Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.

1, Juli 2019: 17-30


ISSN: 1410-8291 | e-ISSN: 2460-0172 | http://bppkibandung.id/index.php/jpk

MODEL KOMUNIKASI BENCANA “TABLE TOP EXERCISE” DALAM


PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Puji Lestari1, Eko Teguh Paripurno2, Arif Rianto Budi Nugroho3


1
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2,3
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi dan Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condong Catur, Yogyakarta, 55583, Indonesia
No. Telp./Hp: (0274) 486733
E-mail: 1puji.lestari@upnyk.ac.id, 2paripurno@gmail.com, 3arif.rianto@gmail.com

Naskah diterima tanggal 6 November 2018, direvisi tanggal 22 Januari 2019, disetujui tanggal 1 Maret 2019

TABLE TOP EXERCISE DISASTER COMMUNICATION MODEL IN


REDUCING DISASTER RISK

Abstract. Mount Sinabung in Karo Regency of North Sumatera is still active. Training required
for government and residents readiness of surrounding mountain to reduce disaster risk through
the training of contingency plan model implementation. This study aims to find a model of
communication disaster readiness through the Table Top Exercise or TTX. This research uses
the descriptive qualitative method and data collection with interview, documentation,
observation, and focus group discussion (FGD). FGD participants divided into eight sectoral
planning small groups, that divided according to their respective fields: a subdivision of disaster
and post-disaster management, SAR and evacuation, health and psychosocial, evacuation and
temporary shelter, water and sanitation, transportation, distribution and logistics, security and
order, searching, and subdivision of special cattle. The results of the study found that the
implementation of disaster readiness communication model of Mount Sinabung eruption is
optimal. This communication is what needs to be improved when the eruption occurs. The
results of the study contributed as a policy for improvement for Contingency Planning Document
as the Regulation of Head of Karo Regency that will be implemented at the end of 2018.
Keywords: model of communication, communication disaster, table top exercise, volcano
eruption, Sinabung.

Abstrak. Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara masih aktif, sehingga
diperlukan pelatihan untuk kesiapan pemerintah dan warga di sekitar gunung guna mengurangi
risiko bencana melalui pelatihan penerapan model rencana kontinjensi. Penelitian ini bertujuan
untuk menemukan model komunikasi kesiapsiagaan bencana melalui pelatihan gladi meja atau
disebut table top exercise (TTX). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi, observasi, dan focus group discussion
(FGD). Peserta FGD dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil perencanaan sektoral, yang
dibagi menurut bidang masing-masing yaitu: sub bidang manajemen dan penanganan bencana
pascabencana, SAR dan evakuasi, kesehatan dan psikososial, evakuasi dan tempat tinggal
sementara, air dan sanitasi, transportasi, distribusi dan logistik, keamanan dan ketertiban,
pencarian, dan sub bidang ternak khusus. Hasil penelitian menemukan model komunikasi
kesiapsiagaan bencana erupsi Gunung Sinabung melalui gladi meja dinilai optimal. Komunikasi
inilah yang perlu ditingkatkan saat terjadi erupsi. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi
berupa kebijakan untuk penyempurnaan Dokumen Rencana Kontinjensi sebagai Peraturan
Bupati Karo.
Kata kunci: model komunikasi, komunikasi bencana, table top exercise, erupsi gunung berapi,
Sinabung.

DOI: 10.20422/jpk.v22i1.587
17
Model Komunikasi Bencana “Table Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Puji Lestari, Eko Teguh Paripurno, Arif Rianto Budi Nugroho

PENDAHULUAN umum, tidak dapat dibayangkan bagaimana


situasi dan trauma yang dirasakan korban.
Dampak erupsi Gunung Sinabung Kebutuhan bantuan paling sederhana yaitu
masih dirasakan oleh masyarakat Karo, memberikan pengetahuan terkait
Sumatera Utara. Badan Penanggulangan penanggulangan bencana ideal seluas-
Bencana Daerah (BPBD) Karo mencatat ada luasnya.
lima Kecamatan telah terkena dampak erupsi Pelaksanaan mitigasi bencana dapat
Gunung Sinabung pada erupsi tanggal 19 dilakukan dengan menyiapkan Dokumen
Februari 2018 yaitu: Kecamatan Tiga Rencana Kontinjensi. Pengertian kontinjensi
Nderket, Payung, Munthe, Lau Balang, dan merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi,
Kecamatan Namanteran. Dari kelima namun belum tentu pasti terjadi. Perencanaan
kecamatan terdampak tersebut banyak kontinjensi adalah upaya untuk merencanakan
masyarakat yang merasakan dampak peristiwa yang kemungkinan terjadi, namun
pascabencana erupsi, seperti matinya seluruh peristiwa itu belum tentu terjadi.
sistem perekonomian yang bergantung pada Mengantisipasi berbagai unsur
pekerjaan utama warga daerah tersebut ketidakpastian, diperlukan perencanaan untuk
sebagai petani karena lahan pertanian banyak mengurangi dampak yang mungkin terjadi
yang tak bisa digarap lagi. Akhirnya banyak (Triutomo et al., 2011). Peraturan
keluarga yang mayoritas petani kehilangan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
pekerjaan mereka. Masyarakat dari lima Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
kecamatan tersebut juga harus mengungsi dan sebagai turunan dari Undang-Undang
meninggalkan lokasi bencana karena masih Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun 2007
rentan dan ditakutkan akan ada erupsi bahwa rencana kontinjensi (rekon) penting
susulan. Mau tidak mau masyarakat harus disusun agar memberikan arah dan panduan
menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi dalam operasi tanggap darurat pada saat
tersebut, serta berkomunikasi dengan situasi terjadi bencana. Menurut UU
baru di daerah pengungsian. Masyarakat juga Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun
dituntut untuk bersikap tegar dan mampu 2007, penyusunan rencana kontinjensi
bekerja sama dengan para relawan, petugas dilakukan untuk perbaikan sistem
kebencanaan, serta pengungsi lain maupun penanggulangan bencana di tingkatan
korban bencana erupsi Sinabung. Perlunya nasional, provinsi, kabupaten/kota bahkan di
implementasi komunikasi dalam menghadapi tingkat masyarakat sebagai upaya untuk
atau menanggulangi bencana seperti kasus percepatan perbaikan sistem penanggulangan
tersebut yang mendasari pentingnya mitigasi bencana. Prioritas peningkatan kelembagaan
bencana guna meningkatkan ketangguhan penanggulangan bencana di daerah rencana
masyarakat terhadap bencana, sesuai kontinjensi didukung oleh pemerintah melalui
sembilan prioritas pembangunan nasional DPR RI dan BNPB.
tahun 2015-2019. Dokumen Rencana Kontinjensi tersebut
Penelitian mengenai dampak erupsi bermanfaat sebagai acuan dalam pengurangan
sudah dilakukan oleh penulis sejak 2012. risiko bencana saat terjadi bencana.
Dampak erupsi Gunung Sinabung sangat Implementasi dokumen tersebut memerlukan
terasa bagi masyarakat yang tinggal di sekitar komunikasi untuk menyampaikan isi
kaki Gunung Sinabung terutama di daerah pesannya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi
yang memiliki radius kurang lebih 7 km dari pemahaman para pengambil keputusan di
puncak Gunung Sinabung. Penduduk juga tingkat Kabupaten Karo dan jajaran di
merasakan dampak negatif secara langsung, bawahnya. Inti dari model komunikasi
misalnya saat erupsi terjadi dan bencana menggunakan table top exercise
mengeluarkan awan panas, hal itu dapat (TTX) agar pesan dari seseorang (pimpinan)
menimbulkan korban jiwa. Di sisi lain atau sekelompok orang (masyarakat) kepada
masyarakat juga harus beradaptasi dan orang lain baik pribadi, kelompok, publik,
bertahan hidup dalam kondisi pasca erupsi atau secara massal berkaitan dengan situasi
(Wardyaningrum, 2016). Sebagai masyarakat
18
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.1, Juli 2019: 17-30

dan kondisi lingkungan, baik lingkungan mewujudkan ketangguhan komunitas


fisik, maupun sosial (Lestari et al., 2016). menghadapi bencana Gunung Sinabung.
TTX merupakan simulasi dalam ruang Table top exercise (TTX) atau gladi
yang dapat digunakan untuk menguji meja adalah penerapan model mitigasi
kesiapsiagaan berbagai elemen terkait bencana komunikasi untuk mengurangi risiko
penanggulangan bencana, melalui analisis bencana erupsi Sinabung. Tujuan dari ruang
reaksi dari peserta latihan melalui latihan gladi meja adalah memvalidasi pikiran
penyelesaian skenario bencana tertentu. TTX atau ide, dari prosedur, rencana kontinjensi,
dilakukan dalam sebuah ruangan pleno rencana operasi, perjanjian kerjasama dalam,
maupun kelas (Sandstrom et al., 2014). dan lainnya; tetapi juga bertujuan untuk
Sandstrom et al. (2014) menambahkan TTX memecahkan masalah dalam menjalankan
merupakan konsep sederhana dan sistematis perencanaan dan prosedur untuk
dimana peserta didik dapat berlatih sesuai menghasilkan umpan balik untuk evaluasi
dengan perannya masing-masing dengan dan revisi rencana kontinjensi. Gladi meja
memberikan pandangan atau visi terjadinya (TTX) adalah suatu latihan dalam bentuk
keadaan bencana yang sesungguhnya. diskusi pada level pengambil keputusan dari
BPBD sebagai lembaga tiap-tiap instansi yang berfungsi membahas
penanggulangan bencana daerah kasus atau permasalahan dalam operasi
memperbarui data Dokumen Rencana penanganan bencana berdasarkan skenario
Kontinjensi erupsi Gunung Sinabung. latihan guna meningkatkan pemahaman
Pembaruan dilakukan dengan uji coba atau tentang SOP, buku petunjuk, serta tugas dan
simulasi TTX dan melakukan latihan ruang tanggung jawab masing-masing.
dalam bentuk diskusi yang diikuti jajaran Sasaran peserta pelatihan harus
pengambil keputusan dari setiap institusi. memiliki kemampuan teknis sesuai dengan
Diskusi dilakukan dengan membahas suatu bidang masing-masing yang bersinergi
kasus atau masalah yang telah terjadi dalam dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah
operasi manajemen bencana berdasarkan (SKPD) lainnya pada skenario tertentu.
latihan skenario untuk meningkatkan Selain itu, dapat menguji rencana kontinjensi
pemahaman tentang SOP, buku petunjuk, dan atau System Operating Procedure (SOP),
tugas dan tanggung jawab satu sama lain serta dapat menguji peralatan baru sebelum
(Putra, 2018). digunakan. Pada penelitian ini, sasaran
Berdasarkan penelitian Lestari et al. pelatihan adalah untuk menguji Dokumen
(2016), manajemen komunikasi Rencana Kontinjensi erupsi Gunung
bencana erupsi Gunung Sinabung kurang Sinabung.
tertata dengan baik. Masih dibutuhkan Dampak positif dilaksanakannya TTX
pengelolaan yang baik, antara lain melalui yaitu: (1) efektif dan efisien dalam hal waktu,
Rencana Kontinjensi (RK) untuk mengurangi dana dan sumber daya; (2) metode efektif
risiko bencana Gunung Sinabung. untuk menguji rencana, kebijakan dan
Komunikasi bencana untuk Pengurangan prosedur; dan (3) sebagai sarana mempererat
Risiko Bencana Berbasis kerjasama dan koodinasi antara agensi.
Komunitas (PRBBK) melalui RK merupakan Sedangkan dampak negatifnya antara lain: (1)
praktik mitigasi yang dilembagakan dengan realisasi latihan kurang tercapai; (2) hanya
pengetahuan dan konsep yang lebih menguji software/piranti lunak.
sistematis. PRBBK adalah salah satu pilar Tujuan lain implementasi dalam TTX
penting dalam upaya pengelolaan risiko yaitu, untuk melihat peranan kontrol dan
bencana saat ini, namun di Pemerintah koordinasi antar pemilik kekuasaan. Pihak-
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara pihak yang terlibat dalam proses
belum memiliki Rencana Kontijensi. penanggulangan bencana perlu memiliki
Pencarian model komunikasi bencana komunikasi kompetensi dalam koordinasi.
melalui Program Rencana Kontinjensi Erupsi Kemampuan berkomunikasi secara teknis,
Gunung Sinabung menjadi penting guna jenis-jenis kemampuan konseptual dengan
bidang masing-masing yang bersinergi
19
Model Komunikasi Bencana “Table Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Puji Lestari, Eko Teguh Paripurno, Arif Rianto Budi Nugroho

dengan sektor lain. Sasaran yang diberikan Prabowo & Wibawa, 2012). TTX merupakan
pelatihan dapat memberikan tes terhadap salah satu pelatihan yang dapat mengurangi
konsep rencana kontinjensi dan standar agar risiko bencana. Pada TTX dilakukan simulasi
pihak-pihak yang terlibat dapat mengelola pembagian peran berbagai kelompok
pengurangan risiko bencana dari Gunung masyarakat maupun pemerintah sesuai
Sinabung. Komunikasi dan koordinasi kapasitas setiap kelompok. Setiap kelompok
merupakan aspek penting dalam pelatihan. dikoordinasi oleh satu opinion leader yang
mengelola proses produksi pesan dan
menyebarkan, serta menerima umpan balik
LANDASAN KONSEP dari kelompok lain.
Model proses produksi pesan berfokus
Model komunikasi bencana melalui pada proses yang diawali dari pengirim
pelatihan TTX dapat dijelaskan melalui pesan, proses encoding (saat pengirim pesan
konsep komunikasi bencana. Manajemen mengolah pesan dalam pikiran), dan decoding
komunikasi bencana merupakan upaya yang (proses pengolahan pesan oleh penerima yang
komprehensif untuk mencegah dan terjadi pada saat pesan diterima). Beberapa
mengurangi risiko bencana dengan mengelola komponen penting dalam proses komunikasi
proses produksi pesan-pesan atau informasi yaitu: pengirim, pesan, saluran, dan penerima
tentang bencana, penyebaran pesan dan dan adanya feedback atau umpan balik.
penerimaan pesan dari tahap prabencana, saat Proses komunikasi bencana tersebut relevan
terjadi bencana dan pascabencana (Lestari, dengan model komunikasi pada Gambar 1.

Sumber: Kotler (2000)


Gambar 1. Model Proses Komunikasi

Penelitian ini menggunakan Teori sistem masyarakat dan pemerintah yang


Sistem Sosial Talcott Parson (Parsons, 1975) saling tergantung satu sama lain yang
yang berasumsi bahwa terdapat hubungan- membentuk subsistem-subsistem yang
hubungan antarbagian, komponen dan saling berkaitan. Sistem penanggulangan
proses yang saling interdependensi yang bencana di Kabupaten Karo terdiri dari
mengatur keseimbangan sistem sosial sepeti subsistem BPBD (bagian kesiapsiagaan
yang ditunjukkan Gambar 2. Pada untuk melaksanakan berbagai kegiatan
penelitian ini interdependensi terjadi mitigasi bencana, bagian tanggap darurat
antarpihak terkait penanganan bencana menangani pengelolaan saat terjadi bencana,
erupsi Gunung Sinabung. Mereka saling dan bagian rehabilitasi rekonstruksi
mendukung demi keseimbangan sistem menangani berbagai kegiatan
pengurangan risiko bencana, salah satu cara pascabencana). Selain itu terdapat
yang dilakukan yaitu dengan pelatihan TTX. subsistem lainnya, yaitu: PVMBG (Pusat
Dalam pelatihan TTX melibatkan berbagai Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
20
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.1, Juli 2019: 17-30

Geologi), TNI (Tentara Nasional Indonesia), Perdagangan dan Koperasi, Dinas Pertanian,
POLRI (Polisi Republik Indonesia), SatPol Dinas Kehutanan, Dinas Pendidikan, Dinas
PP (Satuan Polisi Pamong Praja), URC Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan,
(Unit Reaksi Cepat), Kominfo (Komunikasi Camat terdampak, Gereja dan Masjid.
dan Informasi), ORARI (Organisasi Amatir Masing-masing subsistem tersebut saling
Radio Indonesia), RSU (Rumah Sakit berhubungan dengan subsistem maupun
Umum), DPPPA (Dinas Pemberdayaan sistem lainnya, dan membentuk jaringan
Perempuan dan Perlindungan Anak), Dinas sistem penanggulangan bencana gunung api.
Kesehatan, Dinas Sosial, Tagana (Taruna Hubungan antar sistem dapat dijelaskan
Tanggap Bencana), Dinas Perindustrian, pada Gambar 2.

Sumber: Nasikun (2013)


Gambar 2. Gambar Sistem

Permasalahan pengelolaan bencana Pengertian Konstruksi Sosial atas


dapat dijelaskan melalui Teori Konstruksi Realitas (Social Construction of Reality)
Sosial oleh Peter L. Berger dan Thomas merupakan proses sosial melalui tindakan
Luckman (Berger, 1990) bahwa proses dan interaksi dimana individu atau
konstruksi realitas dimulai ketika seorang sekelompok individu, menciptakan secara
konstruktor melakukan objektivikasi dinamis suatu realitas yang dimiliki dan
terhadap suatu keyakinan yakni melakukan dialami bersama secara subjektif. Realitas
persepsi terhadap suatu objek. Selanjutnya, sosial sebagai konstruksi sosial yang
hasil dari pemaknaan melalui proses diciptakan oleh individu, yang merupakan
persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri manusia bebas merupakan inti dari teori ini.
seorang konstruktor. Dalam tahap ini Teori ini berakar pada paradigma
dilakukan konseptualisasi terhadap suatu konstruktivis. Individu merupakan pusat
objek yang dipersepsi. Langkah terakhir penentu dalam dunia sosial yang
adalah melakukan eksternalisasi atas hasil dikonstruksi berdasarkan kehendaknya, yang
dari proses permenungan secara internal tadi dalam banyak hal memiliki kebebasan
melalui pernyataan-pernyataan. Alat bertindak di luar batas kontrol struktur dan
pembuat pernyataan tersebut tidak lain pranata sosialnya. Manusia dipandang
adalah kata-kata atau konsep atau bahasa sebagai pencipta realitas sosial yang relatif
(Rudianto, 2018). bebas di dalam dunia sosialnya (Rudianto,
2018).
21
Model Komunikasi Bencana “Table Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Puji Lestari, Eko Teguh Paripurno, Arif Rianto Budi Nugroho

Relevansi Teori Konstruksi Sosial peningkatan kedalaman informasi


pada realitas bencana eruspsi Gunung mengungkapkan berbagai aspek fenomena
Sinabung bahwa pemerintah sebagai kehidupan, sehingga fenomena tersebut
penanggung jawab pengurangan risiko dapat didefinisikan dan dijelaskan (Afiyanti,
bencana harus melakukan rekonstruksi 2008).
sosial antara lain melalui pelatihan gladi Para peserta FGD terdiri dari berbagai
meja (TTX) Rencana Kontinjensi. Hal ini pihak yang berkepentingan dalam
dimaksudkan agar masyarakat dan penanganan bencana seperti: BPBD,
pemerintah bekerjasama dalam pemulihan PVMBG, TNI, POLRI, SatPol PP, URC,
Kabupaten Karo. Kominfo, ORARI, RSU, DPPPA, Dinas
Kesehatan, Dinas Sosial, Tagana, Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi,
METODE PENELITIAN Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas
Pendidikan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Penelitian ini menggunakan metode Perhubungan, Camat terdampak, dan Klasis.
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian Format diskusi berisi latihan bagi para
diperoleh dari informan berdasarkan hasil pengambil keputusan di setiap instansi-
diskusi dalam kelompok yang berfokus instansi. Tujuan diskusi untuk menjawab
untuk mendiskusikan masalah-masalah dan memecahkan suatu permasalahan
tertentu. Metode pengumpulan data berdasarkan SOP masing-masing instansi.
menggunakan FGD. Tujuan utama dari Mekanisma pelatihan TTX ditunjukkan pada
metode FGD adalah untuk memperoleh data Tabel 1, sedangkan Struktur Organisasi dan
dari interaksi yang dihasilkan dari diskusi. Tata Ruang Pelatihan ditunjukkan pada
Sekelompok peserta/responden dalam hal Gambar 3 dan Gambar 4.

Tabel 1
Mekanisme Pelatihan TTX
Sesi 1 Sesi 2 Pelatihan/TTX Session Sesi 3 Evaluasi/ After
Pembekalan/Academic Agenda Pelaksanaan Rencana Operasi Action Revief (AAR)
Session (AS) setidaknya berisi: Latihan (ROL) berisi:

Memberikan informasi Pengantar dari Direktur Move/fase setiap Tim Evaluasi/AAR


terkait materi dan latihan. permasalahan/isu yang menyampaikan hasil
mekanisme latihan akan dilatihkan/ kompilasi evaluasi sesuai
kepada peserta. Beberapa Penyampaian tujuan dan didiskusikan, pertanyaan alokasi waktu. Oleh
materi diberikan sebagai sasaran latihan. tanggapan yang karena keterbatasan waktu,
referensi oleh para diharapkan dan referensi dalam sesi ini tim evaluasi
narasumber (Subject Penyampaian tata tertib yang digunakan sebagai hanya menyampaikan hal-
Matter Expert/SME) kegiatan selama latihan. rujukan. hal kunci/prioritas
yang ahli dibidangnya. sedangkan penjelasan
Alokasi waktu dari setiap detail akan disampaikan
permasalahan. tidak lebih dari seminggu
setelah TTX
diselenggarakan.

Sumber: Dokumen Penulis (2018)

Fase/Move Pemantau mengirimkan informasi


(1) Fase/Move 1 (Tahapan Informasi). perkembangan situasi kepada Pemda dan
Posko Pemantau mengirimkan informasi Pusdalops BPBD/TNI/POLRI dan
peringatan dini atau bencana yang masyarakat. (3) Fase/Move 3 (Status
akan/telah terjadi kepada Pemerintah daerah. Tanggap Darurat). Bupati/Walikota
(2) Fase/Move 2 (Tahap Siaga). Posko menyatakan Status TD dan menunjuk
22
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.1, Juli 2019: 17-30

Komando Tanggap Darurat dan Komando


TD menyiapkan dan membuat struktur Teknik Pengumpulan Data
komando dalam menghidupkan rencana Selain melalui FGD dan pelatihan
Operasi dengan dasar Rencana Kontinjensi. TTX, wawancara juga dilakukan untuk
(4) Fase/Move 4 (Mobilisasi Sumberdaya). menambah data yaitu dengan Badan
Komando Tanggap Darurat melalui Posko Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
TD mengerahkan sumber daya atas arahan
Bupati/Walikota untuk mobilisasi sumber Analisis Data
daya ke lokasi bencana dalam operasi Setelah data terkumpul dilakukan
Tanggap Darurat. (5) Fase/Move 5 identifikasi data dan evaluasi hasil pelatihan.
(Demobilisasi/Pengakhiran) Komando Hasil evaluasi ditulis pada hasil penelitian
Tanggap Darurat melaporkan kondisi di kemudian dilakukan pembahasan sesuai
lapangan tentang akses transportasi, dengan teori dan konsep komunikasi
evakuasi dan penyelamatan, lokasi bencana.
pengungsian, kelompok rentan, kesehatan,
keamanan, ekonomi dan lain-lain untuk
pencabutan Status Tanggap Darurat.

Sumber: Dokumen penulis (2018)


Gambar 3. Struktur Organisasi TTX.

Sumber: Dokumen penulis (2018)


Gambar 4. Tata Ruang

23
Model Komunikasi Bencana “Table Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Puji Lestari, Eko Teguh Paripurno, Arif Rianto Budi Nugroho

HASIL PENELITIAN DAN Penanganan Darurat Bencana: BPBD,


PEMBAHASAN PVMBG, TNI, Camat, Kominfo, Bag
Hukum dan HAM, ORARI; (2) Sub Bidang
Status pengawasan pemerintah dan SAR dan Evakuasi: URC BPBD, SatPol PP;
masyarakat sekitar Sinabung diharapkan (3) Sub Bidang Kesehatan dan Psikososial:
mampu melakukan berbagai kegiatan yang Dinkes, RSU, URC BPBD, DPPPA; (4)
dapat mengurangi risiko bencana. Salah Sub Bidang Pengungsian dan Huntara
satu kegiatan yang dilakukan oleh masing- (Pendidikan dan Relawan): Tagana, Camat,
masing Pemda Kabupaten Karo Sumatera Klasis; (5) Sub Bidang Air Bersih dan
Utara yaitu menyusun dokumen kontinjensi Sanitasi: Din. LH, URC BPBD; (6) Sub
kerja reformasi dengan peneliti bencana di Bidang Transportasi, Distribusi, dan
lembaga penelitian dan pengabdian Logistik: Dishub, URC BPBD, Kominfo;
masyarakat Universitas Pembangunan (7) Sub Bidang Keamanan dan Ketertiban:
Nasional “Veteran” Yogyakarta. Rancangan POLRI, SatPol PP, URC BPBD; (8) Sub
Dokumen Pembaruan Rencana Kontinjensi Bidang Khusus Ternak: Dinas Perikanan,
untuk meningkatkan kapasitas produksi Dinas Pertanian, URC BPBD.
telah disusun tahun 2017 (dengan bantuan Hasil yang diperoleh dari Forum FGD
kualitas penelitian yang unggul Renkon Sinabung di Ruang Rapat Bupati
dibandingkan proporsi lahan yang Karo pada tanggal 27 Maret 2018, pukul
digunakan relatif tinggi lainnya dari 09.00 – 15.00 WIB adalah menjadikan
PTUPT). Renkon Sinabung menjadi sebuah Peraturan
Proses TTX memberikan evaluasi atas Bupati. Beni Sitanggang sebagai moderator
kesiapan pihak Pemerintah Daerah Karo dan di FGD sekaligus Kasubag Program BPBD
pihak terkait penanganan bencana. Hasil Karo berpendapat bahwa penanganan
evaluasi menjadi masukan perbaikan bencana belum optimal baik sisi manajemen,
Dokumen Rencana Kontinjensi. Dokumen peraturan, dan penanganan pengungsi.
Rencana Kontinjensi yang disempurnakan Paparan dari Eko Teguh Paripurno
kerjasama antara BPBD Kabupaten Karo mengenai pendapat dari Beni Sitanggang
dan Universitas Pembangunan Nasional bahwa ada beberapa hal yang harus
“Veteran” Yogyakarta menjadi Peraturan dilakukan, yaitu dengan memahami
Bupati Tahun 2018. konsep/situasi terkini, menyusun Renkon
Sebuah proses harus melalui menjadi Peraturan Bupati, antara lain:
rancangan ini sebelum diluncurkan secara Renkon Erupsi Gunung Api dan Renkon
resmi sebagai kebijakan yang efektif karena Lahar Gunung Api tahun 2018. Hasil
peraturan bupati dilakukan proyek diskusi memunculkan ide akan ada 5
percontohan pada kontinjensi rencana dokumen yang dibuat, yaitu: 1 dokumen
pendirian model kontinu. Tes dilakukan Perda Penanggulangan Bencana, dan 4
dengan memberikan pelatihan atau gladi dokumen rencana, mitigasi, kontinjensi,
meja (TTX). Pelatihan dilakukan dengan operasi dan pemulihan. Selain itu
cara diskusi kelompok. dilakukannya tiga gladi yaitu: gladi meja,
Menurut wawancara peneliti dengan gladi posko, dan gladi lapang untuk
pengamat pos pengamatan Gunung mengurangi kebencanaan, berikut siklus
Sinabung (27 Maret 2018), penanganan kebencanaan secara umum adalah
bencana dilakukan untuk konstruksi sosial prabencana, situasi terdapat potensi bencana,
masyarakat yang terdampak. Dalam saat terjadi bencana, setelah terjadi bencana.
implementasinya, manajemen bencana Saat ini Renkon Erupsi Sinabung
menjadi tugas dan tanggung jawab direncanakan menjadi Perda masih dalam
pemerintah daerah bersama dengan pembahasan, sehingga BPBD sudah
masyarakat luas. menganggarkan dana untuk penyusunan
Peserta yang hadir dalam Forum kelanjutan kontinjensi.
Group Discussion (FGD) dan lokakarya, FGD diawali oleh Armen Putra selaku
yaitu: (1) Manajemen dan Posko pembicara mengenai Gunung Sinabung yang
24
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.1, Juli 2019: 17-30

masih berstatus awas pada saat ini. beraktifitas, tinggi kolom asap dan debu saat
Sinabung berdekatan dengan Gunung Api ini hanya mencapai 5.000 m. Sebaran abu
Toba. Letusan awal Gunung Sinabung Gunung Sinabung ke arah selatan dan barat
tahun 2010 hingga sekarang masih dalam setelah 3 jam erupsi, namun setelah terjadi
status awas paling lama di Indonesia. Pada gempa tidak terlihat adanya kubah. Upaya
tahun 2014 terjadi lava yang mengalir ke mitigasi yang dilakukan adalah penelitian
arah Selatan sejauh 4,9 km dan Barat sejauh dan sosialisasi. Radiasi rekomendasi untuk
4,5 km. Erupsi Gunung Sinabung terbesar ancaman Gunung Sinabung adalah 3 dan 4
pada tanggal 19 Februari 2018 hingga km, dalam radius 7 km dampak laharan, di
mencapai 17 km ke atas (dilihat dari satelit) luar radius 7 km hanya dampak abu. Gempa
dan angin mengarah ke arah Aceh dan vulkanik perhari yang terjadi mengalami
Danau Toba. Puncak Gunung masih terjadi peningkatan. Ancaman tertinggi Gunung
kumpulan asap yang menandakan masih Sinabung adalah lahar panas.

Sumber: Lestari, Paripurno & Nugroho (2018b)


Gambar 5. Model Komunikasi Kelompok Table Top Exercice.

Beberapa pertanyaan yang muncul dari km) yang sudah dibuat dalam peta rawan
materi mengenai Gunung Sinabung, adalah bencana. Berbeda dengan di Yogyakarta,
dari: (1) Dinas Perhubungan, yaitu Hendri analisis dampak sampai dengan radius 15 km.
yang menanyakan berupa dampak yang Dampak dari Gunung tergantung dari tipe
terburuk bila erupsi terjadi, dan arah dari gunung tersebut. Lahar dari Gunung
rencana kontinjensi apabila dampak terburuk Sinabung mengalir ke wilayah yang rendah
itu terjadi. Armen menyatakan bahwa (sungai). Jika sungai tertutup atau
dampak terburuk masih di dalam radius 7 km menyimpang maka dapat terjadi bencana
berdasarkan analisis batuan/kajian batuan yang lain, seperti Mardinding memiliki
(kajian geologi yang sudah 8 tahun erupsi banyak material, sementara sungai tertutup
tetapi belum melewati radius 7 km dan bekas sehingga mengarah ke arah lain.
erupsi ratusan tahun lalu belum melewati 7
25
Model Komunikasi Bencana “Table Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Puji Lestari, Eko Teguh Paripurno, Arif Rianto Budi Nugroho

(2) Camat Simpang Empat, yaitu kebijakan dari daerah yang ada sebagai
Nelson yang menanyakan mengenai payung hukum untuk dasar pelaksanaan
kubangan lava, yang masih hidup atau tidak penanggulangan bencana; (5) Identifikasi
serta apakah dapat jatuh atau mengalir lagi, peran pemangku, instansi, pemerintah non
serta risiko besar dari kubangan lava tersebut. pemerintah, lembaga masyarakat
Mengenai kubangan lava menurut Armen (komunitas); (6) Skenario lokasi dan area
masih panas dan terbentuk tahun 2014, jika apakah masih 7 km (4 kecamatan) atau 10 km
terjadi hujan maka lava terasa sangat panas. (lebih dari 4 kecamatan) perlu disepakati; (7)
Panas yang ditimbulkan hingga 5 - 10 tahun Asumsi-asumsi yang diskenariokan; (8)
di bawahnya masih panas. Kubangan lava Aspek lingkungan, belum masuk dampaknya
untuk roboh dan jatuh masih kecil karena apa saja (dari BPBD atau OPD); (9) Dampak
kegiatan vulkanik tidak ada, hanya terdapat untuk aspek kependudukan lebih rinci
sisa bebatuan. Endapan lava yang masih (darurat berubah atau tidak). Perka 2017
panas dan akan membeku seiring dengan untuk bidang operasi dibedakan dengan
berjalannya waktu. Contoh kasus pada Desa bidang manajemen, misalnya SAR dan
Gurukinayan dimana endapan awan panas 20 evakuasi masuk bidang operasi, Sub. Bidang
cm dengan temperatur 60 - 80 derajat dan khusus ternak apakah sakit, luka, difable
selama 10 hari masih dalam keadaan panas. apakah perlu penanganan khusus); (10)
(3) Bappeda, yaitu Helman menanyakan Operasi perencanaan (sistem komando
mengenai wilayah tata ruang Gunung keadaan masih ada atau tidak; (11) Rencana
Sinabung yang paling berbahaya untuk arah tindak lanjut: ada uji draft renkon (uji lapang
abu vulkanik. Armen menyatakan bahwa – simulasi rapat kondisi (gladi meja)), gladi
pada tahun 2016 sudah ada hasil rapat posko di OPD masing masing melibatkan
mengenai rencana tata ruang Gunung saran dan prasarana, gladi lapang untuk
Sinabung yang dibuat 5 km tidak akan ada simulasi yang melibatkan masyarakat dan
penghuni, idealnya dibuat sesuai KRB yaitu 7 sumber daya. Formalisasi renkon (tanda
km. Namun tidak dapat steril, karena dalam 7 tangan keikutsertaan dalam pembuatan
km terdapat 4 kecamatan, antara lain: Kuta renkon). Penanganan dalam hal darurat
Tengah dan Kuta Tenggel terletak pada 4,5 dengan baik yaitu dengan cara penyusunan
km. Artian 5 km tidak ada pemukiman renkon dengan baik. Mobilisasi sumber daya
masyarakat, namun perladangan atau hutan lebih cenderung kepada lembaga.
lindung diperbolehkan sesuai kebijakan. Abu Hasil yang diperoleh dari Loka Karya
vulkanik hanya dibuat tata ruang radius 7 km, Renkon Sinabung (gladi meja) di Ruang
abu vulkanik sesuai dengan arah mata angin Rapat Asisten Kabupaten Karo pada 28 Maret
dan tidak dapat diprediksi. Abu ancaman 2018, pukul 09.00 WIB bertujuan untuk
tidak terlalu tinggi yang masih bisa memvalidasi pemikiran/ide berupa prosedur,
dibersihkan. Tata ruang dibuat untuk yang rencana kontinjensi, rencana operasi, dan
bencana yang bisa mengancam nyawa. kesepakatan kerjasama. Tugas/mandat dalam
Arif Budianto memaparkan dalam FGD keadaan normal/pra-bencana dan waspada
bahwa Renkon adalah dokumen resmi untuk dari setiap pihak yang terlibat, antara lain: (1)
kesiapsiagaan masyarakat. Terdapat BPMBG, Armen Putra yang bertugas
beberapa tambahan dari isi Renkon tahun lalu melaporkan ke BPBD, dan melakukan
berdasarkan juklak BNPB tahun 2017 tentang pendataan dimana ketika terjadi peningkatan
Penyusunan Renkon, perubahan antara lain: gunung sinabung diadakan sosialisasi,
(1) Profil wilayah (gambaran umum Kab. sehingga saat terjadi erupsi lancar; (2) BPBD,
Karo belum dijelaskan), organisasi perangkat Ginting yang bertugas memberikan sosialisasi
daerah (OPD), mengisi data terbaru dalam bagaimana bahaya, evakuasi, dan membuat
angka; (2) Administrasi pemerintahan, jalur-jalur/rambu-rambu untuk jalur evakuasi
kondisi secara umum Kab. Karo, iklim, ketika terjadi bencana gunung api;
geologi, dll; (3) Sejarah kejadian bencana di (3) Kasdim yang bertugas untuk
Kabupaten Karo (Gunung Sinabung) (renkon mengumpulkan staf, membuat rencana
lalu masih skenario); (4) Peraturan-peraturan pelibatan, merencanakan perencanaan
26
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.1, Juli 2019: 17-30

kebutuhan personil, merencanakan kegiatan guna melindungi masyarakat dari ancaman,


satuan tugas, merencanakan anggaran yang risiko, dan dampak bencana.
dibutuhkan ke instansi atau daerah. Persiapan Manajemen bencana dalam fase
yang dilakukan dengan melakukan koordinasi prabencana meliputi kegiatan yang dilakukan
dengan BNPD dan BPBD dan instansi terkait dalam "situasi non-bencana" dan kegiatan
di daerah, berusaha memberikan arahan dan yang dilaksanakan pada situasi "bencana
saran kepada bawahan sesuai dengan tugas, potensial". Apabila tidak ada bencana,
kegiatan untuk personil, menghimpun kegiatannya antara lain perencanaan
sumberdaya yang bisa digunakan ketika penanggulangan bencana (Pasal 5 ayat [1]
gunung meletus, mengonfirmasi anggaran, huruf a PP 21/2008). Dalam situasi kegiatan
kegiatan mitigasi yang dibantu oleh instansi bencana meliputi kesiapsiagaan, peringatan
yang dapat mengurangi kerugian, penyusunan dini, dan mitigasi bencana. Pada Rencana
organisasi, menentukan kegiatan yang dibuat, Kontinjensi terdapat ketentuan pada Pasal 17
membuat rencana operasi yang nantinya akan ayat 3 PP 21/2008 harus dilakukan saat
berubah menjadi perintah operasi ketika kondisi kesiapsiagaan yang mendasarkan
terjadi erupsi, pelatihan-pelatihan, dokumen Rencana Kontinjensi. Apabila
menentukan satuan yang melaksanakan tugas, terjadi bencana, Rencana Kontinjensi
menjabarkan anggaran untuk latihan, dll, hendaknya diubah menjadi Rencana Operasi
mengendalikan diklat untuk kontinjensi, Tanggap Darurat atau Rencana Operasional
sumberdaya dan potensi, penutup dengan yang tujuannya untuk penanggulangan secara
melatih posko 1 (staf-staf yang dilatih yang cepat.
unsur - unsur pelayanan), gladi posko 2 Sifat dari rencana kontinjensi hanya
(secara teknis akan diriilkan), digunakan untuk menangani satu bencana
menyempurnakan semua yang sudah "bahaya tunggal". Dalam beberapa kasus,
dikerjakan dan hasil eksitensi (keterempilan, bencana yang nyata, mungkin ada dampak
dll), lalu membuat laporan untuk atasan. tambahan atau bencana sekunder yang
(4) Satpol PP, Darwin Tarigan merupakan bencana baru atau bencana besar.
menyediakan materil dan anggota, dupleton 2 Misalnya, mengembangkan rencana darurat
anggota, pleton 1 unit, mobil damkar 9 unit. untuk menghadapi ancaman gempa yang
Instansi ini tidak membahas anggaran, karena diikuti tsunami. Ada kemungkinan bahwa
anggaran ada di BPBD. BPBD sebaiknya dampak gempa bumi atau tsunami selain
melakukan pelatihan untuk Satpol PP. korban jiwa, kerusakan pada sektor, dan
Beberapa masukan dari Eko Teguh dalam hal dampak lainnya, juga dapat menyebabkan
penyampaian tugas dari masing-masing divisi kerusakan pada kawasan industri di mana
pada saat keadaan normal/pra-bencana dan terdapat banyak perusahaan/pabrik yang
waspada, yaitu melihat dimana sebaiknya menggunakan bahan berbahaya/bahan kimia.
dilakukan titik kumpul untuk melakukan Dalam kasus seperti itu, rencana kontinjensi
sosialisasi dan siapa yang melakukan juga harus mempertimbangkan kegiatan
sosialisasi. Mengisi peran dan ruang yang penanganan darurat di sektor industri yang
kosong. mungkin memerlukan skenario spesifik dan
Sesuai dengan pasal 5 Undang-Undang metode penanggulangan serta sumber daya
Nomor 24 Tahun 2007 mengenai khusus. Contoh lain, jika menyusun Rencana
Penanggulangan Bencana, bahwa Kontinjensi untuk ancaman letusan gunung
implementasi penanggulangan bencana berapi, perlu mempertimbangkan
merupakan tanggung jawab pemerintah dan kemungkinan bencana lanjutan atau bencana
pemerintah daerah. Pasal 2 Peraturan kedua bencana banjir lahar dingin.
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 mengenai Penelitian ini menemukan model
Pelaksanaan Penanggulangan Bencana komunikasi bencana yang menggambarkan
menyebutkan bahwa Penanggulangan aspek komunikasi dalam pelatihan dan
Bencana dilaksanakan secara terencana, koordinasi gladi resik pada pengurangan
terintegrasi, terkoordinasi dan komprehensif resiko bencana Gunung Sinabung.
Komunikator memberikan penjelasan tentang
27
Model Komunikasi Bencana “Table Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Puji Lestari, Eko Teguh Paripurno, Arif Rianto Budi Nugroho

aturan permainan selama pelatihan. Peran akan atau telah terjadi pada Pemerintah
komunikator dilakukan oleh Dr. Eko Teguh Daerah.
Paripurno, Dr. Puji Lestari, dan Arif Rianto Fase 2. Situasi Tahap Situasi
Budi Nugroho. Pesan disampaikan mengenai Informasi: Pos Pemantauan akan mengirim
implementasi model komunikasi untuk kemajuan situasi kepada pemerintah lokal dan
pengurangan risiko bencana letusan Gunung TNI/POLRI atau masyarakat.
Sinabung. Pesan utama dari Pos Pengamatan Fase 3. Status Tanggap Darurat: Bupati
terkait dengan status Gunung Sinabung, yaitu; akan menyatakan status tanggap darurat dan
normal, waspada, dan perhatian. Setiap status menunjuk Komando Tanggap Darurat yang
mengandung pesan yang berbeda kepada akan menyiapkan dan membuat struktur
komunitas. Pesan yang dimaksud adalah komando dalam memungkinkan rencana
pengiriman pengantar dari Direktur Pelatihan, operasi oleh Rencana Kontinjensi.
penyampaian tujuan dan sasaran dalam Fase 4. Mobilisasi Sumber Daya:
latihan, dan yang terakhir dari penyampaian Perintah tanggap darurat melalui Pos akan
aturan kegiatan selama latihan. Kemudian memobilisasi sumber daya ke lokasi bencana.
ada aksi komunikasi yang memiliki rencana Fase 5. Pelaporan Kondisi Lapangan:
latihan latihan dalam bentuk fase dan alokasi Perintah akan melaporkan kondisi lapangan
waktu setiap masalah. tentang transportasi, akses evakuasi dan
Fase setiap masalah adalah: Fase 1. penyelamatan, kamp pengungsi, kelompok
Tahapan Informasi Peringatan Dini: Pos rentan, kesehatan, keamanan, ekonomi untuk
pemantauan akan mengirimkan informasi perampasan status tanggap darurat.
tentang peringatan dini atau bencana yang

Sumber: Lestari, Paripurno & Nugroho (2018a)


Gambar 6. Disaster Communication Model For Disaster Risk Reduction
Eruption Mount Sinabung through the reharsal of the table.

28
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.1, Juli 2019: 17-30

Lima fase (Gambar 6) yang telah perhubungan. Masing-masing subsistem


dijalankan akan mendapatkan umpan balik memiliki kontribusi untuk pengurangan risiko
yang menyampaikan hasil evaluasi kompilasi bencana erupsi Sinabung sesuai dengan
sesuai dengan alokasi waktu. Umpan balik kapasitas yang dimiliki. Pada penelitian ini
yang diperoleh akan dikomunikasikan kepada juga memberi evaluasi atas kesiapan pihak
komunikator. Pemulihan bencana adalah Pemerintah Daerah Karo dan pihak terkait
kebijakan yang diturunkan oleh organisasi penanganan bencana. Hasil evaluasi menjadi
untuk membantu dalam pemulihan atau masukan perbaikan Dokumen Rencana
perlindungan dari alam. Perencana Kontinjensi. Dokumen Rencana Kontinjenasi
pemulihan bencana harus melakukan yang disempurnakan kerjasama antara BPBD
sejumlah strategi untuk mencegah dan Kabupaten Karo dan Universitas
mengendalikan kerusakan dari bencana Pembangunan Nasional “Veteran”
(Alabdulwahab, 2016). Hasil penelitian ini Yogyakarta akan menjadi Peraturan Bupati
memperkuat temuan Roskusumah (2013) Karo.
bahwa untuk mengurangi risiko bencana
erupsi Merapi, pemerintah perlu Saran
meningkatkan frekuensi sosialisasi dan Jadi penelitian ini memberikan
simulasi bencana langsung kepada kontribusi berupa masukan kebijakan
masyarakat di tingkat bawah, tidak hanya Dokumen Rencana Kontinjensi erupsi
mengundang perwakilan dari pejabat Gunung Sinabung 2018. Penelitian ini
pemerintah saja (Roskusumah, 2013). memberikan rekomendasi kepada pemerintah
Sebaiknya Badan Geologi harus melibatkan dan masyarakat agar pelaksanaan TTX
pengamat yang memberikan pelatihan khusus sebaiknya dilaksanakan secara
tentang istilah teknis bencana. berkesinambungan guna meningkatkan
Model komunikasi tersebut merupakan mental tangguh bencana dan siap selamat dari
implementasi dari teori sistem yang ancaman bahaya khususnya erupsi gunung
melibatkan berbagai komunitas guna api. Temuan penelitian ini dapat juga
menyusun berbagai dokumen kontinjensi. menjadi rujukan bagi daerah lain yang
Dalam penyusunan renkon mengalami ancaman bencana gunung api
mengimplementasikan teori sistem dengan untuk menerapkan sistem gladi meja (TTX)
melibatkan berbagai sistem sosial yang terdiri sebelum pengesahan dokumen rencana
dari perwakilan dari berbagai lembaga seperti kontinjensi sebagai Peraturan Bupati.
BPBD, PVMBG, POLRI, URC BPBD,
Kominfo, ORARI, Sat Pol PP, Dinas Ucapan Terima kasih
kesehatan, RSU, DPPPA, TNI, Tagana, Terima kasih diucapkan kepada DRPM
Camat, Klasis, Dinas Lingkungan Hidup dan Kemristekdikti atas dana hibah Penelitian
Dinas Perhubungan. Terapan Unggulan Perguruan Tinggi tahun
2019.

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Simpulan
Substansi penelitian ini menemukan Afiyanti, Y. (2008) Focus Group Discussion
model komunikasi kesiapsiagaan bencana (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai
melalui pelatihan gladi meja (table top Metode Pengumpulan Data Penelitian
exercise) atau TTX. TTX memberikan sistem Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia.
penanggulangan bencana terintegrasi [Online] 12 (1), 58–62. Available from:
http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/
berbagai subsistem terkait yaitu: BPBD, view/201.
PVMBG, POLRI, URC BPBD, Kominfo, Alabdulwahab, M. (2016) Disaster Recovery and
ORARI, SatPol PP, Dinas kesehatan, RSU, Business Continuity. International Journal
DPPPA, TNI, Tagana, Camat, Gereja dan of Scientific & Engineering Research.
Masjid, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas [Online] 7 (3), 322–327. Available from:
29
Model Komunikasi Bencana “Table Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Puji Lestari, Eko Teguh Paripurno, Arif Rianto Budi Nugroho

https://www.ijser.org/onlineResearchPaperV Sociology. In Talcott. The Pass Perss.


iewer.aspx?Disaster-Recovery-and- Putra, A. (2018) Pemetaan Risiko Bahaya
Business-Continuity.pdf. Gunung Sinabung. Bandung, Kementerian
Berger, P.L.& T.L. (1990) Tafsir Sosial atas ESDM.
Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Roskusumah, T. (2013) Komunikasi Mitigasi
Pengetahuan (diterjemahkan dari buku asli Bencana oleh Badan Geologi KESDM di
The Social Construction of Reality oleh Gunung Api Merapi Prov. D. I. Yogyakarta.
Hasan Basari). Jakarta, LP3ES. Jurnal Kajian Komunikasi. [Online] 1 (1),
Kotler, P. (2000) Marketing Management. 59–68. Available from:
Millenium. New Jersey, Prentice Hall, Inc. doi:10.24198/jkk.v1i1.6031.
Lestari, P., Kusumayudha, S.B., Paripurno, E.T. Rudianto (2018) Makna Erupsi Gunung Sinabung
& Ramadhaniyanto, B. (2016) Komunikasi Bagi Masyarakat Desa Guru Kinayan, Kab.
Lingkungan untuk Mitigasi Bencana Erupsi Karo. In: Bunga Rampai Komunikasi
Gunung Sinabung. Jurnal ASPIKOM. Indonesia. 2018 pp. 179–196.
[Online] 3 (1), 56. Available from: Sandstrom, B.E., Eriksson, H., Norlander, L.,
doi:10.24329/aspikom.v3i1.98. Thorstensson, M., et al. (2014) Training of
Lestari, P., Paripurno, E.T. & Nugroho, A.R.B. public health personnel in handling CBRN
(2018a) Disaster Risk Reduction Based on emergencies: A table-top exercise card
Community through a Contingency Plan for concept. Environment International.
Mount Sinabung. Jurnal Ilmu Sosial dan [Online] 72 (1), 164–169. Available from:
Ilmu Politik. [Online] 21 (3), 231. Available doi:10.1016/j.envint.2014.03.009.
from: doi:10.22146/jsp.30059. Triutomo, S., Widjaja, B.W., Sugiharto, R.,
Lestari, P., Paripurno, E.T. & Nugroho, A.R.B. Siswanto, B., et al. (2011) Panduan
(2018b) Model Of Communication Disaster Perencanaan Kontijensi Menghadapi
Risk Reduction Eruption Mountain Bencana. 2nd edition. [Online]. Jakarta,
Sinabung Through Table Top Exercise. In: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
International Conference on Global (BNPB). Available from:
Education VI. 2018 pp. 1787–1795. http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/__
Lestari, P., Prabowo, A. & Wibawa, A. (2012) pub/files22304Panduan_Perencanaan_Konti
Manajemen Komunikasi Bencana Merapi njensi.pdf.
2010 pada saat Tanggap Darurat. Jurnal Wardyaningrum, D. (2016) Perubahan
Ilmu Komunikasi. [Online] 10 (2), 173–197. Komunikasi Masyarakat dalam Inovasi
Available from: Mitigasi Bencana (Studi pada Masyarakat di
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunik Wilayah Rawan Bencana Gunung Merapi
asi/article/view/125. Sebelum dan Setelah Erupsi Tahun 2010).
Nasikun (2013) Sistem Sosial Indonesia. Ombak. Jurnal Komunikasi. [Online] 10 (2), 133–
Parsons, T. (1975) The Present Status of 152. Available from:
“Structural-Functional” Theory In doi:10.20885/komunikasi.vol10.iss2.art3.

30

You might also like