Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 1, Januari 2013


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI SEKOLAH


(STUDI KUALITATIF PADA SMP NEGERI 21 SEMARANG)

Muhammad Fahry Nasyruddin


1.
Mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Around the world, tobacco is one of the most important causes of disability,
suffering, and premature death. Tobacco control policies in Indonesia is the most
effective way to reduce smoking kebiaaan. Implementation of smoke-free areas
to reduce the impact of smoking. The place to learn the SMP Negeri 21
Semarang as one goes into the region without cigarettes. The purpose of this
study is to describe the implementation of no-smoking areas in SMP Negeri 21
Semarang.
This research is a descriptive study using a qualitative approach. The research
sample consisted of 7 people from elements of policy makers in SMP Negeri 21
Semarang namely principals, deputy principals, heads of administration, business
infrastructure, business public relations, curriculum matters, student matters. The
data analysis was conducted in 4 phases: transcription, data reduction, data
presentation, and verification.
The survey results revealed that the implementation of no-smoking areas in SMP
Negeri 21 Semarang not optimal, this is due to lack of knowledge of the subject
of research, support resources KTR still minimal, yet the formation of SOP,
school commitment is lacking, no guidance and supervision is carried out by the
competent related. Knowledge and attitudes of leaders, supported by a good
supporting facilities, the process of socialization that has sustainability, as well as
bmbingan and oversight of agencies that work well will greatly help in optimizing
the implementation of no-smoking areas in SMP Negeri 21 Semarang. Semarang
City Government is expected to shortly establish local regulations so that the
implementation of a smoke-free area has a strong legal basis and running
optimally.

Key Words : no-smoking areas, schools


PENDAHULUAN merokok terbukti dapat berdampak
Di seluruh dunia, tembakau buruk terhadap kesehatan dan
merupakan salah satu penyebab ekonomi keluarga. Badan kesehatan
yang paling penting untuk dunia (WHO) memperkirakan jumlah
kecacatan, penderitaan, dan kematian di dunia akibat konsumsi
kematian premature. Perilaku rokok pada tahun 2030 akan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mencapai 10 juta orang setiap salah satu tempat yang masuk ke


tahunnya dan sekitar 70% dalam kawasan tanpa rokok
diantaranya terjadi di negara tersebut.
berkembang termasuk Indonesia. SMP Negeri 21 Semarang yang
Berdasarkan profil Kesehatan Kota merupakan salah satu sekolah
Semarang 2010, Penyakit Tidak negeri di semarang merupakan
Menular (PTM) mendominasi kasus salah satu tempat proses belajar
selama tahun 2010 sebagaimana - mengajar yang masuk dalam
Infark miokard akut 1.847 kasus, kawasan tanpa rokok seharusnya
stroke (hemoragik & non hemoragik) sudah mampu menerapkan aturan
2.026 kasus, hipertensi (essensial & ini secara baik. Terlebih dengan
lainnya) 89.412 kasus, angina status SMP Negeri 21 Semarang
pectoris 3.672 kasus. Sedangkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf
untuk kanker, pada tahun 2010 di Internasional (RSBI). Namun, pada
kota semarang berdasarkan laporan kenyataanya, peraturan ini belum
program yang berasal dari Rumah mampu diterapkan secara optimal.
Sakit dan Puskesmas, kasus Dari penuturan salah satu warga
penyakit kanker yang ditemukan sekolah, masih banyak rekan—
sebanyak 11.862, terdiri dari Kanker rekannya yang merokok
Payudara 2.349 kasus, Kanker dilingkungan sekolah dengan
Serviks 2.782 kasus, Kanker Hati leluasanya. Hal ini terjadi karena
dan Empedu 222 kasus, Kanker belum adanya peraturan jelas yang
Bronkus dan Kanker Paru 268 mengatur tentang kawasan tanpa
kasus. Kebijakan pengendalian rokok di SMP Negeri 21
tembakau di Indonesia merupakan Semarang.Berdasarkan keadaan-
cara yang paling efektif untuk keadaan tersebut di atas, peneliti
mengurangi kebiaaan merokok. termotivasi untuk melakukan
Implementasi kawasan tanpa rokok penelitian tentang gambaran
bertujuan untuk mengurangi dampak implementasi kawasan tanpa rokok
bahaya rokok. Tempat belajar yakni di SMP Negeri 21 Semarang.
SMP Negeri 21 Semarang sebagai
METODE PENELITIAN
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan wawancara mendalam


dalam penelitian ini adalah deskriptif dan observasi. Data yang
dengan menggunakan pendekatan didapatkan kemudian dilakukan
kualitatif yang dimaksudkan untuk validitas dan reliabilitas
mendeskripsikan implementasi menggunakan triangulasi sumber
peraturan kawasan tanpa rokok. dan teori dan observasi. Teori
Subyek penelitian terdiri dari kepala sumber dilakukan kepada dinas
sekolah, wakil kepala sekolah, pendidikan, dinas kesehatan, dan
kepala TU, urusan kesiswaan, koordinator KPKTR. Pengolahan
kurikulum, sarana prasarana, dan data dilakukan dengan 4 tahap yaitu
humas. Teknik pengumpulan data transkrip, reduksi data, penyajian
yang digunakan dalam penelitian data, dan verifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam tahun. Pendidikan terakhir yang di
penelitian ini sebanyak 7 responden tempuh yaitu sarjana dan magister Hal
dengan usia berkisar antara 32 – 55 ini bisa dilihat pada tabel 1.
Tabel1. Karakteristik Infoman Inti
Subyek Umur Pendidikan Jabatan
Penelitian
SP1 41 S1 Kepala TU
SP2 32 S2 Urs. Kesiswaan
SP3 54 S2 Kepala Sekolah
SP4 48 S2 Wakil Kepala Sekolah
SP5 34 S1 Urs. Sarana Prasarana
SP6 55 S1 Urs. Humas
SP7 37 S1 Urs. Kurikulum

2. Pengetahuan Subyek Penelitian


Pengetahuan yang dimaksud Dari semua pertanyaan
dalam penelitian ini adalah mengenai pengetahuan yang
pengetahuan seseorang mengenai meliputi tentang pengertian
hal-hal yang berhubungan dengan kawasan tanpa rokok, tempat-
kawasan tanpa rokok (KTR) baik tempat yang termasuk kawasan
secara umum maupun spesifik tanpa rokok, dan laranga dalam
mengenai kawasan tanpa rokok. kawsan tanpa rokok dapat diambil
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kesimpulan bahwa semua yang terdiri dari kepala sekolah,


pengetahuan subyek penelitian urusan kesiswaan, dan perwakilan
mengenai masih kurang. Hal siswa.
tersebut bisa diakibatkan karena Hal tersebut dibenarkan oleh
tidak semua subyek penelitian Notoatmojo (2007) bahwa
menerima sosialisasi mengenai Pengetahuan merupakan hasil dari
kawasan tanpa rokok yang pernah tahu, dan ini terjadi setelah orang
di lakukan oleh Dinas Kesehatan, melakukan penginderaan terhadap
Dinas Pendidikan, dan KPKTR suatu obyek tertentu.
Kota Semarang. Selain itu juga Penginderaan terjadi melalui panca
sosialisasi yang pernah indra manusia, yakni indra
dilaksanakan tersebut sudah lama, penglihatan, pendengaran,
jadi dimungkinkan bahwa subyek penciuman, rasa, dan raba.
penelitian yang pernah megikuti Sebagian besar pengetahuan
sosialisasi tersebut lupa. manusia diperoleh melalui mata
Hal tersebut tersebut sesuai dan telinga. Pengetahuan atau
dengan pernyataan informan kognitif sangat penting dalam
triangulasi bahwa tidak semua, membentuk tindakan seseorang
hanya perwakilan dari sekolah (overt behavior).
3. Sikap Subyek Penelitian Terhadap
Kawasan Tanpa Rokok
Dari hasil penelitian, semua hidup, jadi percuma saja kalau
subyek penelitian menyatakan siswa mendapat pelajaran tentang
bahwa sangat mendukung kesehatan lingkungan hidup tapi
terhadap implementasi kawasan guru dan karyawan sendiri tidak
tanpa rokok di SMP Negeri 21 mengaplikasikan ilmu tersebut
Semarang. Sebagian kecil subyek dalam kehidupannya sehari-hari
penelitian menyatakan bahwa dengan merokok. Selain itu juga
sangat mendukung penerapan dapat memberi contoh kepada
kawasan tanpa rokok di SMP anak-anak bahwa rokok itu
Negeri 21 Semarang karena di manfaatnya kecil lebih banyak
SMP Negeri 21 Semarang negatifnya. Sedangkan satu
diajarkan tentang lingkungan subyek penelitian lainnya juga
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mendukung implementasi kawasan Hal tersebut diatas sesuai


tanpa rokok dikarenakan dampak dengan faktor-faktor yang
yang ditimbulkan akibat rokok. melatarbelakangi pembentukan
Harapannya dengan adanya sikap manusia. Diantara
implementasi kawasan tanpa rokok berbagai faktor yang
di SMP Negeri 21 Semarang ini, mempengaruhi pembentukan
sekolah dapat terbebas dari polusi sikap adalah: Pengalaman pribadi,
akibat asap rokok karena rokok Kebudayaan, Media massa,
merupakan hal yang sangat Institusi Pendidikan dan Agama,
mengganggu sehingga Faktor emosi dalam diri, Orang lain
menimbulkan keadaan yang tidal yang dianggap penting.
nyaman.
4. Sumber Daya Pendukung kawasan tanpa rokok, tidak
Kawasan Tanpa Rokok adanya satgas anti rokok yang
Sumber daya yang dimaksud dibentuk untuk mengawal
dalam penelitian ini yaitu segala implementasi kawasan tanpa
bentuk dana, tenaga, dan sarana rokok di sekolah, sehingga tugas
prasarana yang mendukung dan kewenangan yang
implementasi kawasan tanpa seharusnya dijalankan oleh satgas
rokok di SMP Negeri 21 Semarang anti rokok tidak ada yang
sesuai yang ditetapkan dalam menjalankan.
Peraturan Walikota Semarang No. Sumber daya dalam
12 Tahun 2009. implementasi kawasan tanpa
Dari hasil penelitian, rokok, merupakan faktor utama
implementasi Peraturan Walikota dalam keberhasilan program.
Semarang tentang kawasan tanpa Bukan hanya sebatas pada
rokok di SMP Negeri 21 Semarang sumber daya manusia, tetapi juga
saat ini belum didukung oleh sumber daya yang lainnya seperti
sumber daya manusia yang pendanaan dan sarana prasarana.
memadai. Mulai dari tidak adanya
kejelasan mengenai penanggung
jawab dalam implementasi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

5. Proses Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok


Dari hasil penelitian, diketahui stakeholder. Hasil yang
bahwa proses sosialisasi yang diharapkan dari pelaksanaan
pernah diberikan instansi terkait sosialisasi adalah masyarakat dan
baik itu dari dinas kesehatan, stakeholder dapat memahami
dinas pendidikan, maupun KPKTR secara utuh tentang Peraturan
masi kurang optimal. Selain itu Walikota Semarang No. 12 Tahun
juga sosialisasi dari kepala 2009 Tentang Kawasan Tanpa
sekolah hanya dilakukan pada Rokok dan Kawasan Terbatas
saat briefing. Merokok tersebut. Dengan
Tujuan dari sosialisasi ini meningkatnya pemahaman secara
adalah agar masyarakat dan utuh terhadap peraturan tersebut,
stakeholder memahami peraturan diharapkan masyarakat dan
tersebut mengenai apa latar stakeholder akan termotivasi untuk
belakang dan tujuan, tanggung mematuhi peraturan tersebut.
jawab pemilik lokasi KTR,
larangan, sanksi, dan manfaat apa
yang didapat oleh masyarakat dan
6. Standar Operasional Prosedur banyak pihak. Termasuk ketika
(SOP) Implementasi Kawasan
belum adanya SOP yang jelas
Tanpa Rokok
menyebabkan keadaan tidak
Berdasar hasil penelitian
kondusif terhadap implementasi
diketahui bahwa SMP Negeri 21
suatuperaturan, maka hal ini akan
Semarang belum memiliki standar
menyebabkan ketidakefektifan dan
operasional prosedur dalam
menghambat jalannya
implementasi kawasan tanpa
pelaksanaan kebijakan.
rokok.
Implementasi kawasan tanpa
rokok yang bersifat kompleks
menuntut adanya kerjasama
7. Komitmen Sekolah implementasi kawasan tanpa

Komitmen pihak sekolah rokok bisa dilihat dari berbagai

dalam melaksanakan aspek diantaranya, bentuk


tanggung jawab yang diberikan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kepada petugas pelaksana KTR, kawasan tanpa rokok. Masih


pengawasan monitoring yang kurangnya komiten SMP Negeri
dilakukan, tindakan yang 21 Semarang untuk melaksanakan
dilakukan kepada pelanggar, dan implementasi kawasan tanpa
lain sebagainya. rokok secara optimal sampai
Dari hasil wawancara yang penelitian ini dilakukan juga
dilakukan dapat disimpulkan menjadi satu factor yang
bahwa komitmen pihak sekolah menghambat efektifitas
masih kurang kuat untuk implementasi kawasan tanpa
melaksanakan implementasi rokok sendiri.
8. Bimbingan, motivasi ,dan (KTR) dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM).
Dari hasil penelitian didapatkan
informasi bahwa belum ada
Selain itu juga untuk
bimbingan dan motivasi yang
pengawasan, Dari hasil
dilakukan oleh instansi terkait.
wawancara diketahui bahwa
Bimbingan dan motivasi yang
belum ada pengawasan yang
dimaksud dalam hal ini adalah
dilakukan oleh dinas pendidikan,
suatu bentuk bimbingan dan
dinas kesehatan, maupun KPKTR.
motivasi yang dilakukan terhadap
Namun, dinas pendidikan
pihak-pihak yang ingin menjadikan
mengaku pernah melakukan
lokasinya sebagai lokasi kawasan
pengawasan ke sekolah-sekolah,
tanpa rokok, mulai dari persiapan
meskipun waktu pelaksanaan
sampai dengan bimbingan dan
yang dilakukan bukan secara
motivasi setelah terbentuk lokasi
periodic, namun hanya secara
KTR. Yang dilakukan oleh instansi
incidental. Sedangkan terkait
terkait dalam hal ini yang
pengawasan gabungan yang
dimaksud dinas pendidikan, dinas
tertulis dalam perwal, informan
kesehatan, maupun KPKTR yaitu
triangulasi dari dinas kesehatan
hanya sebatas pada sosialisasi
memberi keterangan bahwa
mengenai Peraturan Walikota
pengawasan tersebut sudah
Semarang No 12 Tahun 2009
bukan dalam bentuk gabungan
tentang Kawasan Tanpa Rokok
lagi, melainkan udah dikembalikan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

ke SKPD masing-masing. Hal ini meakukan pengawasan terhadap


disebabkan karena untuk implementasi kawasan tanpa
melaksanakan kegiatan gabungan rokok di sekolah terkait waktu
diperlukan anggaran khusus. pengawasan memang bukan
dilaksanakan secara periodik
Sedangkan dari Inf3 dari
seperti berapa bulan sekali atau
Dinas Pendidikan yang
berapa tahun sekali, hanya secara
menyatakan bahwa Dinas
insidental saja.
Pendikan Kota Semarang pernah
KESIMPULAN Semarang yang telah memberikan ijin
1. Implementasi kawasan tanpa rokok dan banyak membantu jalannya
di SMP Negeri 21 Semarang belum proses penelitian.
berjalan optimal secara DAFTAR PUSTAKA
keseluruhan. Hal ini dibuktikan 1. Depkes RI, . Pembangunan
Kesehatan Indonesia Sehat 2010.
dengan masih ditemukannya
Jakarta: DepkesRI. 2009
pelanggaran yang ditemukan di 2. Depkes RI. Undang-undang No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
lokasi kawasan tanpa rokok di
Diunduh pada tanggal 3 Januari
SMP Negeri 21 Semarang 2012 dari :
http://www.depkes.go.id/index.php/
2. Pengetahuan yang kurang, sumber
component/depkesdownload/index.
daya yang kurang mendukung, php?option=com_depkesdownload
&itemid=18&folderid=37
proses sosialisasi yang tidak
3. Mubin, Syahrul. Implementasi
optimal, belum ada SOP, komitmen Perda Kota Surabaya No. 5 Tahun
2008 Tentang Kawasan Tanpa
sekolah yang kurang, dan tidak
Rokok dan Kawasan Terbatas
adanya bimbingan dan Merokok (Studi Tentang KTR di
Kampus UPN Veteran Jawa Timur
pengawasan menyebabkan
(Skripsi). Program Sarjana FISIP
implementasi kawasan tanpa rokok UPN Veteran Jawa Timur.2010
4. Crofton, John dan David Simpson,.
di SMP Negeri 21 tidak berjalan
Tembakau Ancaman Global.
efektif. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. 2002
5. Setiaji, Bambang,. 2008 Merokok
UCAPAN TERIMAKASIH Sebuah Perilaku Irasional.
http://www.promosikesehatan.com/
Terima kasih kepada Kepala SMP
?act=article&id=510 (diakses 05-
Negeri 21 Semarang beserta 01-2012)
6. Prabandari, Yayi Suryo dkk, 2009.
jajarannya, Dinas Pendidikan, Dinas
Kawasan Tanpa Rokok Sebagai
Kesehatan, dan KPKTR Kota Alternatif Pengendalian Tembakau
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Studi Efektivitas Penerapan dari: http://www.e-


Kebijakan Kampus Bebas Rokok psikologi.com/remaja/160802.htm
Terhadap Perilaku dan Status pada tanggal 06-01-2012
Merokok Mahasiswa di Fakultas
Kedokteran UGM. Jurnal 16. Bahasa Indonesia. Wikipedia.
Manajemen Pelayanan Kesehatan, Ensiklopedia Bebas Rokok
12(04): 218-225 (online).
7. Kartono, K. Psikologi Anak http://id.wikipedia.org/wiki/rokok
(Psikologi Perkembangan).
17. Amstrong, Soe. Pengaruh Rokok
Bandung : Mandar Maju. 1995
Terhadap Kesehatan hal 24
8. Komalasari, Dian dan Avin Fadilla Terjemahan Meitasari Tjandra.
Helmi, 2000. Faktor-Faktor Jakarta: Arcan. 1992
Penyebab Perilaku Merokok Pada
Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37- 18. Rusandi, Henry. Hubungan Antara
Pengetahuan, Sikap, dan Praktek
47
Merokok Mahasiswa FKM
9. Muchtar, AF. Matikan Rokok (SRIPSI). Program Sarjana FKM
Hidupkan Semangat Jalan Menuju UNDIP. 2008
Hidup Sehat Bermakna. Bandung :
Amanah Publishing House. 2005 19. Green, Lawrence etc,.
Perencanaan Pendidikan
10. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Kesehatan, terjemahan Sulazmi
Remaja dan Permasalahannya. Mamdy. Jakarta: Depkes RI. 1980
Jakarta: Sagung Seto. 2004
20. Santoso, Danu, Halim. Rokok dan
11. Muliadi Wijaya, dr. Alwi. Data dan Perokok. Jakarta: Arcan. 1991
Situasi Rokok (cigarette) Indonesia
Tebaru (online). 2011. (diunduh 21. Ball, K and Turne, R. Smoking and
The Heart. Lancet. 1994
dari: http://www.infodokterku.com)
tanggal 06-01-2012 22. Keen, RM; Hatsukami, DK and SJ,
12. Survei Sosial Ekonomi Nasional Anton. The Effectsor Short-tem
(Susenas) Tahun (1995, 2001, smokeless Tobacco Deprivation on
Performance
2004) dan Riskesdas 2007
Psycholpharmakology. 1989
13. Dinkes Kota Semarang. Profil
Kesehatan kota Semarang 2010. 23. Aditama,; Tjandra, Yoga. Kanker
(online) Diunduh dari: www.dinkes- Paru-Paru. Jakarta: Arcan. 1995
kotasemarang.go.id pada tanggal 24. Ditjen Kesehatan Masyarakat.
10-01-2012 Napza Informasi Bagi Tenaga
14. Setyawan, Ari. Hubungan Tingkat Kesehatan. Jakarta: Departemen
Pengetahuan Tentang Bahaya Kesehatan RI. 1995
Merokok Dengan Perilaku Merokok 25. Ditjen POM. Kebijaksanaan
di Kalangan Mahasiswa (SKRIPSI). Pengendalian dan Pengawasan
Program Studi Ilmu Keperawatan Rokok. Jakarta: Departemen
Stikes Surya Global. 2008 Kesehatan RI. 1995
15. Mu’tadin, Z. Penyesuaian Diri 26. Sendokgarpu.com. Indonesia.
Remaja (online).2002. diunduh Bahaya Perokok Pasif (online).
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Januari 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

(diakses tanggal 05-01-2012). Dan Kuantitatif Di Bidang


(diunduh dari : Kesehatan. Jakarta: Gadjah Mada
http://www.sendokgarpu.com/tips/b University Press. 2006
ahaya-peroko-pasif/424
34. Notoatmojo, Soekidjo. Promosi
27. Herdiansyah, H. Metodologi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2007
Salemba Humanika. 2010
35. Pusat Promosi Kesehatan.
28. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Pedoman Pengembangan
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta :
Remaja Rosdakarya. 2007 Kementerian Kesehatan Replubik
Indonesia. 2011
29. Y, Slamet. Analisis Data Kualitatif
Untuk Data Sosial. Solo : Dabora 36. Sarwono S.W. Psikologi Remaja.
Publisher. 1993 Jakarta : Rajawali Press. 2000

30. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi 37. O. Sears, David. Psikologi Sosial.


Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Jakarta : Erlangga. 1999
Reineka Cipta. 2002
38. Azwar, Syaifuddin. Sikap Manusia
31. MS S. Penelitian Kualitatif- Teori Skala dan Pengukurannya.
Nautralistik Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003
Yogyakarta: Usaha Keluarga.
2006 39. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia :
Teori dan Pengukurannya.
32. Sukardi. Penelitian Kualitatif- Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2005
Nautralistik Dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Usaha Keluarga. 2006 40. Handoko Hadi, T. Manajemen Edisi
2. Jakarta : PT Elex Media
33. Murti B. Desain Dan Ukuran Komputindo Kelompok Gramedia.
Sampel Untuk Penelitian Kualitatif 2008

You might also like