Siti Fatimah, Suyata, Tien Setyaningtyas PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

OPTIMASI pH DAN HIDROGEN PEROKSIDA PADA PROSES


ELEKTRODEKOLORISASI RODAMIN B

Siti Fatimah1), Suyata2) , Tien Setyaningtyas3)


1
Program Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: sf120@ums.ac.id
2,3
Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Soedirman
email: -

Abstract
Research on electrodecolorization of dye rhodamine B has done. The dye rodamin B is one kind of
various components in the liquid waste textiles, especially in the dyeing process, Use of the dye
rodamin B reaches approximately 60% to 70% and 10% to 15 % lost in the dyeing process. The
aim of this study is to provide an alternative method for dealing with liquid wastewater. The
method in this study is experimentally to test the qualitative and quantitative test. This study used
an electrolysis process in which iron is used as a carbon anode and cathode. Iron anode
electrolysis cells will form a metal hydroxide that acts as a coagulant so that the dye can be exempt
from a mixture of origin. The first step in this research was to determine the optimum time and the
optimum voltage. Conditions that shew the greatest percentage decolorization used in this study.
Voltage used is 12V while the optimum use of time is 5 minutes. The results showed that at pH 3, 4,
and 6 percentage decolorization relatively close to 100% than at pH 9 and 10. This indicates that
the maximum decolorization percentage acidic conditions, because the atmosphere in the case of
acid neutralization negative charge of hydroxide ions by hydrogen ions so as to assist the binding
molecule H2O2 rodamin B. In addition to the concentration of 300 mg / L occur decolorization
greater than without the addition of H2O2

Keywords: Electrodecolorization, Rhodamin B, electrolysis Hydrogen peroxide

1. PENDAHULUAN pengolahan limbah karena warnanya


Industri tekstil merupakan salah satu yang sulit diuraikan sehingga dapat
sumber utama pencemaran yang mencemari lingkungan. Sifatnya yang
menghasilkan limbahzat warna dengan sulit terdegradasi (recalsitran) dan
konsentrasi tinggi. Menurut Robinson toksisitasnya terhadap manusia yang
(2001) melaporkan hasil penelitian tinggi (Yoo,2000). Dekolorisasi zat
Meyer (1981) dan Zollinger (1987) warna rodamin B dengan proses
bahwa terdapat hampir 100.000 jenis zat elektrolisis menggunakan anoda besi
dengan lebih dari 7x105 ton limbah cair merupakan salah satu alternatif untuk
zat warna yang dihasilkan pada proses mengatasi permasalahan ini.
pewarnaan pakaian. Zat warna yang Riset mengenai elektrodekolorisasi dengan
paling banyak digunakan adalah zat menggunanakan anoda besai telah banyak
warna rodamin B. Penggunaan zat dilakukan seperti dekolorisasi brom timol biru
warna rodamin B mencapai sekitar 60%- (Ibanez, et al.,1998), fenolftalein oleh
70% dan 10%-15% hilang dalam proses Kristanto dan Rahmanto (2000), metal orange
pewarnaan (Pala et al., 2013). oleh Famila dan Rahmanto (2000). Sel
Zat warna rodamin B digunakan secara elektrolisis beranoda besi dapat digunakan
luas pada industri tekstil dan menjadi untuk mendemonstrasikan dekolorisasi larutan
perhatian besar dalam proses timol biru (Ibanez et al,.1998). Hidroksida

47
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

logam yang terbentuk melalui elektrolisis setiap antar muka timbul beda potensial secara
dapat bertindak sebagai koagulan yang dapat spontan. Beda potensial sel terukur langsung
mengikat brom timol biru, sehingga zat warna pada voltameter dan tidak bergantung pada
tersebut dapat dibebaskan dari campuran elektroda acuan sehingga potensial sel meliputi
asamnya. Pengikatan ini terjadi secara kovalen potensial standar setengah sel katoda (Ek) dan
dengan mengasumsikan bahwa zat warna anoda serta potensial ohmik (IR). Perolehan
tersebut bertindak sebagai ligan (L). Adapun harga total E bernilai negatif oleh sebab itu
mekanismenya adalah sebagai berikut : harga ∆G bernilai positif sehingga reaksi
L-H + (HO)OFe L-OFe + H2O berjalan tidak spontan. Reaksi akan berjalan
Keberhasilan Ibanez et al., (1998) tersebut secara spontan jika harga ∆G bernilai negatif
kemudian penulis kembangkan untuk sehingga diperlukan energi listrik dari luar
melakukan dekolorisasi zat warna rodamin B. yang dialirkan ke dalam sel (Dogra,1990).
Zat warna rodamin B ini diharapkan dapat Suatu sel yang terdiri dari dua elektrode
terikat pada koagulan besi hidroksida sebagai dengan menggunakan karbon sebagai katoda
hasil elektrolisis. Hal-hal yang dapat dan besi sebagai anoda. Jika kedua sel tersebut
mempengaruhi proses terbentuknya koagulan dicelupkan ke dalam suatu larutan elektrolit
tersebut antara lain adalah pH, sehingga perlu yang dapat menghantarkan ion, maka antara
adanya control pH yang sesuai. elektrolit dan elektroda tersebut akan
Selain koagulan kation besi juga mampu membentuk sistem yang saling berinteraksi.
menjadi katalis dalam pembentukan reagen Pada anoda akan terjadi oksidasi ion Fe
Fenton yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi kationnya, sedangkan pada katoda
penanganan limbah cair. Reagen ini dapat karena karbon bersifat inert maka yang
digunakan sebagai zat untuk dekolorisasi zat tereduksi adalah pelarut (air) yang ada dalam
warna, menghilangkan sifat racun limbah, dan system membentuk gas H2 dan ion OH- yang
menurunkan BOD maupun COD (Ariana, akan membantu pembentukan hidroksida besi
1993). Reagen Fenton didapatkan dengan cara dengan cara menetralkan muatan negatif pada
menambahkan hidrogen peroksida berlebih sistem koloid (Quagliano, 1969).
sedikit demi sedikit pada suatu larutan. Menurut Ibanez (1998) pembentukan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh hidroksida besi melalui dua mekanisme yaitu
Endang (2000), bahwa penambahan hidrogen 4Fe(s) 4Fe2+(aq) + 8e-
2+
peroksida dapat meningkatkan persentase 4Fe (aq) + 10H2O(l) + O2(g)
dekolorisasi indigo dibandingkan bila tanpa 4Fe(OH)3(s) +8H+
penambahan hidrogen peroksida. Dalam Reaksi keseluruhannya menjadi :
penelitian ini akan mengoptimasi pH dan 4Fe(s) + 10H2O(l) + O2(g)
penambahan konsentrasi hidrogen peroksida 4Fe(OH)3(s) + 8H+
dalam proses dekolorisasi rodamin B. Gelembung-gelembung hidrogen naik menuju
Sel elektrokimia adalah sel yang permukaan sambil mendorong flokulan. Besi
menghasilkan transfer bentuk energi listrik (III) hidroksida inilah yang berperan dalam
menjadi energi kimia atau sebaliknya melalui dekolorisasi. Mekanisme reaksi yang kedua
saling interaksi antara arus listrik dan reaksi adalah pembentukan hidroksida besi sebagai
redoks. Terdapat dua macam sel elektrokimia berikut :
yaitu sel volta atau sel Galvani dan sel Fe(s) Fe3+(aq) + 2e E0=0,440V
2+ -
elektrolisis. Pada sel elektrolisis akan terjadi Fe (aq) + 2OH Fe(OH)2(s)
perpindahan elektron. Elektroda yang 2H2O(l) + 2e H2(g) + 2OH- E0=0,8
mengalami reaksi oksidasi disebut dengan (aq) 30V
anoda, dan elektroda yang mengalami reaksi Fe(s)+2H2O(l) H2(g)+Fe(O Et=-
reduksi disebut dengan katoda. Beda potensial H)2(s) 0,390V
elektrode sangat menentukan mekanisme Reaksi di atas tidak berlangsung spontan
reaksi elektrokimia, karena adanya fenomena dikarenakan harga ∆E bernilai negatif,
lapisan listrik ganda yang menyebabkan pada sehingga diperlukan sejumlah arus dari luar

48
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

untuk membuat reaksi berjalan secara spontan. Cara kerja


Penambahan hidrogen peroksida akan Dalam penelitian ini dilakukan beberapa
memberikan produk suatu senyawa yang tahapan antara lain:
memilki kereaktifan tinggi yaitu radikal Pembuatan larutan standar rodamin B dan
hidroksil. Secara umum tipe mekanisme reaksi larutan induk H2O2 10.000 mg/L
hidrogen perosida yang berguna untuk Sebanyak 0,1 gram bubuk rodamin B
penanganan limbah adalah adisi dan abstraksi dilarutkan dalam larutan akuades 20 mL,
hidrogen. Reaksinya adalah sebagai berikut : kemudian dipindahkan ke dalam labu takar
Fe2+ + H2O2 Fe3+ + OH- + ●OH 100 mL dan ditambah akuades sampai tanda
Hidrogen peroksida merupakan zat batas. Larutan ini sebagai larutan induk
pengoksidasi maupun zat pereduksi. Kerja rodamin B 100 mg/L. Dibuat larutan standar
oksidasinya didasarkan pada proses dua rodamin B dari larutan induk dengan variasi
elektron yang mengakibatkan terbentuknya air. konsentrasi 5 mg/L,10 mg/L sampai dengan 40
Reaksinya adalah sebagai berikut : mg/L dengan interval 5. Untuk larutan induk
H2O2 + 2H+ + 2e 2H2O E0 = 1,77 V H2O2 10000mg/L dibuat dengan mengencerkan
Sebagai pereduksi H2O2 melepaskan dua 15,02 mL H2O2 30% (berat jenis 1,11 g/mL)
elektronnya dan terbentuk gas oksigen. menjadi 0,5 L.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
H2O2 O2 + 2H+ + 2e E0 = -,068 V Penentuan panjang gelombang maksimum
Kereaktifan dari sistem ini digunakan untuk rodamin B dan pembuatan kurva kalibrasi
menangani berbagai macam limbah industri. Untuk penentuan panjang gelombang
Metode koagulasi yang telah berhasil maksimum rodamin B maka digunakan larutan
dikembangkan dan terbukti efektif untuk induk 40 mg/L, dan diukur absorbansinya pada
proses pengendapan adalah dengan panjang gelombang antara 400 nm-700 nm.
menambahkan suatu elektrolit. Ion elektrolit Panjang gelombang diperoleh pada serapan
yang ditambahkan akan bergabung dengan ion maksimum digunakan dalam pengukuran
yang terdapat dalam larutan sehingga akan penelitian ini. Panjang gelombang yang
membentuk senyawa netral yang mengendap. diperoleh digunakan untuk membuat kurva
Metode pengendapan dengan metode standar atau kurva kalibrasi dengan variasi
elektrokimia disebut dengan flokulasi atau konsentrasi larutan rodamin B 5 mg/L sampai
koagulasi. Hal-hal yang mempengaruhi proses dengan 40 mg/L dengan interval 5. Kurva
flokulasi dan koagulasi antara lain adalah kalibrasi dibuat dengan memplotkan
konsentrasi flokulan atau koagulan, efek konsentrasi sebagai sumbu X versus
pengadukan, dan derajat keasaman sistem absorbansi sebagai sumbu Y.
maupun lingkungan
Penentuan voltase optimum
2. METODE PENELITIAN
Sebanyak 40 mL larutan seri rodamin B 25
Penelitian ini menggunakan bahan dan tahapan
mg/L dimasukkan ke dalam beaker gelas,
sebagai berikut :
kemudian ditambahkan 0,71 gram Na2SO4 dan
ditambah H2SO4 0,1 N sampai pH
Alat dan Bahan
menunjukkan 3, kemudian diukur
Peralatan yang digunakan adalah seperangkat
absorbansinya. Ini dilakukan untuk
peralatan gelas, timbangan elektrik, pH meter,
mendapatkan nilai absorbansi sebelum
termometer, spektrofotometer UV-1601 SA.
elektrolisis. Sumber arus DC diatur dengan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
memulai voltase yang paling kecil yaitu 7,5; 9
adalah natrium hidroksida, natrium bisulfat,
V; 12 V; 15 V kemudian dielektrolisis dengan
asam sulfat pekat, rodamin B, hidrogen
waktu yang konstan yaitu 5 menit. Setelah
peroksida 30%, dan akuades.
selesai elektrolisis larutan disaring dan diukur
absorbansinya. Voltase yang menunjukkan

49
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

persen dekolorisasi maksimal digunakan dalam warna rodamin B yang diharapkan mudah
penelitian ini. dipisahkan setelah akhir elektrolisis.
Pengikatan berdasarkan atas adanya muatan
Penentuan waktu optimum parsial positif pada hidroksida besi dan muatan
Pada penentuan waktu optimum kondisi negatif pada rodamin B.
larutan sama dengan penentuan voltase Pada penelitian ini jarak antar elektrode dibuat
optimum dengan memvariasikan waktu 1 cm dengan maksud agar gas H2 yang
elektrolisis pada voltase optimum. Adapun dihasilkan pada katoda selama proses
waktunya yaitu 1 menit sampai dengan 10 elektrolisis dapat mengenai permukaan anoda
menit dengan interval 1. Waktu yang secara lebih merata sehingga dapat
menghasilkan persentase dekolorisasi mempercepat proses pengapungan dan
maksimum digunakan dalam penelitian ini. pengumpulan flok-flok besi hidroksida yang
dihasilkan selama proses elektrolisis.
Elektrodekolorisasi rodamin B dengan Selain jarak antar elektrode yang dibuat tetap,
variasi pH dan konsentrasi H2O2 temperatur dan konsentrasi zat warna rodamin
Besi spiral dengan diameter 0,5 cm B dibuat tetap, Temperatur merupakan salah
dimasukkan ke dalam sel elektroisis sebagai satu factor yang dapat mempengaruhi proses
anoda dan batang karbon sebagai katoda. Ke elektrolisis. Pada penelitian ini suhu yang
dalam beker gelas dimasukkan 40 mL larutan digunakan adalah suhu kamar atau lingkungan
zat warna rodamin B 25 mg/L ditambah 0,71 yang dianggap konstan. Sedangkan untuk
gram Na2SO4 dan ditambah H2SO4 0,1 N konsentrasi zat warna rodamin B yang
sampai pH menunjukkan 3 kemudian diukur digunakan adalah 25 mg/L dengan maksud
absorbansinya. Larutan dipindahkan ke dalam agar dengan konsentrasi yang kecil maka
sel elektrolisis kemudian dihubungkan dengan setiap kali terjadi pengurangan konsentrasi
potensial listrik luar pada waktu optimum dan akibat elektrolisis dapat teramati. Selain itu
voltase optimum. Setelah selesai elektrolisis juga kemampuan spektrofotometer untuk
larutan hasil elektrolisis disaring dan diukur mengukur absorbansi suatu larutan juga
absorbansinya. terbatas untuk konsentrasi yang kecil.
Variasi konsentrasi H2O2 dengan kondisi dan Adsorbansi rodamin B sebelum dan sesudah
perlakuan yang sama ditambahkan H2O2 300 elektrolisis ditentukan pada panjang
mg/L sebanyak 4 mL. Pada variasi konsentrasi gelombang maksimum. Pada proses
600 mg/L sebanyak 2 mL, dan pada variasi elektrolisis untuk memaksimalkan oksidasi
konsentrasi 900 mg/L sebanyak 1,4 mL. besi dibentuk spiral. Pada daerah lekukan
Perlakuan diulang untuk variasi pH. terjadi uluran atau renggangan akibatnya luas
permukaan yang kontak dengan elektrolit
semakin luas sehingga besi akan bersifat lebih
3. HASIL DAN PEMBAHASAN akti dan semakin banyak yang teroksidasi
Penelitian telah dilakukan berdasarkan metode (Petrucci, 1989).
elektrokimia dengan menggunakan elektroda Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar
besi sebagai anoda dan karbon dari batu baterai dilakukan dengan membuat grafik absorbansi
bekas sebagai katoda. Penggunaan karbon terhadap variasi konsentrasi larutan standar
dapat mengadsorbsi zat warna dari senyawa rodamin B. Selanjtnya dibuat kurva garis lurus
organic. Prosedur penelitian melibatkan seperti Gambar 1.
elektroda, larutan elektrolit dan potensial
eksternal.
Besi dimanfaatkan sebagai anoda dengan
alasan supaya menghasilkan flok-flok
hidroksida besi yang tidak larut dalam air.
Flok-flok besi hidroksida besi bertindak
sebagai flokulan-koagulan yang mengikat zat

50
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

terjadi kesetimbangan pembentukan kompleks


antara rodamin B dengan besi hidroksida
sehingga kekuatan ionnya maksimal. Elektron
dalam kesetimbangan ini berperan penting
sehingga elektron dapat dianggap sebagai
peubah utama. Pada voltase 12 V terjadi
kepekatan larutan yang maksimal sehingga
kesetimbangan akan bergeser ke arah
terbentuknya ion Fe3+. Pada voltase 9 V
persentase dekolorisasi zat arna rodamin B
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Rodamin B mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena pada saat voltase 9 V, efisiensi katoda
Kurva kalibrasi yang diperoleh dalam turun secara cepat dengan naiknya rapat arus
penelitian ini adalah mempunyai persamaan sehingga akan terjadi penghambatan
garis lurus y = 0,0284 + 0.0374x, dimana pembentukan flok-flok besi pada anoda. Pada
sumbu y adalah absorbansi dan sumbu x saat voltase 12 V pemberian ion dari anoda ke
adalah konsentrasi rodamin B. Kurva kalibrasi katoda sangat besar sehingga menyebabkan
ini mempunyai harga persentase kesesuaian persentase dekolorisasi maksimal. Anoda akan
99,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan segera melebihi batas pembentukan flok-flok
bahwa persamaan garis lurus dapat digunakan besi bila rapat arus pada anoda terlalu tinggi.
untuk menentukan konsentrasi romain B yang Hal ini ditunjukkan dengan perolehan
terdekolorisasi. persentase dekolorisasi zat warna rodamin B
pada voltase 15 V yang mengalami penurunan.
1. Penentuan Voltase Optimum
Voltase optimum merupakan voltase di mana 2. Penentuan Waktu Optimum
terjadi dekolorisasi yang maksimal. Pada Waktu optimum merupakan waktu yang
penentuan voltase optimum digunakan larutan digunakan untuk mendekolorisasi rodamin B
seri rodamin B 25 mg/L dengan maksud agar secara maksimal di mana persentase
dengan konsentrasi yang kecil maka setiap kali dekolorisasinya paling besar. Kondisi pH
terjadi pengurangan konsentrasi akibat larutan dibuat pada pH asam yaitu 3 dengan
elektrolisis dapat teramati. Hasil pengukuran maksud agar produksi ion Fe3+selama
diperoleh grafik seperti pada Gambar 2. elektrolisis lebih banyak. Netralisasi muatan
negatif dari ion-ion hidroksida oleh ion-ion
hidrogen terjadi dalam suasana asam sehingga
dapat membantu pengikatan molekul rodamin
B oleh besi terhidrat menjadi lebih kuat di
mana hal tersebut tidak terjadi dalam suasana
basa (Sykes, 1989).
Penambahan 4 mL H2O2 300 mg/L yaitu
berdasarkan penelitian sebelumnya di mana
persentase dekolorisasi maksimal dengan
penambahan H2O2 dengan konsentrasi 300
mg/L. Pada penentuan waktu optimum didapat
Gambar 2. Grafik Voltase grafik sebagai berikut :

Gambar tersebut terlihat bahwa pada voltase


12 V dihasilkan persentase dekolorisasi yang
maksimal yaitu 98,58%. Oleh sebab itu untuk
perlakuan elektrolisis digunakan voltase 12 V.
Hal ini disebabkan karena pada voltase 12 V

51
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa


pada pH 3, 4, dan 6 persentase dekolorisasi
relatif mendekati 100%. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil warna larutan setelah elektrolisis
yang jernih.
Pada pH 9 dan 10 cenderung menurun
persentase dekolorisasinya. Produksi ion Fe3+
dalam suasana asam selama elektrolisis lebih
banyak dibandingkan dalam suasana basa. Ion
Fe3+ merupakan hasil oksidasi dari ion Fe2+
Gambar 3. Grafik Waktu karena adanya zat pengoksidasi yang kuat
yaitu H2O2. Ion Fe3+ lebih stabil dibandingkan
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa dengan ion Fe2+. Reaksinya adalah sebagai
persentase dekolorisasi maksimal terjadi pada berikut :
saat waktu elektrolisis 5 menit di mana
menghasilkan persentase dekolorisasi 98,6%. Fe + 2H+ Fe2+ + H2
Hal ini dikarenakan pada saat 5 menit tipe 2+
Fe + 2OH -
Fe(OH)2
partikel yang akan dikoagulasi sesuai dengan 2Fe(OH)2 + H2O2 2Fe(OH)3
koagulan yang dihasilkan. Kemampuan
Pada ion Fe3+ terjadi tarikan elektrostatis
koagulan ditentukan oleh kespesifikan
dengan anion zat warna rodamon B yaitu OH-.
koagulan dengan tipe partikel yang akan
Pada pH rendah tarikan ini akan meningkat,
dikoagulasi. Oleh sebab itu pada penelitian ini
sedangkan pada pH tinggi permukaan Fe2+
digunakan voltase 12 V selama 5 menit.
terjadi penurunan muatan sehingga
menimbulkan tolakan. Tingginya persentase
3. Pengaruh pH dekolorisasi pada pH asam ini dapat terjadi
Menurut Barbara (2001) pada pH yang rendah karena beberapa hal antara lain yaitu dalam
dalam suatu larutan maka akan menurunkan suasana asam akan terjadi netralisasi muatan
intensitas warna. Oksidasi senyawa dari negatif dari ion-ion hidroksida oleh ion-ion
larutan berwarna menjadi tidak berwarna hidrogen sehingga dapat membantu pengikatan
sangat efektif. Banyak faktor yang dapat molekul zat warna rodamin B. Besi dalam
mempengaruhi elektrodekolorisasi zat warna suasana asam lebih mudah teroksidasi
rodamin B, salah satunya adalah pH. dibandingkan dalam suasana basa sehingga
Pembentukan flok besi, proses elektrolisis, dan dengan waktu yang sama besi hidroksida yang
pengaruh H2O2 sangat ditentukan oleh pH dihasilkan lebih banyak. Pada suasan asam
larutan. Berdasarkan penelitian ini diperoleh ion-ion hidrogen lebih mudah terserap oleh
grafik sabagai berikut : endapan gelatinous dari besi hidroksida
sehingga mengakibatkan besi hidroksida
semakin bermuatan positif. Besi hidroksida
akan semakin bermuatan negatif sehingga akan
mengakibatkan partikel-partikel zat warna
rodamin B mudah terkopresipitasi.

4. Pengaruh H2O2
Hidrogen peroksida akan mampu
mengoksidasi atau mereduksi suatu larutan
dengan laju reaksi yang berlangsung sangat
cepat terutama dalam larutan asam. Ion Fe2+
dapat menjadi katalis bagi H2O2 menghasilkan
Gambar 4. Grafik Pengaruh pH radikal OH yang dapat digunakan untuk

52
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

menghilangkan zat warna rodamin B, dimana bahwa Fe2+ yang dihasilkan hanya cukup untuk
radikal OH ini akan mereduksi zat warna mengkatalisis H2O2 300 mg/L yang akan
rodamin Bmenjadi CO2 setelah melalui menghasilkan radikal OH sebagai penghilang
serangkaian keadaan intermediet. Secara tepat zat warna rodamin B menjadi partikel yang
mekanisme penghilangan zat warna ini belum tidak berbahaya.Pada penambahan 600 mg/L
banyak diketahui. Selama ini katalis Fe2+ dan 900 mg/L diperoleh persentase
diperoleh dengan menambahkan garam-garam dekolorisasi yang hampir mendekati 100%
Fe2+, namun dengan melihat bahwa hasil hanya sampai pada pH 6. Hal ini dikarenakan
pertama kali elektrolisis besi adalah Fe2+ maka oleh beberapa hal antara lain pada suasana
di dalam penelitian ini diasumsikan bahwa basa H2O2 akan teroksidasi menjadi H2O
sebelum proses kopresipitasi zat warna sehingga tidak terjadi proses katalisis
rodamin B oleh Fe(OH)3 terlebih dahulu terjadi pembentukan radikal hidroksil. Pada peristiwa
reduksi sebagian zat warna rodamin B oleh ini H2O2 teroksidasi terlebih dahulu sebelum
radikal OH yang didapat dari H2O2 yang sempat bereaksi dengan Fe2+ untuk bias
dikatalisis oleh Fe2+. menghasilkan radikal hidroksil. Pada
Fe(s) Fe2+(aq) penambahan 900 mg/L H2O2 radikal hidroksil
2+
Fe (aq) + H2O2 Fe3+(aq) + yang dihasilkan kereaktifannya sudah
-
OH (aq) + ●OH berkurang.
Asumsi tersebut menunjukkan bahwa proses Pada penambahan H2O2 sebanyak radikal
dekolorisasi zat warna rodamin B tidak hanya hidroksil yang dihasilkan tidak cukup untuk
dengan elektrokoagulasi atau elektroflokulasi mereduksi zat warna rodamin B menjadi
saja, tetapi dengan mereduksi zat warna partikel yang tidak berbahaya. Zat warna
rodamin B menjadi partikel yang tidak rodamin B agar dapat berikatan dengan
berbahaya. Penelitian ini dilakukan denga FeO(OH) harus melepaskan gugus
memvariasi konsentrasi H2O2 yaitu 300 mg/L, hidroksilnya sehingga sesuai dengan konsep
600 mg/L, 900 mg/L. Berdasarkan penelitian kesetimbangan asam basa. Pelepasan gugus
sebelumnya menyebutkan bahwa H2O2 yang hidroksil yang merupakan suatu basa akan
dibutuhkan adalah 200 mg/L sampai dengan lebih mudah terjadi pada suasana asam. Oleh
100 mg/L. setelah dilakukan penelitian maka sebab itu, kompleks besi-zat warna rodamin B
diperoleh hasil seperti gambar berikut : akan lebih banyak. Hasil terbaik didapat pada
penambahan H2O2 sebesar 300 mg/L.

5. Mekanisme Dekolorisasi Zat Warna


Rodamin B
Proses dekolorisasi zat warna rodamin B
dikarenakan dua hal yaitu karena proses
kopresipitasi zat warna rodamin B dalam
endapan gelatinous besi hidroksida dan
terbentuknya kompleks zat warna rodamin B
Gambar 5. Grafik Pengaruh konsentrasi H2O2 dengan besi hidroksida. Kopresipitasi
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa merupakan proses membawa serta suatu zat
penambahan H2O2 berpengaruh terhadap terlarut oleh terbentuknya endapan yang
persentase dekolorisasi zat warna rodamin B. dikehendaki menuju ke bawah (Underwood,
Redukdi zat warna rodamin B oleh radikal OH 1990).
dari H2O2 dikatalisis oleh ion Fe2+. Tanpa Besi hirdroksidadi dalam air akan tersuspensi
penambahan H2O2 persentase dekolorisasi membentuk koloid yang berupa partikel besar
mendekati 100% hanya pada sampai pH 6. dan stabil, pada akhirnya partikel tersebut akan
Pada penambahan 300 mg/L H2O2 diperoleh mengendap sebagai endapan gelatinous. Proses
persentase dekolorisasi yang relative besar pembentukan endapan gelatinous tersebut, besi
untuk kondisi semua pH. Hal ini dikarenakan hdroksida akan mengkopresipitasi zat warna

53
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

rodamin B. Kopresipitasi zat warna rodamin B sehingga ion Fe3+ akan lebih mudah terikat
oleh endapan gelatin besi hidroksida tersebut pada gugus karboksil
dapat terjadi karena adanya interaksi antara
besi hidroksida dan zat warna rodamin Boleh 4. SIMPULAN
adanya gaya Van der Walls yang disebabkan Telah dilakukan penelitian tentang dekolorisasi
oleh perbedaan muatan pada permukaan kedua zat warna rodamin B dengna cara elektrolisis
partikel tersebut. dengan menggunakan karbon sebagai katoda
Selain akibat pengaruh gaya Van der Walls dan besi sebagai anoda. Elektrodekolorisasi
yang disebabkan oleh perbedaan muatan antara efektrif dilakukan pada suasan asam
besi hidroksida dan zat warna rodamin B, dibandingkan pada suasana basa, Hasil
proses dekolorisasi zat warna rodamin Bjuga maksimum didapatkan pada pH 3 dan 4.
bias terjadi karena terbentuknya kompleks besi Penambahan H2O2 dapat meningkatkan
dengan zat warna rodamin B yang memiliki persentase dekolorisasi zat warna rodamin B
berat molekul besar sehingga kompleks dibandingkan tanpa penambahan H2O2, Hasil
tersebut mudah mengendap. maksimal didapatkan pada penambahan H2O2
Menurut Ibanez et al.(1998) ikatan yang terjadi sebesar 300 mg/L. Dari hasil penelitian yang
antara zat warna dan besi merupakan ikatan telah dilakukan maka sarankan perlu dilakukan
kovalen koordinasi, dengan asumsi besi penelitian lebih lanjut untuk diterapkan pada
berperan sebagai atom pusat dan zat warna zat warna lain dengan variasi jarak antar
sebagai ligand. Adapun mekanisme elektrodenya
pembentukannya adalah sebagai berikut :
L-H + (HO)OFe L-OFe + H2O 5. REFERENSI
Dimana L adalah zat warna rodamin B. Reaksi Abadulla, E.T. Tzanov,
tersebut memperlihatkan bahwa hidroksida Costa.2000.Decolourization and
besi mengikat ion oksigen pada posisi atom Detoxification of Textile Dyes with A
karboksilat dan bukan pada posisi amida. Hal Loccase from Trametes Hirruta. Applied
tersebut diakibatkan karena sifat keasaman ion Environmental Microbiology. 66(8),
karboksilat lebih besar dari sifat keasmanan 3357-3362
ion amida. Sifat keasaman tersebut
mengakibatkan muatan negative ion oksigen Ariana. 1993. Pengolahan Limbah Uranium.
pada gugus karboksilat lebih besar daripada No.4. Tabloid STTL. Yogyakarta
awan muatan ion klorida pada amida sehingga
ion oksigen pada ion karboksilat lebih mudah Culp, R.L.1978. Hand Book of Advanture
menyerang ion positif besi hidroksida, Waste Water Treatment. Second edition.
walaupun sebenarnya ada kemungkinan Litton Educational Publishing Inc. USA
hidroksida besi berikatan dengan nitrogen. Hal
ini disebabkan karena nitrogen memilki Darjito. 2000. Kajian Pengaruh pH Dalam
sepasang elektron bebas yang bias Pembuatan Sol Magnetit Adsorben
disumbangkan untuk membentuk ikatan Logam. Jurnal Ilmu Teknik
dengan Fe(III). (Enginering). 12(2)
Menurut teori asam basa Pearson, Fe3+ yang
merupakan asam keras akan lebih cenderung Daneshvar, N., Khataee, A. R., & Djafarzadeh,
berikatan dengan oksigen yang merupakan N. (2006). The use of artificial neural
basa keras dibandingkan dengan nitrogen yang networks (ANN) for modeling of
merupakan basa lunak. Akibatnya interaksi decolorization of textile dye solution
antara Fe(III) dengan oksigen dari zat warna containing CI Basic Yellow 28 by
rodamin B lebih dimungkinkan terjadi. Selain electrocoagulation process. Journal of
itu pada gugus amida halangan steriknya lebih hazardous materials, 137(3), 1788-1795.
besar dibandingkan pada gugus hidroksil,
Dogra,S. 1990. Kimia Fisik. UI press. Jakarta

54
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

E.Ronald dan Walpole. 1995. Ilmu Peluang Petrucci. 1989. Kimia Dasar Untuk
Dan Statistik Untuk Insinyur Dan Universitas. Gramedia. Jakarta
Ilmuwan. ITB. Bandung
Rahmanto, T.H.2000. LAju
Famila dan Rahmanto. 2000. Jurnal Sains Dan Elektrodekolorisasi Fenolftalein Sebagai
Matematika. 8(1),25-28 Fungsi Voltase Dua Waktu. Jurnal Sains
Dan Matematika, 8(2), 55-58
Fessenden, R.J Fessenden. 1999. Kimia
Organij. Jilid 2. Erlangga. Jakarta Robinson. 2001. Remediation of Dyes in
Textile Effluent : A Critical Review on
Greeanwood, N.1984. Chemistry of Elements. Current Treatment Technologies with A
First edition. Pergamon press. Canada Proposed alternative. Bioresource
Technology, 77, 247-255
House a Barbara. 2001. Dringking Water
Chemistry: A Laboratory Mamal. Rivai Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.
Lewish Publisher. Florida UI Pers. Jakarta

Ibannez, G.J. 1998. Electrochemical Sudjana. 2002. Metode Statistik. Tarsito.


Remediation Of The Environment Bandung
Fundamentals And Microscale
Laboratory Experiment. Chem-educ. Wulfsberg, G. 1989, Principle Of Description
75(8),1040-1041 Inorganic Chemistry. University Science
Book Sausalito. California
Kasiri, M. B., Modirshahla, N., & Mansouri,
H. (2013). Decolorization of organic dye Yoo, E.S., 2000. Biological and Chemical
solution by ozonation; Optimization Mechanism of Reductive
with response surface methodology. Decolourization of Azo Dyes.
International Journal of Industrial Disertation Technischen Universital.
Chemistry, 4(1), 1-10. Berlin

Koeman, J.H. 1992. Pengantar Ilmi


Toksikologi. UGM Press. Yogyakarta

Kristanto, J Rahmanto. 2000. Laju


Dekolorisasi Fenolftalein Sebagai
Fungsi Potensial Eksternal. Jurnal Sains
Dan Matematika. 12(2), 25-28

Nowlesys. 1989. Condensed Chemical


Dictionary. 11th edition. Van Nostrand
Reinhold Company. New York

Pala, A..Tokat. and H. Erkayu. 2003. Removal


of Some Reactive Dyes From Textile
Processing Wastewater Using Powdered
Activated Carbon. Proceeding of The
First International Conference on
Environmental Research and Assasment.
Bucharest, Rumania

55

You might also like