Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS

SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

FREDERIK YOHANIS ITEM

(1413139)
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
RINGKASAN SKRIPSI, 02 (AGUSTUS), 34-56. ©Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya
Makassar 2018
Jalan Tanjung Alang 23 Makassar

PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP


NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Frederik Yohanis Item *


Suwandi Ng **
Robert Jao **
Universitas Atma Jaya, Makassar

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of earnings management and voluntary
disclosure on firm value with equity capital cost as the mediation variable. The
population used in this study are all non-financial companies listed on the Indonesia
Stock Exchange with the study period 2015-2017. The method of determining the
sample using purposive sampling with certain criteria and using secondary data so that
obtained 125 companies that will be used to be a sample, so the number of
observations is 375. The analysis method used is path analysis. The results of this
study indicate that earnings management has a negative and insignificant effect on the
cost of equity capital. Voluntary disclosure has a negative and significant influence on
the cost of equity capital. Cost of equity capital has a negative and significant impact
on corporate value. Earnings management has a positive and significant influence on
The cost of equity capital in this study was not able to mediate the effect of earnings
management on firm value, while the cost of equity capital in this study was able to
mediate the effect of voluntary disclosure on firm value.
Keywords : Earnings Management, Vonuntary Disclosure, Cost Of Equity,
Firm Value.

* Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya, Makassar,
Email: frederik.y.item@gmail.com
** Staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Makassar.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 57
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan perusahaan pada dasarnya memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham (Husnan, 2006:263). Kemakmuran para pemegang saham biasanya dapat
dilihat dari tingginya nilai perusahaan. Hal ini berarti memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham dapat dilakukan dengan cara memaksimumkan nilai perusahaan.
Semakin tinggi nilai perusahaan, maka akan semakin besar kemakmuran yang akan
diterima oleh pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi dapat tercermin dari
harga pasar saham yang tinggi (Sukirni, 2012). Setiani (2012) menyatakan nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan
dengan harga saham. Pujiati dan Widanar (2009) juga menyatakan bahwa harga pasar
saham perusahaan merupakan suatu cerminan penilaian investor secara keseluruhan
atas setiap ekuitas yang dimiliki. Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan
harga saham, maka memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan
memaksimumkan harga pasar saham (Ridwan dan Gunardi, 2013).
Weston dan Brigham (2010:27) menyatakan bahwa dalam faktor-faktor yang
memengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham, tingkat bunga, jumlah kas
dividen yang diberikan, jumlah laba yang didapat perusahaan serta tingkat resiko dan
pengembalian. Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Laba perusahaan merupakan suatu
indikator yang berpengaruh terhadap harga saham, karena laba merupakan faktor
yang memengaruhi penilaian investor akan keadaan perusahaan. Semakin tinggi laba
yang dihasilkan perusahaan akan semakin tinggi pula pengembalian yang diberikan
kepada investor. Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang
lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
Perusahaan akan berupaya untuk memaksimalkan laba demi kepentingan para
investor. Berbagai strategi diterapkan guna mencapai tujuan tersebut. Perusahaan
akan selalu menjaga agar kinerjanya terlihat baik di mata para stakeholdernya. Namun
pada kenyataannya, perusahaan seringkali dihadapkan pada berbagai kendala yang
bisa menyebabkan penurunan kinerja bahkan kesulitan keuangan hingga akhirnya
bangkrut. Tentu saja perusahaan akan berusaha menutupi kondisi tidak sehat tersebut
dari para stakeholdernya. Di tahun 2017, sebuah perusahaan raksasa di Inggris yaitu
British Telecom melakukan penggelembungan laba perusahaan. Dari awal tahun 2016,
harga saham perusahaan ini cenderung meningkat. Awal Januari 2016, harga saham
British Telecom adalah $236,12 dan di akhir tahun 2016 adalah $298,10. Hal ini
menunjukkan kepada para investor bahwa perusahaan ini memiliki nilai yang terus
meningkat yang tercermin dalam kenaikan harga sahamnya. Kemudian Pada awal
triwulan kedua tahun 2017 perusahaan British Telecom diketahui melakukan
penggelembungan laba di salah satu lini usahanya di Italia. Kecurangan (fraud) itu
dilakukan dengan membesarkan penghasilan perusahaan melalui perpanjangan
kontrak yang palsu dan invoice-nya serta transaksi yang palsu dengan vendor.
Praktik fraud ini sudah terjadi sejak tahun 2013. Skandal fraud akuntansi ini
berdampak kerugian pada pemegang saham dan investor di mana harga saham
British Telecom turun seperlimanya ketika British Telecom mengumumkan koreksi
pendapatannya sebesar GBP530 juta di bulan Januari 2017, harga saham yang
awalnya $387,15 pada tanggal 23 Januari 2017 turun menjadi $303,00 keesokan
harinya (www.wartaekonomi.co.id).
Praktik kecurangan yang dilakukan oleh British Telecom merupakan suatu
praktik yang disebut manajemen laba (earnings management). Manajemen laba
adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (Sulistyanto, 2008:49).
Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan
untuk pengambilan keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 58


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer
dan pihak eksternal perusahaan (Surifah, 1999 dalam Lestari dan Pamudji, 2013).
Manajemen laba dipengaruhi oleh konflik adanya perbedaan kepentingan
antara pemegang saham (principal) dengan agen selaku pengelola (manajemen
perusahaan) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Konflik keagenan yang
mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen yang akan mengakibatkan laba
yang dilaporkan semu, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas laba di mana
dampaknya menurunkan nilai perusahaan di masa yang akan datang. Rendahnya
kualitas laba tersebut berakibat pada kesalahan pembuatan keputusan oleh para
pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan
akan berkurang (Siallagan dan Machfoeds, 2006).
Menurut Lestari dan Pamudji (2013), manajemen laba memiliki pengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang melakukan manajemen laba yang
tinggi akan membuat nilai perusahaan menjadi lebih rendah. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dan Gunardi (2013) yang menyatakan bahwa
manajemen laba memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan atau manjemen
laba dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja laba yang berasal dari komponen
akrual sebagai aktivitas manajemen laba memiliki persistensi yang lebih rendah
dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi yang
dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Manajemen laba menyebabkan banyak informasi yang harus diungkap oleh
perusahaan, sehingga berkonsekuensi terhadap meningkatnya biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (biaya modal ekuitas).
Dalam penelitian Utami (2005) dijelaskan bahwa biaya modal ekuitas adalah besarnya
rate yang digunakan oleh investor untuk mendiskontokan dividen yang diharapkan
diterima di masa yang akan datang, yang diukur dengan model penilaian perusahaan.
Utami (2005) membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat akrual, maka semakin tinggi
biaya modal ekuitas. Semakin tinggi biaya modal ekuitas akan berdampak pada harga
saham yang rendah, karena biaya modal ekuitas adalah tarif diskonto yang dipakai
oleh investor untuk menilaitunaikan arus kas di masa yang akan datang.
Beberapa penelitian empiris yang menguji secara langsung antara manajemen
laba dan biaya modal ekuitas adalah Utami (2005), Darwis (2012), dan Chancera
(2011) yang menyajikan hasil yang berbeda. Utami (2005) menyatakan bahwa
manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Hal
ini menunjukkan bahwa investor menyadari bahwa praktik manajemen laba banyak
dilakukan oleh emiten, sehingga akan melakukan antisipasi dengan cara menaikkan
tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Chancera (2011) yang menyatakan bahwa manajemen
laba berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Dengan semakin tingginya
biaya modal ekuitas, maka akan berpengaruh terhadap penurunan harga saham
perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang berbeda dikemukakan oleh Purwanto
(2012) yang menyatakan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap biaya modal ekuitas, artinya investor belum mengantisipasi dengan benar
informasi yang terkait dengan laba akrual, dengan kata lain investor tertipu oleh
perilaku oportunistik dari manajemen.
Biaya modal ekuitas bagi perusahaan merupakan biaya riil yang harus
dikeluarkan dalam mendapatkan dana dari sisi ekuitas, sehingga kecenderungannya
biaya modal tersebut harus diminimalisir (Dhaliwal et al., 2009). Dalam upaya
meminimalisir biaya yang rendah untuk modal ekuitas, maka perusahaan menerbitkan
suatu pengungkapan. Pentingnya suatu pengungkapan dapat menurunkan ekspektasi
investor terhadap risiko dan mengurangi asimetri informasi di mana masing-masing

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 59


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
menunjukkan pengurangan biaya modal ekuitas (Murni, 2003). Pengungkapan yang
bisa dilakukan perusahaan adalah pengungkapan sukarela.
Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan butir-butir
pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan
oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas bagi
manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya
yang dipandang relevan dengan kebutuhan pengambilan keputusan bagi para pemakai
informasi (Huda, 2006). Namun luasnya pengungkapan sukarela yang dilakukan
perusahaan sangat tergantung pada biaya dan manfaat dari pengungkapan tersebut
(Fitriany, 2001).
Risiko adalah pertimbangan utama investor sebelum menginvestasikan
dananya dalam perusahaan. Jika investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi
berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, maka investor akan melakukan
antisipasi dengan menaikkan tingkat return yang diharapkan oleh investor, dan akan
menyebabkan tingginya biaya modal ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
(Juniarti dan Yunita, 2003). Hal ini kemudian akan berdampak terhadap penurunan
nilai perusahaan karena harga saham perusahaan juga ikut menurun. Untuk
meyakinkan investor, perusahaan dapat melakukan disclosure dalam laporannya.
Salah satu pengaruh tingkat disclosure bagi perusahaan adalah meningkatnya jumlah
investor dan mengurangi asimetri informasi (Juniarti dan Yunita, 2003). Dengan
mengurangi tingkat asimetri informasi maka laporan keuangan lebih transparan dan
menyebabkan estimasi risiko oleh investor rendah karena tidak ada informasi yang
disembunyikan. Dengan demikian, tingkat pengembalian (return) yang diminta oleh
investor juga rendah, dan akan mengurangi biaya modal ekuitas (Juniarti dan Yunita,
2003). Akibatnya, nilai perusahaan akan meningkat seiring dengan kenaikan harga
saham. Manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para
investor guna meningkatkan nilai saham perusahaan dan mengurangi biaya modal
ekuitas. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure)
yang dapat digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi (Murni, 2003).
Annis (2016) menemukan bukti secara tidak langsung dari penelitiannya
tentang adanya keuntungan potensial dari disclosure yang tinggi, selain banyak
menarik investor juga mengurangi risiko estimasi dan asimetri informasi, di mana
masing-masing menunjukkan pengurangan biaya modal ekuitas. Selain itu, semakin
transparan laporan keuangan suatu perusahaan maka akan menurunkan tingkat
estimasi investor atas risiko yang ada pada perusahaan tersebut, sehingga tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor juga rendah, yang pada akhirnya biaya
modal ekuitas perusahaan juga rendah (Wijaya dan Sun, 2014).
Indayani dan Mutia (2013) memperoleh hasil bahwa pengungkapan sukarela
memiliki pengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas di mana semakin banyak
perusahaan mengungkapkan jati diri dan identitas perusahaan maka semakin besar
pula biaya modal ekuitas yang akan dikeluarkan perusahaan. Sebaliknya, semakin
sedikit informasi yang diungkapkan maka akan semakin kecil biaya modal ekuitas yang
dikeluarkan perusahaan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wijaya dan Sun (2014) yang menyatakan bahwa pengungkapan sukarela mempunyai
pengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas, artinya semakin besar tingkat
pengungkapan sukarela maka semakin rendah biaya modal ekuitas. Dengan demikian,
penurunan biaya modal ekuitas ini akan mengakibatkan meningkatnya harga saham
atau nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pengungkapan sukarela dan
manajemen laba terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh biaya modal ekuitas.
Hal ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Sun
(2014) yang menguji pengaruh pengungkapan sukarela dan manajemen laba terhadap
biaya modal ekuitas. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 60


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
ini, peneliti memilih nilai perusahaan sebagai variabel dependen dan menjadikan biaya
modal ekuitas sebagai variabel mediasi. Biaya modal ekuitas dijadikan variabel
mediasi karena investor cenderung mempertimbangkan risiko sebelum berinvestasi.
Besarnya risiko yang akan dihadapi investor akan mempengaruhi biaya modal ekuitas
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin tinggi risiko, maka biaya modal
ekuitas yang ditentukan oleh investor akan semakin besar pula. Oleh karena itu,
manajer harus mempertimbangkan manajemen laba dan pengungkapan sukarela agar
nilai perusahaan (tercermin dalam harga saham perusahaan) bisa meningkat,
sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan investor dapat diminimalisir.
Perbedaan yang lain adalah jika penelitian sebelumnya menggunakan sampel di mana
populasi diambil dari indeks kompas 100 periode 2014, maka dalam penelitian ini
populasi yang diambil adalah seluruh perusahaan non keuangan yang tercatat di BEI
pada tahun 2015-2017.

2. TINJAUAN LITERATUR
Teori Agensi
Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (prinsipal) dan
manajemen (agen). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pada hubungan
keagenan terdapat suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah
orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi
wewenang kepada agen untuk membuat keputusan terbaik bagi prinsipal.
Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada
posisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan
prinsipal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan
kepentingan diri sendiri, maka dengan asimetri informasi yang dimilikinya akan
mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
prinsipal. Dalam kondisi ketidakseimbangan tersebut, agen dapat memengaruhi angka-
angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan
manajemen laba.

Teori Stakeholder
Perkembangan bisnis di era modern menuntut perusahaan untuk lebih
memerhatikan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya
kepada pemegang saham. Hal ini selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan
mendatangkan manfaat ekonomis dan menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan.
Dari perspektif hubungan antara perusahaan dengan seluruh pemangku kepentingan
inilah, teori stakeholder kemudian dikembangkan.
Pendapat yang dikemukakan Donaldson dan Preston (1995) bahwa
stakeholder theory merupakan hal yang berkenaan dengan manajerial dan
merekomendasikan sikap, struktur dan praktik yang dilaksanakan bersama-sama
membentuk sebuah filosofi stakeholder management yang dilakukan dengan cara
manajer harus menyusun dan mengimplementasikan proses-proses yang memuaskan
semua atau hanya kelompok-kelompok yang berkepentingan dalam suatu organisasi.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan bukan semata-mata menjalankan
operasional perusahaan untuk kepentingan pribadi, melainkan juga memperhatikan
kepentingan seluruh stakeholder.

Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan upaya manajemen mengintervensi laporan
keuangannya yang menampilkan tingkat profitabilitas tinggi demi mencapai laba yang
dikehendakinya. Tindakan manajemen laba menyebabkan laba yang dilaporkan tidak

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 61


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
mencerminkan kondisi laba perusahaan yang sesungguhnya sehingga kualitas laba
menjadi rendah. Secara singkat Scott (2009:403) mendefinisikan bahwa manajemen
laba adalah tindakan yang dilakukan melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk
memperoleh tujuan tertentu, misalnya untuk memenuhi kepentingan sendiri atau
meningkatkan nilai pasar perusahaan.

Pengungkapan Sukarela
Menurut Hendriksen dan Breda (1991), pengungkapan sukarela yaitu bahwa
perusahaan cenderung meningkatkan luas pengungkapan keuangan tanpa paksaan
dari pemerintah atau badan profesi akuntansi. Dalam berbagai penelitian terdahulu
juga telah dibuktikan bahwa pengungkapan sosial dan pengungkapan lingkungan
dapat mengurangi asimteri informasi antara manajer dengan stakeholder dan investor
akan menggunakannya untuk menilai prospek perusahaan di masa depan sehingga
meningkatkan nilai saham perusahaan (Cormier et al., 2011). Penelitian oleh Gallego-
Alvarez (2010) juga membuktikan bahwa pengungkapan sosial dan lingkungan
perusahaan dapat dijadikan oleh perusahaan sebagai alat untuk menciptakan reputasi
perusahaan yang baik dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham dari perusahaan
tersebut.

Biaya Modal Ekuitas


Biaya modal ekuitas adalah suatu rate tertentu yang harus dicapai perusahaan
untuk dapat memenuhi imbalan yang diharapkan (expected return) oleh para
pemegang saham biasa (common stockholders) atas dana yang telah ditanamkan
pada perusahaan tersebut sesuai dengan risiko yang akan diterimanya. Pada saat
perusahaan ingin mengembangkan usahanya, biasanya perusahaan membutuhkan
tambahan dana. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan malakukan pinjaman
ataupun menerbitkan saham baru. Penentuan besarnya biaya modal dimaksudkan
untuk mengetahui berapa besar biaya rill yang harus dikeluarkan untuk memperoleh
dana yang diperlukan.

Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro,
2007). Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar yang tercermin dari harga
saham. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham,
maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi
juga akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini
namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, pencapaian
nilai perusahaan sangat penting karena merupakan tujuan jangka panjang suatu
perusahaan.

3. KERANGKA PEMIKIRAN TEORETIS


Apabila suatu perusahaan melakukan manajemen laba, maka risiko informasi
akan meningkat dan biaya modal perusahaan juga akan menjadi semakin tinggi. Hal ini
akan berakibat pada penurunan harga saham, yang artinya nilai perusahaan juga ikut
turun. Sebaliknya, pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan akan
mengurangi asimetri informasi yang ada, sehingga laporan keuangan menjadi lebih
transparan dan estimasi risiko menjadi lebih rendah pula. Tidak adanya informasi yang
disembunyikan perusahaan maka tingkat ketidakpastian dari risiko informasi yang akan
diterima oleh investor maupun kreditor juga lebih kecil, sehingga mengakibatkan
tingkat pengembalian modal yang diminta oleh investor juga menurun. Dampaknya,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 62


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
harga saham naik dan nilai perusahaan juga ikut naik. Teori yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini adalah teori agensi (agency theory) dan teori stakeholder
(stakeholder theory). Teori Agensi menjelaskan pengaruh manajemen laba dan
pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas. Teori stakeholder menjelaskan
pengaruh biaya modal ekuitas terhadap nilai perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) dalam agency theory menjelaskan bahwa terdapat
hubungan keagenan antara principal dan agent melalui suatu kontrak. Fama (1980)
mengungkapkan bahwa dalam teori agensi, terdapat kontrak efisien di mana
shareholder menyerahkan tanggung jawab kepada manajer dan manajer bertugas
mengkoordinasikan aktivitas dalam perusahaan dan memposisikannya secara tepat
dalam lingkungan kompetitif. Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah
pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen
berada pada posisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan dengan prinsipal.
Ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen menyebabkan
timbulnya konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic
manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, akibat
dilakukannya manajemen laba. Manajemen laba menyebabkan banyak informasi yang
harus diungkap oleh perusahaan, sehingga berkonsekuensi terhadap meningkatnya
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik
(biaya modal ekuitas), di mana biaya modal ekuitas adalah rate yang diharapkan
investor untuk menilaitunaikan arus kas yang diharapkan akan diterima di masa datang
(Ashidiqi, 2013).
Langkah yang dapat dilakukan manajer untuk mendapatkan kepercayaan
investor adalah dengan melakukan pengungkapan. Pengungkapan sukarela
merupakan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan secara sukarela, tanpa
diwajibkan oleh lembaga berwenang. Dengan melakukan pengungkapan sukarela,
manajemen dapat membantu investor dan kreditur dalam memahami risiko investasi.
Semakin luas pengungkapan, maka semakin kecil resiko yang akan dihadapi investor,
akibatnya biaya modal ekuitas yang harus dikeluarkan perusahaan akan semakin kecil.
Risiko investasi menjadi pertimbangan investor dalam menentukan besarnya
imbal hasil yang diharapkan. Jika investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi
berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, maka investor akan melakukan
antisipasi dengan menaikkan tingkat return yang diharapkan oleh investor, dan akan
menyebabkan tingginya biaya modal ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
(Juniarti dan Yunita, 2003). Hal ini kemudian akan berdampak terhadap penurunan
nilai perusahaan karena harga saham perusahaan juga ikut menurun. Untuk
meyakinkan investor, perusahaan dapat melakukan disclosure dalam laporannya.
Dengan adanya disclosure, maka laporan keuangan lebih transparan dan
menyebabkan estimasi risiko oleh investor rendah karena tidak ada informasi yang
disembunyikan. Dengan demikian, tingkat pengembalian (return) yang diminta oleh
investor juga rendah, dan akan mengurangi biaya modal ekuitas (Juniarti dan Yunita,
2003).
Tujuan jangka panjang perusahaan adalah penciptaan nilai sehingga
keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi para stakeholder. Menurut
Phillips (2003:16), teori stakeholder merupakan teori yang berkaitan dengan moral dan
nilai-nilai eksplisit sebagai fitur utama dalam mengelola perusahaan. Dalam teori
stakeholder, mengelola perusahaan bukan hanya sekedar memaksimalkan kekayaan
pemegang saham, malainkan lebih pada memberikan kemakmuran bagi stakeholder.
Manajer harus menciptakan nilai bagi perusahaan. Untuk memberikan penciptaan nilai
ini dapat dinyatakan melalui rendahnya biaya modal ekuitas perusahaan. Biaya modal
ekuitas yang rendah menandakan bahwa tingkat pengembalian (return) yang
diharapkan investor akan sama dengan actual return. Hal ini akan memotivasi investor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 63


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
untuk berinvestasi dalam perusahaan yang memiliki biaya modal ekuitas yang rendah,
karena diyakini mampu memberikan pengembalian (return) yang menguntungkan para
investor. Artinya, semakin rendah biaya modal suatu perusahaan, maka akan
berdampak terhadap pada semakin baiknya nilai perusahaan, hal ini nampak dalam
kenaikan harga saham perusahaan. Dengan demikian, manajer dalam mengelola
perusahaan harus mampu memberikan kemakmuran bagi stakeholder-nya. Teori
stakeholder berkaitan dengan nilai perusahaan. Ketika nilai perusahaan meningkat,
akan berdampak pada tingkat kemakmuran stakeholder yang juga meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disusun kerangka pemikiran teoretis
yang menyatakan hubungan antar variabel sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoretis

Berdasarkan pemikiran teoritis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas
H2: Pengungkapan sukarela berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas
H3: Biaya modal ekuitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H4: Manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H5: Pengungkapan sukarela berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H6: Biaya modal ekuitas memediasi pengaruh manajemen laba terhadap nilai
perusahaan
H7: Biaya modal ekuitas memediasi pengaruh pengungkapan sukarela terhadap nilai
perusahaan

4. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan jumlah keseluruhan kelompok individu yang akan diteliti
atau diselidiki. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017. Data yang
diperlukan adalah laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) yang
diterbitkan oleh perusahaan untuk tahun 2015-2017.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dinilai dapat mewakili
karakteristiknya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan metode
purposive sampling, di mana peneliti memilih sampel yang memenuhi kriteria tertentu
sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
Perusahaan non keuangan yang terus-menerus terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2015-2017 dan tidak mengalami delisting, Perusahaan menerbitkan
laporan keuangan dan laporan tahunan secara lengkap selama periode 2015-2017,
Perusahaan yang laporannya dinyatakan dalam satuan rupiah, dan Laporan memiliki
informasi yang dibutuhkan mengenai data yang berhubungan dengan variabel yang
diteliti, manajemen laba, pengungkapan sukarela, biaya modal ekuitas dan nila
perusahaan.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 64


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter. Data
dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan
menganalisis dokumen tertulis maupun tidak tertulis. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan data berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang
diterbitkan oleh seluruh perusahaan non keuangan untuk periode 2015-2017.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, melainkan melalui media
perantara yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Sumber data dalam penelitian ini
berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah dipublikasikan dari data
base Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro,
2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan semakin
tinggi nilai perusahaanmaka menunjukkan tingginya kemakmuran para pemegang
saham. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan simple q
dari penelitian Gaio dan Raposo (2011). Rumus perhitungan simple q adalah sebagai
berikut:
Q i ,t =(BVA i , t + MVEi ,t −BVE i ,t )/BVA i , t
Keterangan:
Q = firm value (nilai perusahaan)
BVA = book value of total assets (nilai buku dari total aset)
MVE = market value of common equity (nilai pasar ekuitas)
BVE = book value of equity (nilai buku ekuitas)

Biaya Modal Ekuitas


Biaya modal ekuitas merupakan tingkat pengembalian minimum yang
diharapkan oleh para investor atas dana yang mereka investasikan di perusahaan
(Wijaya dan Sun, 2014). Perhitungan biaya ekuitas dalam penelitian ini menggunakan
model Ohlson yang dikembangkan oleh Utami (2005), yaitu:
T
Pt =Bt + ∑ ( 1r ) Et { Xt }…………………………………………………(1)
t =1
Keterangan:
Pt = harga saham pada periode t
Bt = nilai buku per lembar saham periode t
x t + 1 = laba per lembar saham pada periode t + 1
r = biaya modal ekuitas
Untuk mengestimasikan laba per lembar saham pada periode t + 1 digunakan model
Random Walk sebagai berikut:
E (xt+1) = xt+δ……………………………………………………………….(2)
Keterangan:
E (xt + 1 ) = estimasi laba per lembar saham pada periode t + 1
xt = laba per lembar saham aktual pd periode t
δ = drift term yang merupakan rata-rata perubahan laba per
lembar saham selama 5 tahun
Untuk tujuan estimasi laba satu tahun ke depan (t +1) digunakan data rata-rata
perubahan laba per lembar saham untuk lima tahun atau sejak go public jika emiten
belum genap lima tahun menjadi perusahaan publik. Dengan demikian estimasi biaya
modal ekuitas pada persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 65


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Pt = Bt + (1 + r ) [ xt + 1 - r Bt]
xt + 1 = laba per saham periode t + 1 yang diestimasi dengan model random walk
seperti pada persamaan (2) Setelah disederhanakan secara matematik maka
persamaan (3) menjadi:
( Pt - Bt ) (1 + r ) = ( x t + 1 - r Bt)
r = ( Bt + x t + 1 - Pt ) / Pt
Manajemen Laba
Manajemen laba adalah upaya yang dilakukan oleh manajemen dalam
pembuatan laporan keuangan perusahaan untuk menaikkan atau menurunkan angka
laba sesuai dengan yang diinginkan (Wiyadi et al., 2017). Dalam penelitian ini,
pengukuran manajemen laba akan menggunakan pendekatan akrual yang diproksi
dengan menggunakan Modified Jones Model yang dikembangkan oleh Dechow et al.
(1995). Berikut adalah persamaan total akrual:
TACC it =EBXT it −OCF it
Keterangan:
TACC it = total akrual perusahaan i pada tahun t
EBXT it = laba perusahaan i sebelum pos-pos luar biasa pada
tahun t
OCF it = arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahun t
Persamaan di atas akan menjadi:
TACCit 1 ∆ REV it PPE it
TA it−1
=α 1
(TA it−1 ) (
+α 2
TA it −1 ) (
+α 3
T Ait−1
+ε)
Kemudian persamaan diatas akan digunakan untuk mengestimasi dan menghitung
non-discretionary accrual sebagai berikut:
1 ∆ REV it ∆ REC it PPE it
NDACC it =α 1
( ) (
TA it−1
+α 2 −
TA 0 it−1 T A it−1) (
+α 3
T Ait−1 )
Keterangan:
TACC it = total akrual perusahaan i untuk tahun t dibagi total aset pada
perusahaan i pada akhir tahun t-1
TA it −1 = total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1
∆ REV it
= perubahan pendapatan perusahaan i untuk tahun t dibagi total
T A it−1
aset perusahaan i pada tahun t-1
∆ REC it
= perubahan piutang bersih perusahaan i untuk tahun t dibagi
T A it−1
total
aset perusahaan i pada tahun t-1
PPE it
= aset tetap perusahaan i untuk tahun t dibagi total aset
T A it−1
perusahaan i pada tahun t-1
ε = error
Total accruals memiliki komponen yang terdiri dari discretionary accrual dan non
discretionary accrual (TA = DA + NDA). Perhitungan discretionary accrual (tingkat
accruals hasil rekayasa laba) dapat dirumuskan sebagai berikut :
DACCit =TACC it −NDACC it

Pengungkapan Sukarela

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 66


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Luas pengungkapan sukarela diukur dengan menghintung indeks
pengungkapan sukarela. Perhitungan indeks kelengkapan pengungkapan sukarela
(IPS) dilakukan dengan memberi skor untuk setiap item yang diungkapkan
berdasarkan penelitian Nuryaman (2009). Perhitungan indeks pengungkapan sukarela
mengacu pada item yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Sehar et al. (2013) yang
telah dimodifikasi oleh Wulandari (2015). Daftar item pengungkapan sukarela yang
digunakan dalam penelitian ini ada 32 item didasarkan pada item yang telah
dikembangkan dalam penelitian Wulandari (2015) yang tidak diwajibkan menurut
peraturan Bapepam, dalam hal ini adalah peraturan Bapepam No: KEP-347/BL/2012.
Pemberian skor pada tiap item pengungkapan sukarela secara dikotomis di mana item
akan diberi skor (1) apabila diungkapkan dan diberi skor (0) apabila tidak diungkapkan.

IPS=
∑ Q ×100 % %
∑S
Keterangan:
IPS : Indeks kelengkapan pengungkapan sukarela
Q : Item kelengkapan pengungkapan sukarela yang disajikan dalam laporan
tahunan.
S : 32 item kelengkapan pengungkapan sukarela

Metode Analisis Data


Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah setiap variable berdistribusi
normal atau tidak normal. Normal atau tidaknya suatu variabel diukur berdasarkan
distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Uji statistik
yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu uji Kolmogorov-SmirnovZ
dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,05. Data dikatakan normal apabila
hasil dari uji Kolmogorov-SmirnovZ memiliki tingkat probabilitas signifikansi lebih besar
dari 0,05 atau 5% (Ghozali, 2012:160).
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
Persamaan Kolmogorof-Smirnov Sig. Keterangan

Substruktur 1 0,722 0,675 Terdistribusi Normal

Substruktur 2 4,085 0,000 Tidak Terdistribusi Normal

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20


(2018)
Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa pada persamaan sub-
struktur 1, nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah sebesar 0,722 dan tingkat probabilitas
signifikansi sebesar 0,675 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data yang
digunakan pada model regresi ini telah terdistribusi secara normal, dan persamaan
sub-struktur 2, nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah sebesar 4,085 dan tingkat
probabilitas signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data
yang digunakan pada model regresi ini telah terdistribusi secara tidak normal.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi yang kuat antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas
dapat didasarkan pada besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Faktor).

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 67


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas pada penelitian tersebut. Sebaliknya jika tolerance < 0.10 dan VIF >
10 maka terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut (Ghozali,
2012:106).
Tabel 2
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity
Struktur Model Statistics Keterangan
Tolerance VIF
Sub-struktur 1
(Pengaruh Manajemen Laba
dan Pengungkapan Sukarela
terhadap Biaya Modal
Ekuitas)
Manajemen Laba 0,993 1,008 Tidak terjadi multikolinearitas
Pengungkapan Sukarela 0,993 1,007 Tidak terjadi multikolinearitas

Sub-struktur 2
(Pengaruh Manajemen Laba,
Pengungkapan Sukarela, dan
Biaya Modal Ekuitas terhadap
Nilai Perusahaan)
Manajemen Laba 0,989 1,011 Tidak terjadi multikolinearitas
Pengungkapan Sukarela 0,508 1,968 Tidak terjadi multikolinearitas
Biaya Modal Ekuitas 0,106 9,477 Tidak terjadi multikolinearitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 20 (2018)


Hasil uji multikolinearitas pada table di atas menunjukkan bahwa pengaruh
variabel manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan nilai tolerance sebesar
0,993 > 0,10 dan VIF sebesar 1,008 < 10 telah memenuhi syarat dari uji
multikolinearitas. Selanjutnya, pengaruh variabel pengungkapan sukarela terhadap
biaya modal ekuitas dengan nilai tolerance sebesar 0,993 > 0,10 dan VIF sebesar
1,007 < 10 telah memenuhi syarat dari uji multikolinearitas. Dengan demikian,
berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terjadi
multikolinearitas dalam persamaan sub-struktur 1 yakni pengaruh manajemen laba dan
pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas.
Hasil uji multikolinearitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa pengaruh
variabel manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan nilai tolerance sebesar
0,989 > 0,10 dan VIF sebesar 1,011 < 10 telah memenuhi syarat dari uji
multikolinearitas. Selanjutnya, pengaruh variabel pengungkapan sukarela terhadap
nilai perusahaan dengan nilai tolerance sebesar 0,508 > 0,10 dan VIF sebesar 1,968 <
10 telah memenuhi syarat dari uji multikolinearitas. Terakhir, pengaruh variabel biaya
modal ekuitas terhadap nilai perusahaan nilai tolerance sebesar 0,106 > 0,10 dan VIF
sebesar 9,477 < 10 telah memenuhi syarat dari uji multikolinearitas. Dengan demikian,
berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terjadi
multikolinearitas dalam persamaan sub-struktur 2 yakni pengaruh manajemen laba,
pengungkapan sukarela, dan biaya modal ekuitas terhadap nilai perusahaan.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya (Ghozali, 2012:110). Masalah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 68


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
autokorelasi disebabkan oleh residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan model
Durbin Watson (DW-test). Menurut Santoso (2012:243) pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi adalah:
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Table 3
Hasil Uji Autokorelasi
Sub-struktur Durbin Watson
1 1,945
2 1,917
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 20 (2018)
Pada tabel di atas, nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar 1,945 untuk sub-
struktur satu dan 1,917 untuk sub-struktur 2 di mana nilai tersebut berada di antara -2
sampai +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada
persamaan sub-struktur 1 dan sub-struktur 2 dalam penelitian ini.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Apabila nilai
signifikan lebih besar 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Table 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Struktur Model Sig Keterangan
Sub-struktur 1
(Pengaruh Manajemen Laba
dan Pengungkapan Sukarela
terhadap Biaya Modal
Ekuitas)
Manajemen Laba 0,119 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Pengungkapan Sukarela 0,834 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sub-struktur 2
(Pengaruh Manajemen Laba,
Pengungkapan Sukarela, dan
Biaya Modal Ekuitas terhadap
Nilai Perusahaan)
Manajemen Laba 0,162 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Pengungkapan Sukarela 0,000 Terjadi heteroskedastisitas
Biaya Modal Ekuitas 0,640 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 20 (2018)
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel menunjukkan hasil yang diperoleh dari
persamaan sub-struktur 1 yaitu pengaruh antara manajemen laba terhadap biaya
modal ekuitas dengan tingkat signifikansi sebesar 0,119 > 0,05 yang menandakan
bahwa pada hubungan antar variabel tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Selanjutnya, pada hubungan antara variabel pengungkapan sukarela terhadap
biaya modal ekuitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,834 > 0,05 yang
menandakan bahwa pada hubungan tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel menunjukkan hasil yang diperoleh dari
persamaan sub-struktur 2 yaitu pengaruh antara manajemen laba terhadap nilai

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 69


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
perusahaan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,162 > 0,05 yang menandakan
bahwa pada hubungan antar variabel tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas juga dilakukan pada hubungan antara variabel
pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi yang
diperoleh sebesar 0,000 < 0,05 yang menandakan bahwa pada hubungan antar
variabel tersebut terjadi heteroskedastisitas.
Selanjutnya, pada hubungan antara variabel biaya modal ekuitas terhadap nilai
perusahaan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,640 > 0,05 yang menandakan bahwa
pada hubungan tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Obyek Penelitian
Objek penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi untuk dijadikan objek dalam
penelitian yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan laporan tahunan
selama periode 2015-2017. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel untuk masing-masing
tahun adalah 125 perusahaan dari 568 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sehingga total unit analisis adalah sebanyak 375 perusahaan.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi ( R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam menerangkan atau menjelaskan variasi variabel dependen. Koefisien
determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adjusted R Square untuk
model substruktur 1 dan substruktur 2 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Table 5
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Struktur Model R R Square Adjusted R Square
Substruktur 1 0,936 0,877 0,876
Substruktur 2 0,472 0,223 0,213
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 20 (2018)
Nilai Adjusted R Square untuk persamaan substruktur 1 yang ditunjukkan dalam
tabel di atas adalah sebesar 0,876. Hal ini berarti bahwa 87,6% variabilitas biaya
modal ekuitas (Y1) dapat dijelaskan oleh variabilitas manajemen laba (X1) dan
pengungkapan sukarela (X2). Sedangkan sisanya (100% - 87,6% = 12,4%) dijelaskan
variabel-variabel lain di luar model ini.
Besarnya nilai Adjusted R Square untuk persamaan substruktur 2 yang
ditunjukkan dalam tabel adalah sebesar 0.213. Hal ini berarti bahwa 21,3% variabilitas
nilai perusahaan (Y2) dapat dijelaskan oleh variabilitas manajemen laba (X1),
pengungkapan sukarela (X2) dan biaya modal ekuitas (Y1). Sedangkan sisanya (100%
- 21,3% = 78,7%) dijelaskan variabel-variabel lain di luar model ini.

Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-
sama (simultan) variabel-variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen
(terikat) dan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen atau tidak.
Tabel 6
Hasil Uji Statistik F
Variabel Endogenus Variabel Eksogenus F Sig.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 70


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]

Biaya Modal Ekuitas


797,717 0,000
Manajemen Laba (MN) (BME)
Pengungkapan Sukarela (PS)
Manajemen Laba (MN)
Pengungkapan Sukarela (PS) Nilai Perusahaan (NP) 23,986 0,000
Biaya Modal Ekuitas (BME)

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 20 (2018)


Berdasarkan hasil uji ANOVA atau F-test yang terlihat pada tabel di atas,
menunjukkan bahwa untuk persamaan substruktur 1 yang menguji pengaruh
manajemen laba dan pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara manajemen laba dan pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas.
Dengan demikian, model pada persamaan substruktur 1 telah dibangun dengan baik.
Untuk persamaan substruktur 2 yang menguji pengaruh manajemen laba,
pengungkapan sukarela, dan biaya modal ekuitas, terhadap nilai perusahaan memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara manajemen laba, pengungkapan sukarela, dan biaya modal ekuitas, secara
bersama-sama atau simultan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, model
pada persamaan substruktur 2 telah dibangun dengan baik.

Hasil Analisis Jalur


Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi dalam
analisis jalur (path analysis) untuk memprediksi hubungan antara variabel eksogenus
dan variabel endogenus.
Tabel 7
Hasil Uji Analisis Jalur
Standardized
Struktur Model Sig. Keterangan
Beta
Substruktur 1
(Pengaruh Manajemen Laba dan
Pengungkapan Sukarela terhadap
Biaya Modal Ekuitas)
Manajemen Laba (MN) -0,024 0,216 Tidak
Signifikan
Pengungkapan Sukarela (PS) -0,300 0,000 Signifikan
Substruktur 2
(Pengaruh Manajemen Laba,
Pengungkapan Sukarela, dan
Biaya Modal Ekuitas terhadap Nilai
perusahaan) 0,101
Manajemen Laba (MN) 0,140 0,038 Signifikan
Pengungkapan Sukarela (PS) -0,301 0,038 Signifikan
Biaya Modal Ekuitas (BME) 0,043 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 20 (2018)
Hasil analisis dari model jalur yang dibuat pada tabel memperlihatkan hasil
pengolahan data untuk model analisis dengan dua persamaan jalur yang digunakan
dalam penelitian ini:
1. Pengaruh variabel manajemen laba (X1) terhadap biaya modal ekuitas (Y1)
diperoleh nilai koefisien jalur negatif sebesar -0,024 pada probabilitas
signifikansi 0,216. Dengan demikian, secara statistik dapat disimpulkan bahwa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 71


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
manajemen laba berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas sebesar
-0,024 x 100% = -2,4%. Hal ini menunjukkan manajemen laba yang tinggi
cenderung menurunkan biaya modal ekuitas.
2. Pengaruh variabel pengungkapan sukarela (X2) terhadap biaya modal ekuitas
(Y1) diperoleh nilai koefisien jalur negatif sebesar -0,300 pada probabilitas
signifikansi 0,000. Dengan demikian, secara statistik dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas
sebesar -0,300 x 100% = -30%. Hal ini menunjukkan pengungkapan sukarela
yang tinggi cenderung menurunkan biaya modal ekuitas.
3. Pengaruh variabel manajemen laba (X1) terhadap nilai perusahaan (Y2)
diperoleh nilai koefisien jalur positif sebesar 0,101 pada probabilitas signifikansi
0,038. Dengan demikian, secara statistik dapat disimpulkan bahwa manajemen
laba berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sebesar 0,101 x 100% =
10,1%. Hal ini menunjukkan manajemen laba yang tinggi cenderung
meningkatkan nilai perusaahaan.
4. Pengaruh variabel pengungkapan sukarela (X2) terhadap nilai perusahaan (Y2)
diperoleh nilai koefisien jalur positif sebesar 0,140 pada probabilitas signifikansi
0,038. Dengan demikian, secara statistik dapat disimpulkan bahwa manajemen
laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 0,140 x 100% =
14%. Hal ini menunjukkan pengungkapan sukarela yang tinggi cenderung
meningkatkan nilai perusaahaan.
5. Pengaruh variabel biaya modal ekuitas (Y1) terhadap nilai perusahaan (Y2)
diperoleh nilai koefisien jalur negatif sebesar -0,301 pada probabilitas
signifikansi 0,043. Dengan demikian, secara statistik dapt disimpulkan bahwa
biaya modal ekuitas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sebesar
-0,301 x 100% = 30,1%. Hal ini menunjukkan biaya modal ekuitas yang rendah
cenderung meningkatkan nilai perusaahaan.

Hasil Uji Parsial (Uji t)


Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara
parsial berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen dalam regresi. Jika hasil
perhitungan menunjukkan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, berarti terdapat
pengaruh secara parsial yang signifikan antara variabel independen dan variabel
dependen. Hasil uji t dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 yang telah disajikan
sebelumnya. Pembahasan hasil uji t adalah sebagai berikut:
1. Manajemen laba memiliki pengaruh sebesar -0,024 dan probabilitas signifikansi
sebesar 0,216, lebih besar dari alpha 0.05. Dapat disimpulkan bahwa manajemen
laba memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas.
Dengan demikian, H1 yang menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh
signifikan terhadap biaya modal ekuitas, ditolak.
2. Pengungkapan sukarela memiliki pengaruh sebesar -0,300 dan probabilitas
signifikansi sebesar 0,000, lebih kecil dari alpha 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan sukarela memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya
modal ekuitas. Dengan demikian, H2 yang menyatakan bahwa pengungkapan
sukarela berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas, diterima.
3. Biaya modal ekuitas memiliki pengaruh sebesar -0,301 dan probabilitas signifikansi
sebesar 0,043, lebih kecil dari alpha 0.05. Dapat disimpulkan bahwa biaya modal
ekuitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan
demikian, H3 yang menyatakan bahwa biaya modal ekuitas berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, diterima.
4. Manajemen laba memiliki pengaruh sebesar 0,101 dan probabilitas signifikansi
sebesar 0,038, lebih kecil dari alpha 0.05. Dapat disimpulkan bahwa manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 72


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
laba memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan
demikian, H4 yang menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, diterima.
5. Pengungkapan sukarela memiliki pengaruh sebesar 0,140 dan probabilitas
signifikansi sebesar 0,038, lebih kecil dari alpha 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan sukarela memiliki pengaruh postif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian, H5 yang menyatakan bahwa pengungkapan
sukarela berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, diterima.

Pembahasan
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Ini menunjukkan bahwa
semakin rendah manajemen laba maka biaya modal ekuitas akan semakin naik.
Walaupun demikian, penelitian ini tidak menemukan pengaruh yang kuat.
Teori agensi menjelaskan bahwa Agen memiliki akses langsung terhadap
informasi dalam perusahaan sehingga memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan
prinsipal. Hal ini kemudian menimbulkan konflik kepentingan antara agen dan
prinsipal, di mana pemegang saham sebagai prinsipal mengadakan kontrak untuk
memaksimalkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.
Manajer sebagai agent termotivasi memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya yaitu dengan melakukan manajemen laba.
Hasil negatif dalam penelitian ini menandakan bahwa semakin tinggi manajemen
laba yang dilakukan perusahaan maka semakin banyak diskresi yang dilakukan,
sehingga kualitas laporan yang dihasilkan menjadi semakin baik. Hal ini yang
kemudian membuat investor menurunkan tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan.
Hasil tidak signifikan dalam penelitian ini disebabkan karena dalam pengambilan
keputusan investasi, investor mempertimbangkan berbagai faktor. Salah satunya
adalah jika perusahaan melakukan pengungkapan dalam laporan keuangannya.
Tingkat pengungkapan yang tinggi cenderung akan meningkatkan kepercayaan
investor untuk berinvestasi di dalam perusahaan. Dalam pengungkapannya,
perusahaan cenderung tidak akan mengungkapkan praktik manajemen laba yang
dilakukannya, sehingga investor sulit untuk mengindikasikan adanya manajemen laba
dalam perusahaan dan yang nampak bagi investor adalah kondisi perusahaan dalam
keadaan baik.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto
(2012) yang menyatakan bahwa manajemen laba mempunyai pengaruh negatif
terhadap biaya modal ekuitas. Artinya, semakin tinggi manajemen laba, biaya modal
ekuitas perusahaan akan semakin rendah. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005) dan Chancera (2011) yang
menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya
modal ekuitas. Hal ini mengindikasikan bahwa investor sudah mengantisipasi dengan
baik tentang informasi yang terkait dengan manajemen laba.

Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Biaya Modal Ekuitas


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi pengungkapan sukarela maka biaya modal ekuitas akan semakin
rendah
Teori agensi menerangkan bahwa agen memiliki informasi yang lebih baik
dbandingkan pinsipal sehingga menyebabkan ketidakseimbangan informasi antara
agen dan prinsipal yang disebut asimetri informasi. Manajemen diharapkan melakukan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 73


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
pengungkapan informasi (pengungkapan sukarela) untuk menekan masalah yang
ditimbulkan oleh asimetri informasi agar meningkatkan tingkat kepercayaan prinsipal.
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang dilakukan secara
sukarela oleh pihak perusahaan. Tingkat pengungkapan sukarela yang tinggi
mengindikasikan bahwa semakin sedikit informasi yang disembunyikan oleh
perusahaan, sehingga laporan yang disajikan juga semakin transparan. Laporan
keuangan yang transparan menyebabkan estimasi investor atas risiko yang ada
perusahaan juga semakin rendah, sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan
investor juga menurun.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan
Sun (2014) yang menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela berpengaruh negatif
terhadap biaya modal ekuitas. Artinya, semakin banyak informasi yang diungkap dalam
laporan keuangan perusahaan akan menyebabkan investor menurunkan biaya modal
ekuitas karena investor percaya akan kinerja perusahaan. Namun, penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indahyani dan Mutia (2013) yang
menyatakan bahwa pengungkapan sukarela secara individual berpengaruh positif
terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Artinya, semakin banyak perusahaan yang mengungkapkan mengenai
jati diri dan identitas perusahaan maka akan semakin besar biaya modal ekuitas yang
dikeluarkan perusahaan. Sebaliknya semakin sedikit informasi yang diungkapkan
maka akan semakin kecil biaya modal ekuitas yang dikeluarkan perusahaan.

Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap Nilai Perusahaan


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya modal ekuitas memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa besaran
biaya modal ekuitas yang dikeluarkan oleh perusahaan cenderung akan memengaruhi
nilai perusahaan. Semakin rendah biaya modal ekuitas yang dikeluarkan oleh
perusahaan maka hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan.
Biaya modal ekuitas merupakan tingkat pengembalian minimum yang diharapkan
oleh investor agar menanamkan modalnya di perusahaan. Biaya modal ekuitas penting
bagi perusahaan dalam upaya menciptakan nilai bagi para pemegang saham atau
investor. Biaya modal ekuitas yang rendah menandakan bahwa tingkat pengembalian
(return) yang diharapkan investor akan sama dengan actual return. Hal ini akan
memotivasi investor untuk berinvestasi dalam perusahaan yang memiliki biaya modal
ekuitas yang rendah, karena diyakini mampu memberikan pengembalian (return) yang
menguntungkan para investor.
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalisasi nilai bagi para pemegang
saham, salah satunya adalah investor (Jensen, 2001). Dalam hal investasi, semua
investor ingin modal yang mereka investasikan pada suatu perusahaan memperoleh
return atau pengembalian yang maksimum. Hal itu dapat tercapai ketika kinerja
perusahaan secara menyeluruh menunjukkan hasil yang baik. Kinerja perusahaan juga
memotivasi pemodal untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang kinerjanya
lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan kinerja rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azhar dan
Noriza (2012) yang menyatakan bahwa biaya modal ekuitas berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan. Namun, tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Supit et al. (2015) yang menemukan bahwa biaya modal ekuitas tidak memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Supit et al. (2015) biaya modal ekuitas
dipandang investor bukanlah suatu yang mengancam terhadap prospek perusahaan di
masa yang akan datang.

Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 74


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
manajemen laba maka nilai perusahaan juga akan semakin meningkat.
Teori agensi menyatakan bahwa hubungan antara prinsipal dan agen dapat
mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information)
karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang
perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi bahwa individu-individu
bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan asimetri
informasi yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui principal. Kondisi perusahaan yang buruk merupakan
salah satu informasi yang sering disembunyikan oleh agen karena ketika investor
mengetahui kondisi tersebut, mereka tidak akan menanamkan modalnya pada
perusahaan yang berdampak pada penurunan harga saham perusahaan.
Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer dapat berdampak pada
kelangsungan hidup perusahaan. Manajemen laba dilakukan untuk menghindari reaksi
investor yang kurang menguntungkan yang nantinya akan berdampak pada penurunan
nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa adanya asimetri antara manajemen dan pemilik perusahaan
memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan manajemen laba untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan manajer dilakukan
dengan cara intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi
akrual sehingga laporan yang dihasilkan menampilkan kondisi perusahaan dalam
keadaan baik.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ridwan dan Gunardi (2013)
menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Penelitian tersebut mengimplikasikan bahwa tingginya tindakan
manajemen laba dalam perusahaan akan mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan.
Namun, hasil penelitian yang berbeda dikemukakan oleh Lestari dan Pamudji (2013)
yang menyatakan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang melakukan manajemen laba akan
menurunkan nilai perusahaannya begitupun sebaliknya.

Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Nilai Perusahaan


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi pengungkapan sukarela maka nilai perusahaan cenderung akan
meningkat pula.
Harrison dan Wicks (2013) berpendapat bahwa perusahaan yang cenderung
membuat stakeholder mereka lebih baik akan menjadi perusahaan yang mampu
mempertahankan dukungan dan partisipasi para stakeholder dan berkembang dari
waktu ke waktu. Dengan mengutamakan kepentingan para stakeholder, manajer akan
selalu berusaha agar nilai perusahaan selalu baik, yang tercermin dalam peningkatan
harga saham perusahaan. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan, maka manajer
selain meningkatkan performa perusahaan, mereka juga bisa melakukan
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. Dengan melakukan
pengungkapan sukarela, kepercayaan investor terhadap perusahaan akan semakin
meningkat karena informasi yang diungkap dalam laporan keuangan menjadi semakin
luas.
Semakin luas pengungkapan informasi maka bahan pertimbangan untuk
menganalisis prospek perusahaan di masa yang akan datang juga semakin banyak.
Dengan meningkatnya bahan pertimbangan, maka kesalahan dalam memprediksi
kinerja perusahaan akan menurun. Kesalahan prediksi kinerja perusahaan yang
menurun dapat menambah kepercayaan diri investor dalam melakukan permintaan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 75


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
saham. Permintaan saham yang meningkat membuat harga saham juga ikut
meningkat. Harga saham yang meningkat menandakan nilai perusahaan juga
meningkat.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Melyana
(2015) yang menyatakan bahwa pengungkapan sukarela berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin banyak informasi yang diungkap, tingkat
kepercayaan investor terhadap perusahaan semakin tinggi, akibatnya investor akan
menanamkan modalnya pada perusahaan dan harga saham perusahaan akan
meningkat. Hasil yang tidak konsisten dikemukakan oleh Nurmayati dan Rusiti (2017)
yang menyatakan bahwa pengungkapan sukarela tidak berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
investor kurang begitu memahami informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan
secara sukarela sebagai bahan pertimbangan menilai prospek perusahaan.
Pengungkapan sukarela tidak menambah kepercayaan diri investor dalam melakukan
permintaan saham, sehingga tidak terjadi peningkatan harga saham.

Peran Mediasi Biaya Modal Ekuitas terhadap Pengaruh Manajemen Laba pada
Nilai Perusahaan
Hasil pengujian sobel menunjukkan bahwa tidak ada peran mediasi variabel
biaya modal ekuitas yang menghubungkan antara manajemen laba dengan nilai
perusahaan. Hasil ini dapat disimpulkan dengan melihat pada p value of sobel test
sebesar 0,292 yang lebih besar dari alpha 0,05.
Biaya modal ekuitas yang tidak berhasil memediasi hubungan antara
manajemen laba terhadap nilai perusahaan mengindikasikan bahwa investor dalam
pengambilan keputusan mungkin akan mempertimbangkan faktor lain selain
menentukan biaya modal ekuitas, misalnya kualitas audit. Perusahaan yang
melakukan manajemen laba namun memiliki kualitas audit yang baik menjadi
pertimbangan investor untuk melakukan investasi. Kualitas audit yang baik
mengimplikasikan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan tidak akan
berpengaruh besar terhadap prospek perusahaan di masa depan.
Kualitas audit yang tinggi dapat pula berperan sebagai penghalang efektifitas
manajemen laba karena reputasi manajemen akan turun dan nilai perusahaan akan
turun. Tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan akan sangat dipengaruhi
oleh kualitas audit, karena auditor telah memeriksa laporan keuangan perusahaan
secara mendalam.
Di indonesia, investor yang mengetahui adanya praktik manajemen laba dalam
perusahaan canderung akan menarik modal dan tidak mau berinvestasi pada
perusahaan yang melakukan manajemen laba. Sehingga ketika investor mengetahui
bahwa suatu perusahaan melakukan manajemen laba, perhitungan biaya modal
ekuitas tidak perlu dilakukan, dan dampaknya akan menurunkan nilai perusahaan.

Peran Mediasi Biaya Modal Ekuitas terhadap Pengaruh Pengungkapan Sukarela


pada Nilai Perusahaan
Hasil pengujian sobel menunjukkan bahwa biaya modal ekuitas berperan dalam
memediasi hubungan manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Hasil ini dapat
disimpulkan dengan melihat pada p value of sobel test sebesar 0,044 yang lebih kecil
dari alpha 0,05.
Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (prinsipal) dan
manajemen (agen). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pada hubungan
keagenan terdapat suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah
orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi
wewenang kepada agen untuk membuat keputusan terbaik bagi prinsipal. Sebagai
bentuk tanggung jawab agen terhadap prinsipal, maka agen harus meningkatkan nilai

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 76


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
perusahaan melalui kenaikan harga saham yang diakibatkan oleh banyaknya investor
yang berinvestasi dalam perusahaan.
Investor, sebelum melakukan investasi dalam perusahaan cenderung akan
mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Risiko ini
akan berdampak terhadap imbal hasil (biaya modal ekuitas) yang diharapkan oleh
investor. Cara yang bisa dilakukan manajer untuk meningkatkan kepercayaan investor
adalah dengan melakukan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pentingnya suatu
pengungkapan dapat menurunkan ekspektasi investor terhadap risiko dan mengurangi
asimetri informasi di mana masing-masing menunjukkan pengurangan biaya modal
ekuitas (Murni, 2003).
Menurut Freeman (1984), stakeholder memiliki kekuatan untuk membuat
keputusan dalam hal utilitas suatu perusahaan, dengan melihat apakah perusahaan
dapat memberikan lebih besar dari apa yang mereka berikan. Melihat hal tersebut,
seorang manajer pasti akan berusaha untuk memenuhi kepuasan para stakeholder,
caranya dengan memaksimalkan nilai perusahaan. Ketika nilai perusahaan baik, hal ini
akan nampak pada tingginya harga saham perusahaan.
Harga saham perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa banyak investor
yang mau berinvestasi di dalam perusahaan. Semakin banyak investor yang mau
berinvestasi, menandakan bahwa mereka percaya terhadap perusahaan tersebut.
Dengan percaya, maka para investor akan menurunkan imbal hasil (biaya modal
ekuitas) yang diharapkan dari perusahaan.
Biaya modal ekuitas penting bagi perusahaan dalam upaya menciptakan nilai
bagi para pemegang saham atau investor. Biaya modal ekuitas yang rendah
menandakan bahwa tingkat pengembalian (return) yang diharapkan investor akan
sama dengan actual return. Hal ini akan memotivasi investor untuk berinvestasi dalam
perusahaan yang memiliki biaya modal ekuitas yang rendah, karena diyakini mampu
memberikan pengembalian (return) yang menguntungkan para investor.
Biaya modal ekuitas dalam penelitian ini berhasil memediasi hubungan antara
pengungkapan sukarela dan nilai perusahaan menunjukkan bahwa pertimbangan
utama investor sebelum berinvestasi adalah risiko. Maka untuk mengurangi risiko
investasi dan meningkatkan keprcayaan investor terhadap perusahaan, manajemen
harus melakukan pengungkapan sukarela dalam pelaporannya agar laporan yang
dihasilkan semakin transparan. Tingginya kepercayaan investor terhadap perusahaan
membuat mereka akan menurunkan biaya modal ekuitas dan investor cenderung akan
melakukan investasi pada saham perusahaan sehingga mengakibatkan nilai pasar
ekuitas meningkat yang juga akan berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh manajemen
laba dan pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh biaya
modal ekuitas. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya, maka
kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Manajemen laba memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap biaya
modal ekuitas. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan
perusahaan bisa menurunkan biaya modal ekuitas perusahaan. Semakin tinggi
manajemen laba yang dilakukan perusahaan menandakan bahwa semakin banyak
diskresi yang dilakukan, sehingga kualitas laporan yang dihasilkan menjadi semakin
baik. Hal ini yang kemudian membuat investor menurunkan tingkat imbal hasil yang
dipersyaratkan.
b. Pengungkapan sukarela memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya
modal ekuitas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak yang diungkapkan
dalam laporan tahunan akan menurunkan biaya modal ekuitas perusahaan.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 77


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Semakin banyak yang diungkapkan, maka laporan keuangan akan semakin
transparan. Semakin transparan laporan keuangan suatu perusahaan maka akan
menurunkan tingkat estimasi investor atas risiko yang ada pada perusahaan
tersebut, sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor juga
rendah, yang pada akhirnya biaya modal ekuitas perusahaan juga rendah
c. Biaya modal ekuitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa besaran biaya modal ekuitas yang
dikeluarkan oleh perusahaan cenderung akan memengaruhi nilai perusahaan.
Semakin rendah biaya modal ekuitas yang dikeluarkan oleh perusahaan maka hal
ini akan meningkatkan nilai perusahaan.
d. Manajemen laba memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan cenderung akan memengaruhi nilai perusahaan. Pengaruh positif ini
terjadi karena tingkat nondiscretionary accrual cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan tingkat discretionary accrual yang dilakukan perusahaan. Akibatnya, laba
akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan menjadi semakin berkualitas yang
akan membantu investor dalam mengambil keputusan invastasi. Semakin baik
kualitas laba yang dihasilkan, maka investor akan cenderung melakukan investasi
dalam perusahaan, sehingga nilai perusahaan (harga saham) juga akan meningkat.
Maka, semakin tinggi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan, hal ini akan
meningkatkan nilai perusahaan.
e. Pengungkapan sukarela memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa Semakin tinggi pengungkapan sukarela,
maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Semakin banyak yang
diungkapkan dalam laporan tahunan dapat meningkatkan kepercayaan investor
untuk berinvestasi dalam perusahaan karena informasi yang diungkapkan menjadi
semakin luas, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dalam
harga saham.
f. Biaya modal ekuitas dalam penelitian ini tidak memediasi pengaruh manajemen
laba terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian Persamaaan 1 menyatakan bahwa
manajemen laba berpengaruh tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas, dan
persamaan 2 menyatakan biaya modal ekuitas berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, nyatanya biaya modal ekuitas tidak mampu memediasi pengaruh
manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Hasil tidak signifikan dalam persamaan
1 menunjukkan bahwa manajemen laba tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
biaya modal ekuitas. Hal ini mungkin disebabkan karena manajemen laba yang
dilakukan adalan discretionary accrual, yang secara akuntansi tidak dilarang,
sehingga investor tidak perlu mempertimbangkan biaya modal ekuitas untuk
berinvestasi dalam perusahaan.
g. Biaya modal ekuitas dalam peneltian ini mampu memediasi pengaruh
pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan. Pertimbangan utama investor
sebelum berinvestasi adalah risiko. Maka untuk mengurangi risiko investasi dan
meningkatkan keprcayaan investor terhadap perusahaan, manajemen harus
melakukan pengungkapan sukarela dalam pelaporannya agar laporan yang
dihasilkan semakin transparan. Tingginya kepercayaan investor terhadap
perusahaan membuat mereka akan menurunkan biaya modal ekuitas dan investor
cenderung akan melakukan investasi pada saham perusahaan sehingga
mengakibatkan nilai pasar ekuitas meningkat yang juga akan berpengaruh pada
peningkatan nilai perusahaan.
Implikasi teoretis dalam penelitian ini memperkuat teori agensi yang
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), Fama (1980), dan Eisenhard (1989)
yang menjelaskan bahwa perlu adanya “kontrak efisien” antara manajemen dan
shareholder. Kontrak efisien terjadi ketika shareholder menyerahkan tanggung jawab

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 78


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
kepada manajer dan manajer bertugas mengkoordinasikan aktivitas dalam perusahaan
dan memposisikannya secara tepat dalam lingkungan kompetitif. Peran terpenting dari
shareholder adalah untuk memonitor dan mengontrol pekerjaan dan pengambilan
keputusan ekonomi yang dilakukan oleh manajer. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
risiko yang ditanggung oleh shareholder selaku pemilik perusahaan. Manajer
menggunakan human capital yang dimiliki oleh perusahan dalam rangka mendukung
kinerjanya sebagai upaya untuk menghasilkan keuntungan bagi shareholder karena
ada kekhawatiran dari manajer bahwa kinerja dari mereka tidak akan menghasilkan
keuntungan bagi shareholder.
Selain itu, implikasi teoretis dalam penelitian ini memperkuat teori stakeholder
yang dikemukakan oleh Freeman (1984), Donaldson dan Preston (1995), Harrison dan
Wicks (2013), dan Philips (2003) yang menjelaskan bahwa proses penciptaan nilai
suatu perusahaan umumnya tercermin dari pengelolaan aktivitas perusahaan.
Manajemen dalam perusahaan harus mampu menyusun dan mengimplementasikan
proses-proses yang memuaskan semua atau hanya kelompok yang berkepentingan
dalam organisasi. Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder agar
tujuan suatu perusahaan dapat dicapai karena mereka adalah pihak yang
mempengaruhi dan dipengaruhi atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan
dilakukan perusahaan. Sehingga perusahaan yang menjaga hubungan dengan
stakeholdernya akan meningkatkan nilai bagi perusahaan.
Hasil penelitian ini memberikan implikasi praktis sebagai referensi bagi
manajemen perusahaan agar termotivasi untuk meningkatkan pengungkapan sukarela
dan manajemen laba (discretionary accrual) dalam mengelola sumberdaya
perusahaan secara efisien. Selain itu manajer harus mempertimbangkan manajemen
laba dan pengungkapan sukarela dalam mengelola biaya modal ekuitas agar dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang mampu menciptakan biaya modal
ekuitas yang rendah akan meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan
investasi.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi investor untuk lebih teliti sebelum
mengambil keputusan dalam berinvestasi khususnya pada perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mempertimbangkan unsur manajemen laba
dan pengungkapan sukarela yang ada dalam laporan tahunan perusahaan. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi regulator dalam membuat aturan-aturan
terkait dengan kebijakan manajemen laba dan pengungkapan sukarela sehingga
menciptakan bisnis yang menguntungkan antara kedua belah pihak, baik itu
perusahaan maupun investor.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan oleh
peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam
rangka mengembangkan penelitian ini, yaitu;
1. Periode sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini relatif singkat yaitu
hanya 3 tahun dari periode 2015-2017, sehingga varians data cukup besar dan
menyebabkan data cenderung tidak normal.
2. Tidak digunakannya variabel kontrol dalam mengontrol perbedaan antara
perusahaan dengan berbagai karakteristik yang berbeda, jumlah aset yang besar
dengan perusahaan dengan jumlah aset yang lebih kecil.
Untuk menjawab keterbatasan penelitian ini, peneliti masa mendatang perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berkut:

1. Peneliti masa mendatang sebaiknya menambah periode pengamatan penelitian.


Dengan demikian, hasil penelitian dapat mewakili kondisi perusahaan secara
keseluruhan.
2. Peneliti masa mendatang sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan
variabel mediasi lainnya seperti kualitas audit dalam menguji pengaruh manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 79


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
laba terhadap nilai perusahaan. Hal ini disarankan karena investor tidak memiliki
sumber daya untuk mengetahui apakah angka laba dimanipulasi atau tidak ataupun
berapa besar jumlah manipulasinya. Oleh karenanya, mereka bergantung pada
auditor untuk mengkonfirmasi angka laba tersebut.

7. DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, M. J. (2005). Intellectual Capital Disclosure and Market


Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol 6 (3): 397-416.
Annis, S. (2016). Pengaruh Voluntary Disclosure Dan Asimetri Informasi Terhadap
Cost Of Capital. Fakuktas Ekonomi Universitas Paunda. Skripsi.
Anwar, S., Haerani, S., dan Pagalung, G. (2010). Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Harga
Saham.
Ashidiqi, M. L. (2013). Pengaruh Manajemen Laba, Risiko Beta, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Biaya Modal Ekuitas Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Universitas
Negri Yogyakarta: Yogyakarta
Azhar, N. E., dan Noriza. (2012). ‘Working Capital Management: The Effect of Market
Valuation and Profitability in Malaysia’, International Journal of Business and
Management. Vol. 5 (11): 140-147.
Beneish, M. D. (2001). Earnings Management: A Perspective. Managerial Finance 27
(12): 3-17.
Bloomfield, R. J., & Wilks, T. J. (2000). Disclosure Effects in the Laboratory : Liquidity,
Depth and the Cost of capital”. The Accounting Review, vol. 75 (1): 13-41.
Bruggen. (2009). Determinants Of Intellectual Capital Disclosure: Evidance From
Australia. Management Decision. Vol. 47( 2): 233-234.
Chancera, D. M. (2011). Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2008-2009. Jurnal Ekonomi Universitas Dipenogoro.
Cormier. D., Marie. J. L., dan M. Magnan. (2011). The Use Of Web Sites As A
Disclosure Platform For Corporate Performance. International Journal of
Accounting Information System, 10: 1-24.
Darwis, H. (2012). Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate
Governance sebagai Pemoderasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 16(1): 45-
55.
Dechow, P. M., Sloan, R. G., dan Sweeney, A. P. (1995). Detecting earnings
Management, Accounting review: 193-225.
Deriyarso, I. (2014). Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility sebagai variabel moderating. Universitas
Dipenogoro, Skripsi
Dhaliwal, D. O. Z., Li, T. A. H., dan Yang, Y. G. (2009). “Voluntary Non Financial
Disclosure and The Cost of Equity Capital: The Initiation of Corporate Social
Responsibility Reporting”. The Accounting Review, vol. 86 (1): 59-100.
Dharwadkar, R. G. (2000). Privatization In Emerging Economies: An Agency Theory
Perspective. Academy of Management Review, Vol.25 (3): 650-669.

Donaldson, T., dan Preston, L. E. (1995), “The stakeholder theory of the corporation:
concepts, evidence, and implications”, The Academy of Management Review,
Vol. 20 (1): 65-91.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of
Management Review, 14 (1): 57-74.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 80


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Fama, E. F. (1980). Agency Problem and The Theory of The Firm. Journal of Political
Economy: 288-307.
Fitriany. (2001). Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib
dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung.
Francis., Jennifer., Ryan L., Per M. O., dan Katherine S. (2004). Costs of equity and
earnings attributes. The Accounting Review. 79 (4): 967-1010.
Freeman, R. E. (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach. London:
Pitman Publishing Inc.
Gaio, C., dan Raposo. C. (2011). Earnings Quality and Firm Valuation: International
Evidence. Accounting and Finance, 51 (2): 467-499.
Gallego‐Álvarez, I. (2010). Indicators for Sustainable Development: Relationship
between Indicators Related to Climate Change and Explanatory Factors.
Sustainable Development, 20 (4): 276-292
Ghozali, H. I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 20.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Haggard, K. S. (2008). Does Voluntary Disclosure Improve Stock Price
Informativeness?. Financial Management, 37(4): 747-768.
Harrison, J. S., dan Wicks, A. C. (2013). Stakeholder Theory. Value and Firm
Performance. Business Ethics Quarterly, 22 (1): 97-124.
Hartono, J. (2016). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 10. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Healy, P. M., dan Palepu, K. G. (2001) “Information Asymmetry, Corporate Disclosure,
and the Capital Markets: A Review of the Empirical Disclosure Literature”,
Journal of Accounting and Economics, 31 (1-3): 405–440.
Hendriksen, E. S., dan Breda M. F. V. (1991). Accounting Theory. 5th Edition,
McGraw-Hill.
Huda, N. (2006). “Analisa Hubungan Antara Tingkat Kelengkapan Pengungkapan
Sukarela Laporan Keuangan Tahunan Dengan Tingkat Lukuiditas Dan Tingkat
Leverage Perusahaan Publik Yang Terdaftar di BEJ”. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya. Malang
Husnan, S., dan Pudjiastuti, E. (2006). Dasar -dasar Manajemen Keuangan. edisi
kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ifonie, R. R. (2012) Pengaruh Asimetri Informasi Manajemen Laba Terhadap Cost Of
Equity Capital Pada Perusahaan Real Estate Yang terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi – Vol 1 (1).
Indahyani, dan Mutia, D. (2013). Pengaruh Informasi Asimetri dan Voluntary Disclosure
terhadap Cost of Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Syiah Kuala.
Indra, A. Z. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Response
Coefficient (ERC): Studi pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(1): 1-22.
Jensen, M. C. (2001). Theory of The Firm: Managerials Behaviour, Agency Cost and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics.
Juniarti, dan Yunita F. (2003). Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas.
Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 5 (2): 150 – 168.

Lambert, R., Leuz, C., dan Verechia, R. (2007). ”Accounting Information, Disclosure,
and the Cost of Capital”. Journal of Accounting Research, 45(2): 385-420.
Lestari, L. S., dan Pamudji, S. (2013). Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan Dimoderasi dengan Praktik Corporate Governance (Studi Empiris
Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008- 2011). Journal of Accounting 2(3): 1-9

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 81


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Melyana, R. (2015). Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Nilai Perusahaan.
Diponegoro Journal of Accounting 4(2):1-11
Murni, S. A. (2003). Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi
terhadap Cost of Equity Capital pada Perusahaan Publik Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi VI
Nekhili, M. (2012). Ownership Structure, Voluntary R&D Disclosure and Market Value
of Firms: The French Case. International Journal of Business, 17(2): 126-140
Nurmayati, T., dan Rusiti, C. (2017). Pengaruh Pengungkapan Sukarela Non
Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya
Jogjakarta.
Nuryaman. (2009). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela. Jumal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 6 (1): 97.
Phillips, R. (2003). Stakeholders Theory and Organizational Ethics. San Fransisco:
Berret-Koehler Publisher, Inc.
Pujiati, D., dan Widanar, E. (2009). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Ekonomi Bisnis & Akuntansi Ventura, Vol.12 (1): 71-86.
Purwanto, A. (2012). Pengaruh Manajemen Laba, Asymmetry Information Dan
Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya Modal. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Ridwan, M., dan Gunardi, A. (2013). Peran Mekanisme Corporate Governance
Sebagai Pemoderasi Praktik Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan.
Trikonomika. Vol. 12 (1): 49-60.
Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Parametik. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Scott, W. (2009). Financial Accounting Theory. 5th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Setiani, R. (2012). Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Tingkat
Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang.
Siallagan, H., dan Machfoedz M. (2006). Mekanisme Corporate Governance, Kualitas
Laba dan Nilai Perusahaan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi IX.
Padang
Stolowy H., dan Breton, G. (2000) A Framework for the Classification of Accounts
Manipulations. http://ssrn.com/abstract=263290
Sugiarto. (2009). Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Permasalahan Keagenan dan
Informasi Asimetri. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sujoko., dan Soebiantoro, U. (2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Interen dan Faktor Eksteren terhadap Nilai Perusahan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 9 (1).
Sukirni, D. (2012). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Dividen dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai Perusahaan. Accounting
Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.
Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta

Supit, H.V., Karamoy, H., dan Moras, J. (2015). Pengaruh Struktur Modal, Biaya
Ekuitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Pada Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal.
Tarjo. (2008). “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap
Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital”.
Simposium Nasional Akuntansi XI.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 82


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
Utami, W. (2005). Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi
pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Jurnal SNA VIII, Solo.
Wartaekonomi.co.id. (2017). Ketika Skandal Fraud Akuntansi Menerpa British Telecom
dan PwC. Retriverd Januari 05, 2018. From
https://www.wartaekonomi.co.id/read145257/ketika-skandal-fraud-akuntansi-
menerpa-british-telecom-dan-pwc.html
Watts, Ross L. Dan Zimmerman J. L. (1986). Positive Accounting Theory. Prentice-
Hall, USA
Weston, J. F., dan Brigham, E. F. (2010). Dasar-Dasar manajemen Keuangan.
Erlangga, Jakarta
Wijaya, F., dan Sun, Y. (2014). Analisis Pengaruh Voluntary Disclosure dan Earnings
Management Terhadap Cost Of Equity.
Wiyadi., Amalina, N., Trisnawati, R., dan Sasongko, N. (2017). Perspektif Positif
Praktik Manajemen Laba (Kajian Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go
Publik di Bursa Efek Indonesia).
Wulandari, Y. (2015). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Informasi Sukarela pada Laporan Keuangan Tahunan. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Semarang.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 83


CURRICULUM VITAE
CURRICULUM VITAE

Nama : Frederik Yohanis Item


Nomor Stambuk : 1413139
Tempat, Tanggal Lahir : Tana Toraja, 30 Maret 1996
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Universitas : Atma Jaya Makassar
Program Studi : Akuntansi
Alamat : Jl. Kasuari No. 18 Towuti
Telepon/Hp : 085396117066
Email : Frederik.y.item@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

JENJANG
NAMA SEKOLAH PERIODE
PENDIDIKAN
SD SDN 283 INP LANGDA 2001-2007
SMP SMPN 1 TOWUTI 2007-2010
SMA SMA KATOLIK CENDERAWASIH 2010-2014
S1 UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR 2014-2018

You might also like