Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Icha Rhahmawati1, Rano Indradi Sudra2


STIKes Mitra Husada Karanganyar1,2
icha.athena17@gmail.com, rano.indradi@gmail.com

ABSTRACT
Based on the results of preliminary surveys of 10 medical records of inpatients with the main diagnosis of Diabetes
Mellitus (DM)Type 2 Quarter I of 2016, there are two main inaccurate diagnosis codes. The existence of several
types of DM and various types of complications DM can be a factor of the cause of the occurrence of errors in
code selection. The purpose of this research was to determine the accuracy of the main diagnosis code Diabetes
Mellitus Type 2. The type of research used is descriptive, with a retrospective approach. Population is a medical
record document of inpatients with the main diagnosis of Diabetes Melllitus Type 2 Quarter I of 2016 with a
sample size of 53 documents with sampling technique using systematic sampling. The research instrument uses
checklists and questionnaires, data collection with observation and unstructured interviews. Data processing
techniques are collecting, editing, classification, tabulation, presentation of data. Data analysis using descriptive
analysis. The results showed that the main diagnosis code of Diabetes Mellitus Type 2 was accurate as much as 40
(75.5%) and 13 (24.5%) inaccurate. The conclusion of this research is the percentage of accurate code higher than
the inaccurate code. The presence of inaccurate code is caused because the coder is less thorough in reviewing
supporting information and there is a doctor’s writing that is less clearly legible. Suggested coder more thorough in
reviewing supporting information. SPO improvements are required regarding the addition of “review of supporting
information” as an important step in the coding process. It is hoped that doctors always fill the main diagnosis
completely and clearly according to ICD-10 in order not to erroneously read by the coder and other health personnel.
Keywords : Accuracy, Main Diagnosis Code, Diabetes Mellitus Type 2, ICD – 10

ABSTRAK
Berdasarkan hasil survai pendahuluan terhadap 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis utama
Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Triwulan I Tahun 2016, terdapat 2 kode diagnosis utama yang tidak akurat. Adanya
beberapa tipe DM dan berbagai jenis komplikasiDM dapat menjadi faktor peluang penyebab terjadinya kesalahan
pemilihan kode. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keakuratan kode diagnosis utama Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan retrospektif. Populasi adalah dokumen rekam
medis pasien rawat inap dengan diagnosis utama Diabetes Melllitus Tipe 2 Triwulan I tahun 2016dengan besar
sampel sebanyak 53 dokumen dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling sistematis. Instrumen
penelitian menggunakan checklist dan daftar pertanyaan, pengumpulan data dengan observasi dan wawancara
tidak terstruktur. Teknik pengolahan data yaitu collecting, editing, classification, tabulasi, penyajian data. Analisis
data menggunakan analisis deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan kode diagnosis utama Diabetes Mellitus Tipe
2 yang akurat sebanyak 40 (75,5%) dan yang tidak akurat sebanyak 13 (24,5%). Simpulan penelitian ini adalah
persentase kode akurat lebih tinggi dari kode tidak akurat. Ketidakakuratan kode disebabkan karena coder kurang
teliti dalam mereview informasi penunjang dari diagnosis pasien. Adanya penulisan diagnosis utama yang kurang
jelas terbaca juga menjadi penyebab ketidakakuratan kode. Disarankan coder lebih teliti dalam mereview informasi
penunjang. Diperlukan perbaikan SPO terkait penambahan “review informasi penunjang” sebagai langkah penting
dalam proses pengodean. Diharapkan dokter selalu mengisi diagnosis utama secara lengkap dan jelas sesuai ICD-10
agar tidak terjadi salah baca oleh coder dan tenaga kesehatan yang lain.
Kata Kunci : Keakuratan, Kode Diagnosis Utama, Diabetes Mellitus Tipe 2, ICD – 10

129 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 129
PENDAHULUAN yaitu sebanyak 831 kasus. Sebagian besar pasien
rawat inap dengan diagnosis DMmerupakan pasien
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55
DMTipe 2.Selaras dengan hal tersebut, berdasarkan
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam
review pada 10 dokumen rekam medis pasien (DRM)
Medis pada pasal 13, bahwa dalam melaksanakan
rawat inap dengan diagnosis utama DM tipe 2, masih
pekerjaannya perekam medis mempunyai kewenangan
sesuai dengan kualifikasi pendidikannya, sala h dijumpai 2 kode diagnosis utama yang tidak akurat.
Ketidakakuratan disebabkan karena kesalahan dalam
satu kewenangan tersebut yaitu perekam medis
pemilihan kode karakter keempat yaitu pada DRM
melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi
pasien dengan diagnosis utama DM tipe 2 disertai
penyakit yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan
komplikasi ulkus yang seharusnya terkode E11.5 namun
medis sesuai terminologi medis yang benar.
pada lembar masuk dan keluar terkode E11.9, serta pada
Menurut DepKesRI (2006), pemberian kode adalah
DRM pasien dengan diagnosis utama DM tipe 2 disertai
pemberian penetapan kode dengan menggunakan
komplikasi neuropati yang seharusnya terkode E11.4
huruf atau angka atau kombinasi huruf dan angka yang
namun pada lembar masuk dan keluar terkode E11.9.
mewakili komponen data. Dalam pemberian kode,
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keakuratan kode
coder harus memperhatikan informasi penunjang
diagnosis utama Diabetes Mellitus Tipe 2.
seperti gejala, pengobatan serta tindakan medis yang
mengarah ke pernyataan diagnosis dan prosedur yang
kurang lengkap untuk menghasilkan informasi tambahan
METODE PENELITIAN
tentang diagnosis dan tindakan yang ditulis dokter
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
sehingga dapat menghasilkan kode yang akurat. (Kasim
pendekatan retrospektif. Populasi adalah dokumen
dan Erkadius, 2014)
rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis
Menurut Martanto (2013), Indonesia merupakan Diabetes Mellitus tipe 2 triwulan Itahun 2016 di Rumah
salah satu negara berkembang yang sudah mengalami Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar dengan besar
epidemiologi diabetes. Diabetes atau yang biasa dikenal sampel 53 dokumen.Teknik pengambilan sampel yaitu
dengan Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu menggunakan teknik sampling sistematik dengan
penyakit gangguan metabolik menahun yang ditandai metode 1 dalam k. Instrumen yang digunakan adalah
oleh kadar glukosa darah yang melebihi normal. checklist dan daftar pertanyaan.Cara pengumpulan data
DM dikenal juga sebagai sillent killer karena sering dilakukan dengan observasi dan wawancara.Analisis
tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui data secara deskriptif.
pasien sudah mengalami komplikasi. WHO (2009)
memperkirakan kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari tahun 2000 akan naik 2 – 3 kali lipat HASIL PENELITIAN
pada tahun 2030 yaitu 8,4 juta menjadi sekitar 21,3 juta 1. Gambaran Umum Rumah Sakit
pada tahun 2030. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar
Berdasarkan hasil survai pendahuluan, diketahui bahwa merupakan rumah sakit yang didirikan oleh
pada tahun 2016 penyakit DM masuk dalam daftar P impinan P us at M uhammadiyahK abupaten
10 besar penyakit pasien rawat inap urutan keempat Karanganyar. Rumah sakit yang memiliki luas
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar tanah 20.396 m2 ini berlokasi di Jl. Papahan,
Tasikmadu Karanganyar.

130 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 130
Pada tahun 1989, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sedangkan untuk pelayanan penunjang medik
Karanganyar awal dirintis merupakan rumah berupa laboratorium 24 jam, instalasi farmasi
bersalin, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan 24 jam, radiologi (USG, ECG, CT Scan, HSG,
kesehatan dan kepercayaan masyarakat maka Colposcopy), medical check up, pelayanan
dibukalah Balai Pengobatan PKU Muhammadiyah fisioterapi, BPJS, Rupti Jenazah, Ambulance
Karanganyar. Karena peningkatan jumlah pasien Jenazah, Ambulan Antar Jemput Pasien dan
dan kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi, Kunjungan Rumah Setelah Operasi.
maka pada tanggal 10 Mei 1995 dibangunlah rumah
Untuk pelayanan rawat inap memiliki 8 ruang
sakit yang kemudian statusnya berubah dari RB/
kelas perawatan (VVIP, VIP A, VIP B, Utama,
BP menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
ICU, Kelas I, Kelas II, Kelas III) dengan jumlah
Karanganyar.
158 tempat tidur yang terbagi dalam 12 bangsal
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar yaitu Zhukruf, Zahara, Zahara Utama, Shofa, Shofa
telah memiliki sertifikat akreditasi penuh 5 Utama, Roudhoh Utama, Marwah, Mina, Annisa,
POKJA dan berstatus kelas C dengan nomor Arofah, ICU dan Perinatologi.
HK.03.05/I/525/12. Sedangkan prestasi terbaru
yang berhasil dicapai oleh Rumah Sakit PKU
2. Tata Cara Pengodean Diagnosis Utama Diabetes
Muhammadiyah Karanganyar yaitu pada tanggal
Mellitus Tipe 2 Pada Dokumen Rekam Medis
19 sampai 21 Desember 2016 telah melaksanakan
Pasien Rawat Inap
akreditasi dan lulus paripurna.
Pelaksanaan pengodean di Rumah Sakit PKU
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar
Muhammadiyah Karanganyar sudah dilakukan
memiliki berbagai macam pelayanan.Pelayanan di
oleh coder dengan pendidikan D3 Rekam Medis.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar
Dalam melaksanakan pengodean penyakit,coder
meliput i Pelayanan Medik dan Pelayana n
menggunakan ICD-10 Elektronik versi 2005.Coder
Penunjang Medik. Pelayanan Medik berupa :
sudah jarang menggunakan kamus ICD-10 manual.
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam ICD-10 manual hanya digunakan apabila terjadi
b. Poli Rawat Jalan mati listrik atau ketika coder berpindah komputer
1) Poli Spesialis yang tidak diinstal ICD-10 elektronik.Sedangkan
2) Spesialis Urologi untuk pelaksanaan pengodean tindakan, coder
3) Spesialis Mata masih menggunakan ICOPIM manual.
4) Spesialis Anak
Berdasarkan hasil wawancara dengan coder,
5) Spesialis Penyakit Dalam
diketahui bahwa alur prosedur dan tata cara
6) Spesialis Bedah Umum
pengodean diagnosis Diabetes Mellitusdi Rumah
7) Spesialis Orthopedi dan Traumatologi
Sakit P KU Muhammadiya h Karanganya r
8) Spesialis Syaraf
adalahsebagai berikut :
9) Spesialis THT
10) Spesialis Penyakit Paru a. Melihat diagnosis di resume dan lembar
11) Spesialis Jiwa dan ringkasan masuk keluar
12) Spesialis Radiologi b. Melihat/mereview informasi penunjang seperti
hasil laboratorium GDS, GDP dan HBA1C,

131 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 131
anamnesa dokter mengenai keluhan dan Muhammadiyah Karanganyar triwulan I tahun
riwayat penyakit pasien, dan catatan dokter 2016 terdapat 75,5% atau sebanyak 40 kode
mengenai assesment, planning serta catatan diagnosis utama yang akurat dan 24,5% atau
lain yang tertulis dalam formulir CPPT. sebanyak 13 kode diagnosis utama yang tidak
c. Melihat di ICD – 10 elektronik volume 3, akurat. Dari 13 kode diagnosis utama yang tidak
menentukan leadterm dan melihat kodenya akurat, 2 diantaranya karena kesalahan dalam
d. Mengklarifikasi kebenaran kode ke volume 1 pemilihan kode karakter ketiga dan 11 kode tidak
ICD-10 elektronik akurat lainnya karena kesalahan dalam pemilihan
e. Menulis di ringkasan masuk keluar kode karakter keempat.
f. Memasukkan kode diagnosis ke SIMRS

Pada tahun 2016, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah PEMBAHASAN


Karanganyar dalam memasukkan kode diagnosis 1. Tata Cara Pengodean Diagnosis Utama Diabetes
ke komputer masih menggunakan SIMRS versi Mellitus Tipe 2 Pasien Rawat Inap di Rumah
lama.Dalam SIMRS tersebut, pada kolom kode Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar
diagnosis utama dapat dimasukkan lebih dari satu
kode diagnosis dengan batas maksimal empat Pelaksanaan pengodean diagnosis utama Diabetes
diagnosis. Sedangkan untuk diagnosis sekunder Mellitus Tipe 2 dapat diketahui bahwa secara
dan lain – lain maksimal hanya bisa dimasukkan umum tata caranya sudah sesuai dengan Standar
satu kode diagnosis. Prosedur Operasional (SPO) di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karanganyar dengan nomor
3. Pe rsentase K eakur atan K ode Di agnosi s dokumen 05.PO.15 tentang Koding. Berikut ini
Utama Diabetes Mellitus Tipe 2 Pasien Rawat merupakan tata cara pengodean menurut SPO
Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar :
Karanganyar Triwulan I Tahun 2016 a. Tentukan Leadterm (kata kunci) dari diagnosa

Tabel 1 yang ditulis dokter


Keakuratan kode diagnosis utama Diabetes b. Lihat di ICD-X Volume 3
Mellitus Tipe 2 pasien rawat inap di Rumah Sakit
c. Setelah ketemu, untuk menentukan digit ke
PKU Muhammadiyah KaranganyarTriwulan I
Tahun 2016 4 dengan tepat pastikan kode tersebut sudah
benar dengan melihat ICD-X vol 1
Keakuratan Kode
Persentase d. Untuk berkas klaim BPJS maka buku yang
No Berdasarkan Jumlah
%
ICD-10 dipakai untuk mengkode tindakan adalah
1 Kode Akurat 40 75,5 dengan ICD-IX sedangkan untuk berkas
2 Kode Tidak Akurat 13 24,5 rekam medisnya menggunakan ICOPIM
Jumlah 53 100 e. Tentukan kata kunci nama tindakan yang
ditulis dokter
f. Lihat di ICD – X atau ICOPIM
Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase keakuratan
g. Jika nama penyakit atau tindakan tidak
kode diagnosis utama Diabetes Mellitus Tipe
ditemukan di ICD atau ICOPIM komunikasikan
2 pasien rawat inap di Rumah Sakit PKU

132 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 132
dengan dokter untuk menentukan dengan tepat a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode,
nama diagnosa atau tindakan yang dimaksud dan buka volume 3 Alphabetical Index (kamus).
Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau
Berkaitan dengan penulisan, SPO tersebut belum cedera atau kondisi lain yang terdapat pada
sesuai dengan WHO (2010) karena penulisan Bab I-XIX dan XXI (Vol. I), gunakanlah
ICD masih menggunakan angka romawi yaitu ia sebagai “lead term” untuk dimanfaatkan
ICD-X dan ICD-IX, sedangkan penulisan yang sebagai paduan menelusuri istilah yang
benar menggunakan angka arab yaitu ICD-10 dan dicari pada seksi I indeks (Volume 3).
ICD-9. Selain penulisan, terdapat satu langkah b. “Lead term” (kata kunci) untuk penyakit
penting yang belum dituliskan yaitu mereview isi dan cedera biasanya merupakan kata benda
dokumen rekam medis pasien. Runtutan proses yang memaparkan kondisi patologisnya.
pengodean bisa bervariasi antara satu fasilitas
Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata
dengan fasilitas lain. Yang penting adalah bahwa
benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan
pengodean harus selalu dimulai dari pengkajian
sebagai kata panduan.
(review) teliti rekam medis pasien. Langkah
c. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk
review dokumen rekam medis diperlukan untuk
catatan yang muncul di bawah istilah yang
mengetahuiinformasi penunjang diantaranya hasil
akan dipilih pada Volume 3.
pemeriksaan laboratorium, catatan dokter pada
d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung
formulir CPPT, dan hasil anamnesa dokter pada
( ) sesudah leadterm (kata dalam tanda kurung
formulir assesmen pasien rawat inap. Informasi
= modifier tidak akan mempengaruhi kode).
penunjang ini dapat mendukung coder dalam
Istilah lain yang ada di bawah leadterm
menentukan kode diagnosis utama secara akurat.
(dengan tanda ( - ) minus = idem = indent) dapat
Langkah review ini perlu dicantumkan dalam SPO
mempengaruhi nomor kode, sehingga semua
dikarenakan peraturan yang tertulis akan membantu
coder agar selalu disiplin dalam melakukan kata-kata diagnosis harus diperhitungkan).

prosedur pengodean sehingga dapat meningkatkan e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang
kualitas data terkode. Hal ini selaras dengan (crossreferences) dan perintah see dan seealso
penelitian Kresnowati dan Diah (2013) yang yang terdapat dalam indeks.
menyatakan bahwa kebijakan yang dituangkan f. Lihat daftar tabulasi (Volume I) untuk mencari
dalam aturan tertulis akan sangat berperan sebagai nomor kode yang paling tepat. Lihat kode 3
dasar pelaksanaan dan pedoman penyelenggaraan karakter di indeks dengan tanda minus pada
pelayanan rekam medis, sehingga pengawasan juga posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk
menjadi lebih mudah dengan adanya standar atau karakter keempat itu ada di dalam volume I
acuan yang baku. Kebijakan bisa digunakan dalam dan merupakan posisi tambahan yang tidak
rangka penjaminan kualitas penyelenggaraan ada dalam indeks (Vol. 3). Perhatikan juga
pelayanan rekam medis di rumah sakit. perintah untuk membubuhi kode tambahan

Selain itu, tata cara pengodean di Rumah Sakit (additional code) serta aturan cara penulisan
PKU Muhammadiyah Karanganyar secara umum dan pemanfaatannya dalam pengembangan
juga sudah sesuai dengan pernyataan Kasim dan indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan
Erkadius (2014) dalam 9 langkah pengodean yaitu: morbiditas dan mortalitas.

133 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 133
g. Ikuti pedoman inclusion dan exclusion pada 1) Nomor Pasien : P1
kode yang dipilih atau bagian bawah suatu bab Jenis Kelamin : Perempuan
(chapter), blok, kategori, atau sub kategori. Diagnosis : DM II NonUtama
h. Tentukan kode yang anda pilih. Obese
i. Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif Informasi penunjang :
data diagnosis yang dikode untuk pemastian a) Tipe DM : DM tipe 2
kesesuaian dengan pernyataan dokter tentang b) Komplikasi : -
diagnosis utama di berbagai lembar formulir Kode RS pada : E11.9
rekam medis lembar masuk & keluar
Kode ICD-10 : E11.9
Pengodean di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah 2) Nomor Pasien : P43
Karanganyar sudah dilaksanakan oleh coder Jenis Kelamin : Perempuan
dengan pendidikan D3 rekam medis. Hal ini Diagnosis : T2 DM +
sudah sesuai dengan PerMenKes RI Nomor 55 Utama Ulkus DM
Tahun 2013 tentang pekerjaan perekam medis Informasi penunjang :
bahwa Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi a) Tipe DM : DM tipe 2
Kesehatan mempunyai salah satu kewenangan b) Komplikasi : Ulkus DM
yaitu melaksanakan sistem klasifikasi klinis Kode RS pada : E11.5
dan kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan lembar masuk & keluar
kesehatan dan tindakan medis sesuai terminologi Kode ICD-10 : E11.5
medis yang benar.
Pada kasus pasien nomor P1 kode akurat
4. Keakuratan Kode Diagnosis Utama Diabetes dikarenakan pasien DM II Non Obese tanpa
Mellitus Tipe 2 Pasien Rawat Inap di Rumah komplikasi dikode benar yaitu E11.9.Coder
Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar melihat diagnosis utama pada formulir
resume medis serta lembar masuk dan
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kode
keluar. Kemudian coder mereview informasi
diagnosis utama Diabetes Mellitus Tipe 2 yang
penunjang seperti hasil laboratorium GDS,
akurat sebanyak 40 kode (75,5%) dan kode tidak GDP, dan catatan assesment dokter dalam
akurat sebanyak 13 kode (24,5%). formulir Catatan Perkembangan Pasien
a. Persentase kode diagnosis utama Diabetes Terintegrasi (CPPT).Menurut Hatta (2014),
Mellitus Tipe 2 yang akurat CPPT merupakan formulir yang menjelaskan
tiga hal yaitu apa yang telah terjadi dengan
Dari hasil penelitian keakuratan kode diagnosis
pasien, apa yang direncanakan untuk pasien
utama pasien rawat inap berdasarkan ICD-
dan bagaimana pasien bereaksi terhadap
10 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
terapi. Dalam metode penulisan catatan
Triwulan I Tahun 2016 terdapat 40 kode
perkembangan ditempuh 4 langkah tentang
diagnosis utama DM tipe 2 yang akurat atau
proses pengambila n keputusan secara
sesuai dengan aturan pengodean ICD-10.
sistematis yang dikenal dengan sebutan SOAP.
Berikut contoh kasus kode yang akurat :

134 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 134
Setelah coder mereview beberapa formulir 13 kode diagnosis utama yang tidak akurat
tersebut hanya tertulis DM II saja tanpa atau tidak sesuai dengan aturan pengodean
adanya komplikasi sehingga dikode E11.9. ICD-10.

P ad a kasu s pasie n no mo r P43 kod e Ketidakakuratan kode diagnosis utama DM


akurat dikarenakan DM Tipe 2 dengan dapat dikategorikan dalam beberapa hal,
komplikasi ulkus DM dikode benar yaitu antara lain :
E11.5.Berdasarkan hasil wawancara dengan
1) Kesalahan pada pemilihan blok
coder, keakuratan kode kasus tersebut
karena dalam langkah awal pengodean coder Terdapat 2 kode diagnosis utama DM
mereview informasi penunjang dalam satu yang tidak akurat dikarenakan kesalahan
episode perawatan pasien. Setelah melihat dalam pemilihan blok. Berikut contoh
informasi diagnosis utama pada resume medis kasus pengodean diagnosis utama yang
maupun lembar masuk dan keluar, coder tidak akurat pada pemilihan blok:
mereview informasi penunjang diagnosis
a. Nomor Pasien : P8
Diabetes Mellitus seperti anamnesa dokter
Jenis Kelamin : Perempuan
dan riwayat penyakit pasien pada formulir
Diagnosis : DM 2 NO dg
asesmen awal rawat inap medis bedah -
Utama
trauma, hasil laboratorium GDS dan GDP, dan
Hipoglikemia
catatan assesment dokter yang menerangkan
Informasi penunjang :
adanya ulkus DM pada formulir CPPT.
(1) Tipe DM : DM tipe 2
Langkah coder dalam mereview sudah sesuai (2) Komplikasi : Hipoglikemia
dengan Kasim dan Erkadius (2014) yang Kode RS pada : E16.2
menyatakan bahwa pengodean harus selalu
lembar masuk
dimulai dari pengkajian (review) teliti rekam
& keluar
medis pasien. Selain itu, apabila terdapat
Kode ICD-10 : E11.6
tulisan dokter yang kurang jelas, coder
juga mengkomunikasikan kepada Dokter
2) Kesalahan pada pemilihan kode karakter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk
keempat
memperoleh kejelasan diagnosis yang tertera
pada Lembar Masuk dan Keluar maupun Terdapat 11 kode diagnosis utama DM
Resume Medis. tipe 2 yang tidak akurat dikarenakan
kesalaha n dala m pemiliha n kode
b. Persentase kode diagnosis utama Diabetes karakter keempat. Berikut contoh kasus
Mellitus Tipe 2 yang tidak akurat pengodean diagnosis utama yang tidak
akurat pada kode karakter keempat :
Dari hasil penelitian keakuratan kode diagnosis
utama pasien rawat inap berdasarkan ICD- a. Nomor Pasien : P50
10 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Jenis Kelamin : Perempuan
Karanganyar Triwulan I Tahun 2016 terdapat Diagnosis : T2 DM

135 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 135
Utama kolom diagnosis utama dokter hanya
Informasi penunjang : menuliskan hipoglikemia karena DM
(1) Tipe DM : DM tipe 2 belum bisa ditegakkan sehingga coder
(2) Komplikasi : Neuropati DM hanya mengode E16.2. Pada saat pasien
Kode RS pada : E11.9 kembali untuk kontrol sudah dapat
lembar masuk ditegakkan bahwa pasien menderita DM
& keluar Tipe 2.Dokter kemudian menambahkan
Kode ICD-10 : E11.4 tulisan DM Tipe 2 pada kolom diagnosis
utama yang sebelumnya hanya tertulis
Pada kasus pasien nomor P8 di atas hipoglikemia saja.Sehingga dalam hal ini
dapat diketahui bahw a kode tidak coder rawat inap kadang tidak mengetahui
akurat dikarenakan adanya DM tipe penambahan diagnosis tersebut sehingga
2 dengan komplikasi hipoglikemia tidak dilakukan pembetulan kesalahan
yang seharusnya dikode E11.6 namun kode pada dokumen rekam medis.
pada kasus di atas dikode E16.2. Kode
Pada kasus pasien nomor P50, dalam
E16.2 merupakan kode diagnosis
resume medis dan ringkasan masuk
hypoglycaemia, unspecified yang terletak
keluar pasien tertulis diagnosis utama
pada kategori blok kode E15-E16
T 2 DM. C od e r m e n ul i sk a n E 11. 9
Other disorder of glucose regulation
dalam kolom kode diagnosis utama
and pancreatic internal secretion.
karena dalam dua formulir tersebut tidak
Sedangkan pada kasus tersebut sudah
terdapat keterangan adanya komplikasi.
terdapat keterangan bahwa hipoglikemia
Setelah dilakukan review oleh peneliti,
terjadi pada penderita DM tipe 2. Maka
pada kolom catatan A atau Assesment
seharusnya kasus tersebut masuk dalam
pada formulir CPPT tertulis neuropati
kategori blok E10-E14 Diabetes Mellitus,
DM sejak pasien masuk hingga pasien
lebih tepatnya dikode E11.6 karena
keluar rumah sakit. Selain itu, pada kolom
terdapat keterangan DM Tipe 2 dengan
Plan (P) terdapat keterangan rencana
komplikasi hipoglikemia. Dipilihnya
pengobatan/terapi yang diberikan kepada
kode E11.6 dikarenakan komplikasi DM
pasien yaitu pemberian obat Kalmeco
tipe 2 sudah jelas disebutkan/ terspesifik
dan Lapibal . Kalmeco dan Lapiba l
yaitu hipoglikemia, namun komplikasi
merupakan obat yang mengandung
hipoglikemia tanpa koma tidak termasuk
Mecobalamin yang fungsinya untuk
dalam kategori .0 - .5 sehingga masuk
m e mp e r ba ik i p e ng a r u h ne g a t i f
dalam kategori komplikasi .6 with other
metabolisme asam nukleat dan protein
specified complication.
yang terdapat di dalam jaringan saraf
Berdasarkan hasil wawancara dengan dan juga untuk memperbaiki gangguan
coder, kesalahan pengodean tersebut saraf negatif dan motoris.Kalmeco dan
disebabkan karena pada awalnya dalam Lapibal digunakan untuk pengobatan

136 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 136
neuropati diabetik dan neuropati perifer. Karanga nyar dalam mel aksana kan
Berdasarkan informasi pada formulir pengodean terdapat peraturan yang
CPPT tersebut, dapat diketahui bahwa disepakati bersama yaitu apabila jenis DM
perawatan dan pengobatan mengacu tidak dituliskan dokter dalam ringkasan
kepada pasien DM t ipe 2 dengan masuk keluar atau resume medis, maka
komplikasi neuropati.Sehingga kode coder dapat mengasumsikan bahwa DM
diagnosis utama pada kasus tersebut tersebut tipe 2 sehingga dapat dikode
seharusnya dikode E11.4 bukan E11.9. E11.-. Hal ini dikarenakan dari kasus
DM yang terjadi di Rumah Sakit PKU
Ketidakakuratan kasus pasien nomor P50
Muhammadiyah Karanganyar, terbanyak
dikarenakan coder kurang teliti dalam
mengacu pada DM Tipe 2, sedangkan
mereview dokumen rekam medis pasien.
DM tipe 1 maupun tipe lain sangat jarang
Dalam kasus tersebut coder mengode
ditemui. Berdasarkan pengalaman yang
sesuai tulisan diagnosis utama pada
pernah ditemui coder, dari 20 kasus
resume medis dan lembar masuk keluar
DM yang ada, hanya terdapat 1 kasus
saja tanpa mereview catatan assesment
Diabetes Mellitus Tipe 1 sedangkan
dan terapi/pengobatan yang diberikan
19 kasus lainnya merupakan Diabetes
kepada pasien yang tercatat pada formulir
Mellitus Tipe 2. Dalam operasionalnya,
CPPT. Hal ini belum sesuai dengan
tidak ada peraturan resmi/ tertulis yang
teori Scoot (2007) dalam buku Health
mengatur tentang kesepakatan ini.Namun
Information Management Technology
meskipun tidak ada peraturan resmi yang
yang menyatakan bahwa “The coder
dibuat oleh rumah sakit, sudah diadakan
must review the contents of the record
pertemuan antara dokter dengan kepala
to determine the patient’s condition and
rekam medis terkait dengan penentuan
the treatment and care he or she received.
diagnosis DM Tipe 2.Melalui pertemuan
After the record is reviewed, the coder
tersebut, dokter memberikan penjelasan
selects the diagnoses and procedures that
kepada kepala rekam medis mengenai
need to be coded and assigns appropriate
tanda/ catatan yang biasanya ditulis
code numbers.” Hal ini berarti bahwa
dokter apabila pasien menderita DM tipe
pengkajian/ review informasi penunjang
2.Kepala rekam medis menyampaikan
pasien merupakan langkah penting yang
informasi tersebut kepada coder agar
harus dilakukan coder sebelum memilih
dapat dijadikan acuan ketika mengode.
kode diagnosis utama.Coder harus
Sehingga ketika coder mereview dan
mereview informasi penunjang pasien
menemukan tanda/ catatan tersebut
DM tipe 2 dengan lengkap sehingga tidak
pada rekam medis pasien DM, coder
ada informasi penunjang keakuratan
dapat mengidentifikasi bahwa pasien
kode yang terlewatkan.
menderita DM tipe 2 dan kemudian
Berdasarkan wawancara dengan coder, bisa mengode E11.-.Dilaksanakannya
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
pertemuan antara para dokter dan kepala

137 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 137
rekam medis merupakan salah satu dalam RL 4a Data Keadaan Morbiditas
bentuk komunikasi efekt if sebagai Pasien Rawat Inap Rumah Sakit.
upaya untuk membantu coder dalam
memilih kode diagnosis yang akurat. SIMPULAN
Hal ini sudah sesuai dengan Mandels 1. Prosedur dan tata cara pengodean diagnosis
dan Calvins (2013) yang menyatakan utama Diabetes Mellitus Tipe 2 pada dokumen
bahwa melakukan komunikasi baik rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit
antar petugas kodefikasi di Unit Kerja PKU Muhammadiyah Karanganyar Triwulan I
Rekam Medis maupun dengan dokter Tahun 2016 yaitu melihat diagnosis di resume
yang bersangkutan merupakan upaya dan lembar ringkasan masuk keluar, melihat/
untuk meningkatkan akurasi kodefikasi mereview informasi penunjang seperti hasil lab
morbiditas rawat inap dalam menunjang GDS/GDP, HbA1c, anamnesa dokter mengenai
akurasi data laporan. riwayat penyakit, dan CPPT, melihat di ICD –
Berdasarkan ha sil p e n e l it ia n 10 elektronik volume 3, menentukan leadterm
menunjukkan bahwa masih terdapat dan melihat kodenya, mengklarifikasi kebenaran
beberapa kesalahan dalampemberian kode ke volume 1 ICD-10 elektronik, menulis
kode diagnosis utama Diabetes Mellitus di ringkasan masuk keluar, memasukkan kode
Tipe 2. Hal ini akan mempengaruhi diagnosis ke SIMRS.
kegunaan rekam medis dalam aspek 2. Persentase keakuratan kode diagnosis utama
dokumentasi. Menurut DepKes (2006), Diabetes Mellitus Tipe 2 pada dokumen rekam
suatu berkas rekam medis mempunyai medis pasien rawat inap di Rumah Sakit PKU
nila i dokument as i kar ena is inya Muhammadiyah Karanganyar Triwulan I Tahun
menyangkut sumber ingatan yang harus 2016 yang akurat sebesar 75,5% sedangkan yang
didokumentasikan dan dipakai sebagai tidak akurat sebesar 24,5%
bahan pertanggung jawaban dan laporan
rumah sakit. Terkait dengan pelaporan,
DAFTAR PUSTAKA
rumah sakit memiliki dua jenis laporan
yaitu laporan internal dan eksternal.Salah Agiwahyuanto F. 2016. Upaya Pencegahan Perbedaan

satu laporan eksternal yang dilaporkan Diagnosis Klinis dan Diagnosis Asuransi

se c a r a p e r i o d i k se t i a p sa t u t a h u n Dengan Diberlakukan Program Jamina n

yaitu laporan data morbiditas pasien Kesehatan Nasional (JKN) Dalam Pelayanan

rawat inap.Apabila terdapat kesalahan BPJS Kesehatan Studi di RSUD Kota Semarang.

pemberian kode dapat menyebabkan Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, Vol 4,

jumlah data pelaporan morbidit as No. 02. Agustus2016 : 87

yang dihasilkan menjadi tidak akurat.


Anonim. 2014. Kegunaan, Manfaat Obat Apotik dan
Pelaporan tentang morbiditas pasien
Efek Samping. Diakses tanggal 4 Juni 2017.
rawat inap diatur dalam PerMenKes
http://kegunaanobat.blogspot.co.id/2016/04/
RI No. 1171/MENKES/PER/VI/2011
kegunaan-dan-manfaat-obat-lapibal-250.html
tentang Sistem Informasi Rumah Sakit

138 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 138
Bustami MS. 2011. Penjamin Mutu Pelayanan . 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
Kesehatan dan Akseptabilitasnya. Jakarta: 55 Tahun 2013. Penyelenggaraan Pekerjaan
Erlangga. Hal 75-92 Perekam Medis. Jakarta : Kemenkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. . 2014. Infodatin. SituasidanAnalisis Diabetes.


Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Jakarta :PusdatinKemenkes RI
Medis Rumah Sakit. Revisi II. Jakarta : Direktorat
Kresnowati dan Dyah. 2013. Analisis Faktor – Faktor
Jenderal Pelayanan Medik. Hal 59
Yang Mempengaruhi Akurasi Koding Diagnosis
________. 2008.Pedoman Pengendalian Diabetes dan Prosedur Rekam Medis Pada Dokumen
Mellitus dan Penyakit Metabolik. Jakarta : Rekam Medis di Rumah Sakit Kota Semarang.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang : Universitas
Menular. Hal 23 Dian Nuswantoro

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Kuntoro. 2008. Metode Sampling dan Penentuan Besar
Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa. Hal 60, 736 Sampel. Surabaya : Pustaka Melati. Hal 75 – 78

Hatta GR. 2014. Isi dan Struktur Rekam Kesehatan Lembaga Kesehatan Masyarakat Islam. 2014. Klinis
dalam : Hatta Gemala R, Editor. Pedoman Praktis 3rd Edition. Surakarta : LKMI Surakarta.
Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Hal 170-172
Pelayanan Kesehatan. Edisi Revisi 3. Jakarta:
Mandels dan Calvin. 2013. Tingkat Akurasi Kodefikasi
Universitas Indonesia. Hal 116
Morbiditas Rawat Inap Guna Menunjang
Kalbemed. 2015. Kalmeco. Diakses : 4 Juni 2017. http:// Akurasi Pelaporan Di Bagian Rekam Medis
www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/ Rumah Sakit Cahya Kawaluyan. [Karya Tulis
tabid/245/ID/4097/Kalmeco.aspx Ilmiah]. STIKES Santo Borromeus

Kariadi SH. 2009. Panduan Lengkap Untuk Diabetisi, Mansjoer A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Keluarganya, dan Profesional Medis. Bandung : Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta : Media
Penerbit Qanita PT Mizan Pustaka. Hal 21 Aesculapius FKUI. Hal 583

Kasim F dan Erkadius. 2014. Sistem Klasifikasi Utama Mahesanti. 2013. Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis
Morbiditas dan Mortalitas yang Digunakan Asthma Bronchiale Berdasarkan ICD-10 di
di Indonesia dalam : Pedoman Manajemen RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun
Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan 2013. [Karya Tulis Ilmiah]. Karanganyar :
Kesehatan. Edisi Revisi 3. Jakarta: Universitas Prodi D3 Rekam Medik STIKes Mitra Husada
Indonesia. Hal 139 – 141 Karanganyar.

Kementerian Kesehatan RI. 2008. Peraturan Menteri Martanto E. 2013. Diabetes Mellitus : Faktor Penting
Kesehatan RI No 269/MENKES/PER/III/2008. Pada Penyakit Kardiovaskular. Dalam Lily I.
Rekam Medis. Jakarta: Kemenkes RI Rilantono. Penyakit Kardiovaskular (PKV).
Jakarta : Universitas Indonesia. Hal 25

139 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 139
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus : Gangren, Ulcer, Susilowati. 2011. Analisis Akurasi Kode Diagnosis
Infeksi, Mengenal Gejala, Menanggulangi, dan Utama Kondisi Persalinan Berdasarkan ICD-10
Mencegah Komplikasi. Jakarta : Pustaka Populer Pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 01) Pasien
Obor. Hal 60 Rawat Inap Di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Kab. Wonogiri Tahun 2010. [KTI].
Nurjanah. 2015. Kelengkapan Informasi Penunjang
Karanganyar : Prodi D3 Rekam Medik STIKes
dalam Penentuan Keakuratan Kode Diagnosis
Mitra Husada Karanganyar
Utama Diabetes Mellitus Pasien Rawat inap di
RSUD Kota Madiun Tahun 2014. [Karya Tulis Tandra H. 2007. Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui
Ilmiah]. Karanganyar : Prodi D3 Rekam Medik Tentang Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka
STIKes Mitra Husada Karanganyar Utama. Hal 15 – 17

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Taufiqurochman MA. 2016. Pengantar Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Penelitian Ilmu Kesehatan. Surakarta : UNS
Medika. Hal 91 Press. Hal 9

Scout KS. 2007.Clinical Vocabularies and Classification World Health Organization. 2010. International
System. Merida L. John, PhD, RHIA (ed). Health Statistical Classification of Disease and Related
Information Management Technology Second Health Problems Tenth Revision Volume 1
Edition. Chicago, Illinos. Hal 220 Tabular List.Geneva: World Health Organization.
Hal 252-255
Semiardji. 2001. Diabetes Melitus (DM). Dalam
Simadibrata, dkk (ed). Pedoman Diagnosis dan . 2010. International Statistical Classification
Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta of Disease and Related Health Problems Tenth
: Universitas Indonesia. Hal 180 Revision Volume 2Instruction Manual. Geneva:
World Health Organization. Hal 131-136
Sudra RI. 2013. Rekam Medis. Ed. 2.Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. Hal 4.47 . 2010. International Statistical Classification
of Disease and Related Health Problems Tenth
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan
Revision Volume 3Alfabetical Index. Geneva:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
World Health Organization. Hal 200-201
Bandung : Alfabeta. Hal 95

140 Jurnal Rekam Medis,


Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 140
141 Jurnal Rekam Medis,
Keakuratan KodeISSN 1979-9551,
Diagnosis VOL.
Utama XI. NO.
Diabetes 2, OKTOBER
Mellitus ... (Icha2017
Rhahmawati dan Rano Indradi Sudra) 141

You might also like