This document analyzes the rattan crafting business in Buluh Rampai Village, Indragiri Hulu District, Riau Province. It aims to:
1) Analyze production costs, revenue, income, and marketing of rattan craftsmen.
2) Analyze the efficiency of the rattan crafting business.
3) Identify issues faced by rattan craftsmen in Buluh Rampai Village.
The study finds that:
1) Annual production costs for craftsmen are Rp85.5 million on average.
2) Average annual gross revenue is Rp157.2 million.
3) Average annual net income is Rp71.7 million.
This document analyzes the rattan crafting business in Buluh Rampai Village, Indragiri Hulu District, Riau Province. It aims to:
1) Analyze production costs, revenue, income, and marketing of rattan craftsmen.
2) Analyze the efficiency of the rattan crafting business.
3) Identify issues faced by rattan craftsmen in Buluh Rampai Village.
The study finds that:
1) Annual production costs for craftsmen are Rp85.5 million on average.
2) Average annual gross revenue is Rp157.2 million.
3) Average annual net income is Rp71.7 million.
This document analyzes the rattan crafting business in Buluh Rampai Village, Indragiri Hulu District, Riau Province. It aims to:
1) Analyze production costs, revenue, income, and marketing of rattan craftsmen.
2) Analyze the efficiency of the rattan crafting business.
3) Identify issues faced by rattan craftsmen in Buluh Rampai Village.
The study finds that:
1) Annual production costs for craftsmen are Rp85.5 million on average.
2) Average annual gross revenue is Rp157.2 million.
3) Average annual net income is Rp71.7 million.
(Studi Kasus di Desa Buluh Rampai Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau )
ANALYSIS OF REVENUE THE RATTAN CRAFT BUSINESS IN
INDRAGIRI HULU DISTRICT (Case Study Of Buluh Rampai Villages Seberida Sub-District Indragiri Hulu District Province Riau ) Purwi Riswanti1, Rudianda Sulaeman2, Tuti Arlita2, Departement of Forestry,Faculty Of Agriculture, Riau University AddressBinawdya, Pekanbaru, Riau (purwi_zhue@yahoo.co.id)
ABSTRACT
Rattan processing as Non Timber Forest Products (NTFPs) create a variety
of production activities for various industries rattan craft. Indragiri Hulu District right in Buluh Rampai village is one of which has a very hight potential in the rattan craft industry. This research intend to analyze the magnitude of the cost, acceptance, the marketing of rattan craft and analyze efficiency of the rattan craft business. The population in this research is the rattan craft entrepreneur in Buluh Rampai Village. The method used in this research is using of the cencus method and data collection techniques used in this research is interviews and questionnaires. The result of this research showed that the analysis of rattan craft business in Buluh Rampai Village is 1. The amount of production costs incurred by rattan craftsmen per year is Rp85.517.209. 2. Gross revenue earned of craftsmen per year average amount Rp157.200.000. 3. Net revenue earned of craftsmen per year average amount Rp71.682.791. 4. Marketing channel of the rattan craft there are 2 channels 1) Producer-consumer 2) Producer-collectors- retailer-consumer. 5. Marketing costs of the rattan craft in Buluh Rampai Village isn’t expend costs, this is due the craftsmen directly sell to consumers 6. Results of the analysis of business efficiency that obtained the craftsmen in Buluh Rampai Village 1.83, therefore rattan craft business in Buluh Rampai Village economically feasible to be continued and developed. Keywords: Rattan, Rattan Craft, Costs Production, R/C ratio
PENDAHULUAN atau sumbangan devisa terhadap
Pembangunan dinegara peningkatan kesejahteraan berkembang pada umumnya menitik masyarakat termasuk dalam beratkan pada sektor industri dan penciptaan lapangan kerja baru. pertanian. Termasuk di Indonesia Negara Indonesia sebagai negara kedua faktor ini memiliki peranan yang kaya akan kesuburan tanah dan sumberdaya hutan dituntut untuk penting dalam memberikan kontribusi 1 Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau 2 Staff Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau Jom Faperta Vol. 3 No.2 Oktober 2016 dapat memanfaatkan sumberdaya menganalisis biaya baik dalam rangka tersebut sehingga menghasilkan untuk menghitung biaya produksi, produksi yang dapat memenuhi harga produk, maupun untuk kebutuhan masyarakat. pengendalian biaya. Tujuan penelitian Produk Hasil Hutan Bukan ini adalah 1) Menganalisis besarnya Kayu (HHBK) merupakan salah satu biaya, penerimaan, pendapatan dan sumber daya hutan (SDH) yang pemasaran pengrajin rotan 2) memiliki keunggulan komperatif dan Menganalisis efisiensi usaha paling bersinggungan langsung kerajinan rotan di lokasi penelitian 3) dengan masyarakat sekitar hutan. Mengidentifikasi permasalahan HHBK terbukti dapat memberikan pengrajin rotan di Desa Buluh memberikan dampak pada Rampai Kecamatan Seberida peningkatan usaha dan pendapatan Kabupaten Indragiri Hulu. masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti METODE PENELITIAN bagi penambahan devisa negara. Penelitian ini telah Salah satu produk unggulan HHBK dilaksanakan di Desa Buluh Rampai adalah rotan. Kecamatan Seberida Kabupaten Pengolahan rotan sebagai Indragiri Hulu Provinsi Riau. hasil hutan non kayu menciptakan Penelitian ini dilaksanakan pada berbagai aktifitas produksi bagi bulan Juli-Agustus 2015. Jenis data berbagai industri rotan. Kegiatan yang dikumpulkan dalam penelitian suatu usaha pengolahan rotan dalam ini berupa data primer dan data menghasilkan produk-produk olahan sekunder. Data primer dikumpulkan ditujukan untuk mencapai suatu melalui observasi dan wawancara keuntungan agar usaha dapat dengan menyebarkan kuesioner dilakukan secara kontinu. kepada responden terpilih. Data Berkembangnya industri rotan sekunder dikumpulkan dari literatu didukung dengan potensi yang dan dokumen instansi terkait. dimiliki oleh Indonesia sebagai salah Populasi dalam penelitian ini adalah satu negara tropis dengan potensi uaha kerajinan di Desa Buluh Rampai rotan yang besar. yang terdiri dari 21 usaha. Metode Kabupaten Indragiri Hulu pengambilan sampel yang digunakan tepatnya di Desa Buluh Rampai dalam penelitian ini adalah metode merupakan salah satu yang memiliki sensus. potensi cukup besar dalam industri kerajinan rotan. Industri ini 1. Analisis Pendapatan merupakan industri kecil yang 1.1. Biaya Usaha dikerjakan secara turun temurun, Biaya produksi dibedakan dengan karakteristik tenaga kerja menjadi dua macam yaitu: biaya tetap yang digunakan 1 – 4 orang yang dan biaya variabel. Rumus sebagian besar merupakan anggota menghitung besarnya biaya total keluarga itu sendiri. usaha kerajinan adalah: Segala bentuk usaha kerajinan TC = TFC + TVC rotan baik skala kecil dan menengah Keterangan : perlu diketahui berbagai aspek TC = Biaya total usaha (Rp) pengelolaan usaha terutama yang TFC = Biaya tetap total (Rp) berkaitan dengan bagaimana TVC = Biaya variabel total (Rp)
Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016
b. Pendapatan Kotor P= (B-S) ÷ N Merujuk pada kajian Soekartawi Keterangan: (2003), maka persamaan yang P = Nilai penyusutan (Rp) digunakan untuk menghitung B = Nilai beli alat (Rp) pendapatan kotor pada analisis S = Nilai sisa (20% dari nilai beli alat pendapatan usaha kerajinan rotan (Rp)) adalah: N = Umur ekonomis aset (modal) TR= Y x Py Keterangan: e. Efisiensi Usaha TR = Penerimaan pengrajin rotan Analisis efisiensi usaha (Rp) digunakan kriteria Return Cost Ratio Y = Total penjualan pengrajin rotan (RCR), yaitu merupakan (unit (Rp)) perbandingan antara besarnya Py = Harga produksi kerajinan rotan penerimaan dengan total biaya yang (Rp) dikeluarkan dalam usaha tersebut. Sebagaimana disampaikan c. Pendapatan Bersih Soekartawi (1995), maka formula Pendapatan bersih usaha yang digunakan untuk menghitung adalah selisih antara penerimaan yang RCR adalah: diperoleh dari usaha dengan semua RCR = TR / TC biaya untuk mengusahakan usaha. Keterangan: Berdasarkan uraian Soekartawi RCR = Return Cost Ratio (2003), maka formula yang dipakai dalam mengukur keuntungan bersih HASIL DAN PEMBAHASAN pengrajin rotan yaitu: 1. Analisis Biaya Usaha Kerajinan π = TR - TC Rotan π = (Y x Py) – (TVC + TFC) a. Biaya Produksi Keterangan: Rotan dapat terus bergerak π = Keuntungan pengrajin rotan sebagai salah satu bidang usaha (Rp) kerajinan di Desa Buluh Rampai Y = Total penjualan produksi dengan ditopang oleh ketersediaan kerajinan rotan (unit) bahan baku untuk kelancaran P y = Harga produksi kerajinan operasional usahanya. Yang rotan (Rp / unit) dimaksud dengan biaya produksi itu TVC = Total biaya tidak tetap (Rp) sendiri adalah sejumlah biaya yang TFC = Total biaya tetap (Rp) harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk kerajinan. d. Penyusutan Alat Biaya produksi dalam penelitian Modal sebagai elemen utama ini meliputi Biaya Tetap (Fixed dari kegiatan produksi mengalami Cost) dan Biaya Tidak Tetap penyusutan dalam satu periode. (Variable Cost). Biaya produksi yang Menurut Ibrahim (2003), untuk dilakukan pengrajin rotan selama 1 menghitung biaya penyusutan tahun sebesar Rp85.503.295. Secara peralatan digunakan metode garis rinci biaya produksi yang digunakan lurus (Straight Line Method) dengan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut : rumus:
Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016
pendapatan kotor yang diperoleh Biaya/Bulan Biaya/Tahun No Biaya Produksi (Rp) (Rp) pengrajin dalam sebulan sebesar Rp157.200.000/tahun. Besarnya 1 Biaya Variabel pendapatan pengrajin tergantung pada Biaya Bahan baku 6.572.381 78.868.571 jumlah produksi dan harga kerajinan. Biaya Penolong 413.333 4.960.000 Tingginya pendapatan kotor Listrik 130.952 1.571.428 pengrajin tergantung pada produksi Total Biaya Variabel 7.116.666 85.399.999 dan harga jual kerajinan 2 Biaya Tetap b. Pendapatan Bersih Biaya Penyusutan alat - 117.210 Penerimaan atau pendapatan Total Fixed Cost (TFC) 85.517.209 bersih usaha yang dimaksud dalam Berdasarkan Tabel 10 penelitian ini adalah selisih antara menunjukkan bahwa dikeluarkan penerimaan dan pengeluaran usaha pengrajin rotan pada produksi selama dalam jangka waktu tertentu. Rataan satu tahun sebesar Rp85.517.209 yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. pendapatan bersih pengrajin rotan Biaya variabel yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 12. No Uraian Per Tahun (Rp) pengrajin sebesar Rp85.399.999 yang terdiri dari biaya bahan baku sebesar 1 Pendapatan rata-rata 157.200.000
Rp78.868.571, biaya penolong sebesar 2 Total Biaya rata-rata 85.517.209
Rp4.960.000/tahun dan biaya listrik Pendapatan Bersih 71.682.791 sebesarRp1.571.424/tahun. Pada Tabel 12 menunjukkan Sedangkan biaya tetap yang bahwa total Pendapatan kotor pengrajin dikeluarkan dalam satu tahun sebesar rotan adalah Rp157.200.000/tahun, Rp117.210 yang terdiri dari biaya setelah dipotong dengan biaya produksi penyusutan. Komponen biaya terbesar sebesar Rp85.517.209/tahun diperoleh yaitu bahan baku sebesar pendapatan bersih pengrajin rotan Rp6.572.381/bulan sehingga total biaya sebesar Rp71.682.791/tahun. bahan baku/tahun menjadi Rp78.868.571. Sedangkan biaya terendah c. Pemasaran yaitu biaya penyusutan alat sebesar Pemasaran merupakan Rp116.315/tahun kegiatan yang bertujuan untuk menyalurkan produk yang dihasilkan Pendapatan kotor merupakan oleh produsen hingga sampai hasil perkalian antara hasil produksi kekonsumen. Dalam usaha dengan harga barang atau nilai jual memperlancar arus produk dari produk yang dihasilkan. Untuk lebih produsen ke konsumen maka salah jelasnya rata-rata besarnya satu faktor penting yang perlu pendapatan kotor yang diperoleh diperhatikan adalah pemilihan saluran pengrajin dalam satu bulan dapat pemasaran yang efektif dan efisien. dilihat pada Tabel 11 berikut: Salah satu unsur dalam No Uraian Per Bulan Per Tahun pemasaran kerajinan adalah saluran 1 Produksi Kerajinan (Unit) 131 1.572 pemasaran yang merupakan perantara 2 Harga Kerajinan (Rp) 100.000 100.000 bagi produsen untuk menyampaikan produknya kepada konsumen. Penerimaan (Rp) 13.100.000 157.200.000 Dengan tidak adanya saluran Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan pemasaran, konsumen akan kesulitan bahwa produksi rata-rata kerajinan mendapatkan barang yang rotan sebesar 1.572 unit/tahun dengan dibutuhkannya, ataupun pengusaha harga Rp100.000/unit. Jumlah Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016 kerajinan akan menghadapi kesulitan diperoleh pengrajin rotan sebesar untuk menyampaikan produknya Rp157.200.000/tahun, sehingga dapat kepada konsumen. diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp71.682.791/tahun. Saluran Saluran pemasaran dalam pemasaran dalam usaha kerajinan usaha kerajinan rotan di Desa Buluh rotan di Desa Buluh Rampai hanya Rampai hanya terdapat dua tingkat terdapat dua tingkat saluran. Saluran saluran : pemasaran pertama merupakan 1. Saluran pemasaran I saluran pemasaran dimana Pengrajin merupakan saluran pemasaran Rotan langsung menjual kepada dimana Pengrajin Rotan langsung konsumen tanpa ada perantara menjual kepada konsumen tanpa ada sedangkan saluran pemasaran II perantara. Saluran pemasaran ini, merupakan saluran yang melibatkan konsumen yaitu orang yang langsung pedagang pengumpul dan pedagang datang ke rumah untuk melakukan pengencer dalam memasarkan pembelian. kerajinan rotan kekonsumen. 2. Saluran Pemasaran II Saluran pemasaran I 2. Nilai Return Cost Ratio (RCR) merupakan saluran pemasaran dimana usaha kerajinan rotan yaitu sebesar Pengrajin Rotan langsung menjual 1,83, bahwa usaha kerajinan rotan di kepada konsumen tanpa ada Desa Buluh Rampai Kecamatan perantara. Saluran pemasaran ini, Seberida kabupaten Indragiri Hulu konsumen yaitu orang yang langsung efisien secara ekonomi dan layak datang ke rumah untuk melakukan untuk diteruskan dan dikembangkan. pembelian. Saran 1.Diharapkan bagi pengrajin untuk d. Efisiensi Usaha terus mengembangkan usaha Analisis RCR merupakan kerajinan rotan karena seperti hasil perbandingan penerimaan dengan penelitian, usaha kerajinan rotan biaya yang dikeluarkan. Biaya dalam mempunyai potensi untuk terus hal ini termasuk biaya tetap dan biaya dikembangkan. variabel. Untuk melihat nilai RCR 2.Bagi pemerintah terkait senantiasa usaha kerajinan rotan dapat dijelaskan memberikan bimbingan dan dibawah ini : dukungan dengan memberikan RCR = Pendapatan Kotor (Rp) bantuan modal dengan kredit yang Biaya Produksi (Rp) ringan dan memperkenalkan bahwa = Rp157.200.000 Kabupaten Indragiri Hulu merupakan Rp85.517.209 daerah penghasil kerajinan rotan = 1.83 sehingga usaha dapat di teruskan dan KESIMPULAN DAN SARAN dikembangkan dalam skala yang lebih besar. Kesimpulan 3.Perlunya mensosialisasikan 1. 1. Total biaya produksi usaha keberadaan industri kerajinan rotan kerajinan rotan dalam setahun di Desa ini dengan menekankan kepada Buluh Rampai Kecamatan Seberida keunggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Indragiri Hulu adalah industri tersebut yaitu kualitas dari sebesar Rp85.517.209. Dengan total bahan baku produksi produksi sebesar 1.572 unit/tahun, jumlah pendapatan kotor yang Jom Faperta Vol.3 No.2 Oktober 2016 DAFTAR PUSTAKA Usahatani. BPFE UGM. Agung Rai, I Gusti. 2011. Audit Yogyakarta. Kinerja Pada Sektor Publik. Hafitz, A. 2010. Strategi Jakarta: Grafindo Pengembangan Anonim. 2013. Produksi dan Faktor Agroindustri Aren (Arenga Produksi. http //www pinnata) di Kabupaten .gerbang ilmu. Rokan Hulu Provinsi Riau. com/2013/12/pengertian- Skripsi Mahasiswa Agrobisnis produksi-dan-faktor- Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak Dipublikasikan). produksi.html. Diakses pada tanggal 24 November 201 Hanafie, R. 2010. Pengantar Anonim. 2014.Faktor-Faktor Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Andi. Produksi atau Sumber Daya Hasibuan, N. 2004. Ekonomi Manusia. http://www.gerbangilmu.com/ Industri. LP3ES. Jakarta. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. 2014/07/faktor-faktor- produksi-atau-sumber- Penebar Swadaya. Jakarta. Husein, E.S.2013. Analisis daya.html. Diakses pada tanggal 24 November 2014 Kerajinan Rotan di Baharuddin dan Taskirawati, I. 2009. Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Skripsi Hasil Hutan Bukan Kayu. Universitas Hasanuddin. Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Riau. Makasar Basu Swastha dan Irawan. 1997. diPekanbaru. (Tidak Dipublikasikan) Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Hutagalung, D.J. Analisis Biaya Yogyakarta. Furniture Rotan:Studi Boediono, 1984. Ekonomi Mikro Kasus di CV. Chandra Rattan Cirebon, Jawa Seri Sipnosis Pengantar Barat. Jurnal Penelitian. Ilmu Ekonomi, BPFE. Yogyakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Damayanti dan Kalima. 2007. Atlas Rotan Indonesia. Jilid I. Jakarta. Pusat Penelitian dan Iswardono, P. 2004. Analisis Pengembangan Kehutanan. Efisiensi Industri Perbankan Bogor. di Indonesia (Studi kasus Firdaus, A. 2011. Analisis Tingkat Bank Devisa di Indonesia Pendapatan Dan Pola Tahun 1991-1196). Jurnal Konsumsi Masyarakat Yang Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 15 No. 1. Pp 1- Bermukim Di Sekitar 13. Perkebunan Kelapa Sawit Milik Pt.Inecda Plantation. Januminro. 2000. Rotan Indonesia : Skripsi Mahasiswa Agrobisnis Potensi, Budaya, Universitas Riau. Pekanbaru. Pemungutan Pengolahan (Tidak Dipublikasikan). Kotler, P. 1981. Manajemen Hadisapoetro, S. 1973. Biaya dan Pemasaran Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Pendapatan dalam