Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Hasanuddin Law Review Vol. 1 No.

1, April (2015)

HALREV
Hasanuddin Law Review

Penegakan Hukum Lingkungan di Sektor Kehutanan


(Studi Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Sinjai,
Sulawesi Selatan)
The Environmental Law Enforcemnent in Forestry Sector
(Study on the Protected Forest in Sinjai Region, South Sulawesi)

A. M. Yunus Wahid1, Naswar Bohari1, Achmad2*


1
Bagian Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin.
Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245, Indonesia.
2
Bagian Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin.
Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245, Indonesia.
*
Tel./Fax: +62-411587219 E-mail: achmad_law@yahoo.co.id

Submitted: Feb 12, 2015; Reviewed: Mar 9, 2015; Accepted: Mar 24, 2015

Abstract: This research is designated to find how far the law performed in order to protect
the Protected Forrest area, and the law enforcement in Sinjai region. This research is
also to find out the problems that occur in the process of law enforcement. This research
uses normative judiciary method, also combined with field research to gain some other
facts that affected the law enforcement in the protected forest area. The research finds
that in Sinjai region, there is still some activities that will affect the forest function. Some
people said that there is no marking in the forest area around their village so they don’t
recognize the area as a protected part of the forest. In the law enforcement field, some
obstacles existed, such as lack of budget in maintaining patrol, also the ranger need
some special vehicles and weapon (fire arms) to give them security in order to fulfill their
duties.
Keywords: Environmental Law; Protected Forest; Law Enforcement

Abstrak: Penelitian ini bertujan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan penegakan


hukum dalam perlindungan hukum terhadp hutan lindung di kabupaten Sinjai, serta
kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Penelitian dilaksanakan dengan
metode yuridis normatif, disertai penelitian lapangan sebagai data pembanding. Tingginya
angka deforestasi di Indonesia adalah inti dari permasalahan yang dibahas dalam
penlitian ini. Okupasi lahan hutan oleh warga masyarakat menjadi area perkebunan atau
pertanian, penebangan liar, serta pengalihan fungsi hutan lindung sangat berdampak pada
pemanfaatan kawasan hutan. Sinergi antar instansi yang terlibat dalam perlindungan dan
pengawasan kawasan hutan lindung mutlak diperlukan dalam upaya pelestarian hutan.
Kata Kunci: Hukum Lingkungan; Hutan Lindung; Penegakan Hukum

133
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

PENDAHULUAN kecuali menjaga dan memelihara kelestarian


Hukum lingkungan merupakan salah satu fungsi-fungsi hutan tersebut, antara lain den-
sarana penunjang dalam upaya mewujudkan gan atau melalui penegakan hukum lingkun-
perlindungan dan pengelolaan lingkungan gan sebagai salah satu sarana penjang dalam
hidup (PPLH)1 secara optimal. Hukum PPLH.
lingkungan khususnya dalam peraturan Dalam rangka memperoleh manfaat
perundang-undangan sudah relatif memadai, yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat,
baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga pada dasarnya kawasan hutan dapat diman-
diharapkan dapat berfungsi dengan baik. faatkan dengan tetap memperhatikan sifat,
Hukum lingkungan yang baik dan relatif karakteristik, dan kerentanannya, serta tidak
lengkap ini, sebagaimana juga hukum dibenarkan mengubah suatu kawasan hutan
pada umumnya, ia tetap dalam dirinya yang memiliki fungsi perlindungan, dan
sebagai sarana belaka berupa benda mati harus dilakukan kajian yang mendalam serta
belaka. Untuk dapat membawa kebaikan komperhensif.2
dalam PPLH, hukum lingkungan ini harus Namun pada kurun waktu yang bersa-
dihidupkan dan diterapkan dalam kehidupan maan, masalah dan tantangan yang dihadapi
nyata oleh manusia. Oleh karena itu, ia dalam PPLH, juga cenderung meningkat
memerlukan sejumlah orang yang mau dan baik kualitas maupun kuantitasnya. Masalah
mampu menghidupkan dan menerapkannya muncul susul menyusul termasuk masalah pe-
dalam kehidupan secara nyata. manasan global yang kini menjadi perhatian
Penegakan hukum lingkungan di sek- dunia. Semburan lumpur gas, banjir, keke-
tor kehutanan memegang peran penting, ringan, tanah longsor dan lahan kritis yang
baik untuk kegiatan sektor kehuatan sendi- tampaknya progresif dengan waktu terdapat
ri maupun dalam upaya pelestarian fungsi di mana-mana. Lahan kritis di Kalimantan
sumber daya alam (SDA) dan lingkungan misalnya, pada tahun 2000 seluas 7.178.726
hidup sebagai tujuan utama PPLH. Hutan Ha meningkat menjadi 27.918.049 Ha pada
sebagai SDA, memiliki fungsi ekonomi, so- tahun 2006,3 atau meningkat 4.653.008 Ha
sial, budaya dan ekologis yang amat penting pertahun. Adanya kemerosotan hutan secara
bagi kehidupan manusia dan makhluk lain- kuantitas dan kualitas yang progresif dengan
nya yang tidak dapat digantikan oleh sumber waktu menunjukkan bahwa penegakan hu-
daya lainnya. Kerusakan dan terganggunya kum lingkungan di sektor kehutanan belum
fungsi-fungsi hutan secara langsung ber- berjalan optimal. Penegakan hukum ling-
pengaruh terhadap sistem kehidupan, baik kungan dalam arti luas, termasuk di sektor
ekosistem maupun sosiosistem yang pada kehutanan merupakan amanat konstitusi
gilirannya mengancam kehidupan umat ma-
nusia. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain 2
Iskandar. (2011). “Aktualisasi Prinsip Hukum
Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup dalam
Kebijakan Perubahan Peruntukan, Fungsi, dan
1
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Penggunaan Kawasan Hutan”. Jurnal Dinami-
(UUPLH) menggunakan istilah ‘Pengelolaan ka Hukum, 11(3): 532-547
Lingkungan Hidup’ (PLH). 3
Sumber: Kompas, Rabu, 24 Juni 2009.

62
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

bagi penyelenggara negara atau pemerin- yang bijak. Salah satu cara yang ditempuh
tahan dalam upaya pemenuhan hak atas LH adalah dengan pendekatan pengelolaan
yang baik dan sehat secara berkelanjutan se- hutan dan hasil hutan yang dilakukan secara
bagai bagian dari HAM tersebut. terencana dan bijaksana sesuai dengan per-
Kawasan hutan di Indonesia tercatat aturan perundang-undangan yang berlaku,
seluas 104.876.635 atau sekitar 54,6% dari khususnya peraturan dibidang kehutanan
keseluruhan total luas daratan. Rinciannya, guna mencegah dan meminimalisir kerusakan
kawasan suaka alam dan kawasan pelesta- hutan dalam mewujudkan pengelolaan hutan
rian alam perairan 5.085.209 hektar (terdiri yang berkelanjutan.
atas 27 unit) dan daratan 18.154.507 hektar Di Kabupaten Sinjai, yang secara
(339 unit). Kawasan hutan tersebut terbagi total memiliki kawasan hutan seluas18.894
dalam dua kategori. Pertama, kawasan suaka ha, terdiri dari 11.794 Hutan Lindung dan
alam yang terdri atas cagar alam 2.283.142 7.100 Hutan produksi. Kawasan tersebut
hektar (168 unit) dan suaka margasatwa diantaranya merupakan satu kawasan
3.612.323 hektar (4 unit). Sementara ka- hutan yang berada di lereng pegunungan
wasan hutan pelestarian alam meliputi Ta- Lompobattang – Bawakaraeng. Kawasan
man Wisata 299.117 hektar (75 unit), Taman hutan Kabupaten Sinjai berbatasan langsung
Buru 248.932 hektar (13 unit), Taman Nasi- dengan Hutan lindung yang berbatasan
onal 11.458.993 hektar (30 unit) dan Taman dengan Kabupaten Gowa.
Hutan Raya 252.089 hektar (11 unit). Selain Berdasarkan data Dinas kehutanan dan
kawasan suaka alam dan pelestarian alam, Perkebunan Kabupaten Sinjai Tahun 2002,
luas dan distribusi kawasan hutan juga terdiri ada potensi areal yang sudah diokupasi oleh
atas hutan lindung seluas 30.581.753 hektar warga sekitar 4.261,5 ha atau sekitar 22.55%5.
yang terdiri atas 472 Daerah Aliran Sungai Hal ini tentu saja menjadi suatu masalah
(DAS). 62 DAS diantaranya termasuk DAS tersendiri, karena keberadaan kawasan
prioritas I, 232 DAS prioritas II dan 176 hutan tersebut sebagai daerah serapan air
DAS prioritas III. Terakhir, kawasan hutan dan mencegah banjir bandang yang pernah
produksi yang terdiri atas Hutan Produksi terjadi 19 Juni 2006 dan menyebabkan 158
Terbatas (HPT) 17.063.682 hektar, Hutan orang meninggal dunia.6 Berangkat dari
Produksi Tetap (HPT) seluas 28.675.881 peristiwa tersebut, Pemerintah Kabupaten
hektar dan Hutan Produksi Konversi (HPK) Sinjai kemudian melakukan upaya-upaya
seluas 13.717.786 hektar.4 pencegahan kerusakan kawasan hutan
Bertolak dari data luas hutan yang dengan memaksimalkan segala peraturan
terdapat di Indonesia di atas, untuk mencegah
jangan sampai hutan mengalami penyusutan 5
Data persebaran kawasan hutan di Kabupaten
setiap hari, perlu dilakukan suatu pendekatan Sinjai, Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Sinjai, 20 Januari 2003.
6
Sebagaimana dikutip pada laman website:
Agung Nugraha. (2004). Menyonsong Peru-
4
merdeka.com/pernik/158-tewas-dalam-banjir-
bahan Menuju Evitalisasi Sektor Kehutanan. bandang-di-sinjai-sulsel-bmshx8p.html,
Jakarta: Wirma Aksara, hlm. 58-59 [Diakses tanggal 6 Februari 2014].

134 63
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

yang ada, untuk menjaga agar hal tersebut Data yang diperoleh di lapangan akan
tidak terjadi lagi. dianalisis secara kualitatif, yakni analisis
Berpijak dari isu hukum penegakan yang mendeskripsikan data yang diperoleh,
hukum lingkungan di atas, maka objek ka- baik data primer maupun data sekunder yang
jian pada penelitian ini dirumuskan sebagai tidak dapat dikuantifikasi, sehingga harus di-
berikut: Pertama, bagaimana efektivitas beri interpretasi dan simpulan.
penegakan hukum lingkungan di sektor ke-
hutanan di Kabupaten Sinjai? Kedua, se- ANALISIS DAN PEMBAHASAN
jauhmana sinergitas antara instansi penegak Deskripsi Lokasi Penelitian
hukum dan instansi kehutanan dalam Penge- Secara geografis Kabupaten Sinjai terle-
lolaan dan Perlindungan kawasan hutan di tak pada koordinat antara 5°2’56” sampai
Kabupaten Sinjai? Ketiga, faktor-faktor apa 5°21’16” Lintang Selatan dan 119°56’30”
saja yang mempengaruhi pengelolaan dan sampai 120°25’33” Bujur Timur.7 Luas
Perlindungan kawasan Hutan di Kabupaten wilayah Kabupaten Sinjai adalah 819,96
Sinjai? km2. Secara administratif, pemerintahan
Kabupaten Sinjai terbagi dalam 9 kecamatan
METODE definitif yang terdiri dari 67 desa, 13 kelura-
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten han, dan 349 dusun/lingkungan.
Sinjai. Daerah ini dipilih karena memiliki Dari total luas Kabupaten Sinjai,
kawasan hutan lindung yang memegang 31,25% mempunyai kemiringan tanah di atas
fungsi penting dalam pelestarian fungsi 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan
SDA dan lingkungan hidup, yang mulai Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai Borong,
mengalami perambahan untuk kepentingan Bulu Poddo, dan Tellu Limpoe. Dengan
ekonomi. bentuk topografi wilayah yang sebagian besar
Populasi penelitian ini adalah keselu- berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten
ruhan pejabat atau aparat yang menangani Sinjai  dilalui oleh 6 sungai besar dan kecil
masalah kehutanan di daerah penelitian. yang sangat potensial sebagai sumber tenaga
Adapun sampel penelitian ini ditetapkan listrik dan untuk pengairan/irigasi. Adapun
dengan teknik purposive sampling dengan sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten
menggunakan kriteria berdasarkan karakter- Sinjai masih berada dalam wilayah satuan
istik masing-masing yang terdiri dari pejabat Sungai Je’ne Berang.
instansi lingkungan hidup, pejabat instansi
Landasan Teori
kehutanan, dan aparat pro justitia masing-
Teori Penegakan Hukum
masing aparat kepolisian, kejaksaan dan ha-
Penegakan hukum merupakan ujung tom-
kim, serta warga masyarakat yang bermukim
bak terciptanya tatanan hukum yang baik
di sekitar hutan lindung, sebagai pemband-
ing dan mengetahui efektivitas penerapan Sumber data sebagaimana dikutip pada laman
7

hukum dalam bidang kehutanan dikalangan website: http://www.sinjaikab.go.id/v2/index.


php?option=com_content&view=article&id
masyarakat. [Diakses pada tanggal 16 Mei 2014].

64
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

dalam masyarakat. Satjipto Rahardjo menge- dakan evaluasi terhadap kegiatan yang akan
mukakan bahwa penegakan hukum pada atau yang telah dilakukan. Pengawasan
hakikatnya merupakan penegakan ide-ide dapat bersifat preventif dan represif. Peng-
atau konsep-konsep yang abstrak. Penegakan awasan preventif adalah pengawasan sebe-
hukum adalah usaha untuk mewujudkan ide- lum suatu tindakan dalam pelaksanaan ke-
ide tersebut menjadi konkret.8 giatan, yang biasanya berbentuk prosedur
Penegakan hukum secara konkret yang harus ditempuh dalam pelaksanaan
menurut Sjachran Basah adalah berlakunya kegiatan tersebut, sedangkan pengawasan
hukum positif dalam praktik sebagaimana preventif adalah pengawasan yang dilakukan
seharusnya patut ditaati. Oleh karena itu, setelah suatu tindakan dilakukan dengan
memberikan keadilan dalam suatu perkara membandingkan apa yang telah terjadi
berarti memutuskan perkara dengan mene- dengan apa yang seharusnya, dan diwujudkan
rapkan hukum dan menemukan hukum in dalam bentuk pemeriksaan setempat, veri-
concreto dalam mempertahankan dan men- fikasi, monitoring dan sebagainya.
jamin ditaatinya hukum materiil dengan Menurut George R. Terry,11 penga-
menggunakan cara prosedural yang ditetap- wasan adalah mendeterminasi apa yang
kan oleh hukum formil.9 telah dilaksanakan, maksudnya mengevalu-
Secara umum, menurut Moestadji,10 asi prestasi kerja dan apabila perlu menerap-
penegakan hukum dapat diartikan sebagai kan tindakan-tindakan korektif hasil peker-
tindakan menerapkan perangkat sarana hu- jaan apakah sesuai dengan rencana-rencana.
kum yang dimaksudkan untuk memaksakan Arifin Abdurachman menyatakan bahwa
sanksi hukum guna menjamin penataan ke- pengawasan adalah kegiatan/proses kegiatan
tentuan yang ditetapkan. Dalam pengertian untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesala-
luas, penegakan hukum mencakup penaatan han, kegagalan untuk diperbaiki kemudian,
yakni tindakan administratif dan tindakan dan mencegah terulangnya kembali kesala-
yustisial, baik keperdataan maupun kepida- han-kesalahan itu, begitu pula mencegah
naan. sehingga pelaksanaan tidak berbeda dengan
rencana yang telah ditetapkan.12
Teori Pengawasan
Dalam konteks penegakan hukum
Pengawasan secara umum diartikan sebagai
lingkungan, khususnya di sektor kehutanan,
suatu kegiatan yang ditujukan untuk menga-
pengawasan dapat ditujukan terhadap keta-
8
Satjipto Rahardjo. (1981). Masalah Penegakan atan aparat penyelenggara dan pelaksana
Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung: urusan kehutanan atas semua ketentuan
Sinar Baru, hlm. 15.
9
Sjachran Basah. (1992). Perlindungan Hukum peraturan perundang-undangan di bidang
atas Sikap Tindak Administrasi Negara.
Bandung: Alumni, hlm. 14. 11
Dipetik dari Baso M. (2010). Penerapan Prin-
10
Dipetik dari Ridwan Tahir. (2012). Perlin- sip Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan
dungan Hukum Kawasan Hutan Konservasi: dalam Aktivitas Pemegang Izin Hak Pengusa-
Studi tentang Penegakan Hukum Pidana haan Hutan di Sulawesi Selatan. (Disertasi),
Lingkungan pada Kawasan Taman Nasional. Program Pascasarjana Universitas Hasanud-
(Disertasi), Program Pascasarjana Universitas din, Makassar, hlm. 87.
Hasanuddin, Makassar, hlm. 176. 12
Ibid.

65
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

kehutanan, sehingga diharapkan semua hukuman; Ketiga, sanksi regresif, yakni


aparat kehutanan yang terlibat dalam hal sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas
pelaksanaan pengurusan dan pemanfaatan ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang
hutan patuh dan taat untuk menjalankan terdapat pada ketetapan yang diterbitkan,
semua aturan perundang-undangan yang yang ditujukan untuk mengembalikan pada
berkaitan dengan kehutanan. Di samping keadaan semula sebelum terjadinya pelang-
itu pengawasan juga ditujukan terhadap garan.
ketataatan masyarakat dan pelaku usaha atas Menurut Philipus M. Hadjon,16 pene-
semua aturan perundang-undangan di bidang rapan sanksi secara bersama-sama antara hu-
kehutanan, sehingga diharapkan tindakan kum administrasi dan hukum lainnya dapat
atau kegiatan yang dilakukan berjalan sesuai terjadi, yakni kumulasi internal dan kumula-
dengan aturan perundang-undangan. si eksternal. Kumulasi eksternal merupakan
penerapan sanksi administrasi bersama-sama
Teori Sanksi dengan sanksi lain seperti sanksi pidana atau
Sanksi adalah akibat sesuatu perbuatan atau sanksi perdata. Adapun kumulasi internal
suatu reaksi dari pihak lain atas suatu per- merupakan penerapan dua atau lebih sanksi
buatan. Menurut van Wijk,13 sanksi adalah administrasi secara bersama-sama, misalnya
alat kekuasaan publik yang digunakan oleh pencabutan izin dan pengenaan denda.
penguasa sebagai reaksi atas ketidaktaatan
terhadap norma hukum administrasi. Sanksi Hutan dan Hutan Lindung
sebagai alat yang dapat menjamin pelak- Berdasarkan data dan informasi dari Dinas
sanaan norma huukm, tetapi bukanlah ciri Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
yang menentukan norma hukum.14 Sinjai bahwa potensi kehutanan yang ada di
J.B.J.M. ten Berge,15 membagi tiga kawasan hutan dengan luas 20.370 ha dapat
macam sanksi dari segi sasarannya: Per- menghasilkan potensi produksi 964,3631
tama, sanksi reparatoir, yakni sanksi yang m3 berupa kayu yaitu kayu rimba campuran,
diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran meranti, dan jati. Terdapat juga hasil non-
norma yang ditujukan untuk mengemba- kayu lainnya getah damar mata kucing,
likan pada kondisi semula atau menempat- damar batu, damar kopal, damar pilan, damar
kan pada situasi yang sesuai dengan hukum; rasak, damar daging dan damar gaharu. hasil
Kedua, sanksi punitif, yakni sanksi yang lainnya madu, gula aren ijuk, kemiri, kenari
semata-mata ditujukan untuk memberikan asam, sutra dan kulit kayu manis.
Berdasarkan data tahun 2014 yang
13
Ibid., hlm. 91. diperoleh dari instansi Dinas Perkebunan
14
Lihat Otje Salman dan Anthon F. Susanto.
dan Kehutanan Kabupaten Sinjai, deskripsi
(2007). Teori Hukum: Mengingat, Mengum-
pulkan, dan Membuka Kembali. Bandung: Re- kawasan hutan lindung di Kabupaten Sinjai
fika Aditama, hlm. 97.
dapat dilihat pada Tabel 1.
15
Habib Adjie. (2007). Sanksi Perdata dan
Sanksi Administratif terhadap Notaris sebagai
Pejabat Publik. Bandung: Refika Aditama, 16
Ridwan, H.R. (2011). Hukum Administrasi
hlm. 106. Negara. Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 317.

66
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Tabel 1
Luas Kawasan Hutan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan

No. Kecamatan Kelurahan/Desa Hutan Lindung (Ha) Hutan Produksi (Ha)


1 Sinjai Barat Turungan Baji 340 763
Bontosalama 240 2.085
Arabika 78 200
Botolempangan 377 500
Balakia 225 -
Gunung Perak 2583 -
Barania 1400 -
2 Sinjai Borong Batu belerang 230 -
Barambang 377 -
Bonto Katue 900 -
3 Sinjai Selatan Talle - 200
Songing 465 -
Palangka 317 -
Polewali 587 81
Puncak 233 -
4 Tellu Limpoe Kalobba 496,375 -
Saotengah 132,500 -
5 Sinjai Tengah Kompang 600 500
Bonto 345 -
Saohiring 275 -
Saotanre 486,125 -
Baru - 450
Pattongko 230 125
Saotengnga 157 -
6 Bulupodo Duampanuae - 490
Tompobulu - 1.509
- 197
Lamatti Riattang - 2.196
Jumlah 11.074 9.296

Sumber: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai, 2014

Tabel 1 di atas menunjukkan lokasi dari instansi dinas terkait bahwa di 3 keca-
dan luas kawasan hutan lindung yang be- matan tersebut merupakan wilayah terbesar
rada di Kabupaten Sinjai. Adapun mengenai kawasan hutan lindung masih bila diban-
penetapan kawasan hutan lindung langsung dingkan dengan kecamatan lainnya.
ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan me- Di Kabupaten Sinjai terdapat beberapa
lalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor desa yang memiliki hutan lindung di mana
P.50/Menhut-II/2011. keberadaan hutan tersebut tidak dapat di-
Dari 9 (sembilan) kecamatan yang ter- ganggu. Oleh karena itu, hutan lindung
dapat di Kabupaten Sinjai, terdapat 6 (enam) tersebut harus dapat sebaik mungkin dijaga
kecamatan yang mempunyai kawasan hutan kelestariannya guna sebagai tempat hidup
lindung. Penulis mengambil sampel pene- beraneka ragam flora dan fauna. Kawasan
litian dan menitikberatkan penelitian di Ke- hutan lindung di setiap desa Kabupaten
camatan Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Tellu Sinjai tersebut meliputi berbagai daerah
Limpoe karena berdasarkan informasi awal seperti Gunung Perak, dan Barania di Keca-

67
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

matan Sinjai Barat, Saotanre di Kecamatan hutan lindung. Setiap periode tertentu, pihak
Sinjai Tengah, Desa Kalobba dan Massaile Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
di Kecamatan Tellu Limpoe. Sinjai melaksanakan sosialisasi dan penyu-
luhan terkait pentingnya perlindungan
Penegakan Hukum Lingkungan di fungsi hutan. Bencana tanah longsor dan
Sektor Kehutanan banjir bandang yang pernah terjadi cukup
Pemerintah Kabupaten Sinjai dalam me- mengingatkan masyarakat akan bahaya yang
nindaklanjuti amanat pelaksanaan Undang- ditimbulkan oleh penebangan liar.
Undang Nomor 41 Tahun 1999 telah melak- Dari data yang diperoleh dari pi-
sanakan berbagai upaya yang dianggap perlu hak Dinas Perkebunan dan Kehutanan Ka-
dalam mendukung upaya pelestarian hutan. bupaten Sinjai yang mengatakan sering
Hal ini ditandai dengan terbitnya beberapa melakukan sosialisasi dan penyuluhan ten-
produk hukum yang mendukung upaya tang perlindungan dan pelestarian kawasan
tersebut antara lain Peraturan Daerah No. hutan lindung kepada masyarakat, terdapat
28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ru- perbedaan di lapangan karena sebagian be-
ang Wilayah Kabupaten Sinjai Tahun 2012- sar responden selama 3 tahun hanya pernah
2032. mengikuti 1-2 kali penyuluhan yaitu seban-
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten yak 16 responden, sedangkan jumlah yang
Sinjai melalui Surat Edaran Bupati Sinjai tidak pernah mengikuti penyuluhan sebesar
No. 622/326/Set Tahun 2004 telah mengatur 62% sebanyak 31 responden, dan lebihnya
larangan memiliki chainsaw (gergaji mesin) hanya 3 responden yang mengikuti di atas 3
tanpa izin pemerintah daerah yang diedarkan kali penyuluhan tentang sosialisasi yang di-
kepada semua camat dan lurah di lingkungan lakukan oleh pihak dinas terkait. Artinya, in-
Pemerintah Kabupaten Sinjai. Hal ini anta- tensitas sosialisasi yang dilaksanakan sangat
ra lain dimaksudkan untuk mengendalikan jarang. Namun dari hasil wawancara den-
penebangan liar, yang cenderung merusak gan Asnawir, dikatakan bahwa sebenarnya
hutan dan fungsinya sehingga kepemilikan- pihaknya sering melakukan sosialisasi dan
nya dibatasi dengan izin. pelatihan terkait dengan perlindungan dan
Selain hal tersebut, Pemerintah Kabu- pelestarian hutan lindung yaitu 1 - 2 kali per-
paten Sinjai telah menerbitkan Perda No. 177 tahun, namun karena keengganan masyara-
Tahun 2014 tentang Penempatan Wilayah kat untuk mengikutinya sehingga keban-
Kerja Polisi Hutan dan Petugas Pembantu yakan hanya aparat desa dan kelurahan yang
Pengamanan Hutan. Perda ini juga mene- mengikuti sosialisasi dan pelatihan tersebut.
tapkan 60 orang petugas yang akan melak- Terkait kegiatan patroli petugas polisi
sanakan pengamanan dan patroli kawasan hutan yang ditetapkan dalam Keputusan Bu-
hutan sepanjang tahun. pati No. 177 Tahun 2014 membagi wilayah
Pemerintah Kabupaten Sinjai mene- kerja dalam 41 unit lokasi dengan masing
kankan pada upaya preventif dalam melak- masing patroli berisi 5 sampai 6 orang perso-
sanakan perlindungan hukum bagi kawasan nil setiap minggunya, lanjut Asnawir tentang

68
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

penegakan dalam sektor hukum lingkungan ikut dalam patroli, dan jik ada laporan peris-
telah dilakukan dengan baik dan sesuai den- tiwa di kawasan hutan maka pihak kepoli-
gan ketentuan yang berlaku. Hal ini didu- sian ikut dalam patroli tersebut.
kung dengan observasi langsung ke lapan-
gan setiap satu (1) minggu sekali.17 Sinergitas Antarinstansi dalam Penegakan
Dalam rangka merealiasikan rencana Hukum Lingkungan di Sektor Kehutanan
perlindungan hutan yang sebaik mungkin, Di masa lalu, banyak pihak mengkritisi
maka Pemerintah Kabupaten Sinjai telah kinerja Polri terkait pelaksanaan tugas dan
mengangkat 64 orang tenaga Polhut yang tanggung jawabnya selaku aparatur negara
terdiri dari PNS dan honorer, yang melak- pengemban fungsi pemelihara keamanan
sanakan patroli rutin. Data menunjukkan dan ketertiban masyarakat. Hal ini mun-
bahwa patroli yang dilakukan oleh pihak cul mengingat pada masa itu kinerja aparat
polisi hutan sudah baik. Hal ini sesuai den- Polri bagi sebagian pihak dianggap kurang
gan apa yang disampaikan oleh pihak Di- agresif, kurang responsif dan tidak profe-
nas Perkebunan dan Kehutanan Kabupten sional, bahkan terkesan militeristik, khusus-
Sinjai yang telah mengatur jadwal patroli nya dalam mengatasi berbagai permasalahan
sedemikian rupa dengan personil yang men- hukum yang dihadapi masyarakat.
cukupi sehingga perambahan hutan oleh ma- Pemerintah Kabupaten Sinjai dalam
syarakat dapat dicegah dengan baik. menindaklanjuti amanah pelaksanaan Un-
Meskipun demikian, kadangkala pihak dang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 telah
polisi hutan juga banyak menemui kendala melaksanakan berbagai upaya yang diang-
utamanya jika pelaku perambahan atau pene- gap perlu dalam mendukung upaya pelestar-
bangan liar berjumlah banyak, lebih banyak ian hutan. Hal ini ditandai dengan terbitnya
dari personil patroli, dan kadang mereka juga beberapa produk hukum yang mendukung
melengkapi diri dengan senjata rakitan. Hal upaya tersebut antara lain Peraturan Daerah
ini diakui oleh pihak polisi hutan, berdasar- No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
kan hasil wawancara dengan Samsuraedah,18 Ruang Wilayah Kabupaten Sinjai Tahun
yang menerangkan bahwa kadangkala petu- 2012-2032.
gas patroli jika menemui pelaku penebangan Sebelumnya, pemerintah Kabupaten
liar, mereka terdesak karena pelaku selalu Sinjai melalui Surat Edaran Bupati Sinjai
berjumlah lebih lebih banyak dan untuk itu No. 622/326/Set tahun 2004 telah menga-
mereka harus meminta bantuan dari pihak tur larangan memiliki Chainsaw (Gergaji
kepolisian Resort Sinjai. Biasanya, jika poli- Mesin) tanpa izin pemerintah daerah yang
si hutan melakukan patroli sebanyak 1 atau diedarkan kepada semua Camat dan Lurah
2 orang personil dari pihak kepolisian yang di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sinjai.
Hal ini antara lain dimaksudkan untuk me-
17
Wawancara dengan Asnawir, S.Pi, staf Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai, ngendalikan penebangan liar, yang cender-
24 Agustus 2014. ung merusak hutan dan fungsinya sehingga
18
Wawancara dengan Samsuraedah, tanggal 2
September 2014 kepemilikannya dibatasi dengan izin.

69
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Selain hal tersebut, Pemkab Sinjai tersebut dipihak kepolisian hanya berujung
telah menerbitkan Perda No. 177 Tahun 2014 pada perdamaian, padahal dari pihak polisi
tentang Penempatan Wilayah Kerja Polisi kehutanan beranggapan bahwa kasus terse-
Hutan dan Petugas Pembantu Pengamanan but merupakan sebuah pelanggaran.
Hutan. Menurut Asnawir, observasi hutan Kurangnya fasilitas dalam melak-
dilakukan untuk mengawasi kondisi hutan, sanakan patroli juga sangat berpengaruh.
dan jika terjadi pelanggaran atau kejadian Dalam salah satu patroli di kawasan hutan
di kawasan hutan lindung ini baik yang di- pernah terjadi perlawanan sehingga 2 orang
lakukan oleh masyarakat akan dilaporkan dari anggota polisi hutan disandra, hal ini
kepada pihak kepolisian. Hal ini sejalan den- dapat diselesaikan setelah pihak kepolisian
gan yang disampaikan oleh pihak kepolisian dan pemerintah setempat turun tangan men-
dalam hal ini Andi Rahmat, selaku Kasat damaikan. Hal ini antara lain karena ma-
Reskrim Polres Sinjai, bahwa kasus-kasus syarakat masih beranggapan bahwa hutan
seperti illegal logging atau perambahan hu- di sekeliling desa mereka adalah miliknya,
tan yang menjadi temuan pihak polisi hutan yang diwariskan dari nenek moyang secara
maka langsung dilaporkan kepada pihak ke- turun-temurun.
polisian untuk mendapat tindak lanjut.19 Namun jawaban pihak kepolisan dari
Menurut wawancara yang dilakukan keterangan pihak polisi Kehutanan oleh Andi
dengan pihak Kejaksaan bahwa penegakan Rahmat, bahwa sinergitas antara institusi
hukum lingkungan di Kabupaten Sinjai hukum dan kehutanan sudah sejalan. Jika ada
sejauh ini telah diterapkan, hal ini dapat laporan maka akan diproses dan langsung
dilihat dari segi efektivitas beberapa lembaga melanjutkan pada tahap penyidikan seperti
penegak hukum di sektor kehutanan berbagai kasus illegal loging dan perambahan hutan,
kinerja sesuai prioritasnya masing-masing, di mana selama ini kasus pelanggaran
seperti halnya dengan polisi kehutanan yang dikawasan kehutanan biasanya diselesaikan
sering melakukan patroli. Kasus yang pernah sampai di pengadilan atau dipidanakan.
ditangani di sektor kehutanan salah satunya Namun ada juga beberapa kasus yang tidak
adalah illegal loging, ada beberapa kasus sampai dipidanakan.20
yang terjadi dan diproses di Kejaksaan mulai Dari sisi badan peradilan, pada tahun
tahun 2011-2014 yag kemudian dilanjutkan 2013 ada 1 kasus hutan lindung, dan menu-
ke pengadilan dan semua sudah diputuskan rutnya selama ini sinergitas sudah cukup baik
sebanyak 4 (empat) kasus. (lihat Tabel 2). Baik dari aparat instansi hu-
Sinergitas antara polisi kehutanan dan kum maupun instansi kehutanan dan hanya
pihak kepolisian selama ini masih ada yang menerima berkas perkara kemudian diadili
kurang sejalan, misalnya saja jika polisi ke- dan diputuskan. Namun, ada beberapa per-
hutanan menemukan kasus yang terjadi di masalahan dalam pelaksanaan persidangan
kawasan hutan yang kemudian dilimpahkan salah satunya adalah barang bukti yang tidak
ke pihak kepolisian, namun sampai kasus ada koordinasi seperti kayu, biasanya tidak
19
Wawancara tanggal 24 Juni 2014 Wawancara tanggal 2 juni 2014
20

70
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

dihadirkan tetapi hanya menjadi titipan saja. ditemui di lapangan seperti zonasi dan patok
Selama ini faktor-faktor yang mempenga- pembatas yang kurang.
ruhi hal tersebut adalah tidak jelasnya tapal
batas/zona batas kawasan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum di Sektor Kehutanan
Tabel 2
Pokok penegakan hukum sebenarnya ter-
Perkara Terkait Hutan Lindung di Pengadilan
Negeri Sinjai letak pada faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
No. Tahun Perkara mempunyai arti yang netral, sehingga dampak
1 2009 No.18/PID.B/2009/PN SINJAI.
No.52/PID.B/2009/PN SINJAI. positif atau negatifnya terletak pada isi
2 2010 No.40/PID.B/2010/PN SINJAI. faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut
3 2012 No.100/PID.B/2012/PN SINJAI.
No.101/PID.B/2012/PN SINJAI. adalah, sebagai berikut: Pertama, faktor
4 2013 No.86/PID.B/2013/PN SINJAI. hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi
Sumber: Pengadilan Negeri Sinjai, 2014. pada undang-undang saja; Kedua, faktor
penegak hukum, yakni pihak-pihak yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa meski- membentuk maupun menerapkan hukum;
pun pemerintah Kabupaten meletakkan pri- Ketiga, faktor sarana atau fasilitas yang
oritas pada penegakan hukum preventif, mendukung penegakan hukum; Keempat,
serta memelihara kelestarian hutan lindung, faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana
namun harus diakui belum optimal pada hukum tersebut berlaku atau diterapkan; dan
tataran praktis. Oleh karena itu penegakan Kelima, faktor kebudayaan, yakni sebagai
secara represif masih tetap diperlukan dan hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
dihidupkan. Adanya 5 (lima) kasus terkait pada karsa manusia di dalam pergaulan
hutan lindung yang diproses di Pengadi- hidup.
lan Negeri Kabupaten Sinjai dalam kurun Kelima faktor tersebut saling berkaitan
waktu 4 tahun terakhir menunjukkan bahwa dengan eratnya, oleh karena merupakan
penegakan preventif yang mengutamakan esensi dari penegakan hukum, juga meru-
pemahaman atas ketentuan hukum belum pakan tolak ukur daripada efektivitas
mencapai hasil yang optimal, meskupun- penegakan hukum. Dalam menjalankan
sebenarnya sudah memadai. fungsinya untuk melindungi kawasan hutan
Bila disimak dengan baik keterangan di Kabupaten Sinjai, pihak polisi kehutanan
pihak penegak hukum terkait (lihat hasil (Polhut) mengalami kendala dalam hal
wawancara) diperoleh petunjuk bahwa be- menghadapi pelaku pembalakan liar yang
lum optimalnya penegakan hukum preventif menggunakan senjata rakitan. Salah satu
disektor kehutanan ini disebabkan oleh dua harapan yang dilontarkan oleh pihak Polisi
faktor yaitu koordinasi antara instansi ter- Hutan adalah kiranya mereka dapat dibekali
kait dan fasilitas pengawasan yang belum senjata api dengan mengikuti ketentuan
sepenuhnya mendukung upaya ini. Di samp- peraturan yang ada tentang senjata api
ing itu faktor lain sebagaimana kondisi yang tersebut.

71
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Beberapa faktor yang memengaruhi


sebenarnya hingga saat ini sudah sangat upaya perlindungan terhadap kawasan hutan
jarang terjadi kasus-kasus tindak pidana di lindung antara lain minimnya tanda batas
sektor kehutanan semisal illegal loging dan yang memberikan informasi bahwa kawasan
pembukaan lahan di kawasan hutan lindung. tersebut kawasan yang dilindungi, kurang-
Hal ini mengindikasikan bahwa sebenar- nya perhatian dan partisipasi warga masyara-
nya mayoritas masyarakat sudah takut un- kat dalam sosialisasi yang dilaksanakan oleh
tuk melakukan perambahan hutan di sekitar pihak Dinas Perkebunan dan Kehutanan Ka-
kawasan hutan lindung, di mana 31 orang bupaten Sinjai.
atau 62% responden mengakui hal tersebut, Perlindungan hukum terhadap kawa-
sedangkan 8 orang atau 16% lainnya me- san hutan lindung perlu ditingkatkan dengan
ngatakan hal tersebut sudah jarang terjadi meningkatkan penyuluhan dan sekaligus
dan selebihnya menurut responden masih mengusahakan agar penyuluhan yang dilak-
ada yang melakukan hal tersebut namun sanakan tidak sekadar formalitas. Perlu pe-
hanya 1-2 orang saja. nambahan rambu rambu atau penanda yang
Namun di lain sisi, ada pula yang jelas tentang di mana batas-batas wilayah
beralasan bahwa masyarakat melakukan yang termasuk sebagai hutan lindung agar
perambahan hutan dan membuka lahan masyarakat dapat mengetahui apakah wila-
karena tidak mengatahui bahwa kawasan yah yang hendak dibuka sebagai lahan per-
tersebut telah masuk kawasan hutan lindung, tanian masuk kawasan hutan lindung atau
hal ini dikarenakan patok tanda kawasan tidak. Jumlah polisi hutan yang ditugaskan
yang dibuat oleh pihak dinas sangat jarang untuk melakukan patroli demi menjaga agar
ditemukan, bahkan sebagian responden tidak terjadi perambahan hutan lindung oleh
mengatakan bahwa belum ada tanda yang masyarakat telah cukup banyak, akan tetapi
dipasang oleh pihak dinas yang menandakan perlu dipertimbangkan untuk memberikan
daerah batas-batas kawasan hutan lindung. senjata api untuk kebutuhan patroli tersebut.
Selain itu, perlu dipertimbangkan agar bagi
PENUTUP polisi hutan untuk yang berpatroli di wilayah
Efektivitas penegakan hukum di sektor ke- yang terpencil juga diberikan kendaraan
hutanan dalam melindungi kawasan hutan patroli yang sesuai serta honorarium yang
lindung di Kabupaten Sinjai sudah cukup lebih layak.
memadai, meskipun intensitasnya perlu di-
BIBLIOGRAFI
tingkatkan agar terlaksana perlindungan
Agung Nugraha. (2004). Menyonsong Pe-
yang lebih optimal. Kerjasama antarinstansi rubahan Menuju Evitalisasi Sektor
yang terlibat dalam penegakan hukum dalam Kehutanan. Jakarta: Wirma Aksara.
perlindungan terhadap hutan lindung di Ka- Baso M. (2010). Penerapan Prinsip Penge-
lolaan Hutan yang Berkelanjutan
bupaten Sinjai sudah cukup baik, hal ini di-
dalam Aktivitas Pemegang Izin Hak
tandai dengan terbitnya Keputusan Bupati Pengusahaan Hutan di Sulawesi Sela-
tentang Perizinan memiliki gergaji mesin, tan. (Disertasi), Program Pascasarjana

72
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Universitas Hasanuddin, Makassar. Bandung: Refika Aditama.


Habib Adjie. (2007). Sanksi Perdata dan Pemerintah Kabupaten Sinjai. Dikutip pada
Sanksi Administratif terhadap Notaris laman website: http://www.sinjaikab.
sebagai Pejabat Publik. Bandung: go.id/v2/index.php?option=com_
Refika Aditama. content&view=article&id [Diakses
Harian Kompas, Rabu, 24 Juni 2009. pada tanggal 16 Mei 2014].
Iskandar. “Aktualisasi Prinsip Hukum Pele- Ridwan Tahir. (2012). Perlindungan Hukum
starian Fungsi Lingkungan Hidup Kawasan Hutan Konservasi: Studi ten-
dalam Kebijakan Perubahan Perun- tang Penegakan Hukum Pidana Ling-
tukan, Fungsi, dan Penggunaan Ka- kungan pada Kawasan Taman Nasion-
wasan Hutan”. Jurnal Dinamika Hu- al. (Disertasi), Program Pascasarjana
kum, 11(3) 2011: 532-547 Universitas Hasanuddin, Makassar.
Merdeka.com pada laman website: merdeka. Ridwan, H.R. (2011). Hukum Administrasi
com/pernik/158-tewas-dalam-banjir- Negara. Jakarta: Rajawali Pers.
bandang-di-sinjai-sulsel-bmshx8p. Satjipto Rahardjo. (1981). Masalah Pe-
html, [Diakses pada tanggal 6 Februari negakan Hukum Suatu Tinjauan So-
2014]. siologis. Bandung: Sinar Baru.
Otje Salman dan Anthon F. Susanto. (2007). Sjachran Basah. (1992). Perlindungan Hu-
Teori Hukum: Mengingat, Mengum- kum atas Sikap Tindak Administrasi
pulkan, dan Membuka Kembali. Negara. Bandung: Alumni.

***

73

You might also like