasien. 13. McCartan BE. Psychological factors associated
with oral lichen planus. J Oral Pathol Med
1995; 24: 273-5.
Daftar Acuan 14. Huber MA. Oral lichen planus. Quintessence Int
2004; 35: 731-52.
1. Edwards PC, Kelsch R. Oral Lichen Planus: 15. Vernillo AT. Dental considerations for the
Clinical Presentation and Management. J Can treatment of patients with diabetes mellitus. J
Dent Assoc 2002; 68(8): 494-9. Am Dent Assoc 2003; 134: 24S-33S.
2. Chan ESY, Thornhill M, Zakrzewska JJM. 16. Gonzales-Moles MA, Scully C. Vesiculo-
Interventions for treating oral lichen planus erosive Oral Mucosal Disease- Management
(Review). The Cochrane Library 2008; 4: 1-23. with Topical Corticosteroid: (1) Fundamental
3. Eisen D, Carozzo M, Sebastian JVB, Principles and Spesific Agents Avaliable. J Dent
Thongprasom K. Oral lichen planus: clinical Res 2005; 84 (4): 294-301.
features and management. Oral Diseases 2005; 17. Lester RS, Knowles SR, Shesr NH. The risk of
11: 338-49. systemic corticosteroid use. Clin Dermatol
4. Buajeeb W, Kraivaphan P, Pobrurksa C. 1998; 16 (2): 277-88.
Efficacy of topical retinoic acid compared with 18. Savage NW, McCullough MJ. Topical
topical fluocinolone acetonide in the treatment corticosteroids in dental practice. Aus Dent J
of oral lichen planus. Oral Surg Oral Med Oral 2005; 50 (suppl 2): S40-S44.
Pathol Oral Radiol Endod 1997; 83: 21-5. 19. Scully C, Cawson RA. Medical problems in
5. Sugerman PB, Savage NW. Oral lichen planus: dentistry. 5th ed. Churchill Livingstone. 2005:
causes, diagnosis and management. Australian 88-9.
Dental Journal 2002; 47(4): 290-7. 20. Gonzales-Moles MA, Scully C. Vesiculo-
6. Lodi G, et al. Current controversies in oral erosive Oral Mucosal Disease- Management
lichen planus: Report of an international with Topical Corticosteroid: (2) Protocols,
consensus meeting. Part 2. Clinical management Monitoring of Effects and Adverse Reactions,
and malignant transformation. Oral Surg Oral and the Future. J Dent Res 2005; 84 (4): 302- 8.
Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2005; 100: 21. Jainkittivong A, Kuvatanasuchati J,
164-78. Pipattanagovit P, Sinheng W. Candida in oral
7. Sugerman PB, et al. The Pathogenesis of Oral lichen planus patients undergoing topical steroid
Lichen Planus. Crit Rev Oral Biol Med 2002; therapy. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral
13(4): 350-65. Radiol Endod 2007; 104: 61-6.
8. Al-Hashimi I et al. Oral lichen planus and oral 22. Kymionis GD, Panagiotoglou T, Tsilimbaris.
lichenoid lesions: diagnostic and therapeutic The Effect of Intense, Short-Term Topical
considerations. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Dexamethasone Disodium Phosphate Eyedrops
Oral Radiol Endod 2007; 103 (suppl 1): S25- on Blood Glucose Level in Diabetic Patients.
S31. Opthalmologica 2007; 221: 426-9.
9. Lukac J et al. Serum autoantibodies to
Desmogleins 1 and 3 in patients with Oral
Lichen Planus. Croat Med J 2006; 47: 53-8.

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):8-17 17

You might also like