Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERAJINAN ROTAN DI

KABUPATEN INDRAGIRI HULU


(Studi Kasus di Desa Buluh Rampai Kecamatan Seberida Kabupaten
Indragiri Hulu Provinsi Riau )

ANALYSIS OF REVENUE THE RATTAN CRAFT BUSINESS IN


INDRAGIRI HULU DISTRICT
(Case Study Of Buluh Rampai Villages Seberida Sub-District Indragiri Hulu
District Province Riau )
Purwi Riswanti1, Rudianda Sulaeman2, Tuti Arlita2,
Departement of Forestry,Faculty Of Agriculture, Riau University
AddressBinawdya, Pekanbaru, Riau
(purwi_zhue@yahoo.co.id)

ABSTRACT

Rattan processing as Non Timber Forest Products (NTFPs) create a variety


of production activities for various industries rattan craft. Indragiri Hulu District
right in Buluh Rampai village is one of which has a very hight potential in the
rattan craft industry. This research intend to analyze the magnitude of the cost,
acceptance, the marketing of rattan craft and analyze efficiency of the rattan craft
business. The population in this research is the rattan craft entrepreneur in Buluh
Rampai Village. The method used in this research is using of the cencus method
and data collection techniques used in this research is interviews and
questionnaires. The result of this research showed that the analysis of rattan craft
business in Buluh Rampai Village is 1. The amount of production costs incurred
by rattan craftsmen per year is Rp85.517.209. 2. Gross revenue earned of
craftsmen per year average amount Rp157.200.000. 3. Net revenue earned of
craftsmen per year average amount Rp71.682.791. 4. Marketing channel of the
rattan craft there are 2 channels 1) Producer-consumer 2) Producer-collectors-
retailer-consumer. 5. Marketing costs of the rattan craft in Buluh Rampai Village
isn’t expend costs, this is due the craftsmen directly sell to consumers 6. Results
of the analysis of business efficiency that obtained the craftsmen in Buluh Rampai
Village 1.83, therefore rattan craft business in Buluh Rampai Village
economically feasible to be continued and developed.
Keywords: Rattan, Rattan Craft, Costs Production, R/C ratio

PENDAHULUAN atau sumbangan devisa terhadap


Pembangunan dinegara peningkatan kesejahteraan
berkembang pada umumnya menitik masyarakat termasuk dalam
beratkan pada sektor industri dan penciptaan lapangan kerja baru.
pertanian. Termasuk di Indonesia Negara Indonesia sebagai negara
kedua faktor ini memiliki peranan yang kaya akan kesuburan tanah dan
sumberdaya hutan dituntut untuk
penting dalam memberikan kontribusi
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Staff Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta Vol. 3 No.2 Oktober 2016
dapat memanfaatkan sumberdaya menganalisis biaya baik dalam rangka
tersebut sehingga menghasilkan untuk menghitung biaya produksi,
produksi yang dapat memenuhi harga produk, maupun untuk
kebutuhan masyarakat. pengendalian biaya. Tujuan penelitian
Produk Hasil Hutan Bukan ini adalah 1) Menganalisis besarnya
Kayu (HHBK) merupakan salah satu biaya, penerimaan, pendapatan dan
sumber daya hutan (SDH) yang pemasaran pengrajin rotan 2)
memiliki keunggulan komperatif dan Menganalisis efisiensi usaha
paling bersinggungan langsung kerajinan rotan di lokasi penelitian 3)
dengan masyarakat sekitar hutan. Mengidentifikasi permasalahan
HHBK terbukti dapat memberikan pengrajin rotan di Desa Buluh
memberikan dampak pada Rampai Kecamatan Seberida
peningkatan usaha dan pendapatan Kabupaten Indragiri Hulu.
masyarakat sekitar hutan dan
memberikan kontribusi yang berarti METODE PENELITIAN
bagi penambahan devisa negara.
Penelitian ini telah
Salah satu produk unggulan HHBK dilaksanakan di Desa Buluh Rampai
adalah rotan.
Kecamatan Seberida Kabupaten
Pengolahan rotan sebagai
Indragiri Hulu Provinsi Riau.
hasil hutan non kayu menciptakan
Penelitian ini dilaksanakan pada
berbagai aktifitas produksi bagi
bulan Juli-Agustus 2015. Jenis data
berbagai industri rotan. Kegiatan yang dikumpulkan dalam penelitian
suatu usaha pengolahan rotan dalam
ini berupa data primer dan data
menghasilkan produk-produk olahan sekunder. Data primer dikumpulkan
ditujukan untuk mencapai suatu melalui observasi dan wawancara
keuntungan agar usaha dapat dengan menyebarkan kuesioner
dilakukan secara kontinu. kepada responden terpilih. Data
Berkembangnya industri rotan sekunder dikumpulkan dari literatu
didukung dengan potensi yang dan dokumen instansi terkait.
dimiliki oleh Indonesia sebagai salah
Populasi dalam penelitian ini adalah
satu negara tropis dengan potensi uaha kerajinan di Desa Buluh Rampai
rotan yang besar.
yang terdiri dari 21 usaha. Metode
Kabupaten Indragiri Hulu pengambilan sampel yang digunakan
tepatnya di Desa Buluh Rampai dalam penelitian ini adalah metode
merupakan salah satu yang memiliki
sensus.
potensi cukup besar dalam industri
kerajinan rotan. Industri ini 1. Analisis Pendapatan
merupakan industri kecil yang 1.1. Biaya Usaha
dikerjakan secara turun temurun, Biaya produksi dibedakan
dengan karakteristik tenaga kerja menjadi dua macam yaitu: biaya tetap
yang digunakan 1 – 4 orang yang dan biaya variabel. Rumus
sebagian besar merupakan anggota menghitung besarnya biaya total
keluarga itu sendiri. usaha kerajinan adalah:
Segala bentuk usaha kerajinan TC = TFC + TVC
rotan baik skala kecil dan menengah Keterangan :
perlu diketahui berbagai aspek TC = Biaya total usaha (Rp)
pengelolaan usaha terutama yang TFC = Biaya tetap total (Rp)
berkaitan dengan bagaimana TVC = Biaya variabel total (Rp)

Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016


b. Pendapatan Kotor P= (B-S) ÷ N
Merujuk pada kajian Soekartawi Keterangan:
(2003), maka persamaan yang P = Nilai penyusutan (Rp)
digunakan untuk menghitung B = Nilai beli alat (Rp)
pendapatan kotor pada analisis S = Nilai sisa (20% dari nilai beli alat
pendapatan usaha kerajinan rotan (Rp))
adalah: N = Umur ekonomis aset (modal)
TR= Y x Py
Keterangan: e. Efisiensi Usaha
TR = Penerimaan pengrajin rotan Analisis efisiensi usaha
(Rp) digunakan kriteria Return Cost Ratio
Y = Total penjualan pengrajin rotan (RCR), yaitu merupakan
(unit (Rp)) perbandingan antara besarnya
Py = Harga produksi kerajinan rotan penerimaan dengan total biaya yang
(Rp) dikeluarkan dalam usaha tersebut.
Sebagaimana disampaikan
c. Pendapatan Bersih Soekartawi (1995), maka formula
Pendapatan bersih usaha yang digunakan untuk menghitung
adalah selisih antara penerimaan yang RCR adalah:
diperoleh dari usaha dengan semua RCR = TR / TC
biaya untuk mengusahakan usaha. Keterangan:
Berdasarkan uraian Soekartawi RCR = Return Cost Ratio
(2003), maka formula yang dipakai
dalam mengukur keuntungan bersih HASIL DAN PEMBAHASAN
pengrajin rotan yaitu:
1. Analisis Biaya Usaha Kerajinan
π = TR - TC Rotan
π = (Y x Py) – (TVC + TFC) a. Biaya Produksi
Keterangan: Rotan dapat terus bergerak
π = Keuntungan pengrajin rotan sebagai salah satu bidang usaha
(Rp)
kerajinan di Desa Buluh Rampai
Y = Total penjualan produksi dengan ditopang oleh ketersediaan
kerajinan rotan (unit)
bahan baku untuk kelancaran
P y = Harga produksi kerajinan operasional usahanya. Yang
rotan (Rp / unit) dimaksud dengan biaya produksi itu
TVC = Total biaya tidak tetap (Rp)
sendiri adalah sejumlah biaya yang
TFC = Total biaya tetap (Rp) harus dikeluarkan untuk
menghasilkan produk kerajinan.
d. Penyusutan Alat Biaya produksi dalam penelitian
Modal sebagai elemen utama ini meliputi Biaya Tetap (Fixed
dari kegiatan produksi mengalami
Cost) dan Biaya Tidak Tetap
penyusutan dalam satu periode.
(Variable Cost). Biaya produksi yang
Menurut Ibrahim (2003), untuk dilakukan pengrajin rotan selama 1
menghitung biaya penyusutan tahun sebesar Rp85.503.295. Secara
peralatan digunakan metode garis rinci biaya produksi yang digunakan
lurus (Straight Line Method) dengan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :
rumus:

Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016


pendapatan kotor yang diperoleh
Biaya/Bulan Biaya/Tahun
No Biaya Produksi
(Rp) (Rp)
pengrajin dalam sebulan sebesar
Rp157.200.000/tahun. Besarnya
1 Biaya Variabel pendapatan pengrajin tergantung pada
Biaya Bahan baku 6.572.381 78.868.571 jumlah produksi dan harga kerajinan.
Biaya Penolong 413.333 4.960.000 Tingginya pendapatan kotor
Listrik 130.952 1.571.428 pengrajin tergantung pada produksi
Total Biaya Variabel 7.116.666 85.399.999 dan harga jual kerajinan
2 Biaya Tetap
b. Pendapatan Bersih
Biaya Penyusutan alat - 117.210
Penerimaan atau pendapatan
Total Fixed Cost (TFC) 85.517.209
bersih usaha yang dimaksud dalam
Berdasarkan Tabel 10 penelitian ini adalah selisih antara
menunjukkan bahwa dikeluarkan penerimaan dan pengeluaran usaha
pengrajin rotan pada produksi selama
dalam jangka waktu tertentu. Rataan
satu tahun sebesar Rp85.517.209 yang
terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. pendapatan bersih pengrajin rotan
Biaya variabel yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 12.
No Uraian Per Tahun (Rp)
pengrajin sebesar Rp85.399.999 yang
terdiri dari biaya bahan baku sebesar 1 Pendapatan rata-rata 157.200.000

Rp78.868.571, biaya penolong sebesar 2 Total Biaya rata-rata 85.517.209


Rp4.960.000/tahun dan biaya listrik Pendapatan Bersih 71.682.791
sebesarRp1.571.424/tahun. Pada Tabel 12 menunjukkan
Sedangkan biaya tetap yang bahwa total Pendapatan kotor pengrajin
dikeluarkan dalam satu tahun sebesar rotan adalah Rp157.200.000/tahun,
Rp117.210 yang terdiri dari biaya setelah dipotong dengan biaya produksi
penyusutan. Komponen biaya terbesar sebesar Rp85.517.209/tahun diperoleh
yaitu bahan baku sebesar pendapatan bersih pengrajin rotan
Rp6.572.381/bulan sehingga total biaya sebesar Rp71.682.791/tahun.
bahan baku/tahun menjadi
Rp78.868.571. Sedangkan biaya terendah c. Pemasaran
yaitu biaya penyusutan alat sebesar Pemasaran merupakan
Rp116.315/tahun kegiatan yang bertujuan untuk
menyalurkan produk yang dihasilkan
Pendapatan kotor merupakan oleh produsen hingga sampai
hasil perkalian antara hasil produksi kekonsumen. Dalam usaha
dengan harga barang atau nilai jual memperlancar arus produk dari
produk yang dihasilkan. Untuk lebih produsen ke konsumen maka salah
jelasnya rata-rata besarnya satu faktor penting yang perlu
pendapatan kotor yang diperoleh diperhatikan adalah pemilihan saluran
pengrajin dalam satu bulan dapat pemasaran yang efektif dan efisien.
dilihat pada Tabel 11 berikut: Salah satu unsur dalam
No Uraian Per Bulan Per Tahun pemasaran kerajinan adalah saluran
1 Produksi Kerajinan (Unit) 131 1.572 pemasaran yang merupakan perantara
2 Harga Kerajinan (Rp) 100.000 100.000 bagi produsen untuk menyampaikan
produknya kepada konsumen.
Penerimaan (Rp) 13.100.000 157.200.000
Dengan tidak adanya saluran
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan pemasaran, konsumen akan kesulitan
bahwa produksi rata-rata kerajinan mendapatkan barang yang
rotan sebesar 1.572 unit/tahun dengan dibutuhkannya, ataupun pengusaha
harga Rp100.000/unit. Jumlah
Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016
kerajinan akan menghadapi kesulitan diperoleh pengrajin rotan sebesar
untuk menyampaikan produknya Rp157.200.000/tahun, sehingga dapat
kepada konsumen. diperoleh pendapatan bersih sebesar
Rp71.682.791/tahun. Saluran
Saluran pemasaran dalam pemasaran dalam usaha kerajinan
usaha kerajinan rotan di Desa Buluh rotan di Desa Buluh Rampai hanya
Rampai hanya terdapat dua tingkat terdapat dua tingkat saluran. Saluran
saluran : pemasaran pertama merupakan
1. Saluran pemasaran I saluran pemasaran dimana Pengrajin
merupakan saluran pemasaran Rotan langsung menjual kepada
dimana Pengrajin Rotan langsung konsumen tanpa ada perantara
menjual kepada konsumen tanpa ada sedangkan saluran pemasaran II
perantara. Saluran pemasaran ini, merupakan saluran yang melibatkan
konsumen yaitu orang yang langsung pedagang pengumpul dan pedagang
datang ke rumah untuk melakukan pengencer dalam memasarkan
pembelian. kerajinan rotan kekonsumen.
2. Saluran Pemasaran II
Saluran pemasaran I 2. Nilai Return Cost Ratio (RCR)
merupakan saluran pemasaran dimana usaha kerajinan rotan yaitu sebesar
Pengrajin Rotan langsung menjual 1,83, bahwa usaha kerajinan rotan di
kepada konsumen tanpa ada Desa Buluh Rampai Kecamatan
perantara. Saluran pemasaran ini, Seberida kabupaten Indragiri Hulu
konsumen yaitu orang yang langsung efisien secara ekonomi dan layak
datang ke rumah untuk melakukan untuk diteruskan dan dikembangkan.
pembelian.
Saran
1.Diharapkan bagi pengrajin untuk
d. Efisiensi Usaha terus mengembangkan usaha
Analisis RCR merupakan kerajinan rotan karena seperti hasil
perbandingan penerimaan dengan penelitian, usaha kerajinan rotan
biaya yang dikeluarkan. Biaya dalam mempunyai potensi untuk terus
hal ini termasuk biaya tetap dan biaya dikembangkan.
variabel. Untuk melihat nilai RCR 2.Bagi pemerintah terkait senantiasa
usaha kerajinan rotan dapat dijelaskan memberikan bimbingan dan
dibawah ini : dukungan dengan memberikan
RCR = Pendapatan Kotor (Rp) bantuan modal dengan kredit yang
Biaya Produksi (Rp) ringan dan memperkenalkan bahwa
= Rp157.200.000 Kabupaten Indragiri Hulu merupakan
Rp85.517.209 daerah penghasil kerajinan rotan
= 1.83 sehingga usaha dapat di teruskan dan
KESIMPULAN DAN SARAN dikembangkan dalam skala yang
lebih besar.
Kesimpulan
3.Perlunya mensosialisasikan
1. 1. Total biaya produksi usaha
keberadaan industri kerajinan rotan
kerajinan rotan dalam setahun di Desa
ini dengan menekankan kepada
Buluh Rampai Kecamatan Seberida
keunggulan yang dimiliki oleh
Kabupaten Indragiri Hulu adalah
industri tersebut yaitu kualitas dari
sebesar Rp85.517.209. Dengan total
bahan baku produksi
produksi sebesar 1.572 unit/tahun,
jumlah pendapatan kotor yang
Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016
DAFTAR PUSTAKA Usahatani. BPFE UGM.
Agung Rai, I Gusti. 2011. Audit Yogyakarta.
Kinerja Pada Sektor Publik. Hafitz, A. 2010. Strategi
Jakarta: Grafindo Pengembangan
Anonim. 2013. Produksi dan Faktor Agroindustri Aren (Arenga
Produksi. http //www pinnata) di Kabupaten
.gerbang ilmu. Rokan Hulu Provinsi Riau.
com/2013/12/pengertian- Skripsi Mahasiswa Agrobisnis
produksi-dan-faktor- Universitas Riau. Pekanbaru.
(Tidak Dipublikasikan).
produksi.html. Diakses pada
tanggal 24 November 201 Hanafie, R. 2010. Pengantar
Anonim. 2014.Faktor-Faktor Ekonomi Pertanian.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Produksi atau Sumber Daya
Hasibuan, N. 2004. Ekonomi
Manusia.
http://www.gerbangilmu.com/ Industri. LP3ES. Jakarta.
Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani.
2014/07/faktor-faktor-
produksi-atau-sumber- Penebar Swadaya. Jakarta.
Husein, E.S.2013. Analisis
daya.html. Diakses pada
tanggal 24 November 2014 Kerajinan Rotan di
Baharuddin dan Taskirawati, I. 2009. Kecamatan Rumbai Kota
Pekanbaru. Skripsi
Hasil Hutan Bukan Kayu.
Universitas Hasanuddin. Mahasiswa Ilmu Ekonomi
Universitas Riau.
Makasar
Basu Swastha dan Irawan. 1997. diPekanbaru. (Tidak
Dipublikasikan)
Manajemen Pemasaran
Modern. Liberty, Hutagalung, D.J. Analisis Biaya
Yogyakarta. Furniture Rotan:Studi
Boediono, 1984. Ekonomi Mikro Kasus di CV. Chandra
Rattan Cirebon, Jawa
Seri Sipnosis Pengantar
Barat. Jurnal Penelitian.
Ilmu Ekonomi, BPFE.
Yogyakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan
Bisnis. PT. Rineka Cipta.
Damayanti dan Kalima. 2007. Atlas
Rotan Indonesia. Jilid I. Jakarta.
Pusat Penelitian dan Iswardono, P. 2004. Analisis
Pengembangan Kehutanan. Efisiensi Industri Perbankan
Bogor. di Indonesia (Studi kasus
Firdaus, A. 2011. Analisis Tingkat Bank Devisa di Indonesia
Pendapatan Dan Pola Tahun 1991-1196). Jurnal
Konsumsi Masyarakat Yang Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol 15 No. 1. Pp 1-
Bermukim Di Sekitar
13.
Perkebunan Kelapa Sawit
Milik Pt.Inecda Plantation. Januminro. 2000. Rotan Indonesia :
Skripsi Mahasiswa Agrobisnis Potensi, Budaya,
Universitas Riau. Pekanbaru. Pemungutan Pengolahan
(Tidak Dipublikasikan). Kotler, P. 1981. Manajemen
Hadisapoetro, S. 1973. Biaya dan Pemasaran Jilid 1. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Pendapatan dalam

Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016


Kasmiruddin. 2014. Analisis
Pengembangan Produk

Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016

You might also like