Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 55

SKRIPSI

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN MASYARAKAT DESA


LOHIA KECAMATAN LOHIA KABUPATEN MUNA

Oleh:
CICA ZARTIKA
NIM. B1A1 11 126

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
SKRIPSI

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN MASYARAKAT


DESA LOHIA KECAMATAN LOHIA KABUPATEN MUNA

Oleh:
CICA ZARTIKA
Stb. B1A1 11 126

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
SKRIPSI
STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN MASYARAKAT
DESA LOHIA KECAMATAN LOHIA KABUPATEN LOHIA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh
CICA ZARTIKA
Stb. B1A1 11 126

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
Tanggal april 2016
ABSTRACT

CICA ZARTIKA (B1A1 11 126), 2016. factors Research is caused by the


village poverty of Lohia Muna Regency sub areas Lohia. Dissertations. Economy
faculty. The program of degree of Haluoleo university. guided by Yani Balaka and
Wali Aya Rumbia.

This research was conducted in the village from Muna Regency Lohia Lohia's
subdistrict. For to find out factors of the reason of poverty of countrymen of Lohia
Muna Regency sub areas Lohia. Data used in given research it is primary given and
secondary data. Primary data received through direct interview from the public
include : formation , public health, physical condition, residence, dependents, skill,
truss and income farmer. Secondary data received through record of Lohia's village
separation Lohia's subdistrict. Analysis used is descriptive qualitative analysis.

Base observational result gets to be concluded that poverty causal factor at


Lohia village which is, its outgrows family responsibility charges, its low is level
education and skill, its low is level propertied, and production medium ownership that
stills simple and job ethos contemn.

The key word: factors by the reason of poverty

vii
ABSTRAK

CICA ZARTIKA, B1A1 11 126, 2016. Studi Faktor-faktor Penyebab


Kemiskinan Masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Skripsi S1.
Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Haluoleo.
Dibimbing Bapak Muh. Yani Balaka dan Ibu Wali Aya Rumbia.
Penelitiaan ini dilaksanakan di Desa Lohia Kecamaatan Lohia Kabupaten
Muna. Dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan
masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dengan masyarakat meliputi: umur, pendidikan,
kesehatan, kondisi fisik tempat tinggal, tanggungan keluarga, keterampilan,
pemilikan lahan usaha tani dan pendapatan. Data sekunder diperoleh melalui
pencatatan dari kantor Desa Lohis Kecamatan Lohia. Analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab
kemiskinan Desa Lohia Kecamatan Lohia yaitu, besarnya beban tanggungan
keluarga, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, rendahnya tingkat
pendapatan, serta kepemilikan sarana produksi yang masih sederhana dan etos kerja
rendah.

Kata Kunci : Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………….…………………….…..….. i
HALAMAN SAMPUL DALAM……………………………………………... ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA…………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………………… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………. vi
ABSTRACT…………………………………………………………………… vii
ABSTRAK……………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI…………………………………………………..…..……………. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xiii
DAFTAR SKEMA………………………………………..……………………. xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………….…….……………… 1


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………. 3
1.3. Tujuan Penelitian…………………………...…………………… 4
1.4. Manfaat Pennelitian……………………………………………… 4
1.5. Ruang Lingkup…………………………………………………… 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kemiskinan……………………………………………… 5


2.2. Ukuran Kemiskinan…………………………………………..…... 12
2.3. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan……………………………. 19
2.4. Kajian Empiris………………………………………………….… 29
2.5. Kerangka Pemikiran……………………………………………… 33

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Obyek Penelitian……………………………………..………….. 34


3.2. Populasi dan Sampel………………………………………….…. 34
3.2.1. Populasi………………………………………………….. 34

xi
3.2.2. Sampel…………………………………………………… 34
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data……………………………………….………… 35
3.3.2. Sumber Data…...…………………………………………. 36
3.4. Metode Pengumpulan Data………………………………………. 36
3.5. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………….. 37
3.6. Analisis Data…………………………………………………….. 37
3.7. Defenisi Operasional……………………………………............. 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah……………………………………….. 39


4.1.1. Letak dan Luas Wilayah………………………………….. 39
4.1.2. Keadaan Iklim, Topografi dan Curah Hujan……………... 39
4.1.3. Keadaan Penduduk……………………………………….. 40
4.2. Karakteristik Responden…………………………………………. 40
4.2.1. Umur Responden…………………………………………. 45
4.2.2. Kondisi Kesehatan Responden…………………………… 46
4.2.3. Kondisi Fisik Rumah Responden………………………… 48
4.2.4. Kepemilikan Lahan Usaha Tani………………………….. 49
4.3. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat Desa Lohia….. 50
4.3.1. Tanggungan Keluarga Tinggi…………………………….. 51
4.3.2. Pendidikan dan Keterampilan Rendah…………………… 52
4.3.3. Pendapatan Rendah………………………………………. 53
4.4. Pembahasan………………………………………………………. 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan………………………………………………………. 60
5.2. Saran……………………………………………………………... 60`
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Lohia Kecamatan


Lohia, Tahun 2015 .................................................................................... 35
2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Desa Lohia
Kecamatan Lohia, Tahun 2015 ................................................................. 41
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Lohia
Kencamatan Lohia, Tahun 2015………………………………………. . 43
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Lohia
Kecamatan Lohia, Tahun 2015 ................................................................. 44
5. Klasifikasi Umur Responden di Desa Lohia, Tahun 2015........................ 45
6. Jenis Penyakit yang Diderita Responden di Desa Lohia, Tahun 2015 ..... 46
7. Tempat Pengobatan yang Sering Digunakan Responden di Desa Lohia,
Tahun 2015 .............................................................................................. 47
8. Kondisi Fisik Rumah Responden di Desa Lohia, Tahun 2015 ................. 48
9. Luas Lahan Garapan Responden di Desa Lohia, Tahun 2015 .................. 50
10. Tabel Silang Responden Menurut Jumlah Tanggungan di Desa Lohia,
Tahun 2015 ............................................................................................... 51
11. Tabel Silang Responden Menurut Tingkat Pendidikan di desa Lohia,
Tahun 2015 ............................................................................................... 53
12. Tabel Silang Tingkat Pendapatan Responden Desa Lohia, Tahun 2015 .. 54

xiii
DAFTA R GAMBAR

Skema Halamam

Kerangka Pikir Penelitian………………………………………………………… 33

xiv
13
14
15

Sharp, et. Al dalam Amirullah (2001 : 4) mencoba mengidentifikasi penyebab

kemiskinan dipandang dari sisi ekonmi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul

karena ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi

pendapatan yang timpal. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam

jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan

dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah

berarti produktivitas rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya

kualitas sumber daya manusia ini karendah rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang

kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul

akibat perbedaan akses dalam modal.

Secara umum, ada dua macam ukuran kemiskinan yang biasa digunakan yaitu

kemiskinan absolute dan kemiskinan relative (Arsyad dan widodo, 2006:298).

Kemiskinan absolute dikaitkan dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Kebutuhan

tersebut dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic need ) yang

memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Apabila pendapatan tersebut

tidak mencapai kebutuhan minimum, maka dapat dikatakan miskin. Sehingga dengan

kata lain bahwa kemiskinan dapat diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemiskinan relatif yaitu apabila

seseorang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi

kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak miskin. Hal ini terjadi karena

kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya walaupun


16

pendapatannya sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum tetapi masih jauh

lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut masih

berada dalam keadaan miskin.

Kemiskinan adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kekurangan kebutuhan

dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi,

kesehatan, tempat tinggal dan pendidikan. Hal ini tergantung tidak hanya pendapatan,

tetapi juga pada akses ke layanan. Ini termasuk kurangnya penghasilan sumber daya

produktif untuk menjamin penghidupan berkelanjutan, kelaparan dan kekurangan

gizi, kesehatan yang buruk, terbatas atau kurangnya akses kependidikan dan layanan

dasar lainnya, peningkatan morbiditas dan kematian dari penyakit, tunawisma dan

perumahan yang tidak memadai, lingkungan yang tidak aman, diskriminasi sosial dan

eksklusi. Hal ini juga ditandai dengan kurangnya partisipasi dalam pengambilan

keputusan dan dalam kehidupan sipil, social dan budaya (Konfrensi Tingkat Tinggi

Pembangunan Sosial 2010, dalam Kumalasari, 2011:35).

Konsep Lewis tentang budaya miskin dikutip oleh Alan Gilbert dan Josep

Guglert (Nasikun, 1996:112) mengatakan bahwa golongan miskin itu menjadi miskin

karena mereka memang miskin.

Nikolas Yaung dkk dalam Amirullah (2001 : 15), mengatakan bahwa

penyebab kemiskinan yaitu:

a. Terbentuknya kelas-kelas ekonomi dalam masyarakat


17

b. Terbentuknya pemusatan perkembangan di sektor perkotaan

c. Kurangnya sumber-sumber penghidupan di pedesaan

d. Kurangnya tenaga produktif di pedesaan

e. Perbandingan ratio ketergantungan yang cukup jauh

f. Pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan produksi bahan

makanan

g. Pertambahan jumlah penduduk dan sulitnya lapangan kerja

h. Kurangnya perhatian yang sungguh-sungguh untuk pembangunan sektor

pedesaan

i. Kurangnya perhatian untuk perbaikan mutu dan system pendidikan bagi

masyarakat pedesaan yang hidup dalam kemiskinan

j. Lingkungan miskin yang berkepanjangan

k. Peperangan dan bencana alam

Pada umumnya orang berpendapat bahwa kondisi kemiskinan telah

mempengaruhi secara negatif berbagai aspek kehidupan masyarakat sehingga tidak

jarang menciptakan kondisi yang disebut lingkaran yang tak berujung pangkal.

Terciptanya kondisi semacam ini akan semakin sulit bagi masyarakat untu keluar dari

masalah kemiskinan.

Berbagai bentuk lingkaran dan mata rantainya dapat dikonstruksi dari proses

kemiskinan tersebut. Dari sudut ekonomi misalnya dapat dikatakan bahwa karena

kondisi kemiskinan maka pendapatan hanya cukup bahkan tidak jarang kurang cukup
18

untuk memenuhibkebutuhan minimum. Dengan demikian sulit diharapkan adanya

kemampuan utnuk menabung yang mengakibatkan tidak adanya investasi sehingga

produktifitas tetap rendah dan tetap bertahan pada kondisi kemiskinan. Dari sisi lain

lingkaran kemiskinan dapat terbentuk dari rendahnya gizi dan nutrisi dengan mat

rantai : rendahnya gizi dan nutrisi dalam kopnsumsi pangan – rendahnya tingkat

kesehatan – produktivitas rendah – pendapatan rendah – kemiskinan (soetomo:120)

Mallasis dalam Hadi. P. (1995:110) menggambarkan bahwa lingkaran

kemiskinan dari dari produktivitas rendah akan menyebabkan pendaptan rendah,

tabungan rendah, dan seterusnya. Selain itu faktor lain yang turut menentukan

kemiskinan di suatu wilayah adalah keadaan alam yang tidak menguntungkan

walaupun teknologi dan modal tersedia.

Menurut Mulo dkk, (1994:77) mengatakan bahwa kemiskinan

merupakansuatu akibat. Dalam hal ini rumah tangga yang tadinya miskin maupun

tidak miskin terbebani oleh jumlah anggota rumah tangga yang tidak produktif. Bila

pendapatan rumah tangga tidak meningkat sejajar dengan beban itu, maka rumah

tangga itu akan menjadi semakin miskin.

Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Chenchovsky dan Meesok Word

Bank dalam Faturochman dan Marsellinus (1994 : 7) menunjukan adanya hubungan

yang positif antara kemiskinan dengan jumlah anggota rumah tangga. Tentu saja hal

ini terjadi bila jumlah anggota rumah tangga yang tidak produktif. Sedangkan M. G.
19

Quibria (1993) dalam Hadi P. dan Budi S. (1996 : 102) mengemukakan bahwa

kemiskinan berkorelasi positif dengan jumlah anggota keluarga dan berkorelasi

negatif dengan jumlah pekerja dalam keluarga.

Djoyohadikusumo (1994 : 316) memandang faktor penyebab kemiskinan dari

adanya kepadatan penduduk dan kondisi lingkungan hidup. Dikatakannya bahwa hal

yang terpenting untuk diperhintungkan adalah masalah kepadatan penduduk

(population desity) yang menyangkut jumlah penduduk yang terpusat dalam suatu

wilayah tertentu, misalnya jumlah penduduk perkilometer persegi. Masalah

urbanisasi dan kepadatan penduduk membawa tantangan-tantangan yang cukup serius

terhadap lingkungan hidup baik di desa maupun di daerah perkotaan.

Uraian diatas menunjukan pada hubungan pengaruh timbal balik antara

masalah kemiskinan dan kemerosotan mutu lingkungan. Banyak permasalahan

ekonomi dan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung bersangkut paut

dengan kemiskinan. Sebabnya tidak lain adalah oleh karena yang pertama menjadi

korban dari perluasan dan kemerosotan mutu lingkungan ialah golongan masyarakat

lapisan bawah.

Todaro (2000) bahwa pada umumnya yang bertempat tinggal di daerah-daerah

pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan

lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradional. Dengan demikian,

faktor-faktor penyebab kemiskinan terutama yang ada di pedesaan diantaranya


20

sempitnya lahan pertanian yang mereka miliki ataupun tidak produktifnya lagi lahan

yang dimiliki, rendahnya tingkat pendidikan sehingga berakibat pada rendahnya

tingkat pengetahuan dan produktifitas dalam mengelolah usaha taninya, tidak ada

pekerjaan sampingan, besarnya jumlah tanggungan, pendapatan yang tidak menentu

sebagai akibat usaha yang sangat tergantung dengan musim serta usia tanaman yang

mereka miliki sudah cukup tua sehingga kurang produktif dalam menghasilkan

produksi.

2.4. Kajian Empiris

Penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian ini adalah

1. penelitian yang dilakukan oleh Atang dengan judul penelitian Studi

Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kelurahan Benua Nirae Kecamatan

Abeli kota Kendari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor penyebab kemiskinan di Kelurahan Benua Nirae Kecamatan

Abeli.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina Serah dengan judul penelitian

Studi Tingkat Kemiskinan Masyarakat Desa Guali Kecamatan

Kusambi Kabupaten Muna. Penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui besar tingkat kemiskinan di Desa Guali

Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna.


30

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan

di Desa Guali Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Apriliati dengan judul Studi

Tingkat Kemiskinan Petani Desa Rompu-rompu Kecamatan Poleang

Utara Kabupaten Bombana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor penyebab kemiskinan petani di Desa Rompu-rompu

Kecamatan Poleang Utara Kabupaten Bombana.

Bakti News (2008), kemiskinan merupakan problematika yang kompleks di

Indonesia yang ditandai dengan berbagai bentuk strategi penanggulangan kemiskinan

yang direncanakan pemerintah. Ketersedian data yang valid dan menggambarkan

kondisi terkini profil kemiskinan disetiap daerah tentunya menjadi hal yang penting

dalam mendukung rencana strategi penanggulangan kemiskinan.hanya saja,

kenyataan di lapangan menunjukan bahwa data yang kini dimiliki tak cukup akurat.

Indikator yang dibuat untuk mengelompokkan masyarakat miskin cenderung bersifat

umum tanpa memperhatikan keunikan yang ada di setiap daerah. Data yang tak

akurat pun dituding sebagai penyebab ketidaksesuaian berbagai program

penanggulangan kemiskinan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada obyek

kajian, yakni sama-sama mengkaji faktor-faktor penyebab kemiskinan Sedangkan

perbedaannya terletak pada lingkup kajian, dalam hal ini penelitian sebelumnya

membahas tingkat kemiskinan daerah perkotaan yaitu kelurahan Benua Nirae


31

kecamatan Abeli, sedangkan penelitian ini membahas kemiskinan daerah pedesaan

yaitu Desa Lohia Kecamatan Lohia. Jadi, kesimpulan dari penelitian terdahulu

dengan penelitian ini yaitu sama, artinya penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor

penyebab kemiskinan

Kondisi sosial ekonomi tampak dari pola hidup dan pekerjaan masyarakat

pada suatu kelurahan, sedangkan lokasi sangat ditentukan oleh karakteristik masing-

masing wilayah yang terbagi atas lokasi sepanjang pesisir pantai di mana

masyarakatnya cenderung berpenghasilan sebagai masyarakat nelayan, sedangkan

lokasi dengan dominasi wilayah daratan cukup luas memiliki karakteristik

masyarakat miskin umumnya berpenghasilan sebagai petani dan beberapa pekerjaan

lainnya. Selain itu penduduk yang miskin di perkotaan tinggal di lokasi permukiman

illegal dan kumuh dengan membentuk kantong-kantong pemukiman yang tidak layak

huni baik dari segi perumahan dan lingkungan permukiman yang ditempati.

2.5. Kerangka Pemikiran

Penyebab kemiskinan yang terjadi di Desa Lohia adalah karena penggunaan

sarana produksi yang masih sederhana, menyebabkan jumlah hasil produksi yang

diperoleh masih sangat rendah bila dibandingkan dengan orang yang menggunakan

sarana yang cukup memadai.

Disamping itu, tingginya jumlah tanggungan keluarga, rendahnya tingkat

pendidikan, serta rendahnya keterampilan yang rendah menyebabkan tingkat


32

produktivitas dan pendapatan masyarakat Desa Lohia rendah sehingga senantiasa

dililit oleh lingkaran kemiskinan structural.

Secara singkat kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :
33

Desa Lohia

Masyarakat
Miskin

Penyebab Kemiskinan:

 Sarana produksi
 Jumlah tanggungan
 Pendidikan
 Keterampilan
 Pendapatan

Analisis Deskriptif

Kesimpulan dan
saran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Obyek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna

dengan obyek penelitian masyarakat miskin.

3.2. Populasi dan sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat

berupa orang, benda atau suatu hal yang dimiliki dapat diperoleh atau dapat

memberikan informasi data penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu

seluruh Kepala Keluarga miskin Desa Lohia Kecamatan Lohia.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi dalam

penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Cluster sampling yaitu mengelompokan penduduk berdasarkan jenis pekerjaanya.

Kemudian setiap kelompok akan ditentukan responden dengan metode random

sampling sebanyak 15 kepala keluarga setiap kelompok. Dengan pertimbangan

bahwa petani memiliki karakteristik yang homogen baik dari cara mengelola usaha

taninya serta sarana yang digunakan.

34
35

Tabel 1. Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia, Tahun
2014.
No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
1. Petani 200 50
2. Pedagang 8 12
3. Nelayan 100 30
Total 308 92

Kelompok responden berdasarkan jenis pekerjaan yaitu :

1. Petani : 15 orang/kk

2. Pedagang : 15 orang/kk

3. Nelayan : 15 orang/kk

Total : 45 orang/kk

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis data

1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang

diteliti, seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat

kesehatan (kesehatan fisik lingkungan rumah), sarana/prasarana

produksi, jumlah tanggungan, keterampilan dan variabel lain yang

berhubungan dengan penelitian ini.


36

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait baik dari

pemerintah maupun swasta yang dapat memberikan informasi yang

menunjang keberhasilan penelitian ini.

3.3.2 Sumber Data

1. Data primer bersumber dari masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia yang

merupakan sampel dari penelitian ini.

2. Data sekunder bersumber dari kantor Desa Lohia, kantor Kecamatan Lohia,

kepala keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini, kantor biro

pusat Statistik dan instansi terkait dengan penelitian ini.

3.4. Metode Pengumpulan Data

1) Observasi, dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kepada

obyek penelitian kemudian menarik kesimpulan.

2) Wawancara, dilakukan dengan cara menemui langsung pihak – pihak

yang dapat memberikan informasi atau keterangan yang dibutuhkan.

3) Dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan

membaca berbagai literatur serta laporan ilmiah atau dokumen yang

berhubungan dengan penelitian ini.


37

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

1) Persiapan

a. Penyusunan dan pengajuan proposal

b. Administrasi,menyangkut perizinan

2) Pengumpulan Data

a. Observasi

b. Wawancara

c. Dokumentasi

3) Pengolahan Data

a. Tabulasi data, yaitu data yang dimasukan dalam tabel kerja

selanjutnya diolah secara kuantitatif dan kualitatif

b. Analisis data, yaitu data yang ditabulasi selanjutnya diolah dengan

menggunakan analisis yang ditentukan.

c. Interprestasi data, yaitu data yang sudah diproses kemudian

diformulasikan dalam bentuk kalimat dan selanjutnya ditarik suatu

kesimpulan.

3.6. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

kemiskinan di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.


38

3.7 Devenisi Operasional

1. Pendapatan adalah besarnya nilai jual produksi yang diperoleh dalam satuan

waktu tertentu (1 bulan) yang diukur dengan satuan rupiah

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat desa Lohia

mulai SD sampai dengan perguruan tinggi.

3. Tanggungan keluarga adalah banyaknya beban tanggungan keluarga yang

terdapat pada setiap keluarga seperti anak yang masih ditanggung oleh orang

tuanya (orang)

4. Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang melekat pada

dirinya yang dapat mendukung kearah pendapatannya.


39

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah

4.1.1. Letak dan Luas Wilayah

Menurut data Desa Lohia (2014), Desa Lohia terletak di Kecamatan Lohia

Kabupaten Muna yang berjarak 18 km dari Ibu Kota Kabupaten, Luas wilayah Desa

2
Lohia adalah 821 km , dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Wabintingi

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Lakarinta

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Buton

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Korihi

4.1.2. Keadaan iklim, Topografi dan Curah Hujan

Menurut data Desa Lohia (2014), Desa Lohia merupakan desa yang beriklim

tropis dengan suhu udara rata-rata tertinggi 32°ʗ dengan suhu rendah 17,2°ʗ. Keadaan

topografi Desa Lohia adalah datar dan berbatu, dengan ketinggian tempat dari

permukaan laut berkisar 3-10 m (DPL).


40

4.1.3. Keadaan Penduduk

Penduduk dengan segala potensi yang dimilikinya akan sangat mendukung

kelancaran pelaksanaan pembangunan disegala bidang. Potensi yang dimaksud adalah

Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan dukungan SDM yang berkaitan akan sangat

menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan. Terlebih adanya

dukungan sumber daya alam, modal dan sumber daya lainnya yang sangat potensial

maka pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Untuk memperoleh gambaran singkat mengenai keadaan penduduk di Desa

Lohia akan diuraikan mengenai jumlah penduduk berdasarkan penggolongan umur,

tingkat pendidikan dan mata pencaharian sebagai berikut :

1. Umur dan Jenis Kelamin

Menurut data yang terdapat di Kantor Desa Lohia bahwa jumlah penduduk

berjumlah 2002 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 983 jiwa dan perempuan

berjumlah 1019 jjiwa dengan jumlah keluarga 535 KK. Keadaan penduduk dan jenis

kelamin dapat dilihat pada tabel 2.


41

Table 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Lohia
Kecamatan Lohia, Tahun 2014
Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
No Umur (orang) (orang) (orang) (%)
(Tahun)
1. 0-4 107 95 202 10,09
2. 5-9 96 83 179 8,94
3. 10-14 103 90 193 9,64
4. 15-19 99 87 186 9,29
5. 20-24 115 117 232 11,59
6. 25-29 104 94 198 9,89
7. 30-34 64 65 129 6,44
8. 35-39 49 67 116 5,79
9. 40-44 52 56 108 5,39
10. 45-49 39 43 82 4,10
11. 50-54 45 51 96 4,80
12. 55-59 42 57 99 4,95
13. 60 keatas 68 114 182 9,09
983 1019 2002 100
Jumlah
Sumber Data: Kantor Desa Lohia,Tahun 2015

Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian penduduk berada pada umur produktif

(15-59 tahun) sebesar 62,24 % sedangkan penduduk yang berada pada umur non

produktif (0-14 dan 60 tahun ke atas) sebesar 37,76 %. Dimana pada tingkat umur 15-

59 tahun cenderung lebih aktif bekerja disbanding dengan masyarakat yang berada

pada tingkat umur 60 tahun keatas. Dimana pada usia yang tidak produktif lagi (60

tahun ke atas) seseorang sudah tidak begitu mampu melakukan pekerjaan.

Berdasarkan pada tabel di atas menunjukan bahwa di Desa Lohia memiliki

nilai ketergantungan hidup yang tinggi. Seperti yang diperlihatkan pada tabel 1

menunjukan bahwa penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah dan 60 tahun ke atas
42

sebesar 37,76% yang berarti hampir mendekati 50% dari jumlah penduduk

seluruhnya. Sedangkan penduduk usia kerja (penduduk 15-59 tahun) sebesar 62,24%.

Karena tingginya nilai ketergantungan diperlukan usaha-usaha perluasan lapangan

kerja guna mengimbangi pertambahan usia kerja dalam rangka mengurangi

pengangguran.

2. Tingkat Pendidikan

Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu indikator dalam

upaya mencapai tujuan pembangunan nasional melalui peningkatan kualitas sumber

daya manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, budi pekerti yang luhur, berkepribadian, berdisiplin, beretos kerja,

professional,bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan nasional akan mampu

menghasilkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Sehubungan dengan itu untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat Desa Lohia

dapat dilihat pada tabel 3.


43

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Lohia Kecamatan


Lohia, Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Belum/tidak sekolah 811 40,50
2. SD 655 32,72
3. SLTP 153 7,64
4. SLTA 266 13,29
5. D1 2 0,10
6. D2 20 1
7. D3 16 0,80
8. S1 76 3,80
9. S2 3 0,15
Jumlah 2002 100
Sumber Data: Kantor Desa Lohia, Tahun 2015

Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk belum/tidak sekolah

sebesar 40,50%, sedangkan penduduk yang tamat SD sebesar 32,72%, SLTP sebesar

7,64%, SLTA sebesar 13,29%, D1 sebesar 0,10%, D2 sebesar 1%, D3 sebesar 0,80%,

S1 sebesar 3,80% dan S2 sebesar 0,15%. Keadaan ini menunjukan pendidikan

tersebut masih kurang memadai. Hal tersebut dapat dilihat dengan masih banyaknya

warga masyarakat yang buta huruf, belum/tidak sekolah.

Pada tabel di atas menunjukan bahwa di Desa Lohia masih terdapat penduduk

yang buta huruf dan disamping itu juga berdasarkan klasifikasi pendidikan sebagian

besar penduduknya belum/tidak sekolah. Besarnya jumlah angka penduduk yang

belum/tidak sekolah maka hal ini dapat menunjukan bahwa tingkat pendidikan dan

pengetahuan di wilayah penelitian masih rendah, faktor inilah yang menjadi salah

satu penyebab terjadinya kemiskinan di Desa Lohia.


44

3. Mata Pencaharian

Penduduk Desa Lohia mempunyai beberapa jenis mata pencaharian yang

meliputi petani, pegawai negeri, pertukangan, pedagang dan nelayan. Namun bila

ditinjau dari segi kehidupan mereka pada umumnya sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian dalam sektor pertanian disamping sektor usaha lainnya.

Keadaan jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata pencaharian di Desa Lohia Kecamatan


Lohia, Tahun 2014
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase(%)
1. Petani 250 55,80
2. Pertukangan 15 3,35
3. Pedagang 20 4,46
4. PNS 33 7,37
5. Nelayan 130 29,02
Jumlah 448 100
Sumber Data: Kantor Desa Lohia, Tahun 2015

Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani

sebesar 55,80%, sebagai pertukangan sebesar 3,35%, sebagai pedagang sebesar

4,46%, sedangkan yang bermata pencaharian nelayan sebesar 29,02%, sedangkan

yang bermata pencaharian lain-lain sebanyak 4,30%

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa mata pencaharian penduduk

terbanyak adalah pada bidang pertanian. Hal ini disebabkan karena penggunaan lahan

pertanian sangat besar.


45

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Umur

Tingkat keaktifan masyarakat Desa Lohia dalam meningkatkan taraf hidupnya

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana salah satu diantaranya adalah tingkat

umur. Seseorang yang berusia muda lebih baik dalam melakukan aktivitasnya

sehingga hasil yang dicapai biasanya lebih baik dibandingkan dengan penduduk yang

berusia lebih tua karena dalam melakukan aktivitasnya sudah mulai terbatas oleh

tenaga dan pikiran. Tapi terkadang usia bukan sebagai salah satu faktor penghambat

bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya. Apalagi jika aktivitas yang mereka

lakukan menyangkut kelangsungan hidup mereka sehari-hari, maka terkadang

seseorang tidak lagi memperhatikan usia mereka dalam melakukan aktivitas karena

bagi mereka peningkatan hasil yang dicapai akan ikut mendukung peningkatan

pendapatan yang dapat mereka terima.

Tabel 5. Klasifikasi Umur Responden di Desa Lohia, Tahun 2015


No Tingkat Umur Jumlah Responden Persentase(%)
(Tahun) (KK)
1. < 24 4 8,89
2. 25-29 11 24,44
3. 30-34 9 20
4. 35-39 8 17,78
5. 40-44 6 13,33
6. > 44 ke atas 7 15,56
Jumlah 45 100
Sumber Data: Data Primer Diolah, Tahun 2015
46

Tabel 5 menunjukan bahwa responden yang terbanyak adalah responden yang

berada pada kisaran umur antara 25 – 29 tahun, yaitu sebanyak 11 kepala keluarga

atau 24,44% dari total responden, dan yang terendah adalah responden yang berada

pada kisaran umur antara 20 – 24 tahun yaitu sebanyak 4 kepala keluarga atau 8,89%

dari total responden.

4.2.2 Kondisi Kesehatan Responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi kesehatan fisik lingkungan

masyarakat responden sebagian besar belum termasuk kategori rumah yang sehat.

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam hal tata laksanan rumah tangga tempat

pembuangan sampah, WC keluarga (jamban) dan keadaan kamar mandi masih kurang

diperhatikan aspek kesehatannya.

Buruknya kondisi kesehatan masyarakat tersebut menyebabkan rata-rata

responden pernah mengalami sakit, dimana jenis penyakit yang sering diderita oleh

penduduk dalam kurun waktu tertentu dapat dilihat pada table 5 berikut ini.

Tabel 6. Jenis Penyakit yang Diderita Responden di Desa Lohia, Tahun 2015
No Jenis Penyakit Jumlah Persentase(%)
Responden (KK)
1. Diare 13 28,89
2. Demam 15 33,33
3. Malaria 12 26,67
4. Gigi 5 11,11
Jumlah 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015
47

Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian masyarakat responden menderita

penyakit demam yakni 15 orang atau 33,33%. Masyarakat responden yang menderita

sakit diare sebanyak 13 orang atau 28,89%, sakit malaria sebanyak 12 orang atau

26,67% dan menderita penyakit gigi hanya 5 orang atau 11,11%. Tingginya

penderita jenis penyakit demam dan malaria, hal ini dapat dibuktikan bahwa tingkat

kesehatan masyarakat di wilayah penelitian masih rendah, banyak faktor yang

mempengaruhi mempengaruhi antara lain penggunaan air bersih untuk minum,

jamban keluarga,tempat pembuangan sampah.

Disamping itu penelitian juga mencoba untuk melihat tempat yang digunakan

oleh masyarakat wilayah penelitian untuk melakukan pengobatan penyakit yang

mereka derita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 7. Tempat Pengobatan yang Sering Digunakan Responden di Desa Lohia,


Tahun 2015
No Tempat Pengobatan Jumlah Persentase
Responden (KK) (%)
1. Rumah sakit 7 15,55
2. Puskesmas 13 28,89
3. Dukun 25 55,56
Jumlah 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun2015

Tabel 7 menunjukan bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat Desa

Lohia masih rendah, data di atas memberi gambaran bahwa hanya 7 orang responden

yang memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai yakni melalui rumah sakit
48

sedangkan sebagian responden yang lain yakni 13 orang responden berobat ke

puskesmas dan 25 orang responden berobat di dukun.

4.2.3. Kondisi Fisik Tempat Tinggal Responden

Kondisi fisik tempat tinggal keluarga menjadi salah satu karakteriktik kondisi

kemiskinan dalam suatu keluarga. Kondisi fisik tempat tinggal dapat dilihat dari

berbagai indicator diantaranya kondisi lantai, dinding, atap dan luas tempat tinggal.

Selain itu ketersediaan sarana WC dan sumber air dalam rumah tangga tersebut juga

menjadi ukuran kondisi kemiskinan. Artinya jika keluarga yang bersangkutan tinggal

ditempat yang tidak layak huni ataupun tidak memenuhi kriteria rumah sehat maka

keluarga yang bersangkutan dikategorikan sebagai keluarga miskin.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa di Desa Lohia masih terdapat

rumah sederhana dengan berlantai papan,berdinding papan, rumah semi permanen

masih berdinding papan, berlantai semen dan rumah sangat sederhana berlantai

papan, berdinding jelajah. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi fisik rumah

responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Kondisi Fisik Rumah responden di Desa Lohia, Tahun 2015


No Kondisi Fisik Rumah Jumlah Persentase
Responden (KK) (%)
1. Semi Permanen 31 68,89
2. Darurat 14 31,11
Jumlah 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015
49

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa kondisi fisik rumah yang ditempati responden

umumnya dalam kategori yang belum baik, dimana kondisi yang semi permanen

sebanyak 31 orang atau 68,89 %, kemudian darurat sebanyak 14 orang atau 31,11 %.

Responden yang memiliki kondisi fisik rumah yang semi permanen adalah rumah

yang berdinding papan dan berlantai semen serta jenis rumah panggung. Adapun

kondisi rumah yang masih darurat yakni berdinding papan ataupun bamboo namun

berlantai tanah. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa banyaknya responden

yang memiliki rumah semi permanen dan darurat menunjukan bahwa masyarakat di

Desa Lohia belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

sandangnya ataupun masih terdapat masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang

tidak layak huni. Artinya jika dilihat dari aspek kondisi tempat tinggal, masih terdapat

keluarga di Desa Lohia yang masuk dalam kategori keluarga miskin.

4.2.4 Pemilikan Lahan Usaha Tani

Lahan garapan merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

melakukan aktivitas di bidang pertanian. Dari faktor produksi ini kita dapat

merencanakan kegiatan usaha tani yang tepat berdasarkan kondisi lahan. Semakin

luas lahan yang digarap diharapkan mampu meningkatkan jumlah produksi untuk

setiap kegiatan usaha tani yang dilakukan, luasnya lahan garapan responden dapat

dilihat pada tabel 9.


50

Tabel 9. Luas Lahan Garapan Responden di Desa Lohia Kecamatan Lohia, Tahun
2015
No Luas Lahan(Ha) Jumlah Responden Persentase (%)
(KK)
1. <1,0 17 37,78
2. 1,0-2,0 28 62,22
Jumlah 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015

Tabel diatas menunjukan sebanyak 28 responden atau 62,22 % yang memiliki

lahan garapan seluas 2 Ha sedangkan yang meliki lahan seluas < 1 Ha sebanyak 17

responden atau 37,78 %. Dengan kondisi tersebut, petani dapat menentukan berbagai

jenis usaha tani yang akan dikembangkan dalam upaya meningkatkan produksi usaha

tani. Untuk meperoleh produksi usaha yang besar, kepemilikan laha garapan harus

didukung oleh penerapan teknologi yang sesui dengan pengelolaanya.

1.3. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat Desa Lohia

Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 45 orang kepala keluarga

miskin yang dikelompokan dalam 3 mata pencaharian yakini petan, pedagang dan

nelayan. Faktor-faktor penyebab kemiskinan masyarakat miskin di Desa Lohia

Kecamatan Lohia Kabupaten Muna diidentifikasi antara lain pemilikan sarana

produksi yang masih sederhana, jumlah tanggungan, pendidikan dan keterampilan,

serta tingkat pendapatan yang akan diuraikan sebagai berikut :


51

4.3.1. Jumlah Tanggungan Keluarga

Dalam suatu rumah tangga, jumlah anggota keluarga merupakan beban

ekonomi maupun sosial yang harus dipikul oleh kepala keluarga sebagai tulang

punggung keluarga dalam mencari nafkah guna pemenuhan kebutuhan hidup setiap

rumah tangga. Namun demikian, jumlah anggota keluarga dapat digunakan sebagai

tenaga kerja dalam keluarga untuk membantu pekerjaan pokok maupun pekerjaan

sampingan.

Jumlah tanggungan keluarga responden masyarakat miskin di Desa Lohia

sangat mempengaruhi kondisi kehidupan ekonomi rumah tangganya. Hal ini karena

jumlah tanggungan mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi secara langsung

dalam keluarga yang bersangkutan (Todaro : 2000). Untuk lebih jelasnya mengenai

jumlah tanggungan responden yang diteliti, maka dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Tabel Silang Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa
Lohia Kecamatan Lohia, Tahun 2015
No Uraian ≤ 2(orang) 3-4(orang) ≥5(orang) Jumlah Persentase
(%)
1 Tidak 2 8 6 16 35,56
miskin
2 Miskin 10 16 3 29 64,44
Jumlah 12 24 9 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah

tanggungan 2 orang ke bawah atau sama dengan dua sebanyak 12 responden, yang

memiliki tanggungan 3-4 orang sebanyak 24 orang sedangkan diatas 5 orang


52

sebanyak 9 orang. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat miskin

yang paling dominan adalah yang jumlah tanggungannya 3-4 orang, yakni berjumlah

16 responden atau 55,17 persen. Atau dapat pula dikatakan bahwa dari 24 responden

yang memiliki tanggungan 3-4 orang terdapat 16 responden atau sekitar 53,33 persen

yang bertaraf hidup miskin. Dengan demikian secara deskriptif, dapat dikatakan

bahwa kemiskinan masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia salah satunya

dipengaruhi oleh jumlah tanggungan. Dimana semakin tinggi jumlah tanggungan

maka tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga juga relatif tinggi.

4.3.2. Pendidikan dan Keterampilan Rendah

Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam menentukan

kualitas sumber daya manusia dalam hal pola pikir. Dengan pendidikan yang rendah

tidak mampu untuk merubah pola pikir seseorang untuk berorientasi ke depan

(Todaro : 2000). Dimana tingkat pendidikan di lokasi penelitian rata-rata masih

sangat rendah yaitu mayoritas responden masih berpendidikan tamat Sekolah Dasar

dan hanya sedikit yang tamat SLTA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :
53

Tabel 11. Tabel Silang Responden Menurut Tingkat pendidikan Formal di Desa
Lohia Kecamatan Lohia, Tahun 2015
No Uraian Tdk Tamat SLTP/SLTA Jumlah Persentase
pernah/tdk SD
tamat SD
1 Tidak miskin 4 8 4 16 35,56
2 Miskin 11 11 7 29 64,44
Jumlah 15 19 11 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah, Tahun 2015

Tabel di atas menunjukan bahwa masyarakat miskin di Desa Lohia

Kecamatan Lohia paling dominan tingkat pendidikannya adalah tidak pernah/tidak

tamat SD dan tamat SD saja yakni sebanyak 22 responden atau 75,86 persen. Atau

dengan kata lain dari 34 responden yang mempunyai pendidikan tidak pernah/belum

tamat SD dan tamat SD terdapat 22 responden atau sekitar 75,56 persen yang bertaraf

hidup miskin. Dengan demikian secara deskriptif, pendidikan merupakan faktor

penyebab kemiskinan di Desa Lohia Kecamatan Lohia. Dimana rendahnya tingkat

pendidikan maka masyarakat tidak mempunyai akses yang baik terhadap informasi,

pengetahuan dan teknologi. Sehingga akan mempengaruhi kemampuannya dalam

berpikir untuk beralih pekerjaan lain selain petani, dalam mengembangkan usahanya

kepada yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi.

4.3.3. Pendapatan Rendah

Pendapatan merupakan indikator untuk menggambarkan kondisi ekonomi

suatu masyarakat. Makin tinggi tingkat pendapatan yang diterima maka kemungkinan
54

semakin besar konsumsi yang akan dilakukan atau kebutuhan masyarakat tersebut

menjadi semakin bertambah.

Tabel 12. Tabel silang Responden MenurutTingkat pendapatan di Desa Lohia


Kecamatan Lohia, Tahun 2015
No Uraian 250.000- 500.000- 750.000- Jumlah Persentase
500.000 750.000 900.000 (%)
1 Tidak 0 7 9 16 35,56
miskin
2 Miskin 29 0 0 29 64,44
Jumlah 29 7 9 45 100
Sumber Data : Data Primer Diolah. Tahun 2015

Tabel di atas menunjukan bahwa responden yang memiliki pendapatan rendah

sebanyak 29 responden, yang memiliki pendapatan cukup sebanyak 7 responden,

sedangkan yang memiliki pendapatan tinggi sebanyak 9 responden. Dari 29

responden yang memiliki pendapatan rendah yaitu sebesar Rp 250.000-500.000

bertaraf hidup miskin atau pendapatan rendah (Hasibuan : 2002). Dengan rendahnya

tingkat pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat di Desa Lohia menyebabkan

perbaikan taraf hidup susah dilakukan karena pendapatan mereka tergolong rendah.

Sehingga dapat dikemukkan bahwa secara deskriptif pendapatan mempunyai

pengaruh terhadap kemiskinan.

1.4. Pembahasan

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat berbagai

faktor yang menyebabkan kemiskinan di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten

Muna. Faktor-faktor tersebut antara lain: tingkat pendidikan dan keterampilan, jumlah
55

tanggungan, tingkat pendapatan, pemilikan sarana produksi serta etos kerja. Adapun

uraian faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

1. Jumlah Tanggungan

Dari hasil penelitian ini di ketahui bahwa sebagian besar masyarakat miskin di

Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna memiliki jumlah tanggungan yang

relatif banyak yakni 4 orang. Hal ini setiap keluarga di wilayah ini memiliki tingkat

pemenuhan kebutuhan hidup yang juga relatif tinggi. Jika dalam suatu rumah tangga

memiliki jumlah tanggungan tidak diimbangi dengan tingkat pendapatan keluarga

yang tinggi akan berdampak pada kehidupan ekonomi dan sosial rumah tangga yang

bersangkutan. Mengingat umumnya pendapatan masyarakat miskin di Desa Lohia

memperoleh pendapatan yang rendah dan tidak menentu maka tentu akan

berpengaruh terhadap pendapatan perkapita keluarga yang bersangkutan yang pada

gilirannya juga mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosial rumah tangganya. Hal ini

dikarenakan dalam setiap keluarga hanya satu orang yang bekerja. Kondisi ekonomi

yang dimaksud adalah kemampuan rumah tangga tersebut memenuhi kebutuhan

hidup kesehariannya. Sedangkan kondisi social dilihat dari kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan anggota keluarga. Kecilnya

pendapatan perkapita sebagai implikasi dari banyaknya jumlah tanggungan keluarga

menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan di Desa Lohia.


56

2. Tingkat Pendidikan dan keterampilan

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan

responden di wilayah ini umumnya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah

yang didominasi oleh tidak pernah/belum tamat SD dan tamat SD yakni sebanyak 22

responden. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden masyarakat

miskin di Desa Lohia maka mereka cenderung tidak kreatif dalam mengelolah

usahanya serta tidak terbuka dalam menerima informasi dan adopsi teknologi

terutama yang terkait dengan usaha atau pekerjaanya. Akibatnya akan berdampak

pada jumlah produksi yang relatif rendah sehingga menpengaruhi terhadap rendahnya

pendapatan mereka perbulan. Dengan demikian rendahnya tingkat pendidikan yang

dimiliki menjadi penyebab utama faktor penyebab terjadinya kemiskinan di daerah

ini.

Sedangkakan dari segi keterampilan menunjukan bahwa sebagian besar

responden memiliki keterampilan selain sebagai petani juga sebagai

pedagang/penjual, tukang kayu aatau tukang batu. Dimana keterampilan yang mereka

miliki sebagai tukang kayu hanya lemari, tempat tidur sedangkan keterampilan

sebagai tukang batu hanya sebatas tukang batu saja. Mereka tidak memiliki skiil

untuk bisa mengembangkan keterampilan yang mereka miliki. Dengan demikian

jumlah produksi yang relatif rendah sehingga mempengaruhi rendahnya pendapatan.


57

3. Tingkat pendapatan

Pendapatan merupakan indikator untuk menggambarkan kondisi ekonomi

suatu masyarakat. Makin tinggi tingkat pendapatan yang diterima maka kemungkinan

semakin besar konsumsi yang akan dilakukan atau kebutuhan masyarakat tersebut

menjadi semakin bertambah. Demikian pula dengan masyarakat miskin, tingkat

pendapatan yang diperolehnya menggambarkan kondisi tingkat ekonomi rumah

tangganya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendapatan yang

diperoleh responden masyarakat miskin di Desa Lohia berbeda-beda.

Dari sejumlah pendapatan yang diperoleh, diketahui pula bahwa jika

pendapatan tersebut dirata-ratakan, maka rata-rata pendapatan masyarakat miskin di

Desa Lohia sebesar Rp 558.716 perbulan. Dari pendapatan yang diperoleh tersebut

umumnya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya

sekolah anak-anaknya. Jika diasumsikan bahwa jumlah tanggungan responden

umumnya adalah 4 orang maka pendapatan perkapita rata-rata sebesar Rp 139.679.

Dengan demikian dari aspek pendapatan, masyarakat miskin di Desa Lohia

merupakan keluarga yang masih dalam kategori miskin, mengingat pendapatan

perkapita yang dimiliki relatif masih rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat

Hasibuan (2002) bahwa apabila pendapatan dalam suatu rumah tangga berada pada

kisaran Rp.1.000.000 – Rp.10.000.000 tahun atau rata-rata Rp.750.000 perkapita

perbulan maka dikategorikan pendapatan rendah atau rumah tangga miskin.


58

4. Kepemilikan Sarana Produksi yang Masih Sederhana dan Etos Kerja

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sarana pertanian yang dimiliki

masyarakat miskin di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna masih sangat

sederhana yaitu masih menggunakan pacul, tembilang dan parang sebagai sarana

dalam mengelola usaha taninya. Sebab bila para petani menggunakan traktor mereka

akan menjangkau lahan-lahan yang potensi tanahnya cukup baik. Sedangkan sarana

yang digunakan nelayan masih sangat minim yaitu masih menggunakan tali pancing

dan pukat. Sedangkan dari segi etos kerja masyarakat miskin Desa Lohia Kecamatan

Lohia masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan

dan keterampilan yang dimiliki masyarakatnya. Dengan rendahnya etos kerja tersebut

maka berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, dimana semakin rendah etos kerja

seseorang maka semakin rendah pula tingkat pendapatannya dan sebaliknya.

Penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Atang dengan judul penelitian Studi Tingkat

Kemiskinan Masyarakat Kelurahan Benua Nirae Kecamatan Abeli kota Kendari,

penelitian yang dilakukan oleh Erlina Serah dengan judul Faktor-faktor Penyebab

Terjadinya Kemiskinan di Desa Guali Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna serta

penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Apriliati dengan judul Studi Tingkat Kemiskinan

Petani di Desa Rompu-rompu Kecamatan Poleang Utara Kecamatan Bombana. Di

mana faktor yang mempengaruhi kemiskinan dari ketiga penelitian terdahulu adalah

sempitnya lahan pertanian dan pemilikan sarana produksi yang masih sederhana,
59

rendahnya tingkat pendidikan, tidak adanya pekerjaan sampingan, jumlah tanggungan

serta tingkat pendapatan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan

masyarakat Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten muna adalah pemilikan sarana

produksi yang masih sangat sederhana, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan dan

tingkat pendapatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Todaro (2000) bahwa pada

umumnya yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan, dengan mata

pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat

hubungannya dengan sektor ekonomi tradional. Dengan demikian, faktor-faktor

penyebab kemiskinan terutama yang ada di pedesaan diantaranya sempitnya lahan

pertanian yang mereka miliki ataupun tidak produktifnya lagi lahan yang dimiliki,

rendahnya tingkat pendidikan sehingga berakibat pada rendahnya tingkat

pengetahuan dan produktifitas dalam mengelolah usaha taninya, tidak ada pekerjaan

sampingan, pendapatan yang tidak menentu sebagai akibat usaha yang sangat

tergantung dengan musim serta usia tanaman yang mereka miliki sudah cukup tua

sehingga kurang produktif dalam menghasilkan produksi.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor penyebab

kemiskinan di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna pada tahun 2015 maka

dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan di Desa

Lohia yaitu :

a. Besarnya beban tanggungan keluarga

b. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan

c. Rendahnya tingkat pendapatan

d. Sarana produksi yang masih sederhana serta etos kerja yang rendah

1.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan :

1) Diharapkan kepada pemerintah pusat dan daerah agar lebih memperhatikan

masalah kemiskinan khususnya di Desa Lohia karena tingkat kemiskinan di

Desa Lohia sangat tinggi.

2) Diharapkan kepada pemerintah untuk memberikan bantuan khususnya di Desa

Lohia berupa sarana pertanian kepada masyarakat, penyuluhan tentang KB,

60
61

mengadakan pelatihan/kursus untuk menambah pengetahuan/keterampilan

masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya.

61
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2001. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan dan Pengangguran (Studi


Kasus di Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Buton). Fakultas
Ekonomi, Balai Penelitian Universitas Haluoleo, Kendari.
Baswir,Revrisond dkk,2003.Pengembangan Tanpa Perasaan,Evaluasi Pemenuhan
Hak Ekonomi,Sosial dan Budaya,Elsam.Jakarta.
Bakti News,2008.Pendataan Kemiskinan Berbasis Masyarakat.Edisi
Februari,Bakri.Makassar.
Badan Pusat Statistik. 2014. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Kendari.

Djoyohadikusumo, Sumitno. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi


Pembangunan. LP3ES. Jakarta.
Ginanjar, Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. PT. Pustaka Cidosindo.
Jakarta.

Hadi, P. 1995. Petani Desa dan Kemiskinan. Jakarta.

Hadi, Prayitno dan Budi Santoso. 1996. Ekonomi Pembangunan. Ghalia Indonesia.
Jakarta.

Hans Dieter Sumardi. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: Rajawali.

H G. Suseno, Trivanto, Widodo. 1997. Indikator Ekonomi Dasar dan Kebijaksanaan


Perekonomian Indonesia. Canesius. Jakarta.
Kusnaedi. 1995. Membangun Desa. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kumalasari, Merna.2011.Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Angka Harapan Hidup,


Angka Melek Huruf, Rata – Rata Lama Sekolah, Pengeluaran Perkapita dan
Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat kemiskinan di Jawa
Tengah.(Skripsi).Semarang:Universitas Diponegoro.
Michael P, Todaro. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Mudrajat, Kuncoro. 1997. Ekonomi Pembagunan (Teori, Masalah, dan Kebijakan).
UPP. AMP. YKPN. Yogyakarta.
Mulo, Marcellinus dan Faturochman. 1994. Kemiskinan dan Kependudukan di
Pedesaan Jawa: Analisis Data SUSENAS 1992, Kerja Sama Pusat
Penelitian Kependudukan. Universitas Gajah Mada dengan Biro Pusat
Statistik. Yogyakarta.
Munandar, S. 1995. Ilmu-Ilmu Dasar Sosial. Jakarta.

Nasikun.1996.Urbanisasi dan Kemiskinan.Yogyakarta : PT.Tiara Wacana Yogya.


Rendra, Roy.2010.Determinan Kemiskinan dan Tinjauan Literatur.(0nline).digital-
131195-T 27312.Departemen Kemiskinan-Tinjauan Literatur.pdf.diakses
2012.
Rober, Thamber. 1983. Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. LP3ES. Jakarta.

Soetomo. 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Pustaka Jaya. Jakarta.

Syahrir. 1986. Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok (Sebuah Tinjauan Perspektif).


LP3ES. Jakarta.

Suharno.2008.Metode Pengukuran Kemiskinan Makro (Garis Kemiskinan di


Indonesia).(online).809-MU090653.pdf.diakses 2012.
Tadjuddin, Noer, Effendi.1995. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan
Kemiskinan. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta.
Todaro, Michael, P.2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh
(diterjemahkan oleh Haris Munandar). Erlangga. Jakarta.
Widodo, Tri.2006.Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Komputer (era Otonomi
Daerah).Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
LAMPIRAN 1 : DESKRIPSI RESPONDEN BERDASARKAN KEMISKINAN MENURUT SAYOGYO
Pendapatan
Jumlah Pendapatan Harga beras/kg perkapita setara
No Umur (Tahun) Pendidikan Tanggungan Kondisi Fisik Rumah Pendapatan Perbulan (Rupiah) Pertahun (Rupiah) Jumlah Jiwa (Rupiah) beras(kg) Kategori
1 60 Tidak Tamat SD 0 Darurat Semi 250.000-500.000=325.000 3.900.000 1 10000 390 Miskin
2 22 SMP 3 permanen Semi 250.000-500.000=325.000 3.900.000 3 10000 390 Miskin
3 45 SD 5 permanen 500.000-750.000=625.000 7.500.000 5 10000 750 Tidak miskin
4 47 Tidak tamat SD 6 Darurat 250.000-500.000=325.000 3.900.000 6 10000 390 Miskin
5 42 SMP 4 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390 Miskin
6 29 SD 2 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 2 10000 390 Miskin
7 43 Tidak tamat SD Tidak 3 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 3 10000 390 Miskin
8 56 pernah sekolah Tidak 0 Darurat 250.000-500.000=325.000 3.900.000 1 10000 390 Miskin
9 39 pernah sekolah SD 0 Darurat Semi 250.000-500.000=325.000 3.900.000 1 10000 390 Miskin
10 34 Tidak tamat SD 4 permanen 500.000-750.000=625.000 7.500.000 4 10000 390 Miskin
11 41 Tidak tamat SD 0 Darurat 250.000-500.000=325.000 3.900.000 1 10000 390 Miskin
12 47 SD 4 Semi permanen 500.000-750.000=625.000 7.500.000 4 10000 750 Tidakmiskin
13 24 SMP 4 Semi permanen 750.000-900.000=825.000 9.900.000 4 10000 990 Tidak miskin
14 22 Tidak tamat SD 2 Semi permanen 750.000-900.000=825.000 9.900.000 2 10000 990 Tidak miskin
15 49 SMA 4 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390 Miskin
16 33 SD 5 Semi Permanen 750.000-900.000=825.000 9.900.000 5 10000 990 Tidak miskin
17 41 SD 7 Semi permanen 750.000-900.000=825.000 9.900.000 7 10000 990 Tidak Miskin
18 28 Tidak pernah sekolah 2 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 2 10000 390 Miskin
19 28 SD 3 Darurat 250.000-500.000=325.000 3.900.000 3 10000 390 Miskin
20 28 SMA 4 Semi permanen 250.000-500.000-325.000 3.900.000 4 10000 390 Miskin
21 34 SMP 2 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 2 10000 390 Miskin
22 32 SMP 3 Semi Permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 3 10000 390 Miskin
23 36 SMA 4 Darurat 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390 Miskin
24 22 Tidak tamat SD 3 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 3 10000 390 Miskin
25 51 SD 5 Darurat Darurat 750.000-900.000=825.000 9.900.000 5 10000 990 Tidak miskin
26 41 SMP 5 Semi permanen 250.000-500.000=325.000 3.900.000 5 10000 390 Miskin
27 27 SMA 3 Semi permanen 500.000-750.000=625.000 7.500.000 3 10000 750 Tidak Miskin
28 29 Tidak tamat SD 4 Darurat 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390 Miskin
SMP Semi permanen Miskin
29 39 4 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390
SD Semi permanen Tidak Miskin
30 42 6 750.000-900.000=825.000 9.900.000 6 10000 990
SD Semi permanen Tidak miskin
31 38 3 500.000-750.000=625.000 7.500.000 3 10000 750
SD Semi permanen Tidak miskin
32 35 4 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390
Tidak tamat SD Semi permanen Tidak Miskin
33 26 3 750.000-900.000=825.000 9.900.000 3 10000 990
Tidak tamat SD Semi permanen Miskin
34 37 4 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390
SD Darurat Tidak Miskin
35 29 2 500.000-750.000=625.000 7.500.000 2 10000 750
SD Semi permanen Miskin
36 27 5 250.000-500.000=325.000 3.900.000 5 10000 390
Tidak tamat SD Darurat Darurat Tidak Miskin
37 31 4 500.000-750.000=625.000 7.500.000 4 10000 750
SD Semi permanen Tidak miskin
38 35 6 750.000-900.000=825.000 9.900.000 6 10000 990
SD Semi permanen Miskin
39 26 4 250.000-500.000=325.000 3.900.000 4 10000 390
SD Semi permanen Miskin
40 34 3 250.000-500.000=325.000 3.900.000 3 10000 390
SD Darurat Miskin
41 35 2 250.000-000.000=325.000 3.900.000 2 10000 390
Tidak tamat SD Semi permanen Miskin
42 28 3 250.000-500.000=325.000 3.900.000 3 10000 390
SD Semi permanen Miskin
43 30 2 250.000-500.000=325.000 3.900.000 2 10000 390
SD Tidak Miskin
44 33 3 750.000-900.000=825.000 9.900.000 3 10000 990
Miskin
45 31 2 250.000-500.000=325.000 3.900.000 2 10000 390

You might also like