ID Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Umur 12 48 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA


PADA BALITA UMUR 12 - 48 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS
MIJEN KOTA SEMARANG

Diah Andarina Rachmawati


1.
Mahasiswa Peminan Epidemiologi Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Peminatan Epidemiologi Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Pneumonia is a respiratory disease that kills more than one and a half million
children younger than age 5 each year. In 2011 the case of pneumonia on
toddlers aged 12-48 months in the region, including the northern part of Primary
Health Care in Semarang City on the first rank with the prevalence of cases of
8.02%. The purpose of this research is to determine the risk factors that
associated with the incidence of pneumonia in toddlers in the Mijen Primary
Health Care area, Semarang City. The purpose of this research was to determine
the risk factors associated with the incidence of pneumonia in toddlers in the
Mijen Primary Health Care Semarang City. This type of research using analytical
and observational methods used is case control with matching. The sample were
the 40 toddlers from 12-48 months and is registered in the Primary Health Care in
January-may of 2012 as a patients of pneumonia as the case and While the 40
toddlers aged 12-48 months instead of pneumonia sufferers as control. The
technique of sampling was sampling purposive. Data was collected by interviews
and observations. Data analysis used by chi square. Based on the statistical test
were known that there is an association mother or Toddler caregiver knowledge
with pneumonia in children under five (p value = 0,0418) and there was an
association presence of family members who smoke with the incidence of
pneumonia in children under five (p value = 0.00782). From this research it can
be concluded that the risk factors that contribute pneumonia in children under five
is mother's knowledge or toddler caregiver children under five and the presence
of family who smok.

Kata kunci : pneumonia, children under five, Risk factor

PENDAHULUAN pneumoniae (bakteri pneumokokus),


Pneumonia merupakan infeksi 20% disebabkan oleh Haemophillus
saluran pernafasan bawah akut. influenzaetype B (Hib), sisanya adalah
Hampir semua kematian ISPA pada virus dan penyebab lainnya.2
balita umumnya adalah ISPA bagian Persentase pneumonia di
bawah dan paling banyak adalah Indonesia pada tahun 2008 meningkat
pneumonia.1 hingga mencapai 49,45%. Tahun 2009
Data WHO dan UNICEF dalam sebanyak 49,23% dan tahun 2010
buku “Pneumonia the forgotten Killer of menurun hingga mencapai 39,38%
diseases” menunjukkan bahwa dari jumlah balita di Indonesia.3
penyebab utama pneumonia 50% Di Propinsi Jawa Tengah,
adalah bakteri Streptococcus sebesar 80% - 90% dari seluruh kasus
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kematian ISPA disebabkan Perumahan di wilayah


pneumonia. Prevalensi penderita Puskesmas Mijen sudah baik yaitu
pneumonia pada tahun 2010 mencapai 97% namun masih terdapat beberapa
26,76%. 4 rumah penduduk yang tidak permanen
Data dinas kesehatan kota dan semi permanen. Rumah yang
Semarang tahun 2010, Insiden Rate tidak permanen ditandai dengan
(IR) pneumonia dan pneumonia berat seluruh bangunannya masih
pada tahun 2010 sebesar 401.1 per menggunakan bahan yang mudah
10.000 balita dengan prevalensi kasus terbakar seperti kayu atau bambu dan
sebanyak 40,1%. Hal ini menurun lantai masih belum berubin,
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sSdangkan semi permanen ditandai
sebesar 403.5 per 10.000 balita.5 dengan bangunan rumah yang
Puskesmas Mijen kota sebagian dindingnya masih terbuat
Semarang, pada tahun 2011 kasus dari triplek, dan sebagiannya lagi
pneumonia pada balita umur 12 - 48 sudah tembok serta lantainya masih
bulan termasuk kedalam urutan terbuat dari semen/plester. Hal ini
pertama di kota Semarang yaitu dapat berpengaruh dengan
dengan prevalensi kasus sebesar berkembanganya bakteri pathogen di
8,02% dan pada bulan Januari sampai dalam rumah yang mempengaruhi
dengan Maret tahun 2012 sebesar kesehatan penghuninya. Selain itu,
0,02%. 6 masih terdapat balita dengan kondisi
Faktor risiko yang berhubungan status gizi balita kurang sebanyak
dengan kejadian pneumonia terbagi 0,02% dan gizi buruk 0,005% selama
atas dua kelompok besar yaitu faktor bulan Nopember 2011 sampai dengan
instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor April 2012, sedangkan prevalensi gizi
instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, kurang menurut pencapaian MDG’S
status gizi, berat badan lahir rendah, tahun 2015 yaitu 15,5%.9
status imunisasi, pemberian ASI, dan Berdasarkan uraian diatas
pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik maka perlu dilakukan penelitian terkait
meliputi kepadatan tempat tinggal, tipe faktor yang berhubungan dengan
rumah, ventilasi, jenis lantai, kejadian pneumonia balita usia 12 - 48
pencahayaan, kepadatan hunian, bulan di wilayah kerja Puskesmas
kelembaban, jenis bahan bakar, Mijen kota Semarang.
penghasilan keluarga serta faktor ibu
baik pendidikan, umur ibu, maupun
pengetahuan ibu dan keberadaan
keluarga yang merokok.7,8
berdasarkan pertimbangan tertentu,
METODE PENELITIAN berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat
Penelitian ini merupakan jenis populasi yang sudah diketahui
penelitian observasional yaitu sebelumnya.10
menggunakan pendekatan case Variabelnya mencakup status
control dengan matching. Populasinya gizi, status imunisasi, jenis lantai, jenis
adalah seluruh balita sebanyak 4092 dinding, luas ventilasi, kepadatan
balita. Sampel dalam penelitian ini hunian, pengetahuan ibu atau
adalah 40 balita (12 - 48 bulan) kasus pengasuh balita, keberadaan anggota
dan 40 balita (12 - 48 bulan) kontrol. keluarga yang merokok.
Pengambilan sampel dilakukan Data yang dikumpulkan adalah
dengan metode purposive sampling, data ISPA pada balita dari Dinas
dimana peneliti mengambil sampel Kesehatan Kota Semarang tahun
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

2012, data pneumonia Puskesmas kemudian dianalisis dengan analisis


Mijen dan Kantor Kelurahan di Wilayah univariat dan bivariat. Analisis univariat
Kerja Puskesmas Mijen Kota dilakukan untuk menggambarkan tiap
Semarang yang meliputi gambaran variabel dari hasil penelitian dengan
umum lokasi penelitian dan data menghasilkan distribusi frekuensi dan
monografi. persentase dari masing-masing
Teknik pengumpulan data dalam variabel. Analisis bivariat dengan uji
penelitian yaitu dengan wawancara statistik Chi-Square (X2).
dan observasi. Data yang didapatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di
wilayah kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang
Tabel 1. Analisis Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita umur 12 - 48 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Mijen Kota Semarang Bulan Januari - Mei 2012

Kasus Kontrol Jumlah p


No Status imunisasi
f % f % F % value
1. Tidak lengkap 3 7,50 2 5,00 5 6,75
2. Lengkap 37 92,50 38 85,00 75 93,25 1,0000
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
Hasil uji statistik Chi Square kekebalan tubuh anak balita juga
menunjukkan bahwa nilai p = 1,000 (p dipengaruhi oleh status imunisasi.12
>0,05) yang artinya tidak ada Fakta di lapangan menunjukkan
hubungan yang signifikan antara bahwa kegiatan posyandu balita aktif
status imunisasi dengan kejadian dilakukan di 10 kelurahan wilayah
pneumonia pada balita. kerja Puskesmas Mijen Kota
Penelitian ini relevan dengan Semarang, Setiap ibu yang
penelitian Siti Rofiah (2006) yang mempunyai balita memiliki dengan
menyatakan bahwa tidak ada Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS
hubungan yang signifikan antara berisikan tabel pemberian imunisasi
status imunisasi dengan kejadian beserta tanggal pemberiannya. Pada
pneumonia pada balita dengan tabel tersebut, penentuan status
OR=1,974. Besar risiko jenis lantai imunisasi lengkap dan status imunisasi
sebanyak 1,9 kali lebih besar untuk tidak lengkap dapat dilihat dari tanggal
memunculkan terjadinya pneumonia.11 sebelum balita terdaftar menjadi
Berbeda dengan hasil penelitian Mery pasien di Puskesmas Mijen. Hasil
Fanada dan Widyaiswara (2012) yang persentase pada distribusi frekuensi
menunjukkan ada hubungan yang status imunisasi bahwa sebanyak
bermakna Status Imunisasi dengan 93,75% balita berstatus imunisasi
kejadian penyakit Pneumonia. Pada lengkap dan 6,25% balita berstatus
penelitian tersebut, Balita yang status imunisasi tidak lengkap. Hal ini
imunisasinya tidak lengkap lebih menunjukkan bahwa status imunisasi
banyak yang menderita pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas
dari pada balita yang status Mijen sudah baik.
imunisasinya lengkap, ini karena

2. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di wilayah


kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2. Analisis Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia


pada Balita umur12-48 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mijen
Kota Semarang Bulan Januari - Mei 2012.

Kasus Kontrol Jumlah p


No Status gizi
f % f % F % value
1. Buruk 1 2,50 2 5,00 15 3,75
2. Baik 39 97,50 38 85,00 65 96,25 0,2482
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
Hasil uji statistik Chi Square baik. Hal ini didukung dengan
menunjukkan bahwa nilai p= 0,2482 pemantauan dari KMS dengan
(p<0,05) yang artinya tidak ada didukung oleh riwayat berat badan
hubungan yang signifikan antara lahir balita masing-masing 37 balita
status gizi dengan kejadian pneumonia kelompok kasus dan kontrol.karena
pada balita.Hal ini relevan dengan dengan adanya KMS, para ibu balita
penelitian Istiani (2008) menunjukkan mudah dalam mengontrol status gizi
bahwa tidak ada hubungan yang dengan melihat umur dan berat badan
signifikan status gizi dengan yang diukur dalam sebulan sekali
pneumonia (pvalue=0,529).13 Berbeda melalui posyandu.
dengan penelitian Ahmad Gozali
(2010) membuktikan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
status gizi dengan klasifikasi
pneumonia di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta.
Adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain yaitu:
keadaan sosial ekonomi orang tua
balita yang rata – rata dari golongan
menengah ke bawah, terbatasnya
pengetahuan dan perhatian orang tua
mengenai kesehatan, dan kurangnya
kesadaran orang tua untuk segera
memeriksakan anaknya bila sakit. 14
Fakta dilapangan menunjukkan
bahwa status gizi balita responden
yang kebanyakan balita yang bergizi
3. Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di wilayah
kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang.
Tabel 3. Analisis Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian Pneumonia
pada Balitaumur12-48 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mijen
Kota Semarang Bulan Januari - Mei 2012.

Kasus Kontrol Jumlah p


No Jenis lantai
f % f % f % value
1. Tidak 8 20,00 7 17,50 15 18,75
permanen 1,0000
2. Permanen 32 80,00 33 82,50 65 81,25
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil uji statistik Chi Square Fakta dilapangan menunjukkan


menunjukkan bahwa nilai p value= bahwa hubungan antara jenis lantai
1,0000 (p>0,05) yang artinya tidak ada dengan kejadian pneumonia pada
hubungan yang signifikan antara jenis balita bersifat tidak langsung, artinya
lantai dengan kejadian pneumonia jenis lantai yang kotor dan
pada balita. Hasil penelitian ini tidak kelembabannya tinggi serta
relevan dengan penelitian Harijanto dipengaruhi oleh kondisi status gizi
(1997) 15 yang menyimpulkan bahwa balita yang kurang baik memungkinkan
terdapat hubungan yang signifikan daya tahan tubuh balita rendah
antara jenis lantai dengan pneumonia sehingga rentan terhadap kejadian
pada balita. Sedangkan menurut Duni sakit. Untuk itu jenis lantai tidak
Ramdani (2006) 16 dan Novita Aris mempunyai pengaruh besar untuk
Pramurdiani & Galuh Nita menimbulkan terjadinya pneumonia.
Prameswarimenunjukkan bahwa ada
hubungan bermakna antara jenis lantai
rumah dengan kejadian pneumonia
pada balita (p = 0,036). 17

4. Hubungan Jenis Dinding dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di wilayah


kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang
Tabel 4. Analisis Hubungan Jenis Dinding dengan Kejadian Pneumonia
pada Balitaumur 12-48 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mijen
Kota Semarang Bulan Januari - Mei 2012

Kasus Kontrol Jumlah p


No Jenis dinding
f % f % f % value
1. Tidak 16 40,00 13 32,50 29 36,25
permanen 0,5946
2. Permanen 24 60,00 27 67,50 51 63,75
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
Hasil uji statistik Chi Square Hasil observasi pada penelitian
menunjukkan bahwa nilai p = 0,5946 ini menunjukkan bahwa frekuensi
(p>0,05) yang artinya tidak ada variabel jenis dinding permanen
hubungan yang signifikan antara jenis (tembok yang sudah dicat) pada
dinding dengan kejadian pneumonia. kelompok kasus dan kontrol masing-
Hal ini relevan dengan penelitian yang masing hampir sama banyaknya.
dilakukan oleh Setyo Pribadi (2008) Selain itu, jenis dinding tidak langsing
yang membuktikan bahwa tidak ada dengan kejadian pneumonia. Hal ini
hubungan yang signifikan antara jenis dipengaruhi oleh kelembaban dan
dinding dengan kejadian pneumonia pencahayaan serta di dalam ruangan
(OR=1,741). Kondisi yang hampir baik yang dapat menjadi tempat
pada kelompok kasus dan kontrol perkembangan bakteri sehingga dapat
maka variabel jenis dinding tidak timbul penyakit salah satunya penyakit
memperlihatkan pengaruh yang pernafasan (pneumonia).
signifikan. 18

5. Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di wilayah


kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 5. Analisis Hubungan luas ventilasi dengan Kejadian Pneumonia


pada Balitaumur 12-48 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mijen
Kota Semarang Bulan Januari - Mei 2012

Kasus Kontrol Jumlah p


No Luas ventilasi
f % f % f % value
1. Kurang 32 80,00 36 90,00 68 85,00
0,1292
2. Baik 8 20,00 4 10,00 12 15,00
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
Hasil uji statistik Chi Square yaitu berkurangnya kadar oksigen,
menunjukkan bahwa nilai p = 0,1292 bertambahnya kadar karbondioksida,
(p>0,05) yang artinya tidak ada adanya bau pengap,suhu udara
hubungan yang signifikan antara luas ruangan naik, dan kelembabanudara
ventilasi dengan kejadian pneumonia ruangan bertambah. 19
pada balita. Penelitian ini penelitian Siti Pada penelitian ini ventilasi di
Subiyani (ρvalue= 0,210) yang rumah responden sudah ada. Namun
menunjukkan bahwa tidak ada sebagian besar ibu atau pengasuh
hubungan yang bermakna antara luas balita tidak membuka ventilasi tersebut
ventilasi dengan kejadian pneumonia secara rutin. Namun peran luas
pada anak balita. hal ini dikarenakan ventilasi tidak langsung
oleh luas ventilasi di rumah responden mengakibatkan kejadian pneumonia.
rata-rata memenuhi syarat (10% dari Hal ini terdapat faktor lain seperti
luas lantai). Hal ini dapat mem Namun kelembaban di dalam udara yang naik
relevan dengan penelitian Novia karena terjadi penguapan cairan dari
(2011) menyatakan bahwa adanya kulit dan penyerapan. Peran
hubungan yang bermakna antara luas kelembaban ini merupakan suatu
ventilasi dengan kejadian pneumonia media berkembangnya bakteri - bakteri
pada balita. Ventilasi yang kurang pathogen penyebab penyakit.
dapat memberikan pengaruh buruk

6. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di


wilayah kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang
Tabel 6. Analisis Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian
Pneumonia pada Balitaumur 12-48 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Mijen Kota Semarang Bulan Januari - Mei 2012.

Kepadatan hunian Kasus Kontrol Jumlah p


No
rumah f % f % f % value
1. Padat 39 97,50 38 95,00 77 96,25
1,0000
2. Tidak padat 1 2,50 2 5,00 3 3,75
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
Hasil uji statistik Chi Square kepadatan hunian dengan kejadian
menunjukkan bahwa nilai p = 1,000 pneumonia pada balita. Adityas (2009)
(p>0,05) yang artinya tidak ada di tiga wilayah kerja Puskesmas
hubungan yang signifikan antara Kabupaten Pati yang menyatakan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa tidak ada hubungan antara penyebab langsung pneumonia.


kepadatan hunian dengan kejadian Terdapatnya faktor kelembaban dan
pneumonia (pvalue=0,349) dan OR = pencahayaan dapat mempengaruhi
1,8. Hal ini menunjukkan bahwa balita kepadatan hunian dalam rumah.
pada kelompok kasus yang tinggal di Ruangan dalam rumah yang padat
rumah yang padat hunian mempunyai penghuni apabila tidak didukung
risiko yang hampir sama dengan balita dengan pencahayaan yang baik dan
kelompok kontrol 20 kelembaban di dalam ruangannya
Hasil observasi dilapangan tinggi, maka akan membahayakan
menunjukkan bahwa sebagian besar kesehatan misalnya jika terdapat
balita tinggal di rumah yang padat penyebab pneumonia khususnya pada
penghuni. Namun kelembaban bukan balita

7. Hubungan Pengetahuan Ibu atau pengasuh balita dengan Kejadian


Pneumonia Pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang.
Tabel 7. Analisis Pengetahuan Ibu atau pengasuh balita dengan Kejadian
Pneumonia pada Balitaumur 12-48 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Mijen Kota Semarang Bulan Januari - Mei 2012.
p
Pengetahuan ibu Kasus Kontrol Jumlah
No value
atau pengasuh balita
f % f % f %
1. Kurang 26 65,00 15 37,50 41 51,25
0,0418
2. Baik 14 35,00 25 62,50 39 48,75
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
OR=2,7600 ; 95%CI= 1,1319-6,7301

Hasil uji statistik Chi Square aspek pengetahuan yang paling


menunjukkan bahwa nilai p= 0,0418 banyak dipahami oleh responden.
(p>0,05) yang artinya ada hubungan Fakta di lapangan
yang signifikan antara pengetahuan menunjukkan bahwa kurangnya
ibu dengan kejadian pneumonia pada pengetahuan responden mengenai
balita. Penelitian ini sesuai dengan pneumonia di wilayah kerja
penelitian yang dilakukan Nurjazuli Puskesmas Mijen Kota Semarang
(2006)21 yang membuktikan adanya bukan dipengaruhi oleh beberapa
hubungan antara pengetahuan ibu faktor pendukung yang dijelaskan
dengan kejadian pneumonia pada teori sebelumnya seperti tingkat
pengetahuan ibu dengan kejadian pendidikan responden dan pekerjaan
pneumonia (pvalue= 0,0001 OR= yang dijalani responden. Rendahnya
67,741).Pengetahuan ibu yang kurang pengetahuan responden mengenai
merupakan faktor risiko kejadian penyakit pneumonia dikarenakan oleh
pneumonia pada balita. Aspek kurangnya berita kesehatan yang
pengetahuan yang dipahami rendah seharusnya diberikan oleh petugas
oleh mereka adalah batasan tentang kesehatan kepada responden disaat
penyakit pneumonia itu sendiri. kegiatan posyandu atau kegiatan
Kemudian disusul pemahaman cara penyuluhan kesehatan lainnya selain
pencegahan dan tanda/gejala penyakit responden mendapatnya pada saat
pneumonia. Sementara tentang cara balitanya menjadi pasien pneumonia.
penularan pneumonia merupakan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

8. Hubungan Keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan Kejadian


Pneumonia Pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang.
Tabel 7. Analisis Keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan
Kejadian Pneumonia pada Balitaumur 12-48 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang Bulan Januari - Mei

p
Keberadaan anggota Kasus Kontrol Jumlah
No value
keluarga merokok
f % f % f %
1. Ada 23 57,50 14 35,00 37 57,50
0,007282
2. Tidak ada 17 42,50 26 65,00 43 42,50
Jumlah 40 100,00 40 100,00 80 100,00
OR=2,3827 ; 95%CI= 0,9894-5,7379
2012.
Hasil uji statistik Chi Square kecenderungan untuk mendapatkan
menunjukkan bahwa nilai p = 0,00782 ISPA.
(p<0,05) yang artinya ada hubungan Fakta di lapangan menunjukkan
yang signifikan antara keberadaan bahwa adanya keberadaan keluarga
anggota keluarga yang merokok yang merokok di dalam rumah
dengan kejadian pneumonia pada sebagian besar yaitu kepala keluarga
balita. Adapun penelitian Yuwono atau ayah balita. Terjadinya
(2008)22 yang menunjukkan bahwa pneumonia pada balita apabila ayah
ada hubungan yang bermakna antara atau anggota keluarga lain
merokok dengan kejadian ISPA menggendong balitanya sambil
termasuk pneumonia. Hasil penelitian merokok. asap rokok yang ditimbulkan
ini didukung oleh teori yang akan terhirup oleh balita secara
menyatakan bahwa asap samping langsung. hal ini apabila terjadi
rokok mempunyai efek toksik lebih berulang dalam waktu yang lama,
buruk daripada asap utama terutama paparan asap rokok tersebut akan
dalammenimbulkan iritasi mukosa mengganggu sistem pernafasan pada
saluran napas danmeningkatkan balita dan dapat menjadi infeksi
pernafasan atau pneumonia.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


1
1. Ada hubungan antara pengetahuan Djaja, Sarimawar, Ariawan I, Afifah
ibu atau pengasuh balita dan T, Determinan Perilaku Pencarian
keberadaan keluarga yang Pengobatan Infeksi Saluran
merokok dengan kejadian Pernafasan Atas (ISPA) Pada
pneumonia pada balita di wilayah Balita,
kerja Puskesmas Mijen Kota Bulletin Penelitian Kesehatan, 2001,
Semarang. Volume 29 no I:1
2. Tidak ada hubungan antara status
2
imunisasi, status gizi, jenis lantai, World Health Organization. Unicef.
jenis dinding, luas ventilasi, Pneumonia: The Forgotten Killer
kepadatan hunian rumah, kerja of Children.2006
Puskesmas Mijen Kota Semarang.
3
Kemenkes RI. Bulletin Jendela
Epidemiologi VolumeIII.Jakarta
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

2010 wilayah kerja puskesmas kenten


Palembang tahun 2012.Badan
4
Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Profil Diklat Provinsi Sumatera Selatan.
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Palembang 2012
2009.Semarang. 2010.
13.
Istiani. Beberapa Faktor Risiko
5.
Dinkes kota Semarang. Profil Yang Berhubungan Dengan
Kesehatan Kota Semarang. Kejadian Pneumonia Pada Balita
(Online).http://www.dinaskesehatan Di Puskesmas Putri Ayu Kota
kotasemarang-profil-kesehatan Jambi.Skripsi.Semarang:Undip
2010.pdf.diakses pada tanggal 20 .2008.
desember 2011.
14.
Gozali A. Hubungan Antara Status
6.
Dinkes kota Semarang.Rekapitulas Gizi Dengan Klasifikasi Pneumonia
Laporan Penyakit Ispa Di Kota Pada Balita Di Puskesmas Giling
Semarang Tahun 2011.Semarang Kecamatan Banjarsari Surakarta.
2012 Skripsi:UNS. 2010.
7. 15.
Greenberg D, Leibovitz E Harijanto P. Faktor Yang
Community Acquired Pneumonia In Berpengaruh Terhadap Kejadian
Children: from Diagnosis to Pneumonia Bayi Di Wilayah
Treathment.Chang Gun Med J Puskesmas Grabag 1 Kabupaten
2005;28:746-52. Magelang. Tesis S2 FETP UGM,
Yogyakarta 1997.
8.
Depkes RI, Pedoman Program
16 .
Pemberantasan Penyakit Infeksi Ramdani D. Kejadian Pneumonia
Saluran Pernafasan Akut untuk Pada Anak Balita Di Wilayah
Penanggulangan Pneumonia Pada Kerja Puskesmas Dauwan
Balita, Ditjen PPM dan PLP, Kabupaten Majalengka. Skripsi.
Jakarta, 2000 : 4 – 20. Semarang : Undip;2006
9.
Depkes RI,Laporan Hasil Riset
17.
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Pramudiyani, N.A dkk. Hubungan
Indonesia Tahun 2010. Depkes RI, Antara Sanitasi Rumah Dan
Jakarta 2011 Perilaku Dengan Kejadian
Pneumonia Balita. jurnal Kemas 6
10.
Riyanto Agus. Aplikasi Metodologi (2) (2011) 71-78
Penelitian Kesehatan Cetakan II.
18.
Yogakarta: Nuha Medika. 2011. Pribadi S.Faktor-Faktor
Lingkungan Fisik Rumah Dan
11.
Rofiah .S.Beberapa Factor Risiko Perilaku Yang Berhubungan
Yang Behubungan Dengan Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Kejadian Pneumonia Pada Balita Anak Balita Di Kabupaten
Di Puskesmas Welahan I Pontianak Tahun 2008.Thesis.
Kabupaten Jepara. Semarang : Undip;2008
Skripsi.Semarang:Undip.2006.
19.
12.
Permatasari A.D. Hubungan
Fanada M, Muda W. Faktor-faktor Kondisi Lingkungan Fisik Rumah
yang berhubungan dengan dan Keberadaan Perokok dalam
kejadian Rumah dengan Kejadian
penyakit pneumonia pada balita di
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pneumonia pada Balita di Tiga


21.
Wilayah Kerja Puskesmas Yuwono, T.A. 2008. Faktor-Faktor
Kabupaten Pati. Skripsi. Semarang Lingkungan Fisik Rumah yang
:Undip;2009 Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Anak Balita Di
20.
Nurjazuli,dkk. Faktor Risiko Wilayah Kerja Puskesmas
Dominan Kejadian Pnumonia Pada Kawunganten Kabupaten Cilacap.
Balita.articel of Disrict Health Tesis, UNDIP.Semarang.2008
Office Kebumen;FKM;UNDIP.
2006.

You might also like