Professional Documents
Culture Documents
1876 4923 1 PB
1876 4923 1 PB
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
miskonsepsi yang dialami siswa pada materi larutan elektrolit dan konsep redoks serta menjelaskan faktor-
faktor penyebab miskonsepsi siswa. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMAN 1 Tambang Tahun Ajaran
2016/2017. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data miskonsepsi siswa diperoleh dari
tes diagnostik, wawancara, dan kuisioner. Intrumen tes diagnostik two-tier multiple choice divalidasi isi dan
konstruk oleh satu dosen ahli dan satu guru mata pelajaran kimia SMAN 1 Tambang serta divalidasi empirik
oleh 25 siswa kelas XI IPA SMAN 1 Tambang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10,63% siswa mengalami
miskonsepsi, 32,73% siswa paham konsep, dan 56,64% siswa tidak paham konsep. Miskonsepsi yang terjadi
pada siswa disebabkan oleh kondisi siswa, buku pegangan dan guru.
ABSTRACT
This research was a descriptive research aiming at describing and explaining misconception encountered by
student and factor causing students encountering misconceptions on electrolyte and redox concept. The
research target is grade X studentsin SMAN 1 Tambang. Purposive sampling technique was used. The
technique of collecting of the data were using two-tier multiple choice diagnostic test combined with the
Certainty of Response Index (CRI), distributing questionaire and interview. Instrument diagnostic two-tier
multiple choice validated contents and constructs by one expert lecturer and one chemistry teacher and
validated empiric for 25 students grade XI SMAN 1 Tambang.The research findings showed the percentage
mean of student concept comprehension level that student understanding the concept were 32,73%, student
encountering misconception were 10,63%, and students who did not understanding understand the concept
were 56,64%. Misconception happened to students was caused by the conditions of students, their
handbooks, and teachers.
Tabel 1. Kemungkinan Pola Jawaban Peserta dengan penelitian yang dilakukan Tuysuz,
Didik dan Kategorinya. kegiatan wawancara akan diganti dengan
pemberian tes essay kepada responden.
Pola Tingkat
Kategori
Jawaban Keyakinan
No Tingkat Berdasarkan validasi isi dan konstruk, soal yang
Peserta
Pemahaman dikembangkan layak digunakan untuk
Didik
1 Jawaban inti >2.5 Memahami (M) mendeteksi miskonsepsi siswa. Untuk validasi
tes benar- empirik, pengujian validitas intrumen
alasan benar
digunakan rumus korelasi product moment.
Dari 28 soal yang di ujikan, terdapat 11 soal
2 Jawaban inti <2.5 Memahami (M)
yang tidak valid (soal nomor 3, 7, 8, 11, 12, 15,
tes benar-
19, 22, 24, 25, 27) dan 17 soal yang valid (soal
alasan benar
nomor 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 20).
3 Jawaban inti >2.5 Miskonsepsi
Dari 17 soal yang valid diambil 12 soal yang
tes benar- (Mi-1) mewakili tiap indikator untuk diujikan ke
alasan salah sampel. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
4 Jawaban inti <2.5 Tidak tahap analisis data. Untuk reliabilitas intrumen
tes benar- Memahami digunakan rumus KR-20, didapatkan reliabilitas
alasan salah (TM-1) intrumen sebesar 0.83 dengan kriteria sangat
5 Jawaban inti >2.5 Miskonsepsi tinggi.
tes salah- (Mi-2)
alasan benar 3.2. Pembahasan Miskonsepsi Siswa
6 Jawaban inti <2.5 Tidak
tes salah- Memahami Berdasarkan hasil tes diagnostik diperoleh
alasan benar (TM-2) persentasi rata-rata tingkat pemahaman siswa
7 Jawaban inti >2.5 Miskonsepsi yang ditunjukkan pada Gambar 1.
tes salah- (M-3)
alasan salah Paham
8 Jawaban inti <2.5 Tidak
Miskonsepsi
tes salah- Memahami
32.73% Tidak Paham
alasan salah (TM-3)
56.64%
(Nurhidayatullah, 2016) 10.63%
80% Paham
miskonsepsi
60%
tidak paham
ditemukan oleh Wiwi Siswaningsih dimana
40% siswa juga beranggapan bahwa HCl
20% memberikan ion karena mengandung ion
0% postitif dan ion negatif (Siswaningsih,2014).
1 2 3 4 Pada butir soal nomor 4 miskonsepsi siswa
Butir Soal sebesar 2,5%, termasuk dalam kategori rendah.
Soal ini membahas mengenai perbedaan daya
Gambar 2. Persentase Pemahaman Siswa pada hantar listrik senyawa ion dan kovalen. Pada
Materi Larutan Elektrolit soal ini siswa yang tidak paham konsep sebesar
62,5%.
Gambar 2. merupakan persentase pemahaman
konsep siswa pada materi larutan elektrolit.
Dari keempat butir soal pada materi larutan
Butir soal nomor 1, 2, dan 3 merupakan butir elektrolit dapat disimpulkan bahwa persentase
soal yang mewakili konsep pengelompokkan
siswa yang tidak paham konsep lebih besar
larutan elektrolit berdasarkan daya hantar daripada siswa yang mengalami miskonsepsi.
listrik. Pada butir Soal 1, miskonsepsi siswa Pemahaman konsep siswa pada materi redoks
sebesar 12,5%. Siswa beranggapan bahwa dapat dilihat pada Gambar 3.
suatu larutan hanya bersifat elektrolit jika saat
pengujian menghasilkan nyala lampu atau
redup. Siswa tidak memperhatikan gejala lain
yang terjadi seperti adanya gelembung gas.
Persentase Pemahaman Siswa
100% Paham
Pada butir soal nomor 2 persentase 80%
miskonsepsi
tidak paham
miskonsepsi sebesar 37,5%. Butir ini membahas
60%
mengenai kemampuan larutan menghantarkan
listrik dilihat dari konsentrasiya. Pada soal ini 40%
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Berdasarkan Tabel 2. siswa setuju bahwa guru
terhadap enam siswa yang mengalami menguasai materi pelajaran larutan elektrolit
miskonsepsi, miskonsepsi yang terjadi pada dan konsep redoks dengan baik. Penguasaan
materi larutan elektrolit dan konsep redoks konsep yang baik oleh guru dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang meminimalisir terjadinya miskonsepsi. Namun
bersumber dari siswa, guru dan Lembar Kerja penguasaan konsep yang baik oleh guru harus
Siswa (LKS). Adapun faktor terbesar yang didukung dengan teknik yang tepat dalam
menyebabkan miskonsepsi adalah siswa itu meyampaikan pelajaran. 57.14% siswa
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli manyatakan jika mereka tidak memahami
yang menyatakan bahwa miskonsepsi yang penjelasan yang diberikan oleh guru. 77.14%
paling banyak berasal dari siswa (Suparno, siswa merasa kesulitan dalam memahamii
2013: 34). Penyebab miskonsepsi yang materi yang ada dalam buku teks kimia,
bersumber dari siswa adalah pemahaman yang menurut siswa, hal ini dikarenakan bahasa
tidak lengkap, rendahnya kemampuan siswa, didalam buku teks kimia tinggi, sehingga sulit
kurangnya minat belajar siswa, dan pemikiran untuk dipahami.
humanistik. Temuan adanya indikasi
miskonsepsi siswa yang disebabkan oleh Berdasarkan hasil analisis angket,, faktor
penalaran yang tidak lengkap, dan rendahnya penyebab miskonsepsi pada materi larutan
kemampuan siswa sejalan dengan temuan elektrolit dan konsep redoks menurut siswa
Ferra Astuti yang menyatakan bahwa yaitu guru dan LKS. Penyebab miskonsepsi
miskonsepsi yang berasal dari siswa adalah yang bersumber dari guru dan LKS sejalan
reasioning yang tidak lengkap, dan rendahnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh
kemampuan siswa (Ferra Astuti, 2016). Mentari yang mengungkapkan bahwa guru dan
LKS bisa menjadi faktor penyebab miskonsepsi
Selain wawancara, untuk mengungkap pada siswa (Luh Mentari, 2014). Miskonsepsi
miskonsepsi siswa juga dilakukan penyebaran yang bersumber dari guru disebabkan oleh
kuisioner. Kuisioner berisikan mengenai kurang menariknya cara guru menjelaskan
pendapat siswa terhadap penguasan konsep pelajaran di kelas yang meneyebabkan minat
guru serta cara guru mengajar dan siswa berkurang dalam mempelajari kimia.
kelengkapan isi buku pegangan siswa. Sedangkan miskonsepsi yang berasal dari LKS
persentase pendapat siswa terhadap kuisioner disebabkan oleh kurang lengkapnya materi
disajikan pada Tabel 2. dalam LKS yang menyebabkan siswa memiliki
pemahaman yang tidak utuh terhadap suatu
Tabel 2. Respon Siswa terhadap Penguasaan konsep.
Konsep Guru dan Kelengkapan Buku
Guru menguasai materi larutan elektrolit dan
No Persentase Jawaban Siswa (%) larutan penyangga dengan baik, tetapi dari
Pernyataan hasil wawancara, guru kurang menekankan
Ya Tidak
1 91.42 8.58
penjelasan tentang sifat daya hantar senyawa
ion dan senyawa kovalen, konsep penentuan
2 85.71 14.29
oksidator dan reduktor, membedakan reaksi
3 82.35 17.65 redoks dengan reaksi bukan redoks, tata nama
4 71.43 28.57 berdasarkan IUPAC, sehingga siswa banyak
5 42.86 57.14 yang tidak paham konsep dan miskonsepsi
6 88.58 11.42 pada konsep ini.
7 5.27 94.28
8 77.14 22.86 Dari hasil tes diagnostik, wawancara dan
kuisioner dapat disimpulkan bahwa
9 74.28 25.72
miskonsepsi siswa di SMA Negeri 1 Tambang
10 68.57 31.43
yang paling dominan berasal dari siswa itu
sendiri, selain itu miskonsepsi juga bersumber
dari guru dan LKS. Miskonsepsi yang
Ferra, A., Tri, R., & Nanik D, N. (2016). Wiwi, S., Nur, A., Nur, E, K.,& Indah R.
Identifikaisi Miskonsepsi dan (2014).Pengembangan Tes Diagnostik
Penyebabnya pada Siswa Kelas XI MIA Two-tier untuk Mengidentifikasi
Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran Miskonsepsi pada Materi Kimia SMA.
2015/2016 pada Materi Pokok Jurnal pengajaran MIPA, 19(1), 117-127.
Stoikiometri.Jurnal Pendidikan Kimia
Universitas Sebelas Maret, 5(2), ISSN
2337-9995, 10-17.