138 385 1 PB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 1-13

Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba dalam Perspektif Historis


1*
RisandaAlirastra Budiantoro, 2Riesanda Najmi Sasmita, 3Tika Widiastuti
1,2,3
Sekolah Pascasarjana,Universitas Airlangga, Indonesia
*Email korenpondensi: risanda.abe@gmail.com

Recieved 29-11-2017 | Revised 16-03-2018 | Accepted 20-03-2018

Abstract
Allah has given the guidance in the form of Islam for Muslim to take and lead all the aspects of life
including the economic activity. The Islamic economic system is believed to be the answer of the
economic problems that exist at this time. The goal is to achieve falah in kaffah by not doing some
economic activities that are in violation as prescribed by Islam. For example is riba. Discourse on
riba can be said "classical" both in the development of Islamic thought and in Islamic civilization
because riba often occurs in all aspects of public life, especially economic transactions (in Islam
called muamalah). Riba is an additional retrieval, either in a sale and purchase transaction or lending
in a false or contrary to the principle of muamalah in Islam. Prohibition of riba is obtained from
various sources by the Qur'an and Hadith Rasulullah SAW, so the scholars firmly and clearly defined
the prohibition of riba because there are exploitative elements that can harm the others. So, this study
is aimed to identif yIslamic economic system and the prohibition of riba in historical perspective.
From the results of this study is expected to be a good reference for the reader to understand the
Islamic economic system and riba in the future.

Keywords: Economics System, Islamic Economic, Historical Perspective, Riba

Saran sitasi: Budiantoro, R., Sasmita, R., & Widiastuti, T. (2018). Sistem Ekonomi (Islam) dan
Pelarangan Riba dalam Perspektif Historis. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 1-13. doi:
http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i1.138

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i1.138

1. Pendahuluan
‫ب إِ ََّّل ِم ۢن بَعإ ِد َما‬ ‫ٱۡل إس َٰلَ ُۗ ُم َو َما إ‬
َ َ ‫ٱختَلَفَٱلَّذِينَ أُوتُواْ إٱل ِك َٰت‬ ِ ‫اإِنَّٱلدِينَ ِعندَ ٱللَّ ِه إ‬
Allah telah memberikan tuntunan berupa
agama Islam untuk dijadikan pedoman dalam ِ ‫اا‬َ ‫س ِري ُ إٱل ِس‬ َّ َ َّ ِ ‫ٱَِّ إَن‬
َ ََّ‫ٱ‬ َّ ِ َ‫َجا ٓ َء ُه ُم إٱل ِع إل ُم بَ إغ ۢيَا َب إينَ ُه إ ُۗم َو َمن يَ إكفُ إر بِا َٰي‬
١٩
menempuh dan menjalani segala aspek kehi-
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) oleh
dupan termasuk dalam perekonomian. Islam
Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
menganjurkan bahwa setiap perbuatan ekonomi
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
maupun perbuatan lainnya harus dilandasi oleh
datang pengetahuan kepada mereka, karena
iman, takwa (aqidah) dan aturan yang telah diga-
kedengkian (yang ada) diantara mereka. Bara-
riskan (syariah) serta perilaku (akhlak) yang
ngsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah
dicontohkan oleh Rasulullah saw. Allah dengan
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya”
tegas menyatakan bahwa hanya Islamlah agama
(QS. Ali Imran(3): 19).
yang diridhai dan diterima oleh Allah:

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 2
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, bahwasanya berarti aturan, sehingga ilmu ekonomi
tidak ada agama di sisi-Nya yang diterima dari merupakan imu yang mengatur rumah tangga
seseorang selain islam. Yaitu mengikuti para (Samuelson & Nordhaus, 2001). Dalam pelaksa-
Rasul dalam setiap apa yang mereka bawa pada naannya ekonomi memusatkan perhatiannya
setiap saat hingga berakhir pada Muhammad. untuk memenuhi kebutuhan manusia berdasarkan
Melalui ayat ini, Allah memberitahukan batasan, kepada ketiga proses kegiatan ekonomi (produksi,
bahwa agama yang diterima di sisi-Nya hanyalah konsumsi dan pertukaran) dengan melibatkan
Islam. Selanjutnya Allah memberitahukan bahwa pihak-pihak yang terkait kegiatan tersebut (pro-
orang-orang yang telah diberi Al-Kitab di masa- dusen, konsumen, pemerintah) (Boediono, 2011).
masa yang lalu berbeda pendapat setelah adanya Perekonomian bekerja dan dijalankan dalam
hujjah bagi mereka dengan diutusnya Rasul sebuah sistem yang terstruktur, sistematis dan
kepada mereka serta diturunkannya kita-kitab cakupannya luas. Secara umum, sistem ekonomi
kepada para Rasul tersebut. Sebagian mereka menggabungkan beberapa aspek kegiatan ekono-
merasa dengki atas sebagian lainnya sehingga mi dalam suatu negara tertentu. Sehingga, sistem
mereka berselisih dalam hal kebenaran lantaran ekonomi diartikan sebagai cara pandang atau
mereka membawa kebencian kepada sebagian mekanisme pengoragnisasian kegiatan ekonomi
yang lain. Kepada penentangan terhadap seba- atas empat dasar dasar, yaitu (1) apakah kepemi-
gian yang lain dalam seluruh ucapan dan perbua- likian atas harta kekayaan didominir oleh
tannya, meskipun benar. Allah akan memberikan individu (swasta) dan publik (pemerintah); (2)
balasan atas perbuatan tersebut dan menghi- apakah pengambilan keputusan dilakukan oleh
sabnya atas kedustaan yang telah diperbuatnya mekanisme pasar atau dengan campur tangan
serta menyiksanya atas penolakannya terhadap pemerintah; (3) tingkat sentralisasi dan desen-
Kitab-Nya. tralisasi dalam pengambilan keputusan eknomi;
dan (4) kemana produksi dan distribusi diarahkan
َ‫ٱۡل إس َٰلَ ِم د ِٗينا إَلَن ي إُقبَ َل ِم إنهُ َوه َُو إِي إٱۡل ٓ ِخ َر ِة ِمن‬
ِ ‫َو َمن يَ إبت َغِ غ إَي َر إ‬ (Iljas, 2007).
٨٥ َ‫إٱل َٰ َخا ِِرين‬ Namun, jika dipandang berdasarkan ajaran
Islam, aktivitas perekonomian yang dilakukan
“Barangsiapa yang mencari agama selain manusia harus memiliki beberapa kaedah dan
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan etika atau moralitassesuai syariat Islam. Menurut
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di Arif (2015), ekonomi Islam didefinisikan sebagai
akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. perilaku individu Muslim dalam setiap aktivitas
Ali Imran(3): 85). ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tun-
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menje- tutan syariat Islam, dalam rangka mewujudkan
laskan tentang barangsiapa menempuh jalan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa,
selain yang telah disyari’atkan Allah, maka Dia akal, nasab, dan harta). Allah telah menurunkan
tidak akan menerimanya. Barangsiapa menger- rizki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh
jakan suatu amalan yang tidak ada dasar perin- manusia dengan cara yang telah dihalalkan oleh
tahnya dari kami, maka amalannya itu ditolak. Allah dan bersih dari segala aktifitas riba. Riba
Dalam konteks ekonomi konvensional, eko- adalah pengambilan tambahan, baik dalam tran-
nomi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan saksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara
dengan produksi, distribusi, konsumsi dari keka- bathil atau bertentangan dengan prinsip mua-
yaan atau harta benda; atau hal-hal yang berkai- malah dalam Islam (Antonio, 2001). Pelarangan
tan dengan pemenuhan kebutuhan material atau riba ini didapat dari berbagai sumber Al-Qur’an
kebendaan manusia (Iljas, 2007). Secara tata dan Hadith Rasulullah saw, sehingga para ulama
bahasa, ekonomi berasal dari dua suku kata yaitu menetapkan dengan tegas dan jelas pelarangan
oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 3
riba karena riba mengandung unsur eksploitasi ekonomi keuangan berbasis sektor rill seperti
yang akan merugikan orang lain. yang dijalankan pada sistem ekonomi Islam pada
Diskursus mengenai riba dapat dikatakan saat ini (Hidayanto, 2008), melakukan penelitian
“klasik” baik dalam perkembangan pemikiran mengenai praktik riba yang dapat menimbulkan
Islam maupun dalam peradaban Islam karena kesenjangan sosial. Salah satu dari ajaran Islam
riba sering terjadi di dalam segala aspek kehi- yang penting adalah mengekkan keadilan dan
dupan masyarakat terutama transaksi-transaksi menghapuskan eksploitasi dalam transaksi eko-
ekonomi (dalam Islam disebut muamalah) yang nomi, sehingga melarang seluruh aktifitas yang
sering dilakukan oleh masyarakat dalam keseha- dapat meningkatkan kekayaan secara tidak adil,
rian. Terdapat perbedaan pandangan diantara termasuk riba. Hasil dari penelitiannya
para cendikiawan muslim sejak masa klasik, menjelaskan bahwa tidak ada riba yang halal,
pertengahan hingga modern. Perbedaan ini semua jenis riba haram, seperti yang ditegaskan
timbul terutama pada masa modern saat ini, dalam Al-Qur’an yang menghalalkan jual beli
karena masih belum adanya keseragaman pemi- dan mengharamkan riba
kiran dan pandangan dari cendikiawan muslim Berkaitan dengan wacana diatas, Jurnal ini
mengenai hukum riba. Ketika pemikiran ini lebih akan memberikan gambaran mengenai sistem
dikembangkan ke belakang, sebenarnya perma- ekonomi Islam dan pelarangan riba dalam
salahan ini terjadi karena adanya perbedaan tinjauan historis. Masalah yang dibahas dalam
dalam hal penafsiran terhadap ayat-ayat tentang penelitian ini dibatasi pada sistem ekonomi Islam
riba, walaupun perbedaan dalam penafsiran dan praktek riba yang dilarang oleh Islam dalam
bersifat wajar pembahasan. tinjauan historis. Penelitian secara khusus akan
Beberapa penelitian sebelumnya terkait riba, melihat karakteristik, tujuan dan prinsip dasar
seperti yang dilakukan Rahmawaty (2013), mela- sistem ekonomi Islam, pengertian riba, sejarah
kukan kajian mengenai riba dalam persepektif pelarangan riba sebelum Islam, tahapan pela-
keuangan Islam di Indonesia. Dalam pembaha- rangan riba dalam Al-Quran, macam-macam riba,
sannya riba menjadi dikursus dalam ilmu dan menawarkan solusi profit-loss sharing atas
ekonomi islam yang berdebatannya hampir tidak pelarangan riba.Harapannya dari hasil studi ini
menemukan titik temu. Pedebatan pemikiran dapat dijadikan acuan baik pembaca untuk lebih
menunjukkan bahwa persoalan riba sangat terkait dapat memahami akad sistem ekonomi Islam dan
dengan masalah uang sehingga tidak lepas dari praktek riba kedepannya.
peran lembaga keuangan. Hasilnya sebagai solusi Bertitik tolak dari latar belakang masalah
alternatif Islam menawarkan sistem profit loss sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat
sharing yang diharapkan mampu untuk meng- dirumuskan beberapa masalah kajian sebagai
gantikan sistem bunga dalam perekonomian berikut: 1) Apa tujuan, prinsip dan berkembang-
Islam. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang nya sistem ekonomi Islam?; 2) Bagaimana
dilakukan oleh Chamid (2013), melihat krisis konsep riba dalam ekonomi Islam?; 3) Bagai-
ekonomi yang terjadi di dunia karena negara mana latar belakang historis munculnya riba?; 4)
yang terlibat tersebut menerapkan sistem Bagaimana landasan hukum atas pelarangan
ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi tersebut riba?; dan 5) Bagaimana solusi Islam terhadap
dibangun atas sektor moneter atau keuangan (non pengganti alternatif sistem bunga?
riil). Sehingga kapitalisme tidak dapat dilepaskan
2. Metode Penelitian
dari unsur bunga (riba). Hal ini tidak sesuai
dengan pandangan Islam yang mengharamkan Penelitian ini merupakan kajian literatur
riba atau suku bunga. Sebagai hasil penelitiannya yang bersumber pada berbagai kajian studi yang
seharusnya otoritas ekonomi global mulai telah dilakukan sebelumnya, serta didukung
menyadari dan mengikuti untuk membangun dengan hasil kajian yang dipublikasikan oleh

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 4
berbagai lembaga berupa jurnal dan kajian ilmiah seperti yang diajarkan oleh Karl Marx, sistem ini
lainnya. muncul atas keprihatinan penderitaan masyarakat,
segala bentuk kepimilikan dimiliki oleh negara
3. Hasil dan Pembahasan
(kepemilikan individu tidak diakui).
3.1 Ekonomi dan Sistem Ekonomi
Gagalnya sistem ekonomi kapitalisme dan
Dalam sejarah peradaban manusia, ada bebe-
sosialisme menciptakan kesejahteraan masya-
rapa bentuk sistem ekonomi yang pernah
rakat mendorong negara muslim untuk mencari
ditemukan. Sistem yang paling primitif adalah
sistem yang lebih baik yang mampu berperan
depotisme, yaitu sistem ekonomi yang diatur
dalam semua elemen untuk mencapai kebaha-
oleh otoritas tunggal, baik seorang atau sekelom-
giaan umat. Lahirnya sistem ekonomi Islam
pok orang yang menjadi pemimpin sistem
didasarkan pada pemikiran bahwa sebagai agama
ekonomi tersebut. Problematika dari depotisme
yang lengkap dan sempurna, Islam tidak hanya
yaitu tidak berkelanjutan dan tidak mampu untuk
memberikan penganutnya aturan-aturan soal
mengatasi problem yang semakin kompleks
ketuhanan dan iman, namun juga menjawab
dihadapi oleh umat Islam (Arif, 2015).
persoalan yang dihadapi manusia termasuk
Selanjutnya sistem ekonomi modern. Ketika
ekonomi.
membahas sistem ini terbagi menjadi dua sistem
ekonomi besar yaitu sistem ekonomi kapitalisme 3.1.1 Tujuan Sistem Ekonomi Islam
Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama
pasar dan sosialisme terpemimpin. Pertama,
Islam, karenanya merupakan bagian yang tidak
sistem ekonomi kapitalisme, sistem yang dida-
terpisahkan dalam berbagai aspek dari agama
sarkan pada pertukaran sukarela (voluntary
Islam. Islam merupakan way of life dimana Islam
exchanges) dalam mekanisme pasar (campur
telah menyediakan perangkat aturan lengkap
tangan pemerintah minimum), kebebasan perseo-
bagi kehidupan manusia termasuk dalam ekono-
rangan diakui (liberalisme atau Laissez faire) dan
mi. Islam bukan hanya berkaitan dengan spriri-
menganut asumsi self-interest (individu dianggap
tualitas atau ritualitas namun jauh lebih luas dari
mengetahui apa yang terbaik baginya). Sebalik-
itu. Islam merupakan serangkaian keyakinan,
nya sosialisme mencoba mengatasi permasalahan
ekonomi melalui perencanaan dan komando,
Tabel 1 Aspek Mikro dan Aspek Makro dalam Falah
Unsur Falah Aspek Mikro Aspek Makro
Kelangsungan hidup biologis: Kesehatan, Keseimbangan ekologi dan
kebebasan keturunan, dan sebagainya lingkungan
- Pengelolaan sumber daya alam
Kelangsungan hidup ekonomi:
- Penyediaan kesempatan beru-
kepemilikan faktor produksi
Kelangsungan saha untuk semua penduduk
Hidup Kelangsungan hidup politik:
Jati diri dan kemandirian
Kebebasan dalam partisipasi politik
Kelangsungan hidup sosial:
Kebersamaan sosial, ketiadaan
Persaudaraan dan harmoni hubungan
konflik antarkelompok
sosial
Penyediaan sumber daya untuk
Terbebas kemiskinan
Kebebasan seluruh penduduk
berkeinginan Penyediaan sumber daya untuk
Kemandirian hidup
generasi yang akan dating
Kekuatan ekonomi dan kebebasan
Harga diri
Kekuatan dan dari hutang
harga diri Kemerdekaan, perlindungan terhadap
Kekuatan militer
hidup dan kehormatan
Sumber: Khan(1994)
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 5
ketentuan dan peraturan serta tuntutan moral bagi c. Memenuhi kebutuhan pokok, seperti maka-
setiap aspek kehidupan manusia sehingga akan nan, pakaian, rumah kepada semua anggota
mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di masyarakat.
d. Membangun dan mengembangkan keadilan
akhirat.
sosial bagi seluruh anggota masyarakat.
Dalam ajaran Islam dikenal dengan istilah e. Membangun dan mengembangkan persau-
falah yang berasal dari bahasa arabaflaha-yuflihu daraan dan persatuan antara sesama muslim.
artinya kesuksesan, kemuliaan, dan kemenangan. f. Pengembangan moral dan material dalam
Untuk kehidupan di dunia, falah mencakup tiga masyarakat Islam.
pengertian yaitu kelangsungan hidup, kebebasan g. Mencegah penumpukan harta dan menjaga
berkeinginan serta kekuatan dan kehormatan. agar harta selalu berputar.
h. Penghapusan eksploitasi manusia atas
Falah merupakan konsep yang multidimensi
manusia lainnya.
yang memiliki implikasinya pada perilaku Prinsip-prinsip yang menjadi dasar dalam
individual (mikro) maupun perilaku kolektif ekonomi Islam, yakni: (1) hanya Allah SWT
(makro) seperti yang digambarkan pada Tabel 1. yang menentukan benar dan salah atau halal dan
Sedangkan untuk kehidupan di akhirat, falah haram. Manusia tidak mempunyai wewenang
mencakup pengertian kelangsungan hidup yang untuk menetapkan apa yang benar dan salah. Hal
abadi, kesejahteraan abadi dan kemuliaan abadi ini terdapat dalam QS. Al-Maidah (5):87-88; (2)
(bebas dari segala kebodohan) (Pusat Pengkajian prinsip kegunaan atau kemanfaatan. Allah SWT
dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2-3). memberikan kebebasan kepada manusia untuk
Sejalan dengan pemikiran (Arif, 2015), menikmati seluruh ciptaan Allah SWT dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem cara sederhana dan tidak berlebihan. Hal ini
ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar Islam, terdapat dalam QS. Al-Baqarah (2): 168, QS.
yaitu tauhid dan berdasarkan pada Al-Qur’an dan An-Nahl (16): 114, dan QS. Al-A’raf (7): 31; (3)
Hadith Nabi saw adalah: prinsip kesederhanaan. Manusia dianjurkan
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meli- untuk hidup sederhana dalam mengumpulan
puti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
harta benda dengan cara yang halal dan tidak
pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat;
b. Memastikan kesetaraan kesempatan untuk tamak (gila harta). Hal ini dijelaskan dalam QS.
semua orang; Al-Baqarah (2): 143, dan QS. Al-Furqan (25): 67;
c. Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan (4) prinsip kebebasan ekonomi. Manusia
dan meminimalkan ketimpangan dana distri- diberikan kebebasan dalam bidang konsumsi,
busi pendapatan dan kekayaan di masyarakat; produksi, distribusi, dll dengan cara yang halal
d. Memastikan kepada setiap orang kebebasan akan tetapi Islam tidak mengizinkan kebebasan
untuk mematuhi nilai-nilai moral;
yang tidak terbatas dalam ekonomi; (5) prinsip
e. Memastikan stabilitas dan pertumbuhan eko-
nomi. keadilan. Keadilan berlaku dalam segala aspek
Hal tersebut juga diperkuat dengan pemi- kehidupan manusia, termasuk ekonomi.
kiran dari Iljas (2007), yang menyatakan tujuan Terdapat asas yang mendasari perekonomian
sistem ekonomi Islam meliputi: Islam dalam nilai-nilai yang Islam yang menjadi
a. Mencapai sukses atau falah (kebahagiaan, filosofi ekonomi Islam itu sendiri. Menurut (Arif,
kemenangan) manusia di dunia dan di n.d.), asas tersebut adalah:
akhirat. a. Asas suka sama suka,
b. Menjadikan distribusi sumber-sumber ekono- b. Asas keadilan,
mi, kekayaan dan pendapatan wajar dan
c. Asas saling menguntungkan, dan
merata. Dalam Islam, terdapat pelarangan
bahwa harta tidak boleh hanya dikuasai oleh d. Asas tolong menolong dan dilarang adanya
beberapa orang/kelompok saja. pemerasan dan eksploitasi

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 6
3.1.2 Sistem Ekonomi Syariah Perspektif Imam Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, dan Ibn
Historis Khaldun. Al-Ghazali merupakan ahli filsafat,
Sistem ekonomi syariah dari perspektif teologi, fiqih, dan tasawuf. Kitab Ihya‘Ulum Ad-
historis dapat dilihat pada Gambar 1. Din (The Revival of religious Science) yang
Perkembangan pemikiran ekonomi klasik berisi fungsi uang sebagai alat tukar dan larangan
dibagi menjadi tiga fase, yaitu (Mujahidin, 2013): riba al-fadl (karena bertentangan dengan sifat
fase pertama (113 H/738 M sampai 450 M/1058 dan fungsi uang). Teori-teori ekonomi yang
H), diantara pemikir Muslim yang memberikan berada di kitab tersebut masih relevan dengan
kontribusi pemikiran ekonomi Islam adalah Abu kondisi perekonomian pada saat ini. Taqiuddin
Yusuf yang menuangkan gagasan tentang Ibnu Taimiyyah merupakan seorang ahli hadis,
ekonomi dalam kitab Al-Kharaj (Manual on ilmu kalam, fiqih dan filsafat. Hasil
Land Tax) pada masalah-masalah keuangan pemikirannya dalam kitab Al-Hisbah fi Al-Islam
publik, pajak tanah, dan pendistribusian langsung dan Majmu’ Al-fatawa tidak secara langsung
tanggung jawab pemerintah dalam ekonomi berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi
terutama kebutuhan publik (jalan, irigasi). Selain namun tetap memperkaya khazanah intelektual
itu Abu Ubaid Al-Qosim ibn Salam dengan muslim dalam studi ilmu ekonomi Islam. Ibn
karyanya ‘Al-Amwal (The Wealth) yang berisis Khaldun merupakan seorang ahli sejarah dan
tentang sistem finansial dalam Islam. Fase kedua filsafat terbesar yang pernah dihasilkan dunia
(450-850 H atau 1058-1466 M). Sejumlah ulama Islam dan karyanya Muqadimmah tidak diragu-
besar yang memberikan kontribusinya seperti: kan lagi. Pokok pembahasannya terkait masalah
Gambar 1 Sistem Ekonomi Islam: Perspektif Syariah

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 7
kemiskinan dan kesejahteraan, seperti pembagian han, baik dalam transaksi jual beli maupun
tenaga kerja, uang, harga produksi dan distribusi, pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan
perdagangan internasional, pembentukan modal, dengan prinsip muamalah dalam Islam (Antonio,
kemiskinan dan kemakmuran. Fase ketiga (850- 2001:37). Larangan ini terdapat dalam firman
1350 H atau 1446-1932 M) hanya ada satu tokoh Allah SWT, yang berbunyi:
dalam fase ini Syah Waliullah dengan karyanya
Hujattullah-Al-Baligah yang memberi konstitusi ٓ َّ ‫َٰ ٓيَأَيُّ َهاٱ َّلذِينَ َءا َمنُواْ ََّل ت إَأ ُكلُ ٓواْ أَمإ َٰ َولَ ُكم بَ إينَ ُكم ِب إٱل َٰبَ ِط ِل ِإ‬
ً ‫َّل أَ َ ت َ ُكو ََ تِ َٰ َج َرة‬
ekonomi. Sejalan dengan pandangan Ibn Khal- ٢٩ ‫ٱََّ َكا ََ ِب ُك إم َر ِح ٗيما‬ َ ُ‫اض ِمن ُك إۚۡم َو ََّل ت إَقتُلُ ٓواْ أَنف‬
َّ َ َّ ‫ا ُك إۚۡم ِإ‬ ٖ ‫َعن ت ََر‬
dun, ia berpendapat bahwa manusia merupakan
makhluk sosial, kesejahteraan manusia terletak “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
pada kerjasama yang terjadi dalam berbagai kamu saling memakan harta sesamamu dengan
bentuk seperti tukar menukar, kontrak bagi hasil, jalan yang batilkecuali dengan jalan perniagaan
pembagian hasil panen, perjudian dan segala yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
bentuk riba melanggar semangat kerja tersebut. kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Selain itu, ia juga membicarakan sumber daya sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
alam (khususnya tanah) yang harus dibagi secara kepadamu” (QS. An-Nisaa’: 29)
adil. Dalam ayat diatas jelas bahwa Allah SWT
Perkembangan ekonomi Islam kontemporer melarang kita untuk mengambil tambahan (riba)
dari 1930 hingga sekarang dibagi menjadi empat pada segala bentuk kegiatan bermuamalah. (Arif,
fase, antara lain (Mujahidin, 2013): Fase Pertama, 2015) menyebutkan bahwa unsur penting yang
pertengahan 1930-an, muncul analisis-analisis membentuk riba adalah yang ditambahkan pada
masalah ekonomi sosial dari sudut syariah Islam. pokok pinjaman, besarnya tambahan menurut
Hal ini sebagai wujud kepedulian terhadap dunia jangka waktu, dan jumlah pembayaran tambahan
Islam yang dikuasai negara barat. Kebanyakan berdasarkan kesepatakan yang disepakati.
analisis ini berasal dari ulama yang tidak Riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba
memiliki pendidikan formal ekonomi. Fase utang-piutang dan riba jual beli. Riba utang-
kedua, pada tahun 1970-an, perkembangan aspek piutang dibagi lagi menjadi riba qardh dan riba
tertentu dari ekonomi Islam, terutama ekonomi jahiliyyah, sedangkan riba jual beli dibagi
moneter. Banyak pemikiran mengenai bunga dan menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah.
riba dan memberikan alternatif pengganti bunga 1. Riba Qardh (‫)رباالقرض‬
Suatu tambahan yang diambil dengan tingkat
yang dilarang oleh ajaran Islam. Fase ketiga,
kelebihan tertentu yang disyaratkan kepada
upaya-upaya praktikal operasional dalam merea-
yang berhutang.
lisasikan perbankan Islam di sektor publik dan
2. Riba Jahiliyyah (‫)رباالجاهلية‬
swasta, sehingga bank-bank Islam sudah banyak Suatu tambahan yang diberikan dari pokok
didirikan di berbagai negara. Kelemahan dan pinjaman dikarenakan peminjam tidak bisa
kekurangan bank Islam terus disempurnakan. membayar hutang dengan tepat waktu.
Fase keempat, pembahasan lebih komprehensif 3. Riba Fadhl (‫)رباالفضل‬
terhadap teori dan praktik ekonomi Islam. Pertukaran barang ribawi sejenis dengan
Keguncangan dalam sistem ekonomi konven- takaran yang berbeda.
sional menjadi tantangan dan peluang bagi 4. Riba Nasi’ah (‫)رباالنسيئة‬
sistem ekonomi Islam. Penangguhan penyerahan atau penerimaan
3.2 Konsep Riba jenis barang ribawi yang dipertukarkan
Riba secara bahasa berarti tambahan. dengan barang jenis ribawa lainnya.
Sedangkan menurut istilah riba berarti pengam-
bilan tambahan dari harta pokok secara batil.
Secara umum, riba adalah pengambilan tamba-
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 8
3.3 Riba: Sebuah Tinjauan Historis 2001:43). Pada masa Yunani terdapat klasifikasi
Konsep riba sebenarnya sudah lama dikenal bunga yang diperbolehkan, yaitu:
dan banyak mengalami perkembangan dalam 1) Pinjaman biasa : 6-18%
pemaknaan. Riba bukan hanya diperbincangkan 2) Pinjaman properti: 6-12%
oleh umat Islam saja, tapi berbagai kalangan 3) Pinjaman antarkota: 7-12%
non-Islam pun memandang riba sebagai perma- 4) Pinjaman perdagangan dan industri: 12-
salahan yang serius. Jika melihat sejarahnya 18%
hingga dua ribu tahun yang lalu, kajian riba ini Sementara itu, pada masa Romawi, sekitar
telah dibahas dalam Hindu, Budha (Rivai, abad ke lima sebelum masehi hingga ke empat
Veitzhal, & Idroes, 2007) Yahudi, Yunani, masehi, terdapat undang-undang yang membo-
Romawi dan Kristen (Antonio, 2001) lehkan penduduknya mengambil bunga selama
Konsep riba di kalangan Yahudi, dikenal tingkat bunga tersebut sesuai dengan “tingkat
dengan istilah “Neshekh” yang artinya dilarang maksimal yang dibenarkan hukum (maximum
dan hina. Pelarangan ini banyak terdapat didalam legal rate). Nilai suku bunga ini berubah-ubah
kitab suci mereka (Old Testament–Perjanjian sesuai dengan berubahnya waktu, namun
lama; maupun dalam Undang Undang Talmud), pengambilannya tidak dibenarkan dengan cara
diantaranya adalah sebagai berikut (Antonio, bunga berbunga (double countable). Pada masa
2001): Romawi terdapat empat jenis tingkat bunga
1. Kitab Exodus (Keluaran) pasal 22 ayat 25 (Antonio, 2001).
menyatakan sebagai berikut: 1) Bunga maksimal yang dibenarkan: 8-12
“Jika engkau meminjamkan uang kepada persen;
salah seorang dari umat-Ku, orang yang 2) Bunga pinjaman biasa di Roma: 4-12 persen;
miskin di antaramu, maka janganlah engkau 3) Bunga di wilayah taklukan Roma: 6-100
berlaku sebagai penagih utang terhadap dia; persen;
janganlah engkau bebankan bunga uang 4) Bunga khusus Byzantium: 4 - 12 persen
terhadapnya”. Meskipun demikian, praktik pengambilan
2. Kitab Deuteronomy (Ulangan) pasal 23 ayat bunga tersebut dicela oleh para ahli filsafat
19 menyebutkan sebagai berikut:
Yunani, diantaranya Plato (427-347 SM) dan
“Janganlah engkau membungakan kepada
Aristoteles (384-322 SM), begitu pula para ahli
saudaramu, baik uang maupun bahan maka-
filsafat Romawi, seperti Cato (234-149 SM),
nan atau apapun yang dapat dibungakan”.
Cicero (106-43 SM) dan Seneca (4 SM-65 M)
3. Kitab Levicitus (Imamat) pasal 25 ayat 36-37
menyatakan sebagai berikut: mengutuk praktik bunga, yang digambarkannya
“Janganlah engkau mengambil bunga uang sebagai tindakan tidak manusiawi (Islahi,
atau riba darinya, melainkan engkau harus 1988:124).
takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa Konsep riba di kalangan Kristen mengalami
hidup di antaramu. Janganlah engkau mem- perbedaan pandangan, yang secara umum dapat
beri uangmu kepadanya dengan meminta dikelompokkan menjadi tiga periode sebagai
bunga, juga makananmu janganlah kau berikut: Pertama, pandangan para pendeta awal
berikan dengan meminta riba”. Kristen (abad I-XII) yang mengharamkan riba
dengan merujuk pada Kitab Perjanjian Lama dan
Sedangkan pada masa Yunani dan Romawi undang-undang dari gereja. Pada abad IV M,
Kuno, praktek riba merupakan tradisi yang lazim gereja Katolik Roma melarang praktik riba bagi
berlaku (Islahi, 1988). Pada masa Yunani sekitar para pendeta, yang kemudian diperluas bagi
abad VI SM hingga 1 M, terdapat beberapa jenis kalangan awam pada abad V M. Pada abad VIII
bunga yang bervariasi besarnya (Antonio, M, di bawah kekuasaan Charlemagne, gereja
Katolik Roma mendeklarasikan praktik riba
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 9
sebagai tindakan kriminal (Iqbal & Mirakhor, 3.4 Dasar Hukum Pelarangan Riba
2011). Kedua, pandangan para sarjana Kristen 3.4.1 Larangan Riba dalam Alquran
(abad XII-XVI) yang cenderung membolehkan Riba dalam Islam hukumnya adalah haram.
bunga, dengan melakukan terobosan baru Menurut Antonio (2001) menyebutkan, larangan
melalui upaya melegitimasi hukum, bunga riba yang terdapat dalam Al-Qur’an melalui
dibedakan menjadi interest dan usury. Menurut beberapa tahap, yaitu:
mereka, interest adalah bunga yang diperbo- Tahap pertama, melalui QS. Ar-Rum ayat 39,
lehkan sedangkan usury adalah bunga yang yang berisi menolak anggapan bahwa pinjaman
berlebihan. Para sarjana Kristen yang mem- riba yang pada zahirnya untuk menolong mereka
berikan kontribusi pemikiran bunga ini adalah yang memerlukan sebagai sesuatu perbuatan
Robert of Courcon (1152-1218), William of yang mendekati atau taqarrub kepada Allah
Auxxerre (1160-1220), St. Raymond of Penna- SWT.
forte (1180-1278), St. Bonaventure (1221-1274) Tahap kedua, melalui QS. An-Nisa’ ayat
dan St. Thomas Aquinas (1225-1274) (Antonio, 160-161, yang berisi pengharaman riba melalui
2001). Ketiga, pandangan para reformis Kristen kecaman Allah SWT terhadap praktik riba yang
(abad XVI-1836) seperti Martin Luther (1483- dilakukan oleh kaum Yahudi.
1536), Zwingli (1454-1531), Bucer (1491-1551) Tahap ketiga, melalui QS. Ali-Imran ayat
dan John Calvin (1509-1564) yang menyebabkan 130, yang berisi bahwa riba yang diharamkan
agama Kristen menghalalkan bunga (interest). adalah yang bersifat berlipat ganda, dengan
Pada periode ini, Raja Henry VIII memutuskan praktik pengambilan bunga (tambahan) dengan
berpisah dengan Gereja Katolik Roma, dan pada tingkat yang cukup tinggi. Kriteria berlipat ganda
tahun 1545 bunga (interest) resmi dibolehkan di dalam ayat ini bukan merupakan syarat terja-
Inggris asalkan tidak lebih dari 10 persen. dinya riba, hal ini dikarenakan sifat karakteristik
Kebijakan ini kembali diperkuat oleh Ratu dari praktik pembungaan uang pada saat itu.
Elizabeth I pada tahun 157; Rivai, Veitzhal, & Tahap terakhir, melalui QS. Al-Baqarah ayat
Idroes, 2007). 278-279, yang berisi bahwa Allah SWT
Dengan latar belakang sejarah tersebut di mengharamkan dengan jelas segala bentuk
atas, maka seluruh praktik operasionalisasi tambahan yang diambil dari pinjaman.
perbankan modern yang mulai tumbuh dan 3.4.2 Larangan Riba dalam Al-Hadith
berkembang sejak abad XVI M ini menggunakan Seperti kita pahami, kegunaan dari hadith
sistem bunga. Sistem bunga ini mulai tumbuh, adalah menjelaskan secara lebih terperinci dan
mengakar, dan mendarah-daging dalam industri mendalam atas ketentuan-ketentuan yang telah
perbankan modern sehingga sulit untuk dipisah- digariskan oleh Al-Quran. Dalam amanat terak-
kan. Bahkan mereka beranggapan bahwa bunga hirnya ketika khutbah haji wada’ rasulullah
adalah pusat berputarnya sistem perbankan. Jika menegaskan bahwa Islam melarang keras prak-
tanpa bunga, maka sistem perbankan menjadi tak tek riba. Rasulullah bersabda:
bernyawa dan akhirnya perekonomian akan lum- “Ingatlah bahwa semua riba yang
puh (Mannan, 1997). diamalkan pada zaman jahiliyyah dihapuskan
Sementara itu, riba telah jelas dan tegas dari amalan kamu. Kamu berhak mengambil
dilarang dalam Islam. Pelarangan riba dalam Al- modal (uang pokok) yang kamu berikan, niscaya
Qur’an tidak diturunkan sekaligus melainkan kamu tidak menzalami dan didzalami.”(H.R
secara bertahap, sejalan dengan kesiapan masya- Muslim)
rakat pada masa itu, seperti pelarangan minuman Selain itu masih banyak haditt Rasulullah
keras. saw yang berkaitan dengan pelarangan riba
diantaranya:

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 10
1. “Jubir berkata bahwa Rasulullah SAW Desember 1970, telah menyetujui dua agenda
mengutuk orang yang merima riba,orang yaitu:
yang membayarnya, orang yang mencatatnya a. Praktek bank dengan sistem bunga tidak
dan dua orang saksinya, kemudia beliau sesuai dengan syariat islam;
bersabda “Mereka itu semuanya sama” (H.R b. Perlu segera didirikan bank alternatif
Muslim) yang menjalankan operasinya berdasar-
2. Dari Abu Hurairah r.a, Nabi bersabda, pada kan prinsip syariah. Hasil inilah yang
malam mi’raj saya telah bertemuy dengan melandasi didirikannya Islamic Develop-
orang yang perutnya besar seperti rumah, ment Bank (IDB).
didalamnya dipenuhi ular-ular yang keli- 3.5 Profit-Loss Sharing: Solusi Islam
hatan dari luar, lalu saya bertanya kepada
terhadap Alternatif Pengganti Pelarangan
Jibril, siapakah mereka?, Jibril menjawab,
mereka orang-orang yang memakan riba.” Bunga
(H.R Ibnu Majah) Sebagai alternatif sistem bunga dalam
3.4.3 Larangan Riba dalam Ijma’ Ulama ekonomi konvensional, ekonomi Islam mena-
Para ulama juga bersepakat (ijma’) bahwa warkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing)
riba adalah haram, baik sedikit maupun banyak. ketika pemilik modal (surplus spending unit)
Riba merupakan salah satu dari tujuh dosa besar bekerja sama dengan pengusaha (deficit spending
yang harus dihindari. Dalam realitas kehidupan unit) untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila
wujud riba sering dikaburkan atau disamarkan kegiatan usaha menghasilkan, keuntungan dibagi
sehingga pemahaman ulama yang berbeda-beda bersama dan apabila kegiatan usaha menderita
dalam memahami maksud nash dalam membe- kerugian, kerugian juga ditanggung bersama.
rikan hukum khususnya yang terjadi dalam Sistem bagi hasil ini dapat berbentuk mudha-
perbankan, asuransi dan lembaga konvensional rabah atau musyarakah dengan berbagai varia-
lainnya. Sehingga kaitannya dengan hal tersebut, sinya.
fatwa ulama yang digunakan (Hidayanto, 2008): Dalam mudharabah terdapat kerja sama
1. Fatwa MUI usaha antara dua pihak dimana pihak (shahibul
Pada tanggal 16 Desember 2013, Ulama mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan
komisi Fatwa MUI se-Indonesia menetapkan pihak lainnya sebagai mudharib (pengelola).
bahwa bank, asuransi, pegadaian, koperasi, Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
dan lembaga keuangan lainnya maupun menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
individu yang melakukan praktek bunga kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
adalah haram. Ini berarti umat Islam tidak pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
boleh melakukan transaksi pada lembaga kelalaian mudharib. Namun, seandainya keru-
keuangan tersebut. Pada awalnya fatwa gian itu diakibatkan karena kelalaian mudharib,
pelarangan riba ini tidak berlaku untuk maka mudharib juga harus bertanggung jawab
seluruh wilayah di Indonesia. Untuk wilayah atas kerugian tersebut (Antonio, 2001). Alternatif
tertentu yang belum terdapat kantor atau pengganti bunga yang lain adalah partisipasi
jaringan lembaga keuangan syariah diper- modal (equity participation) melalui ekspektasi
bolehkan untuk melakukan kegiatan transaksi rate of return yang disebut sebagai musyarakah.
berdasarkan prinsip atau hajat (keperluan). Sektor riil merupakan sektor yang paling penting
Namun ketika sudah terdapat akses didalam disorot dalam ekonomi Islam karena berkaitan
lembaga keuangan syariah maka secara langsung dengan peningkatan output dan akhir-
mutlak transaksi pada lembaga keuangan nya kesejahteraan masyarakat. Segala komponen
konvesional diharamkan. dalam perekonomian diarahkan untuk mendo-
2. Sidang Organisasi Konferensi Islam (OKI) rong sektor riil ini, baik dalam memotivasi
Semua sidang OKI yang kedua yang pelaku bisnis maupun dalam hal pembiayaannya
dilaksanakan di Karachi, Pakistan pada (Masyhuri, 2005).
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 11
Ekspektasi return, berbeda dengan suku pemerataan dan kebersamaan serta menciptakan
bunga yang selalu dijustifikasi oleh time value of suatu tatanan ekonomi yang lebih merata.
money, namun justru dikaitkan dengan economic Sedangkan dalam perekonomian konvensional,
value of money. Dengan demikian, faktor yang sistem riba, fiat money, commodity money, dan
menentukan nilai waktu adalah bagaimana pembolehan spekulasi akan menyebabkan pen-
seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin ciptaan uang (kartal dan giral) dan tersedotnya
efektif dan efisien, maka akan semakin tinggi uang di sektor moneter untuk mencari keun-
nilai waktunya. Dengan pemanfaatan waktu tungan tanpa resiko. Akibatnya, uang atau
sebaik-baiknya untuk bekerja dan berusaha akan investasi yang seharusnya tersalur ke sektor riil
menghasilkan pendapatan yang dapat dinilai untuk tujuan produktif sebagian besar lari ke
dengan uang. Hal ini bertentangan dengan time sektor moneter dan menghambat pertumbuhan
value of money, yang tidak secara proporsional bahkan menyusutkan sektor riil. Selanjutnya
mempertimbangkan probabilitas terjadinya def- penciptaan uang tanpa adanya nilai tambah akan
lasi, selain adanya inflasi. Karena pada realitanya, menimbulkan inflasi. Pada akhirnya, pertumbu-
ketidakpastian (uncertainty) selalu terjadi, dan han ekonomi yang menjadi tujuan akan terham-
sangat menjadi tidak adil jika hanya menuntut bat (lihat Gambar 2).
adanya kepastian, seperti yang berlaku dalam Gambar 2. Implikasi Bunga pada Perekonomian
ekonomi konvensional melalui konsep time value
of money-nya. Oleh karena itu, pemodal dalam
Islam tidak berhak meminta rate of return yang
nilainya tetap dan tidak seorangpun berhak
mendapatkan tambahan dari pokok modal yang
ditanamkannya tanpa keikutsertaannya dalam
menanggung resiko (Masyhuri, 2005).
Dengan demikian, menurut Ascarya (2007)
kedua sistem profit and loss sharing ini, baik
mudharabah dan musyarakahakan mampu Sumber: (Ascarya, 2007: 27)
menjamin adanya keadilan dan tidak adanya Dengan demikian, Islam mendorong praktik
pihak yang tereksploitasi (terdzalimi). Melalui profit and loss sharing (sistem bagi hasil) dan
sistem bagi hasil ini juga akan terbangun
Tabel 2. Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil
asumsi usaha akan selalu menghasilkan disepakati pada waktu akad dengan berpedoman
keuntungan. pada kemungkinan untung rugi.
Besarnya presentase didasarkan pada jumlah Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah
dana/modal yang dipinjamkan. keuntungan yang diperoleh.
Bunga dapat mengambang/variabel, dan besarnya Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad
naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan
patokan atau kondisi ekonomi. bersama.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang
tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan
peminjam untung atau rugi. ditanggung bersama.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan
meskipun keuntungan naik berlipat ganda peningkatan keuntungan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam)
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
oleh semua agama
Sumber: Antonio(2001:61)

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 12
mengharamkan riba (bunga). Meskipun kedua- ekonomi. Tujuan dari adanya Ekonomi Islam
duanya dapat memberikan keuntungan bagi untuk mencapai sukses atau falah (kebahagiaan,
pemilik modal, namun keduanya memiliki perbe- kemenangan) manusia di dunia dan di akhirat.
daan yang sangat mendasar. Perbedaan itu dapat Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam
dijelaskan dalam Tabel 2. transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam
Sementara itu, dengan sistem bagi hasil dan secara batil atau bertentangan dengan prinsip
pelarangan riba dalam perekonomian Islam akan muamalah dalam Islam.Konsep riba sebenarnya
mendorong iklim investasi yang akan tersalur sudah lama dikenal dan banyak mengalami
dengan lancar ke sektor riil untuk tujuan yang perkembangan dalam pemaknaan. Riba bukan
sepenuhnya produktif. Hal ini akan menjamin hanya diperbincangkan oleh umat Islam saja, tapi
terdistribusinya kekayaan dan pendapatan serta berbagai kalangan non-Islam (Hindu, Budha,
menumbuhkan sektor riil. Dengan meningkatnya Yahudi, Yunani, Romawi dan Kristen) pun
produktivitas dan kesempatan bekerja dan memandang riba sebagai permasalahan yang
berusaha pada akhirnya pertumbuhan ekonomi serius. Landasan hukum yang digunakan sebagai
akan terdorong dan pada akhirnya akan tercapai pedoman atas pelarangan riba bersumber pada
kesejahteraan masyarakat (lihat Gambar 3). Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma. Ketiga sumber
Gambar 3. Implikasi Bagi Hasil pada tersebut sepakat bahwa riba adalah haram, baik
Perekonomian sedikit maupun banyak. Riba merupakan salah
satu dari tujuh dosa besar yang harus
dihindari.Sebagai alternatif sistem bunga dalam
ekonomi konvensional, ekonomi Islam
menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss
sharing) ketika pemilik modal (surplus spending
unit) bekerja sama dengan pengusaha (deficit
spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha.
5. Ucapan Terimakasih
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
Sumber: Ascarya(2007).
banyak pihak yang telah membantu dalam
Uraian dan gambaran di atas menunjukkan penulisan jurnal ini. Segala bentuk bimbingan,
bahwa model profit and loss sharing merupakan bantuan, dukungan, dan doa merupakan nikmat
model sistem keuangan Islam non-ribawi (tidak yang akan selalu Penulis syukuri. Oleh karena itu
berbasis bunga), yang dapat menjadi solusi penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
alternatif bagi sistem perbankan. Model ini dapat besarnya kepada; 1) Kedua orang tua kami
memberikan implikasi terhadap terciptanya tercinta yang telah melahirkan, membesarkan,
aktivitas ekonomi yang adil, stabil dan dan mendidik serta selalu memberikan dukungan
sustainable menuju tercapainya kesejahteraan doa yang terbaik kepada penulis. 2) Dr. Sri
masyarakat. Herianingrum, S.E., M.Si. selaku Ketua Program
4. Kesimpulan Studi Magister Sains Ekonomi Islam, Sekolah
Pascasarjana,Universitas Airlangga. 3) Seluruh
Lahirnya sistem ekonomi Islam didasarkan
dosen dan staf pengajar Magister Sains Ekonomi
pada pemikiran bahwa sebagai agama yang
Islam, Sekolah Pascasarjana, Universitas Air-
lengkap dan sempurna, Islam tidak hanya
langga yang telah membantu dan memberikan
memberikan penganutnya aturan-aturan soal
ilmunya kepada penulis. 4) Sahabat seperjuangan,
ketuhanan dan iman, namun juga menjawab
khususnya Dinda, Dipta, dan Faishol, terima
persoalan yang dihadapi manusia termasuk

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 13
kasih atas sharing ilmu yang bermanfaat kepada Islahi, A. A. (1988). Economic Concepts of Ibn
penulis, semoga sukses selalu. Taimiyah. London: The Islamic Foundation.

6. Daftar Pustaka Karim, A. (2007). Bank Islam: Analisis Fiqih


dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah Dari Teori Persada.
Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. Khan, M. A. (1994). An Introduction to Islamic
Arif, M. N. R. Al. (n.d.). Modul 1 Filosofi Dasar Economic. Islambad, Pakistan: International
Ekonomi Islam. Retrieved from institute of Islamic Thought and Institute of
http://repository.ut.ac.id/4013/1/ESPA4528- Policy Studes (IIIT).
M1.pdf Mannan, M. A. (1997). Islamic Economic,
Arif, M. N. R. Al. (2015). Pengantar Ekonomi Theory and Practice. Yogyakarta: Dana
Syariah. Bandung: Pustaka Setia. Bhakti Wakaf.
Ascarya. (2007). Akad dan Produk Bank Syariah. Masyhuri. (2005). Teori Ekonomi dalam Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Boediono. (2011). Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Mujahidin, A. (2013). Ekonomi Islam Sejarah,
BPFE. Konsep, Instrumen Negara dan Pasar.
Chamid, N. (2013). Tantangan Sistem Keuangan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Islam Sebagai Alternatif Sistem Keuangan Rahmawaty, A. (2013). Riba dalam Perspektif
Global. Jurnal Al-’Adl, 6(2), 110–127. Keuangan Islam. Jurnal Hukum Islam, 14(2).
Hidayanto, M. F. (2008). Praktek Riba dan Rivai, V., Veitzhal, A. P., & Idroes, F. N. (2007).
Kesenjangan Sosial. La Riba, Jurnal Bank and Financial Institution Management
Ekonomi Islam, 2(2), 239–261. Conventional and Sharia System. Jakarta:
Iljas, A. (2007). Sistem Ekonomi Islam (Syariah) Raja Grafindo Persada.
dan Permasalahan Bunga Bank. Tarjih, 9, Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2001).
37–68. Microeconomics. New York: McGraw-Hill
Iqbal, Z., & Mirakhor, A. (2011). An Irwin.
Introduction to Islamic Finance (second edi).
Singapore: John and Wiley (Asia) Pte. Ltd.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534

You might also like