Professional Documents
Culture Documents
Reservoar Read
Reservoar Read
The objective of this scientific writing was to review the emerging infectious
diseases (EIDs) which are zoonotic and originate in wildlife causing great
negative impacts on public health, economy, social, politic, and national security.
Furthermore, factors triggering the emergence and spread of emerging zoonotic
diseases and global efforts in anticipating them were discussed in this review. It
is recognized that EID are a significant burden on global economies and public
health. Their emergence is thought to be driven largely by socio-economic,
environmental and ecological factors. EID events are dominated by zoonoses
(60.3% of EIDs) and the majority of these (71.8%) originate in wildlife, e.g.,
severe acute respiratory virus (SARS virus) and Ebola virus. The importance and
recognition of wildlife as a reservoir of zoonoses are increasing. Emerging
zoonoses (EZs) have been assumed increasing importance in public and animal
health. Cost effective prevention and control of these zoonoses need an
interdisciplinary and holistic approach and international cooperation.
Surveillance, laboratory capability, research, training and education, and
communication are key elements. Globalization has created many new
challenges, particularly with regard to animal, human, and environmental health.
New approaches in prevention, control, and eradication of zoonotic diseases
have been developed and introduced worldwide, i.e., one health and ecohealth.
The one health concept is a worldwide strategy for expanding interdisciplinary
collaboration and communications in all aspects of health care for humans and
animals, while ecohealth approach is to improve human health and well-being
while simultaneously maintaining a healthy ecosystem.
RINGKASAN
YAYAN TAUFIQ HIDAYAT. Zoonosis yang Baru Muncul Bersumber Satwa Liar
dan Tantangan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Dibimbing oleh DENNY
WIDAYA LUKMAN.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Zoonosis yang
Baru Muncul Bersumber Satwa Liar dan Tantangan Kesehatan Masyarakat
Veteriner adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Judul Skripsi : Zoonosis yang Baru Muncul Bersumber Satwa Liar dan
Tantangan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Nama : Yayan Taufiq Hidayat
NIM : B04070098
Disetujui
Diketahui
Tanggal lulus:
PRAKATA
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ………................................................................................. 24
Simpulan ............................................................................................... 40
Saran .................................................................................................... 40
x
DAFTAR TABEL
Halaman
7 Contoh virus yang telah muncul sebagai hasil dari lompatan spesies 33
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit menular yang baru muncul (emerging infectious disease/EID) dan
penyakit menular yang muncul kembali (re-emerging infectious disease/REID)
telah menjadi ancaman nyata terhadap kesehatan manusia dalam beberapa
dekade terakhir. EID dan REID akhir-akhir ini dapat berkembang luas secara
geografis, berpindah dari satu jenis induk semang ke induk semang lainnya,
meningkatkan dampak dan keganasan penyakit, serta mengalami perubahan
patogenesis (Daszak et al. 2004). EID dan REID yang bersifat zoonotik atau
yang dikenal sebagai emerging zoonoses (EZ) dan re-emerging zoonoses (REZ)
menimbulkan dampak besar pada bidang kesehatan, ekonomi, sosial, politik,
keamanan, dan budaya (Anonim 2008). Sekitar setengah dari jumlah
keseluruhan penduduk dunia memiliki risiko terhadap penyakit endemik (WHO
1996). Contoh dari EZ adalah wabah severe acute respiratory syndrome (SARS)
yang menyebar hingga 29 negara, terutama Cina, Hong Kong, Taiwan, dan
Singapura, dengan 8422 kasus dan 916 meninggal. Kerugian ekonomi global
akibat SARS tahun 2003 adalah 50 miliar dolar Amerika (Siu dan Wong 2004).
SARS terbukti bersumber pada satwa liar (Bell et al. 2004).
Menurut Daszak et al. (2004), organisme patogen penyebab zoonosis lebih
terkait pada EID dan REID dibandingkan dengan penyakit lama (non-emerging).
EID dan REID didominasi oleh zoonosis (60.3%) yang sebagian besar (71.8%)
diantaranya bersumber dari satwa liar (Jones et al. 2008). Hal tersebut
disebabkan oleh adanya biodiversitas patogen pada satwa liar, kontak antara
manusia dan satwa liar, peningkatan populasi manusia, pemanfaatan lahan,
serta perubahan sosial dan perilaku manusia yang menekan populasi satwa liar
(Wolfe et al. 2005). Satwa liar diketahui berperan sebagai reservoar utama
beberapa penyebaran penyakit zoonotik pada manusia dan hewan domestik
(Kruse et al. 2004). Timbulnya EID dan REID pada manusia dikaitkan dengan
faktor ekologi, biologi, fisik, dan antropogenik yang menyebabkan terjadinya
peningkatan kontak dengan patogen atau inang alami penyebab penyakit.
Penyebab munculnya EID dan REID adalah perubahan ekologi akibat
peningkatan aktivitas manusia, seperti deforestasi, penggunaan lahan, dan
pertambangan (Morse 1995). Deforestasi di Indonesia telah menyebabkan
kemunculan wabah malaria. Selain itu, malaria juga diakibatkan oleh
2
Tujuan
Skripsi ini ditulis berdasarkan studi pustaka yang bertujuan untuk mengkaji
(1) EID dan REID yang bersifat zoonotik (EZ dan REZ) yang bersumber dari
satwa liar yang menimbulkan dampak besar pada bidang kesehatan, ekonomi,
politik, keamanan, dan budaya; (2) faktor-faktor pemicu kemunculan dan
penyebaran EID dan REID di seluruh dunia; serta (3) usaha-usaha masyarakat
global dalam mengantisipasi kejadian dan penyebaran EZ dan REZ.
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagian besar EID dan REID disebabkan oleh agen patogen yang telah
ada di lingkungan dan hewan lebih sering bertindak sebagai reservoar alami
sumber agen penyakit pada manusia (Chomel 1998). Diperkirakan sekitar 75%
EID dan REID pada awal abad ke-21 bersifat zoonotik yang disebabkan oleh
patogen bersumber hewan atau produk asal hewan, terutama penyakit yang
disebabkan oleh virus dan atau yang ditularkan melalui vektor (Taylor et al. 2001;
WHO/FAO/OIE 2004). Zoonosis terhitung sebagai mayoritas penyakit EID dan
REID (Chomel 2003). Di sebagian besar negara berkembang, zoonosis
menimbulkan permasalahan kesehatan masyarakat yang secara signifikan
berkontribusi terhadap terganggunya sistem kesehatan. Di negara maju,
zoonosis menjadi perhatian khusus bagi kelompok berisiko tinggi terinfeksi, yakni
orang tua, anak-anak, ibu melahirkan, dan individu imunosupresif (Katare dan
Kumar 2010).
Zoonosis yang baru muncul (emerging zoonoses/EZ) dan zoonosis yang
muncul kembali (re-emerging zoonoses/REZ) didefinisikan sebagai penyakit
yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya yang disebabkan oleh
patogen baru atau patogen yang baru berevolusi atau patogen yang telah
diketahui muncul pada area geografis dan/atau spesies baru dimana penyakit
tersebut belum pernah terjadi sebelumnya atau pernah terjadi namun
menunjukkan peningkatan insidensi dan cakupan inang dan vektor (Meslin 1992;
5
Bengis et al. 2004; WHO/FAO/OIE 2004). Menurut Wolfe et al. (2007), EZ dan
REZ berpotensi terjadi perubahan penularan dari hewan ke manusia menjadi
manusia ke manusia, misalnya human immunodeficiency virus (HIV). Contoh
dari EZ antara lain simian immunodeficiency virus (SIV) dan acquired immune
deficiency syndrome (AIDS), virus Ebola, hantavirus, virus Hendra, virus Nipah,
virus Menangle, virus West Nile, SARS, influenza A, monkeypox, lyme
borreliosis, ehrlichiosis, dan bovine spongiform encephalopathy (BSE). Contoh
dari REZ antara lain Rift Valley Fever, alveolar echinococcosis, rabies, virus
Marburg, bovine tuberculosis, bruselosis, tularemia, plague, dan leptospirosis
(Bengis et al. 2004; Brown 2004).
Sebanyak 29 dari 96 penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
manusia dan 25% kematian global berasal dari penyakit menular (WHO 2000).
Zoonosis merupakan mayoritas dari penyakit menular yang menimbulkan
morbiditas dan mortalitas pada manusia (Katare dan Kumar 2010). Menurut
Jones et al. (2008), sebanyak 335 penyakit menular pada manusia muncul
antara tahun 1940 dan 2004 dengan kejadian tertinggi saat terjadi pandemi HIV.
Menurut Taylor et al. (2001), sebanyak 1415 jenis organisme penyebab penyakit
pada manusia yang telah diidentifikasi. Jumlah tersebut terdiri atas 217 virus dan
prion, 538 bakteri dan riketsia, 307 cendawan (fungi), 66 protozoa, serta 287
cacing. Sekitar 868 (61%) dari organisme tersebut bersifat zoonotik dan 175
jenis di antaranya terkait EID dan REID, dengan 132 (75%) adalah patogen
zoonotik. Menurut Woolhouse (2002) dan Zowghi et al. (2008), sejak tahun 1973
telah dilakukan identifikasi patogen yang menjadi penyebab utama penyakit
menular pada manusia (Tabel 2). Woolhouse (2002) menjabarkan bahwa
beberapa patogen penyakit tersebut termasuk dalam patogen yang
menyebabkan EID, seperti HIV, virus Ebola, dan prion new variant Creutzfeldt-
Jakob disease (vCJD).
Beberapa penyakit menular relatif berdampak pada sedikit populasi
manusia, akan tetapi keberadaannya dapat mengancam manusia karena
mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta minimnya upaya pencegahan, seperti
vaksinasi dan pengobatan efektif (Daszak et al. 2004). Keberadaan patogen
penyebab penyakit merupakan efek dari sistem yang dinamis dan komplek pada
proses-proses biologis, sosial, ekologi, dan teknologi (Coker et al. 2011).
6
Tabel 2 Patogen baru yang diketahui sejak 1973 (Woolhouse 2002; Zowghi et
al. 2008)
Beberapa EID dan REID yang terjadi di Indonesia, antara lain demam
berdarah dengue, tuberkulosis, malaria, polio, AIDS, SARS, H5N1 influenza, dan
rabies (Kandun 2006). Menurut Jones et al. (2008), kemunculan penyakit
disebabkan oleh (1) galur agen patogen yang baru berevolusi (misalnya
tuberkulosis multi-drug-resistant, dan malaria yang resisten terhadap
chloroquine); (2) agen patogen yang menginfeksi populasi manusia untuk
pertama kali (misalnya HIV-1, coronavirus severe acute respiratory
syndrome/SARS); atau (3) patogen yang kemungkinan telah ada sejak lama
namun menunjukkan peningkatan tingkat kejadian (misalnya lyme diseases).
Sebagian besar EID disebabkan oleh patogen yang telah ada di lingkungan dan
hewan lebih sering bertindak sebagai reservoar alami bagi agen penyakit baru
pada manusia (Chomel 1998).
Dampak yang diakibatkan dari munculnya EZ dan REZ sangat besar (Reilly
2009; Gummow 2010). Contoh dari EZ dan REZ antara lain plague yang
menyebabkan 54 kematian manusia di India dari April hingga Oktober 1994
(Chugh 2008). Dari Agustus hingga Oktober 2007 virus Ebola dari filovirus
menyebabkan sindrom pendarahan dengan 249 kasus dan 183 kematian di
Republik Demokratik Kongo (Shakespeare 2009). Virus Nipah yang termasuk
paramyxovirus muncul kali pertama di Malaysia tahun 1998 menyerang babi
dengan gejala pada respirasi dan syaraf dan menyebabkan kematian beberapa
manusia yang kontak langsung dengan babi dan memakan dagingnya (Wild
2009). SARS menyebabkan kematian 774 manusia pada tahun 2003 di Asia.
SARS juga berdampak sosial karena menyebabkan kekhawatiran, kecemasan,
dan ketakutan masyarakat. Di bidang politik, SARS menyebabkan kekisruhan
politik sebagai akibat dari penerapan sistem peringatan perjalanan (travel
warning) dan boikot perdagangan oleh negara lain yang dapat mengganggu
hubungan internasional. SARS juga menurunkan budaya konsumsi masyarakat
dalam menggunakan karnivora liar sebagai obat dan makanan. Selain itu, spora
bakteri antraks yang disebarkan di Amerika Serikat tahun 2001 menyebabkan
gangguan keamanan yang dikaitkan dengan bioterorisme (Gummow 2010; Coker
et al. 2011).
Salah satu EZ bersumber satwa liar adalah HIV/AIDS pada manusia yang
disebabkan oleh dua dari 26 galur simian immunodeficiency virus (SIV) yakni
virus HIV-1 dan HIV-2. Kedua galur virus berevolusi dari simpanse (Pan
troglodytes) dan sooty mangabeys (Cercocebus torquatus) di Afrika.
Penyebaran virus terjadi pertama kali pada tahun 1980-an di daerah ekuator
Afrika akibat perburuan kera untuk bahan pangan. Kedua galur virus bertahan
dan menyebar pada populasi manusia (Hahn et al. 2000; Bengis et al. 2004).
Faktor pemicu kemunculan HIV/AIDS adalah perubahan ekologi, perkembangan
populasi manusia, deforestasi, urbanisasi, perilaku seksual, penggunaan obat
secara parenteral, serta perjalanan lokal dan internasional (Hahn et al. 2000).
Menurut WHO (2010), HIV/AIDS menjadi pandemi zoonosis terbesar dalam
sejarah manusia dengan jumlah 2.6 juta manusia baru terinfeksi pada tahun
2009.
Infeksi virus Ebola pertama kali terjadi di bagian barat daya Sudan dan
Republik Demokratik Kongo tahun 1976 (Shakespeare 2009). Virus Ebola
memiliki tingkat mortalitas tinggi pada manusia karena memiliki subtipe yang
berbeda-beda (Leroy et al. 2004). Kasus yang terjadi pada manusia dikaitkan
dengan penanganan karkas gorila (Gorilla sp.), simpanse, atau duiker
(Sylvicapra grimmia), dan kontak langsung manusia dengan hewan mati (Bengis
et al. 2004). Contoh lainnya adalah hantavirus yang menyebabkan hemorrhagic
fever with renal syndrome (HFRS) di Eropa dan Asia serta hantavirus pulmonary
syndrome (HPS) di Amerika Serikat. Hantavirus menyebar ke lingkungan melalui
aerosol dari ekskreta deer mouse Amerika Utara (Peromyscus maniculatus)
dengan gejala asimtomatik. Di Amerika Serikat, penyebaran hantavirus
dipengaruhi oleh perubahan iklim El Niňo Southern Oscillation (ENSO) dan
peningkatan aktivitas manusia, seperti deforestasi dan perkembangan populasi
manusia (Mills et al. 2010).
Paramyxovirus yang merupakan EZ adalah virus Hendra dan virus Nipah.
Tahun 1994 terjadi wabah yang disebabkan oleh virus Hendra pada kuda dan
manusia di Queensland, Australia. Reservoar alami virus Hendra adalah
kelelawar dari famili Megachiroptera (Pteropus sp.). Penularan ke manusia
terkait dengan kontak langsung dengan kuda yang mati akibat virus Hendra saat
melakukan nekropsi. Cara penularan dari kuda ke manusia belum diketahui,
namun keberadaan virus pada urin kelelawar mengindikasikan penularan dapat
melalui kontaminasi makanan dan air (Westbury 2000). Wabah virus Nipah yang
13
Faktor Penyebab Contoh EID dan REID terkait dengan faktor penyebab
Perubahan dan adaptasi Escherichia coli O157:H7 yang lebih virulen
mikroba
Kerentanan manusia Manusia yang homozygous metionin pada kodon 129 gen
terhadap infeksi prion protein lebih rentan terhadap penyakit Creutzfeldt-
Jakob
Iklim dan cuaca Hujan lebat meningkatkan perkembangbiakan vektor
nyamuk dan penyakit menular oleh nyamuk
Perubahan ekosistem Pembangunan dam menyebabkan perubahan vektor ekologi
dan kemunculan Rift Valley fever di Mesir
Demografi dan perilaku Tindik anggota tubuh dan potensi infeksi hepatitis C
manusia
Perkembangan ekonomi Penebangan hutan di Venezuela meningkatkan populasi
dan pemanfaatan lahan tikus yang menjadi inang reservoar virus Guanarito dan
wabah Venezuelan hemorrhagic fever
Perjalanan internasional Impor raspberi Guatemala dan wabah siklosporiasis di
dan perdagangan Amerika Serikat
Teknologi dan industri Pengobatan massal menggunakan floroquinolon pada infeksi
Escherichia coli ayam menyebabkan resistensi antimikroba
pada manusia dan organisme lainnya
Gangguan kesehatan Gangguan pengendalian vektor meningkatkan distribusi dan
masyarakat kelimpahan Aedes aegyptii penyebab demam berdarah
dengue
Kemiskinan dan Memakan daging hewan yang mati akibat antraks
ketimpangan sosial menyebabkan terjadinya kasus antraks gastrointestinal pada
manusia
Perang dan kelaparan Bencana alam dan kerusuhan merusak sarana kesehatan
masyarakat terutama layanan pencegahan seperti imunisasi
dan pengendalian vektor
Kurangnya kebijakan Tidak dilaporkannya kejadian penyakit karena alasan
politik ekonomi dan politis menyebabkan kemunculan wabah SARS
di Cina
Kedekatan terhadap Penyebaran spora Bacillus anthracis di Amerika Serikat
kuman penyebab tahun 2001
penyakit
Kemunculan dan penyebaran EZ dan REZ bersumber satwa liar dipicu oleh
(1) peningkatan permintaan protein hewani sehingga menyebabkan perubahan
praktik pertanian (misalnya produksi perunggasan di Asia), pasar hewan,
18
Virus
Bolivian hemorrhagic fever, Perubahan pertanian yang memicu populasi inang rodensia
Argentina hemorrhagic fever
Ebola, Marburg Tidak diketahui (di Eropa dan Amerika Serikat dari impor
monyet)
Influenza (pandemi) Kemungkinan peternakan babi dan bebek yang memfasilitasi re-
assortment virus avian dan mamalia
Bakteri
Kolera Epidemi di Amerika Selatan kemungkinan berasal dari kapal
Asia yang menyebar melalui klorinasi air, perjalanan
Parasit
Cryptosporidium, patogen Kontaminasi air permukaan, kegagalan pemurnian air
penyakit air lainnya
Gambar 1 Hubungan EID antara satwa liar, hewan domestik, dan manusia
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi (Daszak 2000).
Tabel 7 Contoh virus yang telah muncul sebagai hasil dari lompatan spesies.
Bagian A menunjukkan waktu lampau (5000 hingga 10000 tahun lalu)
dan bagian B menunjukkan waktu beberapa dekade terakhir
(Cleaveland 2007)
A. Waktu lampau
Penyakit/patogen Inang asal yang Inang baru
diduga
Afrika, penggunaan satwa liar, seperti cane rat hingga gorila, untuk dijadikan
makanan. Peningkatan perdagangan bushmeat dipicu oleh faktor kebudayaan,
politik, dan ekonomi (Karesh dan Noble 2009). Di Asia Timur dan Tenggara,
puluhan juta satwa liar didatangkan tiap tahun dari regional dan seluruh dunia
untuk makanan atau penggunaan obat tradisional. Diperkirakan lebih dari satu
miliar kilogram bushmeat diperdagangkan di Afrika Tengah baik untuk konsumsi
lokal maupun regional, sedangkan di lembah Sungai Amazon diperdagangkan 67
hingga 164 kilogram bushmeat dengan jumlah mamalia yang dikonsumsi
sebanyak 6.4 juta hingga 15.8 juta individu (Karesh et al. 2005).
Mekanisme yang digunakan dalam menyediakan satwa liar sebagai bahan
pangan, obat, hewan kesayangan, kesenangan baru, dan produk lainnya sangat
kompleks dan bervariasi bergantung pada wilayah, penggunaan, dan spesies
satwa liar. Di hutan Afrika Tengah, bushmeat menjadi sumber utama protein
hewani karena kemampuan keterbasan beternak hewan domestik (Karesh dan
Noble 2009). Pemburu satwa liar, pedagang, dan konsumen merupakan
golongan manusia yang paling sering kontak dan terpapar satwa liar (Karesh et
al. 2005). Bushmeat monyet juga menularkan parasit gastrointestinal, seperti
Trichuris sp., Entamoeba coli, Strongyloides fulleborni, dan Ancylostoma spp. di
Kamerun. Menurut Pourrut et al. (2010), parasit-parasit tersebut ditularkan ke
manusia secara transkutaneus melalui infeksi larva selama penanganan daging
(butchering). Kelelawar juga sering digunakan sebagai bushmeat untuk
dikonsumsi. Kelelawar memiliki peran signifikan bagi kesehatan karena berperan
sebagai inang reservoar beberapa virus (Calisher et al. 2006). Menurut Krauss
et al. (2003), kelelawar menularkan virus ke hewan domestik dan manusia
melalui kontak, gigitan, dan aerosol (Tabel 8).
Translokasi satwa liar dikaitkan dengan penyebaran beberapa zoonosis
(Chomel et al. 2007). Program penangkaran satwa bertujuan menjaga
keberlangsungan genetik dan kesehatan populasi satwa untuk dilepasliarkan ke
alam. Terjadinya translokasi satwa liar untuk kegiatan konservasi, pertanian, dan
berburu berisiko terpaparnya spesies satwa liar dengan agen menular eksotik.
Translokasi dan penangkaran berpotensi pada perpindahan patogen ke dalam
populasi satwa liar yang sebelumnya tidak terpapar (Daszak et al. 2000).
35
36
Biaya yang
Penyakit Negara Tahun Pustaka
dikeluarkan
Lyme disease Amerika Serikat 1997 2.5 miliar dolar Anonim (2008)
Amerika
Simpulan
1. Satwa liar diketahui berperan sebagai reservoar dalam kemunculan
beberapa EID dan REID yang bersifat zoonotik (EZ dan REZ) dan
menimbulkan dampak negatif pada manusia dan hewan di bidang
kesehatan, ekonomi, sosial, politik, dan keamanan.
2. EID dan REID muncul akibat ketidakseimbangan hubungan ekosistem
antara inang dan patogen yang dipicu oleh faktor-faktor sosio-ekonomi,
lingkungan, dan ekologi, seperti perkembangan pemukiman penduduk dan
deforestasi.
3. Pencegahan dan pengendalian zoonosis bersumber satwa liar dilakukan
dengan mengutamakan prinsip pencegahan dan pengendalian pada
sumber penularan melalui penguatan koordinasi lintas sektor, sinkronisasi,
pembinaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan strategi
dan program perencanaan terpadu terhadap wabah, serta penguatan
kapasitas sumber daya masyarakat.
4. Permasalahan yang timbul akibat EZ dan REZ menjadi tantangan bagi
profesi bidang kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan melalui
pendekatan konsep one health dan ecohealth melalui kerjasama antar
organisasi-organisasi dunia, seperti OIE, FAO, dan WHO.
Saran
1. Diharapkan terjadi peningkatan kewaspadaan semua lapisan masyarakat
dunia terhadap bahaya zoonosis yang baru muncul bersumber satwa liar.
2. Perlunya upaya intensif untuk menurunkan faktor risiko EID dan REID yang
bersifat zoonotik bersumber hewan liar.
3. Perlunya penguatan kolaborasi dan kerjasama antar semua pihak yang
terkait antar bidang kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dalam
mencegah dan mengendalikan zoonosis yang baru muncul bersumber
satwa liar.
4. Diharapkan pemerintah secara intensif mendukung dan mendorong
implementasi konsep one health dan ecohealth pada kesehatan manusia,
hewan, dan ekosistem lingkungan.
41
Ashford RW. 2003. When is a reservoir not a reservoir?. Emerg Infect Dis
9(11):1495-1496.
Bengis RG, Leighton FA, Fischer JR, Artois M, Mörner T, Tate CM. 2004. The
role of wildlife in emerging and re-emerging zoonoses. Rev sci tech Off int
Epiz 23(2):497-511.
Breiman RF, Njenga MK, Cleaveland S, Sharif SK, Mbabu M, King L. 2008.
Lesson from the 2006-2007 Rift Valley fever outbreak in East Africa:
implications for prevention of emerging infectious diseases. Future Virol
3(5):411-417.
Butler RA. 2006. Impact of deforestation: species loss, extinction and disease.
[terhubung berkala]. http://rainforests.mongabay.com/0904.htm. [6 Juli
2011].
Calisher CH, Childs JE, Field HE, Holmes KV, Schountz T. 2006. Bats:
important reservoir hosts of emerging viruses. Clin Microbiol Rev
19(3):531-545.
43
[CDC] Center for Diseases Control and Prevention. 2010. Final 2010 West Nile
virus human infections in the United States. [terhubung berkala].
http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/westnile/surv&controlCaseCount10_detail
ed.htm. [28 Juni 2011].
Chomel BB. 1998. New emerging zoonoses: a challenge and an opportunity for
the veterinary profession. Comp Immunol Microbiol Infect Dis 21:1-14.
Chomel BB. 2003. Control and prevention of emerging zoonoses. J Vet Med
Educ 30(2):145-147.
Chomel BB, Belotto A, Meslin FX. 2007. Wildlife, exotic pets, and emerging
zoonoses. Emerg Infect Dis 13(1):6-11.
Cleaveland SC, Laurenson MK, Taylor LH. 2001. Diseases of humans and their
domestic mammals: pathogen characteristic, host range and the risk of
emergence. Phill Trans R Soc Lond B 356:983-989.
Crowl TA, Crist TO, Parmenter RR, Belovsky G, Lugo AE. 2008. The spread of
invasive species and infectious disease as drivers of ecosystem change.
Ecol Soc Am 6(5):234-246.
Cunningham AA. 2005. A walk on the wild side – emerging wildlife diseases.
Brit Med J 331:1214-1215.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2011. Food
chain crisis management framework. Prevention and early warning.
[terhubung berkala]. http://www.fao.org/foodchain/prevention-and-early-
warning/en/ [11 Juli 2011].
Nations. 2006. Global Early Warning and Response System for Major
Animal Diseases, including Zoonoses (GLEWS). FAO/OIE/WHO.
Gurley ES, Montgomery JM, Hossain MJ, Bell M, Azad AK, Islam MR, Molla
MAR, Caroll DS, Ksiazek TG, Rota PA, Lowe L, Comer, JA, Rollin P, Czub
A, Grolla A, Feldmann H, Luby SP, Woodward JL, Breiman RB. 2007.
Person-to-person transmission of Nipah virus in a Bangladeshi community.
Emerg Infect Dis 13(7):1031-1037.
Hahn BH, Shaw GM, De Cock KM, Sharp PM. 2000. AIDS as a zoonosis:
scientific and public health implications. Science 287(5453):607-614.
Jones KE, Patel NG, Levy MA, Storeygard A, Balk D, Gittleman JL. Daszak P.
2008. Global trends in emerging infectious disease. Nature 451:990-993.
Karesh WB, Cook RA, Bennett EL, Newcomb J. 2005. Wildlife trade and global
disease emergence. Emerg Infect Dis 11(7):1000-1002.
Karesh WB, Noble E. 2009. The bushmeat trade: increased opportunities for
transmission of zoonotic disease. Mt Sinai J Med 76:429-434.
Lam SK, Chua KB. 2002. Nipah virus encephalitis outbreak in Malaysia. Clin
Infect Dis 34(Suppl 2):S48-S51.
Meslin FX. 1992. Surveillance and control of emerging zoonoses. World Health
Stat Q 45:200-207.
Mills JN, Amman BR, Glass GE. 2010. Ecology of hantavirus and their hosts in
North America. Vector-Borne Zoonot Dis 10(6):563-574.
Morens DM, Folkers GK, Fauci AS. 2004. The challenge of emerging and re-
emerging infectious diseases. Nature 430:242-249.
Morse SS. 1995. Factors in the emergence of infectious diseases. Emerg Infect
Dis 1(1):7-15.
Mohd NM, Gan CH, Ong BL. 2000. Nipah virus infection of pigs in peninsular
Malaysia. Rev sci tech Off int Epiz 19(1):160-165.
[NaTHNaC] National Travel Healh Network and Centre. 2011. Clinical updates:
rabies in Bali, Indonesia. http://www.nathnac.org/pro/clinical_updates
/rabies_bali2011.htm [30 Juni 2011].
Nguyen V. 2011. The move towards more holistic approaches in public health.
Dalam: Understanding the concept and practice of ecosystem approaches
to health in the context of public health. [tesis]. Guelph: The Faculty of
Graduate Studies of The University of Guelph.
[OIE] World Organisation for Animal Health. 2011. World Animal Health
Information Database (WAHID). [terhubung berkala]. www.oie.int/wahis/
public.php?page=home. [11 Juli 2011].
Patz JA, Daszak P, Tabor GM, Aguirre AA, Pearl M, Epstein J, Wolfe ND,
Kilpatrick AM, Foufopoulos J, Malyneux D, Bradley. 2004. Unhelathy
landscapes: policy recommendations on land use change and infectious
disease emergence. Environ Health Persp 112:1092-1098.
46
Pourrut X, Diffo JLD, Somo RM, Bilong Bilong CF, Delaporte E, LeBreton M,
Gonzalez JP. 2010. Prevalence of gastrointestinal parasites in primate
bushmeat and pets in Cameroon. Vet Parasitol 175:187-191.
Reilly RT. 2009. Emerging infectious diseases threats: agents, impacts, and
considerations. http://www.nga.org/Files/pdf/0907HSTWORKSHOP
REILLY.PDF. [29 Mei 2011].
Sharp RL, Larson LR, Green GT. 2011. Factors influencing public preferences
for the invasive alien species management. Biol Conserv 144:2097-2104.
Siu A, Wong YCR. 2004. Economic impact of SARS: the case of Hong Kong.
Asian Econ Pap 3(1):62-83.
Sleeman J. 2006. Wildlife zoonoses for the veterinary practitioner. J Exot Pet
Med 15(1):25-32.
Taylor LH, Latham SM, Woolhouse MEJ. 2001. Risk factors for human disease
emergence. Phil Trans R Soc Lond B Biol Sci 356:983-989.
[WHO] World Health Organization. 1996. A new global health crisis: emerging
infectious diseases. Di dalam: World Health Report 1996. Geneva: World
Health Organization.
[WHO] World Health Organization. 2000. The World Health Report 2000 Health
Systems: Improving Performace. Geneva: World Health Organization.
47
[WHO] World Health Organization. 2010. UNAIDS report on the global AIDS
epidemic 2010. [terhubung berkala]. http://www.unaids.org/
globalreport/global_report.htm. [27 Juni 2011].
Westbury HA. 2000. Hendra virus disease in horse. Rev sci tech Off int Epiz
19(1):151-159.
Wilson ML. 2002. Emerging and vector-borne diseases: role of high spatial
resolution and hyperspectral in analyses and forecasts. J Geogr Syst 4:31-
42.
Wolfe ND, Daszak P, Kilpatrick AM, Burke DS. 2005. Bushmeat hunting,
deforestation, and prediction of zoonoses emergence. Emerg Infect Dis
11(12):1822-1827.
Wolfe ND, Dunavan CP, Diamond J. 2007. Origins of major human infectious
diseases. Nature 447:279-283.