7 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PRODUKTIFITAS PERAWAT DI RS. Dr.

MOEWARDI: STUDI
KOMPARASI ANTARA METODE TIM-FUNGSIONAL
DAN FUNGSIONAL

Supratman
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

Problems of nursing services at the Moewardi Hospital, for instance increase of patient dissatisfaction
(60%), nurse’s workload (68,8%), ratio nurse’s-patient 1:10, nursing care delivery still a lot of use
functional method. The aims of this study was to compare nurse productivity between team-functional
method (group 1) and functional method (group 2). Research design is descriptive comparatif.
Research conducted at the Moewardi Hospital Surakarta Central Java Province since Juli-October
2007. Population is nurse and patient in the care unit (non intensive care unit). Sample of group 1 as
much 28 who is taken from total population. While sample group 2 as much 68 one who is taken from
simple random. Data measurement use questionnaire has adopted from Minnesota Satisfaction
Questionnaire from Peterson, also documentation of nursing care from Department of Health Republic
of Indonesia. Technique of measurement using the self-administered of where respondent fill by
themself. Data analyze aims to make the inference with the Chi-square, Ratio Prevalence (RP), and
Confident Interval (CI.95%) with level of significance (alpha=5%). Result of study is any proportion
differences (in amount) nurse productivity between team-functional method and functional method. Yet
statistically the differences (compare) have no significant with X2=2,38 p>0,05.

Keywords: team-functional and functional, nursing care delivery method, nursing productivity.

Pendahuluan kinerja perawat yang tinggi. Kinerja


Memasuki abad ke-21 perawat akan dapat menghasilkan
pelayanan kesehatan bersifat mutu asuhan keperawatan yang baik
multidimensional dengan (Marquis et al, 2006).
mempertimbangkan keberadaan Mutu pelayanan di rumah sakit
masyarakat melalui penggunaan tetap menjadi misi utama dan hal
teknologi pelayanan kesehatan yang tersebut harus menjadi perhatian
tinggi. Hal ini memacu sikap pengelola keperawatan. Pendekatan
konsumerisme yang tinggi dari mutu dalam industri jasa kesehatan
pengguna pelayanan kesehatan. Di semakin penting dan harus terus
masa mendatang profesionalisme dioptimalkan. Pelayanan keperawatan
pelayanan keperawatan dituntut menjadi posisi kunci dalam pelayanan
menghasilkan pelayanan yang rumah sakit karena secara kuantitas
bermutu tinggi (Husin, 1995). perawat menjadi tenaga kerja
Pelayanan yang bermutu harus terbanyak, menyediakan pelayanan 24
dihasilkan dari input dan proses yang jam penuh, dan menyerap lebih dari
baik, antara lain sistem kerja yang baik, 50% anggaran rumah sakit (Ilyas,
motivasi kerja, kepuasan kerja dan 2000). Perawat mempunyai kontak

Efektifitas Perawat Di RS. Dr. Moewardi…….(Supratman) 157


yang kontinyu dengan pasien sehingga profesionalisme, Sitorus (2003)
memiliki pelayanan keperawatan akan menemukan bahwa tingkat
menjadi citra dan jantungnya rumah profesionalisme pelayanan
sakit. Citra rumah sakit akan menjadi keperawatan baru mencapai 23,2%
tolak ukur mutu tidaknya pelayanan berdasarkan aspek dokumentasi
kesehatan. Penelitian sebelumnya asuhan keperawatan. Penyebab
menunjukkan bahwa mutu asuhan masalah ini antara lain (a) perawat
kepera-watan sangat ditentukan oleh belum memiliki kompetensi yang
kompetensi teknis perawat, keamanan sesuai dengan pendidikan, (b) sistem
dan kenyamanan dalam memberikan penugasan belum seluruhnya
asuhan keperawatan (Supratman, berorientasi pada pemenuhan
2002). kebutuhan pasien tetapi berorientasi
Asuhan keperawatan terhadap kepada pelaksanaan tugas.
pasien dilakukan dengan pendekatan Pendokumentasian asuhan
sistem penugasan keperawatan. Sistem keperawatan merupakan bukti asuhan
penugasan yang dikenal antara lain keperawatan dan hal itu menjadi tolok
metode kasus, fungsional, tim, ukur penilaian kinerja perawat.
moduler, primer dan manajemen Menurut La Monica (1996) kinerja
kasus. Sistem penugasan mempunyai utama perawat adalah memberikan
kelebihan dan kekurangan. Keputusan asuhan keperawatan (nursing care
menggunakan sistem penugasan delivery). Sriyatun (2003) menemukan
keperawatan melalui berbagai pendokumentasian asuhan
pertimbangan misalnya jumlah dan keperawatan di RS Dr.Moewardi
kualifikasi perawat, klasifikasi tingkat Surakarta hanya mencapai 27,9%.
ketergantungan pasien, dan kebijakan Artinya kinerja perawat masih
rumah sakit (Swansburg et al, 1999). tergolong rendah. Kinerja menurut
Perawat yang merupakan Gibson et al (1997) merupakan
jumlah tenaga kesehatan terbanyak, perkalian antara motivasi dan
dilihat dari kualifikasi pendidikan dan kemampuan (ability). Motivasi kerja
kompetensi masih bervariasi sehingga didorong oleh kebutuhan intrinsik dan
berpengaruh terhadap kualitas ekstrinsik (La Monica, 1996). Baik
pelayanan. Menurut Nurachmah (2003) intrinsik maupun ekstrinsik sama
praktik asuhan keperawatan belum pentingnya karena terbukti mampu
mencerminkan suatu praktik meningkatkan kinerja.
pelayanan keperawatan yang Belum maksimalnya asuhan
profesional. Berkaitan dengan keperawatan juga bergantung pada

158 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2009 Hal 157-168
metode penugasan keperawatan tidak mendapatkan pelayanan yang
(nursing care delivery) yang diterapkan paripurna. Hal ini telah ditegaskan
di setiap bangsal. Penelitian Suardana oleh Tappen (1998) bahwa metode
(2006) di Bali membuktikan 75% sistem fungsional tidak akan dapat
penugasan di rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang
fungsional. Dengan sistem fungsional paripurna, tidak produktif, pasien
produktifitas perawat hanya mencapai maupun perawat seringkali tidak puas.
56,3%. Beban kerja tinggi juga dapat Menurut analisa peneliti,
menurunkan motivasi kerja perawat perawat di RSDM banyak yang merasa
(Ilyas, 2000). Penelitian Sumarni (2001) tidak puas menjalankan pekerjaannya.
di RSUD Tasikmalaya menemukan Alasan perawat bervariasi, ada yang
bahwa motivasi kerja ada hubungan tidak puas karena gaji kecil, waktu
bermakna dengan produktifitas kerja terasa sedikit untuk melayani pasien
perawat. sementara tugas pekerjaannya banyak,
Di Rumah Sakit Dr.Moewardi pimpinan kurang berlaku adil kepada
(RSDM) Surakarta memiliki empat unit perawat pelaksana, insentif terlalu
rawat inap dan satu instalasi rendah. Pengamatan terhadap status
perawatan intensif (IPI). Satu unit pasien (rekam medis) di bangsal
rawat inap terdiri atas tiga ruang rawat anggrek ternyata pada 10 status pasien
yang terletak di lantai 1, 2 dan 3. dijumpai hasil pendokumentasian
Semua ruang rawat inap (kecuali yang bervariasi. Sebanyak 90 % status
ruang melati 1) masih memberlakuan pasien pada lembar ‘pengkajian data’
metode penugasan fungsional. Metode ditulis tetapi tidak lengkap. Data dasar
ini diterapkan dengan alasan tenaga (based data) sebagian besar hanya data
terbatas, artinya tidak seimbang demografi pasien yang ditulis,
dengan jumlah pasien. Rasio perawat- sementara data riwayat penyakit
pasien di setiap ruang berkisar 1:9-12 sebagian ditulis sebagian lagi tidak
pasien. Beban kerja memang menjadi ditulis. Data fokus (focus data) hanya 4
lebih tinggi. Terlebih dengan metode dari 10 status pasien ditulis lengkap.
fungsional, perawat bertugas melayani Kondisi tersebut dapat dibandingkan
pasien berdasar atas fungsi yang dengan hasil penelitian Sriyatun.
dijalankan. Misalnya, perawat bertugas Penelitian Sriyatun (2003)
memberikan obat, memeriksa pasien, menyebutkan pendokumentasian
menerima pasien baru, merawat luka asuhan keperawatan di rawat inap
dan sebagainya. Pelayanan dengan RSDM hanya 72 % termasuk kategori
metode ini tidak efektif dan pasien tidak baik. Sementara itu di Ruang

Efektifitas Perawat Di RS. Dr. Moewardi…….(Supratman) 159


Melati 1 (dengan metode tim- kepuasan kerja dan motivasi kerja
fungsional) secara umum keadaannya rendah. Rendahnya tingkat kepuasan
tidak berbeda. Banyak pasien dapat diasumsikan bahwa
mengeluh tidak kerasan dirawat, setiap produktifitas kerja juga masih rendah.
minggu ada 1-2 pasien pulang paksa Masalah ini sangat sensitif dan
dan sebagainya. terkadang menimbulkan dampak
Indikator manajemen pelayanan cukup serius bagi rumah sakit.
dapat dilihat dari angka bed occupancy Penelitian terdahulu menemukan
rate (BOR) atau rata-rata pemanfaatan faktor yang mempengaruhi
tempat tidur pasien. Sampai akhir ketidakpuasan kerja perawat, antara
bulan Desember 2004 BOR RSUD lain gaji rendah dan minimnya
Dr.Moewardi hanya mencapai 55%. kesempatan untuk berkembang
Berbagai faktor dapat menjadi (Supratman, 1999). Sehingga variabel
penyebab rendahnya angka tersebut. tersebut layak diperhatikan untuk
Pertama, banyaknya pusat pelayanan mampu meningkatkan produktifitas
kesehatan swasta di Surakarta kerja yang akan bermuara pada mutu
sehingga masyarakat mempunyai pelayanan.
banyak pilihan dalam memilih tempat
perawatan dan pengobatan. Kedua, Metode Penelitian
masalah internal rumah sakit yang Desain penelitian ini
belum terungkap secara jelas sehingga menggunakan comparatif sesuai dengan
menjadi salah satu penyebab tujuan penelitian yaitu
rendahnya pemanfaatan tempat tidur. membandingkan dua kelompok
Perlu diketahui bahwa kepuasan (metode penugasan tim-fungsional di
pasien RSUD Dr.Moewardi sampai ruang melati 1 dan metode fungsional
akhir Desember 2004 sebesar 60% di ruang lain) di bangsal rawat inap
(Anonim, 2005). Masalah internal yang berbeda (Polit et al, 1999).
rumah sakit antara lain pelayanan Ilustrasi desain tersebut digambarkan
keperawatan yang belum berkualitas, seperti dibawah.

METODE PENUGASAN PRODUKTIFITAS


TIM-FUNGSIONAL PERAWAT…?

METODE PENUGASAN PRODUKTIFITAS


FUNGSIONAL PERAWAT…?

Gambar B.1: skema desain penelitian.

160 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2009 Hal 157-168
Penelitian dilakukan di unit bekerja di empat unit rawat biasa
rawat inap biasa (bukan rawat intensif) sebanyak 225 perawat. Pengambilan
RS.Dr Moewardi Surakarta (RSDM) sampel dilakukan dengan dua cara
yaitu ruang melati 1 (metode tim- berbeda. Sampel di ruang melati 1
fungsional) dan ruang anggrek, (metode tim-fungsional) diambil secara
mawar, melati 2 dan 3. Penelitian total populasi yaitu 28 perawat.
dilakukan pada bulan Juni sampai Sampel di ruang lain (anggrek, mawar,
dengan September 2006. Populasi melati 2 dan 3) menggunakan simple
penelitian adalah perawat RSDM yang random dan diperoleh 68 perawat .

Z 2 N pq 1 , 96 2 x 225 x 0 , 5 x 0 , 5
n ≥ = = 68
d 2 ( N − 1 ) + Z 2 pq 0 ,1 ( 225 − 1 ) + 1 , 96 2 x 0 , 5 x 0 , 5
2

Populasi lain adalah pasien meliputi aspek kepedulian,


yang dirawat di ruang rawat inap kehandalan, intensitas
biasa. Untuk memudahkan analisis hubungan/kontak, dan kecepatan
sampel pasien diambil sama tekniknya pelayanan dengan total pertanyaan 20
dengan pengambilan sampel pada item. Pengukuran data tentang
perawat. Variabel bebas adalah metode pendokumentasian asuhan
penugasan keperawatan (tim- keperawatan menggunakan instrumen
fungsional dan fungsional). Variabel dari Depkes RI (2005) tentang evaluasi
terikat adalah produktifitas perawat standar asuhan keperawatan di rumah
dengan indikator kepuasan perawat, sakit dimana cara pengukurannya
kepuasan pasien, pendokumentasian perawat diminta mengisi sendiri
asuhan keperawatan dan komunikasi kuesioner (self-administered questionare).
perawat pasien. Konsep pengukuran Produktifitas perawat merupakan hasil
produktifitas perawat diadopsi dari komposit seluruh sub-variabel
Wise (1995). Alat ukur penelitian kepuasan perawat, kepuasan pasien,
menggunakan kuesioner dan panduan pendokumentasian asuhan dan
pengamatan. Pengukuran kepuasan komunikasi perawat-pasien.
perawat dengan kuesioner Minnesota Analisis data diolah secara
Satisfaction Questionnaire (MSQ) dengan komputerize dengan program SPSS.
20 pertanyaan menggunakan Likert Analisis data dilakukan dua tahap
Scale. Model MSQ adalah yang paling yaitu analisis univariat dan multivariat.
banyak dipakai untuk mengukur Analisis univariat adalah analisis secara
kepuasan kerja pada banyak profesi deskriptif dengan tujuan
(As’ad, 1991). Komponen kepuasan menggambarkan keadaan setiap
perawat meliputi a) insentif, b) variabel dengan penyajian tabulasi.
supervisi, c) hubungan kerja, d) Analisis bivariat adalah analisis secara
tanggungjawab kerja, dan e) kondisi inferensial dengan uji statistik Chi-
lingkungan kerja. Pengukuran kuadrat dengan tingkat kemaknaan
kepuasan pasien menggunakan alpha 5% (α=5%), interval kepercayaan
kuesioner dari penelitian Peterson 95% (IK95%) dan power of test 80%
(1998). Komponen kepuasan pasien (ß=20%).
Efektifitas Perawat Di RS. Dr. Moewardi…….(Supratman) 161
Hasil dan Pembahasan kedua kelompok umur memiliki
Karakteristik Responden. homogenitas varians yang sama.
Hasil penelitian ini Demikian juga variabel lama kerja
memaparkan tentang gambaran pada kelompok 1 rata-rata lama kerja
karakteristik perawat pelaksana yang 11 tahun dan kelompok 2 rata-rata
terdiri atas jenis kelamin, status lama kerja 10 tahun, dengan uji anava
perkawinan, pendidikan, usia, lama diperoleh nilai F=11,7 dan p=0,001
kerja, dan status kepegawaian. sehingga kedua kelompok memiliki
Sebelum dilakukan analisis statistik homogenitas sama.
terlebih dahulu dilakukan tes
homogenitas dengan uji anava. Responden dengan metode
Variabel demografi yang dilakukan tes penugasan tim-fungsional (di
adalah yang berskala interval yaitu R.Melati 1)
umur perawat dan lama kerja. Variabel Responden sebanyak 28 orang
umur perawat pada kelompok 1 diambil di Ruang Melati 1 yang
(metode tim-fungsional) rata-rata usia menjadi ruang MPKP dengan
perawat 35 tahun dan kelompok 2 menggunakan metode penugasan tim-
(metode fungsional) rata-rata perawat fungsional. Gambaran responden di
33 tahun, dengan uji anava diperoleh ruang Melati 1 ditampilkan dibawah
nilai F=12,2 dan p=0,001 sehingga ini.

Tabel 1. Gambaran responden menurut jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, usia,
lama kerja dan status kepegawaian di R.Melati 1 RSDM Ska.
Karakteristik Responden Kategori Jumlah %tase
Jenis kelamin Pria 5 17,9%
Wanita 23 82,1%
Status perkawinan Kawin 23 82,1%
Tidak kawin 5 17,9%
Pendidikan terakhir Ners 1 3,6%
S.Kep 6 21,4%
Akper 21 75,0%
SPK 0 0,0%
Usia 35 tahun 16 57,1%
> 35 tahun 12 42,9%
Lama kerja 11 tahun 18 64,3%
> 11 tahun 10 35,7%
Status kepegawaian Tetap 24 85,7%
Honorer 4 15,3%

Berdasarkan Tabel 1 dapat Responden dengan metode


diketahui dari 28 orang diketahui penugasan fungsional
82,1% merupakan perawat wanita, Responden sebanyak 68 orang
82,1% diantaranya telah menikah, 75% diambil secara simple random di empat
diantara mereka adalah lulusan unit ruang rawat yang menggunakan
akademi (diploma tiga), 57,1% usia metode penugasan fungsional.
mereka masih dibawah 35 tahun, Gambaran responden di empat unit
64,3% pengalaman kerja mereka ruang rawat ditampilkan dibawah ini.
kurang dari 11 tahun, dan 85,7%
berstatus pegawai tetap (PNS).

162 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2009 Hal 157-168
Tabel 2. Gambaran responden menurut jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, usia, lama kerja dan status kepegawaian di unit rawat inap RSDM Ska.
Karakteristik Responden Kategori Jumlah %tase
Jenis kelamin Pria 18 26,5%
Wanita 50 73,5%
Status perkawinan Kawin 53 77,9%
Tidak kawin 15 22,1%
Pendidikan terakhir Ners 2 2,9%
S.Kep 11 16,2%
Akper 50 73,5%
SPK 5 7,4%
Usia 33 tahun 36 52,9%
> 33 tahun 32 47,1%
Lama kerja 10 tahun 41 60,3%
> 10 tahun 27 39,7%
Status kepegawaian Tetap 44 64,7%
Honorer 24 35,3%

Berdasarkan Tabel 2 dapat Analisis Data


diketahui dari 68 orang diketahui Analisis data hasil penelitian
73,5% merupakan perawat wanita, dibagi kedalam dua bagian, yaitu
77,9% diantaranya telah menikah, analisis univariat dan bivariat. Analisis
73,5% diantara mereka adalah lulusan univariat memperlihatkan hasil
akademi (diploma tiga), 52,9% usia penelitian tentang gambaran beban
mereka masih dibawah 33 tahun, kerja perawat, beban kerja perawat
60,3% pengalaman kerja mereka menurut jenis kegiatan, dan beban
kurang dari 10 tahun, dan 64,7% kerja perawat menurut kategori
berstatus pegawai tetap (PNS). kegiatan. Untuk hasil lengkapnya
dijelaskan pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Gambaran produktifitas kerja perawat dilihat dari sub-variabel kepuasan


kerja perawat, kepuasan pasien, pendokumentasian asuhan, dan komunikasi
perawat-pasien di R.Melati 1 RSDM Ska (kelompok 1=tim-fungsional).
Variabel Bebas Kategori Jumlah %tase
Kepuasan Puas 13 46,4%
perawat Tidak puas 15 53,6%
Puas 25 89,3%
Kepuasan pasien
Tidak puas 3 10,7%
Pendokumentasia Baik 22 78,6%
n askep Buruk 6 31,4%
Komunikasi Baik 20 71,4%
perawat-pasien Buruk 8 38,6%

Efektifitas Perawat Di RS. Dr. Moewardi…….(Supratman) 163


Dengan mengambil 28 perawat pendokumentasian asuhan
dan 28 pasien diperoleh hasil keperawatan yang baik mencapai
penelitian 46,4% perawat merasa puas 78,6%, dan 71,4% pasien menganggap
bekerja di R.Melati 1 RSDM, 89,3% komunikasi antara perawat dan pasien
merasa puas dirawat di R.Melati 1, termasuk baik.

Tabel 4. Gambaran produktifitas kerja perawat dilihat dari sub-variabel kepuasan


kerja perawat, kepuasan pasien, pendokumentasian asuhan, dan komunikasi
perawat-pasien di unit rawat inap RSDM Ska (kelompok 2=fungsional).
Variabel Bebas Kategori Jumlah %tase
Kepuasan Puas 43 63,2%
perawat Tidak puas 25 36,8%
Puas 30 44,1%
Kepuasan pasien
Tidak puas 38 55,9%
Pendokumentasia Baik 40 58,5%
n askep Buruk 28 41,5%
Komunikasi Baik 34 50%
perawat-pasien Buruk 34 50%

Berdasarkan Tabel 4 dapat Pada penelitian di Puskesmas Pati


diperoleh hasil penelitian 63,2% ternyata diketahui ada korelasi antara
perawat merasa puas bekerja di unit kondisi kerja dengan kepuasan kerja
rawat inap RSDM, 44,1% merasa puas perawat (Anonim, 2006).
dirawat di RSDM, pendokumentasian Kepuasan pasien bersifat relatif
asuhan keperawatan yang baik hanya karena persepsi pasien terhadap
mencapai 58,5 %, dan 50% pasien pelayanan dan asuhan keperawatan
menganggap komunikasi antara berbeda antar pasien. Tetapi menurut
perawat dan pasien termasuk baik. Tappen (1998) pasien lebih puas
Menurut Marquis et al (2006) apabila mendapat pelayanan yang total
metode penugasan yang lebih baik dan komprehensif. Pelayanan terhadap
akan meningkatkan kepuasan kerja pasien secara komprehensif hanya
dan kepuasan pasien juga. Pada diperoleh bila metode penugasan yang
metode fungsional akan didapatkan diterapkan minimal primary care. Pada
kepuasan perawat dan pasien rendah penelitian ini ditemukan hasil yang
karena perawat memberikan asuhan menarik dimana dengan metode tim-
tidak komprehensif, sementara pasien fungsional (R.Melati 1) diperoleh
juga mendapatkan pelayanan secara kepuasan pasien 89,3%. Hal ini
parsial saja. Dengan metode fungsional menjadi pertanda baik sehingga perlu
juga membuat jenuh (burn out) perawat lebih tingkatan lagi, terlebih apabila
karena kondisi kerja yang monoton.

164 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2009 Hal 157-168
diterapkan metode penugasan yang Sistem kerja dalam keperawatan
lebih baik lagi. disebut dengan metode penugasan.
Sama halnya dengan kepuasan Analisis data selanjutnya yaitu
pasien, komunikasipun menjadi hal analisis bivariat yang bertujuan
penting pada setiap pemberian asuhan membandingkan (compare) antara
keperawatan. Komunikasi menjadi produktifitas perawat dengan metode
kekuatan ini dari setiap interakasi penugasan tim-fungsional dan
perawat dengan pasien (Tappen, 1998). produktifitas perawat dengan metode
Komunikasi perawat dan pasien bisa penugasan fungsional. Analisis data
berjalan baik ketika perawat mampu menggunakan uji Chi-Kuadrat dengan
memahami setiap kebutuhan pasien. tingkat kemaknaan 5% dan Interval
Untuk bisa mewujudkan hal tersebut Kepercayaan 95% (IK=95%). Hasil
diperlukan ‘sistem kerja’ yang benar. analisis disajikan pada tabel C.5.

Tabel 5. Analisis statistik antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan
Metode Produktifitas Perawat Jumlah Statistik
Penugasan Tinggi Rendah
Tim Fungsional 20 (71,4%) 8 (28,6%) 28 (100%) X2=2,38
Fungsional 37 (54,4%) 31 (45,6%) 68 (100%) RP=0,5
Jumlah 57 (59,4%) 39 (40,6%) 96 (100%) p> 0,05
CI95%=0,2; 1,2

Hasil analisis statistik diatas penugasan tersebut tidak


menunjukkan fakta bahwa dengan mempengaruhi nilai produktifitas
metode penugasan tim-fungsional perawat di RSDM Ska. Hasil statistik
diperoleh nilai produktifitas perawat tersebut membuktikan bahwa hipotesis
sebesar 71,4% sedangkan dengan penelitian (H1) tidak dapat diterima.
metode fungsional diperoleh nilai Hasil penelitian diatas hanya secara
produktifitas sebesar 54,4%. Perbedaan proporsi saja yang berbeda (tim-
nilai produktifitas sebesar 17%. Uji fungsional=71,4; fungsional=54,4%)
statistik diperoleh Interval tetapi secara statistik tidak ada
Kepercayaan <1 (CI=0,2-1,2) sehingga perbedaan yang bermakna.
dapat diinterpretasikan bahwa ‘metode Hal ini tidak berbeda dengan
penugasan’ tidak meningkatkan penelitian Suardana (2006) dimana
produktifitas perawat. Nilai X2=2,38 metode penugasan tim-fungsional
dan p>0,05 membuktikan secara yang diterapkan di RS Tabanan dan
empirik bahwa dengan kedua metode Gianyar nilai produktifitas perawat

Efektifitas Perawat Di RS. Dr. Moewardi…….(Supratman) 165


hanya mencapai 67,9% sedangkan merupakan aspek legal perawat yang
dengan metode fungsional nilai mencirikan inti kinerja perawat
produktiftas perawat mencapai 56,3% sehingga apabila hasil tersebut kurang
sehingga kedua kelompok tidak ada baik menunjukkan citra kinerja
perbedaan yang bermakna (X2=2,11 perawat juga kurang baik. Citra
p=0,09). Di RSDM pelaksanaan metode perawat yang kurang baik akan
tim-fungsional belum sepenuhnya menjadi citra secara umum bagi rumah
dilaksanakan secara benar. sakit bersangkutan (Ilyas, 2000).
Pengamatan yang dilakukan oleh Menurut Holcomb et al (2002)
peneliti memperlihatkan ada prinsip menyatakan bahwa mengukur
kerja yang belum dilaksanakan oleh produktifitas perawat tidak dapat
perawat di R.Melati 1 RSDM. dilakukan secara matematis, artinya
Pelaksanaan asuhan keperawatan hasil ukur tidak bernilai kuantitatif
dengan metode tim-fungsional karena pelayanan jasa perawat berbeda
seharusnya pendokumentasian asuhan dengan produksi barang. Pengukuran
keperawatan dilakukan oleh ketua tim, produk berbentuk barang akan mudah
tetapi di R.Melati 1 hampir setiap menilai produk-tifitasnya. Sehingga
perawat boleh melakukan pencatatan hal itulah yang paling mungkin
asuhan sehingga hasil dokumentasi mengapa tidak ada perbedaan yang
menjadi tidak jelas dan tidak lengkap. signifikan produktifitas di kedua
Ketua tim tidak melakukan pengkajian bangsal rawat inap RSDM.
data pasien secara kontinyu dan tidak
membuat rencana keperawatan Kesimpulan
dengan baik. Secara proporsi metode
Hal lain yang perlu dicermati penugasan perawat dengan tim-
adalah rasio perawat pasien adalah fungsional memperoleh nilai
1:10-12. Rasio tersebut secara fisik produktifitas lebih tinggi
sangat mempengaruhi beban kerja. dibandingkan dengan metode
Dengan beban kerja tinggi berakibat penugasan perawat fungsional. Akan
pada kurangnya pelayanan perawat tetapi secara empirik membuktikan
kepada pasien. Penelitian sebelumnya bahwa kedua metode penugasan
membuktikan bahwa beban kerja perawat tersebut tidak mampu
tinggi hanya menghasilkan meningkatkan produktifitas perawat di
dokumentasi asuhan keperawatan di RSDM.
RSDM sebesar 27,3 % (Supratman,
2006). Asuhan keperawatan

166 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2009 Hal 157-168
Daftar Pustaka

Anonim. 2006. Pengaruh karakteristik dan faktor kondisi kerja dengan kepuasan kerja perawat
Puskesmas di Kabupaten Pati. Diakses 9 Maret 2006. http://www.mikm-
undip.or.id/data/index.php

As’ad, M. 1991. Psikologi industri edisi keempat.Liberty: Yogyakarta

Gibson, JL., Ivancevich, JM., Donelly, JH. 1997. Perilaku organisasi: struktur dan proses. Bina
Rupa Aksara: Jakarta

Holcomb, BR., Hoffart, N. 2002. Defining and measuring nursing productivity: a concept
analysis and pilot study. Journal of Advanced Nursing. 38 (4), 378–386.

Husin, M. 1995. Upaya membina sikap dan kemampuan profesional perawat. Yayasan Universitas
Pelita Harapan: Jakarta

Ilyas, Y. 2000. Perencanaan sumber daya manusia rumah sakit: teori, metoda dan formula. Pusat
Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI: Jakarta

La Monica, EL. 1996. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan: pendekatan berdasarkan


pengalaman, EGC: Jakarta

Marquis, BL., Huston, CJ. 2006. Management decision making for nurses, 3rd ed, Lippincott,
Philadelphia.

Nurachmah E. 2003. Restrukturisasi dalam keperawatan. Majalah Keperawatan Bina Sehat


2003; 3: 5-9.

Peterson, K. 1998. The strategic approach to quality service in health care, Rockville, MD: Aspen
Publisher.

Polit, DF., Hungler, BP. 1999. Nursing research: principles and methods, 6th ed. J. B Lippincot Co.

RSUD Dr Moewardi. 2005. Laporan tahunan indikator pelayanan kesehatan, Bidang


Keperawatan Surakarta

Sitorus, R. 2003. Model praktik keperawatan sebagai upaya meningkatkan profesionalisme


dalam pelayanan keperawatan. Majalah Keperawatan Bina Sehat 2003; 3: 10-14.

Sriyatun. 2003. Hubungan supervisi kepala ruang dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo: Ungaran

Suardana, IK. 2006. Studi komparatif produktifitas kerja perawat yang melaksanakan metode
penugasan tim-fungsional dengan metode fungsional di RSUD Tabanan dan Gianyar Bali.
Diakses 7 Maret 2006. http//www.digilib.ui.ac.id/ as retrieved on 7 Maret 2006.

Sumarni, E. 2001. Hubungan antara efektifitas kepemimpinan kepala ruang dan motivasi dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di RSUD Kabupaten Tasikmalaya Jabar, Tesis. Program
Magister Ilmu Keperawatan FIK UI: Jakarta

Efektifitas Perawat Di RS. Dr. Moewardi…….(Supratman) 167


Supratman. 1999. Analisis kepuasan kerja perawat di RSD Dr.Soedjati Purwodadi Grobogan.
Jurnal Kesehatan Infokes. 1:10-16.

_________ . 2003. Analisis prestasi kerja di RS Islam Jakarta. Jurnal Kesehatan Infokes. 7(1): 20-
25.

_________2002. Faktor-faktor determinant mutu asuhan keperawatan di Rumah Sakit Islam


Surakarta. Laporan Penelitian. Surakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
Masayarakat UMS

Swansburg, RC., Swansburg, RJ. 1999. Introductory management and leadership for clinical
nurses: an interactive text, 2nd ed. Jones and Bartlett Publishers, Inc.

Tappen, RM. 1998. Essential of nursing leadership and management. Davis Co: Philadelphia

Wise, Y. 1995. Leading and managing in nursing. Mosby, St. Louis: New York

168 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2009 Hal 157-168

You might also like