ID Analisis Penerapan Standard Precautions PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS DALAM


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAIs (HEALTHCARE
ASSOCIATED INFECTIONS)
DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

Astri Budhi Satiti*), Putri Asmita Wigati**), Eka Yunila Fatmasari**)


*) Mahasiswa Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
**) Staff Pengajar Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

astri.satiti@gmail.com

ABSTRACT : The incidence of Health Care Associated Infections (HAIs) is


Surgical Site Infection (SSI) in RAA Soewondo Hospitals, Pati Regency on
September 2015 is 3,09%, October 2015 is 3,44%, and December 2015 is
7,79%. Therefore, it is very important to apply Standard Precautions facilities
because it proved to prevent transmission of infections associated with health
care. This research is qualitative descriptive research aimed to analyze the
application of standard precautions in the prevention and HAIs (Healthcare
Associated Infections) control at RAA Soewondo Hospitals, Pati Regency. Data
were collected by in-depth interview and observation non participatory method.
The key informants of this research are IPCN. The triangulation informants are
IPCLN and head of nursing units. The research results show that the standard
precautions been socialized and applied in RAA Soewondo Hospitals, Pati
Regency, but the level of several compliance still below standard. In planning,
there are still undetermined performance indicators of components standard
precautions. In organizing, there has been no a division of individual duties for all
of the PPI committee members and still have constraints. There are barriers or
obstacles in implementation, such as human behavior less adherent and less
infrastructure. Monitoring and evaluation of standard precautions that the
schedule only carried out when the audit is every quarter in a year and some
components of standard precautions have not been audited. Suggestions in this
research are to make more detailed regulations, according to the situation of the
hospital; determine the distribution of individual duties to all members of the PPI
committee in detail; improve monitoring or audit; make the system of reward, and
increase the inadequate facilities.
Keyword : Hospital Services, HAIs (Healthcare Associated Infections),
Prevention and Infection Control, Standard Precautions, Function of
Management

PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial atau yang yang kini menjadi perhatian di
saat ini disebut sebagai infeksi banyak negara.1 World Health
berkaitan dengan pelayanan di Organization (WHO) memperkirakan
fasilitas kesehatan atau HAIs bahwa dalam kurun waktu tertentu
merupakan suatu masalah serius 1,4 juta penduduk dunia akan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

terkena HAIs (Healthcare Associated dengan pencegahan pengendalian


Infections).2 Kejadian HAIs dapat infeksi.
menyebabkan morbiditas dan Didasari dari uraian diatas,
mortalitas meningkat, dan maka penelitian ini bertujuan untuk
memperpanjang perawatan pasien menganalisis penerapan Standard
sehingga meningkatkan biaya Precautions dalam Pencegahan dan
pelayanan kesehatan.3 Pengendalian HAIs (Healthcare
Upaya yang dapat dilakukan Associated Infections) di RSUD RAA
untuk mencegah dan mengendalikan Soewondo Pati ditinjau dari aspek
penularan penyakit dari pasien ke proses pada pendekatan sistem
petugas kesehatan atau sebaliknya yang didalamnya terdapat fungsi-
adalah penerapan Standard fungsi manajemen dan aspek output
Precautions atau Kewaspadaan terkait penerapan pada komponen
Standar. Berdasarkan CDC (Central utama standard precautions. 2
Disease Control) 2011, komponen
utama Standard Precautions meliputi METODE PENELITIAN
: hand hygiene, penggunaan Alat Jenis penelitian ini merupakan
Pelindung Diri (APD), praktik injeksi penelitian kualitatif dengan
aman, penanganan dari peralatan pendekatan secara deskriptif.
atau permukaan di lingkungan Pengumpulan data primer dengan
pasien yang potensial menggunakan wawancara mendala
terkontaminasi dan respiratory dan observasi dokumen
hygiene / etika batuk.4 menggunakan lembar check list.
Pada surveilans HAIs di RSUD Pengumpulan data sekunder
RAA Soewondo Pati, pengelola diperoleh melalui data dokumentasi
hanya mampu melakukan surveilans atau data laporan yang telah
HAIs di ruang IRNA kebidanan pada tersedia. Informan utama yaitu 4
pasien post secio cesaria untuk IDO orang IPCN (Infection Prevention
dan di ruang ICU untuk IADP, VAP, and Control Nurse). Sedangkan
dan ISK. Berdasarkan data dari informan triangulasi yaitu 3 orang
Komite PPI di Rumah Sakit Umum perwakilan IPCLN (Infection
Daerah RAA Soewondo Pati bahwa Prevention and Control Link Nurse)
terdapat terdapat kejadian HAIs di beberapa ruangan atau instalasi
yaitu IDO pada bulan September dan Kabid Keperawatan. Validitas
2015 sebesar 3,09%, Oktober dan rebilitas data menggunakan
sebesar 2015 3,44% dan bulan teknik triangulasi sumber.
Desember 2015 sebesar 7,79%.5
Angka tersebut telah melebihi dari HASIL DAN PEMBAHASAN
standar pelayananan minimal A. Penerapan Standard
berdasarkan KMK No.129 Tahun Precautions
2008 bahwa standar kejadian infeksi Kelima komponen utama
nosokomial/HAIs yaitu ≤1,5%.6 Dari Standard Precautions tersebut
laporan hasil audit ditemukan bahwa sudah disosialisasikan dan
fasilitas hand hygiene seperti sabun diterapkan di RSUD RAA Soewondo
handrub dan handwash serta Pati namun hanya pada poin Hand
handuk sekali pakai masih banyak Hygiene, penggunaan APD, dan
yang kosong. Selain itu, beberapa penanganan dari peralatan atau
komponen standard precautions permukaan di lingkungan pasien
belum diadakan audit karena masih yang potensial terkontaminasi terkait
kurangnya fasilitas yang berkaitan dengan pengelolaan limbah yang

41
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dapat diukur bagaimana 2. Tingkat Kepatuhan dalam


penerapannya dilihat dari laporan Pengelolaan Limbah
hasil audit tentang kepatuhan dalam Berdasarkan dokumen hasil
melakukan Hand Hygiene, evaluasi tentang kepatuhan
kepatuhan dalam pengelolaan petugas dalam pengelolaan
limbah, dan kepatuhan dalam limbah diketahui bahwa
penggunaan APD yakni sebagai kepatuhan terhadap pembuangan
3
berikut: limbah belum dilaksanakan
sesuai dengan SPO atau masih
1. Tingkat Kepatuhan Kebersihan dibawah standar mutu RS yaitu
Tangan/Hand Hygiene <100%. Angka kepatuhan
WHO (2010) yang petugas dalam pengelolaan /
menyatakan bahwa kepatuhan pembuangan sampah infeksius
hand hygiene perawat atau masih rendah dibawah indikator
tenaga kesehatan di rumah sakit mutur RS berkisar pada 29%-
harus lebih dari 50%.7 Kepatuhan 56%. Demikian juga pada angka
petugas dalam kebersihan tangan kepatuhan petugas dalam
pada triwulan 3 dan 4 tahun 2015 pengelolaan / pembuangan
dalam melakukan kebersihan sampah non infeksius pada tahun
tangan rata-rata pada momen 1 2015 triwulan 3 sebesar 33% dan
atau sebelum kontak dengan triwulan 4 sebesar 38%.
pasien, momen ke-2 atau Tingkat kepatuhan
sebelum melakukan tindakan pembuangan sampah benda
aseptik, dan momen ke-5 atau tajam rata-rata petugas sudah
setelah kontak dengan banyak yang patuh walaupun
lingkungan area pasien masih di belum bisa mencapai angka
bawah standar rumah sakit dan kepatuhan 100%. Sedangkan
WHO. Namun, untuk tahun 2016 pengelolaan limbah darah dan
kepatuhan perawat dalam komponen darah baru yang
melakukan hand hygiene pada dilakukan audit atau monitoring
momen ke-2 sudah meningkat di evaluasi pada tahun 2016
atas standar rumah sakit. triwulan ke-2 dan hasilnya
Sementara itu, rata-rata pada sebesar 80% masih di bawah
momen 3 atau setelah kontak standar.
dengan cairan tubuh pasien dan
momen 4 atau setelah kontak 3. Tingkat Ketepatan Penggunaan
dengan pasien kepatuhan APD
melakukan hand hygiene oleh Audit ketepatan petugas
perawat tergolong sedang di atas dalam penggunaan APD baru
standar rumah sakit berkisar dilakukan pada bulan Juni tahun
pada angka 51% - 89%. 2016 dan hanya pada ruang IKB,
Kemudian untuk cakupan IGD, dan rawat inap. Dari hasil
hasil audit pada triwulan 3 dan 4 rekapitulasi hasil audit ketepatan
tahun 2015 tentang kepatuhan penggunaan APD pada bulan
dalam melakukan hand hygiene Juni tahun 2016 diketahui bahwa
oleh profesi dokter bahwa rata- petugas di ruang IKB (Instalasi
rata rendah masih di bawah Kamar Bersalin) dan rawat inap
standar rumah sakit yaitu <50%. tingkat ketepatan dalam
penggunaan APD pada diatas
standar rumah sakit yakni

42
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

masing-masing sebesar 56,4% resmi ditetapkan karena belum


dan 54,54%. Sedangkan untuk di diadakan audit tentang hal tersebut
ruang IGD tingkat ketepatan sehingga indikator belum dapat
petugas dalam penggunaan APD ditentukan.
rendah yaitu sebesar 31,25% Menurut hasil wawancara
masih di bwah standar RS. dengan informan didapatkan bahwa
agar penerapan standard
B. Fungsi-fungsi Manajemen precautions dapat berjalan dengan
terhadap Standard baik sesuai hingga dapat mencapai
Precautions indikator mutu strateginya
1. Perencanaan diantaranya yaitu pertama
Penetapan tujuan dari melakukan pendekatan ke manajer
penerapan standard precautions untuk membuat suatu kebijakan,
atau kewaspadaan standar di RSUD kedua membuat program, ketiga
RAA Soeowondo Pati dilakukan mengusulkan dana serta mencukupi
dengan cara rapat koordinasi komite fasilitas, selanjutnya edukasi
PPI dan berdasarkan peraturan baik sosialisasi kepada SDM tentang
dari depkes maupun rumah sakit. penerapan kewaspadaan standar,
Kegiatan pencegahan dan setelah proses pelaksanaan yaitu
pengendalian infeksi termasuk menganalisa hasil audit,
didalamnya Standard Precautions mengevaluasi dan membuat
atau Kewaspadaan Standar rencana tindak lanjut.
berlandaskan pada Kepmenkes No. Menurut informan kelemahan
382 / Menkes / SK / III / 2007 dari kegiatan standard precautions
tentang pedoman pencegahan dan yaitu ketika perilaku SDM yang
pengendalian infeksi di rumah sakit masih tidak patuh dalam penerapan
dan fasilitas kesehatan lainnya serta kegiatan standard precautions.
Kepmenkes No. 270 / Menkes / SK / Selain itu, kurangnya fasilitas juga
III / 2007 tentang pedoman menjadi hambatan dalam penerapan
manajerial pencegahan dan kegiatan standard precautions.
pengendalian infeksi di rumah sakit Dari hasil wawancara
dan fasilitas kesehatan lainnnya. mendalam bahwa perencanaan
Dalam rangka mengukur terhadap penerapan kegiatan
tingkat keberhasilan penerapan standard precautions dilakukan pada
kegiatan Standard Precautions, akhir tahun dan berdasarkan hasil
Komite PPI RSUD RAA Soewondo evaluasi kegiatan tahun
Pati sudah menetapkan indikator sebelumnya. Selain itu, tiap tiga
keberhasilan pada beberapa bulan IPCN juga membuat rencana
komponen standard precautions tindak lanjut berdasarkan hasil audit
diantaranya yaitu indikator mutu beberapa komponen penerapan
tingkat kepatuhan kebersihan tangan standard precautions. Dari hal
(hand hygiene) sebesar 50%, tersebut di akhir tahun IPCN
indikator mutu tingkat kepatuhan membuat ICRA (Infections Control
penggunaan APD sebesar 50%, dan Risk Assement). ICRA merupakan
indikator mutu tingkat kepatuhan bagian proses perencanaan
pengelolaan limbah sebesar 100%. pencegahan dan kontrol infeksi,
Sedangkan untuk komponen utama `sarana untuk mengembangkan,
Standard Precautions yang lain pola bersama menyusun
seperti praktik suntik aman belum perencanaan, menjaga fokus
terdapat indikator keberhasilan yang surveilans dan aktivitas program

43

4
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

lainnya, serta melaksanakan Assement); serta monitoring dan


program pertemuan reguler dan evaluasi penerapan standard
upaya pendanaan.8,9 precautions yang meliputi monitoring
Pihak yang terlibat dalam evaluasi kebersihan tangan,
perencanaan adalah semua anggota monitoring evaluasi pemakaian APD,
komite PPI meliputi ketua komite dan monitoring evaluasi ketepatan
PPI, sekretaris komite, IPCN, dan pembuangan sampah infeksius non
anggota komite PPI. Perencanaan infeksius benda tajam.
yang sudah dibahas dalam rapat Hambatan perencanaan yaitu
komite PPI baru kemudian dana yang disediakan oleh rumah
disampaikan ke dalam perencanaan sakit untuk dirasa kurang karena
dengan pejabat struktural rumah memang cost untuk kegiatan PPI
sakit seperti wadir pelayanan, wadir yang tinggi dan programnya yang
umum karena menyangkut banyak. Selain itu, salah satu
anggaran, kabid perencanaan dan informan juga menyebutkan bahwa
sim juga termasuk kasie sim dan rs. koordinasi juga menjadi hambatan
Mengenai perencanaan dalam penerapan standard
kebutuhan dana, fasilitas terkait precautions.
penerapan standard precautions
komite PPI membuat usulan 2. Pengorganisasian
anggaran untuk diajukan ke rumah Mengenai hal pembagian
sakit melalui PPTK (penanggung tugas, tanggung jawab, dan
jawab anggaran). Usulan tersebut wewenang didapatkan hasil bahwa
merupakan hasil dari evaluasi dari pembagian tugas, tanggung jawab,
monitoring fasilitas. Dari hasil dan wewenang terkait dengan
tersebut kebutuhan untuk satu tahun kegiatan Standard Precautions
direkap, disusun, dan diprioritaskan. sudah tercantum pada pedoman
Selanjutnya usulan tersebut masuk pengorganisasian baik dari
ke dalam RBA (Rencana Bisnis Departamen Kesehatan maupun dari
Anggaran). Anggaran yang masuk rumah sakit. RSUD RAA Soewondo
dalam RBA termasuk anggaran telah mengeluarkan Peraturan
untuk edukasi, sosialisasi, In House Direktur Nomor: KPPI / 02 / 18 /
Training, pemenuhan fasilitas- Tahun 2015 tentang Pedoman
fasilitas ruangan seperti APD, Pengorganisasian Komite
fasilitas hand hygiene rutin dan Pencegahan dan Pengendalian
sebagainya. Infeksi RSUD RAA Soewondo Pati.
Rencana-rencana yang telah Mengenai pembagian tugas
disusun terkait dengan penerapan audit, IPCN sudah mendapatkan
standard precautions meliputi pembagian area-area yang ada di
manajerial program PPI; rapat rumah sakit. Dalam melaksanakan
koordinasi khusus dengan komite tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN
PPI maupun dengan pihak lain; di tiap-tiap ruangan atau instalansi-
pembuatan, revisi, dan sosialisasi instalasi. Pada pembagian tugas di
SPO; evaluasi dan penyusunan komite PPI salah satu informan
revisi SPO, revisi, sosilaisasi tentang mengungkapkan bahwa
SPO; edukasi dan pelatihan staf pembagiannya
5 masih lemah. Artinya
tentang kewaspadaan standar baik bahwa sudah ada pembagian tugas
melalu pertemuan-pertemuan per jabatan pada Komite PPI yaitu
maupun in house training; membuat sudah ada uraian tugas untuk Ketua,
ICRA (Infection Control Risk Sekretaris, Anggota, IPCO dan IPCN

44
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

namun belum ada pembagian tugas In house training (IHT) mengenai


per individu untuk semua anggota PPI termasuk didalamnya Standard
Komite PPI. Hal tersebut menjadikan Precautions pada tahun 2016 ini
anggota Komite PPI belum bisa seluruh karyawan RSUD RAA
melaksanakan tanggung jawabnya Soewondo Pati telah mengikuti IHT
secara optimal. tentang PPI.
Mengenai tanggung jawab tim Pelaksanaan Hand Hygiene di
PPI dan unit-unit terkait apabila RSUD RAA Soewondo Pati
mendapat masalah dalam berdasarkan hasil wawancara
penerapan standard precautions mendalam informan mengatakan
yaitu dengan melakukan koordinasi bahwa kepatuhannya masih belum
dengan unit ataupun ruangan yang maksimal. Pada beberapa momen
terkait dengan permasalahan kepatuhan dalam melakukan Hand
tersebut. Koordinasi telah rutin Hyigene masih di bawah standar
dilakukan dengn rapat koordinasi mutu RS ≤50%.
satu bulan sekali untuk komite PPI. Pelaksanaan standard
Selain itu koordinasi sewaktu-waktu precautions pada poin penggunaan
apabila terdapat permasalahan di APD informan mengatakan bahwa
unit lain maupun di ruangan. Namun pelaksanaannya juga belum
dalam hal koordinasi dengan unit maksimal. Hal tersebut dikarenakan
lain masih terdapat adanya kendala terdapat beberapa sarana APD yang
yaitu tidak bisa melakukan rapat belum tercukupi. Contohnya yaitu
koordinasi dengan unit lain sehingga sepatu boots yang belum semuanya
jalan keluarnya dengan membuat terpenuhi untuk di instalasi linen dan
nota dinas atau komunikasi secara googles atau kacamata juga hanya
non formal. tersedia di ruang IBS (Instalasi
Bedah Sentral), Ponek, dan ruang
3. Pelaksanaan IKB.
Kegiatan Standard Pelaksanaan Standard
Precautions dalam pencegahan dan Precautions pada poin penanganan
pengendalian Infeksi yang berkaitan dari peralatan atau permukaan di
dengan pelayanan kesehatan atau lingkungan pasien yang potensial
HAIs sudah disosialisasikan dan terkontaminasi (Kebersihan
diterapkan di RSUD RAA Soewondo Lingkungan) termasuk didalamnya
Pati. Berdasarkan hasil wawancara yaitu pengelolaan limbah.
dengan informan menyatakan Berdasarkan hasil wawancara
bahwa semua petugas rumah sakit mendalam dengan informan
harus dapat menerapkan kegiatan menyatakan
6 bahwa kepatuhan
standard precautions. petugas dalam pengelolaan limbah
Mengenai program atau masih di bawah standar yaitu
kegiatan yang ditujukan untuk <100%. Artinya, kepatuhan petugas
meningkatkan penerapan standard dalam pembuangan limbah sampah
precutions meliputi edukasi / infeksius, non infeksius, benda
sosialisasi, in house training ke tajam, serta limbah darah dan
semua karyawan, monitoring komponen darah masih belum
evaluasi melalui audit, mencukupi sesuai dengan SPO yang ada. Pada
fasilitas, pembuatan SPO, dan pada kebersihan lingkungan juga terkait
tahun lalu juga terdapat lomba hand dengan cleaning service rumah sakit
hygiene dance serta lomba jumlahnya dirasa masih kurang
kebersihan ruangan. Pelatihan atau

45
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

artinya tidak signifikan dengan luas Pengawasan terhadap


gedung yang ada. penerapan kegiatan standard
Berdasarkan pernyataan precautions untuk jadwal tetap
informan utama tentang standard hanya dilakukan pada saat audit
precautions pada poin praktik yaitu tiga bulan sekali dalam setahun
menyuntik aman bahwa yaitu pada bulan maret, juni,
pelaksanaanya masih perlu adanya september, dan november sesuai
peningkatan dan audit juga belum dengan jadwal program kerja
dilakukan. Pada praktik suntik aman monitoring evaluasi. Namun, audit
direkomendasikan untuk tidak yang baru rutin dilakukan yaitu
melakukan recapping. Namum pada kepatuhan kebersihan tangan dan
pelaksanaanya masih ada petugas pembuangan sampah infeksius, non
yang melakukan hal tersebut. infeksius, dan benda tajam.
berdasarkan pedoman dari CDC dan Sementara itu untuk monitoring
Depkes direkomendasi untuk tidak evaluasi tentang kepatuhan
melakukan recapping atau tidak pemakaian APD baru terlaksana
dianjurkan menutup kembali jarum pada triwulan ke- 2 pada tahun
suntik yang telah digunakan.10,11 2016.
Penerapan standard Disamping jadwal audit
precautions pada poin respiratory informan menyatakan bahwa
hygiene atau etika batuk menurut pengawasan juga dilakukan
informan bahwa sudah mulai sewaktu-waktu tiap saat jika terdapat
diterapkan oleh petugas rumah sakit. permasalahan di ruangan. Hal
Hal ini dikarenakan etika batuk tersebut dirasa kurang untuk
sudah disosialisasikan ke semua frekuensi pengawasan karena
petugas RSUD RAA Soewondo Pati pengawasan dari atasan dan/atau
sehingga dianggap mereka sudah dari teman sejawat turut
paham. Selain itu juga di beberapa mempengaruhi kepatuhan terhadap
ruangan terdapat X-banner yang kewaspadaan standar atau Standard
menginformasikan tentang etika Precautions.12
batuk. Berdasarkan hasil wawancara
Pada penerapan standard mendalam didapat bahwa kendala
7
precautions terdapat hambatan atau yang dihadapi dalam melakukan
kendala yang membuat pengwasan terhadap kegiatan
pelaksanaannya belum maksimal standard precautions yaitu waktu.
diantaranya yaitu perilaku SDM yang Selain itu juga kendalanya yaitu
kurang patuh dan sarana prasarana pada saat tidak ada kegiatan
yang kurang. sehingga tidak ada yang diawasi.

4. Pengawasan 5. Evaluasi
Metode yang dilakukan dalam Mengenai evaluasi terhadap
pengawasan terhadap kegiatan penerapan kegiatan standard
standard precautions dari hasil precautions dilakukan oleh IPCN.
wawancara mendalam dengan Dasar evaluasi kegiatan standard
informan yaitu metode observasi dan precutions berasal dari hasil audit.
audit. Pihak yang bertanggung Sementara itu untuk audit yang
jawab dalam pengawasan yaitu sudah rutin dilakukan yaitu
IPCN dan dibantu IPCLN di masing- kepatuhan hand hygiene dan
masing ruangan. kepatuhan pengelolaan limbah.
Sedangkan untuk kepatuhan

46
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

penggunaan APD baru dilakukan bahwa perencanaan belum bisa


audit pada bulan Juni kemarin. IPCN tercapai keseluruhan karena masih
mengevaluasi hasil audit sesuai terdapat kendala atau hambatan
dengan area atau rayonnya masing- yang terjadi.
masing. Kemudian untuk laporan Penerapan sistem reward atau
hasil evaluasi disampaikan ke Ketua punishment dapat membawa
Komite PPI, baru kemudian dari pengaruh positif antara lain adanya
Ketua Komite PPI disampaikan ke tolok ukur kinerja yang jelas, kinerja
direktur. individu semakin meningkat.14 Dari
Evaluasi dilakukan oleh Tim hasil penelitian didapatkan bahwa
PPIRS dengan frekuensi minimal dalam melakukan evaluasi terhadap
setiap bulan dan oleh Komite PPI penerapan kegiatan standard
minimal setiap 3 bulan.13 Jadwal precautions belum ada sistem
evaluasi terkait penerapan kegiatan reward dan punishment.
standard precautions dari hasil
keterangan informan menyebutkan KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa evaluasi dilakukan tiap tiga A. Kesimpulan
bulan dalam setahun sama sesuai 1. Penerapan standard
dengan jadwal audit. Selain itu precautions dalam
evaluasi juga pernah dilakukan pencegahan dan pengendalian
sewaktu-waktu atau insidental pada HAIs sudah disosialisasikan
saat melihat pelaksanaan yang tidak dan diterapkan di RSUD RAA
sesuai langsung dilakukan evaluasi Soewondo Pati. Beberapa
dengan pemberian motivasi dan tingkat kepatuhan masih
melapor ke atasan langsung. dibawah standar.
Jenis evaluasi yang dilakukan 2. Pada perencanaan bahwa
terhadap penerapan kegiatan masih ada komponen standard
standard precautions diantaranya precautions yang belum
yaitu evaluasi terhadap input, 8ditentukan indikator
proses, dan output. Kegiatan yang keberhasilannya.
dilakukan pada saat evaluasi 3. Pada pengorganisasian belum
diantaranya yaitu melakukan ada pembagian tugas per
penilaian terhadap hasil individu secara rinci untuk
audit/monitoring, membuat laporan, semua anggota Komite PPI.
dan memberikan feedback atau Dalam koordinasi antara tim
pencarian solusi. Proses evaluasi PPI dengan unit atau instalasi
terkait penerapan standard lain masih terdapat kendala.
precautions informan menyebutkan 4. Pada pelaksanaan terdapat
bahwa prosesnya dimulai dari atau kendala yaitu perilaku
membuat kesimpulan dan SDM yang kurang patuh dan
menganalisa dari hasil audit, lalu sarana prasarana yang
mencari solusi terhadap kurang.
permasalahan yang terjadi serta 5. Pada pengawasan bahwa
membuat rencana tindak lanjut, dan untuk jadwal tetap
kemudian baru dilaporkan ke pengawasan hanya dilakukan
pimpinan. pada saat audit yaitu tiap
Hasil penelitian tentang triwulan dalam setahun dan
pencapaian perencanaan pada masih ada beberapa
evaluasi terhadap penerapan komponen standard
kegiatan standard precautions

47
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

precautions belum dilakukan pencegahan dan pengendalian


audit. infeksi.
6. Evaluasi hanya dilakukan tiap
tiga bulan sekali berdasarkan
hasil audit dan yang baru
dilakukan audit yaitu
kepatuhan hand hygiene,
pengelolaan limbah, dan
penggunaan APD.

B. Saran
1. Bagi RSUD RAA Soewondo
Pati
a. Membuat aturan yang lebih
detail sesuai dengan situasi
rumah sakit.
b. Menentukan pembagian tugas
per individu secara rinci untuk
semua anggota Komite PPI.
c. Meningkatkan pengawasan
atau audit serta evaluasi
secara intensif, rutin, dan
berkelanjutan.
d. Mengadakan sistem
pemberian reward kepada Tim
PPI, Komite PPI, dan juga
petugas untuk meningkatkan
motivasi.
e. Mencukupi fasilitas yang
kurang terkait program
pencegahan dan pengendalian
infeksi.

2. Bagi Peneliti
a. Bagi peneliti lain disarankan
untuk melakukan penelitian
kuantitatif untuk mengukur
secara pasti tingkat kepatuhan
petugas dalam penerapan
standard precautions.
b. Bagi peneliti lain yang ingin
meneliti terkait program
pecegahan dan pengendalian
infeksi pada aspek manajemen
perlu dilakukan wawancara
dengan Direktur dan Komite
PPI untuk menggali lebih
dalam bagaimana visi, misi,
dan nilai serta komitmen
rumah sakit terkait program

48
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

DAFTAR PUSTAKA 2. World Health Organization.


Word Alliance for Patient Safety.
1. Kementerian Kesehatan RI. Global patient safety challenge
Pedoman Pencegahan dan 2005-2006: Clean Care is safer
Pengendalian Infeksi di Rumah care. World Health
Sakit dan fasilitas lainnya. Organization, Geneva. 2005.
Jakarta. 2011.
3. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Infection Control Risk
Problematika dan Assessment (ICRA). CDK-238,
Pengendaliannya. Jakarta: Vol. 43 (No. 3), 215-219, 2016.
Salemba Medika, 2008. 10. CDC. Guideline for Isolation
4. CDC. Fundamental Principles of Precautions: Preventing
Infection Prevention. 2011, Transmission of Infectious
(Online), Agents in Healthcare Setting,
(http://www.cdc.gov/HAI/settings 2007, (Online),
/outpatient/basic-infection- (http://cdc.gov/hicpac/pdf/isolati
controlprevention-plan- on/ isolation2007.pdf , diakses
2011/fundamental-of-infection- 25 Mei 2016)
prevention.html, diakses 25 Mei 11. Direktorat Jendral
2016) Pemberantasan Penyakit
5. Komite PPI RSUD RAA Menluar dan Penyehatan
Soewondo Pati. Laporan Lingkungan. Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan PPI Pelaksanaan Kewaspadaan
Tahun 2015 RSUD RAA Universal di Pelayanan
Soewondo Pati. Pati. 2016. Kesehatan. Departemen
6. Kepmenkes No 129 Tahun Kesehatan RI, Jakarta. 2010.
2008. Standar Pelayanan 12. Saroha, Pinem. Penerapan
Mininal Rumah Sakit. Jakarta : Kewaspadaan Universal oleh
Kementrian Kesehatan. Bidan dan Faktor-Faktor yang
7. WHO 2010. Using WHO Hand Berhubungan di Puskesmas
Hygiene Improvement Tools to Kecamatan Wilayah Timur
Support The Implementation of Tahun 2003. Skripsi. Universitas
National Sub-national Hand Indonesia, Depok. 2011.
Hygiene Campaigns Patient 13. Kementerian Kesehatan RI.
Safety Save Lives Clean Your Pedoman Manajerial
Hand. Pencegahan dan Pengendalian
8. Anderson K, Richmond AM, Infeksi di Rumah Sakit dan
Russel BS, RN Kit Reed. fasilitas lainnya. Jakarta. 2011.
Infection Control Risk 14. Ernawati Elies, Asih Tri R, &
Assessment. Annual Wiyanto Satra. Penerapan Hand
Educational Conference & Hygiene Perawat di Ruang
International Meeting. APIS Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal
Baltimore, 2011. Kedokteran Brawijaya, Vol. 28
9. Lardo Soroy, Prasetyo Bebet, & (No. 1), 89-94, 2014.
Purwaamidjaja Dis Bima.

49

You might also like