Penerapan Green Architecture Pada Perpustakaan Untuk Meningkatkan Minat Baca Pemustaka

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini perkembangan perpustakaan di setiap daerah masih menghadapi banyak
hambatan. Secara umum, masalah yang sering dijumpai pada kasus ini ialah kurangnya
pengunjung yang minat untuk mengunjungi perpustakaan dan melakukan kegiatan seperti
menghabiskan waktu untuk membaca buku di perpustakaan atau mengerjakan tugas. Hal ini
dapat berkaitan dengan fasilitas fisik perpustakaan seperti kondisi gedung, tatanan rak, dan
pemilihan aksesoris interior perpustakaan. Persoalan mengenai pengembangan fisik
perpustakaan tidak hanya pada kondisi gedung saja, tetapi juga terkait dengan nilai kegunaan
dan estetika dari perpustakaan itu sendiri.

Perpustakaan memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting bagi para pengunjungnya.
Selain pelayanan dari petugas perpustakaan yang baik, tempat yang nyaman, aman, sehat dan
menyenangkan merupakan aset penting bagi suatu perpustakaan untuk dapat menarik
pengunjung agar sering berkunjung ke perpustakaan. Faktor pembentuk citra yang baik dalam
perpustakaan sendiri ialah kinerja pelayanan dari pustakawan yang baik serta adanya
dukungan fasilitas seperti perabotan dan peralatan yang terdapat didalamnya guna untuk
menunjang kenyamanan bagi pengunjung. Suasana yang seperti inilah yang membuat
pengunjung untuk terus kembali berkunjung dan betah berlama-lama di perpustakaan.

Menurut Metcalf (1965, 6), ruangan dalam sebuah gedung perpustakan harusnya
dirancang senyaman mungkin, karena hal ini sangat berpengaruh pada kondisi psikologi
orang yang berada di dalamnya. Sedangkan menurut Widodo dan Prasetyo Budi, rancangan
suatu bangunan atau lingkungan yang bagus akan menyebabkan orang merasa lebih nyaman,
aman dan tentunya membuat orang yang berada di dalamnya menjadi meningkat
produktivitasnya dan sebaliknya rancangan yang jelek akan membuat perasaan tidak berdaya
(powerless) dan menimbulkan stress (dalam studi terdahulu Fakhrunnisa 2015). Demikian
pula dengan perancangan perpustakaan. Rancangan perpustakaan yang baik akan
menimbulkan efek kenyamanan, keamanan dan keproduktifan pada pengunjung sehingga
pengunjung betah untuk berlama-lama diperpustakaan.

Gedung perpustakaan yang baik seharusnya memiliki lingkungan yang fleksibel dan
berteknologi canggih, serta memenuhi persyaratan seperti keamanan, kesehatan,

1
kenyamanan, dapat bertahan lama dan juga memiliki faktor keindahan dalam penataannya.
Diperlukan perhatian khusus dalam memilih material atau finishing interior serta
perlengkapan aksesoris interior guna menunjang kegiatan yang terjadi di perpustakaan.
Bentuk solusi tepat yang dijadikan sebagai pilihan yaitu menerapkan konsep Green
architecture untuk membantu menyehatkan kembali bangunan perpustakaan untuk mencapai
kenyamanan dan kesehatan pengunjung.

Green Architecture adalah pendekatan perencanaan arsitektur atau interior bangunan


yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan bagi kesehatan manusia
maupun lingkungan. Usaha Green Architecture ini memiliki manfaat-manfaat bagi pengguna,
antara lain bangunan lebih tahan lama, hemat energi, perawatan bangunan menjadi minimal,
lebih nyaman untuk ditinggali, serta lebih sehat bagi pengguna. Konsep Green Architecture
memberi dampak yang positif untuk membantu menggulangi masalah lingkungan, khususnya
tentang issue pemanasan global.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mendesain gedung perpustakaan sesuai dengan standar Green
Architecture, tetapi juga sekaligus memiliki estetika yang baik dan nyaman?
2. Apa hubungan penerapan Green Architecture dan penerapan layout pada
perpustakaan dengan minat baca pengunjung?
3. Apa manfaat penerapan Green Architecture dan penataan layout pada gedung
perpustakaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui desain gedung perpustakaan yang sesuai dengan standar Green
Architecture dengan estetika yang baik dan nyaman
2. Untuk mengetahui hubungan penerapan Green Architecture dan penerapan layout pada
perpustakaan dengan minat pengunjung
3. Untuk mengetahui manfaat penerapan Green Architecture dan penataan layout pada
gedung perpustakaan
1.4 Manfaat Penulisan
1. Memberikan wawasan kepada pembaca tentang manfaat penerapan Green Architecture
pada gedung perpustakaan untuk pemustaka.
2. Memberikan wawasan kepada pembaca tentang desain interior yang cocok untuk suatu
bangunan, baik gedung perpustakaan maupun rumah hunian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penerapan Green Architecture dan Penataan Layout Gedung Perpustakaan

a) Konsep Green Architecture


Makna dari konsep Green Architecture atau Green Building adalah suatu pendekatan
perencanaan pembangunan yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh
membahayakan pada kesehatan manusia sehingga penerapan konsep ini benar-benar terfokus
untuk menciptakan bangunan dengan lingkungan yang sehat. Green Architecture bukan
berarti bangunan yang memiliki tanaman banyak, melainkan kepedulian terhadap lingkungan.
Sebagai contoh yaitu bangunan memiliki sifat hemat material, hemat lahan, dan sirkulasi
udara yang teratur sehingga kualitas udara di suatu ruangan dapat membuat manusia nyaman
berada di dalamnya. Bangunan sehat, menentukan kualitas hidup yang sehat, sehingga bila
manusia bekerja dalam lingkungan yang sehat, maka hal itu akan membuatnya semakin
produktif dan tentunya menghasilkan output yang lebih baik pula. Sama halnya dengan
penerapan Green Architecture pada perpustakaan, apabila siswa merasa nyaman dalam
perpustakaan, maka hal tersebut dapat meningkatkan konsentrasi para siswa sehingga
membuatnya menjadi lebih produktif dalam melakukan aktivitas di dalam perpustakaan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menerapkan Green Architecture dalam
rangka menciptakan bangunan yang sehat yaitu dengan cara meminimalisasi penggunaan
lahan, meningkatkan efisiensi energy, water efficiency, local and enviro friendly material,
dan healthy indoor air. Udara di ruangan lebih kotor karena lebih sedikit pelarut
dibandingkan terlarutnya. Untuk itu diperlukan perhatian khusus untuk mengatur jalan keluar
masuknya udara agar sirkulasinya teratur karena peranan udara dalam suatu bangunan
merupakan hal yang sangat penting.
Selain upaya, ada pula konsep-konsep dalam menerapkan Green Architecture pada
suatu bangunan seperti perpustakaan. Menurut Sudarwani (2013), penerapan Green
Architecture dalam arsitektur/interior bangunan perpustakaan dapat dikenali dengan
penggunaan beberapa konsep seperti dibawah ini:
(1) Memiliki Konsep High Perfomance Building & Earth Friendly, dapat dilihat dari
dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa bagiannya, yang berfungsi untuk menghemat
penggunaan daya listrik pada bangunan (penggunaan pencahayaan lampu). Menggunakan
energi alam seperti matahari ataupun angin. Pemanfaatan bahan-bahan bangunan yang
cenderung ramah lingkungan seperti keramik dan sebagainya.

3
(2) Memiliki Konsep Sustainable, bila lahan lingkungan wilayah yang digunakan
sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural, dipadukan dengan konsep teknologi
tinggi, bangunan ini memungkinkan dapat terus bertahan dalam jangka panjang karena tidak
merusak lingkungan sekitar yang ada.
(3) Memiliki Konsep Future Healthly, dapat dilihat dari penggunaaan tanaman baik
dalam interior maupun eksterior bangunan. Tanaman yang rindang membuat iklim udara
yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan tampak tenang. Pada bagian atap
gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang akan menuju lantai atas. Ini dapat
meminimalisasi penggunaan listrik untuk lift atau escalator yang tentunya akan lebih
menyehatkan, selain sejuk pada atap bangunan bila diberikan rumput yang digunakan sebagai
green roof, pengguna juga mendapatkan sinar matahari.
(4) Memiliki Konsep Climate Supportly, di mana dengan konsep penghijauan, sangat
cocok untuk iklim yang masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat
sebagai resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.
(5) Memiliki Konsep Esthetic Usefully, dengan penggunaan green roof pada
bangunan yang dapat memberi keindahan serta menyatu dengan alam, juga dapat digunakan
sebagai penadah air, untuk proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak
diserap beton secara langsung, sehingga dapat menurunkan suhu panas di siang hari dan
terasa sejuk di malam hari.

Tak hanya berbicara konsep, hal lain yang harus diperhatikan pula pada saat
menerapkan Green Architecture pada gedung perpustakaan yaitu sistem penghawaan
ruangan. Mengoptimalkan sistem penghawaan ruang dapat dilakukan dengan cara
menyederhanakan sistem pencahayaan sehingga kebutuhan sebagian besar pencahayaan
alami. Untuk mengurangi cahaya masuk pada musim panas, dapat juga dilakukan dengan
member kaca film atau curtain dalam rangka mencapai efisiensi sistem pendinginan udara
gedung perpustakaan. Sistem air pump dan cross ventilation merupakan pilihan tepat untuk
mendistribusikan udara sejuk dari luar menuju dalam ruangan, sehingga sirkulasi udara dapat
berjalan dengan baik.
Ruangan yang gelap sangat tidak efektif untuk perpustakaan. Untuk itu diperlukan
sistem penerangan ruang yang tepat untuk gedung perpustakaan. Dalam memaksimalkan
cahaya alami dan ventilasi , dapat memasang pencahayaan dengan sistem dimmer sehingga
volume terang gelap cahaya yang dibutuhkan atau tidak dibutuhkan dapat dikontrol secara
individu. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah dan
menggunakan lampu LED (atau kepanjangannya Light Emitting Diode). Pencahayaan terang
lampu LED tidak hanya dapat menghemat energi hingga 85% jika dibandingkan bola lampu
tradisional, namun juga ramah lingkungan dengan cahaya terang bernuansa putih alami yang
nyaman untuk mata. Lampu LED yang memiliki cahaya terang, dapat bertahan hingga 15
tahun dalam pemakaian (Santoso, 2014).

4
Pembuatan landscape di dalam gedung perpustakaan juga memberikan dampak
positif untuk para pengunjung. Selain menarik perhatian para pengunjung, Lanscape atau
taman, yang dirancang untuk memaksimalkan energi matahari serta dapat menambah udara
segar/oksigen. Green Architecture yang baik, menekan pemborosan energi, pemborosan air
memanfaatkan penggunaan air hujan, pemanfaatan air daur ulang, dengan upaya memberikan
area serapan yang cukup bagi air hujan, bangunan yang dirancang dengan baik biasanya
menyediakan lubang-lubang kompos/biopori agar tanah di sekelilingnya tidak rusak,
sehingga dapat mengurangi jumlah air yang terbuang percuma. Salah satu manfaat dari
biopori adalah untuk mengatasi banjir dengan cara: Pertama untuk meningkatkan daya
resapan air, kedua untuk mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi
gas rumah kaca (CO2 dan metan), ketiga untuk memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah
dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan malaria. Mengatasi genangan air dengan menggunakan
tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim, misalnya dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan (Pringgar, 2014).

Gambar 1 Desain Roof Top Garden


b) Penataan Layout
Perpustakaan akan terlihat menarik jika penataan pada bagian ruangan dapat
mengesankan pengunjung. Bagian tersebut berhubungan dangan tata ruang. Istilah tata ruang
sering disebut juga layout adalah pengaturan perabot, mesin, dan sebagainya di dalam
ruangan yang tersedia (Lia Yuliati,2009 Dalam Yaya Suhendar, 2014 :14). Sehubungan
dengan pendapat yang tertera, layout perpustakaan merupakan bentuk pengaturan ruang
perpustakaan yang sedemikian rupa sehingga perpustakaan terlihat menarik dan dapat
menyebabkan pengunjung berdatangan ke perpustakaan maupun untuk memperlancar

5
kegiatan yang terjadi di perpustakaan. Pengaturan ruang perpustakaan yang baik dapat
menimbulkan perasaan nyaman dan tenang bagi para pengunjung serta dapat juga untuk
meningkatkan kinerja pustakawan perpustakaan itu sendiri.
Dalam menata layout perpustakaan diperlukan berbagai aspek seperti aspek
fungsional, psikologis pengguna, estetika, dan bahan pustaka yang terjamin keamanannya.
Aspek psikologis dan estetika dapat dilakukan dengan cara mendesain ruangan pada
perpustakaan menggunakan warna-warna yang memberikan efek aktif serta relaksasi. Warna
yang digunakan adalah warna-warna dingin yang cenderung memberi efek damai,
menenangkan, menyegarkan dan privat. Warna seperti biru, hijau dan turunannya dapat
memberi kestabilan serta meningkatkan konsentrasi. Warna merupakan komponen penting
yang tidak dapat dipisahkan dari pembentukan konsep ruang. Penggunaan warna yang tepat
untuk bangunan pendidikan, seperti perpustakaan, dapat meningkatkan aktivitas didalamnya.
Konsep warna yang diterapkan adalah konsep warna yang dapat menjawab permasalahan dari
aspek kenyamanan dan identitas.
Selain itu, dalam pengaturannya, terdapat asas tata ruang untuk menata sebuah
ruangan perpustakaan agar ruangan dapat digunakan secara efektif dan efisien. perencanaan
ruangan perlu dipertimbangkan bahwa kecocokan terkait pengelolaan tata ruang akan
memengaruhi efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan kenyamanan dari pengguna. Apabila
Menerapkan asas - asas tata ruang tersebut dengan baik pada perpustakaan, maka akan dapat
membantu perpustakaan dalam mengoptimalkan segala bentuk kegiatan serta pengelolaan
pada perpustakaan. Terkait dengan hal tata ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi,
sistem yang cocok untuk diterapkan pada perpustakaan yaitu sistem tata baur yang
merupakan suatu cara penempatan koleksi yang digabungkan dengan ruang baca agar para
pengguna yang membaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri secara
langsung.

Gambar 2 Penataan layout area koleksi buku perpustakaan dan ruang baca dengan warna damai.

6
2.2 Hubungan Penerapan Green Architecture dan Penataan layout pada Perpustakaan
dengan Minat Baca Pengunjung
Dilihat dari berbagai pendapat para ahli, desain interior perpustakaan (dalam hal ini
menerapkan konsep Green Architecture) terdiri dari ruang, warna bangunan, pencahayaan,
sistem sirkulasi udara, pemilihan dan penempatan perabotan, dapat menimbulkan efek bahwa
adanya desain interior yang tepat akan menarik minat pengguna untuk memanfaatkan ruang
perpustakaan. Kesesuaian desain interior ruang perpustakaan dalam menarik minat untuk
berkegiatan di ruang perpustakaan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Francis D.K
Ching (1996 : 46) yaitu, Desain interior Green architecture dapat memenuhi kebutuhan dasar
kita akan sarana untuk bernaung dan berlindung, menentukan langkah sekaligus mengatur
bentuk aktivitas kita, memelihara aspirasi kita dan mengekspresikan ide-ide yang menyertai
segala tindakan kita, mempengaruhi penampilan, perasaan dan kepribadian kita. Oleh sebab
itu, maksud dan tujuan desain interior adalah untuk memperbaiki fungsi, memperkaya nilai
estetika dan meningkatkan aspek psikologis dari ruang interior.
Sejalan dengan pendapat Francis D.K Ching, hal ini dapat diterjemahkan bahwa sebuah
desain interior yang dirancang dengan baik dan menarik perhatian pengunjung dapat menarik
minat seseorang untuk menggunakan ruangan tersebut. Minat merupakan rasa tertarik pada
sesuatu yang timbul berdasarkan sisi psikologis manusia. Dengan adanya penerapan Green
Architecture pada perpustakaan, perpustakaan akan terlihat menarik dan sesuai dengan
kebutuhan lingkungan serta timbulnya efek hemat energi karena tujuan utama dari Green
Architecture ini adalah menciptakan eco design, yang besifat ramah lingkungan, alami, dan
berkelanjutan. Arsitektur ini diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energy
dan bahan-bahan lain yang dapat mereduksi berbagai dampak negative yang mungkin saja
timbul dari sekitar lingkungan. Penerapan Green Architecture ini tidak hanya memberikan
dampak positif bagi para pengguna, tetapi juga bagi lingkungan karena sifatnya yang eco
green dan ramah lingkungan. Maka dari itu, sebuah perpustakaan dapat menerapkan konsep
Green Architecture sebagai pendorong manusia untuk menjadi minat terhadap perpustakaan
sehingga membuat seseorang semakin ingin untuk sering berkunjung untuk melakukan
aktivitas di perpustakaan. Konsep Green Architecture dapat membuat pengguna perpustakaan
merasa senang dan nyaman sehingga ingin berlama-lama menghabiskan waktu di
perpusakaan.
Sama halnya dengan penataan layout yang tepat. Layout perpustakaan memegang
peranan penting dalam peningkatan minat baca pengunjung perpustakaan. Penataan ruang
yang baik sangat diperlukan untuk menunjang dan memperlancar kegiatan yang ada di
7
dalamnya. Penataan layout pada perpustakaan hendaknya memperhatikan berbagai aspek
seperti aspek fungsional, psikologi pengguna, estetika, dan keamanan bahan pustaka. Menata
ruangan pada perpustakaannya secara fungsional dapat menciptakan kondisi saling
mendukung antar ruangan sesuai fungsi dari masing-masing ruangan. Sebagai contoh yaitu
ruang sirkulasi pengembalian dengan ruang buku. Tidak mungkin apabila kedua ruangan itu
dijadikan satu karena hal tersebut akan mengganggu para pengguna yang ingin
mengembalikan buku dengan yang ingin memilih buku untuk dipinjam. Penataan buku juga
sebaiknya dikelompokkan sesuai dengan mata pelajaran atau mata kuliah masing-masing. Ini
dilakukan agar para pengguna tidak bingung untuk memilih buku yang akan dipinjamnya.
Selain itu aspek penting lain yang harus diperhatikan yaitu aspek psikologis pengguna.
Penataan ruangan yang baik juga dapat menciptakan kondisi psikologis nyaman dan perasaan
tenang. Pemilihan warna dasar perabotan dengan warna hijau yang sesuai dengan konsep
Green Architecture dapat memberikan efek relaksasi serta dapat meningkatkan konsentrasi
pada pengguna. Hal ini juga dapat meningkatkan nilai estetika perpustakaan karena warna-
warna yang dipilih membuat ruangan menjadi colorfull dan indah. Dapat disimpulkan bahwa
perencanaan desain interior ruang dan penataan layout ruang dilakukan agar dapat
memberikan kenyamanan, atmosphere belajar yang menyenangkan serta dapat memengaruhi
psikologi pengguna sehingga minat bacanya meningkat.

2.3 Manfaat Penerapan Green Architecture dan Penataan Layout pada Gedung
Perpustakaan

Penerapan konsep Green Architecture sejatinya memberikan banyak manfaat baik untuk
manusia maupun untuk lingkungan. Selain untuk meningkatkan minat baca pengunjung
karena desainnya yang unik, manfaat yang paling menonjol yaitu adanya penghematan biaya
perawatan gedung dan biaya listrik tiap bulan dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini
disebabkan oleh adanya efisiensi dari penggunaan berbagai macam energi seperti
pencahayaan dan penerangan seluruh ruang, sistem penghawaan, dan sebagainya dengan
memanfaatkan energi alam yang dapat diperbaharui seperti tenaga surya sebagai salah satu
alternatif. Pencahayaan pada konsep Green Architecture dilakukan dengan memberikan
jendela kaca yang banyak pada perpustakaan. Selain member akses cahaya masuk dengan
sepenuhnya, pemberian jendela kaca besar juga membuat sirkulasi udara berjalan dengan
teratur sehingga CO2 semakin mudah untuk terlarut dalam udara.

8
Manfaat lain penerapan konsep Green Architecture yaitu mencegah timbulnya SBS.
Terlalu banyak CO2 dalam ruangan dapat menimbulkan SBS yaitu sick building syndrome
yaitu gejala yang unik karena sakit yang dirasakan hanya ketika orang tersebut berada di
dalam bangunan, gejalanya antara lain: mengantuk, lemas, iritasi mata, pusing, dan gatal-
gatal. Akibatnya, SBS dapat menurunkan 10% dari produktivitas pengguna ruangan.
Lanscape pada konsep Green Architecture merupakan pilihan yang tepat untuk
menanggulangi terjadinya SBS. Lanscape dapat diterapkan baik dalam ruangan maupun luar
ruangan. Hal ini dapat membantu memperbanyak proses produksi O2 sehingga memberikan
suasana yang nyaman dengan kualitas udara yang baik serta menggantikan udara yang kurang
sehat yang ada pada dalam gedung.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, dapat diketahui bahwa pentingnya penerapan
desain interior Green Architecture pada suatu bangunan. Green Architecture merupakan
salah satu dari berbagai macam desain interior yang menerapkan konsep eco green dan
ramah lingkungan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energy dan bahan-bahan lain
yang dapat mereduksi berbagai dampak negative yang mungkin saja timbul dari sekitar
lingkungan pula. Penerapan Green Architecture sejatinya dapat memberikan banyak
manfaat baik bagi manusia, maupun lingkungan. Green Architecture juga dapat mencegah
timbulnya SBS (sick building syndrome) untuk manusia. Jadi, dapat ditarik kesimpulan
bahwa apabila Green Architecture diterapkan pada bangunan perkantoran pada perusahaan,
maka akan membuat produktivitas karyawan yang bekerja disana meningkat 10%, sehingga
hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan baik untuk perusahaan maupun karyawan yang
bekerja pada perusahaan terkait.

10
DAFTAR RUJUKAN

Metcalf. Keyes D. 1965. Planning Academic And Research Library Building, (Online),
(jurnal.unpad.ac.id/jkip/article/download/11626/5441), diakses tanggal 14 April
2018.
Fakhrunnisa, Hanna Farhah. 2015. Hubungan Desain Interior Dengan Pemanfaatan Ruang
Baca (Study Carrel) oleh Pengguna, (Online),
(jurnal.unpad.ac.id/jkip/article/download/11626/5441), diakses tanggal 14 April
2018.
Sudarwani, M. M. 2013. Penerapan Green Architecture dan Green Building sebagai upaya
pencapaian sustainable Architecture, (Online), http://jurnal.unpad.ac.id, diakses 14
April 2018.
Santoso, R. 2014. Lampu LED, (Online),
http://www.energyefficiencyindonesia.info/application/assets/publications/EEG_3_I
N_FOR _WEB.pdf, diakses 15 April 2018.
Pringgar, R. (2014). Lubang Biopori, (Online),
http://binalingkunganhidup.blogspot.com/2012/05/biopori-biopori-adalah.htm,
diakses 15 April 2018.
Suhendar, Yaya. 2014. Panduan Petugas Perpustakaan: Cara Mengelola Perpustakaan
Sekolah Dasar. Jakarta : Prenada.
Ching, D.K Francis. (1996). Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga.

11

You might also like