Professional Documents
Culture Documents
Pros MP Reni 2011
Pros MP Reni 2011
ABSTRACT
Key words: technology, processing, Lampung, Central Java, and East Java,
ABSTRAK
111
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
pelaku di sektor swasta dan pemerintahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran,
adopsi dan kendala pengembangan teknologi pengolahan hasil, serta mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan penelitian ini diketahui faktor-faktor yang
mempengaruh adopsi teknologi antara lain ketersediaan bahan baku, modal, tenaga kerja
dan pemasaran hasil. Industri pengolahan pangan di tingkat rumah tangga relatif kurang
menguntungkan, namun di tingkat skala usaha kecil dan menengah memberikan nilai
tambah yang relatif memadai bagi para pelakunya.
Kata kunci: tekonologi, pengolahan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
PENDAHULUAN
112
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
113
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
METODOLOGI
Kerangka Pikir
Secara diagram, kerangka pikir akselerasi sistem inovasi teknologi
pengolahan hasil pertanian dapat dilihat pada Gambar 1. Sistem inovasi dan
sistem agroindustri saling mempengaruhi atau tergantung satu sama lain (Irawan,
2004). Proses inovasi dirumuskan dalam tiga tahap. Tahap pertama pada
dasarnya adalah tahap dimana inovasi tersebut dirumuskan. Tahap kedua umunya
dilaksanakan oleh individual atau dalam kelompok kecil. Berikutnya merupakan
tahap evaluasi di mana konsep dasar inovasi tersebut dievaluasi dalam bentuk
percobaan dalam skala lebih besar. Tahap ketiga adalah tahap pengembangan, di
mana inovasi yang lolos evaluasi tahap kedua siap untuk diaplikasikan.
Pengembangan industri berbasis pertanian sangat terkait dengan
keberhasilan produksi pertanian, keragaman, dan tingkat permintaan pasar.
Dengan demikian, permasalahan utama dalam sistem inovasi teknologi hasil
pertanian ini adalah menentukan strategi mempercepat adopsi teknologi
pengolahan hasil. Setiap inovasi yang diperkenalkan telah memiliki informasi
tentang urgensi secara ekonomi/lingkungan dan sosial/budaya. Urgensi secara
ekonomi/lingkungan berhubungan dengan keuntungan finansial dan keuntungan
komparatif ekonomi lainnya jika menggunakan teknologi yang bersangkutan,
sementara secara sosial/budaya, bahwa teknologi tersebut dapat diterima dan
dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna. Dengan demikian, inovasi teknologi
yang bersangkutan dapat dikatakan telah diadopsi para sasaran pengguna dan
dampak yang ditimbulkannya dapat dievaluasi untuk pengembangan lebih lanjut.
Penelitian ini mempelajari empat aspek sistem inovasi teknologi yang
bermuara pada tujuan yang ingin dicapai. Keempat aspek tersebut adalah (1)
identifikasi tentang kualitas teknologi yang telah diperkenalkan kepada
masyarakat; (2) mekanisme diseminasi (delivery system) teknologi agar dapat
diadopasi masyarakat pengguna; (3) proses adopsi teknologi yang bersangkutan;
dan (4) Dampak yang ditimbulkan oleh pemanfaatan teknologi tersebut di
114
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
lapangan. Yang terakhir ini sangat erat kaitannya dengan aspek sosial budaya
masyarakat setempat. Tradisi dan kelembagaan sosial yang terkait langsung
dengan proses adopsi dapat menjadi faktor penghambat atau faktor pelancar
dalam rangkaian introduksi inovasi teknologi pada tingkat pengguna/petani.
Gambar 1. Kerangka Pikir Akselerasi Adopsi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil
115
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
Metode Analisis
Metode analisis yang diterapkan dalam penelitian didasarkan pada tujuan
penelitian. Untuk menjawab tujuan pertama, yaitu mengidentifikasi inovasi
teknologi yang tersedia dilakukan dengan mendeskripsikan teknologi yang
dihasilkan oleh instansi pemerintah (Balai Besar Pascapanen, BPTP) dan
masyarakat serta jenis diseminasi yang telah dilakukan. Untuk mengidentifikasi
tantangan dan masalah adopsi teknologi pengolahan hasil pertanian dilakukan
dengan analisis usahatani dan analisis pemasaran untuk produk primer dan
produk olahan. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung analisis usahatani
adalah berdasarkan kajian ekonomi yaitu melalui analisis finansial. Hal ini untuk
mengetahui apakah usahatani komoditas terkait secara ekonomis layak atau tidak
layak.
Data yang digunakan merupakan data input dan output produksi
komoditas yang dianalisis hasil wawancara dengan petani yang mengusahakan
komoditas tersebut. Data yang didapatkan digunakan untuk menghitung kelayakan
finansial usahatani dan pengolahan hasil yang meliputi instrumen Revenue/Cost
(R/C) Ratio, Benefit/Cost (B/C) Ratio dan Break Event Point (BEP).
R/C = Total Penerimaan (R)_
Total Biaya Produksi (C)
116
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
ini merupakan masukan yang penting bagi sistem tata niaga dalam
pengembangan agroindustri. Selain itu, dapat dilihat efektifitas dan efisiensi
pemasaran produk diantara para pelaku pemasaran seperti petani sebagai
produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan industri.
Margin tata niaga diketahui dengan menghitung perbedaan harga di
tingkat petani (harga jual) dengan harga di tingkat pengolahan (harga jual), secara
persamaan margin tata niaga adalah sebagai berikut :
n n m m
M Mi Cij P j
i 1 i 1 j 1 j 1
Keterangan :
M = Margin tata niaga (Rp/kg).
Mi = Margin tata niaga (Rp/kg) lembaga tata niaga ke–j (1,2,3,...., m) dan m
adalah jumlah tata niaga yang terlibat.
Cjj = Biaya tata niaga ke–i (Rp/kg) pada lembaga tataniaga ke–j (i = 1,2,3,......, m)
dan n = jumlah jenis pembiayaan.
Pj = Margin keuntungan lembaga tataniaga ke–j (Rp/kg).
Sedangkan untuk menjawab tujuan ke-tiga, yaitu mengetahui prospek
pengolahan hasil dilakukan dengan analisis pohon industri, produk-produk turunan
(derivatif) yang berbahan baku komoditas pertanian terkait dianalisis produk akhir
yang memiliki nilai ekonomi.
117
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
118
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
119
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
Tabel 1. Kandungan Gizi Dari 100 g Berat Basah Bahan Pangan Alternatif
Dibandingkan dengan Padi
120
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
121
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
122
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
Ubi kayu merupakan salah satu sumber karbohidrat dan menduduki urutan
ketiga terbesar setelah beras dan jagung. Namun ubi kayu mempunyai kelemahan
antara lain: (1) kadar air ubi kayu segar cukup tinggi, yaitu sekitar 60 persen (Tabel
3) sehingga cepat rusak; (2) mengandung HCN yang dapat menjadi toksin bila
dikonsumsi; (3) mengandung enzim phenolase yang dapat menyebabkan warna
coklat; (4) karakteristik pati ubi kayu tidak mengandung gluten sehingga tidak
mudah mengembang dan tekstur produknya lebih keras dibandingkan dengan
tepung terigu; (5) aroma khas ubi kayu masih terasa sampai menjadi produk
olahan pangan.
Teknologi ubi kayu pada umumnya masih sederhana (bersifat tradisional).
Teknologi untuk merubah karakteristik tepung dan pati ubi kayu dapat dilakukan
dengan memodifikasi sifat pati baik secara kimiawi, secara fisik, maupun secara
biologi. Tepung dan pati ubi kayu mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai komoditas komersial.
123
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
124
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina, S. dan J. S. Utomo. 1993. Kue Kering dari Bahan Tepung Campuran Jagung,
Gude, dan Kedelai. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan
Malang.
Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2003. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor
68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Damardjati, D.S. 1995. Food Processing in Indonesia: the Development of Small-Scale
Industries. FFTC. Taiwan.
Departemen Pertanian. Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian 2008. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Husodo, S.Y dan T.R. Muchtadi. 2004. Alternatif Solusi Permasalahan dalam Ketahanan
Pangan. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19
Mei. LIPI.
Irawan, B. 2004. Kelembagaan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi
Teknologi Pertanian (PRIMATANI). Makalah pada Workshop PRIMATANI. Badan
Litbang Pertanian
Kiswanto dan B. Wijayanto. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi
Budidaya Padi Sistem Tanam Jajar Legowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lampung. Bandar Lampung
Richana N. dan B.A.S. Santosa. 2008. Teknologi Pengolahan Pangan Lokal dari Jagung
Dalam Teknologi Pengolahan Untuk Penganeka Ragaman Konsumsi Pangan.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
125
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
Lampiran 1. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tapioka di Pati, 2010
Pendapatan
15 Keuntungan 7441456
126
Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
Lampiran 2. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Jagung menjadi Tortila di Bojonegoro, 2010
No Deskripsi Biaya ( Rp )
1 Jagung 50 kg 140.000
No Komponen Biaya ( Rp )
1 Jagung 42.000
2 Bawang putih 5.000
3 Bumbu lain 5.000
4 Minyak goreng 1,5Kg 12.000
5 Plastik kemasan 6.000
6 Kayu bakar 10.000
8 Ongkos giling 10.000
9 Lain-lain 11.000
Jumlah biaya produksi 101.000
Nilai emping: (10 x 1200) 120.000
Nilai tumpi (3 x 700) 2.100
Keuntungan bersih 21.100
127
Reni Kustiari, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu
Lampiran 4. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Pisang menjadi Kripik di Pringsewu, 2010
128