Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

PEMANFAATAN SIMBIOSIS BAKTERI Bacillus sp.

DAN MIKROALGA
Chlorella sp. DALAM MENURUNKAN NILAI PENCEMARAN LIMBAH
CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

MUTUALISTIC RELATIONSHIP OF BACTERIAL Bacillus sp. AND


MICROALGAE Chlorella sp. IN REDUCIY ORGANIC POLLUTANT OF
PALM OIL MILL’S EFFLUENT

Rizka Prasetyowati1, Fajar Restuhadi2 dan Yelmira Zalfiatri2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia
Rizkarpw8@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to study the mutualistic relationship of


microalgae Chlorella sp. with some variations concentration of bacteria Bacillus
sp. to reduce organic pollution of POME. This research applied a Completely
Randomized Design (CDR) with 5 treatments and 3 replication. The treatments
applied the microalgae Chlorella sp. to 800ml/l (1,7 x 106 sel/ml) of waste
pollution palm oil with variaed concentrations of bacteria Bacillus sp (0 ml/l, 0,5
ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3ml/l). Parameters observed were pH, BOD, COD, TSS and
Fat content. The data then analyzed statistically using anova and DNMRT at 5%.
The treatment chosen from the result of this research was the P4 treatment with
addition microalgae 800 ml/l (1,7 x 106 sel/ml) and concentration of bacteria
Bacillus sp. 3 ml/l (1,6 x 105 CFU/ml) showed the highest level of reduction
which had the value of BOD 91,31%, COD 76,02%, Oil 85,71%, and TSS
93,93 %.

Keyworld: Mutualistic Relationship, Bacillus sp., Chlorella sp., Palm Oil Mill’s
Effluent.

PENDAHULUAN
Industri kelapa sawit terluas sebesar 2,30 juta Ha
merupakan salah satu sektor (Direktorat Jendral Perkebunan,
agroindustri yang menjadi andalan di 2014).
Indonesia mengingat konsumsi Produksi minyak kelapa
minyak sawit dunia mencapai 26% sawit membutuhkan air dalam
dari total konsumsi minyak makan jumlah besar. Satu ton minyak kelapa
dunia (Ditjen PPHP, 2006). Luas sawit menghasilkan 2,5 ton limbah
areal kelapa sawit di Indonesia cair, yaitu berupa limbah organik
mencapai 10,9 juta Ha dengan berasal dari air kondensat rebusan
produksi 29,3 juta ton CPO 36% (150-175 kg/ton TBS), air drab
sedangkan di Riau merupakan daerah klarifikasi 60% (350-450 kg/ton
yang memiliki lahan perkebunan TBS), dan air hidrosiklon 4% (100-

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

1
150 kg/ton TBS) (Ahuat, 2005). beberapa peneliti lain. Hasil
Produksi minyak kelapa sawit penelitian tersebut telah diketahui
berkapasitas olah 60 ton tandan buah bakteri Bacillus sp. merupakan agen
segar (TBS)/jam menghasilkan biologi yang efektif dalam
limbah cair sebanyak 42 m3 menurunkan kandungan bahan
(Yuliasari et al. 2001). organik pada air limbah domestik.
Industri kelapa sawit memiliki Bakteri mengalami kesulitan
dampak negatif terhadap lingkungan dalam mendegradasi bahan organik
akibat dihasilkannya limbah cair dari karena prosesnya yang lambat dan
kegiatan pabrik. Potensi hasil membutuhkan jumlah oksigen yang
industri yang tinggi akan diikuti banyak. Kristanto (2004),
dengan potensi limbah cair yang menambahkan tingginya kandungan
besar. Limbah cair berdampak bahan organik dapat menurunkan
negatif bagi lingkungan perairan kadar oksigen sehingga dapat
karena kandungan zat organik tinggi. menghambat pertumbuhan
Pemerintah melalui organisme. Salah satu cara untuk
Kementrian Lingkungan Hidup telah membantu pertumbuhan bakteri
mengeluarkan peraturan Nomor Kep- adalah menggunakan
51/MENLH/10/1995 tentang Baku mikroorganisme fotosintetik.
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Mikroalga sebagai salah satu
Industri dan salah satunya adalah mikroorganisme fotosintetik yang
untuk industri minyak kelapa sawit. dikembangkan dalam
Peraturan tersebut mengharuskan penanggulangan limbah cair.
bahwa setiap industri kelapa sawit Mikroalga mampu menggunakan
harus mengolah air limbah sampai karbondioksida sebagai sumber
standar yang diijinkan sebelum karbon utama untuk sintesis sel baru
dibuang ke dalam badan air. dan melepaskan oksigen melalui
Salah satu teknologi untuk mekanisme fotosintesis. Limbah cair
mengolah limbah organik yang yang kaya akan hara N (Nitrat), P
relatif murah dan efektif untuk (Fosfat), C (Karbon), dan S (Sulfat)
menghilangkan bahan pencemar yang merupakan nutrisi bagi
adalah teknologi secara biologis. pertumbuhan sel mikroalga. Bakteri
Pengolahan limbah secara biologis bersama dengan mikroalga mereka
dapat dilakukan melalui pemanfaatan mampu mengatur keseimbangan
aktivitas mikroorganisme. antara oksigen terlarut dengan
Bacillus sp. merupakan karbondioksida dalam perairan.
bakteri aerob yang dapat dijumpai di Mikroalga Chlorella sp.
alam dan telah diproduksi secara dipilih sebagai sarana penanganan
komersial serta efektif sebagai agen limbah cair karena dapat tumbuh dan
biologi dalam pengolahan limbah berkembang biak pada air kotor
organik. Beberapa penelitian (Syahputra, 2002). Berdasarkan
mengenai pemanfaatan Bacillus sp. hasil penelitian Habibah (2010),
dalam menurunkan kandungan bahan menggunakan mikroalga Chlorella
organik pada air limbah domestik pyrenoidosa dengan banyak 800 ml/l
telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam limbah cair kelapa sawit dapat
diantaranya Ishartanto (2005), menurunkan bahan organik pada air
Apriadi (2008), Efrilia (2008), serta limbah kelapa sawit. Kelemahan

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

2
penelitian Habibah (2010) adalah dalam penelitian adalah bak-bak
waktu yang dibutuhkan untuk perlakuan, gelas ukur, jerigen limbah
menurunkan bahan organik relatif cair, pH meter, labu erlenmeyer,
lama yaitu sembilan hari. Oleh spektrofotometer, pipet tetes, cawan,
karena itu, dilakukan penelitian autoklaf, bunsen, jarum ose, BOD
dengan menggunakan penambahan inkubator, aerator, lampu, botol,
bakteri yang dapat membantu gelas piala, botol BOD, buret, plastik
mempercepat proses degradasi bahan hitam buret, pipet mohr, timbangan
organik. Berdasarkan uraian di atas digital, tabung reaksi, bulb, penangas
maka dilakukan penelitian dengan air, desikator, dan sebagainya.
judul Pemanfaatan Simbiosis
Bakteri Bacillus sp. dan Mikroalga Metode Penelitian
Chlorella sp. dalam Menurunkan Metode yang digunakan
Nilai Pencemaran Limbah Cair dalam penelitian ini adalah metode
Pabrik Kelapa Sawit. eksperimen dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
BAHAN DAN METODE yang terdiri dari lima perlakuan dan
Tempat dan Waktu diulang sebanyak tiga kali sehingga
Penelitian ini telah total ada 15 unit percobaan. Berikut
dilaksanakan di Laboratorium adalah perlakuan:
Analisis Hasil Pertanian Fakultas P0= Chlorella sp. 800 ml+Bacillus
Pertanian Universitas Riau dan sp. 0 ml dalam 1 l limbah cair kelapa
Laboratorium Unit Pelaksanaan sawit
Teknis Pengujian Material P1= Chlorella sp. 800 ml+Bacillus
Pekanbaru. Waktu penelitian sp. 0,5 ml dalam 1 l limbah cair
berlangsung selama lima bulan dari kelapa sawit
bulan September sampai bulan P2= Chlorella sp. 800 ml+Bacillus
Januari 2016. sp. 1 ml dalam 1 l limbah cair kelapa
sawit
Bahan dan Alat P3= Chlorella sp. 800 ml+Bacillus
Bahan yang digunakan dalam sp. 2 ml dalam 1 l limbah cair kelapa
penelitian adalah isolat Bacillus sp. sawit
P4= Chlorella sp. 800 ml+Bacillus
diperoleh dari Laboratorium
sp. 3 ml dalam 1 l limbah cair kelapa
Bioteknologi Fakultas Pertanian
sawit
Universitas Riau, kultur mikroalga
Chlorella sp. diperoleh dari Prof.
Pelaksanaan Penelitian
Dr. H. Tengku Dahril, M.Sc., limbah
Pengambilan Sampel Limbah
cair kelapa sawit diambil dari pabrik Jerigen dibersihkan bagian
kelapa sawit PTPN V Sei Galuh, dalamnya dengan cara dibilas dengan
media Nutrien Agar (NA), Nutrient menggunakan air limbah yang akan
broth (NB), akuades, alkohol 70%, diambil. Kemudian jerigen
NPK, Urea, NaOH-KI, H2SO4 pekat, dimasukkan ke dalam limbah cair
amilum, nutrient, K2Cr2O 0,025N, secara perlahan-lahan. Waktu
FAS 0,025 N, feroin, kertas saring pengambilan sampel dilakukan pada
millipore 0,45µm, larutan fisiologis jam 10.00 WIB, hal ini dilakukan
dan sebagainya. karena aktivitas pabrik sudah
Alat-alat yang digunakan berjalan.

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

3
Persiapan Isolat Mikroalga 0,5 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l dan 3 ml/l
(Chlorella sp) yang telah diketahui total
Akuades sebanyak 3500 ml jumlah sel, sedangkan pada
dan 400 ml nutrisi dahril solution, wadah I tanpa diisi Bakteri
dicampurkan dan diberi airasi hingga Bacillus sp sebagai kontrol. Diaduk
bewarna bening, setelah itu 3 kali sehari untuk setiap wadah yang
dimasukkan mikroalga Chlorella sp ditanami mikroalga Chlorella sp.
100 ml ke dalam wadah dan agar tidak terjadi pengendapan.
dihomogenkan, ditempatkan di luar Analisis kadar pencemar limbah
ruangan, ditunggu hingga 6-7 hari cair setelah diinokulasi mikroalga
hingga cairan berubah warna menjadi Chlorella sp. dan Bacillus sp.
hijau. pada hari ke-0 dan ke-7.

Persiapan isolat Bacillus sp. Analisis Data


Agar memperoleh jumlah Data yang diperoleh dari hasil
Bacillus sp. yang memadai bagi pengamatan dianalisis secara statistik
penelitian ini, maka dilakukan menggunakan Analysis of Variance
pembiakan pada media Nutrient (ANOVA). Apabila didapatkan data
Broth (NB) di erlenmeyer. F hitung lebih besar atau sama
Banyaknya media NB yang dengan F tabel, maka dilakukan uji
disiapkan adalah 200 ml. Bacillus lanjut dengan uji Duncan’s New
sp. pada media NB diinkubasi pada Multiple Range Test (DNMRT) pada
suhu ruangan selama dua hari taraf 5%.
sebelum digunakan dalam
percobaan. Perbanyakan isolat HASIL DAN PEMBAHASAN
Bacillus sp dapat dilihat pada 4.1 Karakteristik Limbah Cair
Lampiran 1. Bacillus sp. yang Kelapa Sawit
ditambahkan pada masing–masing Hasil analisis karakteristik
dilakukan perhitungan total jumlah fisika kimia limbah cair kelapa sawit
sel pada setiap perlakuan. sebelum diolah pada penelitian ini
Perhitungan jumlah sel Bacillus sp. memiliki nilai parameter TSS, BOD,
dapat dilihat pada Lampiran 2. dan COD melebihi standar baku
mutu yang ditetapkan pemerintah,
Pencampuran Bahan sedangkan pH dan minyak sudah
Limbah cair kelapa sawit sesuai dengan standar baku mutu.
terlebih Nilai TSS, BOD, dan COD yang
dahulu dianalisis nilai pH, BOD, terkandung dalam air limbah
COD, TSS, dan minyak. Wadah menggambarkan tingginya
sebanyak 15 buah diisi dengan kandungan bahan organik dalam air
limbah cair kelapa sawit masing- limbah dan rendahnya nilai oksigen
masing sebanyak 1 liter. terlarut. Karakteristik limbah cair
Mikroalga Chlorella sp. kelapa sawit secara keseluruhan
dimasukkan ke dalam masing- dapat dilihat pada Tabel 3.
masing wadah sebanyak 800 ml/l,
kemudian bakteri Bacillus sp. Tabel 3. Karakteristik limbah cair
dimasukkan ke dalam wadah II, kelapa sawit sebelum
III, IV, dan V dengan perlakuan pengolahan

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

4
No Parameter Hasil Analisa Standar Baku Mutu Satuan
Limbah
1 pH 7,77 6-9 -
2 BOD 754,90 250 mg/l
3 COD 1.920 500 mg/l
4 MINYAK 14 30 mg/l
5 TSS 3.670 300 mg/l
kebasaan yang dimiliki oleh suatu
Tabel 3 menunjukkan nilai larutan. Nilai pH merupakan hasil
karakteristik limbah cair kelapa pengukuran aktivitas ion hidrogen
sawit sebelum pengolahan memiliki dalam perairan dan menunjukkan
kandungan bahan organik tinggi. Air keseimbangan antara asam dan basa
limbah ini jika langsung dibuang ke air. Karbonat, hidroksida, dan
perairan umum berpotensi bikarbonat akan meningkatkan
menimbulkan pencemaran kebasaan air, sementara adanya
lingkungan sekitarnya, sehingga asam-asam mineral bebas dan asam
diperlukan pengolahan terlebih bikarbonat meningkatkan keasaman
dahulu untuk memenuhi standar (Effendi, 2003).
baku mutu sebelum dilepas ke
Hasil sidik ragam
perairan umum. Pengolahan limbah
menunjukkan bahwa konsentrasi
cair kelapa sawit dilakukan secara
bakteri Bacillus sp. berpengaruh
biologis dengan pemanfaatan
mikroorganisme. Pengolahan limbah nyata (P<0,05) terhadap nilai pH
cair secara biologis dipilih karena limbah cair pada hari ke-7 (Lampiran
lebih ramah lingkungan, biaya 10). Rata-rata nilai pH limbah cair
relatif murah, dan tidak yang dihasilkan dari hasil uji lanjut
memerlukan areal yang luas. dengan DNMRT pada taraf 5%
disajikan pada Tabel 4.
4.2 Derajat Keasaman
Derajat keasaman (pH) Tabel 4. Rata-rata nilai pH limbah
menyatakan tingkat keasaman atau cair kelapa sawit
No Perlakuan pH hari ke-0 pH hari ke-7
1 P0 (Bacillus sp. 0 ml) 7,77 8,54a
2 P1 (Bacillus sp. 0,5 ml) 7,77 8,61b
3 P2 (Bacillus sp. 1 ml) 7,77 8,66c
4 P3 (Bacillus sp. 2 ml) 7,77 8,67c
5 P4 (Bacillus sp. 3 ml) 7,77 8,72d
Rata-rata nilai pH hari ke-7 berkisar
Tabel 4 menunjukkan bahwa antara 8,54-8,72. Nilai pH yang
konsentrasi Bacillus sp. berpengaruh terendah pada perlakuan P0 yaitu
tidak nyata terhadap nilai pH limbah sebesar 8,54 sedangkan nilai pH
cair kelapa sawit hari ke-0, namun yang tertinggi pada perlakuan P4
konsentrasi Bacillus sp. berpengaruh yaitu sebesar 8,72. Perlakuan yang
nyata terhadap nilai pH limbah cair memenuhi standar baku mutu adalah
kelapa sawit hari ke-7. Perlakuan perlakuan yang memiliki nilai pH
P2 berbeda nyata dengan perlakuan berkisar 6,0-9,0 yaitu perlakuan P0,
P0, P1, dan P4, sedangkan tidak P1, P2, P3, dan P4.
berbeda nyata dengan perlakuan P3. Data pada Tabel 3

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

5
menunjukkan semakin tinggi OH- terakumulasi dan cenderung pH
konsentrasi bakteri Bacillus sp. yang meningkat.
ditambahkan, nilai pH limbah cair Penambahan Bacillus sp.
kelapa sawit yang dihasilkan pada dapat meningkatkan nilai pH limbah
hari ke-7 cenderung meningkat. Hal cair kelapa sawit menjadi basa.
ini disebabkan semakin banyak Hasil penelitian Apriadi (2008),
bakteri Bacillus sp. dalam menunjukkan bahwa penambahan
mendegradasi bahan organik dan Chromobacterium sp. dan tanaman
melepaskan CO2. Kemudian adanya air dalam limbah cair akan
pemanfaatan CO2 oleh mikroalga meningkatan nilai pH yang
Chlorella sp. melalui fotosintesis disebabkan adanya pemanfaatan CO2
untuk mensintesis sel baru. Semakin melalui fotosintesis. Semakin
berkurangnya CO2, maka nilai pH berkurangnya CO2, maka nilai pH
akan semakin meningkat. Pengaruh akan semakin meningkat.
konsentrasi Bacillus sp. terhadap Hasil penelitian Habibah
nilai pH hari ke-0 dan hari ke-7 dapat (2011), menunjukkan bahwa semakin
dilihat pada Gambar 8. banyak penambahan Chlorella sp.
dalam pengolahan limbah cair kelapa
Rata-rata Nilai pH

9
sawit maka nilai pH semakin
8.5 H-0 meningkat yaitu 7,8 menjadi 9,32.
8 H-7 Nilai pH yang semakin meningkat
7.5
merupakan adanya aktivitas
7
mikroalga dan bakteri mengoksidasi
0 0.5 1 2 3
bahan organik dan komponen sel dari
Konsentrasi Bacillus sp. (ml/l) bentuk komplek dan tidak larut
menjadi bentuk lebih sederhana yang
Gambar 8. Pengaruh konsentrasi
larut (Benefield dan Randall, 1980).
Bacillus sp. terhadap nilai pH hari
Peristiwa oksidasi adalah proses
ke-0 dan hari ke-7.
masuknya oksigen ke dalam reaksi
metabolisme sel, atau proses
Gambar 8 menunjukkan
terlepasnya hidrogen dari ikatan
pengaruh konsentrasi Bacillus sp.
komplek.
terhadap nilai pH hari ke-0 dan hari
Faktor yang menyebabkan nilai
ke-7. Semakin tinggi konsentrasi
pH cenderung meningkat karena
Bacillus sp. yang ditambahkan pada
adanya aktivitas simbiosis antara
limbah cair maka nilai pH hari ke-7
bakteri dan mikroalga yang
cenderung meningkat. Hal ini
digambarkan oleh Mara et al. (2007)
disebabkan adanya aktivitas
sebagai berikut :
mikroalga dan bakteri mengoksidasi
bahan organik. Mikroalga mampu
menggunakan karbondioksida dari
hasil degradasi bahan organik oleh
bakteri sebagai sumber karbon utama
untuk sintesa sel baru dan
melepaskan oksigen melalui
mekanisme fotosintesis.
Pemanfaatan CO2 yang terus-
menerus oleh mikroalga sehingga
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

6
Gambar 9. Hubungan Simbiosis sebanyak 1 ml/l, 2 ml/l, dan 3 ml/l
antara Bakteri dan Mikrolga (Mara et (1.5 x 1016 CFU/ml) menunjukkan
al., 2007). bahwa semakin banyak pemberian
Bacillus sp. dan aerasi yang semakin
Oksidasi bahan organik lama cenderung menyebabkan
dilakukan oleh simbiosis mikroalga meningkatnya nilai pH, yaitu dari pH
dan bakteri. Oksigen yang awal 7,01 menjadi 7,53–8,60. Hal ini
dibutuhkan untuk mengoksidasi pada terjadi karena bakteri semakin
lapisan aerob diperoleh melalui banyak mendegradasi bahan
reaerasi pada permukaan air tetapi organik menjadi CO2 dan aerasi
sebagian besar diperoleh dari hasil menyebabkan terlepasnya
fotosintesis mikroalga yang tumbuh gas-gas yang bersifat asam (seperti
secara alami pada kolam jika CO2) ke atmosfer.
terdapat sinar matahari dan nutrien
yang cukup. Mikroalga mampu 4.3 Biologycal Oxygen Demand
menggunakan karbondioksida Biologycal Oxygen Demand
sebagai sumber karbon utama untuk (BOD) merupakan kandungan bahan
sintesis sel baru dan melepaskan organik yang mudah didegradasi di
oksigen melalui mekanisme suatu perairan digambarkan dengan
fotosintesis (Mara, 1976). nilai BOD. Nilai BOD merupakan
Proses glikolisis akan nilai kebutuhan oksigen dalam proses
menghasilkan tiga macam molekul dekomposisi bahan organik yang
yakni dua molekul ATP yang
dapat terurai secara biologi
langsung menjadi sumber energi, dua
(biodegradable) oleh
molekul NADH yang akan masuk ke
dalam jalur transport elektron untuk mikroorganisme. Semakin tinggi
menghasilkan ATP dan dua molekul nilai BOD suatu perairan, maka
piruvat yang akan masuk ke dalam semakin tinggi pula kandungan
siklus Krebs. Hasil akhir dari siklus bahan organik dan mengindikasikan
Krebs dari satu molekul piruvat bahwa tingkat pencemaran perairan
adalah tiga molekul NADH, satu tersebut semakin tinggi. Menurut
molekul FADH2, dan satu molekul Ginting (2007), BOD merupakan
GTP. Total ATP dari keseluruhan salah satu uji yang paling umum
reaksi dalam sistem respirasi adalah untuk menentukan kualitas buangan
38 ATP. Maka semakin banyak ATP limbah cair.
yang dibutuhkan untuk pembiakan Hasil sidik ragam
organisme, semakin banyak pula O2 menunjukkan bahwa konsentrasi
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk bakteri Bacillus sp. berpengaruh
mendegradasi bahan organik. Selain nyata (P<0,05) terhadap nilai BOD
O2 yang masuk dari udara ambang, limbah cair pada hari ke-7 (Lampiran
suplai O2 terbesar didapat dari hasil 11). Rata-rata nilai BOD limbah cair
fotosintesis oleh mikroalga. yang dihasilkan dari hasil uji lanjut
Hasil penelitian Ishartanto dengan DNMRT pada taraf 5%
(2009) mengenai pengolahan limbah
disajikan pada Tabel 5.
cair domestik dengan perlakuan
aerasi (12, 24, 48, dan 72 jam) dan
penambahan bakteri Bacillus sp. Tabel 5. Rata-rata nilai BOD limbah
cair kelapa sawit
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

7
No Perlakuan BOD hari ke-0 (mg/l) BOD hari ke-7 (mg/l)
1 P0 (Bacillus sp. 0 ml) 532,78 379,70d
2 P1 (Bacillus sp. 0,5 ml) 532,59 366,90d
3 P2 (Bacillus sp. 1 ml) 532,40 333,70c
4 P3 (Bacillus sp. 2 ml) 532,02 241,80b
5 P4 (Bacillus sp. 3 ml) 531,64 65,60a
(2000), menunjukkan bahwa
Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian Fusarium sp. dalam
konsentrasi Bacillus sp. berpengaruh menurunkan nilai BOD limbah cair
tidak nyata terhadap nilai BOD kelapa sawit lebih besar
limbah cair kelapa sawit hari ke-0, dibandingkan pemberian Fusarium
namun konsentrasi Bacillus sp. sp. tanpa aerasi. Hal ini karena
berpengaruh nyata terhadap nilai semakin banyak Fusarium sp. yang
BOD limbah cair kelapa sawit hari ditambahkan dan mendapatkan
ke-7. Perlakuan P0 dan P1 tidak suplai O2 dari pemberian aerasi maka
berbeda nyata, sedangkan perlakuan semakin banyak bahan organik
P2, P3, dan P4 berbeda nyata terdegradasi sehingga mempercepat
dengan perlakuan yang lain. Rata- proses degradasi bahan organik
rata nilai BOD hari ke-7 berkisar dalam limbah.
antara 65,60-379,70 mg/l. Nilai BOD Hasil penelitian Habibah
yang terendah pada perlakuan P4 (2011), menunjukkan bahwa nilai
yaitu sebesar 65,60 mg/l sedangkan BOD limbah cair pabrik kelapa sawit
nilai BOD yang tertinggi pada cenderung turun seiring dengan
perlakuan P0 yaitu sebesar 379,70 semakin tingginya konsentrasi
mg/l. Perlakuan yang memenuhi mikroalga yang diinokulasikan yaitu
standar baku mutu adalah perlakuan 1758,06 menjadi 144,33 mg/l. Tahap
yang memiliki nilai BOD maksimum awal kultur, oksigen yang masuk
250 mg/l yaitu perlakuan P3 dan P4. lebih banyak digunakan untuk
Data pada Tabel 5 mengoksidasi substrat daripada
menunjukkan semakin tinggi untuk mensintesa sel. Hal ini
konsentrasi bakteri Bacillus sp. yang menyebabkan oksigen lebih cepat
ditambahkan, nilai BOD limbah cair berkurang, seperti yang dinyatakan
kelapa sawit yang dihasilkan pada oleh Benefield dan Randall (1980)
hari ke-7 cenderung menurun. Hal bahwa oksigen yang dibutuhkan
ini disebabkan karena Bacillus sp. untuk mengoksidasi substrat lebih
memiliki kemampuan untuk besar dibandingkan untuk mensintesa
merombak bahan organik dan sel, sehingga efisiensi reduksi BOD
anorganik yang terdapat pada limbah pada alga sel usia muda (hari ke-5)
cair kelapa sawit, kemudian lebih nyata perbedaannya jika
mikroalga Chlorella sp. memiliki dibandingkan dengan hari ke-9.
kemampuan mengadsorbsi Pengaruh konsentrasi Bacillus sp.
karbondioksida hasil degradasi bahan terhadap nilai BOD hari ke-0 dan
organik oleh bakteri yang ada pada hari ke-7 dapat dilihat pada Gambar
limbah cair melalui permukaan 10.
selnya dan menghasilkan O2 dalam
proses fotosintesisnya.
Hasil penelitian Barus

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

8
600 penambahan bakteri Bacillus sp.

Rata-rata Nilai BOD


telah mempercepat dan
400 H-0 mengoptimalkan proses dekomposisi
(mg/l) H-7 bahan organik. Berdasarkan hasil
200 penelitian yang telah dilakukan
0 dengan penambahan Bacillus sp.
0 0.5 1 2 3 sebanyak 3 ml/l limbah (1,6x104
Konsentrasi Bacillus sp. (ml/l) CFU/ml) penurunan nilai BOD
sebesar 91,31%. Hal ini karena
Gambar 10. Pengaruh konsentrasi adanya perbedaan jumlah kepadatan
Bacillus sp. terhadap nilai BOD hari sel yang digunakan. Semakin banyak
ke-0 dan hari ke-7. jumlah kepadatan sel bakteri yang
digunakan maka semakin besar
Gambar 10 menunjukkan pengaruh terhadap proses penurunan
pengaruh konsentrasi Bacillus sp. nilai BOD.
terhadap nilai BOD hari ke-0 dan
hari ke-7. Semakin tinggi 4.4 Chemical Oxygen Demand
konsentrasi Bacillus sp. yang Chemical Oxygen Demand
ditambahkan pada limbah cair maka (COD) menggambarkan banyaknya
nilai BOD hari ke-7 cenderung kandungan bahan organik yang dapat
menurun. Hal ini disebabkan karena dioksidasi secara kimiawi, baik yang
lebih banyak terdapat interaksi bersifat biodegradable maupun non
simbiosis antara mikroalga dan biodegradable di suatu perairan.
bakteri dalam mendegradasi bahan Nilai COD menggambarkan jumlah
organik. total oksigen yang dibutuhkan
Menurut Ginting (2007), untuk mengoksidasi bahan organik
reaksi oksidasi zat-zat organik secara kimiawi, baik yang dapat
dengan oksigen dalam air dimana didegradasi secara biologis maupun
proses tersebut dapat berlangsung yang sukar didegradasi secara
karena peran dari simbiosis biologis menjadi CO2 dan H2O
mikroalga dan bakteri. Jika dilihat (Boyd, 1990). Selisih nilai antara
pada konsentrasi Bacillus sp. COD dan BOD memberikan
sebanyak 0 ml/l yang merupakan gambaran besarnya bahan organik
kontrol (tanpa bakteri) dari perlakuan yang sulit urai yang ada di perairan.
juga mengalami penurunan. Hal ini COD menggambarkan jumlah total
menunjukkan bahwa pada limbah bahan organik yang ada (Hariyadi,
cair kelapa sawit terdapat bakteri 2004). Nilai COD yang tinggi
pengurai yang hidup secara alami menggambarkan tingginya tingkat
sehingga dapat mengakibatkan pencemaran suatu perairan.
terjadi penurunan nilai BOD pada Hasil sidik ragam
konsentrasi 0 ml/l. menunjukkan bahwa konsentrasi
Hasil penelitian Ishartanto bakteri Bacillus sp. berpengaruh
(2009), menunjukkan bahwa nyata (P<0,05) terhadap nilai COD
penambahan Bacillus sp. sebanyak 1 limbah cair pada hari ke-7 (Lampiran
ml/l limbah (1,5x1016 CFU/ml) dapat 12). Rata-rata nilai COD limbah cair
menurunkan nilai BOD sebesar 96%. yang dihasilkan dari hasil uji lanjut
Penurunan nilai BOD karena dengan DNMRT pada taraf 5%

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

9
disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata nilai COD limbah
cair kelapa sawit
No Perlakuan COD hari ke-0 (mg/l) COD hari ke-7 (mg/l)

1 P0 (Bacillus sp. 0 ml) 1.371,42 687,00d


2 P1 (Bacillus sp. 0,5 ml) 1.370,93 612,50c
3 P2 (Bacillus sp. 1 ml) 1.370,44 555,40b
4 P3 (Bacillus sp. 2 ml) 1.369,47 539,60b
5 P4 (Bacillus sp. 3 ml) 1.368,49 460,40a
Hasil penelitian Habibah
Tabel 6 menunjukkan bahwa (2011), menunjukkan bahwa nilai
konsentrasi Bacillus sp. berpengaruh COD limbah cair pabrik kelapa sawit
tidak nyata terhadap nilai COD cenderung turun seiring dengan
limbah cair kelapa sawit hari ke-0, semakin tingginya konsentrasi
namun konsentrasi Bacillus sp. mikroalga yang diinokulasikan yaitu
berpengaruh nyata terhadap nilai 8.720,00 menjadi 2.250,33 mg/l. Hal
BOD limbah cair kelapa sawit hari ini menunjukkan bahwa dengan
ke-7. Perlakuan P2 dan P3 tidak penambahan mikroalga dan
berbeda nyata, sedangkan perlakuan pengenceran mampu membuat sel-
P0, P1, dan P5 berbeda nyata dengan sel alga bekerja lebih aktif. Semakin
perlakuan yang lain. Rata-rata nilai rendah konsentrasi limbah akibat
COD hari ke-7 berkisar antara pengenceran mengakibatkan kadar
460,40-687,00 mg/l. Nilai COD bahan organik mengalami penurunan
yang terendah pada perlakuan P4 yang signifikan. Menurunnya bahan-
yaitu sebesar 460,40 mg/l sedangkan bahan organik yang dapat teroksidasi
nilai COD yang tertinggi pada secara kimia dalam limbah cair
perlakuan P0 yaitu sebesar 687,00 kelapa sawit adanya aktivitas
mg/l. Perlakuan yang memenuhi mikroalga, meningkatnya suplai O2
standar baku mutu adalah perlakuan yang lebih banyak pada akhir
yang memiliki nilai COD maksimum pertumbuhan mikroalga mendukung
500 mg/l yaitu perlakuan P4. peningkatan persentase reduksi.
Data pada Tabel 6 Pengaruh konsentrasi Bacillus sp.
menunjukkan semakin tinggi terhadap nilai COD hari ke-0 dan
konsentrasi bakteri Bacillus sp. yang hari ke-7 dapat dilihat pada Gambar
ditambahkan, nilai COD limbah cair 11.
kelapa sawit yang dihasilkan pada 1500
Rata-rata Nilai

hari ke-7 cenderung menurun. Hal


COD (mg/l)

1000 H-0
ini disebabkan karena semakin H-7
banyak penambahan bakteri Bacillus 500
sp. maka semakin banyak bahan
0
organik yang akan terurai. Namun 0 0.5 1 2 3
nilai COD yang dihasilkan lebih
besar dibandingkan nilai BOD Konsentrasi Bacillus sp. (ml/l)
karena nilai COD menggambarkan
banyaknya bahan organik yang
mudah diurai oleh bakteri dan sulit Gambar 11. Pengaruh konsentrasi
diurai dalam limbah cair. Bacillus sp. terhadap nilai COD hari
ke-0 dan hari ke-7.
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

10
Gambar 11 menunjukkan secara baik oleh bakteri dengan
pengaruh konsentrasi Bacillus sp. adanya pemberian aerasi yang
terhadap nilai COD hari ke-0 dan cukup membantu proses degradasi
hari ke-7. Semakin tinggi bahan organik oleh bakteri.
konsentrasi Bacillus sp. yang Penelitian yang dilakukan oleh
ditambahkan pada limbah cair maka Apriadi (2008) tentang pemanfaatan
nilai COD hari ke-7 cenderung kombinasi tanaman air dan bakteri
menurun. Menurunnya COD menunjukkan bahwa kombinasi
dikarenakan semakin banyak Lemna-Bacillus mampu menurunkan
penambahan bakteri Bacillus sp. bahan organik sebesar 86,51 %
maka semakin banyak bahan organik dengan waktu retensi 6 hari.
yang akan terurai, hasil degradasi Berdasarkan hasil penelitian yang
bahan organik oleh bakteri akan telah dilakukan dengan
dimanfaatkan oleh mikroalga penambahan Bacillus sp. dan
Chlorella sp. sebagai sumber utama mikroalga Chlorella sp. dapat
karbon yang digunakan untuk menurunkan nilai COD sebesar
mensintesis sel baru. Mikrolga 76,02%. Hal ini karena adanya
Chlorella sp. yang ditambahkan pada hubungan simbiosis bakteri dan
limbah cair kelapa sawit akan mikroalga dalam mendegradasi
mengalami fotosintesis. bahan organik sehingga lebih besar
Fotosintesis yang terjadi pada menurunkan nilai COD.
Chlorella sp. dikarenakan Chlorella Menurut Sriharti (2004),
sp. mempunyai pigmen klorofil yang beberapa senyawa komplek pada
terdapat pada kloroplast. Kegiatan limbah cair karet harus dioksidasi
fotosintesis ini akan menambah terlebih dahulu menjadi bentuk
suplai oksigen pada limbah cair yang sederhana dan dapat diserap.
kelapa sawit sehingga degradasi Oksidasi dilakukan oleh aktifitas
bahan organik oleh bakteri Bacillus simbiosis mikroalga dan bakteri.
sp. akan berlangsung lebih cepat Oksigen yang dihasilkan oleh
yang akhirnya akan menurunkan Chlorella sp. dari proses fotosintesis
nilai COD pada limbah cair kelapa digunakan untuk mengoksidasi
sawit. Reaksi kimia oksidasi senyawa komplek oleh bakteri
senyawa organik dalam limbah cair pada limbah cair karet.
oleh bakteri ditunjukkan sebagai Hasil penelitian Ishartanto
berikut: (2009), mengenai pengolahan limbah
Senyawa organik + O2 Bakteri cair domestik dengan perlakuan
CO2 + H2O + Energi + Bahan seluler air aerasi (12, 24, 48, dan 72 jam) dan
limbah. penambahan bakteri Bacillus sp.
sebanyak 1 ml/l, 2 ml/l, dan 3 ml/l
Hasil penelitian Muchtar
(1.5 x 1016 CFU/ml) menunjukkan
(2007) menunjukkan bahwa
bahwa semakin banyak pemberian
penurunan COD oleh bakteri
Bacillus sp. dan aerasi yang semakin
Alcaligenes sp. (63,09%), Bacillus
lama cenderung menyebabkan
sp. (66.44%), Chromobacterium sp.
penurunan nilai COD sebesar 82%.
(63,08%) lebih besar dibandingkan
Sedangkan hasil penelitian yang
tanpa pemberian bakteri (31,94%).
telah dilakukan dengan penambahan
Hal ini karena bahan organik yang
Bacillus sp. dan mikroalga Chlorella
bersifat biodegradable teroksidasi
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

11
sp. mampu menunrunkan nilai COD penetrasi sinar matahari ke dalam air
sebesar 76,02%. Penurunan nilai berkurang serta lapisan minyak
COD karena penggunaan aerasi dan menghambat pegambilan oksigen
mikroalga Chlorella sp. memiliki dari udara sehingga oksigen terlarut
peran yang sama yaitu sebagai suplai menurun.
O2 bagi bakteri untuk membantu Hasil sidik ragam
mempercepat proses degradasi menunjukkan bahwa konsentrasi
bahan organik. bakteri Bacillus sp. berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap nilai minyak
4.5 Minyak limbah cair pada hari ke-7 (Lampiran
Minyak merupakan zat
13). Rata-rata nilai minyak limbah
pencemar yang sering dimasukkan ke
cair yang dihasilkan dari hasil uji
dalam kelompok padatan, yaitu
lanjut dengan DNMRT pada taraf
padatan yang mengapung di atas
5% disajikan pada Tabel 7.
permukaan air. Terbentuknya emulsi
air dalam minyak akan membuat
Tabel 7. Rata-rata nilai minyak
lapisan yang menutup permukaan
limbah cair kelapa sawit
air dan dapat merugikan, karena
No Perlakuan Minyak hari ke-0 (mg/l) Minyak hari ke-7 (mg/l)

1 P0 (Bacillus sp. 0 ml) 10,00 9,0e


2 P1 (Bacillus sp. 0,5 ml) 9,99 7,0d
3 P2 (Bacillus sp. 1 ml) 9,99 5,0c
4 P3 (Bacillus sp. 2 ml) 9,98 3,0b
5 P4 (Bacillus sp. 3 ml) 9,97 2,0a
dan P4.
Tabel 7 menunjukkan bahwa Data pada Tabel 7
konsentrasi Bacillus sp. berpengaruh menunjukkan semakin tinggi
tidak nyata terhadap nilai minyak konsentrasi bakteri Bacillus sp. yang
limbah cair kelapa sawit hari ke-0, ditambahkan, nilai minyak limbah
namun konsentrasi Bacillus sp. cair kelapa sawit yang dihasilkan
berpengaruh nyata terhadap nilai pada hari ke-7 cenderung menurun.
minyak limbah cair kelapa sawit hari Hal ini disebabkan karena Bacillus
ke-7. Perlakuan P3 dan P4 tidak sp. mampu memanfaatkan bahan
berbeda nyata, sedangkan perlakuan organik yang terkandung di dalam
P0, P1, dan P2 berbeda nyata dengan limbah dengan cara melepaskan
perlakuan yang lain. Rata-rata nilai enzim untuk menguraikan senyawa
minyak hari ke-7 berkisar antara 2,0- organik untuk menghasilkan produk
9,0 mg/l. Nilai minyak yang sampingan berupa gas
terendah pada perlakuan P4 yaitu karbondioksida (CO2), metana
sebesar 2,0 mg/l sedangkan nilai (CH4), hidrogen (H2), dan air
minyak yang tertinggi pada (H2O), serta energi sebagai
perlakuan P0 yaitu sebesar 9,0 mg/l. penunjang aktivitas metabolism
Perlakuan yang memenuhi standar (Sumarsih, 2008). Pengaruh
baku mutu adalah perlakuan yang konsentrasi Bacillus sp. terhadap
memiliki nilai minyak maksimum 30 nilai minyak hari ke-0 dan hari ke-7
mg/l yaitu perlakuan P0, P1, P2, P3, dapat dilihat pada Gambar 12.

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

12
sebesar 93%. Penurunan kadar

Rata-rata Nilai minyak


12 minyak terjadi karena adanya
10 mikrobia yang mampu menghasilkan
8 H-0 enzim lipase sehingga berperan
6
(mg/l)
4
H-7 menurunkan kadar minyak. Hasil
2 penelitian Priyani dkk. (2012),
0 menunjukkan bahwa Pseudomonas
0 0.5 1 2 3 sp. banyak ditemukan pada limbah
cair kelapa sawit. Pengujian
Konsentrasi Bacillus sp. (ml/l)
terhadap aktivitas enzim lipase ekstra
sel dari spesies tersebut mampu
Gambar 12. Pengaruh konsentrasi
menguraikan trigliserida menjadi
Bacillus sp. terhadap nilai minyak
asam lemak bebas.
hari ke-0 dan hari ke-7.
Hasil penelitian Maulana
(2016), menyatakan bahwa semakin
Gambar 12 menunjukkan
banyak penambahan BDCO3 dalam
pengaruh konsentrasi Bacillus sp.
pengolahan limbah cair kelapa sawit
terhadap nilai minyak hari ke-0 dan
dan penambahan Chlorella sp. maka
hari ke-7. Semakin tinggi
nilai minyak semakin menurun yaitu
konsentrasi Bacillus sp. yang
82,14%. Kemudian hasil penelitian
ditambahkan pada limbah cair maka
Robbanatun (2016), menyatakan
nilai minyak hari ke-7 cenderung
bahwa dengan semakin banyak
menurun. Menurut Sutiamiharjo
penambahan EM-4 dalam
(2008), karakteristik Bacillus sp.
pengolahan limbah cair kelapa sawit
adalah selulolitik, proteolitik,
dan penambahan Chlorella sp. maka
lipolitik, dan amilolitik. Enzim
nilai minyak semakin menurun yaitu
ekstraseluler Bacillus sp. sangat
88,07%. Nilai yang diperoleh tidak
efisien dalam memecah berbagai
jauh berbeda dengan hasil penelitian
senyawa karbohidrat, minyak, dan
yang telah dilakukan yaitu semakin
protein rantai panjang menjadi
banyak penambahan Bacillus sp.
unit-unit rantai pendek atau
dalam pengolahan limbah cair kelapa
senyawa-senyawa yang lebih
sawit dan penambahan Chlorella sp.
sederhana. Kemudian mikroalga
maka nilai minyak semakin menurun
menyerap dan menyimpan bahan
yaitu 85,71%.
pencemar di dalam jaringan setelah
didegradasi oleh mikroba. Cohen et
al. (2003), mengemukakan bahwa 4.6 Total Suspended Solid
Total Suspended Solid (TSS)
mikroalga mampu melakukan
menggambarkan jumlah partikel
bioremediasi dengan menyediakan
tersuspensi pada suatu perairan.
lingkungan yang sesuai untuk
Tingginya nilai TSS pada suatu
mikroba bisa mengurai senyawa
perairan dapat menyebabkan
hidrokarbon minyak.
peningkatan kekeruhan sehingga
Hasil penelitian Muhammad
menghalangi intensitas cahaya
(2006), menunjukkan bahwa
yang masuk dan menghambat proses
pengolahan limbah cair domestik
fotosintesis, selain itu dapat
dengan menggunakan aerasi dan
menyebabkan pendangkalan pada
penambahan bakteri Pseudomonas
perairan. Menurut Effendi (2003),
sp. dapat menurunkan nilai minyak
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

13
TSS atau padatan tersuspensi adalah airnya. Jika dilihat dari warna
padatan yang menyebabkan limbah yang keruh maka air limbah
kekeruhan air, tidak terlarut, dan pabrik kelapa sawit tidak layak untuk
tidak dapat mengendap. Padatan dibuang ke sungai karena akan
tersuspensi terdiri dan partikel- berdampak pada warna dan
partikel yang ukuran maupun kecerahan sungai.
beratnya lebih kecil dari pada Hasil sidik ragam
sedimen, seperti bahan-bahan menunjukkan bahwa konsentrasi
organik tertentu, tanah liat, dan bakteri Bacillus sp. berpengaruh
lainnya. nyata (P<0,05) terhadap nilai TSS
Parameter TSS berperan limbah cair pada hari ke-7 (Lampiran
penting dalam baku mutu limbah. 14). Rata-rata nilai TSS limbah cair
Nilai TSS akan diketahui apakah yang dihasilkan dari hasil uji lanjut
telah terjadi pencemaran pada dengan DNMRT pada taraf 5%
perairan, bila nilainya meningkat disajikan pada Tabel 8.
cukup signifikan perairan akan
tampak keruh dan terkesan kotor Tabel 8. Rata-rata nilai TSS limbah
sehingga mengurangi daya guna cair kelapa sawit
No Perlakuan TSS hari ke-0 (mg/l) TSS hari ke-7 (mg/l)
1 P0 (Bacillus sp. 0 ml) 2.038,88 490,00d
2 P1 (Bacillus sp. 0,5 ml) 2.038,32 462,50c
3 P2 (Bacillus sp. 1 ml) 2.037,75 460,00c
4 P3 (Bacillus sp. 2 ml) 2.036,62 325,00b
5 P4 (Bacillus sp. 3 ml) 2.035,49 222,50a
Data pada Tabel 8
Tabel 8 menunjukkan bahwa menunjukkan semakin tinggi
konsentrasi Bacillus sp. berpengaruh konsentrasi bakteri Bacillus sp. yang
tidak nyata terhadap nilai TSS ditambahkan, nilai TSS limbah cair
limbah cair kelapa sawit hari ke-0, kelapa sawit yang dihasilkan pada
namun konsentrasi Bacillus sp. hari ke-7 cenderung menurun. Hal
berpengaruh nyata terhadap nilai ini disebabkan karena adanya
TSS limbah cair kelapa sawit hari pengaruh simbiosis mikroalga dan
ke-7. Perlakuan P1 dan P2 tidak bakteri untuk mereduksi
berbeda nyata, sedangkan perlakuan kandungan pencemar. Penurunan
P0, P3, dan P4 berbeda nyata nilai TSS yang signifikan akibat
dengan perlakuan yang lain. Rata- penambahan mikroalga dan bakteri
rata nilai TSS hari ke-7 berkisar Bacillus sp. yang mempercepat
antara 490,00-222,50 mg/l. Nilai TSS proses dekomposisi bahan organik,
yang terendah pada perlakuan P4 lalu diikuti proses flokulasi bakteri
yaitu sebesar 222,50 mg/l, yang mengendap setelah didiamkan
sedangkan nilai TSS yang tertinggi selama 30 menit. Selanjutnya yang
pada perlakuan P0 yaitu sebesar tertinggal dalam media adalah
490,00 mg/l. Perlakuan yang bentuk flokulan yang dapat
memenuhi standar baku mutu menjaring dan mengendapkan sel-
adalah perlakuan yang memiliki sel mikroalga.
nilai TSS maksimum 300 mg/l yaitu Hasil penelitian Habibah
perlakuan P4. (2011), menunjukkan bahwa nilai

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

14
TSS limbah cair pabrik kelapa karena adanya penghilangan bahan
sawit cenderung turun seiring organik oleh bakteri dan mikroalga.
dengan semakin tingginya Menurut Ismanto (2005),
konsentrasi mikroalga yang mekanisme penghilangan bahan
diinokulasikan yaitu 1.862,33 organik oleh bakteri dalam air
menjadi 932,97 mg/l. Hal ini limbah berlangsung melalui tiga
menunjukkan bahwa pada awal proses (Gambar 14), yaitu pada
kultur padatan dalam limbah cair tahap awal adalah transfer,
kelapa sawit berupa bahan-bahan merupakan suatu usaha bakteri
mineral yang sangat dibutuhkan untuk mengubah bahan organik
dan mudah dimanfaatkan oleh sel karbon di air limbah menjadi
alga, sehingga aktivitas alga dalam karbondioksida, air, amonia, dan
mereduksi TSS lebih tinggi pada energi (proses katabolisme). Tahap
usia muda. Selanjutnya yang kedua onversi, yaitu energi yang
tertinggal dalam media adalah dihasilkan oleh bakteri dari proses
bentuk flokulan yang dapat transfer akan digunakan untuk
menjaring dan mengendapkan sel- membentuk sel-sel baru (proses
sel alga, sehingga pada saat sel-sel anabolisme). Tahap ketiga adalah
alga mencapai usia tua flokulasi, proses ini menggambarkan
menunjukkan reaksi yang bakteri mengalami penurunan
cenderung lamban dalam aktivitas maka sel-sel bakteri akan
mereduksi TSS. Pengaruh tenggelam ke dasar permukaan air
konsentrasi Bacillus sp. terhadap pada kondisi air yang tenang.
nilai TSS hari ke-0 dan hari ke-7
dapat dilihat pada Gambar 13.
2500
Rata-rata Nilai TSS

2000
1500
(mg/l)

H-0
1000 H-7
500
0
0 0.5 1 2 3 Gambar 14. Mekanisme
penghilangan bahan organik oleh
Konsentrasi Bacillus sp. (ml/l)
bakteri (Ismanto, 2005).
Gambar 13. Pengaruh konsentrasi
Hasil penelitian Ishartanto
Bacillus sp. terhadap nilai TSS hari
(2009), menunjukkan bahwa
ke-0 dan hari ke-7.
penurunan nilai TSS dengan
penambahan Bacillus sp. dan aerasi
Gambar 13 menunjukkan
yaitu 60% lebih besar dibandingkan
bahwa pengaruh konsentrasi Bacillus
penambahan Bacillus sp. tanpa aerasi
sp. terhadap nilai TSS hari ke-0 dan
yaitu 16% Penurunan nilai TSS yang
hari ke-7. Semakin tinggi
signifikan karena pemberian aerasi
konsentrasi Bacillus sp. yang
dan penambahan bakteri Bacillus sp.
ditambahkan pada limbah cair maka
yang mempercepat proses
nilai TSS hari ke-7 cenderung
dekomposisi bahan organik, lalu
menurun. Penurunan nilai TSS
diikuti proses flokulasi bakteri yang
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

15
kemudian mengendap setelah aerator mengalami peningkatan sebesar 8,72.
dimatikan selama 30 menit. Hasil ini
menunjukkan bahwa pemberian Saran
aerasi dan penambahan bakteri Disarankan untuk melakukan
Bacillus sp. memberikan pengaruh penelitian pengolahan limbah cair
nyata pada penurunan nilai parameter kelapa sawit dengan memvariasikan
TSS di dalam air limbah olahan. jumlah konsentrasi limbah cair,
Hasil penelitian Maulana mengkaji pengaruh lama inkubasi
(2016), menyatakan bahwa semakin serta suhu, perlu dilakukan
banyak penambahan BDCO3 dalam perhitungan kelimpahan mikroalga
pengolahan limbah cair kelapa sawit setiap hari, perhitungan nitrat fosfat
dan penambahan mikroalga maka serta perhitungan CO2 dan O2 dalam
nilai TSS semakin menurun yaitu pengolahan limbah cair kelapa sawit.
92,73%. Kemudian hasil penelitian
Robbanatun (2016), menyatakan DAFTAR PUSTAKA
bahwa dengan semakin banyak
penambahan EM-4 dalam Ahuat. 2005. Annual Report of
pengolahan limbah cair kelapa sawit POM PT Pinago Utama.
dan penambahan mikroalga maka Sugiwaras Sekayu
nilai TSS semakin menurun yaitu Palembang. 93 hal.
91,08%. Nilai yang diperoleh tidak
jauh berbeda dengan hasil Apriadi, T. 2008. Kombinasi
penelitian yang telah dilakukan yaitu bakteri dan tumbuhan air
semakin banyak penambahan sebagai bioremediadalam
Bacillus sp. dalam pengolahan mereduksi kandungan bahan
limbah cair kelapa sawit dan organik limbah kantin.
penambahan mikroalga maka nilai Skripsi. Departemen
TSS semakin menurun yaitu 93,93%. Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan
KESIMPULAN DAN SARAN dan Ilmu Kelautan. Institut
Kesimpulan Pertanian Bogor. Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penambahan Cohen, M., H. Yamasaki, dan M.
mikroalga Chlorella sp. dengan Mazzola. 2003. Degradation of
beberapa variasi konsentrasi Bacillus Petroleum Hydrocarbons by
sp. berpengaruh nyata terhadap nilai Plant-Microbe System.
pH, BOD, COD, minyak, dan TSS. Abstrak. Diperoleh dari 11
Perlakuan terbaik yang dipilih adalah Agricultural Research Service
perlakuan P4 yaitu perlakuan United States Department of
penambahan mikroalga Chlorella Agriculture database.
sp. sebanyak 800 ml (1,7x106
sel/ml) dengan konsentrasi Bacillus Dinas Perkebunan Propinsi Riau.
sp. sebanyak 3 ml/l (1,6x105 2006. Profil Perkebunan di
CFU/ml) mengalami penurunan Propinsi Riau.
terbesar terhadap nilai BOD 91,31%,
COD 76,02%, minyak 85,71%, dan Ditjen PPHP. 2006. Pedoman
TSS 93,93%. Sedangkan nilai pH Pengelolaan Limbah

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

16
Industri Minyak Sawit. Bandung.
Subdit Pengelolaan
Lingkungan Direktorat Muchtar, M. 2007. Penggunaan
Pengelolaan Hasil Pertanian bakteri kultur alami
Ditjen PPHP, Departemen dalam pengolahan air
Pertanian. limbah rumah makan.
Skripsi. Departemen
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Manajemen Sumber daya
Air: Bagi Pengelolaan Sumber Perairan, Fakultas Perikanan
Daya dan Lingkungan Perairan. dan Ilmu Kelautan. Institut
Yogyakarta. Pertanian Bogor. Bogor.

Ginting, P. 2007. Sistem Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82


Pengelolaan Lingkungan Tahun 2001 tentang
dan Limbah Industri. Yrama Pengolahan Kualitas Air dan
widya. Bandung. Pengendalian Pencemaran
Air.
Habibah, E. Z. 2011. Potensi
pemanfaatan Chlorella Syahputra, B. 2002.
pyrenoidosa dalam Pemanfaatan algae
pengelolaan limbah cair Chlorella pyrenoidosa
kelapa sawit. Tesis. untuk menurunkan tembaga
Pascasarjana Ilmu (Cu) pada industri pelapisan
Lingkungan. Universitas Riau. logam. Skripsi. Fakultas
Pekanbaru. Teknik. UNISSULA.
Semarang.
Ishartanto, W. A. 2009. Pengaruh
aerasi dan penambahan Yuliasari, R. K., Darmoko, W.
bakteri Bacillus sp. dalam Wulfred, Gindulis. 2001.
mereduksi bahan pencemar Pengelolaan limbah cair
organik air limbah domestik. kelapa sawit dengan reaktor
anaerobik unggun tetap tipe
Skripsi. Departemen
aliran ke bawah. Jurnal
Manajemen Sumberdaya
Teknik Lingkungan. vol 9: 75-
Perairan. Fakultas Perikanan 81.
dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup. 1995. Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri. Jakarta: KEP-
51/MENLH/10/1995.

Mahajoeno, E. 2001. Energi


Terbarukan dari Limbah
Pabrik Kelapa Sawit. Limbah
Pabrik Kelapa Sawit dibuat
untuk Energi Terbarukan.
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

17

You might also like