Professional Documents
Culture Documents
Ringkasan Skripsi Erik
Ringkasan Skripsi Erik
(1413139)
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
RINGKASAN SKRIPSI, 02 (AGUSTUS), 34-56. ©Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya
Makassar 2018
Jalan Tanjung Alang 23 Makassar
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of earnings management and voluntary
disclosure on firm value with equity capital cost as the mediation variable. The
population used in this study are all non-financial companies listed on the Indonesia
Stock Exchange with the study period 2015-2017. The method of determining the
sample using purposive sampling with certain criteria and using secondary data so that
obtained 125 companies that will be used to be a sample, so the number of
observations is 375. The analysis method used is path analysis. The results of this
study indicate that earnings management has a negative and insignificant effect on the
cost of equity capital. Voluntary disclosure has a negative and significant influence on
the cost of equity capital. Cost of equity capital has a negative and significant impact
on corporate value. Earnings management has a positive and significant influence on
The cost of equity capital in this study was not able to mediate the effect of earnings
management on firm value, while the cost of equity capital in this study was able to
mediate the effect of voluntary disclosure on firm value.
Keywords : Earnings Management, Vonuntary Disclosure, Cost Of Equity,
Firm Value.
* Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya, Makassar,
Email: frederik.y.item@gmail.com
** Staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Makassar.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar 2018 57
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN: BIAYA MODAL EKUITAS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
[F. Y. Item, Suwandi Ng, & R. Jao]
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan perusahaan pada dasarnya memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham (Husnan, 2006:263). Kemakmuran para pemegang saham biasanya dapat
dilihat dari tingginya nilai perusahaan. Hal ini berarti memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham dapat dilakukan dengan cara memaksimumkan nilai perusahaan.
Semakin tinggi nilai perusahaan, maka akan semakin besar kemakmuran yang akan
diterima oleh pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi dapat tercermin dari
harga pasar saham yang tinggi (Sukirni, 2012). Setiani (2012) menyatakan nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan
dengan harga saham. Pujiati dan Widanar (2009) juga menyatakan bahwa harga pasar
saham perusahaan merupakan suatu cerminan penilaian investor secara keseluruhan
atas setiap ekuitas yang dimiliki. Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan
harga saham, maka memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan
memaksimumkan harga pasar saham (Ridwan dan Gunardi, 2013).
Weston dan Brigham (2010:27) menyatakan bahwa dalam faktor-faktor yang
memengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham, tingkat bunga, jumlah kas
dividen yang diberikan, jumlah laba yang didapat perusahaan serta tingkat resiko dan
pengembalian. Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Laba perusahaan merupakan suatu
indikator yang berpengaruh terhadap harga saham, karena laba merupakan faktor
yang memengaruhi penilaian investor akan keadaan perusahaan. Semakin tinggi laba
yang dihasilkan perusahaan akan semakin tinggi pula pengembalian yang diberikan
kepada investor. Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang
lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
Perusahaan akan berupaya untuk memaksimalkan laba demi kepentingan para
investor. Berbagai strategi diterapkan guna mencapai tujuan tersebut. Perusahaan
akan selalu menjaga agar kinerjanya terlihat baik di mata para stakeholdernya. Namun
pada kenyataannya, perusahaan seringkali dihadapkan pada berbagai kendala yang
bisa menyebabkan penurunan kinerja bahkan kesulitan keuangan hingga akhirnya
bangkrut. Tentu saja perusahaan akan berusaha menutupi kondisi tidak sehat tersebut
dari para stakeholdernya. Di tahun 2017, sebuah perusahaan raksasa di Inggris yaitu
British Telecom melakukan penggelembungan laba perusahaan. Dari awal tahun 2016,
harga saham perusahaan ini cenderung meningkat. Awal Januari 2016, harga saham
British Telecom adalah $236,12 dan di akhir tahun 2016 adalah $298,10. Hal ini
menunjukkan kepada para investor bahwa perusahaan ini memiliki nilai yang terus
meningkat yang tercermin dalam kenaikan harga sahamnya. Kemudian Pada awal
triwulan kedua tahun 2017 perusahaan British Telecom diketahui melakukan
penggelembungan laba di salah satu lini usahanya di Italia. Kecurangan (fraud) itu
dilakukan dengan membesarkan penghasilan perusahaan melalui perpanjangan
kontrak yang palsu dan invoice-nya serta transaksi yang palsu dengan vendor.
Praktik fraud ini sudah terjadi sejak tahun 2013. Skandal fraud akuntansi ini
berdampak kerugian pada pemegang saham dan investor di mana harga saham
British Telecom turun seperlimanya ketika British Telecom mengumumkan koreksi
pendapatannya sebesar GBP530 juta di bulan Januari 2017, harga saham yang
awalnya $387,15 pada tanggal 23 Januari 2017 turun menjadi $303,00 keesokan
harinya (www.wartaekonomi.co.id).
Praktik kecurangan yang dilakukan oleh British Telecom merupakan suatu
praktik yang disebut manajemen laba (earnings management). Manajemen laba
adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (Sulistyanto, 2008:49).
Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan
untuk pengambilan keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk
2. TINJAUAN LITERATUR
Teori Agensi
Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (prinsipal) dan
manajemen (agen). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pada hubungan
keagenan terdapat suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah
orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi
wewenang kepada agen untuk membuat keputusan terbaik bagi prinsipal.
Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada
posisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan
prinsipal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan
kepentingan diri sendiri, maka dengan asimetri informasi yang dimilikinya akan
mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
prinsipal. Dalam kondisi ketidakseimbangan tersebut, agen dapat memengaruhi angka-
angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan
manajemen laba.
Teori Stakeholder
Perkembangan bisnis di era modern menuntut perusahaan untuk lebih
memerhatikan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya
kepada pemegang saham. Hal ini selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan
mendatangkan manfaat ekonomis dan menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan.
Dari perspektif hubungan antara perusahaan dengan seluruh pemangku kepentingan
inilah, teori stakeholder kemudian dikembangkan.
Pendapat yang dikemukakan Donaldson dan Preston (1995) bahwa
stakeholder theory merupakan hal yang berkenaan dengan manajerial dan
merekomendasikan sikap, struktur dan praktik yang dilaksanakan bersama-sama
membentuk sebuah filosofi stakeholder management yang dilakukan dengan cara
manajer harus menyusun dan mengimplementasikan proses-proses yang memuaskan
semua atau hanya kelompok-kelompok yang berkepentingan dalam suatu organisasi.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan bukan semata-mata menjalankan
operasional perusahaan untuk kepentingan pribadi, melainkan juga memperhatikan
kepentingan seluruh stakeholder.
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan upaya manajemen mengintervensi laporan
keuangannya yang menampilkan tingkat profitabilitas tinggi demi mencapai laba yang
dikehendakinya. Tindakan manajemen laba menyebabkan laba yang dilaporkan tidak
Pengungkapan Sukarela
Menurut Hendriksen dan Breda (1991), pengungkapan sukarela yaitu bahwa
perusahaan cenderung meningkatkan luas pengungkapan keuangan tanpa paksaan
dari pemerintah atau badan profesi akuntansi. Dalam berbagai penelitian terdahulu
juga telah dibuktikan bahwa pengungkapan sosial dan pengungkapan lingkungan
dapat mengurangi asimteri informasi antara manajer dengan stakeholder dan investor
akan menggunakannya untuk menilai prospek perusahaan di masa depan sehingga
meningkatkan nilai saham perusahaan (Cormier et al., 2011). Penelitian oleh Gallego-
Alvarez (2010) juga membuktikan bahwa pengungkapan sosial dan lingkungan
perusahaan dapat dijadikan oleh perusahaan sebagai alat untuk menciptakan reputasi
perusahaan yang baik dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham dari perusahaan
tersebut.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro,
2007). Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar yang tercermin dari harga
saham. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham,
maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi
juga akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini
namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, pencapaian
nilai perusahaan sangat penting karena merupakan tujuan jangka panjang suatu
perusahaan.
Berdasarkan pemikiran teoritis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas
H2: Pengungkapan sukarela berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas
H3: Biaya modal ekuitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H4: Manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H5: Pengungkapan sukarela berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H6: Biaya modal ekuitas memediasi pengaruh manajemen laba terhadap nilai
perusahaan
H7: Biaya modal ekuitas memediasi pengaruh pengungkapan sukarela terhadap nilai
perusahaan
4. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan jumlah keseluruhan kelompok individu yang akan diteliti
atau diselidiki. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017. Data yang
diperlukan adalah laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) yang
diterbitkan oleh perusahaan untuk tahun 2015-2017.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dinilai dapat mewakili
karakteristiknya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan metode
purposive sampling, di mana peneliti memilih sampel yang memenuhi kriteria tertentu
sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
Perusahaan non keuangan yang terus-menerus terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2015-2017 dan tidak mengalami delisting, Perusahaan menerbitkan
laporan keuangan dan laporan tahunan secara lengkap selama periode 2015-2017,
Perusahaan yang laporannya dinyatakan dalam satuan rupiah, dan Laporan memiliki
informasi yang dibutuhkan mengenai data yang berhubungan dengan variabel yang
diteliti, manajemen laba, pengungkapan sukarela, biaya modal ekuitas dan nila
perusahaan.
Pengungkapan Sukarela
IPS=
∑ Q ×100 % %
∑S
Keterangan:
IPS : Indeks kelengkapan pengungkapan sukarela
Q : Item kelengkapan pengungkapan sukarela yang disajikan dalam laporan
tahunan.
S : 32 item kelengkapan pengungkapan sukarela
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi yang kuat antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas
dapat didasarkan pada besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Faktor).
Sub-struktur 2
(Pengaruh Manajemen Laba,
Pengungkapan Sukarela, dan
Biaya Modal Ekuitas terhadap
Nilai Perusahaan)
Manajemen Laba 0,989 1,011 Tidak terjadi multikolinearitas
Pengungkapan Sukarela 0,508 1,968 Tidak terjadi multikolinearitas
Biaya Modal Ekuitas 0,106 9,477 Tidak terjadi multikolinearitas
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya (Ghozali, 2012:110). Masalah
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Apabila nilai
signifikan lebih besar 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Table 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Struktur Model Sig Keterangan
Sub-struktur 1
(Pengaruh Manajemen Laba
dan Pengungkapan Sukarela
terhadap Biaya Modal
Ekuitas)
Manajemen Laba 0,119 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Pengungkapan Sukarela 0,834 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sub-struktur 2
(Pengaruh Manajemen Laba,
Pengungkapan Sukarela, dan
Biaya Modal Ekuitas terhadap
Nilai Perusahaan)
Manajemen Laba 0,162 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Pengungkapan Sukarela 0,000 Terjadi heteroskedastisitas
Biaya Modal Ekuitas 0,640 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 20 (2018)
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel menunjukkan hasil yang diperoleh dari
persamaan sub-struktur 1 yaitu pengaruh antara manajemen laba terhadap biaya
modal ekuitas dengan tingkat signifikansi sebesar 0,119 > 0,05 yang menandakan
bahwa pada hubungan antar variabel tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Selanjutnya, pada hubungan antara variabel pengungkapan sukarela terhadap
biaya modal ekuitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,834 > 0,05 yang
menandakan bahwa pada hubungan tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel menunjukkan hasil yang diperoleh dari
persamaan sub-struktur 2 yaitu pengaruh antara manajemen laba terhadap nilai
Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-
sama (simultan) variabel-variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen
(terikat) dan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen atau tidak.
Tabel 6
Hasil Uji Statistik F
Variabel Endogenus Variabel Eksogenus F Sig.
Pembahasan
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Ini menunjukkan bahwa
semakin rendah manajemen laba maka biaya modal ekuitas akan semakin naik.
Walaupun demikian, penelitian ini tidak menemukan pengaruh yang kuat.
Teori agensi menjelaskan bahwa Agen memiliki akses langsung terhadap
informasi dalam perusahaan sehingga memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan
prinsipal. Hal ini kemudian menimbulkan konflik kepentingan antara agen dan
prinsipal, di mana pemegang saham sebagai prinsipal mengadakan kontrak untuk
memaksimalkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.
Manajer sebagai agent termotivasi memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya yaitu dengan melakukan manajemen laba.
Hasil negatif dalam penelitian ini menandakan bahwa semakin tinggi manajemen
laba yang dilakukan perusahaan maka semakin banyak diskresi yang dilakukan,
sehingga kualitas laporan yang dihasilkan menjadi semakin baik. Hal ini yang
kemudian membuat investor menurunkan tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan.
Hasil tidak signifikan dalam penelitian ini disebabkan karena dalam pengambilan
keputusan investasi, investor mempertimbangkan berbagai faktor. Salah satunya
adalah jika perusahaan melakukan pengungkapan dalam laporan keuangannya.
Tingkat pengungkapan yang tinggi cenderung akan meningkatkan kepercayaan
investor untuk berinvestasi di dalam perusahaan. Dalam pengungkapannya,
perusahaan cenderung tidak akan mengungkapkan praktik manajemen laba yang
dilakukannya, sehingga investor sulit untuk mengindikasikan adanya manajemen laba
dalam perusahaan dan yang nampak bagi investor adalah kondisi perusahaan dalam
keadaan baik.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto
(2012) yang menyatakan bahwa manajemen laba mempunyai pengaruh negatif
terhadap biaya modal ekuitas. Artinya, semakin tinggi manajemen laba, biaya modal
ekuitas perusahaan akan semakin rendah. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005) dan Chancera (2011) yang
menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya
modal ekuitas. Hal ini mengindikasikan bahwa investor sudah mengantisipasi dengan
baik tentang informasi yang terkait dengan manajemen laba.
Peran Mediasi Biaya Modal Ekuitas terhadap Pengaruh Manajemen Laba pada
Nilai Perusahaan
Hasil pengujian sobel menunjukkan bahwa tidak ada peran mediasi variabel
biaya modal ekuitas yang menghubungkan antara manajemen laba dengan nilai
perusahaan. Hasil ini dapat disimpulkan dengan melihat pada p value of sobel test
sebesar 0,292 yang lebih besar dari alpha 0,05.
Biaya modal ekuitas yang tidak berhasil memediasi hubungan antara
manajemen laba terhadap nilai perusahaan mengindikasikan bahwa investor dalam
pengambilan keputusan mungkin akan mempertimbangkan faktor lain selain
menentukan biaya modal ekuitas, misalnya kualitas audit. Perusahaan yang
melakukan manajemen laba namun memiliki kualitas audit yang baik menjadi
pertimbangan investor untuk melakukan investasi. Kualitas audit yang baik
mengimplikasikan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan tidak akan
berpengaruh besar terhadap prospek perusahaan di masa depan.
Kualitas audit yang tinggi dapat pula berperan sebagai penghalang efektifitas
manajemen laba karena reputasi manajemen akan turun dan nilai perusahaan akan
turun. Tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan akan sangat dipengaruhi
oleh kualitas audit, karena auditor telah memeriksa laporan keuangan perusahaan
secara mendalam.
Di indonesia, investor yang mengetahui adanya praktik manajemen laba dalam
perusahaan canderung akan menarik modal dan tidak mau berinvestasi pada
perusahaan yang melakukan manajemen laba. Sehingga ketika investor mengetahui
bahwa suatu perusahaan melakukan manajemen laba, perhitungan biaya modal
ekuitas tidak perlu dilakukan, dan dampaknya akan menurunkan nilai perusahaan.
7. DAFTAR PUSTAKA
Donaldson, T., dan Preston, L. E. (1995), “The stakeholder theory of the corporation:
concepts, evidence, and implications”, The Academy of Management Review,
Vol. 20 (1): 65-91.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of
Management Review, 14 (1): 57-74.
Lambert, R., Leuz, C., dan Verechia, R. (2007). ”Accounting Information, Disclosure,
and the Cost of Capital”. Journal of Accounting Research, 45(2): 385-420.
Lestari, L. S., dan Pamudji, S. (2013). Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan Dimoderasi dengan Praktik Corporate Governance (Studi Empiris
Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008- 2011). Journal of Accounting 2(3): 1-9
Supit, H.V., Karamoy, H., dan Moras, J. (2015). Pengaruh Struktur Modal, Biaya
Ekuitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Pada Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal.
Tarjo. (2008). “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap
Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital”.
Simposium Nasional Akuntansi XI.
PENDIDIKAN FORMAL
JENJANG
NAMA SEKOLAH PERIODE
PENDIDIKAN
SD SDN 283 INP LANGDA 2001-2007
SMP SMPN 1 TOWUTI 2007-2010
SMA SMA KATOLIK CENDERAWASIH 2010-2014
S1 UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR 2014-2018