Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

F.

Jurnal

PENGARUH PELAKSANAAN KANGAROO MOTHER CARE (KMC)


SELAMA SATU JAM TERHADAP SUHU TUBUH BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Setiyawan1, Wahyu Deda Prajani2, Wahyu Dwi Agussafutri3


1
STIKES Kusuma Husada Surakarta Prodi Sarjana Keperawatan
2
RSUD Pandan Arang Boyolali
3
STIKES Kusuma Husada Surakarta Prodi D3 Kebidanan

Abstract
Background: Low birth weight has the highest contribution to neonatal mortality rate.
One of its complications is body temperature instability, and to maintain it, the infants
are exposed to the Kangaroo Mother Care (KMC) method. The objective of this
research is to investigate the one-hour KMC implementation on the body temperature
of low birth weight infants at the Perinatology Room of Pandan Arang Local General
Hospital of Boyolali. Method: This research used the quasi experimental method. It
was conducted from October to November 2016. Its samples consisted of 22 infants and
were determined through the accidental sampling technique. Its data were analyzed by
using the Wilcoxon signed ranks test. Result: The result of the research shows that the
average body temperatures prior to and following the implementation of one-hour KMC
in Days 1, 2, and 3 were 36.660C and 37.070C. There was an effect of the
implementation of one-hour KMC on the body temperature of low birth weight infants
as indicated by the p-value which was less than 0.05. Conclusion: Thus, the future
research is expected to develop the research by adding the research variables that may
influence the body temperature stability of low birth weight infants in addition to the
one-hour KMC.

Keywords: Low birth weight infants, KMC, Body temperature

PENDAHULUAN fasilitasi ventilasi dengan tekanan positif


Gangguan distress pernafasan pada paru sehingga diharapkan dapat
merupakan masalah utama pada pasien di menurunkan kejadian hipoksemia serta
ruang rawat intensif karena manifestasi dapat mencegah terjadinya inhalasi dan
klinis distress pernafasan menyebabkan aspirasi saluran cerna.
hipoksemia. Kondisi ini memerlukan Prevalensi bayi dengan Berat
penanganan segera dengan manejemen Badan Lahir Rendah (BBLR)
hipoksemia yang tepat karena akan diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran
berlanjut pada kondisi hipoksia jaringan di dunia dengan batasan 33%- 38% lebih
melalui tindakan manajemen jalan nafas sering terjadi di negara-negara
yang cepat. Salah satu tindakan berkembang atau sosial ekonomi rendah.
manajemen jalan nafas buatan diruang Data menunjukkan 90% kejadian BBLR
intensif adalah intubasi endotracheal tube terjadi di negara berkembang dan angka
(ETT) untuk menjamin dan kematiannya 35 kali lebih tinggi
mempertahankan patensi jalan nafas, dibanding pada bayi dengan berat lahir

35
36 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73

lebih dari 2500 gram (Proverawati dan keseimbangan panas (hipertermi dan
Ismawati, 2010). hipotermi), bayi baru lahir akan berusaha
Hasil Riset Kesehatan Dasar menstabilkan suhu tubuhnya terhadap
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi bayi faktor-faktor penyebab.
BBLR di Indonesia diperkirakan Joanna Bridge Institute (2001)
mencapai 2.103 bayi dari 18.948 bayi dikutip Hartini (2011) mengemukakan
(11,1%) yang ditimbang dalam kurun bahwa data statistik suatu rumah sakit
waktu 6-48 jam setelah melahirkan. khusus bayi mengindikasikan bahwa
Berdasarkan profil kesehatan provinsi lebih dari 30% kunjungan ke ruang gawat
Jawa Tengah jumlah bayi BBLR di Jawa darurat sebagai manifestasi utama
Tengah pada tahun 2013 sebanyak 16.303 disebabkan oleh demam/ hipertermi.
(2,81%) meningkat bila dibandingan Jannah (2015) menyatakan Angka
tahun 2012 sebesar 11.865 (2.08,%). kejadian demam di Indonesia sekitar
Menurut profil kesehatan kabupaten 80%-90% dari keseluruhan hipertermi
Boyolali (2013), di kabupaten Boyolali yang dilaporkan. Hipertermi dapat
ditemukan angka kejadian BBLR disebabkan oleh suhu lingkungan yang
sebanyak 139 (0,84%) kasus dari 17.296 berlebihan, infeksi, dehidrasi atau
bayi lahir hidup dan jumlah ini meningkat perubahan mekanisme pengaturan panas
dibandingkan tahun 2007 yaitu 94 sentral yang berhubungan dengan trauma
(0,65%) kasus dari 16.981 bayi lahir lahir pada otak, malformasi dan obat-
hidup. Di ruang perinatologi RSU Pandan obatan (Kosim, 2008).
Arang Boyolali, data bayi BBLR tahun Selain hipertermi, bayi BBLR
2015 sebanyak 97 (18,51%), kasus dari dapat mengalami hipotermi sangat cepat
524 bayi lahir hidup. dan menormalkan suhunya dapat
Bayi Berat Badan Lahir Rendah membutuhkan waktu yang lama. Lunze
(BBLR) adalah bayi dengan berat badan (2014) menyatakan bahwa pada sebuah
lahir kurang dari 2500 gram tanpa study berbasis masyarakat yang dilakukan
memandang masa kehamilan di Sarlahi, Nepal, angka kematian
(Proverawati dan Ismawati, 2010). Bayi neonatal meningkat 80% untuk setiap 1
berat badan lahir rendah secara umum derajad Celcius penurunan suhu tubuh.
belum mempunyai kematangan dalam Hipotermia dapat mengakibatkan
sistem pertahanan tubuh untuk komplikasi jangka pendek berupa
beradaptasi dengan lingkungan asidosis, hipoglikemia, serta peningkatan
ekstrauterin, sehingga berisiko risiko untuk distres pernapasan. Risiko
menimbulkan komplikasi terutama komplikasi dan kematian meningkat
ketidak stabilan suhu. Ketidakstabilan secara signifikan jika lingkungan termal
suhu pada BBLR terjadi karena cadangan tidak optimal (Karyuni dan Meiliya,
lemak di bawah kulit tipis, pusat pengatur 2008). Di rumah sakit, perawatan BBLR
panas di otak belum matang, rasio luas dengan inkubator selain jumlahnya yang
permukaan terhadap berat badan yang terbatas, perawatan dengan inkubator
besar dan produksi panas berkurang memerlukan biaya.
akibat lemak coklat yang tidak memadai Anderson (1991) dikutip
serta ketidakmampuan untuk menggigil Rahmayanti (2011), menyatakan cara lain
(Surasmi, 2003). Adanya ketidak untuk mempertahankan suhu tubuh
normal pada bayi BBLR adalah metode perinatologi, hanya ibu bayi yang
Kangaroo Mother Care (KMC) yaitu diperbolehkan masuk sehingga peran ibu
bayi selalu didekap ibu atau orang lain dalam perawatan bayi berat badan lahir
dengan kontak langsung kulit bayi. rendah dengan menggunakan metode
Pernyataan Perinasia (2008) yang dikutip KMC sangat penting. KMC di RSUD
oleh Syamsu (2013), bahwa perawatan Pandan Arang Boyolali dimulai sejak
metode kanguru bermanfaat dalam tahun 2015 tetapi belum
menstabilkan suhu tubuh bayi, stabilitas terdokumentasikan. Pada bulan Januari
denyut jantung dan pernafasan, 2016, pelaksanaan KMC mulai
penggunaan kalori berkurang, kenaikan terdokumentasi, namun pelaksanaannya
berat badan bayi lebih baik,waktu tidur belum maksimal. KMC dilaksanakan di
bayi lebih lama, hubungan lekat bayi- ibu ruangan dimana bayi dirawat, belum ada
lebih baik (bounding) dan akan ruangan khusus untuk ibu-ibu yang
mengurangi terjadinya infeksi pada bayi. melakukan KMC.
Rubin dikutip Bahiyatun (2009) Hasil studi pendahuluan yang
menyatakan bahwa adaptasi psikologi ibu telah dilakukan, data rekam medik RSUD
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu: Pandan Arang Boyolali pada bulan Mei
fase taking in, fase taking hold, dan fase sampai bulan Juli 2016 didapatkan data
letting go. Hari pertama sampai hari ke bayi BBLR di ruang Perinatologi
sepuluh ibu bayi masih tergantung sebanyak 69 bayi dengan rincian
dengan keluarga, maka ibu bayi diberikan hipertermi sebanyak 9 bayi (13%),
kesempatan untuk melakukan KMC pada hipotermi sebanyak 38 bayi (55,1%) dan
bayinya dengan metode intermitten. suhu normal sebanyak 22 bayi (31,9%).
Nyqvist (2010) dikutip Arifah Hasil observasi yang dilakukan peneliti
(2015) menyatakan bahwa KMC dapat dari data kelahiran bayi BBLR sebanyak
dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara 69 bayi, baru 19 bayi (27,5%) yang
terus-menerus dalam 24 jam atau yang dilakukan KMC. Sepuluh ibu bayi
disebut juga dengan secara kontinyu dan (14,5%) melakukan perawatan bayi
yang kedua secara intermitten atau dengan metode KMC kurang dari satu
dengan cara selang-seling, dimana waktu jam dan sembilan ibu bayi (13%)
dan durasi KMC tergantung dari respon melakukan KMC pada bayinya sekitar
tingkah laku bayi dan fisiologis ibu satu jam.
dengan durasi minimal selama 1 jam. Berdasarkan adaptasi psikologi
BBLR di Rumah Sakit Pandan ibu post partum dimana hari pertama
Arang Boyolali memerlukan perawatan hingga hari ke sepuluh ibu bayi masih
khusus di ruang Perinatologi. Perinatologi tergantung dengan keluarga maka diambil
di RS Pandan Arang Boyolali adalah durasi minimal KMC selama 1 jam, serta
salah satu ruang rawat inap khusus yang ketidak stabilan suhu tubuh pada bayi
memberikan pelayanan kesehatan bagi BBLR dimana angka normotermi lebih
bayi baru lahir (usia 0-28 hari) dengan kecil dibanding hipotermi dan adanya
risiko tinggi, selain itu bayi dengan usia hipertermi pada BBLR di Ruang
diatas 28 hari juga bisa dirawat di ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang
ini dengan catatan berat badannya kurang Boyolali, maka dapat dirumuskan
dari 2500 gram. Selama bayi dirawat di masalah : “Apakah ada pengaruh
pelaksanaan Kangaroo Mother Care mempunyai jenis kelamin perempuan
(KMC) selama satu jam terhadap suhu yaitu 13 orang (59,1%). Berat badan bayi
tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah terbanyak antara 1500-2500 gram yaitu
(BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD 17 orang (77,3%). Usia bayi antara 0-28
Pandan Arang Boyolali?” hari adalah yang terbesar yaitu 21 orang
Tujuan penelitian ini: untuk (95,5%).
mengetahui pengaruh pelaksanaan
Kangaroo Mother Care (KMC) selama Tabel 1. Distribusi Frekuensi
satu jam terhadap suhu tubuh Bayi Berat Karakteristik
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Responden (N = 22)
Perinatologi RSUD Pandan Arang No. Karakteristik F %
Boyolali. 1. Jenis kelamin bayi:
Laki-laki 9 40,9
METODE PENELITIAN Perempuan 13 59,1
Jenis penelitian ini adalah quasy 2. Berat Badan Bayi :
eksperimen dengan rancangan one group 1500-2500 gram 17 77,3
pre and post test design. Sampel 1000- <1500 gram 5 22,7
sebanyak 22 bayi dengan teknik < 1000 gram - -
accidental sampling dengan kriteria 3. Usia Bayi :
inklusi: bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 0-28 hari 21 95,5
yang dirawat di Perinatologi RSUD > 28 hari 1 4,5
Pandan Arang Boyolali, bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) yang mengalami 2. Suhu Tubuh Bayi Berat Badan
hipertermi dan hipotermi, Ibu bayi BBLR Lahir Rendah (BBLR) sebelum
bersedia dilakukan KMC selama 3 hari, dan sesudah pelaksanaan KMC
keadaan umum bayi BBLR baik dan selama satu jam
stabil selama KMC. Kriteria eksklusinya:
bayi BBLR dengan suhu tubuh normal, Tabel 2. Deskripsi Suhu Tubuh BBLR
bayi BBLR dengan kelainan kongenital pada sebelum dan sesudah
mayor, dan ibu bayi BBLR menolak pelaksanaan KMC selama satu
dilakukan KMC. Teknik analisis data jam
terdiri dari analisis univariate dan Ket. Pre test Post test
bivariat. Analisis univariat menjelaskan M SD Min Max M SD Min Max
masing-masing variabel yang diteliti. hari 1 36,65 0,67 35,9 38,0 36,98 0,62 36,2 38,10
Analisa bivariat dalam penelitian ini hari 2 36,72 0,64 35,8 37,7 37,09 0,50 36,5 37,80
menggunakan uji normalitas Shapiro hari 3 36,61 0,49 36,3 37,7 37,02 0,47 36,5 37,80
wilk, alat analisisnya menggunakan M 36,66 37,07
Wilcoxon Rank Test. Hasil penelitian dari Tabel 2
diperoleh rata-rata suhu tubuh BBLR
HASIL PENELITIAN pada hari pertama hingga ketiga sebelum
Analisa Univariat pelaksanaan KMC selama satu jam (pre
1. Karakteristik Responden test) sebesar 36,66oC. Nilai rata-rata suhu
Distribusi responden pada tabel 1, tubuh BBLR pada hari pertama sampai
menunjukkan sebagian besar responden ketiga sesudah pelaksanaan KMC selama
satu jam (post test) sebesar 37,07oC.
Suhu tubuh 36,61
Sehingga tiga hari berturut-turut, terdapat
pre-post (H3-3) 37,02 4,123 0.001
kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,41 oC.
Penelitian ini menunjukkan hari pertama, Suhu tubuh 36,65
kedua dan ketiga semua suhu badan pre-post (H1-2) 37,09 2,303 0.021
BBLR mengalami peningkatan, baik Suhu tubuh 36,65 2,458
0.014
terhadap bayi yang mengalami hipotermi pre-post (H1-3) 37,02
maupun hipertermi. Dari Tabel 3 diketahui perbedaan
nilai rata-rata suhu tubuh BBLR pada pre
Analisa Bivariat test - post test KMC selama satu jam hari
Suhu tubuh BBLR pre test dan post pertama, kedua dan ketiga dengan p =
test pelaksanaan KMC di Ruang 0,001. Demikian juga untuk mengetahui
Perinatologi RSUD Pandan Arang perbedaan nilai rata-rata suhu tubuh pada
Boyolali pre test hari pertama dengan post test hari
Uji normalitas data menggunakan kedua diketahui nilai p = 0,021, serta pre
uji Saphiro wilk. Diperoleh data suhu test hari pertama dengan post test hari
tubuh BBLR sebelum dan sesudah ketiga nilai p = 0,014, karena p < 0,05
dilaksanakan Kangaroo Mother Care hal ini menunjukkan Ha gagal tolak,
(KMC) selama satu jam pada hari sehingga diketahui bahwa terdapat
pertama mempunyai p-value masing- pengaruh pelaksanaan Kangaroo Mother
masing (0,001 dan 0,010), hari kedua Care (KMC) selama satu jam terhadap
mempunyai nilai (0,001 dan 0,001) hari suhu tubuh bayi BBLR di Ruang
ketiga mempunyai nilai signifikan Perinatologi RSUD Pandan Arang
masing-masing (0,001 dan 0,002), karena Boyolali.
p-value <0,05 sehingga data dikatakan Mendiskriptifkan karakteristik masing-
tidak berdistribusi normal masing variabel yang diteliti berdasarkan
(Sugiyono,2011). Maka pengujian jenis kelamin, umur, dan penyakit pasien,
hipotesis yang digunakan dalam ukuran ETT dan tekanan cuff ETT yang
penelitian ini digunakan analisis dengan ditampilkan dalam distribusi tabel
Wilcoxon signed ranks test. Uji pengaruh berikut:
pelaksanaan KMC selama satu jam di
Ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang PEMBAHASAN
Boyolali ditampilkan dalam tabel 3. Analisa Univariat
Distribusi responden pada tabel 1,
Tabel 3. Suhu Tubuh BBLR Pre Test dan menunjukkan responden berjenis kelamin
Post Test pelaksanaan KMC di perempuan berjumlah 13 bayi (59,1%)
ruang Perinatologi RSUD dan laki-laki berjumlah 9 bayi (40,9%)
Pandan Arang Boyolali dimana semuanya mengalami
Keterangan Mean t-test p peningkatan suhu. Tamsuri (2007),
menyatakan bahwa pada umumnya orang
Suhu tubuh 36,65
dengan jenis kelamin laki-laki dapat
pre-post (H1-1) 36,98 4,131 0.001
meningkatkan kecepatan metabolisme
Suhu tubuh 36,72 basal kira-kira 10%-15% kecepatan
pre-post (H2-2) 37,09 4,125 0.001 normal, sehingga menyebabkan
peningkatan produksi panas, sedangkan
pada wanita fluktuasi suhu lebih Jeffrey (2003) dikutip Hartini (2011)
bervariasi dari pria. Pada penelitian menyatakan bahwa bayi berumur kurang
sebelumnya yang diteliti oleh Permatasari dari 2 bulan lebih sering menunjukkan
(2012), mengemukakan bahwa responden demam sebagai respon terhadap infeksi
dengan jenis kelamin laki-laki lebih yang bersifat self limited dan berlangsung
banyak mengalami kenaikan suhu tubuh tidak lebih dari 3 hari. Jadi penelitian
dibanding responden perempuan. tersebut mempunyai asumsi bahwa usia
Penelitian tersebut mempunyai asumsi mempengaruhi perubahan suhu.
bahwa jenis kelamin dimungkinkan dapat
mempengaruhi suhu tubuh bayi BBLR. Analisa Bivariat
Berat badan bayi antara 1500- Penelitian ini terdapat pengaruh
2500 gram merupakan yang terbanyak pelaksanaan Kangaroo Mother
yaitu 17 orang (77,3%). Suhermi (2009) Care (KMC) selama satu jam
menyatakan bahwa perubahan kondisi terhadap suhu tubuh bayi BBLR di
suhu terjadi pada neonatus yang baru Ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang
lahir, di dalam tubuh ibunya, begitu lahir Boyolali. Dimana hari pertama, kedua
maka hubungan dengan ibunya sudah dan ketiga semua suhu badan
terputus dan neonatus harus BBLR mengalami
mempertahankan suhu tubuhnya sendiri peningkatan, baik terhadap bayi yang
melalui aktifitas metabolismenya. mengalami hipotermi maupun hipertermi.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin Pada bayi BBLR terjadi hipotermi
tinggi rasio permukaan tubuh dengan karena jaringan lemak subkutan rendah
massanya, dan semakin sedikit cadangan dan luas permukaan tubuh relatif besar
lemaknya, sehingga meningkatkan dibandingkan bayi BBLC (Sudarti &
kehilangan panas. Semakin meningkat Fauziah, 2013). Arifah dan Kartinah
berat badan bayi, semakin meningkat pula (2008) menyatakan bahwa neonatus full
metabolisme basalnya, dimana term mempunyai kemampuan menggigil
metabolisme basal berperan penting dengan terbatas untuk menghasilkan
untuk mempertahankan suhu tubuh, jadi panas, sedangkan bayi preterm tidak sama
berat badan dapat mempengaruhi suhu sekali. Bayi BBLR mempunyai respon
tubuh bayi. vasomotor tidak stabil sehingga tidak
Hasil penelitian ini menunjukkan dapat berkonstriksi secara adekuat untuk
bahwa usia responden terbesar antara 0 - memperlambat kehilangan panas, serta
28 hari, yaitu 21 orang (95,5%). Tamsuri mempunyai simpanan lemak coklat
(2006) mengemukakan bahwa usia terbatas, sehingga tidak dapat
mempengaruhi metabolisme tubuh akibat menghasilkan panas dengan adekuat.
mekanisme hormonal sehingga memberi Jaringan lemak coklat termasuk dalam
efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. homeoterm nonshivering thermogenesis,
Pada neonatus dan bayi terdapat dimana metabolisme panas dihasilkan
mekanisme pembentukan panas melalui tanpa tanpa adanya kontraksi cepat otot-
metabolisme lemak coklat sehingga otot. Jaringan lemak coklat terutama
terjadi proses thermogenesis taanpa terdistribusi pada bayi baru lahir untuk
menggigil (non-shiverring). Berdasarkan menghasilkan produksi panas yang paling
hasil penelitian yang dilakukan oleh efisien untuk kebutuhan bayi.
Metabolisme produksi panas ini pada
neonatus dimulai pada saat lahir dan meningkatkan suhu tubuh, sehingga
puncaknya sekitar satu jam setelah itu. membe-rikan kontribusi terhadap
Jaringan lemak coklat mengelilingi organ perbaikan kontrol termal, peningkatan
vital berfungsi untuk menghasilkan saturasi oksigen perifer, peningkatan
kebutuhan panas, yang bekerja secara oksigenasi jaringan dan menstabilkan
optimal dan mengelilingi arteri yang pernapasan, yang membawa kenyamanan
berfungsi untuk kehangatan darah pernapasan yang lebih besar untuk
sebelum disirkulasi melalui tubuh. Jadi BBLR.
untuk menghasilkan metabolisme panas Bayi BBLR yang mengalami
pada neonatus diperlukan waktu sekitar hipotermi di penelitian ini mengalami
satu jam. peningkatan suhu setelah dilakukan KMC
KMC merupakan alternatif selama 1 jam, hal ini sejalan dengan
pengganti incubator dalam perawatan penelitian Ibe (2004) dalam Hartini
BBLR, dengan beberapa kelebihan antara (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
lain: merupakan cara yang efektif untuk perbedaan yang bermakna terhadap suhu
memenuhi kebutuhan bayi yang paling tubuh bayi prematur sebelum dan sesudah
mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi dilakukan perawatan metode kanguru.
ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan Hasil penelitian menunjukkan semua
menjadi thermoregulator bagi bayinya suhu tubuh bayi yang dilakukan
(Endyarni, 2013). KMC pada penelitian Perawatan metode Kanguru mengalami
ini dilaksanakan secara intermitten yaitu kenaikan yang bermakna dibanding bayi
selama satu jam mengingat adaptasi yang tidak dilakukan.
psikologi ibu post partum ibu bayi masih Meletakkan dan mendekapkan
tergantung dengan keluarga untuk bayi di dada ibu merupakan salah satu
merawat bayinya. Manfaat dan cara mentransfer panas agar menjaga
keuntungan KMC antara lain dapat tubuh bayi tetap hangat, karena bayi berat
menstabilkan suhu tubuh, pernapasan dan badan lahir rendah mudah sekali
denyut jantung bayi, perlindungan bayi kedinginan, dan serangan dingin dapat
dari infeksi, mening-katkan pertumbuhan menyebabkan kematian pada BBLR.
dan perkembangan bayi, berat badan bayi Kontak langsung kulit bayi dan ibu
cepat naik, meningkatkan keberhasilan menyebabkan panas tubuh ibu
pemberian ASI, stimulasi dini, kasih menghangatkan tubuh bayi. Pada KMC,
sayang/bounding (bayi merasa dicintai metode peningkatan suhu tubuh bayi
dan diperhatikan) menurunkan angka BBLR dilakukan secara konduksi yakni
kematian neonatal (AKN), mengurangi perpindahan panas antara benda-benda
biaya rumah sakit karena waktu yang berbeda suhunya berkontak lansung
perawatan yang pendek,tidak satu sama lain. Panas berpindah
memerlukan inkubator dan efisiensi mengikuti penurunan gradient normal
tenaga kesehatan (Proverawati dan dari benda yang lebih panas ke yang lebih
Ismawati, 2010). dingin. Dalam hal ini, bayi BBLR
Hal ini sejalan dengan penelitian mengambil suhu tubuh ibunya secara
Almeida, dkk (2007) yang menyatakan langsung melalui kontak dari kulit ke
bahwa KMC berpengaruh pada fungsi kulit mengingat suhu tubuh ibunya lebih
fisiologis BBLR, antara lain tinggi dari suhu tubuh bayi (Suradi, dkk,
2008). Jadi pada tubuh bayi BBLR yang tubuh yang terlalu panas, tubuh akan
mengalami hipotermi ketika dilakukan melakukan mekanisme umpan
KMC selama satu jam selain balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
menghasilkan metabolisme panas, terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas
juga perpindahan panas tubuh ibu ke toleransi tubuh untuk mempertahankan
bayinya secara konduksi. suhu, yang disebut titik tetap (set
Bayi BBLR di penelitian ini yang point). Titik tetap tubuh dipertahankan
mengalami hipertermi juga mengalami agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C,
kenaikan suhu. Suhu tubuh hampir apabila suhu tubuh meningkat lebih dari
semuanya diatur oleh mekanisme titik tetap, hipotalamus akan terangsang
persyarafan, dan hampir semua untuk melakukan serangkaian mekanisme
mekanisme ini terjadi melalui pusat untuk mempertahankan suhu dengan cara
pengaturan suhu yang terletak pada menurunkan produksi panas dan
hipotalamus. Pada bayi baru lahir pusat meningkatkan pengeluaran panas
pengaturan suhu tubuhnya belum sehingga suhu kembali pada titik tetap
berfungsi sempurna, sehingga mudah (Tamsuri, 2006). Hal ini dapat dilihat dari
mengalami hipertermi oleh karena hasil suhu setelah dilakukan KMC selama
paparan suhu lingkungan yang satu jam meskipun mengalami kenaikan,
berlebihan, infeksi, maupun dehidrasi, kenaikannya haya 10C-20C. Dengan
(Kosim, 2008). Pengaturan suhu penerapan KMC selama satu jam, proses
dikendalikan oleh keseimbangan antara kehilangan suhu tubuh dengan cara
pembentukan panas dan kehilangan konveksi tidak terjadi. Pengeluaran panas
panas. Bila laju pembentukan panas di tubuh melalui mekanisme vasodilatasi
dalam tubuh lebih besar daripada laju sehingga memungkinkan perpindahan
hilangnya panas, panas akan timbul di panas dari tubuh ke kulit. Panas pada
dalam tubuh dan suhu tubuh akan kulit bayi BBLR yang dilakukan KMC,
meningkat, sebaliknya bila kehilangan tidak menghilang dikarenakan tidak
panas lebih besar, panas tubuh dan suhu terjadi perpindahan panas secara konveksi
tubuh akan menurun (Silverthon, 2004). dengan udara yang lebih dingin, justru
Penelitian ini tidak sejalan dengan kulit bayi mengalami perpindahan panas
penelitian Hartini (2011) yang secara konduksi yaitu kontak dengan kulit
menyatakan bahwa penerapan metode ibunya yang suhunya lebih lebih tinggi
kanguru dapat menurunkan suhu tubuh dari suhu BBLR.
bayi yang mengalami demam. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian tersebut KESIMPULAN DAN SARAN
adalah penelitian ini tidak menggunakan Kesimpulan:
pemberian antipiretik sebelum melakukan Berdasarkan penelitian ini
KMC, dan responden yang mengalami didapatkan rata-rata suhu tubuh pada Bayi
hipertermi di RS Pandan arang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
mempunyai riwayat infeksi, sepsis ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang
neonatorum dan ibu bayi juga ada Boyolali sebelum dan setelah
sebagian yang mengalami mastitis. pelaksanaan KMC selama satu jam hari
Saat bayi BBLR mengalami pertama, kedua, ketiga adalah 36,660c dan
hipertermi, hipotalamus mendeteksi suhu 37,070c. Terdapat pengaruh pelaksanaan
Kangaroo Mother Care (KMC) selama Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan
satu jam terhadap suhu tubuh Bayi Berat Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
Badan Lahir Rendah (BBLR) di ruang EGC
Perinatologi RSUD Pandan Arang Dahlan, S. (2010). Metode Penelitian
Boyolali (p < 0,05). untuk Kesehatan. Jakarta: Arkans.
Saran: Departemen Kesehatan Republik
Perlunya penerapan pelaksanaan Indonesia. (2013). Profil
Kangaroo Mother Care (KMC) selama Kesehatan Indonesia.
satu jam pada bayi berat badan lahir http://www.depkes.go.id/resource
rendah di ruang Perinatologi khususnya s/download/pusdatin/profil-
RSUD Pandan Arang Boyolali untuk kesehatan-indonesia-2013.pdf
mengurangi ketidakstabilan suhu tubuh Diunduh pada tanggal 28 Juni
serta perlu adanya ruangan khusus untuk 2016 (17.15)
ibu bayi yang melakukan perawatan Endyarni, Bernie. (2013).
metode KMC dengan segala fasilitasnya http://www.idai.or.id/artikel/klinik
dibeberapa rumah sakit di Indonesia. /asi/perawatan-metode-kanguru-
pmk-meningkatkan-pemberian-
DAFTAR RUJUKAN asi. Diunduh 20 Januari 2017
Almeida, dkk. (2007). Efects of kangaroo Hartini, Sri. (2011). Pengaruh perawatan
mother care on the vital signs of metode kanguru terhadap suhu
low-weight preterm newborns. tubuh bayi yang mengalami
Brazilian journal of physical demam di RS Telogorejo dan RB
therapy Vol.11, No.1, ISSN 1413- Mardi Rahayu Semarang. Depok:
3555 Tesis Universitas Indonesia
Arifah S dan Wahyuni S. (2015). Jannah, AR. (2015). Pengelolaan
Pengaruh kangaroo mother care hipertermi pada an. F dengan
(kmc) dua jam dan empat jam per kejang demam di ruang anggrek
hari terhadap kenaikan berat rsud ambarawa. Ungaran:
badan lahir rendah bayi preterm di Akademi Keperawatan Ngudi
rs pku muhammadiyah surakarta. Waluyo
Jurnal Prosiding Seminar Ilmiah Karyuni, Eko dan Meilya, Eni. (2007).
Nasional. ISSN: 2338-2694. Buku Saku Manajemen Masalah
Arifah S dan Kartinah. (2008). Peran Bayi Baru Lahir Panduan untuk
lemak coklat dalam mekanisme Dokter, Perwat dan Bidan.
produksi panas pada bayi. Jakarta: EGC.
Surakarta: Berita Kemenkes RI. (2013). Hasil Riskesdas
Ilmu 2013. Jakarta: Departemen
Keperawatan vol.1 No.4 ISSN Kesehatan RI.
1979-2697 Kosim, MS. (2008). Buku Ajar
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Neonatologi. Edisi pertama.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit IDAI.
Jakarta: Rineka Cipta. Lunze, Karsten. (2014). Prevention and
management of neonatal
hypothermia in zambia. Research Syamsu, F A. (2013). Pengaruh
article. Journals.plos.org Perawatan Metode Kanguru
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Terhadap Fungsi Fisiologis Bayi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Prematur dan Kepercayaan Diri
Rineka Cipta. Ibu Dalam Merawat Bayi. Jurnal
Permatasari, I.K. (2012). Perbedaan Keperawatan Soedirman (The
afektivitas kompres air hangat dan Soedirman Jurnal of Nursing).
kompres air biasa terhadap Volume 8, No 3.
penurunan suhu tubuh pada anak Tamsuri, A. (2006). Tanda Tanda Vital
dengan demam di rsud Tugurejo Suhu Tubuh. Jakarta: EGC
Semarang. Jurnal Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES
Telogorejo Semarang.
Proverawati dan Ismawati. (2010). Berat
Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Rahmayanti. (2011). Pelaksanaan
Perawatan Metode Kanguru pada
Ibu yang Memiliki BBLR di
Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Jakarta. Jakarta: Program Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Silverthon, D. (2004).
Human physiology: An integrated
approach. 3rd ed. San Francisco:
Pearson Education.
Sudarti dan Fauziah. (2013). Asuhan
Neonatus Resiko Tinggi dan
Kegawatan. Yogyakarta. Nuha
Medika
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suhermi. (2009). Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: EGC
Suradi, R. (2008). Perawatan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Dengan
Metode Kanguru. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.
(2003). Perawatan Bayi Resiko
Tinggi. Jakarta: EGC.

You might also like