Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th.

2014

PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG


TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG

(The effect of Potato Drying Time and The Ratio of Wheat Flour with Potato Flour on The
Quality of Potato Cookies)

Aprilia S.K.Y. Simamora1*, Ismed Suhaidi1, Era Yusraini1


1Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian USU Medan
Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan Kampus USU Medan, HP 087868031987
*e-mail : apriliasimamora124@gmail.com

Diterima 23 Januari 2014/ Disetujui 10 Juli 2014

ABSRACT
Potato consists of high moisture that has highly caused of damage effect and consist of lower starch than the other
sweetpotato. Cookies is a kind of food with a low moisture so that has a longer storage period. The aim of this research
was to find the best time of drying of potato for making potato flour and the ratio of wheat flour with potato flour on the
quality of potato cookies. This research was performed by using completely randomized design with two factors, i.e :
potato drying time (L) : (4 hours, 4,5 hours, 5 hours and 5,5 hours) and the ratio of wheat flour and potato flour (P) :
(80%:20%, 60%:40%, 40%:60% and 20%:80%). Parameters analyzed were moisture content, protein content, ash
content, volume expansion, fat content, fiber content, hedonic values of flavor and taste, score values of color and
texture. The result showed that the drying time of potato had highly significant effect on moisture content, fat content,
fiber content, hedonic values of flavor, hedonic values of taste and score values of color. The ratio of wheat flour with
potato flour had highly significant effect on moisture content, protein content, ash content, volume expansion, hedonic
values of taste, score values of color and score values of texture. Interaction of the two factors had no significant effect on
all parameters except moisture content. The drying of 4,5 hours or the ratio of wheat flour and potato flour of (80%:20%)
produced the best quality of potato cookies.

Keywords: Cookies, drying time, potato flour, quality

PENDAHULUAN Pengeringan adalah suatu metoda untuk


mengeluarkan air yang terdapat pada bahan
Kentang adalah komoditi yang pangan dengan menggunakan energi panas
mengandung karbohidrat yang rendah, mineral (Winarno, dkk., 1984). Apabila pengeringan
seperti fosfor, besi, kalsium; vitamin B,C dan dilakukan dalam waktu yang cukup lama akan
sedikit vitamin A. Kentang yang diolah juga menimbulkan perubahan warna menjadi sawo
memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi matang dan timbul aroma yang tidak enak
kesehatan karena mengandung kalori yang (Rukmana, 1997). Pemakaian tepung kentang
cukup dan kandungan kolesterol yang rendah sebesar 10-20% dari penggunaan tepung terigu
dan tidak mengandung zat kimia yang berbahaya dapat menghasilkan penampilan produk yang
bagi kesehatan tubuh (Imran, 2011). lebih baik, cita rasa yang lebih enak, dan produk
Kentang memiliki kandungan pati yang yang lebih awet (Gunawan, 2010).
lebih rendah dari ubi jalar dan ubi kayu. Rasio Cookies adalah kue yang berkadar air
amilopektin tepung kentang lebih besar dari umbi rendah, berukuran kecil, dan manis. Untuk
lainnya kecuali tepung tapioka membuat kue kering diperlukan bahan pengikat
(Wulan,dkk.,2006). Kentang kuning memiliki rasio seperti tepung dan telur, serta pelembut seperti
amilopektin yang lebih besar dari kentang merah, gula, shorthening, dan kuning telur (Suarni,
sehingga memiliki stabilitas yang lebih baik (tidak 2009). Pembuatan cookies dengan metode krim
bisa membengkak karena kemampuan menyerap baik untuk cookies yang dicetak, karena
air rendah). Semakin tinggi kandungan amilosa menghasilkan adonan yang bersifat membatasi
maka akan semakin tinggi daya serap air produk pengembangan gluten yang berlebihan (Indrasti,
tersebut. Kemampuan menyerap air lebih rendah 2004).
karena amilosa yang terkandung lebih sedikit, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sehingga tepung kentang memiliki stabilitas yang lama pengeringan yang tepat dalam pembuatan
baik. (Hidayat, 2009). tepung kentang dan mutu cookies yang

1
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

menggunakan campuran tepung terigu dan Pengamatan dan pengukuran data


tepung kentang. dilakukan dengan cara analisis terhadap
penentuan kadar air (AOAC, 1995), penentuan
kadar protein (Sudarmadji, dkk., 1989),
BAHAN DAN METODA penentuan kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1989),
penentuan daya mengembang (pengukuran
Bahan yang digunakan adalah kentang panjang dan tebal cookies sebelum dan sesudah
yang diperoleh dari pasar tradisional. Bahan pengovenan dengan jangka sorong secara
lainnya adalah tepung terigu, telur, margarin, horizontal dan vertikal), penentuan kadar lemak
shortening, baking soda, tepung gula, garam dan (AOAC, 1995), penentuan kadar serat kasar
bahan kimia untuk analisa kadar protein, kadar (Sudarmadji, dkk., 1989), uji organoleptik aroma,
lemak, dan kadar serat kasar. Alat yang rasa, warna, dan tekstur (Soekarto, 1985).
digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat
gelas untuk analisa kimia, timbangan analitik, Analisis Data
oven, dan alat-alat untuk pembuatan cookies. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Pembuatan Tepung Kentang faktorial dengan 2 faktor, yaitu lama pengeringan
Kentang dikupas, dibersihkan, dan kentang sebagai faktor I dengan 4 taraf
diiris dengan ukuran 1-2 mm. Kemudian irisan perlakuan yaitu L1 = 4 jam, L2 = 4,5 jam, L3 = 5
kentang direndam dalam larutan Natrium jam, L4 = 5,5 jam dan faktor II adalah
Metabisulfit (Na2S2O5) 500 ppm selama 45 menit perbandingan tepung terigu dan tepung kentang
dan ditiriskan. Irisan kentang dikeringkan dalam (%) terdiri dari 4 taraf, yaitu P1 = 80 : 20, P2 = 60 :
oven pada suhu 50oC selama 4 jam, 4,5 jam, 5 40, P3 = 40 : 60, dan P4 = 20 : 80. Setiap
jam, dan 5,5 jam. Kemudian dihaluskan dengan perlakuan dibuat dalam 2 ulangan.
blender dan diayak dengan ayakan ukuran 80 Data yang diperoleh dianalisis dengan
mesh. analisis ragam (ANOVA) dan perlakuan yang
memberikan pengaruh berbeda nyata atau
Pembuatan Cookies Kentang
sangat nyata dilanjutkan dengan uji Least
Gula tepung 80 g, telur 40 g, margarin 60
Significant Range (LSR).
g dan shortening 60 g diadon hingga
mengembang. Ditambahkan tepung terigu dan
tepung kentang (jumlah campuran tepung 200 g) HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan perbandingan 80:20, 60:40, 40:60 dan
20:80. Ditambahkan susu skim 30 g, baking soda Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama
0,4 g, dan garam 0,4 g. Diadon dengan tangan pengeringan kentang memberikan pengaruh
hingga kalis, kemudian dicetak lalu dipanggang terhadap parameter yang diamati seperti terlihat
dalam oven pada suhu 120oC selama 20 menit. pada Tabel 1. Perbandingan tepung terigu dan
Cookies kentang diangkat dari dalam oven dan tepung kentang memberikan pengaruh terhadap
didinginkan. Cookies kemudian dibungkus parameter yang diamati seperti yang terlihat pada
dengan kemasan aluminium foil dan disimpan Tabel 2.
selama 5 hari pada suhu ruang sebelum
dianalisa.

Tabel 1. Pengaruh lama pengeringan kentang terhadap parameter yang diamati


Lama pengeringan kentang (L)
Parameter yang diuji
L1(4 jam) L2(4,5 jam) L3(5 jam) L4(5,5 jam)
Kadar air (%) 4,06 Aa 2,53 Bb 2,33 Cc 1,57 Dd
Kadar protein (%) 12,09 Aa 12,06 Aa 12,01 Aa 12,07 Aa
Kadar abu (%) 1,03 Bb 1,04 Dd 1,09 Aa 1,01 Cc
Daya mengembang (%) 63,32 Aa 62,94 Aa 62,89 Aa 63,00 Aa
Kadar lemak (%) 29,67 Dd 30,62 Cc 37,36 Bb 38,25 Aa
Kadar serat kasar (%) 0,16 Cc 0,29 Bb 0,35 Aba 0,38 Aa
Organoleptik
Nilai hedonik aroma 2,72 Bb 3,12 Aa 2,98 Aa 2,98 Aa
Nilai hedonik rasa 2,60 Bb 3,04 Aa 2,93 Aa 2,95 Aa
Nilai skor warna 2,38 Bb 3,10 Aa 3,02 Aa 2,81 ABa
Nilai skor tekstur 2,92 Aa 2,94 Aa 2,95 Aa 2,92 Aa
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada basis yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) dengan uji LSR.

2
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

Tabel 2. Pengaruh perbandingan tepung terigu dan tepung kentang terhadap parameter yang diamati
Perbandingan tepung terigu dan tepung kentang (P)
Parameter yang diuji P1 = P2 = P3 = P4 =
80%:20% 60%:40% 40%:60% 20%:80%
Kadar air (%) 2,97 Aa 2,74 Bb 2,54 Cc 2,23 Dd
Kadar protein (%) 13,74 Aa 12,35 Bb 11,59 Cc 10,57 Dd
Kadar abu (%) 0,75 Dd 0,94 Cc 1,11 Bb 1,37 Aa
Daya mengembang (%) 64,42 Aa 63,61 Bb 62,55 Cc 61,57 Dd
Kadar lemak (%) 34,33 Aa 33,61 Aa 33,94 Aa 34,03 Aa
Kadar serat kasar (%) 0,26 Ab 0,30 Aab 0,28 Ab 0,35 Aa
Organoleptik
Nilai hedonik aroma 3,06 Aa 3,01 Aab 2,88 Abc 2,85 Ac
Nilai hedonik rasa 3,19 Aa 2,89 ABb 2,67 Bb 2,77 Bb
Nilai skor warna 3,25 Aa 2,75 Ab 2,65 Ab 2,66 Ab
Nilai skor tekstur 2,20 Dd 2,89 Cc 3,13 Bb 3,51 Aa
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada basis yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) dengan uji LSR.

Kadar Air disebabkan jumlah air yang menguap lebih besar


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ketika waktu pengeringan semakin lama,
interaksi lama pengeringan kentang dan sehingga kadar air berkurang (Asgar, dkk., 2010).
perbandingan tepung terigu dan tepung kentang Semakin banyak penggunaan tepung kentang
memberikan pengaruh yang berbeda sangat kadar air cookies kentang menurun. Kadar
nyata (P<0,01) terhadap cookies kentang yang amilosa yang terkandung pada tepung kentang
dihasilkan. Semakin lama pengeringan kentang lebih rendah dari tepung terigu. Semakin tinggi
dan semakin banyak penggunaan tepung kandungan amilosa maka semakin tinggi daya
kentang maka kadar air cookies kentang akan serap air (Hidayat, 2009).
semakin menurun (Gambar 1). Penurunan ini

Gambar 1. Hubungan interaksi lama pengeringan kentang dan perbandingan tepung terigu dan tepung
kentang terhadap kadar air cookies kentang

Kadar Protein terigu maka semakin rendah kadar protein


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa cookies kentang (Gambar 2). Hal ini disebabkan
perbandingan tepung terigu dan tepung kentang tepung terigu mengandung gluten yang
memberikan pengaruh yang berbeda sangat menentukan kadar protein tepung terigu
nyata (P<0,01) terhadap cookies kentang yang (Bogasari, 2009).
dihasilkan. Semakin rendah penggunaan tepung

3
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

Gambar 2. Hubungan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang dengan kadar protein cookies
kentang

Kadar Abu cookies kentang akan semakin meningkat


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa (Gambar 3). Hal ini disebabkan tepung kentang
perbandingan tepung terigu dan tepung kentang mengandung mineral yang lebih tinggi daripada
memberikan pengaruh yang berbeda sangat tepung terigu. Kandungan mineral tpeung
nyata (P<0,01) terhadap kadar abu cookies kentang 1% (Nio, 1992) dan kandungan mineral
kentang yang dihasilkan. Semakin bertambah tepung terigu 0,64% (Bogasari, 2009).
penggunaan tepung kentang maka kadar abu

Gambar 3. Hubungan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang dengan kadar abu cookies kentang

Daya Mengembang penggunaan tepung terigu dan semakin banyak


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa penggunaan tepung kentang maka daya
perbandingan tepung terigu dan tepung kentang mengembang semakin menurun (Gambar 4). Hal
memberikan pengaruh yang berbeda sangat ini disebabkan semakin menurun gluten,
nyata (P<0,01) terhadap daya mengembang kemampuan mengikat gas semakin rendah
cookies kentang yang dihasilkan. Semakin sedikit (Fennema, 1996).

4
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

Gambar 4. Hubungan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang dengan daya mengembang cookies
kentang

Kadar Lemak dihasilkan. Semakin lama pengeringan kentang,


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa kadar lemak akan semakin tinggi (Gambar 5).
lama pengeringan kentang memberikan Bila makanan kehilangan air maka lemak yang
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) merupakan komponen zat nutrisi akan meningkat
terhadap kadar lemak cookies kentang yang (Susti, 2011).

Gambar 5. Hubungan lama pengeringan kentang dengan kadar lemak cookies kentang

Kadar Serat Kasar Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa perbandingan tepung terigu dan tepung kentang
pengaruh lama pengeringan kentang memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05)
memberikan pengaruh yang berbeda sangat terhadap kadar serat kasar cookies kentang.
nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar Semakin banyak jumlah tepung kentang yang
cookies kentang yang dihasilkan. Semakin lama ditambahkan pada cookies maka kadar serat
pengeringan kentang maka semakin tinggi kadar kasar akan semakin meningkat (Gambar 7). Hal
serat kasar cookies kentang (Gambar 6). Serat ini disebabkan adanya serat pada tepung
merupakan bagian dari karbohidrat. Menurut kentang sebesar 1,7% dalam 100 g bahan
Muchtadi dan Ayustaningwarno (2010) dengan (Syamsir, 2011) sehingga semakin bertambah
mengurangi kadar airnya, bahan pangan akan jumlah tepung kentang yang digunakan pada
mengandung senyawa seperti karbohidrat, cookies akan meningkatkan kadar serat kasar
protein dan mineral yang lebih tinggi. cookies.

5
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

Gambar 6. Hubungan lama pengeringan kentang dengan kadar serat kasar cookies kentang

Gambar 7. Hubungan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang dengan kadar serat kasar cookies
kentang

Nilai Hedonik Aroma kembali. Perbedaan ini terjadi karena semakin


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa rendah kadar air tepung kentang, semakin
lama pengeringan kentang memberikan meningkat kemmapuan tepung untuk menyerap
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) lemak yang menimbulkan aroma pada cookies.
terhadap nilai hedonik aroma cookies kentang Semakin banyak lemak yang terserap bila diolah
yang dihasilkan. Dari Gambar 8 dapat dilihat pada suhu tinggi semakin besar peroksidasi yang
bahwa nilai hedonik aroma cookies kentang terbentuk selama pemanggangan.
mula-mula meningkat kemudian menurun

Gambar 8. Hubungan lama pengeringan kentang dengan nilai hedonik aroma cookies kentang

6
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

Nilai Hedonik Rasa


Dari Tabel 1 dan 2 dapat diketahui bahwa Dari Tabel 1 dan 2 dapat diketahui bahwa
lama pengeringan kentang memberikan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) memberikan pengaruh yang berbeda sangat
terhadap nilai hedonik rasa cookies kentang yang nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik rasa
dihasilkan. Semakin lama pengeringan kentang, cookies kentang yang dihasilkan. Semakin
semakin banyak jumlah air yang menguap dan banyak penggunaan tepung kentang pada
terjadi pencoklatan pada tepung yang cookies, nilai hedonik rasa cookies semakin
menghasilkan rasa pahit sehingga kesukaan menurun (Gambar 10). Penggunaan tepung
panelis terhadap rasa cookies menurun (Gambar kentang lebih dari 20% memiliki cita rasa yang
9). Pada pengeringan 4,5 jam nilai hedonik rasa hampir sama. Gunawan (2010) menyatakan
cookies yang dihasilkan tinggi karena bahwa penggunaan tepung kentang 10-20%
kemampuan tepung menyerap lemak sebagai pada pembuatan produk roti dan kue
penambah rasa (Bastin, 2010) lebih besar dari menghasilkan penampilan produk yang lebih baik
perlakuan pengeringan 5 dan 5,5 jam. dan cita rasa yang lebih enak.

Gambar 9. Hubungan lama pengeringan kentang dengan nilai hedonik rasa cookies kentang

Gambar 10. Hubungan perbadingan tepung terigu dan tepung kentang dengan nilai hedonik rasa cookies
kentang

7
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

Skor Warna
Dari Tabel 1 dan 2 dapat diketahui bahwa Dari Tabel 1 dan 2 dapat diketahui bahwa
lama pengeringan kentang memberikan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05)
terhadap nilai skor warna cookies kentang yang terhadap nilai skor warna cookies kentang yang
dihasilkan. Dari Gambar 11 dapat dilihat nilai skor dihasilkan. Semakin sedikit tepung terigu dan
warna awalnya meningkat kemudian menurun. semakin banyak jumlah tepung kentang yang
karotenoid pada kentang akan berubah selama ditambahkan maka nilai skor warna pada cookies
pengeringan (Desrosier, 2009). Adanya kentang semakin menurun (Gambar 12) karena
pemanggangan menyebabkan terjadinya reaksi warna yang dihasilkan semakin coklat. Hal ini
Maillard (reaksi pencoklatan) akibat adanya gula disebabkan warna dari tepung kentang yang
dari tepung kentang dan adanya gugus amina semakin gelap sehingga semakin banyak jumlah
(protein) dari tepung terigu (Wariyah dan tepung kentang yang digunakan cookies kentang
Andiwarsana, 2003), sehingga warna cookies yang dihasilkan semakin berwarna coklat.
yang dihasilkan semakin coklat.

Gambar 11. Hubungan lama pengeringan kentang dengan nilai skor warna cookies kentang

Gambar 12. Hubungan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang dengan nilai skor warna cookies
kentang

Skor Tekstur tekstur cookies akan semakin meningkat


Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa (Gambar 13). Hal ini disebabkan kadar
perbandingan tepung terigu dan tepung kentang amilopektin tepung kentang lebih tinggi dari
memberikan pengaruh yang berbeda sangat tepung terigu. Produk makanan yang
nyata (P<0,01) terhadap nilai skor tekstur cookies mengandung amilopektin yang tinggi akan
kentang yang dihasilkan. Semakin sedikit jumlah bersifat ringan, garing, dan renyah (Hee-Joung
tepung terigu dan semakin banyak jumlah tepung An 2005 dalam Pudjihastuti 2010).
kentang yang ditambahkan maka nilai skor

8
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

Gambar 13. Hubungan perbandingan tepung terigu dan tepung kentang dengan nilai skor tekstur cookies
kentang

KESIMPULAN Bogasari, 2009. Seputar Tepung Terigu.


www.bogasari.com (10 Desember 2012).
1. Lama pengeringan kentang memberikan
pengaruh sangat nyata pada kadar lemak, Desrosier, N.W., 2009. Teknologi Pengawetan
kadar serat kasar, nilai hedonik aroma, nilai Pangan. UI-Press, Jakarta. Penerjemah
hedonik rasa, dan nilai skor tekstur cookies M. Muljohardjo.
kentang.
2. Perbandingan tepung terigu dan tepung Fennema, O.R., 1996. Food Chemistry. Third
kentang memberikan pengaruh berbeda Edition. Marcel Dekker, New York
sangat nyata pada kadar protein, kadar abu,
Gunawan, Y., 2010. Lebih Jauh Mengenal
daya mengembang, kadar serat kasar, nilai
Tepung Kentang.
hedonik rasa, nilai skor warna, dan nilai skor
http://www.pastrynbakery.com. (10
tekstur cookies kentang.
Desember 2012).
3. Interaksi antara lama pengeringan kentang
dan perbandingan tepung terigu dan tepung Hidayat, B., 2009. Karakterisasi tepung ubi kayu
kentang memberikan pengaruh berbeda modifikasi. Jurnal Teknologi Industri dan
sangat nyata pada kadar air. Hasil Pertanian. 14:2.
4. Dari hasil penelitian diperoleh produk terbaik
pada perlakuan dengan lama pengeringan Imran, L., 2011. Pengolahan Hasil Kentang.
4,5 jam atau perbandingan tepung terigu www.epetani.deptan.go.id
80% dan tepung kentang 20%. (5 November 2012).

DAFTAR PUSTAKA Indrasti, D., 2004. Pemanfaatan tepung talas


belitung (Xanthosoma sagitifollum) dalam
Asgar, A., A. Kartasih, A. Supriyadi., H. Trisyani., pembuatan cookies. Skripsi. Institut
2010. Pengaruh Lama Penyimpanan, Pertanian Bogor. Bogor.
Suhu dan Lama Pengeringan Kentang
terhadap Kualitas Kripik Kentang Putih. Muchtadi, T.R dan F. Ayustaningwarno., 2010.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
Jakarta. Alfabeta. Bandung.

AOAC, 1995. Official Methods of Analysis of The Nio, O.K., 1992. Daftar Analisis Bahan Makanan.
Association of Analytical Chemist, Fakultas Kedokteran Universitas
Washington, D.C. Indonesia, Jakarta.

Bastin, S., 2010. Cookies. University of Kentucky Pudjihastuti. 2010. Pengembangan proses
College of Agriculture, Australia. inovatif kombinasi reaksi hidrolisis asam
dan reaksi photokimia UV untuk produksi

9
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.3 Th. 2014

pati termodifikasi dari tapioka. Tesis. Skripsi,Fakultas Sains dan Teknologi,


Universitas Diponegoro. Semarang. UIN, Jakarta.

Rukmana, R., 1997. Kentang. Budidaya dan Syamsir, E., 2011. Learn Everything about
Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Dietary Fiber. Kulinologi Indonesia. 14:2.

Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik Wariyah, C dan S. Andiwarsana., 2003.


untuk Industri Pangan dan Hasil Substitusi Gandum dengan Bekatul Beras
Pertanian. Pusbang-TEPA IPB, Bogor. pada Pembuatan Cookies Berserat
Tinggi. Universitas Wangsa Manggala.
Suarni, 2009. Prospek Pemanfaatan Tepung
Jagung untuk Kue Kering (Cookies). Balai Winarno, F.G, S. Fardiaz dan D. Fardiaz., 1984.
Penelitian Tanaman Serealia. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia,
Jakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1989.
Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan. Wulan, S.N., E.Saparianti, S.B.Widjanarko dan N.
Liberty, Yogyakarta. Kurnaeni., 2006. Modifikasi pati
sederhana dengan metode fisik, kimia,
Susti. 2011. Pengaruh proses pengeringan dan kombinasi metode fisik-kimia untuk
terhadap karakteristik kaldu nabati menghasilkan tepung pra-masak tinggi
berflavour analog daging instan dari pati resisten yang dibuat dari jagung,
kacang hijau terfermentasi. kentang dan ubi jayu. Jurnal Teknologi
Pertanian. 7:1.

10

You might also like