Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Keterangan:

Biru : terjemahan sementara


Stabilo kuning : perlu dicek kembali kesetaraan grammar subjek-predikat atau kesesuaian kalimat
atau synonym atau belum yakin ama pilihan kata/kalimat
Merah : opsi kata lain/ atau kemungkinan salahnya besar

THE EFFECT OF OMEGA 3 SUPLEMENTATION ON CONTRAST SENSITIVITY


RATION IN TUBERCOLOSIS PATIENTS TREATED WITH ETHAMBUTOL

Antonia Kartika Indriati, Bambang Setiohadji,


Rusti Hanindya Sari, Christian William
Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Faculty of Medicine, Padjadjaran University
National Eye Center, Cicendo Eye Hospital
Abstract
Introduction
Tuberculosis (TBC) is one of contagious infectious diseases with high mortality. Ethambutol is one of
the first line of bacterial tuberculosis drugs that are bacteriostatic. Ethambutol itself has side effects
on the eye in the form of ethambutol toxic optic neuropathy. This toxicity occurs through interference
with mitochondrial oxidative phosphorylation resulting in metabolic disorders and accumulation of
reactive oxygen species (ROS) in retinal ganglion cells. The examination of contrast sensitivity in
patients with ethambutol treatment may help to detect subclinical toxic optic neuropathy. Provision of
omega 3 supplementation is expected to increase oxidative phosphorylation in order to prevent ROS
accumulation. This study aims to determine the contrast sensitivity ratio between new tuberculosis
patients who get ethambutol with and without omega-3 supplementation.
Methods
This research was an experimental research with randomized clinical trial using randomized double
blind controlled trial. The subjects were patients diagnosed with tuberculosis who received
ethambutol therapy. The subjects were divided into groups I (ethambutol + omega-3) and group II
(ethambutol + placebo). The contrast sensitivity was assessed before and after 2 months of
ethambutol using Mars Numeral Contrast Sensitivity Chart.
Result
Data analysis using Fisher's exact test showed that contrast sensitivity ratio after treatment in
ethambutol treatment group with omega-3 was significantly different when compared with treatment
without supplementation group on right eye (p = 0,024), left eye (p = 0,024), or both eyes (p =
0,023).
Conclusion
There was a statistically significant decrease in contrast sensitivity in tuberculosis patients receiving
ethambutol without omega-3 supplementation compared with patients receiving ethambutol and
omega 3 supplementation.
Keywords
Tuberculosis, ethambutol, Ethambutol Toxic Optic Neuropathy, contrast sensitivity, Mars Numeral
Contrast Sensitivity Chart, omega-3.
INTRODUCTION
Tuberculosis is a communicable disease caused by bacteria called Mycobacterium
tuberculosis, that infects multiple organs, especially the lungs. Incomplete or incorrect treatment of
Tuberculosis will leads to complications and even a death. In 2015, Tuberculosis is one of the top ten
causes of death worldwide. The incidence of this disease in Indonesia in 2015 was 395/100.000
people per year. 1,2
Currently, the advised first line of Tuberculosis treatment is a combination of isoniazid,
rifampin, ethambutol, and pyrazinamide for 2 to 6 months of continuous treatment. Ethambutol is
anti-tuberculosis drug (ATD) that has a bacteriostatic effect, very specific towards Mycobacterium sp.
Ethambutol Toxic Optic Neuropathy is an ocular complication which leads to permanent vision loss.
Several studies about Ethambutol toxic optic neuropathy in some countries have shown that it
is a dosage related and its incidence rate of 1% and dosage related. 3,4,5

Clinical manifestation of Ethambutol toxic optic neuropathy can be a progressively


decreased bilateral vision without pain. Central scotoma is the common visual fields
disturbance, but peripheral visual fields, altitudinal, and bi-temporal also have been reported.
Color vision problem (dyschromatopsia) and color contrast (korelasinya sama tes kontras
untuk diagnosa toxic optic neuropathy) (atau contrast vision ? hrs dicek di medical term)
problem are a frequent early symptoms of ethambutol toxicity. The risk of having Ethambutol
toxic optic neuropathy can be higher with the given dosage of 25 mg/kg/day or higher.
However, the decrease of vision might occur with low dosage of ethambutol (coba cek
jurnalnya di reference terkait kalimat yang benernya). 6,7

Ayaz et.al reported that in 100 patients who were treated with ethambutol 15-30 mg/kg
showed a decreased of contrast sensitivity ratio 23,23% after 2 months of therapy (cek lg di kalimat
jurnalnya). Kandel et al studied the effect of ethambutol for 2 months with 15-20mg/kg /day dosage
in 44 patients with Tuberculosis without vision problems showed a significant reduction of contrast
sensitivity in two eyes using a Pelli-Robson constrast sensitivity chart. Doughery et.al reported that
Mars Numeral Contrast Sensitivity Test is a similar method with Pelli – Robson Contrast Sensitivity
Test. Mars Test can be an alternative to Pelli-Robson Test due to its advantages, for instance: the
smaller size of instrument and much convinient to use (kayanya gak ada the easier of use). Haymes
et.al also reported that the reliability of Mars Test was similar or even better than Pelli-Robson Test.
8,9

Ethambutol toxic optic neuropathy treatment is done by stopping the provision of ethambutol
immediately when sign and symptoms occur. Termination of ethambutol could stop the progress of
visual acuity decrease, color vision (belum yakin terminologiya benar), and contrast sensitivity.
Nutrition has important role in maintaining mitochondrial function. Nutritional component that having
an important contribution in managing mitochondrial-related diseases are coenzyme Q10 and Omega
3. 13,14

Omega 3 has higher value than coenzyme Q10. Human body cannot synthesize Omega 3,
therefore it must be obtained from dietary sources. There are four mechanism of actions (atau
mechanisms of action) of Omega 3 in cells and tissues to enhance their physiological properties, yaitu
dengan(harus liat kalimat di jurnal reference) influences the metabolite and hormonal concentration to
increase tissues reaction, have an effect on reactive oxygen species, directly affects intracellular fatty
acid receptors, and exert an effect on cell membrane phospholipids composition. Supplementation of
Omega 3 is expected to decrease oxidative stress and to increase a cellular energy production
(pembentukan energi sel). 15,16,17
Baca referensi ini di web buat kalimat yang property omega tiga.
https://www.researchgate.net/publication/308190524_Omega-
3_Fatty_Acids_and_Mitochondrial_Functions

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan sensitivitas kontras antara penderita
tuberkulosis baru yang diberi etambutol dan omega-3 dengan penderita yang hanya mendapatkan
etambutol.

This study aims to determine the contrast sensitivity ratio between new tuberculosis patients who get
ethambutol with and without omega-3 supplementation.
SUBJEK DAN METODA
Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif data tidak berpasangan, dengan
rancangan uji klinik randomized clinical trial (RCT) dengan menggunakan randomized double blind
controlled trial. Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan cara consecutive sampling. Subjek
penelitian adalah pasien baru yang didiagnosis tuberkulosis (TBC) yang datang ke Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) kota Bandung dan RS Dustira Bandung serta direncanakan
mendapatkan terapi antituberkulosis etambutol pada bulan Oktober – Desember 2017..

Ukuran sampel yang digunakan adalah 52 orang dengan pengelompokan menjadi 2


kelompok. Tiap kelompok perlakuan terdiri dari 26 orang dan alokasi subjek ke dalam kelompok
perlakuan dilakukan secara acak blok permutasi. Sensitivitas kontras dinilai pada saat pasien pertama
kali datang sebelum mendapat pengobatan etambutol dan setelah 2 bulan pengobatan. Kelompok I
adalah pasien yang mendapat etambutol dan omega 3 selama 60 hari, sedangkan kelompok II adalah
pasien yang mendapat etambutol dan plasebo selama 60 hari

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang di diagnosis tuberkulosis yang baru
pertama kali mendapatkan terapi etambutol, visus dengan koreksi terbaik minimal 0,3, memiliki
fungsi ginjal yang baik, usia 20-65 tahun. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah terdapat
gangguan sensitivitas kontras pada pemeriksaan awal dengan menggunakan The Mars Numbers
Contrast Sensitivity Chart, sedang mengkonsumsi obat/zat lain yang dapat menyebabkan neuropati
optik seperti kloramfenikol, methanol, streptomisin, amiodaron, linezolid, klorokuin, dapson. Kriteria
eksklusi lain diantaranya adalah terdapat kelainan mata yang dapat menyebabkan gangguan
sensitivitas kontras seperti kekeruhan media refraksi, glaukoma, retinopati diabetik, age related
macular degeneration dan sedang mengkonsumsi suplemen lain yang memiliki efek serupa dengan
omega 3. Variabel dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin, dosis omega 3/kgBB, dosis
etambutol/kgBB, perbandingan perubahan sensitivitas kontras sebelum dan sesudah mendapatkan
perlakuan.

Definisi operasional pada penelitian ini untuk toksik optik neuropati etambutol adalah optik
neuropati yang disebabkan efek penggunaan etambutol, sedangkan definisi pengobatan tuberkulosis
kategori I adalah pengobatan yang diberikan kepada pasien baru TBC paru dengan bakteri tahan asam
(BTA) positif, atau pasien TBC paru dengan BTA negatif foto toraks positif, dan pasien TBC ekstra
paru. Regimen terapi yang diberikan adalah pada fase intensif ( 2 bulan pertama) diberikan isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol, dilanjutkan dengan pemberian isoniazid dan rifampisin
selama 4 bulan. Etambutol didefinisikan sebagai zat aktif etambutol hidroklorida sebanyak 275 mg
yang terkandung dalam sediaan tablet dalam bentuk fixed-drug combination (FDC), yaitu jumlah
tablet OAT yang diminum berdasarkan berat badan pasien, dosis etambutol berkisar antara 15-22
mg/kg berat badan. Definisi operasional omega-3 adalah sediaan tablet omega-3 dosis 2000 mg/hari,
sedangkan plasebo adalah sediaan tablet yang dibuat serupa dengan suplemen omega-3 berisi
lactosum.
Definisi operasional penelitian ini untuk penurunan sensitivitas kontras adalah penurunan
kemampuan subjek penelitian untuk membaca Mars Numeral Contrast Sensitivity Chart sebanyak 1
angka atau lebih senilai 0,04 log unit setelah pemberian etambutol selama 2 bulan dibandingkan
dengan sebelum pemberian etambutol. Definisi ketidakpatuhan minum obat adalah pasien tidak
minum omega-3 selama 3 hari berturut-turut.
Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan perangkat lunak Statistical Product and
Service Solution (SPSS) version 24 for MAC. Untuk membandingkan sensitivitas kontras pada kedua
kelompok penelitian digunakan uji Chi-kuadrat atau jika tidak memenuhi syarat digunakan uji Exact
Fisher untuk tabel 2 x 2 dan Kolmogorov Smirnov untuk tabel selain 2 x 2. Kemaknaan hasil uji
statistik ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05. Perbandingan antara sensitivitas kontras pada pasien
etambutol dan omega-3 dengan tanpa omega-3 dihitung secara statistik dengan menggunakan uji
Wilcoxon.
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian terhadap pasien tuberkulosis baru yang mendapat etambutol
sebanyak 58 orang. Subyek adalah pasien baru yang datang dari Oktober – Desember 2017, sesuai
dengan kriteria penelitian. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik
Penelitian Kedokteran dan Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran pada bulan Juli 2017.
Pada awal penelitian dilakukan pemeriksaan oftalmologi umum, penilaian sensitivitas kontras
dengan menggunakan Mars Numeral Contrast Sensitivity Chart, kemudian dilakukan kembali
pemeriksaan serupa pada saat kontrol 2 bulan kemudian. Sebanyak 7 (12,1%) pasien tidak datang
untuk kontrol. Lima puluh satu (87,9%) pasien datang kontrol pada Desember 2017 dan dilakukan
analisis statistik.
Karakteristik klinis pasien dapat dilihat pada tabel 1, didapatkan hasil rata – rata usia pada
kelompok I adalah 33±11,9 tahun, dan pada kelompok II adalah 39,4±12,6 tahun. Tidak terdapat
perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok perlakuan dari segi usia (p=0,075).
Variabel dosis omega 3 per kilogram berat badan didapatkan rata-rata sebesar 40 mg/kg berat badan
dengan simpang baku 7,4. Median dosis etambutol pada kelompok 1 adalah 17,6 mg/kg berat badan
dengan rentang 14,5-21,7 mg/kg berat badan sedangkan pada kelompok 2 adalah 17,3 mg/kg berat
badan dengan rentang 14,5-21,7 mg/kg berat badan. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara
statistik antara kedua kelompok perlakuan (p=0,58).

Tabel 1 Karakteristik Subyek Penelitian

Kelompok
Omega 3 Plasebo
Karakteristik Nilai p*
(Kelompok 1) (Kelompok 2)
n=26 n=25

Usia 0,075
Mean (standar deviasi) 33,0 (11,9) 39,4 (12,6)

Jenis Kelamin 0,781


Laki-laki 13 (50%) 14 (56%)
Perempuan 13 (50%) 11 (44%)

Dosis Omega 3 / kg BB (mg)


Mean (standar deviasi) 40, (7,4) -

Dosis etambutol/ kg BB (mg) 0,58


Median 17,6 17,3
Rentang 14,5-21,7 14,5-21,7
Keterangan: * usia diuji dengan uji Mann-Whitney, jenis kelamin dengan uji chi kuadrat dan dosis etambutol diuji dengan
uji T. Bermakna bila nilai p< 0,05.

Perbandingan perubahan sensitivitas kontras pada kelompok pasien tuberkulosis yang


mendapatkan pengobatan etambutol dengan suplementasi omega-3 dan yang diberikan plasebo dapat
dilihat pada tabel 2.
Sensitivitas kontras pada kelompok I (etambutol+omega-3) didapatkan hasil konstan baik
pada pemeriksaan mata kanan, mata kiri, maupun kedua mata (p=1,0). Sensitivitas kontras pada
kelompok II (etambutol+plasebo) mengalami penurunan bermakna secara statistik pada mata kanan
(p=0,036) dan mata kiri (p=0,047), sedangkan pada pemeriksaan kedua mata didapatkan hasil konstan
(p=0,121).
Tabel 2. Perbandingan Perubahan Fungsi Sensitivitas Kontras

Sensitivitas Kontras Kelompok Nilai p*


Omega 3 Plasebo
(n=26) (n=25)

1. Mata kanan
a. Sebelum
Mean(SD) 1,74(0,018) 1,73(0,041) 0,490

b. Sesudah
Mean(SD) 1,74(0,021) 1,70(0,103) 0,024

Perbandingan
sebelum dan sesudah p=1,0** p=0,036
perlakuan
2. Mata Kiri
a. Sebelum
Mean(SD) 1,74(0,018) 1,73(0,041) 0,490

b. Sesudah
Mean(SD) 1,74(0,021) 1,69(0,176) 0,024

Perbandingan
sebelum dan sesudah p=1,0** p=0,047
perlakuan
3. Bilateral
a. Sebelum
Mean(SD) 1,76(0,013) 1,74(0,034) 0,490

b. Sesudah
Mean(SD) 1,76(0,013) 1,71(0,097) 0,023

Perbandingan
sebelum dan sesudah p=1,0** p=0,121
perlakuan

Keterangan:*Berdasarkan uji eksak Fisher, ** berdasarkan uji Wilcoxon; bermakna bila nilai p< 0,05, SD= Standar
deviasi

Karakteristik pasien dengan gangguan sensitivitas kontras dapat dilihat pada tabel 3. Terdapat
8 (15,6%) pasien yang mengalami gangguan sensitivitas kontras dari total 51 pasien yang mengikuti
penelitian. Distribusi jenis kelamin pasien yang mengalami gangguan sensitivitas kontras berimbang
antara perempuan (50%) dan laki-laki (50%). Pola gangguan sensitivitas kontras yang paling sering
terjadi adalah gangguan sensitivitas kontras ringan baik pada mata kanan, mata kiri, maupun kedua
mata. Dosis etambutol pasien dengan gangguan sensitivitas kontras didapatkan median 16,35 dengan
rentang 15,9-19,2 mg/kg berat badan.
Tabel 3. Karakteristik Pasien Penelitian Dengan Gangguan Sensitivitas Kontras

No Jenis Pre Post Dosis etambutol/kg


Kelamin Usia Perlakuan OD OS ODS OD OS ODS BB

5 P 65 Plasebo N N N GS GB GS 15,9
21 L 51 Plasebo N N N GR GR GR 12,3
29 L 59 Plasebo N N N GR GR N 19,2
45 P 49 Omega-3 N N N GR GR N 14,5
48 L 54 Plasebo N N N GR GR GR 14,7
50 P 44 Plasebo N N N GR GR N 16,8
56 P 43 Plasebo N N N GR GR GR 19,2
58 L 45 Plasebo N N N GR GR GR 18,8
Keterangan: P= Perempuan, L= laki-laki, BB= berat badan, GR= gangguan sensitivitas ringan, GS= gangguan sensitivitas
sedang, GB= gangguan sensitivitas berat.

DISKUSI

Etambutol hingga saat ini merupakan salah satu regimen yang digunakan untuk terapi
penyakit tuberkulosis. Mekanisme kerja etambutol sebagai obat tuberkulostatik adalah menghambat
enzim arabinosil transferase, polisakarida utama dari dinding sel mycobacterium. Efek samping yang
ditimbulkan etambutol adalah toksik neuropati optik etambutol. Tanda awal toksisitasnya adalah
gangguan sensitivitas kontras dan penglihatan warna. Gangguan ini merupakan salah satu gejala yang
pertama kali muncul pada kasus toksisitas etambutol dan sering kali tidak disadari pasien. Gangguan
sensitivas kontras sering muncul sebelum terjadinya penurunan tajam penglihatan, oleh karena itu
pemeriksaan sensitivitas kontras pada pasien yang mendapatkan etambutol dapat membantu untuk
mendeteksi toksik neuropati optik etambutol subklinis 4,5,17,18
Etambutol bersifat chelating agent, yang secara khusus mengikat ion tembaga dari sitokrom-
C-oksidase pada akson saraf optik. Tanpa jumlah ion tembaga yang memadai, sitokrom-C-oksidase
tidak mampu menghantarkan elektron yang cukup untuk terjadinya produksi adenosine tri phosphate
(ATP) yang adekuat. Siklus yang berkelanjutan ini mengakibatkan terjadinya kekurangan energi yang
disertai penebalan akson. Setelah terjadi penebalan akson, terjadi nekrosis papilomacular bundle
(PMB), yang diikuti perubahan diskus optikus. Insufisiensi mitokondria mengakibatkan terjadinya
akumulasi reactive oxygen species (ROS), apoptosis, dan kehilangan neuron. 4,5,7,11
Omega-3 polyunsaturated fatty acids (PUFAs), terutama eicosapentaenoic acid (EPA) dan
docosahexaenoic acid (DHA) memiliki efek positif pada fungsi mitokondria. Maka dari itu, kondisi
patologis yang berhubungan dengan disfungsi mitokondria sering dikaitkan dengan defisiensi EPA
dan DHA. Proteksi struktur mitokondria dari kerusakan oksidatif oleh ROS adalah penting untuk
menjaga produksi ATP dan mencegah kematian sel oleh apoptosis. Mitochondrial permeability
transition (MPT) merupakan hasil bukaan dari mitochondrial permeability transition pores (MPTP)
yang mempunyai fungsi menghasilkan sinyal Ca 2+ dan sebagai pendukung kematian sel selama Ca 2+
dependent apoptosis. MPTP dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul yang rendah yang dapat
merangsang MPT untuk memproduksi ROS, pembengkakkan mitokondria, dan kematian sel. PUFAs
berperan dalam homeostasis Ca 2+ mitokondria. Stanley dkk melaporkan bahwa suplementasi PUFAs
terutama DHA meningkatkan komposisi asam lemak fosfolipid di mitokondria dan menghambat
pembentukan Ca2+ oleh MPT. 19.20.21.22
Insidensi toksik neuropati optik etambutol sering dihubungkan dengan dosis harian terapi dan
durasi penggunaan etambutol. Gangguan penglihatan akibat toksisitas etambutol ini dapat menghilang
setelah obat dihentikan, walaupun demikian kelainan ini dapat juga permanen. 5,23,24 Pada penelitian ini
dosis etambutol pada kelompok I (etambutol + omega-3) median sebesar 17,6 mg/Kg berat badan
dengan rentang 14,5-21,7 mg/kg berat badan, sedangkan pada kelompok II (etambutol + plasebo)
didapatkan nilai median 16,9 mg/kg berat badan dengan rentang 14,5-21,7 mg/kg berat badan.
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 8 (15,6 %) dari 51 pasien dengan dosis 15,9-19,2
mg/kg berat badan yang mengalami penurunan sensitivitas kontras. Nilai sensitivitas kontras subjek
pada kelompok I adalah konstan baik pada pemeriksaan mata kanan, mata kiri, dan kedua mata
(p=1,0), sedangkan nilai sensitivitas kontras subjek pada kelompok II mengalami penurunan yang
bermakna secara statistik pada mata kanan (p=0,036) dan mata kiri (p=0,047), sedangkan pada
pemeriksaan kedua mata didapatkan hasil konstan (p=0,121). Pada kelompok I didapatkan pada
pemeriksaan mata kanan, sensitivitas kontras menurun pada 1 subjek dan menetap pada 25 subjek.
Pemeriksaan mata kiri didapatkan sensitivitas kontras menurun pada 1 subjek dan menetap pada 25
subjek, sementara pada pemeriksaan kedua mata didapatkan sensitivitas kontras menetap pada 26
subjek. Pada kelompok II didapatkan pada pemeriksaan mata kanan, sensitivitas kontras menurun
pada 7 subjek dan menetap pada 18 subjek. Pemeriksaan mata kiri didapatkan sensitivitas kontras
menurun pada 7 subjek dan menetap pada 18 subjek, sementara pada pemeriksaan kedua mata
didapatkan sensitivitas kontras menurun pada 5 subjek dan menetap pada 20 subjek.

Kandel dkk melaporkan pada penelitiannya bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara
statistik (P<0.005) antara sensitivitas kontras sebelum dan sesudah terapi etambutol selama 2 bulan.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Ayaz Bhat dkk, didapatkan hasil bahwa terdapat
23,23 % pasien yang mengalami penurunan sensitivitas kontras setelah menjalani terapi etambutol
selama 2 bulan dengan dosis 15-30 mg/ kg berat badan / hari. Salmon JF dkk melakukan penelitian
tentang pengukuran sensitivitas kontras untuk mendeteksi kondisi toksik neuropati optik etambutol
subklinis, didapatkan hasil bahwa terdapat 38,2 % pasien dengan sensitivitas kontras yang abnormal
setelah menjalani terapi etambutol selama 3 bulan dan 36,7 % setelah 6 bulan terapi etambutol dengan
dosis 25 mg/kg berat badan/hari. 6,24,25,26

Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui manfaat dari
suplementasi omega-3 pada bidang kesehatan mata. Tassos dkk meneliti efek pemberian EPA dan
DHA sebesar 5-8 mg pada pasien non arteritic anterior ischemic optik neuropathy (NAION).
Dilaporkan bahwa terdapat peningkatan tajam penglihatan yang bermakna pada pasien dengan
EPA/DHA bila dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan terapi steroid pada saat waktu
kunjungan 6 minggu dan 3 bulan. Pada tahun 2009, National Eye Institute (NEI) melakukan
penelitian lewat Age-Related Eye Disease Sudy (AREDS) dan didapatkan hasil bahwa peserta dengan
kadar omega-3 yang tinggi memiliki potensi 30% lebih rendah untuk mengalami degenerasi makula
dalam waktu 12 bulan. AREDS2 juga melakukan penelitian dengan pemberian suplemen omega-3
sebesar 1000 mg (350 mg DHA dan 650 mg EPA). 13,14,27
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampelnya yang kurang banyak. Hal ini dapat
dilihat dari interval kepercayaan 95% yang lebar. Pasien yang tidak kontrol (lost to follow up) pada
penelitian ini sebanyak 7 pasien (12,07%) dari total 58 pasien. Keterbatasan lainnya adalah pada
penelitian ini pengambilan sampel yang dilakukan di rumah sakit sehingga tidak menggambarkan
populasi yang sesungguhnya.

SIMPULAN

Terdapat perubahan berupa penurunan sensitivitas kontras pada penderita tuberkulosis baru
yang diberi etambutol tanpa omega 3 dibandingkan dengan penderita yang mendapatkan suplementasi
omega 3 yang bermakna secara statistik.
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari angka kejadian gangguan
sensitivitas kontras pada pasien tuberkulosis yang diberikan etambutol dalam jangka waktu yang lebih
dari 2 bulan dan menilai pula manfaat jangka panjang pemberian omega 3. Penelitian lanjutan
sebaiknya dengan jumlah sampel yang lebih besar di fasilitas kesehatan tingkat I.

CONCLUSION

There are changes in reduction of contrast sensitivity ratio in tuberculosis patients receiving
Ethambutol without Omega 3 supplementation compared to that of with Omega 3 supplementation
(that was statistically significant) atau that is

Future studies are needed to determine angka kejadian gangguan sensitivitas kontras (contrast
sensitivity disturbance) in tuberculosis patients receiving ethambutol for longer than 2 months’
duration of treatment and to determine the long term benefit of Omega 3supplementation. Future
studies should be done on larger sample at first level healthcare facilities.

DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
1. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2016 (dokumen internet).
Switzerland; 2016 (diunduh tanggal 10 Februari 2017). Tersedia dari : http://www.who.int/en/

World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2016 (internet document).


Switzerland; 2016 (downloaded at 10 February 2017). Available from :
http://www.who.int/en/

2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Tuberkulosis: Temukan, Obati Sampai
Sembuh. INFODATIN. Jakarta ; 2016.
3. American Thoracic Society, CDC, and Infectious Diseases Society of America. Treatment of
Tuberculosis (dokumen internet). USA; 2003 (diunduh tanggal 10 februari 2017). Tersedia
dari : http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5211a1.htm.
4. Chan RYC, Kwok AKH. Ocular Toxicity of Ethambutol. Hong Kong Med J. 2006; 12:56-60.
5. Andrzej Grzybowski, Magdalena Zulsdorff, Helmut Wilhelm, Felix Tonagel. Toxic optic
neuropathies: an updates review. Acta Ophthalmologica. 2015; 93: 402-10.
6. Bhat MA, Mahrukh, Ashraf A. Role of contrast sensitivity and optical coherence tomography
(OCT) in early detection of ethambutol induced toxic optic neuropathy a hospital based
prospective study. J Evid Based Med Healthc. 2017; 4(15): 897-900.
7. Reyes CNG, Daquioag JM, Arroyo MH, Cheng SY, Guballa HG, Kho RC. Changes in the
retinal-nerve-fiber layer due to ethambutol toxic optic neuropathy. Philipp J Ophthalmol.
2009; 34(1): 23-7.
8. Haymes SA, Roberts KF, Cruess AF, Nicoles MT, LeBlanc RP, Ramsey MS, et al. The Letter
Contrast Sensitivity Test : Clinical Evaluation of a New Design. Invest Ophthalmol Vis Sci.
2006; 47: 2739-45.
9. Dougherty BE, Bullimore MA. An Evaluation of the Mars Letter Contrast Sensitivity Test.
Optometry and Vision Science. 2005; 82 (11): 970-5.
10. Al-Gubory KH. Mitochondria: Omega-3 in the route of mitochondrial reactive oxygen
species. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology. 2012; 44: 1569-73.
11. Wang MY, Sadun AA. Drug-Related Mitochondrial Optic Neuropathies. J Neuro-
Ophthalmology. 2013;33(2):172–8.
12. Calder PC. Mechanism of action of (n-3) fatty acids. J Nutr. 2012; 142: 592-9.
13. Ophthalmology Times Europe. Non-arteritic anterior ischaemic optic neuropathy (dokumen
internet). Cyprus; 2014 (diunduh tanggal 02 Maret 2017). Tersedia dari :
http://www.oteurope.com/ .
14. Ben Othman KR, Cercy C, Amri M, Doly M, Ranchon-Cole I. Dietary supplement enriched
in antioxidants and omega-3 protects from progressive light-induced retinal degeneration.
Plos One. 2015; 10(6): 1-20.
15. Sarkar S, Ganguly A, Sunwoo H. Current overview of anti-tuberculosis drugs: metabolism
and toxicities. Mycobact Dis. 2016; 6(2).
16. Aronson JK. Meyler’s Side Effects of Drugs 16th edition. Philadelphia; Elsevier Inc: 2016. hlm
172-6.
17. Huang SP, Chien JY, Tsai RK. Ethambutol induces impaired autophagic flux and apoptosis
in the rat retina. Disease Models & Mechanisms. 2015; 8: 977-87.
18. Kinoshita J, Iwata N, Maejima T, Kimotsuki, Yasuda M. Retinal function and morphology in
monkeys with ethambutol-induced optic neuropathy. Investigate Ophthalmology & Visual
Science. 2012; 53(11): 7052-62.
19. Katyare SS, Mali AV. Omega-3 fatty acids and mitochondrial functions. Omega-3 fatty acids.
2016; 17: 229-33.
20. Eckert GP, Lipka U, Muller WE. Omega-3 fatty acids in neurodegenerative disease: Focus
on mitochondria. Prostaglandins, Leukotrienes, and Essential Fatty Acids. 2013; 88: 105-14.
21. English JA, Harauma A, Focking M, Wynne K, Scaife C, Cagney G, et al. Omega-3 fatty
acid deficiency disrupt endocytosis, neuritogenesis, and mitochondrial protein pathways in
the mouse hippocampus. Omega-3 fatty acid deficiency in the hippocampus . 2013; 4(208): 1-
8.
22. Bretillon L, Simon E, Acar N, Berdeaux O, Bron A, Creuzot-Garcher C. Needs in omega-3
and ocular pathologies. OCL. 2011; 18(5): 279-83.
23. Estlin KAT, Sadun AA. Risk factors for ethambutol optic toxicity. Int Ophthalmol. 2010; 30:
63-72.
24. Ezer N, Benedetti A, Darvish-Zargar M, Menzies D. Incidence of ethambutol-related visual
impairment during treatment of active tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis. 2013; 17(4): 447-
55.
25. Salmon JF, Carmichael TR, Welsh NH. Use of contrast sensitivity measurement in the
detection of subclinical ethambutol toxic optic neuropathy. British Journal of Ophthalmology.
1987;71: 192-6.
26. Kandel Himal, Adhikari Prakash, Shrestha GS, Ruokonen EL, Shah DN. Visual Function in
Patients on Ethambutol Therapy for Tuberculosis. Journal of Ocular Pharmacology and
Therapeutics. 2011; 00: 1-5.
27. Heiting G. Eye benefits of omega-3 fatty acids (dokumen internet). USA: 2017 ( diunduh
tanggal 10 Maret 2017). Tersedia dari :
http://www.allaboutvision.com/nutrition/fatty_acid_1.htm

You might also like