PBL Case 1 - Kelompok 1

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

BUSINESS STRATEGY

PROBLEM BASED LEARNING REPORT


CASE 1 : Strategi Membangun Bisnis Food Franchise
Kelas: I MA; Grup: 1
Dosen: Nugroho Hardianto, SE., M.Si

PRESENCE
No. NAME STUDENT ID
STEP 1-5 STEP 7
NUMBER
1. Al Ammar 195244001 ✓ ✓
2. Alyvia Risvianti Putri 195244004 ✓ ✓
3. Anisa Aria Pratiwi 195244005 ✓ ✓
4. Iis Merly Novianty (Leader) 195244013 ✓ ✓
5. Indrawan Syahbana 195244014 ✓ ✓
6. M. Bagas Herlambang 195244018 ✓ ✓
7. Neilla Amayliane Prasetyo 195244021 ✓ ✓
8. Neng Fitri Nuraeni 195244022 ✓ ✓
9. Reynaldi Rheiza P (Scriber) 195244027 ✓ ✓
10. Teresia Fany Basani S 195344030 ✓ ✓
11. Varel Ocktavian Nugraha 195244031 ✓ ✓

MANAJEMEN ASET
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
CASE TOPIC 1
Aep Tresna was born in Garut 25 years ago. After finishing his high school he worked at
various jobs in his home town until finally he got a job in a US fast food franchise business
providing chicken and chip, burger, and the like in Bandung. Having 5 years working experience
with the business, he feels that he knows how to run the business, from preparing and serving the
food as well as finding the best supplier. Beside that he also understand how profitable such a
business; in average the profit is 25 %. Now, with his experience and Rp 10.000.000. cash in his
pocket he plans to set up his own business. As suggested by his friend working in Polban, he tries
to set up a business in Pujasera Polban. When he visited Pujasera during a lunch time he saw that
the location was relatively clean, safe and there were a lot of students and staffs having lunch in
there. Then, he talked about his plan to rent a stall to a Polban’s staff responsible for Pujasera. He
found out that the rental condition such as rental cost etc. was reasonable. The most important to
him is he can run his business by next month, as at that time a stall will be available due to a tenant
leaving.
I. CLARIFY UNCLEAR TERMS AND CONCEPTS
1. Tenant : Penyewa, orang yang menyewa
2. Food franchise business : Bisnis makanan waralaba

II. DEFINE THE PROBLEM


1. Bagaimana cara untuk mengetahui kebutuhan konsumen? (M. Bagas Helambang)
2. Bagaimana merencanakan strategi pemasaran yang berintegrasi pada profit oriented?
(Indrawan Syahbana)
3. Bagaimana manajemen operasional yang Ideal? (Neilla Amayliane)
4. Bagaimana cara membangun value produk yang akan dijual? (Neng Fitri Nuraeni)
5. Bagaimana cara menghadapi dinamika pasar yang tidak stabil? (Varel Ocktavian)

III. ANALYZE THE PROBLEM


Mengetahui apa kebutuhan konsumen sangatlah penting, karena pada dasarnya konsumen
merupakan faktor utama dari adanya dan meningkatnya angka pendapatan suatu perusahaan.
Dengan mengetahui kebutuhan konsumen, para pelaku bisnis dapat melakukan berbagai
pertimbangan dalam menyusun strategi bisnisnya guna melancarkan proses penjualan produknya.
Fany berpendapat bahwa analisa kebutuhan konsumen merupakan salah satu cara yang perlu
dilakukan para pelaku bisnis untuk mengetahui dan mengenali perilaku konsumen terutama
kebutuhannya. Dimana dengan melakukan analisa tersebut akan memudahkan para pelaku bisnis
dalam menyusun strategi bisnis terutama strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi pasar
yang ada. Sehingga nantinya diharapkan strategi ini akan mampu menciptakan produk atau jasa
yang sesuai atau mendekati dengan kebutuhan konsumen itu sendiri.
Setiap bisnis yang dibangun tentunya memiliki tujuan untuk mendapatkan laba (profit)
yang sebesar-besarnya. Untuk itu, Neilla berpendapat bahwa strategi pemasaran yang berintegrasi
pada profit oriented menjadi salah satu strategi yang nantinya akan menjadi landasan kegiatan
pemasaran yang bertujuan agar bisnis dapat mencapai target keuntungan yang diinginkan. Dalam
strategi ini intinya adalah mulai dari pembuatan produk hingga produk sampai di tangan konsumen
semua dirancang sedemikian rupa agar dapat menghasilkan kualitas produk yang baik dengan laba
maksimal. Dalam merencanakan strategi ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal
tersebut meliputi, mempertimbangkan pemasok bahan baku yang tepat, memperhitungkan modal
pendanaan yang relevan, menentukan pegawai yang berkompenten, memilih tempat berjualan
yang strategis, menentukan peralatan yang ideal untuk menunjang kegiatan operasional, serta cara
mendesai bisnis yang baik. Indrawan menjelaskan bahwa dalam mendesain bisnis terdapat strategi
tersendiri, diantaranya tentang cara mengemas dan menampilkan produk kepada konsumen dengan
kemasan yang menarik dan memerhatikan branding yang komunikatif serta informatif, lalu dalam
hal mendesain tempat bisnis juga bukan hanya harus nyaman bagi produsen namun juga perlu
memperhatikan kenyamanan konsumen, dan dalam hal transaksi, variasi pembayaran
menggunakan teknologi keuangan (fintech) dapat dimanfaatkan untuk mempermudah jalannya
transaksi. Setelah selesai dengan urusan pembuatan produk hingga terjadi transaksi, tentu produk
akan tersaji di tangan konsumen. Bagas berpendapat bahwa inilah yang harus menjadi pembahasan
penting dalam merancang strategi pemasaran yang baik, karena pada akhirnya konsumen adalah
unsur terpenting dalam pemasaran. Tujuan pemasaran tentu saja membidik ke arah konsumen.
Maka, dalam hal ini perlu diperhatikan kesesuaian harga dengan target konsumen yang dituju,
yang dalam kasus ini adalah akademika polban, meliputi staf dan mahasiswa. Kepuasaan
pelanggan merupakan prioritas dalam memasarkan produk. Dengan tingkat kepuasan yang baik
atas produk dan layanan yang diberikan, tentunya akan berdampak positif terhadap peningkatan
profitabilitas. Mengarahkan strategi pemasaran agar sesuai dengan tujuannya berarti sama saja
dengan menata rencana mulai dari pembuatan produk hingga produk di tangan konsumen menjadi
terjamin kualitasnya. Kualitas produk yang baik dengan harga yang sesuai tentu akan memberikan
dampak terhadap kepuasan konsumen dan value yang diterimanya. Dengan begitu, akan
berdampak pula meningkatnya profit dalam keberlangsungan suatu bisnis.
Untuk menjalankan manajemen opersional yang ideal, Alyvia memberikan tanggapan
bahwa Aep sebagai pelaku bisnis dapat memanfaatkan pengalaman bekerjanya selama 5 tahun di
franchase fast food. Pengetahuan serta pengalaman yang telah didapat tentang bagaimana
menyiapkan & memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan akan menunjang ia dalam
memanajemen kegiatan operasional bisnisnya. Kemudian juga dia bisa memanfaatkan relasi yang
dimilikinya untuk memudahkan dalam mencari supplier yang menyediakan bahan baku yang
berkualitas dengan harga yang relatfi murah. Serta dengan relasi tersebut akan memudahkan ia
untuk mencari karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya. Atau Aep bisa meminimalisir
pengeluaran dengan tidak mempekerjakan karyawan dan bekerja sendiri karena sudah memiliki
pengalaman yang mempuni.
Membangun value produk yang baik tentu akan berdampak pada meningkatnya kepuasan
pelanggan. Anisa memberikan usulan bahwa melakukan testimoni dapat dilakukan guna
mengukur tingkat kepuasan konsumen atas produk serta layanan yang diberikan. Penting bagi
produsen untuk mendengarkan saran serta keluhan dari konsumen mengenai produk yang
dijualnya. Hal ini perlu diperhatikan agar pemilik usaha dapat membenahi berbagai aspek yang
dirasa masih memiliki kekurangan, lalu mengambil langkah untuk memperbaikinya. Dengan
kualitas produk serta layanan yang terus dibenahi menjadi lebih baik, tentunya akan memberikan
dampak kepuasan kepada konsumen. Lalu value juga dapat dibangun melalui berbagai hal lain,
mulai dari kreatifitas dalam mengemas produk sehingga produk menjadi lebih menarik di mata
konsumen, bagaimana mempertahakan kualitas produk dengan memilih bahan baku berkualitas
dengan harga yang terjangkau serta mengolahnya dengan teknik pengolahan yang baik agar
kualitas produk tetap konsisten.
Dalam hal resiko, Ammar berpendapat bahwa tak bisa dipungkiri dalam menjalankan suatu
bisnis tentu akan selalu dihadapkan dengan berbagai resiko. Bahkan membangun bisnis itu sendiri
sudah merupakan sebuah resiko yang diambil. Perubahan yang terjadi dalam dinamika pasar
menjadi resiko tersendiri yang tentunya harus dihadapi seorang pebisnis. Untuk menghadapi
dinamika pasar yang tidak stabil dalam menjalankan usaha, diperlukan pemahaman yang baik atas
perubahan dinamika pasar itu sendiri. Varel menjelaskan bahwa dalam ilmu manajemen terdapat
teori managing change yang mana dalam teori tersebut mengatakan bahwa perubahan dinamika
pasar terjadi dikarenakan 2 faktor yang mepengaruhinya yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam
faktor internal ada beberapa faktor beserta permasalahannya, New strategy berupa penyesuaian
terhadap harga, change in composition of workforce, New equipment, dan Changing employee.
Lalu, dalam faktor eksternal terdapat beberapa pengaruh, diantaranya New government law berupa
over regulation, Economic change berupa kenaikan harga bahan pokok, changing tech berupa
gagap teknologi, changing consumer needs and wants berupa turunnya permintaan konsumen.
IV. MIND MAPPING
Setiap bisnis yang dibangun tentu memiliki tujuan serta maksud yang jelas atas
keberadaanya. Menghasilkan profit yang tinggi serta pengembangan bisnis yang berkelanjutan,
menjadi tujuan dan parameter atas keberhasilan suatu bisnis. Maka dari itu, untuk mencapainya
diperlukan perencanaan yang matang mengenai strategi bisnis yang ideal, serta bagaimana
mengembangkan strategi itu sendiri.

Strategi
Strategi Operasional Strategi Pemasaran
Manajemen Resiko

Produksi Customer Dinamika


Pasar

Perencanaan Produk Faktor


Sistem Produksi Internal

Harga
Pengendalian Faktor
Produksi Eksternal
Distribusi
Sistem Informasi
Produksi
Promosi

Figure 1. Peyusunan Strategi Bisnis

Untuk mengilustrasikannya, pada bagan di atas akan dijelaskan mengenai perembentukan


strategi bisnis. Strategi bisnis ini kami bagi menjadi 3 pokok strategi, yaitu Strategi Operasional,
Strategi Pemasaran, dan Strategi Manajemen Resiko. Setiap strategi ini memiliki kriteria serta
variablenya masing-masing yang akan menjadi dasar dalam penyusunan strategi. Dalam Strategi
Operasional misalnya, akan dibahas mengenai bagaimana merencanakan kegiatan Produksi yang
ideal. Lalu, dalam Strategi Pemasaran dibahas mengenai bagaimana membangun value terhadap
konsumen beserta variable-variabel pembentuknya. Dan terakhir, Strategi Manajemen Resiko
yang membahas mengenai strategi dalam mengantisipasi dinamika pasar yang tidak stabil.
V. LEARNING OBJECTIVE

No. Learning Objective Learning Objective Seeker


1. Apa saja resiko yang akan dihadapi saat menjalankan Neng Fitri, Al Ammar dan
suatu bisnis dan bagaimana cara mengantisipasinya? Teresia
2. Bagaimana cara menentukan strategi pemasaran yang Annisa, Neilla, Varel dan
ideal untuk membangun value yang baik? Indrawan
3. Bagaimana mengoptimalkan kegiatan operasional untuk Alyvia dan Bagas
menciptakan efesiensi dan efektifitas yang diinginkan?

VII. SEEK ADDITIONAL INFORMATION OUTSIDE THE GROUP FROM THE


RESOURCES

Strategi memanajemen resiko


Menurut Prof. Dr. J. Winardi, manajemen perubahan adalah upaya yang ditempuh oleh
manajer untuk mengatur perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman mengenai
motivasi, kepemimpinan, konflik, kelompok, dan komunikasi. Dalam manajemen perubahan
(Robbins and Coutler, 2018) terdapat dua faktor yang dapat mengakibatkan risiko pada suatu
bisnis yaitu faktor eksternal berupa perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen, peraturan
pemerintah yang baru, perubahan teknologi dan perubahan ekonomi. Adapun faktor internal
berupa strategi baru, perubahan komposisi pekerjaan, peralatan baru dan perubahan sikap
karyawan.
Banyak langkah yang perlu dilakukan Aep Tresna dalam mengantisipasi serta
menanggulangi resiko bisnis yang ia bangun. Langkah pertama yang harus ia lakukan adalah
melakukan riset mengenai hambatan apa saja yang sekiranya akan ia temui, dengan begitu Aep
dapat mempersiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi hambatan yang
dimungkinkan akan dihadapinya. Selanjutnya ia harus menentukan bisnis yang sesuai dengan skill
yang ia miliki agar setidaknya Aep memiliki bekal pengetahuan, pengalaman, serta keahlian untuk
mengurangi dan mengatasi segala resiko yang muncul di tengah perjalanan bisnisnya. Lalu ia pun
perlu mencari informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis yang sedang ia geluti untuk
menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa membuat bisnisnya berkembang, dan langkah apa
saja yang tidak perlu dilakukan untuk mengurangi munculnya resiko yang tidak diinginkan.
Langkah lainnya yaitu Aep Tresna harus menyesuaikan modal yang ia miliki dengan bisnis yang
akan ia jalankan, karena modal yang ia miliki tentunya terbatas maka ia perlu meminimalisir resiko
yang ada dengan merencanakan dan mengefisenkan berbagai pengeluaran dalam bisnisnya untuk
mencegah pengeluaran berlebih. Lalu langkah lainnya adalah ia harus kreatif dan inovatif dalam
mengantisipasi resiko bisnisnya. Lalu langkah lain yang cukup krusial yaitu, Aep Tresna perlu
mengenali serta mengetahui tingkat kebutuhan konsumen atas produknya, hal ini dilakukan agar
ia dapat merencanakan kegiatan produksi yang strategis yang berdasar pada kebutuhan pasar.
Dengan begitu produk yang dipasarkannya akan lebih sesuai atau setidaknya mendekati dengan
apa yang dibutuhkan konsumen dan ini dapat mengantisipasi dan meminimalisir resiko
kemungkinan jika produknya tidak laku di pasaran.
Menentukan strategi pemasaran
Menurut (Tjiptono, 2012) strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan
ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap
permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Strategi pemasaran terdiri dari
prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasarannya
dalam sebuah pasar sasaran, dan mengandung keputusan dasar tentang pemasaran, bauran
pemasaran, dan alokasi pemasaran (Kotler, 2013). Oleh karena itu penggunaan strategi pemasaran
harus melalui tahap-tahap analisa kelemahan dan keunggulan perusahaan serta ancaman dan
peluang yang akan dihadapi. Proses pelaksanaan strategi pemasaran pun juga perlu evaluasi
apakah sudah sesuai atau diperlukan adaptasi lebih lanjut menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar. Menurut Corey dikutip oleh Tjiptono (2012) terdapat lima elemen yang saling berkaitan
dalam strategi pemasaran, terdiri dari: 1) Pemilihan pasar 2) Perencanaan produk 3) Penetapan
harga 4) Sistem distribusi. Value Proposition (Proposisi Nilai), sebuah value proposition
menciptakan nilai untuk setiap konsumen melalui kombinasi yang berbeda dari unsur-unsur yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk setiap segmen. Nilai yang diberikan dapat berupa kuantitatif
(misalnya harga, kecepatan pelayanan) maupun kualitatif (misalnya desain, pengalaman
pelanggan, perasaan). Value proposition merupakan suatu alasan yang dapat meyakini target
konsumen mengapa harus membeli produk tersebut (Kotler and Armstrong, 2013). Ada sebelas
jenis komponen yang dapat mempengaruhi proses penciptaan nilai pada suatu produk/jasa
(Osterwalder et al., 2010), yaitu : a) Newest (sifat Baru) b) Performance (kinerja) c) Customization
(penyesuaian) d) Getting the job done (penyelesaian pekerjaan) e) Design (desain) f) Brand atau
Status g) Price (harga) h) Cost reduction (pengurangan biaya) i) Risk reduction (pengurangan
risiko) j) Acsessability (kemudahan mengakses) k) Usability (kenyamanan).
Dalam menyusun strategi pemasaran yang ideal, Aep perlu melakukan analisis SWOT
(strength, weakness, opportunity, threat) terhadap bisnis yang dibagunnya. Hal ini bertujuan agar
ia mengetahui apa saja kekuatan/kelebihan yang dimiliki bisnisnya untuk bersaing dengan
kompetitornya, kelemahan apa saja yang bisnisnya miliki yang perlu ia benahi, lalu kesempatan
apa saja yang bisa ia manfaatkan untuk membuat bisnisnya berkembang, serta ancaman apa saja
yang bisa menjadi penghabat dalam perkembangan bisnisnya. Dengan mengetahui keempat aspek
itu, ia dapat merencanakan strategi yang ideal untuk memasarkan produknya. Dalam menyusun
rencana pemasaran ini, kompetitor merupakan salah ancaman yang perlu diantisipasi karena dapat
menghambat perkembangan bisnis Aep. Dikarenakan pasar yang ia tempati merupakan pujasera
dimana tempat tersebut merupakan pusat dari bisnis yang serupa yaitu produk makanan.
Persaingan pada produk serupa yang ada di pujasera seharusnya ditanggapi Aep dengan penerapan
value proposition dalam menciptakan produknya. Strategi pemasaran yang harus dilakukan dalam
memasarkan produk penjualan adalah dengan memberikan produk berkualitas yang baik,
penjualan produk dengan mengikuti trend yang ada, harga relatif lebih murah serta adanya
pelayanan kepada pembeli dengan sikap yang ramah. Dalam hal kualitas produk, Aep memerlukan
pemasok dengan bahan baku yang berkualitas serta keahlian dalam mengolah bahan tersebut
menjadi makanan yang memiliki cita rasa yang baik. Lalu dalam hal mengikuti trend pasar, Aep
perlu mengetahui selera serta jenis makanan apa yang saat ini sedang banyak disukai oleh
konsumennya. Lalu, dari sisi harga sendiri, Aep perlu mempertimbangkan harga yang terjangkau
bagi konsumennya yang merupakan kalangan mahasiswa. Serta yang terakhir, melayani pembeli
dengan ramah merupakan hal yang penting dalam menjaga hubungan baik dengan konsumen.
Tentu dengan begitu, value produk Aep akan meningkat sehingga konsumen nantinya akan lebih
memilih untuk membeli produk makanannya dibandingkan dengan produk makanan di tempat
lain.

Manajemen operasional yang baik untuk bisnis


Menurut Eddy Herjanto, Manajemen operasi dan produksi dapat diartikan sebagai suatu
proses yang berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk
mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Ada tiga
aspek yang tercangkup dalam manajemen operasi yaitu perencanaan sistem produksi, sistem
pengendalian produksi dan sistem informasi produksi. Dalam proses transformasi, Anoraga (2009)
menerangkan terdapat langkah Alter (mengubah), Transport, Store (penyimpanan), dan Inspect
(memeriksa). Terdapat juga beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen operaasi, seperti:
manajer/pimpinan, tingkah laku karyawan, tingkah laku kelompok kerja dan faktor eksternal
organisasi. Dalam manajemen operasi, diperlukan adanya rencana operasinal. Rencana
operasional tersebut dibagi berdasarkan jangka waktunya, yaitu jangka pendek/sekali pakai dan
rencana tetap/berulang-ulang. Selain itu, ada juga tipe rencana operasional, seperti rencana
menekan biaya produksi dan fleksibilitas inovasi.
Aep Tresna sebagai pelaku bisnis dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Aep
perlu memahami terlebih dahulu ruang lingkup yang terdapat dalam manajemen operasi (sistem
produksi sistem pengendaliannya dan sistem informasi). Setelah itu, Aep perlu merancang rencana
operasi yang meliputi ruang lingkup yang telah dipahami beserta faktor-faktor lain yang
mempengaruhi operasi, baik internal (manajer, tingkah laku karyawan/kelompk kerja) maupun
eksternal (ekonomi, politik, sosial, budaya). Ditentukan juga jangka waktu (sekali pakai atau tetap)
dan fokus strategi yang diterapkan (biaya, teknologi, inovasi).
CONCLUSION
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi bisnis merupakan hal yang sangat
penting dan diperlukan dalam perencanaan suatu bisnis. Diperlukan strategi yang matang, tepat
serta sesuai dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai. Strategi bisnis dapat dibagi menjadi 3 strategi
yang masing-masing memiliki keterkaitan, strategi ini meliputi strategi operasional, strategi
pemasaran, dan strategi manajemen resiko. Ketiga strategi ini saling bersinergi satu sama lain.
Dengan strategi operasional yang baik akan menciptakan bisnis yang dapat bekerja secara optimal
serta kegiatan operasi dapat berjalan secara efektif dan efisien, jika strategi pemasaran
direncanakan dengan tepat maka dapat tercipta value yang baik pada produk yang dipasarkan, dan
ketika resiko dapat dikelola menjadi sebuah peluang baru yang menguntungkan, maka bisnis akan
berjalan lancar dan dapat terhindar dari kerugian. Ketika perencanaan strategi bisnis ini dapat
menciptakan strategi yang ideal, tentu akan berdampak baik pada meningkatnya efektifitas dan
efisiensi segala proses bisnis. Sehingga bukan tidak mungkin lagi bisnis tersebut akan
menghasilkan profitabilitas yang tinggi dan memberikan value yang baik kepada konsumen
sehingga mampu bersaing dengan kompetitor.
DAFTAR PUSTAKA

Kotler, P. and Armstrong, G. (2013) Principles of Marketing, Journal of Chemical Information


and Modeling. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Osterwalder, A. et al. (2010) Business Model Generation.
Robbins, S. P. and Coutler, M. (2018) Management. 14th edn. United Kingdom: Pearson
Education Limited.
Tjiptono, F. (2012) ‘Service management: mewujudkan layanan prima’, pp. 2011–2013.
https://scholar.google.com/

You might also like