Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 11
——, |_Naskah Asti Komorbiditas Depresi dengan Penyakit Fisik Menahun Sri idaiani! dan Dina Bisara” 'Puslitbang Biomedis dan Fermasi *puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan ‘Badan Litbang Keschatan, Depkes RI Email: sidaiani@itbang depkes.go.id Abstract Depression is frequently comorbid with disease-chronic physical illness. This condition increases the burden of disease to both the individual and his family. The main objective of this. study was to understand the relationship between depression and chronic physical illness.This study was a secondary data analysis derived from National Health Survey or Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2004. Cluster sampling method was used 1o select the subjects. The number of subject were 3,722 men and 4,479 women, aged more than 1§ years, taken from 10,000 households in 30 selected provinces in Indonesia. In each household } person was selected using the Kish tables. The number of samples was proportional to size of population of each province. Symptoms of depression were asked to the subject through interviews with questionnaire Subject was being asked about, the symptoms of depression experienced in the last 2 weeks and 1 year. Prevalence of depression experienced in the last 1 year in the community was 15.53%; the prevalence of depression experienced in the last 2 weeks was 10.3%. There was association between arthritis, heart disease, and asthma to depression. Heart disease had the strongest relation with depression experienced in the last 1 year (OR 3.1). The more disease experienced, the more likely a depression occurred in the last I year. It required a screening and disease management toward to prevent higher burden of disease. Key words: depression, comorbidity, chronic physical illness. Pendabulvan Gangguan fisik dapat mempengaruhi -«d2”88N_Penyakit fisik dapat_mempunyai jiwa, dan sebaliknya gangguan jiwa dapat mempengaruhi atau menimbulkan gang- guan fisik. Keadaan ini dapat menimbul- kan kesulitan diagnostik bahkan tidak ja- rang menimbulkan doctor shopping, pe- ngobatan yang berkepanjangan, rujukan ke berbagai disiplin hingga akhimya baru di- pikirkan pendekatan secara _psikiatri.’ Adanya dua atau lebih penyakit pada se- orang pasien pada waktu yang sama di- sebut komorbiditas. Komorbiditas dapat tetiadi antara penyakit fisik dengan pe- nyakit fisik, penyakit psikis dengan penya- it fisik atau penyakit psikis dengan penya- kit psikis. Komorbiditas penyakit psikis hubungan sebab akibat atau dapat pula sa- ling memperberat Menurut data di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RS UPNCM) tahun 1996, rajukan ke bangsal psikiatri terbanyak berasal dari bangsal pe- nyakit dalam (39,1%), bedah (18,1 9%), sa- raf (17,4%) dan ortopedi (9,4%). Bangsal geriatri juga banyak melakukan rujukan psikiatri, tetapi ditulis sesuai dengan jenis penyakit yang dialami. Gangguan penye- suaian dengan afek depresi merupakan diagnosis ketiga terbanyak setelah skizo- frenia dan delirium akibat kondisi medik.' Data lain menyebutkan 21-26% pasien 19 rawat jalan di masyarakat memiliki gang- guan psixiatrik.* Dari data tersebut, terlihat bahwa penyakit-penyakit di bidang penya- kit dalam paling banyak berhubungan de- ngan gangguan psikiatrik. Adapun penya- kit fisik yang sering terjadi bersama de- presi antara lain penyakit jantung koroner, infark miokard, stroke, diabetes mellitus, parkinson, HIV, artritis reumatoid dan kanker.”* Depresi adalah gangguan alam pera- saan yang ditandai oleh gejala penurunan afek (mood), gangguan psikomotor, dan gangguan somatik.® Penurunan afek ditan- aj perasaan murung atau sedih yang me- netap dan kehilangan minat. Gangguan psi- komotor ditandai oleh perlambatan gerak- an, lesu, letih, pembicaraan menurun, kon- sentrasi menurun, mudah lupa, tidak mam- pu mengambit keputusan, rendah diri. Se~ bagian memasukkan gangguan kognitif se- bagai gangguan psikomotor. Gangguan so- matik ditandai dengan gangguan tidur, gairah seks menurun, dan nafsu makan me- nurun, Menurut International Statistical Classification of Diseases Diagnostic and Health Related Probiems Tenth Revision (ICD-10), gejala utama depresi_ adalah ‘mood depresi, hilang minat/semanget, mu- dah lelalvhilang tenaga. Gejala tambahan antara lain konsentrasi menurun, harga diri turun, rasa bersalah, pesimis melihat masa depan, ide bunuh diri atau menyakiti diri, pola tidur berubah dan nafsu makan menurun. Depresi ditegakkan bila terdapat minimal 2 gejala utama dan 2 gejala tam- bahan.* Depresi merupakan suatu conti- ruswm, dari ringan hingga berat, Secara umum depresi digolongkan dalam 5 kate~ gori yaitu depresi mayor, depresi minor, gangguan penyesuaian dengan mood dep- resi, gangguan mood organik dan perka- bungan tanpa komplikasi. Depresi mayor adalah depresi berat, bersifat endogen. De- presi minor adalah depresi ringan. Gang- guan penyesuaian dengan mood depresi merupakan depresi karena suatu stresor 20 atau disebut juga depresi reaktif. Gangguan ‘mood organik antara lain depresi yang tim- bul akibat minum obat-obatan’ tertentu, Perkabungan adalah depresi normal yang biasanya akan mereda dalam batas waktu tertentu.* Di negara maju, prevalensi de- presi mayor 10-25% pada wanita dan 5- 10% pada pria. Perbedaan ini disebabkan faktor hormonal pada wanita.® Tidak ada data pasti mengenai prevalensi depresi non mayor, tetapi dapat dipastikan prevalensi- nya akan lebih tinggi dari depresi mayor. Depresi sebagai suatu gangguan jiwa adalah depresi yang memenuhi_ kriteria diagnastik sesuai ICD-10 atau Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia edisi Ill (PPDGI IIl) dan ber- dasarkan Diagnostic and Statistical Ma- nual of Mental Disorders IV (DSM I). Di Juar diagnostik tersebut, depresi disebut se- bagai suatu gejala. Idealnya untuk mene- gakkan depresi adalah melatui wawancara psikiatri yang berpedoman pada kriteria diagnostik tersebut di atas. Oleh karena wawancara psikiatri_memerlukan waktu yang panjang dan harus dilakukan oleh psikiater, maka untuk kepentingan praktis dan penelitian sering digunakan instrumen atau alat ukur depresi. Alat ukur dikatakan baik apabila telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut pada po- pulasi yang akan diukur. Beberapa butir pertanyaan pada Sur- vei Kesehatan Nasional tahun 2004 men- coba menanyakan hal-hal mengenai depresi. Walaupun_pertanyan-pertanyaan sehubungan depresi tersebut bukan me- rupakan alat ukur depresi, tetapi paling tidak data tersebut dapat berguna untuk menggambarkan gejala-gejala depresi yang ada pada masyarakat indonesia. Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBOD) tahun 2000, depresi me- rupakan peringkat ke-4 yang menyum- bangkan beban pada individu dan masya- rakat,’ Hal lain yang penting dipikirkan adalah upaya memaparkan komorbiditas beberapa penyakit fisik dengan depresi. Jur, Peny Tak Mir indo. Vol.1.1.2009: 19-29 Upaya ini sejalan dengan perkembangan Consultation Liaison Psychiatry (CLP). CLP. diantikan sebagai cabang ilmu psi- kiatri yang mendalami aspek psikiatri dari kondisi medik lain, baik dalam evaluasi, diagnosis, terapi, prevensi, riset_ maupun pendidikan.’ Tujuan semula untuk meng- obati penyakit telah berubah menjadi me- ningkatkan kualitas hidup. Dengan peran CLP dalam berbagai disiplin ilmu_ke- dokteran lainnya, maka perbaikan kondisi pasien semakin lebih baik.’ Pertanyaan yang timbul ates dasar hal tersebut di atas adalah; bagaimana pre- valensi gejala depresi secara umum pada masyarakat Indonesia dan bagaimana pre- valensi gejala depresi pada orang yang mengaku memiliki penyakit fisik menahun berdasarkan Surkesnas 2004 ? Tujuan Tujuan umum: untuk mengetahui hubungan depresi dengan penyakit-pe- nyakit menahun berdasarkan Surkesnas 2004. Tujuan khusus: untuk mengetahui Jenis penyakit yang mempunyai hubungan paling kuat dengan depresi. Metode Penelitian ini adalah analisis lanjut Surkesnas 2004. Populasi penelitian adalah masyarakat Indonesia. Pengambilan sam- pel secara cluster sampling. Jumlah subyek 3.772 laki laki dan 4.479 perempuan, berumur minimal 15 tahun, diambil dari 10000 rumah tanga terpilih pada 30 ‘nsi di Indonesia. Pada setiap rumah bil 1 orang melalui Tabel Kish. Jumlah sampel adalah proportional to size terhadap jumlah penduduk di setiap provinsi, Variabel yang dinilai antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, klasifikasi tempat tinggal, dan kawasan, Gejata-gejala penyakit | dan gangguan yang dinilai adalah gejala-gejala penyakit sendi, penyakit jantung, penyakit Komorbiditas Depresi dengan.......(Sri lian’, eta) asma, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dan gangguan depresi. Variabel dependen adalah gejala penyakit depresi. Sebagai variabel independen: status demo- grafi, penyakit sendi, penyakit jantung, penyakit asma, dan penyakit kencing ma- nis (diabetes mellitus), Data diperoleh de- ngan cara wawancara berdasarkan kuesio- ner Surkesnas 2004. Seluruh data diolaly dengan program Komputer SPSS Versi 12. Untuk mengetahui frekuensi dan distribusi dilakukan analisis univariat. Untuk menge- tahui hubungan antara variabel yang dinilai dilakukan analisis biv iat, Pada penelitian i menjadi 2 jenis berdasarkan waktu. Depresi dalam 1 tahun terakhir adalah orang yang mengalami salah satu atau le- bih gejela depresi dalam waktu | tahun terakhir. Gejala tersebut antara lain merasa sedih, hampa atau tertekan yang ber- langsung selama beberapa hari, kehilangan minat dalam hampir semua hal yang biasa- nya menyenangkan bagi orang tersebut, Keadaan tersebut berlangsung selama be- berapa hari sera merasa Kurang ber semangat atau lelah sepanjang waktu selama beberapa hari, Depresi dalam 2 minggu terakhir adalah orang yang meng- alami kehilangan minat dalam hampir semua hal yang biasanya menyenangkan bagi orang tersebut misalnya: hobi, hubungan pribadi atau pekerja-an, keada- an tersebut berlangsung selama beberapa hari dan disertai satu atau lebih keada- an/gejala kehilangan nafsu makan, lamban berpikir, keadaan tersebut berlangsung se- panjang hari dan hampir setiap hari. Penyakit sendi adalah orang yang mengalami gejala-gejala berikut dalam waktu 1 tahun terakhir. Gejala tersebut an- tara fain sakit, nyeri, keku-kaku atau per- bengkakan di sekitar persendian tengan, tangan, tungkai dan kaki serta berlangsung selama sebulan lebih yang timbul bukan karena kecelakaan atau luka dan kaku- kaku di persendian ketika bangun tidur, atau setelah istirahat lama tanpa bergerak 21 dan kaku di persendian terjadi ketika bangun tidur atau setelah istirahat lama tanpa bergerak. Rasa kaku tersebut berlangsung > 30 menit dan rasa kaku tidak hilang se-telah digerakkan. Penyakit jantung adalah orang yang mengalami gejala-gejala berikut dalam waktu 1 tahun terakhir, Gejala tersebut nyeri atau sesak di dada ketika berjalan ter- buru-buru atau mendaki atau nyeri atau sesak di dada ketika berjalan terburu-buru atau mendaki atau nyeri atau sesak di dada ketika berjalan biasa di jalan datar dan rasa nyeri atau sesak mereda setelah mengura- ngi kecepatan jalan atau terus berjalan dan meletakkan obat di bawah lidah dan nyeri terasa di dada bagian atas atau tengah atau di lengan kiri Penyakit diabetes adalah orang yang pada stat wawancera atau 2 minggu ter- akhir mengalami pengobatan insulin atau pengobatan Iain untuk kencing manis atau sedang melakukan diet khusus, olah raga teratur atau program pengontrol_berat badan untuk kencing manis. Penyakit asma adalah orang yang mengalami gejala-gejala beriket dalam wektu I tahun terakhir. Gejala tersebut adalah serangan nafas berbunyi seperti pluit atau nafas berbunyi setelah selesai berolahraga atau aktivitas fisik lain disertai rasa tertekan di dada dan terbangun karena dada terasa tertekan di pagi hari atau waktu lain atau serangan sesak nafas/terengah- engah tanpa sebab yang jelas ketika tidak sedang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya. Hasil Karakteristik Responden Pada Tabel 1 dapat di lihat subyek yang dianalisis sebanyak 8.251 orang. Tenis kelamin terbanyak adalah perem- puan. Pendidikan subyek bervariasi mulai dari tidak tamat SD sampai Strata 2 dan 3. Pada penelitian ini, kelompok masyarakat yang tidak pemah bersekolah digolongkan ke dalam tidak tamat SD. Kelompok umur terbanyak berasal dari kelompok umur dewasa muda. Status perkawinan subyek paling banyak berstatus kawin (73,2%). Subyek sedikit lebih banyak yang tinggal di daerah perdesaan dibandingkan perkota- an dan berdomisili di kawasan Jawa dan Bali. Depresi Dalam abel 2 dilakukan peng- golongan tingkat pendidikan, yaitu: tidak tamat SD/Mi/sederajat digolongkan se- bagai pendidikan rendah, SLTP/MTs/se- derajat_dan SMU/MA/Kejuruany/ sederajat digolongkan pendidikan sedang. Diploma 1-1W/Sarjana S1/S2 dan yang lebih tinggi digolongkan pendidikan tinggi. Prevaiensi gejala-gejala depresi dalam 1 tahun ter- akhir lebih banyak pada _perempuan (16,8%) dibandingkan laki-laki (14%), Gejala depresi paling banyak pada kelompok yang berstatus bercerai (18,8%), tingkat pendidikan rendah (16,2%), berasal dari kelompok umur 15-24 tahun (18,8%). Secara umum, prevalen-si gejala depresi dalam 1 tahun terakhir adalah 15,5%, Variabel yang berhubungan dengan gejala depresi yang dialami dalam 1 tahun tet- akhir adalah jenis kelamin, tingkat pen- didikan, umur, status perkawinan. Pre- valensi gejala depresi dalam 2 minggu ter akhir juga lebih banyak pada perempuan, Gejala depresi dalam 2 minggu terakhir paling banyak pada kelompok yang ber status cerai, tingkat pendidikan rendah, berasal dari kelompok umur 15-24 tahun. Secara umum prevalensi orang yang meng- alami depresi dalam 2 minggu terakhir adalah 10,3%. Variabel yang berhubungan dengan gejala depresi yang dialami dalam 2 minggu terakhir adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status perkawinan, Jur, Peny Tak Mir indo. Vol.1.1.2009: 19-29 Komorbiditas Depresi dengen ASet Idan, oral) ‘Tabel 1. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Latar Belakang, Variabel Jenis Kelamin Laki laki Perempuan Umur 15 thn -24 thn 25 thn - 34 thn 35 thn - 44 thn 45 thn - 54 thn $5 thn - 64 thn > 64 thn Pendidikan Tidak Tamat SD/MUsederajat SD/MUsederajat SLIPIMTs/sederajat SMU/MA\sederajat SMK (Kejuruan) Diploma UIT Diploma L1/Sarmud Diploma IV/S1 s2/S3 Status Perkawinan Belum kawin Kawin Cera Klasifikasi Tempat Tinggal Kota Desa Kawasan Sumatera Jawa-Bali Kawasan Timur Indonesia Total 3.772 4.479 1.343 2.123 1.927 1.298 789 ™m 2.425 2.606 1,262 1.381 198 105 88 206 1igt 6.049 Lou 3.595 4.656 1.654 5.184 1.413, 8.251 % 45,7 54,3 163 25,7 23,4 15,7 96 93 29,4 31,6 15,3 16,4 24 13 Ll 25 1 14,4 33 12,2 43,6 56,4 20 62,8 17.1 100 23 Tabet 2, Prevalensi dan Hubungan Gejaia Depresi dalam 1 Tahun Terakhir pade Penduduk yang Berumur > 15 Tahun Menurut Karakteristik SKRT 2004 Gejala Depresi Gelala Deprest Satu Thn Terakhir ‘Terakhir subyek Skasus(%) pp ‘Ysubyek Skasus (%) _p Jenis kelamin Lakiclaki 377352940 0001-3772, 383-94 ONL Perempuan 478752168 4478496 11,1 Status Perkawinan Belum kawin 1191 207 17,4 0,000 W191 133 11,2 0,001 Kawin 6049 883 146 6050 580 9,6 Cerai 1011 190 18,8 10 136 13,5 Tingkat Pendidikan Rendah 5032 817_—=—«162 0,024 =~ 5032 «554 11,0 0,004 ‘Sedang 2812 416 14,8 2812 2 96 Tinggi 408 8 118 4082664 Umur 15 - 24 tahun 1343, 253 18,8 0,001 1343, 164 12,2 0,179 25 - 34 tahun 2124332156 2124 220 104 35-44 tahun 1927S 143 1926 18998 45 - 54 tahun 1297 203 15,7 1297 129 99 55 - 64 tahun 789 96 12,2 789 Ti 9,0 > 64 tahun: ™m 122 15,8 77 16 9,9 Kawasan ‘Sumatera 1654 246 14,9 0,498 1654 163 9,9 0,773 Jawa - Bali 5184 8045S 5184536 10,3 KT 1413-232 16,4 1413, 150 106 Klasifikasi tempat tinggal Kota 3595 518.144 (0,018. 3594. 3459.6 069 Desa 4656 763 16,4 4656 504 10,8 Total 8251 1281 15,5 8251 849 18,3 mn Jur. Peny Tidk Mlr Indo. Vol.1.1.2009: 19 - 29, Dari Tabel 3, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara_gejala depresi dengan penyakit sendi, jantung, dan asma. Diabetes mellitus tidak mem- punyai hubungan dengan depresi dalam 1 tahun terakhir, Bile dilakukan ani multivariat, maka akan didapatkan hasit seperti terlihat pada Tabel 4, Dari Tabel 4, terlihat bahwa pe- nyakit jantung paling erat hubungannya dengan depresi 1 tahun terakhir. Apabila mengalami penyakit jantung mempunyai risiko 3 kali mendapat depresi dibanding- kan bila tidak sakit jantung, Penyakit sendi mempunyai risiko > 2,5 kali mendapatkan depresi dibanding bila tidak sakit sendi. Komorbiditas Depresi dengan......(Srildaieai, eta) Penyakit asma mempunyai risiko 2 kali mengalami depresi dibandingkan tidak sakit asma. Apabila mengalami gejala depresi da- lam } tahun terakhic dihubungkan dengan jumlah gejala penyakit menahun yang dialami 1 tahun terakhir, didapatkan hasil seperti terlihat pada Tabel 5. Berdasarkan analisis terlihat pada ‘Tabel 5 bahwa semakin banyak penyakit yang dialami, semakin besar kemungkinan mengalami depresi dalam 1 tahun terakhir. Pada perhitungan ini, tidak memiliki pe- nyakit menahun dianggap sebagai rujukan, ‘Tabel 3. Hubungan Gejala Depresi pada Penduduk yang Berumur> 15 Tahun dengan Gejala Penyakit Menahun dalam Sete Tahun Terakhir Gejala Depresi 1 Thn Terakhir E subyek 5 kasus (%) Pp Penyakit sendi 154 60 38,96 0,000 Penyakit jantung 1338 453 3393 0,000 Penyekit asma 630 225 35,71 0,000 Penyakit diabetes 39 5 12,82 0,422, Tabel 4, Hubungan Gejala Depresi pada Penduduk yang Berumur > 15 Tahun dengan Gejala Penyakit Menahun dalam Satu Tahun Terakhir Berdasarkan Analisis Multivariat Gejaia Depresi 1 Tho Terakhir_ 95%CI B SE OR Penyakit sendi 0968 0,179 -2,63 “Tass ~~ ——~3,738 Penyakit jantung 1133 0,074 3,1 2686 - 3,590 Penyakit asma 0,684 0,099 198 1,633 = 2,404 Konstanta 2.046 28 Tabel 5, Hubungan Gi Depresi pada Penduduk Yang Berumur 2 15 Tahun dengan Jumlah Penyakit Menahun dalam f Tahun Terakhir Gejala Depresi Satu Thn Terakt IS%CL B SE OR ~ satu penyakit L118 0074 3,062,646 - 3,335 dua penyakit 1797 0,109 6,03 4,873 - 7,471 - tiga penyakit 2,421 0,425 11,25 4,894 - 25,872 Konstanta -2,059 Diskusi dan Pembahasan dengan masalah-masalah psikososial dan Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa orang yang mengalami depresi paling banyak adalah perempuan, status perkawinan cerai, pendidikan rendah, dan umur 15-24 tahun. Hal ini sejalan dengan teori yang menerangkan bahwa perempuan lebih rentan mengalami depresi oleh arena faktor-faktor hormonal yang mem- pengaruhinya.° Faktor perkawinan mem- berikan kontribusi terhadap depresi. Pada penelitian ini, cerai mati dan cerai hidup digabung menjadi satu. Tidak kawin ber- hubungan dengan berbagai penyakit fisik dan psikis.°* Orang yang tidak kawin lebih banyak mengalami berbagai macam pe- nyakit, termasuk depresi. Lebih spesifik, perempuan yang bercerai atau kehilangan pasangan akan lebih tinggi risikonya mengalami depresi dibanding perempuan yang kawin. Dibandingkan dengan laki- laki yang tidak kawin, perempuan tetap memiliki risiko yang lebih tinggi men- dapatkan depresi. Beberapa _pendapat menjelaskan bahwa status perkawinan erat hubungannya dengan sosial ekonomi. Sosial ekonomi yang rendah akan me- ningkatkan risiko mengalami depresi.°* Hal ini mungkin disebabkan karena status ekonomi yang rendah, meskipun dalam penelitian ini, faktor sosial ekonomi tidak dinilai. Kelompok umur dewasa muda akan lebih banyak mengalami depresi karena pada kelompok ini lebih banyak terpapar aktivitas fisik yang tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, yaitu frekuensi mengalami depresi terbanyak pada ke- Jompok umes 15-24 tahun, Kejadian depresi akan kembali_meningkat pada orang usia lanjut. Hal ini karena pada usia tersebut ba-nyak mengalami penyakit fisik, isolasi diri, serta mengalami berbagai ke- hilangan terutama orang-orang yang di- cintai.®* Hal yang tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya adalah pada pe- nelitian ini, depresi lebih banyak dialami orang yang tinggal di desa, Pada penelitian di berbagai negara, umumnya menyebut- kan bahwa tinggal di kota akan meningkat- kan risiko depresi.’ Perbedaan hasil pe- nelitian ini disebabkan berbagai faktor antara lain, adanya perbedaan kriteria depresi serta ser-ting penelitian. Penelitian- penelitian terskala besar pada umumnya menggunakan kriteria depresi yang ter- standar. Beberapa penelitian juga banyak melakukan penelitian depresi dengan set- ting klinik dan rumah sakit, Di rumah sakit atay Klinik, depresi yang dinilai adalah depresi mayor (depresi berat). Untuk pe- nelitian di masyarakat, pada _umumnya mengeunakan kuesioner khusus yang ter- standar serta dapat mengukur gejala-gejala depresi ringan sampai sedang Penelitian ini belum menggunakan kuesioner atau alat pengukur depresi yang standar. Oleh karena penilaian depresi dan Jar. Peny Tak Mir Indo, Vol.1.1.2009: 19-29 juga penyakit kronik hanya ber-

You might also like