Professional Documents
Culture Documents
B1A111126 - Sitedi - CICA SARTIKA B1A1 11 126
B1A111126 - Sitedi - CICA SARTIKA B1A1 11 126
Oleh:
CICA ZARTIKA
NIM. B1A1 11 126
Oleh:
CICA ZARTIKA
Stb. B1A1 11 126
SKRIPSI
Oleh
CICA ZARTIKA
Stb. B1A1 11 126
This research was conducted in the village from Muna Regency Lohia Lohia's
subdistrict. For to find out factors of the reason of poverty of countrymen of Lohia
Muna Regency sub areas Lohia. Data used in given research it is primary given and
secondary data. Primary data received through direct interview from the public
include : formation , public health, physical condition, residence, dependents, skill,
truss and income farmer. Secondary data received through record of Lohia's village
separation Lohia's subdistrict. Analysis used is descriptive qualitative analysis.
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………….…………………….…..….. i
HALAMAN SAMPUL DALAM……………………………………………... ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA…………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………………… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………. vi
ABSTRACT…………………………………………………………………… vii
ABSTRAK……………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI…………………………………………………..…..……………. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xiii
DAFTAR SKEMA………………………………………..……………………. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
xi
3.2.2. Sampel…………………………………………………… 34
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data……………………………………….………… 35
3.3.2. Sumber Data…...…………………………………………. 36
3.4. Metode Pengumpulan Data………………………………………. 36
3.5. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………….. 37
3.6. Analisis Data…………………………………………………….. 37
3.7. Defenisi Operasional……………………………………............. 38
5.1. Kesimpulan………………………………………………………. 60
5.2. Saran……………………………………………………………... 60`
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTA R GAMBAR
Skema Halamam
xiv
13
14
15
kemiskinan dipandang dari sisi ekonmi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul
pendapatan yang timpal. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan
dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah
kualitas sumber daya manusia ini karendah rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang
Secara umum, ada dua macam ukuran kemiskinan yang biasa digunakan yaitu
tersebut dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic need ) yang
tidak mencapai kebutuhan minimum, maka dapat dikatakan miskin. Sehingga dengan
kata lain bahwa kemiskinan dapat diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemiskinan relatif yaitu apabila
kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak miskin. Hal ini terjadi karena
pendapatannya sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum tetapi masih jauh
lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut masih
dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi,
kesehatan, tempat tinggal dan pendidikan. Hal ini tergantung tidak hanya pendapatan,
tetapi juga pada akses ke layanan. Ini termasuk kurangnya penghasilan sumber daya
gizi, kesehatan yang buruk, terbatas atau kurangnya akses kependidikan dan layanan
dasar lainnya, peningkatan morbiditas dan kematian dari penyakit, tunawisma dan
perumahan yang tidak memadai, lingkungan yang tidak aman, diskriminasi sosial dan
eksklusi. Hal ini juga ditandai dengan kurangnya partisipasi dalam pengambilan
keputusan dan dalam kehidupan sipil, social dan budaya (Konfrensi Tingkat Tinggi
Konsep Lewis tentang budaya miskin dikutip oleh Alan Gilbert dan Josep
Guglert (Nasikun, 1996:112) mengatakan bahwa golongan miskin itu menjadi miskin
makanan
pedesaan
jarang menciptakan kondisi yang disebut lingkaran yang tak berujung pangkal.
Terciptanya kondisi semacam ini akan semakin sulit bagi masyarakat untu keluar dari
masalah kemiskinan.
Berbagai bentuk lingkaran dan mata rantainya dapat dikonstruksi dari proses
kemiskinan tersebut. Dari sudut ekonomi misalnya dapat dikatakan bahwa karena
kondisi kemiskinan maka pendapatan hanya cukup bahkan tidak jarang kurang cukup
18
produktifitas tetap rendah dan tetap bertahan pada kondisi kemiskinan. Dari sisi lain
lingkaran kemiskinan dapat terbentuk dari rendahnya gizi dan nutrisi dengan mat
rantai : rendahnya gizi dan nutrisi dalam kopnsumsi pangan – rendahnya tingkat
tabungan rendah, dan seterusnya. Selain itu faktor lain yang turut menentukan
merupakansuatu akibat. Dalam hal ini rumah tangga yang tadinya miskin maupun
tidak miskin terbebani oleh jumlah anggota rumah tangga yang tidak produktif. Bila
pendapatan rumah tangga tidak meningkat sejajar dengan beban itu, maka rumah
Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Chenchovsky dan Meesok Word
yang positif antara kemiskinan dengan jumlah anggota rumah tangga. Tentu saja hal
ini terjadi bila jumlah anggota rumah tangga yang tidak produktif. Sedangkan M. G.
19
Quibria (1993) dalam Hadi P. dan Budi S. (1996 : 102) mengemukakan bahwa
adanya kepadatan penduduk dan kondisi lingkungan hidup. Dikatakannya bahwa hal
(population desity) yang menyangkut jumlah penduduk yang terpusat dalam suatu
ekonomi dan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung bersangkut paut
dengan kemiskinan. Sebabnya tidak lain adalah oleh karena yang pertama menjadi
korban dari perluasan dan kemerosotan mutu lingkungan ialah golongan masyarakat
lapisan bawah.
lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradional. Dengan demikian,
sempitnya lahan pertanian yang mereka miliki ataupun tidak produktifnya lagi lahan
tingkat pengetahuan dan produktifitas dalam mengelolah usaha taninya, tidak ada
sebagai akibat usaha yang sangat tergantung dengan musim serta usia tanaman yang
mereka miliki sudah cukup tua sehingga kurang produktif dalam menghasilkan
produksi.
Abeli.
kondisi terkini profil kemiskinan disetiap daerah tentunya menjadi hal yang penting
kenyataan di lapangan menunjukan bahwa data yang kini dimiliki tak cukup akurat.
umum tanpa memperhatikan keunikan yang ada di setiap daerah. Data yang tak
penanggulangan kemiskinan.
perbedaannya terletak pada lingkup kajian, dalam hal ini penelitian sebelumnya
yaitu Desa Lohia Kecamatan Lohia. Jadi, kesimpulan dari penelitian terdahulu
dengan penelitian ini yaitu sama, artinya penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor
penyebab kemiskinan
Kondisi sosial ekonomi tampak dari pola hidup dan pekerjaan masyarakat
pada suatu kelurahan, sedangkan lokasi sangat ditentukan oleh karakteristik masing-
masing wilayah yang terbagi atas lokasi sepanjang pesisir pantai di mana
lainnya. Selain itu penduduk yang miskin di perkotaan tinggal di lokasi permukiman
illegal dan kumuh dengan membentuk kantong-kantong pemukiman yang tidak layak
huni baik dari segi perumahan dan lingkungan permukiman yang ditempati.
sarana produksi yang masih sederhana, menyebabkan jumlah hasil produksi yang
diperoleh masih sangat rendah bila dibandingkan dengan orang yang menggunakan
sebagai berikut :
33
Desa Lohia
Masyarakat
Miskin
Penyebab Kemiskinan:
Sarana produksi
Jumlah tanggungan
Pendidikan
Keterampilan
Pendapatan
Analisis Deskriptif
Kesimpulan dan
saran
METODE PENELITIAN
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat
berupa orang, benda atau suatu hal yang dimiliki dapat diperoleh atau dapat
memberikan informasi data penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu
3.2.2. Sampel
penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahwa petani memiliki karakteristik yang homogen baik dari cara mengelola usaha
34
35
Tabel 1. Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia, Tahun
2014.
No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
1. Petani 200 50
2. Pedagang 8 12
3. Nelayan 100 30
Total 308 92
1. Petani : 15 orang/kk
2. Pedagang : 15 orang/kk
3. Nelayan : 15 orang/kk
Total : 45 orang/kk
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait baik dari
1. Data primer bersumber dari masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia yang
2. Data sekunder bersumber dari kantor Desa Lohia, kantor Kecamatan Lohia,
kepala keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini, kantor biro
1) Persiapan
b. Administrasi,menyangkut perizinan
2) Pengumpulan Data
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
3) Pengolahan Data
kesimpulan.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
1. Pendapatan adalah besarnya nilai jual produksi yang diperoleh dalam satuan
terdapat pada setiap keluarga seperti anak yang masih ditanggung oleh orang
tuanya (orang)
BAB 4
Menurut data Desa Lohia (2014), Desa Lohia terletak di Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna yang berjarak 18 km dari Ibu Kota Kabupaten, Luas wilayah Desa
2
Lohia adalah 821 km , dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Menurut data Desa Lohia (2014), Desa Lohia merupakan desa yang beriklim
tropis dengan suhu udara rata-rata tertinggi 32°ʗ dengan suhu rendah 17,2°ʗ. Keadaan
topografi Desa Lohia adalah datar dan berbatu, dengan ketinggian tempat dari
Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan dukungan SDM yang berkaitan akan sangat
dukungan sumber daya alam, modal dan sumber daya lainnya yang sangat potensial
Menurut data yang terdapat di Kantor Desa Lohia bahwa jumlah penduduk
berjumlah 2002 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 983 jiwa dan perempuan
berjumlah 1019 jjiwa dengan jumlah keluarga 535 KK. Keadaan penduduk dan jenis
Table 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Lohia
Kecamatan Lohia, Tahun 2014
Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
No Umur (orang) (orang) (orang) (%)
(Tahun)
1. 0-4 107 95 202 10,09
2. 5-9 96 83 179 8,94
3. 10-14 103 90 193 9,64
4. 15-19 99 87 186 9,29
5. 20-24 115 117 232 11,59
6. 25-29 104 94 198 9,89
7. 30-34 64 65 129 6,44
8. 35-39 49 67 116 5,79
9. 40-44 52 56 108 5,39
10. 45-49 39 43 82 4,10
11. 50-54 45 51 96 4,80
12. 55-59 42 57 99 4,95
13. 60 keatas 68 114 182 9,09
983 1019 2002 100
Jumlah
Sumber Data: Kantor Desa Lohia,Tahun 2015
(15-59 tahun) sebesar 62,24 % sedangkan penduduk yang berada pada umur non
produktif (0-14 dan 60 tahun ke atas) sebesar 37,76 %. Dimana pada tingkat umur 15-
59 tahun cenderung lebih aktif bekerja disbanding dengan masyarakat yang berada
pada tingkat umur 60 tahun keatas. Dimana pada usia yang tidak produktif lagi (60
nilai ketergantungan hidup yang tinggi. Seperti yang diperlihatkan pada tabel 1
menunjukan bahwa penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah dan 60 tahun ke atas
42
sebesar 37,76% yang berarti hampir mendekati 50% dari jumlah penduduk
seluruhnya. Sedangkan penduduk usia kerja (penduduk 15-59 tahun) sebesar 62,24%.
pengangguran.
2. Tingkat Pendidikan
daya manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Sehubungan dengan itu untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat Desa Lohia
sebesar 40,50%, sedangkan penduduk yang tamat SD sebesar 32,72%, SLTP sebesar
7,64%, SLTA sebesar 13,29%, D1 sebesar 0,10%, D2 sebesar 1%, D3 sebesar 0,80%,
tersebut masih kurang memadai. Hal tersebut dapat dilihat dengan masih banyaknya
Pada tabel di atas menunjukan bahwa di Desa Lohia masih terdapat penduduk
yang buta huruf dan disamping itu juga berdasarkan klasifikasi pendidikan sebagian
belum/tidak sekolah maka hal ini dapat menunjukan bahwa tingkat pendidikan dan
pengetahuan di wilayah penelitian masih rendah, faktor inilah yang menjadi salah
3. Mata Pencaharian
meliputi petani, pegawai negeri, pertukangan, pedagang dan nelayan. Namun bila
ditinjau dari segi kehidupan mereka pada umumnya sebagian besar penduduknya
Keadaan jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 3.
terbanyak adalah pada bidang pertanian. Hal ini disebabkan karena penggunaan lahan
4.2.1 Umur
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana salah satu diantaranya adalah tingkat
umur. Seseorang yang berusia muda lebih baik dalam melakukan aktivitasnya
sehingga hasil yang dicapai biasanya lebih baik dibandingkan dengan penduduk yang
berusia lebih tua karena dalam melakukan aktivitasnya sudah mulai terbatas oleh
tenaga dan pikiran. Tapi terkadang usia bukan sebagai salah satu faktor penghambat
bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya. Apalagi jika aktivitas yang mereka
seseorang tidak lagi memperhatikan usia mereka dalam melakukan aktivitas karena
bagi mereka peningkatan hasil yang dicapai akan ikut mendukung peningkatan
berada pada kisaran umur antara 25 – 29 tahun, yaitu sebanyak 11 kepala keluarga
atau 24,44% dari total responden, dan yang terendah adalah responden yang berada
pada kisaran umur antara 20 – 24 tahun yaitu sebanyak 4 kepala keluarga atau 8,89%
masyarakat responden sebagian besar belum termasuk kategori rumah yang sehat.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam hal tata laksanan rumah tangga tempat
pembuangan sampah, WC keluarga (jamban) dan keadaan kamar mandi masih kurang
responden pernah mengalami sakit, dimana jenis penyakit yang sering diderita oleh
penduduk dalam kurun waktu tertentu dapat dilihat pada table 5 berikut ini.
Tabel 6. Jenis Penyakit yang Diderita Responden di Desa Lohia, Tahun 2015
No Jenis Penyakit Jumlah Persentase(%)
Responden (KK)
1. Diare 13 28,89
2. Demam 15 33,33
3. Malaria 12 26,67
4. Gigi 5 11,11
Jumlah 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015
47
penyakit demam yakni 15 orang atau 33,33%. Masyarakat responden yang menderita
sakit diare sebanyak 13 orang atau 28,89%, sakit malaria sebanyak 12 orang atau
26,67% dan menderita penyakit gigi hanya 5 orang atau 11,11%. Tingginya
penderita jenis penyakit demam dan malaria, hal ini dapat dibuktikan bahwa tingkat
Disamping itu penelitian juga mencoba untuk melihat tempat yang digunakan
mereka derita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Lohia masih rendah, data di atas memberi gambaran bahwa hanya 7 orang responden
yang memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai yakni melalui rumah sakit
48
Kondisi fisik tempat tinggal keluarga menjadi salah satu karakteriktik kondisi
kemiskinan dalam suatu keluarga. Kondisi fisik tempat tinggal dapat dilihat dari
berbagai indicator diantaranya kondisi lantai, dinding, atap dan luas tempat tinggal.
Selain itu ketersediaan sarana WC dan sumber air dalam rumah tangga tersebut juga
menjadi ukuran kondisi kemiskinan. Artinya jika keluarga yang bersangkutan tinggal
ditempat yang tidak layak huni ataupun tidak memenuhi kriteria rumah sehat maka
masih berdinding papan, berlantai semen dan rumah sangat sederhana berlantai
papan, berdinding jelajah. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi fisik rumah
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa kondisi fisik rumah yang ditempati responden
umumnya dalam kategori yang belum baik, dimana kondisi yang semi permanen
sebanyak 31 orang atau 68,89 %, kemudian darurat sebanyak 14 orang atau 31,11 %.
Responden yang memiliki kondisi fisik rumah yang semi permanen adalah rumah
yang berdinding papan dan berlantai semen serta jenis rumah panggung. Adapun
kondisi rumah yang masih darurat yakni berdinding papan ataupun bamboo namun
berlantai tanah. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa banyaknya responden
yang memiliki rumah semi permanen dan darurat menunjukan bahwa masyarakat di
sandangnya ataupun masih terdapat masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang
tidak layak huni. Artinya jika dilihat dari aspek kondisi tempat tinggal, masih terdapat
melakukan aktivitas di bidang pertanian. Dari faktor produksi ini kita dapat
merencanakan kegiatan usaha tani yang tepat berdasarkan kondisi lahan. Semakin
luas lahan yang digarap diharapkan mampu meningkatkan jumlah produksi untuk
setiap kegiatan usaha tani yang dilakukan, luasnya lahan garapan responden dapat
Tabel 9. Luas Lahan Garapan Responden di Desa Lohia Kecamatan Lohia, Tahun
2015
No Luas Lahan(Ha) Jumlah Responden Persentase (%)
(KK)
1. <1,0 17 37,78
2. 1,0-2,0 28 62,22
Jumlah 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015
lahan garapan seluas 2 Ha sedangkan yang meliki lahan seluas < 1 Ha sebanyak 17
responden atau 37,78 %. Dengan kondisi tersebut, petani dapat menentukan berbagai
jenis usaha tani yang akan dikembangkan dalam upaya meningkatkan produksi usaha
tani. Untuk meperoleh produksi usaha yang besar, kepemilikan laha garapan harus
miskin yang dikelompokan dalam 3 mata pencaharian yakini petan, pedagang dan
ekonomi maupun sosial yang harus dipikul oleh kepala keluarga sebagai tulang
punggung keluarga dalam mencari nafkah guna pemenuhan kebutuhan hidup setiap
rumah tangga. Namun demikian, jumlah anggota keluarga dapat digunakan sebagai
tenaga kerja dalam keluarga untuk membantu pekerjaan pokok maupun pekerjaan
sampingan.
sangat mempengaruhi kondisi kehidupan ekonomi rumah tangganya. Hal ini karena
dalam keluarga yang bersangkutan (Todaro : 2000). Untuk lebih jelasnya mengenai
jumlah tanggungan responden yang diteliti, maka dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Tabel Silang Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa
Lohia Kecamatan Lohia, Tahun 2015
No Uraian ≤ 2(orang) 3-4(orang) ≥5(orang) Jumlah Persentase
(%)
1 Tidak 2 8 6 16 35,56
miskin
2 Miskin 10 16 3 29 64,44
Jumlah 12 24 9 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015
tanggungan 2 orang ke bawah atau sama dengan dua sebanyak 12 responden, yang
sebanyak 9 orang. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat miskin
yang paling dominan adalah yang jumlah tanggungannya 3-4 orang, yakni berjumlah
16 responden atau 55,17 persen. Atau dapat pula dikatakan bahwa dari 24 responden
yang memiliki tanggungan 3-4 orang terdapat 16 responden atau sekitar 53,33 persen
yang bertaraf hidup miskin. Dengan demikian secara deskriptif, dapat dikatakan
kualitas sumber daya manusia dalam hal pola pikir. Dengan pendidikan yang rendah
tidak mampu untuk merubah pola pikir seseorang untuk berorientasi ke depan
sangat rendah yaitu mayoritas responden masih berpendidikan tamat Sekolah Dasar
dan hanya sedikit yang tamat SLTA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
53
Tabel 11. Tabel Silang Responden Menurut Tingkat pendidikan Formal di Desa
Lohia Kecamatan Lohia, Tahun 2015
No Uraian Tdk Tamat SLTP/SLTA Jumlah Persentase
pernah/tdk SD
tamat SD
1 Tidak miskin 4 8 4 16 35,56
2 Miskin 11 11 7 29 64,44
Jumlah 15 19 11 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015
tamat SD dan tamat SD saja yakni sebanyak 22 responden atau 75,86 persen. Atau
dengan kata lain dari 34 responden yang mempunyai pendidikan tidak pernah/belum
tamat SD dan tamat SD terdapat 22 responden atau sekitar 75,56 persen yang bertaraf
pendidikan maka masyarakat tidak mempunyai akses yang baik terhadap informasi,
berpikir untuk beralih pekerjaan lain selain petani, dalam mengembangkan usahanya
suatu masyarakat. Makin tinggi tingkat pendapatan yang diterima maka kemungkinan
54
semakin besar konsumsi yang akan dilakukan atau kebutuhan masyarakat tersebut
bertaraf hidup miskin atau pendapatan rendah (Hasibuan : 2002). Dengan rendahnya
perbaikan taraf hidup susah dilakukan karena pendapatan mereka tergolong rendah.
1.4. Pembahasan
Muna. Faktor-faktor tersebut antara lain: tingkat pendidikan dan keterampilan, jumlah
55
tanggungan, tingkat pendapatan, pemilikan sarana produksi serta etos kerja. Adapun
1. Jumlah Tanggungan
Dari hasil penelitian ini di ketahui bahwa sebagian besar masyarakat miskin di
Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna memiliki jumlah tanggungan yang
relatif banyak yakni 4 orang. Hal ini setiap keluarga di wilayah ini memiliki tingkat
pemenuhan kebutuhan hidup yang juga relatif tinggi. Jika dalam suatu rumah tangga
yang tinggi akan berdampak pada kehidupan ekonomi dan sosial rumah tangga yang
memperoleh pendapatan yang rendah dan tidak menentu maka tentu akan
gilirannya juga mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosial rumah tangganya. Hal ini
dikarenakan dalam setiap keluarga hanya satu orang yang bekerja. Kondisi ekonomi
responden di wilayah ini umumnya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah
yang didominasi oleh tidak pernah/belum tamat SD dan tamat SD yakni sebanyak 22
miskin di Desa Lohia maka mereka cenderung tidak kreatif dalam mengelolah
usahanya serta tidak terbuka dalam menerima informasi dan adopsi teknologi
terutama yang terkait dengan usaha atau pekerjaanya. Akibatnya akan berdampak
pada jumlah produksi yang relatif rendah sehingga menpengaruhi terhadap rendahnya
ini.
pedagang/penjual, tukang kayu aatau tukang batu. Dimana keterampilan yang mereka
miliki sebagai tukang kayu hanya lemari, tempat tidur sedangkan keterampilan
sebagai tukang batu hanya sebatas tukang batu saja. Mereka tidak memiliki skiil
3. Tingkat pendapatan
suatu masyarakat. Makin tinggi tingkat pendapatan yang diterima maka kemungkinan
semakin besar konsumsi yang akan dilakukan atau kebutuhan masyarakat tersebut
Desa Lohia sebesar Rp 558.716 perbulan. Dari pendapatan yang diperoleh tersebut
perkapita yang dimiliki relatif masih rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hasibuan (2002) bahwa apabila pendapatan dalam suatu rumah tangga berada pada
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sarana pertanian yang dimiliki
masyarakat miskin di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna masih sangat
sederhana yaitu masih menggunakan pacul, tembilang dan parang sebagai sarana
dalam mengelola usaha taninya. Sebab bila para petani menggunakan traktor mereka
akan menjangkau lahan-lahan yang potensi tanahnya cukup baik. Sedangkan sarana
yang digunakan nelayan masih sangat minim yaitu masih menggunakan tali pancing
dan pukat. Sedangkan dari segi etos kerja masyarakat miskin Desa Lohia Kecamatan
Lohia masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan
dan keterampilan yang dimiliki masyarakatnya. Dengan rendahnya etos kerja tersebut
maka berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, dimana semakin rendah etos kerja
penelitian yang dilakukan oleh Atang dengan judul penelitian Studi Tingkat
penelitian yang dilakukan oleh Erlina Serah dengan judul Faktor-faktor Penyebab
penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Apriliati dengan judul Studi Tingkat Kemiskinan
mana faktor yang mempengaruhi kemiskinan dari ketiga penelitian terdahulu adalah
sempitnya lahan pertanian dan pemilikan sarana produksi yang masih sederhana,
59
masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten muna adalah pemilikan sarana
produksi yang masih sangat sederhana, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Todaro (2000) bahwa pada
pertanian yang mereka miliki ataupun tidak produktifnya lagi lahan yang dimiliki,
pengetahuan dan produktifitas dalam mengelolah usaha taninya, tidak ada pekerjaan
sampingan, pendapatan yang tidak menentu sebagai akibat usaha yang sangat
tergantung dengan musim serta usia tanaman yang mereka miliki sudah cukup tua
1.1.Kesimpulan
kemiskinan di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna pada tahun 2015 maka
Lohia yaitu :
d. Sarana produksi yang masih sederhana serta etos kerja yang rendah
1.2.Saran
60
61
61
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Prayitno dan Budi Santoso. 1996. Ekonomi Pembangunan. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Hans Dieter Sumardi. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: Rajawali.