Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

EFEKTIFITAS PIJAT TUI NA DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN

PADA BALITA DI RW 02 KELURAHAN WONOKROMO SURABAYA

Annif Munjidah

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Jl. Smea No. 57 Surabaya
Email: annifmunjidah@unusa.ac.id

Abtract: The Effectivity of Tui Na massage to overcome feeding difficulties in infants in


RW 02 of Wonokromo District Surabaya. The children’s growth and development
depends on the fulfillment of nutrients. Some problems which often occur in the
fulfillment of nutrient are feeding difficulty in infants which can cause growth
interference or stunting. The common cause of feeding difficulty in infants is divided into
3 factors, such as loss of appetite, impaired gastrointestinal function, and disruption of
eating process of oral motor. To overcome feeding difficulty can be done through
pharmacology or non pharmacology. The efforts of pharmacology way such as by giving
miltivitamin, and another micronutrient. While non pharmacology way such as through
drink herbal / herbs, massage, acupressure, and acupuncture. This study aims to analyze
the effectivity of Tui Na massage in overcome feeding difficulty in infants. This was an
observational analytic with crosssectional approach. The population used was all mothers
and infants who are living in RW 02 Wonokromo District Surabaya as 27 people. The
sample used is mostly mothers and the infants who were living in RW 02 of Wonokromo
District Surabaya was 23 people. Its used a simple random sampling. The data were
analyzed by Chi Square test with significant value alpha = 0.05. The results showed that
the p value 0.009 < α 0.05. Tui Na massage is effective to overcome feeding difficulty in
infants in RW 02 Wonokromo District Surabaya. The conclusions of this study is the
more routine Tui Na massage is done, the easier way to overcome feeding difficulty. It is
expected that the infant’s mother are capable and routine to apply this massage

Abstrak: Efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan pada balita di
RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Pertumbuhan dan perkembangan anak
sangat bergantung pada pemenuhan nutrisi. Beberapa masalah yang sering terjadi dalam
pemenuhan nutrisi yakni kesulitan makan pada balita yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan tumbuh kembang atau stunting. Penyebab umum kesulitan makan pada bayi
dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilangnya nafsu makan, gangguan fungsi
saluran cerna, dan gangguan proses makan atau gangguan oral motor. Upaya untuk
mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun non
farmakologi. Upaya dengan farmakologi antara lain dengan pemberian miltivitamin, dan
micronutrien lainnya. Sedangkan non farmakologi antara lain melalui minuman herbal /
jamu, pijat, akupresur, dan akupunktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan pada balita. Penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah semua
ibu dan balita yang ada di RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya sebesar 27 orang dan
sampel yang digunakan adalah sebagian ibu dan balita yang ada di RW 02 Kelurahan
Wonokromo Surabaya. Besar sampel 23 orang. Menggunakan simple random sampling.
Analisis data melalui uji Chi Square dengan nilai kemaknaan alpha 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan nilai p 0,009 < α 0,05. Pijat Tui Na efektif dalam mengatasi kesulitan

193
Munjidah: Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di 194
RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya

makan pada balita di RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Simpulan dari penelitian


ini semakin rutin pijat Tui Na dilakukan, maka kesulitan makan pada balita akan teratasi.
Diharapkan agar ibu balita mampu dan rutin menerapkan pijat ini.

Kata kunci : pijat Tui Na, kesulitan makan

PENDAHULUAN berulang dalam waktu lama pada masa


janin hingga 2 tahun pertama kehidupan
Setiap orang tua menginginkan seorang anak (Yenni Puspita. 2015).
anaknya tumbuh dengan normal. Anak-anak yang mengalami stunting
Pertumbuhan (growth) yaitu berkaitan disebabkan kurangnya asupan makanan
dengan masalah perubahan dalam besar dan penyakit yang berulang terutama
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, penyakit infeksi yang dapat meningkatkan
organ maupun individu, yang bisa diukur kebutuhan metabolik serta mengurangi
dengan ukuran berat (gram, pound, nafsu makan anak (Yenni Puspita, 2015)
kilogram), ukuran panjang (cm,meter), Gejala kesulitan makan dijumpai pada
umur tulang dan keseimbangan metabolik usia anak sebesar 25%, jumlah tersebut
/retensi kalsium dan nitrogen tubuh. akan meningkat sekitar 40-70% pada
(Soetjiningsih, 2008). Pertumbuhan dan anak. Hal ini juga yang sering membuat
perkembangan anak sangat bergantung masalah tersendiri bagi orang tua.
pada pemenuhan nutrisi. Beberapa Kesulitan makan sering dialami oleh anak
masalah yang sering terjadi yakni terutama rentang usi 1-3 tahun yang
kesulitan makan pada balita yang dapat disebut juga usia food jag, yaitu anak
menyebabkan terjadinya gangguan hanya makan pada makanan yang disukai
tumbuh kembang, antara lain: daya tahan atau bahkan sulit makan, seringkali hal ini
tubuh menurun, gangguan tidur, gangguan dianggap wajar namun keadaan sulit
keseimbangan dan koordinasi, juga anak makan yang berkepanjangan akan
menjadi agresif, impulsif dan stunting. menimbulkan masalah pada pertumbuhan
Di Indonesia dari 23 juta balita, sekitar dan perkembangan anak. (Afiani L. Ika
7,6 juta anak balita tergolong gagal dkk, 2003). Demikian juga penelitian Joko
tumbuh atau stunting (35,6%) yang terdiri Widodo di Jakarta tahun 2010 yang
dari 18,5% balita sangat pendek dan menyebutkan pada anak pra sekolah usia
17,1% balita pendek. Angka prevalensi 2-3 tahun, didapatkan prevalensi kesulitan
ini diatas ambang batas yang disepakati makan sebesar 33,6%. Sebagian besar
secara universal, batas non public health 79,2% telah berlangsung lebih dari 3
problem yang ditolerir oleh badan bulan. Secara umum penyebab umum
kesehatan dunia (WHO) hanya 20% atau kesulitan makan pada bayi dibedakan
seperlima dari jumlah total balita di suatu dalam 3 faktor, diantaranya adalah
negara. Lebih dari sepertiga (36.1%) anak hilangnya nafsu makan, gangguan fungsi
Indonesia tergolong pendek ketika saluran cerna, dan gangguan proses
memasuki usia sekolah, Prevalensi anak makan atau gangguan oral motor. (Joko
pendek ini semakin meningkat dengan Widodo, 2012).
bertambahnya usia, baik pada anak laki- Gangguan fungsi limpa dan pencernaan
laki maupun perempuan (Depkes RI, menjadi penyebab paling dominan pada
2010). Anak dengan stunting beresiko anak dengan kesulitan makan. Gangguan
memiliki IQ 5-10 poin lebih rendah fungsi saluran cerna kronis seperti alergi
dibanding dengan anak yang normal makanan, intoleransi makanan, penyakit
(Yenni Puspita. 2015). Stunting terjadi coeliac. Reaksi simpang makanan tersebut
akibat kekurangan gizi dan penyakit tampaknya sebagai penyebab utama

194
195 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 193-199

gangguan-gangguan tersebut. Hal ini bisa untuk mengatasi kesulitan makan pada
dilihat dengan timbulnya permasalahan balita dengan cara memperlancar
kesulitan makan. (Rita Yulia, 2012). peredaran darah pada limpa dan
Beberapa indikator tanda kesulitan makan pencernaan, melalui modifikasi dari
pada balita yakni: kesulitan mengunyah, akupunktur tanpa jarum, teknik ini
menghisap, menelan, memuntahkan atau menggunakan penekanan pada titik
menyemburkan makanan yang sudah meridian tubuh atau garis aliran energi
masuk di mulut, memainkan makanan sehingga relatif lebih mudah dilakukan
atau makan berlama-lama, sama sekali dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010).
tidak mau memasukkan makanan kedalam Akupresur memiliki sistem dan titik
mulut atau menutup rapat mulut, terapi yang cukup banyak, sehingga jika
memuntahkan atau menumpahkan akupresur harus dilakukan di keseluruhan
makanan, menepis suapan, tidak titik maka metode ini akan cukup sulit
menyukai banyak variasi makanan, dan dilaksanakan oleh bidan ataupun keluarga
kebiasaan makan yang tidak biasa. (Joko pasien sebagai asuhan rutin pada anak
Widodo. 2012) balita, padahal pada dasarnya setiap titik
Upaya untuk mengatasi kesulitan pada metode akupresur memiliki fungsi
makan dapat dilakukan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan fisik klien,
farmakologi maupun non farmakologi. sehingga akupresur dapat menjadi sangat
Upaya dengan farmakologi antara lain mudah untuk dilakukan jika terpusat pada
dengan pemberian miltivitamin, dan titik terkait yang sesuai dengan kebutuhan
micronutrien lainnya. Sedangkan non saja, misalnya pada Pijat Tui Na ini yang
farmakologi antara lain melalui minuman terbatas pada titik meridian tangan, kaki,
herbal / jamu, pijat, akupresur, dan perut dan pungung. Ketentuan pijat ini
akupunktur (Wong, 2011). Pijat dan yakni 1 set terapi sama dengan1 x
akupresur merupakan metode yang sudah protokol terapi per hari, selama 6 hari
lama ada, namun sangat jarang dilakukan berturut-turut, bila perlu mengulang terapi
dalam memberikan asuhan pada balita, di beri jeda 1-2 hari dan pijat salah satu sisi
masyarakat anak hanya mendapatkan pijat tangan saja, tidak perlu kedua sisi, jangan
saat baru lahir sampai usia 40 hari atau paksa anak makan karena akan
jika ada masalah otot lainnya. (Shoim, menimbulkan trauma psikologis. berikan
2006) asupan makanan yang sehat, bergizi dan
Saat ini kebanyakan orang tua bervariasi (dr. Tiwi dan Reza, 2013)
mengatasi kesulitan makan anak sebatas Hasil penelitian Zhen Huan Liu dan Li
pemberian multivitamin tanpa ting Cen di Guangzhou tahun 2009
memperhatikan penyebab. Hal tersebut menyebutkan bahwa pijat Tui na
akan berdampak negatif jika diberikan berpengaruh positif terhadap
dalam jangka waktu yang lama. Dewasa perkembangan syaraf dan peredaran darah
ini telah dikembangkan dari tehnik pijat pada bayi. Penelitian serupa juga
bayi, yakni pijat Tui Na. Pijat ini dilakukan oleh Mehta (2002) didapatkan
dilakukan dengan tehnik pemijatan bahwa akupresur pada titik meridian
meluncur (Effleurage atau Tui), memijat tertentu dapat memperlancar aliran darah
(Petrissage atau Nie), mengetuk ke pencernaan
(tapotement atau Da), gesekan, menarik, Berdasarkan hal tersebut peneliti perlu
memutar, menggoyang, dan menggetarkan mengkaji lebih lanjut efektifitas pijat Tui
titik tertentu sehingga akan Na dalam mengatasi kesulitan makan
mempengaruhi aliran energi tubuh dengan pada balita, dengan tetap mengedepankan
memegang dan menekan tubuh pada keamanan dan asuhan sayang anak.
bagian tubuh tertentu. Pijat Tui Na ini
merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik
Munjidah: Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di 196
RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya

METODE PENELITIAN Pengumpulan data pada variabel pijat


Penelitian ini menggunakan desain Tui Na dilakukan secara langsung, melalui
analitik observasional dengan pendekatan pembagian kuisioner pada orang tua.
cross sectional dengan meneliti efektifitas Dengan ketentuan pijat dilakukan dengan
pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan rutin jika orang tua memberikan 1x
makan anak. Populasi yang digunakan protokol pijat yaitu 1x/hari yang meliputi
adalah semua ibu dan balita yang ada di 8 gerakan. Sedangkan untuk variabel
RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya kesulitan makan pada anak, pengumpulan
sebesar 27 orang dan sampel yang data dilakukan secara langsung, yaitu
digunakan adalah sebagian ibu dan balita peneliti menyebarkan kuisioner berupa 8
yang ada di RW 02 Kelurahan indikator kesulitan makan pada balita
Wonokromo Surabaya. Besar sampel 23
orang. Menggunakan simple random
sampling. analisis data menggunakan Chi 1. Distribusi responden berdasarkan usia
Square dengan nilai kemaknaan alpha Karakteristik Responden Menurut Usia
0,05 Balita
Pengumpulan data secara langsung Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia
menggunakan insrumen lembar kuesioner Balita Di RW 02 Kelurahan Wonokromo
tentang tanda-tanda kesulitan makan pada
balita. Sedangkan untuk variabel pijat Tui No Usia (tahun) Frekuensi Persentase
Na yakni perlakuan pijat pada anak (%)
selama 6 hari oleh orang tua 1 7 - < 36 bulan 13 56,5
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan 2 36-59 bulan 10 43,5
di RW 02 Kelurahan Wonokromo
Total 23 100
Surabaya. Sedangkan waktu
pelaksanaannya dilakukan pada bulan
April-Juli 2015 Sumber: data primer Juli 2015
Uji Korelasi Chi Square dengan Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui
menggunakan bantuan komputer melalui bahwa lebih dari separo responden (59%)
program SPSS 17 berusia 7 s/d <36 bulan

HASIL 2. Distribusi responden berdasarkan


Penelitian ini telah dilakukan di RW 02 perlakukan pijat Tui Na
Kelurahan Wonokromo. Dimana lokasi Karakteristik responden berdasarkan
penelitian berjarak kurang lebih 1 KM perlakukan pijat Tui Na akan disajikan
dari Universitas Nahdlatul Ulama dalam tabel sebagai berikut:
Surabaya. Pelayanan kesehatan yang Tabel 2. Distribusi Frekuensi
dekat dengan tempat penelitian yaitu perlakukan pijat Tui Na Di RW 02
Puskesmas Wonokromo, RS. Islam Kelurahan Wonokromo
Surabaya.
Kegiatan pelayanan kesehatan melalui No Pijat Frekuensi Persentase
posyandu di RW 02 juga terlaksana (%)
dengan baik. Setiap hari kamis minggu 1 Rutin melakukan 8 34,8
pertama setiap bulan selalu diadakan
kegiatan posyandu yang melibatkan kader, 2 Tidak rutin 15 65,2
petugas kesehatan dari puskesmas dan melakukan
tidak jarang dosen dan mahasiswa Unusa Total 23 100
terlibat dalam pengabdian masyarakat dan Sumber: data primer Juli 2015
penelitian di acara posyandu tersebut.

196
197 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 193-199

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa Dikatakan tidak melakukan secara rutin


sebagian besar responden (65,2%) tidak jika tidak setiap hari melakukan atau
melakukan pijat Tui Na secara rutin dalam 1x protokol pijat tidak semua
gerakan dilakukan, pada hasil penelitian
3. Distribusi responden berdasarkan menunjukkan sebesar 15 orang (65,2%)
tingkat kesulitan makan tidak melakukannya dengan rutin.
Karakteristik responden berdasarkan Dari kuisioner yang disebar sebagian
tingkat kesulitan makan akan disajikan besar orang tua tidak melanjutkan pijatan
dalam tabel sebagai berikut: sampai dengan selesai (8 gerakan). Saat
melakukan gerakan yang kedua anak
Tabel 2. Distribusi Frekuensi tingkat sudah tidak mau. Dan orang tua kesulitan
kesulitan makan Balita Di RW 02 dalam menyelesaikan pijatan sampai
Kelurahan Wonokromo dengan selesai. Hal ini yang menyebabkan
pijatan tidak masuk dalam kategori rutin.
No Tingkat Frekuensi Persentase
Kesulitan (%) 2. Kesulitan makan pada balita
makan Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
1 Sulit 17 74 sebagian besar responden (74%) masih
mengalami kesulitan makan. Jika dilihat
2 Tidak sulit 6 26 dari mayoritas responden yakni pada tabel
Total 23 100 1 bahwa usia responden paling banyak
antara 7 bulan sampai < 36 bulan (56,5%).
Sumber: data primer Juli 2015
Hal ini sesuai teori bahwa kesulitan
makan sering dialami oleh anak terutama
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
rentang usi 1-3 tahun yang disebut juga
sebagian besar responden (74%) masih
usia food jag, yaitu anak hanya makan
mengalami kesulitan makan
pada makanan yang disukai atau bahkan
sulit makan (Afiani L. Ika dkk, 2003).
4. Efektifitas pijat Tui Na dalam
Dikategorikan kesulitan makan jika ibu
mengatasi kesulitan makan balita
menjawab isian kuisioner lebih dari 2
Berdasarkan hasil uji statistik, karena
tanda / indikator kesulitan makan.
syarat uji Chi Square tidak terpenuhi
Beberapa indikator tanda kesulitan
maka peneliti menggunakan uji Exact
makan pada balita yakni: kesulitan
fisher, didapatkan nilai signifikan p =
mengunyah, menghisap, menelan,
0,009 < α = 0,05. Maka Ho ditolak
memuntahkan atau menyemburkan
Artinya pijat Tui Na efektif dalam
makana yang sudah masuk di mulut,
mengatasi kesulitan makan pada balita
memainkan makanan atau makan
berlama-lama, sama sekali tidak mau
PEMBAHASAN
memasukkan makanan kedalam mulut
1. Pijat Tui Na
atau menutup rapat mulut, memnuntahkan
Berdasarkan tabel 2 didapatkan
atau menumpahkan makanan, menepis
hasil bahwa sebagian besar responden
suapan, tidak menyukai banyak variasi
(65,2%) tidak melakukan pijat Tui Na
makanan, dan kebiasaan makan yang
secara rutin. Dari 23 responden hanya 8
tidak biasa. (Joko Widodo. 2012)
orang yang melakukan pijat secara rutin
pada anak. Dikatakan rutin jika pijat
c. Efektifitas pijat Tui Na dalam
dilakukan 1 set terapi sama dengan 1 x
mengatasi kesulitan makan balita
protokol terapi per hari, selama 6 hari
Hasil uji statistik melalui uji Chi
berturut-turut meliputi 8 gerakan (dr. tiwi
Square tidak memenuhi syarat, sehingga
dan Reza, 2013).
peneliti menggunakan uji axact fisher,
Munjidah: Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di 198
RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya

didapatkan nilai signifikan p 0,009 < α SIMPULAN


0,05. Maka Ho ditolak Artinya pijat Tui Berdasarkan hasil penelitian dapat
Na efektif dalam mengatasi kesulitan ditarik kesimpulan sebagai berikut:
makan pada balita. 1. Sebagian besar orang tua tidak
Pijat Tui Na ini dilakukan dengan melakukan secara rutin pijat Tui Na
tehnik pemijatan meluncur (Effleurage 2. Sebagian besar balita masih mengalami
atau Tui), memijat (Petrissage atau Nie), kesulitan makan
mengetuk (tapotement atau Da), gesekan, 3. Pijat Tui Na efektif dalam mengatasi
menarik, memutar, menggoyang, dan kesulitan makan pada balita
menggetarkan titik tertentu sehingga akan
mempengaruhi aliran energi tubuh dengan DAFTAR RUJUKAN
memegang dan menekan tubuh pada
bagian tubuh tertentu. Pijat Tui Na ini Depkes RI. 2010. Stimulasi Deteksi
merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik Intervensi Dini Tumbuh Kembang.
untuk mengatasi kesulitan makan pada Jakarta: UKK tumbuh Kembang
balita dengan cara memperlancar dr. Tiwi dan Reza. Langkah Pijat Tui Na.
peredaran darah pada limpa dan https://www.youtube.com/watch?v=
pencernaan, melalui modifikasi dari oDCtwLqgMzc
akupunktur tanpa jarum, teknik ini Ika, Afiani L.dkk. 2003. Ramuan jamu
menggunakan tenik penekanan pada titik cekok sebagai penyembuhan kurang
meridian tubuh atau garis aliran energi nafsu makan pada anak. Jurnal
sehingga relatif lebih mudah dilakukan Makara kesehatan, Vol. 7, No 1,
dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010). Juni 2003. UGM: Yogyakarta
Penyebab tersering pada kasus Mehta, H. (2002). The Science and
kesulitan makan pada balita dikarenakan Benefits of Acupressure therapy.
gangguan fungsi limpa dan pencernaan. http://www.associatedcontent.com/a
Sehingga makanan yang masuk kedalam rticle. di akses tanggal 10 Mei 2015
perut tidak segera dicerna, yang berakibat ____. Blog of Pasific collage of oriental
pada stagnasi makanan dalam saluran medicine. Benefit of Tui Na
cerna, keluhan yang disampaikna orang massage.http://www.pacificcollege.
tua pada masalah ini adalah anak sering edu/news/blog/2014/12/19/benefits-
muntah, mual jika disuapi, dan perut tui-na-massage
terasa penuh sehingga mengurangi nafsu Puspita, Yenni. 2015. Faktor dan dampak
makan atau bahkan tidak nafsu makan stunting pada kehidupan balita.
sama sekali. Pijat ini akan memperlancar Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.
peredaran darah ke limpa dan pencernaan, Word Press.
hal ini didukung oleh penelitian yang Shoim, Muhammad dkk. 2006. Pengaruh
dilakukan oleh Zhen Huan Liu dan Li ting pijat terhadap kenaikan berat badan
Cen di Guangzhou tahun 2009 bayi umur 4 bulan. Jurnal gizi klinik
menyebutkan bahwa pijat Tui na Indonesia. Vol 3 No 02. November
berpengaruh positif terhadap 2006:67-70
perkembangan syaraf dan peredaran darah Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang
pada bayi. Penelitian serupa juga anak. Jakarta: EGC
dilakukan oleh Joko Widodo dkk (2012) Sukanta, P. Okta. 2010. Akupressur &
didapatkan bahwa akupresur pada titik Minuman untuk Mengatasi
meridian tertentu dapat memperlancar Gangguan Kesehatan Reproduksi.
aliran darah ke pencernaan PT Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Sukanta, P. Okta. 2010. Pijat Akupresur
Untuk Kesehatan. Penebar Plus.

198
199 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 193-199

Jakarta
Widodo, Joko. 2012. Edukasi dan
konsultasi sulit makan dan
gangguan kenaikan berat badan.
Jakarta: Picky Eaters And Grow Up
Clinik. http:// pickyeatersclinik.com
akses 27 Mei 2015 jam 11.00
Wong, M. Fery. 2011. Panduan Lengkap
Pijat. Jakarta: Penebar plus
Yulia, Rita. 2012. Lebih sehat dengan
akupresur dan pijat bayi. Jakarta:
Salemba Medika
Zhen Huan Liu., Li-ting Cen. 2011. Effect
Tui Na On Neurodevelopment in
Premature Infant. Journal of
Acupuncture and Tuina Science.
Vol. 11, Issue 1, pp7-12.
Shanghai Research Institute of
Acupuncture and Mer

You might also like