Professional Documents
Culture Documents
110079.070-Rep-Draft Final Report
110079.070-Rep-Draft Final Report
28 January 2020
Project Project Preparation Consultant (PPC) for Development of Regional Water Supply
System in Polewali Mandar and Majene Regencies, West Sulawesi Province, Sulawesi
Island, Indonesia
Client Directorate Water Supply System Development
Directorate General of Human Settlement
Ministry of Public Works and Housing
Initials
The Quality management system of PT Witteveen Bos Indonesia has been approved based on ISO 9001.
© PT Witteveen Bos Indonesia
No part of this document may be reproduced and/or published in any form, without prior written permission of PT Witteveen Bos Indonesia, nor may
it be used for any work other than that for which it was manufactured without such permission, unless otherwise agreed in writing. PT Witteveen Bos
Indonesia does not accept liability for any damage arising out of or related to changing the content of the document provided by PT Witteveen Bos
Indonesia.
TABLE OF CONTENTS
1 PENDAHULUAN 9
1.3 Organisasi 9
7.3 Besaran biaya konstruksi (CAPEX) dan biaya operasi (OPEX) 196
13 PENUTUP 249
Air minum merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak dasar seluruh masyarakat, oleh karenanya
Negara memiliki tanggung jawab untuk menjamin pemenuhan hak seluruh rakyat atas air minum dan akses
terhadap air minum. Dalam rangka menjalankan tanggung jawab tersebut, maka Pemerintah Indonesia
melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015 – 2019 menetapkan target cakupan
pelayanan akses aman air minum 100 % di tahun 2019. Akses aman air minum meliputi air minum yang
disalurkan melalui perpipaan dan sumber-sumber air minum terlindungi milik masyarakat.
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang air minum, Direktorat Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(DitPSPAM-DJCK) sesuai dengan Rencana Strategis 2015-2019 menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu
(1) membangun sistem penyediaan air minum dengan memprioritaskan sistem infrastruktur
provinsi/kabupaten/kota seperti SPAM Regional1, SPAM Perkotaan, dan SPAM Kawasan Khusus2; (2)
memfasilitasi Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten; serta (3) memberdayakan masyarakat melalui
pembangunan SPAM berbasis masyarakat. Dalam pembangunan sistem penyediaan air minum,
Dalam rangka percepatan pencapaian tujuan Rencana Strategis 2015-2019, maka DitPSPAM-DJCK
melakukan program Accelerating Infrastructure Delivery through Better Engineering Services Project (ESP)-ADB
Loan. Salahsatu program prioritas DitPSAM-DJCK yang dimasukan dalam ESP adalah pengembangan SPAM
Regional Polewali Mandar-Manjene yang terletak di Provinsi Sulawesi Barat.
Dalam pelaksanaan ESP SPAM Regional Polewali Mandar-Manjene, DitPSPAM-DJCK menugaskan Project
Preparation Consultant (PPC) untuk menyusun: (i) studi kelayakan; (ii) AMDAL; (iii) DED; dan (iv) Dokumen
lelang pelaksanaan konstruksi. Konsorsium PT Witteveen Bos Indonesia (WBI) selaku PPC ESP SPAM Regional
Polewal Mandar – Majene, pada tahap awal akan menyiapkan laporan studi kelayakan.
Tujuan: mempercepat persiapan proyek dalam rangka pencapaian akses 100% air minum melalui
pengembangan SPAM Regional di Indonesia, khususnya di Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten
Majene di Provinsi Sulawesi Barat.
Sasaran: tersusunnya dokumen perencanaan Studi Kelayakan (FS) SPAM Regional Kabupaten Polewali
Mandar dan Kabupaten Majene di Provinsi Sulawesi Barat.
1.3 Organisasi
1
SPAM Regional merupakan penyediaan kebutuhan air minum pada daerah yang tidak memiliki sumber air
baku melalui kerjasama antar kabupaten/kota terdekat yang memiliki sumber air baku, dengan membangun
SPAM antar kabupaten/kota. Untuk SPAM Regional antar kabupaten/kota dalam wilayah administrasi
Provinsi yang sama dikelola oleh Provinsi, sedangkan untuk antar wilayah Provinsi dikelola oleh Pemerintah
2
Pengembangan SPAM pada kawasan perbatasan, pulaupulau kecil terluar, pasca bencana, dan kawasan
tertentu yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Join Venture:
• PT Witteveen Bos Indonesia (Lead)
• PT Gafa Multi Consultants
• PT Duta Cipta Mandiri Engineering Consultants
Govt. Govt. Polman
MoPWH (EA)
• Dohwa Engineenging, Co. Ltd SulBar & Majene
• PT Reka Desindo Mandiri
• PT Prospera Consulting Engineering
WBI’s Director Contractual
DGHS, PIU
( Authorized)
Tech. Team
Supporting Staff
Lingkup kegiatan dalam penyusunan dokumen perencanaan Studi Kelayakan (FS) SPAM Regional Kabupaten
Polewali Mandar dan Kabupaten Majene di Provinsi Sulawesi Barat, sebagai berikut:
Lingkup kegiatan dalam penyusunan dokumen perencanaan Studi Kelayakan (FS) SPAM Regional Kabupaten
Polewali Mandar dan Kabupaten Majene di Provinsi Sulawesi Barat, sebagai berikut:
1 Tinjauan Literatur yang meliputi: (i) peraturan perundang-undangan, kebijakan dan strategi nasional
bidang air minum; (ii) Norma, Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang air minum dan SPAM Regional;
(iii) peraturan daerah, kebijakan dan strategi terkait bidang air minum di Provinsi Sulawesi Barat/Kabupaten
Polewali Mandar/Kabupaten Majene; (iv) Rencana Induk SPAM Provinsi Sulawesi Barat/Kabupaten Polewali
Mandar/Kabupaten Majene; dan (v) laporan dan informasi terkait SPAM Regional Polewali Mandar –
Majene.
2 Tinjauan status dan progress pengembangan SPAM Regional Polewali Mandar – Majene, termasuk status
kesepakatan bersama (KSB).
3 Melakukan berbagai pengumpulan data, survei, dan investigasi lapangan.
4 Malakukan Real Demand Survey (RDS) pada wilayah pelayanan SPAM Regional Polewali Mandar – Majene.
5 Membuat perhitungan estimasi kebutuhan air di wilayah pelayanan, termasuk tahap penyerapan.
6 Desain Awal SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Majene
7 Menyusun analisis kelayakan teknis teknologi, keuangan, lingkungan, sosial ekonomi, hukum-institusional,
ketersediaan lahan, dan mitigasi risiko
8 Menyusun analisis skema investasi / pendanaan dan dukungan pemerintah
9 Menyusun rencana pelaksanaan pembangunan SPAM Regional Polewali Mandar – Majene..
Penyusunan dokumen perencanaan Studi Kelayakan (FS) SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan
Kabupaten Majene di Provinsi Sulawesi Barat, mengacu pada:
2 Standar - SNI 19-6786-2002 Spesifikasi Simbol Gambar Sistem Penyediaan Air & Sistem Drainase di dalam
Perencanaan SPAM Tanah;
- SNI 7508-2011 Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air
baku;
- SNI 6774-2008 Perencanaan unit paket instalasi pengolahan air (Revisi SNI 19-6774-2002);
- SNI 6773-2008 Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air;
- SNI 7829-2012 bangunan pengambilan air baku untuk instalasi pengolahan air minum;
- SNI 7507-2011 Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air;
- SNI 7509-2011 Tata cara perencanaan teknik jaringan distribusi dan unit pelayanan SPAM;
- SNI 03-7065-2005 Tata Cara Perencanaan Plambing.
3 Kebijakan - Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Pengembangan Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Wilayah dan SPAM - Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota/Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 2014 - 2024
- Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 2017 - 2022
- Peraturan Daerah Kabupaten Polewali Mandar Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kabupaten Polewali Mandar 2005 - 2025
- Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kabupaten Majene 2005 - 2025
- Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Majene Tahun 2011-2031
2.1.1 Geografis
Wilayah administrasi Kabupaten Majene terletak di pesisir barat bagian selatan Provinsi Sulawesi Barat, yang
secara geografis berada pada posisi 2o 38' 45” sampai dengan 3o 38' 15” Lintang Selatan dan 118o45' 00”
sampai 119o4'45” Bujur Timur, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :(sumber: BPS Kabupaten
Majene,Kabupaten Majene Dalam Angka 2019):
- sebelah utara : Kabupaten Mamaju;
- sebelah timur : Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa;
- sebelah selatan : Teluk Mandar; dan
- sebelah barat : Selat Makassar.
Kabupaten Majene memiliki luas 947,84 Km2 terdiri dari 8 Kecamatan dan 82 desa dan kelurahan. Ibukota
Kabupaten di Kecamatan Banggae yang terletak pada bagian selatan wilayah Kabupaten Majene. Kecamatan
Ulumanda merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas yakni 456,84 Km2, sedangkan kecamatan yang
memiliki luas wilayah terkecil yakni Kecamatan Banggae dengan luas wilayah 25,15 Km2.
Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com/2013/06/06/administrasi-kabupaten-majene/
2.1.2 Morfologi
Klasifikasi ketinggian wilayah Kabupaten Majene dari permukaan air laut bervariasi mulai dari 0 meter dari
permukaan laut (mdpl) sampai diatas 1.000 mdpl. Wilayah Kecamatan Malunda dan Kecamatan Ulumuda
memiliki ketinggian diatas 1.000 mdpl.
Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene 2010 - 2030
2.1.3 Klimatologi
Kondisi iklim wilayah Kabupaten Majene dan sekitarnya secara umum ditandai dengan hari hujan dan curah
hujan yang relatif tinggi. Kondisi ini dikarenakan letaknya yang merupakan daerah pesisir yang dipengaruhi
oleh angin musim. Curah hujan di Kabupaten Majene tahun 2018 tertinggi pada bulan desember sebesar 529,9
mm dengan hari hujan 23. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Septmber sebesar 92,5 mm
dengan jumlah hari hujan 13. Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan November sebanyak 25 hari dengan
curah hujan sebesar 235,4 mm.
1 Januari 115.2 18
2 Februari 107.6 13
3 Maret 87.8 15
4 April 109.3 9
5 Mei 158.1 23
6 Juni 45.6 18
7 Juli 74.7 14
8 Agustus 38.9 11
9 September 92.5 13
10 Oktober 202.5 18
11 November 235.4 25
12 Desember 529.9 23
Iklim di Kabupaten Majene tergolong kering, yang menurut Peta Iklim Sulawesi Selatan, yang dipetakan
berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman (Oldeman dan Sjarifuddin, 1977), digolongkan kedalam kelas iklim E2,
E1, D3, D2, dan D1 (mayoritas) yang artinya kering. Variasi jumlah bulan basah dari nol sampai hanya dua
sampai tiga bulan per tahun. Jumlah curah hujan tahunan hanya sekitar 1.000 mm (rata-rata di bawah 1.000
mm), seperti di daerah Pamboang sampai ke Banggae. Wilayah yang agak basah Kabupaten Majene hanya
ditemukan disekitar Malunda dan daerah perbatasan dengan Mamuju dan Mamasa.
2.1.4 Hidrologi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015 Tahun 2015
Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, maka wilayah Kabupaten Majene termasuk dalam Wilayah
Sungai Kaluku Karama yang miliki 8 Daerah Aliran Sungai. Dari total 8 Daerah Aliran Sungai tersebut, 3
diantaranya terdapat di Kabupaten Majene.
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015
Kabupaten Majene termasuk daerah yang memiliki banyak sungai-sungai kecil yang tersebar di seluruh
kecamatannya. Jumlah sungai yang terdapat di Kabupaten Majene, teridentifikasi sebanyak 73 sungai. Sungai-
sungai yang debit relative besar meliputi:
1. Sungai Tubo di Kecamatan Sendana;
2. Sungai Malunda di Kecamatan Malunda
Sungai-sungai yang menjadi sumber air bagi masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Pada saat ini air baku yang digunakan adalah air permukaan/sungai, berasal dari Sungai Abaga, Sungai
Mangge, Sungai Belia, Sungai Karaka, Sungai Mangarabombang, Sungai Malunda dan Sungai Tammeroddo.
2.1.5 Kependudukan
Berdasarkan data BPS tahun 2019, jumlah penduduk di Kabupaten Majene pada tahun 2018 berjumlah 171,272
jiwa, dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Banggae yang merupakan Ibukota Kabupaten Majene
yaitu 42,777 jiwa. Bila ditinjau dari laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 - 2018, Kecamatan Sendana dan
Kecamatan Banggae memiliki laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dibandingan laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Majene.
Tahun Laju
No Kecamatan Pertumbuhan
2014 2015 2016 2017 2018 2010-2018 (%)
Sumber: BPS Kabupaten Majene, Kabupaten Mejene Dalam Angka 2015 - 2019
Bila dilihat dari kepadatan penduduk, maka kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Banggae sebesar
1.1701 jiwa/km2, dan disusul oleh Kecamatan Banggae Timur sebesar 1.077 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di
2 (dua) kecamatan tersebut sangat jauh melampaui kepadatan penduduk kecamatan lain yang hanya memiliki
kepadatan dibawah 350 jiwa/km2,
Pengembangan wilayah Kabupaten Majene tidak hanya diarahkan pada kawasan perkotaan melainkan
mencakup pula kawasan bukan perkotaan. Sistem kota – kota merupakan arahan untuk menetapkan sistem
perwilayahan dengan hirarki pusat – pusat pelayanan jasa dan produksi sesuai dengan fungsi, kecenderungan
perkembangan dan orioentasi perkembangannya.
Sistem kota – kota dilakukan melalui pengembangan pusat – pusat permukiman sebagai pusat pelayanan jasa
ekonomi, jasa pemerintahan dan jasa sosial lainnya, bagi kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan serta
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) meliputi Kelurahan Baruga di Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan
Sirindu di Kecamatan Pamboang, Kelurahan Tallubanua di Kecamatan Sendana, Desa Ulidang di Kecamatan
Tammero’do Sendana; dan Desa Maliaya di Kecamatan Malunda, dengan fungsi utama pengembangan
sebagai pusat perdesaan, pusat industri rakyat dan penghasil pertanian dan perkebunan.
Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene 2010 – 2030
Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene 2010 – 2030
Pengelolaan air minum di Kabupaten Majene dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kabupaten Majene yang didirikan tahun 1975 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor
5/PD/1976 tanggal 11 juni 1975 tentang pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Majene.
Hingga tahun 2018 PDAM Kabupaten Majene telah memiliki kapasitas terpasang mencapai 200 liter/detik
dengan daerah pelayanan mencakup 6 (enam) kecamatan dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Majene.
Kecamatan yang belum dilayani oleh pelayanan PDAM Kabupaten Majene adalah Kecamatan Tubo Sendana
dan Ulumanda.
Kapasitas Kapasitas
Water Treatment Daerah
No Terpasang Produksi Air Terjual 1) Keterangan
Plan (WTP Pelayanan2)
(ltr/dtk)1) (ltr/dtk)1)
3 WTP Manggae 30 15 11
TOTAL 200 85 49
Sumber: 1) BPKP, Laporan Evaluasi Kinerja PDAM Kabupaten Majene Tahun Buku 2018
2) PDAM Kabupaten Majene 2019
Berdasarkan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun buku 2018 bahwa
PDAM Kabupaten Majene memiliki cakupan pelayanan 20,25 % lebih rendah 5,85 % dibandingkan tahun buku
2017 yang sebesar 26,10 %. Kondisi ini disebabkan terjadinya penurunan sambungan langsung dari 7,010 SL
menjadi 6,188 SL atau menurunan pelangganan -11.73 %. Walaupun terjadinya penurunan pelanggan pada
periode 2017 – 2018, tetapi air terjual mengalami kenaikan 12,8 %.
Sumber: BPKP, Laporan Evaluasi Kinerja PDAM Kabupaten Majene Tahun Buku 2015 - 2018
SPAM Kabupaten Majene terdiri dari SPAM Perkotaan dan SPAM IKK, untuk SPAM Perkotaan memiliki daerah
pelayanan di Kecamatan Banggae yang merupakan Ibukota Kabupaten Majene dan Kecamatan Banggae
Timur. Adapun kondisi SPAM Perkotaan Kabupaten Majene sebagai berikut:
1. Instalasi Abaga berupa pengolahan lengkap yang dibangun pada tahun 1979-1980 dari dana APBN
melalui Proyek Air Bersih Sulawesi Selatan dengan kapasitas terpasang 40 Lt/dt. Saat ini instalasi ini
sudah tidak mampu berproduksi sesuai dengan kapasitas terpasang, disebabkan oleh penurunan
debit sumber air sungai Abaga yang rata-rata antara 25 - 20 lt/dt dan musim kemarau bisa mencapai
hanya 10 lt/dt. Kualitas air pengolahan mengalami penurunan yang diakibat komponen instalasi
sudah relatif tua dan mengalami pengecilan dimensi pipa dan banyak yang mengalami penyumbatan
dan sebagian katup – katup mengalami kerusakan, pada media filtrasi pasir kuarsa yang merupakan
material penyaringan sudah tidak layak pakai sehingga diperlukan penggantian.
2. Unit Bronkaptering Mangge, berasal dari sungai Mangge yang digunakan oleh PDAM Majene
sebanyak 10 Lt/dt. Sistim pengolahan masih menggunakan saringan lambat sederhana berupa
bronkaptering 5 liter/detik sehingga pada musim hujan kondisi air baku mengalami kekeruhan tinggi.
3. Instalasi Galung lombok mengambil sumber air baku dari sungai tinambung dengan kapasitas
intake 1.060 lt/dtk pada musim hujan dan 600 lt/dtk pada musim kemarau. Total kapasitas terpasang
mencapai 60 lt/dtk yang terdiri dari IPA 20 lit/dtk (bangunan baru) dan IPA 40 ltr/dtk (uprating dari
IPA lama 20 l/dt menjadi 40 l/dt).
Proyek SPAM Regional yang diusulkan1 (Sistem Penyediaan Air Minum Daerah) akan membantu
mencapai sasaran pemerintah nasional dalam menyediakan cakupan 100% akses yang aman untuk air
minum untuk penduduk pada 20192. Alasan pembentukan SPAM Regional didasarkan pada hal-hal
berikut: ( i ) ketersediaan air baku di Indonesia secara geografis tidak setara; (ii) muncul pemerintah daerah
baru ( Pemda ) karena otonomi daerah; (iii) kesediaan antara Pemda untuk memanfaatkan penyediaan
sumber air baku yang sama bersama-sama; (iv) kebutuhan untuk meningkatkan kinerja PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum ) ; (v) kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi dalam investasi dan
operasi ; dan (vi) kebutuhan untuk meningkatkan skala operasi ekonomi untuk menarik investor swasta.
Analisis keuangan meliputi tinjauan kinerja keuangan dari tiga pemerintah daerah dan dua PDAM. Tiga
pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Barat,
pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene dan Kabupaten Polewali Mandar sementara dua PDAM,
PDAM Majene dan PDAM Polewali Mandar. Penilaian kapasitas keuangan dilakukan untuk ketiganya3 Pemda
dan keduanya4 PDAM menggunakan data keuangan historis masing-masing sebagai dasar. Hasil penilaian
akan menunjukkan apakah Pemda dan PDAM dapat berkontribusi dalam membiayai investasi dan / atau
mengoperasikan dan memelihara komponen yang berbeda dari proyek yang diusulkan menggunakan
sumber daya mereka sendiri. Selain itu, evaluasi keuangan PDAM juga dilakukan dengan fokus pada
indikator-indikator berikut: likuiditas , leverage keuangan, efisiensi, dan
profitabilitas. Laporan Keuangan PDAM dan Laporan Evaluasi Kinerja digunakan sebagai dasar evaluasi
keuangan sedangkan untuk Pemda, realisasi tahunan dan laporan anggaran digunakan.
Penilaian keuangan meliputi tinjauan laporan keuangan pemerintah provinsi dan kabupaten dari 2015
hingga 2018. Data keuangan 2015-2017 adalah jumlah yang direalisasikan sedangkan data 2018 adalah
jumlah yang dianggarkan.
Pengeluaran tidak langsung adalah untuk item yang tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan sementara belanja langsung adalah untuk item langsung terkait dengan pelaksanaan program
dan kegiatan pemerintah. Pengeluaran meliputi personil, bunga, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan,
barang dan jasa, dan modal.
Total pendapatan provinsi sendiri meningkat rata-rata 4% dari 2015 hingga 2017 terutama karena
kenaikan pajak daerah dan biaya layanan yang dikumpulkan selama periode tersebut sementara anggaran
perimbangan dari pemerintah negara bagian meningkat 25 %, rata-rata, untuk hal yang sama. Titik.
Pengeluaran langsung untuk proyek-proyek tertentu (5 5 % dari total pengeluaran) meningkat 4 % dari 2015
hingga 2017. Total pengeluaran personel (langsung dan tidak langsung) rata-rata 1 9% dari total pengeluaran
untuk periode yang sama.
Provinsi ini sangat tergantung pada dana pemerintah negara yang merupakan 78 % dari total anggaran
provinsi dari 2015 hingga 2017. Pendapatan asli daerah hanya sekitar 16 % hingga 19% dari total anggaran
provinsi. Dana yang dianggarkan untuk tahun 2018 mencakup kontribusi pemerintah negara bagian
hampir 82 % dari total anggaran provinsi (Table 2.7 - Table 2.9).
Total pendapatan daerah Kabupaten Majene meningkat rata-rata 38% dari 2015 hingga 2017 terutama
disebabkan oleh peningkatan tinggi dalam pendapatan daerah lainnya (penjualan aset pemerintah, bunga dan
diskon) yang dikumpulkan selama periode tersebut (rata-rata 60%) sementara anggaran perimbangan dari
pemerintah negara bagian meningkat rata-rata 9% untuk periode yang sama.
Pengeluaran langsung untuk proyek tertentu (42% dari total pengeluaran) meningkat 13% dari 2015 hingga
2017. Pengeluaran personel rata-rata 50% dari total pengeluaran untuk periode yang sama.
Kabupaten sangat bergantung pada dana pemerintah negara bagian yang menyumbang 82% dari total
anggaran dari 2015 hingga 2017. Pendapatan asli daerah hanya mewakili antara 6% hingga 9% dari total
anggaran. Total dana yang dianggarkan untuk tahun 2018 mencakup kontribusi pemerintah negara bagian
sebesar 77% dari total anggaran (
2.2.1 Geografis
Kabupaten Polewali Mandar terletak pada bagian pesisir selatan Provinsi Sulawesi Barat, yang secara geografis
berada pada posisi 118o53’58,2” – 119o29’35,8” Bujur Timur dan 03o40’00” – 3o32’5,28” Lintang Selatan, dengan
batas-batas sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Kabupaten Mamasa.
Kabupaten Polewali Mandar memiliki luas 2.022,30 Km2 terdiri dari 16 Kecamatan dan 167 desa dan
kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan Polewwali yang terletak pada bagian selatan
Kabupaten Polewali Mandar. Kecamatan Tubbi Taramanu merupakan kecamatan yang memiliki wilayah
terluas yakni 356,95 Km2, sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil yakni Kecamatan
Tinambung dengan luas wilayah 21,34 Km2.
Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Polewali Mandar Dalam Angka 2019
Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com/tag/kab-polewali-mandar/
2.2.2 Morfologi
Kabupaten Polewali Mandar dibedakan ke dalam lima grup besar, yaitu Grup Aluvial (A), Marin (M), Volkan (V),
dan Struktural (T). Grup Aluvial (A) Grup Aluvial terdiri dari tanggul sungai meandering (Afq 1.1.2.1) tersebar
di sepanjang sungai-sungai besar, teras sungai (Afq 12, dataran aluvial (Af 1.3), jalur aliran sempit (Au 15),
lahan koluvial (Au 22), dan dataran antar perbukitan (Au 23). Bentuk wilayah datar sampai agak datar/melandai
dengan lereng 0-3% sampai berombak (3-8%).
Sumber: Materi Teknis Rencana Induk SPAM Kabupaten Polewali Mandar 2013 – 2033
2.2.3 Klimatologi
Curah hujan tertinggi di Kabupaten Polewali mandar tahun 2018 terjadi pada bulan oktober sebesar 251,3
mm dengan hari hujan 14. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan agustus sebesar 48,9 mm
dengan jumlah hari hujan 6. Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan desember sebanyak 19 hari dengan
curah hujan sebesar 201,4 mm.
1 Januari 172.6 16
2 Februari 155.7 14
3 Maret 193.2 16
4 April 214.2 15
5 Mei 98.0 12
6 Juni 153.9 13
7 Juli 70.9 9
8 Agustus 48.9 6
9 September 55.2 7
10 Oktober 251.3 14
11 November 245.4 16
12 Desember 201.4 19
2.2.4 Hidrologi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015 Tahun 2015
Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, maka wilayah Kabupaten Polewali Mandar termasuk dalam
Wilayah Sungai Kaluku Karama yang miliki 8 Daerah Aliran Sungai. Dari total 8 Daerah Aliran Sungai tersebut,
6 diantaranya terdapat di Kabupaten Polewali Mandar.
Wilayah Kabupaten Polewali Mandar dialiri oleh 2 sungai besar, yaitu Sungai Mandar dan Sungai Maloso, serta
beberapa sungai kecil yang bermuara ke dua sungai tersebut. Sungai-sungai besar lainnya yaitu:
1. Sungai Paku;
2. Sungai Matakali;
3. Sungai Labasang;
4. Sungai Puppole; dan
5. Sungai Rea.
Di Sungai Maloso pada daerah Sekaseka telah dibangun bendung untuk keperluan irigasi pertanian di
Kecamatan Luyo, Mapili, Wonomulyo, Campalagian dan Matakali.
Sungai-sungai yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk keperluan air minum oleh PDAM Kabupaten
Polewali Mandar adalah Sungai Mandar, Sungai Maloso, Sungai Riso, Sungai Kunyi, dan Sungai Paku.
Pemanfaatan Sungai Paku selain untuk sumber air baku PDAM, juga digunakan sebagai pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) Bakaru yang melayani Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan.
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015
2.2.5 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2018 berjumlah 437,662 jiwa, dengan jumlah
penduduk terbesar di Kecamatan Polewali yang merupakan Ibukota Kabupaten Majene yaitu 61,914 jiwa. Bila
ditinjau dari laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 - 2018, Kecamatan Polewali, Kecamatan Bulo dan
Kecamatan Luyo memiliki laju pertumbuhan penduduk tertinggi sebesar 1,51 %. Sedangkan Kecamatan
Tinambung, Balanipa, Limboro, Alu, Campalagian, Wonomulyo, Mapilli, dan Binuang memiliki laju
pertumbuhan penduduk lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Polewali Mandar.
Bila dilihat dari kepadatan penduduk, maka kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Polewali sebesar 2,357
jiwa/km2, dan disusul oleh Kecamatan Tinambung sebesar 1.154 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 2 (dua)
kecamatan tersebut sangat jauh melampaui kepadatan penduduk kecamatan lain yang hanya memiliki
kepadatan dibawah 700 jiwa/km2,
2.2.6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Polewali Mandar 2012 - 2032
Dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Polewali Mandar 2012 – 2032, ditetapkan pusat-pusat kegiatan
terdiri dari:
- Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu Polewali di Kecamatan Polewali.
- Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Sidodadi di Kecamatan Wonomulyo
- Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) terdiri atas:
a. Pappang di Kecamatan Campalagian; dan
b. Tinambung di Kecamatan Tinambung.
- Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) terdiri atas:
a. Batupanga di Kecamatan Luyo; dan
b. Pelitakan di Kecamatan Tapango.
- Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terdiri atas:
a. Petoosang di Kecamatan Alu;
b. Limboro di Kecamatan Limboro;
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar didirikan pada tahun
1990 melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Polewali Mamasa No. 2 Tahun 1990 tentang Pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Polewali Mamasa. Dengan terdapatnya pemekaran Kabupaten
Polewali Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa, maka PDAM Kabupaten
Polewali Mamasa berubah nama menjadi PDAM Kabupaten Polewali Mandar.
Dalam rangka efektifitas pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Polewali Mandar,
membagi menjadi 7 (tujuh) zona pelayanan (Figure 2.9). Dari 7 zona yang ada, baru 4 zona yang terlayani
oleh PDAM Kabupaten Polewali Mandar.
PDAM Kabupaten Polewali Mandar hingga tahun 2018 telah memiliki kapasitas terpasang mencapai 255
liter/detik dengan daerah pelayanan mencakup 13 (tigabelas) kecamatan dari total 16 kecamatan yang ada di
Kabupaten Polewali Mandar.
Daerah
Kapasitas Kapasitas
Intake Air Pelayanan
Zona WTP Terpasang Produksi Keterangan
(ltr/dtk) 2) Terjual 1) (Kecamatan)
(ltr/dtk) 1) (ltr/dtk) 1) 2)
5. WTP Kunyi 1 10 10 9
100 Debit air baku menurun
6. WTP Kunyi 2 20 20 18
Anreapi
7. SPL Lemo 5 0 0 Tidak difungsikan
Unit Campalagian 50 20 8 5
3
Campalagian
Summarrang 50 20 8 5 Debit air baku menurun
& Balapina
Sumber 1) BPKP, Laporan Evaluasi Kinerja PDAM Kabupaten Polewali Mandar Tahun Buku 2018
2) PDAM Kabupaten Polewali Mandar 2019
Berdasarkan hasil audit BPKP tahun buku 2018 bahwa PDAM Kabupaten Polewali Mandar memiliki cakupan
pelayanan 34,01 % lebih rendah 4,75 % dibandingkan tahun buku 2017 yang sebesar 38,76 %. Kondisi ini
disebabkan terjadinya peningkatan penduduk pada daerah pelayanan dari 238,510 jiwa di tahun 2017 menjadi
251,558 jiwa di tahun 2018, walaupun penambahan pelangganan domestic mengalami kenaikan sebesar 1,075
sambungan baru.
Tingkat kebocoran PDAM Kabupaten Polewali tahun 2018 sebesar 19.79 % berada dibawah standard
kebocoran yang BPPSPAM yaitu 20 %. Sejak tahun 2016 tingkat kebocoran mengalami penurunan setiap
tahunnya dari 39.85 % di tahun 2016.
Konsumsi domestik setiap sambungan rumah mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga tahun 2018
yaitu dari 13.82 m3/sambungan/bulan menjadi 12.8 m3/sambungan/bulan atau 90.68 liter/orang/hari
menjadi 83.61 liter/orang/hari.
Sumber: BPKP, Laporan Evaluasi Kinerja PDAM Kabupaten Polewali Mandar Tahun Buku 2015 - 2018
Kinerja keuangan dan operasional aktual PDAM dari 2015 hingga 2018 ditinjau berdasarkan laporan keuangan
yang diaudit, laporan evaluasi kinerja dan wawancara dengan petugas keuangan dan staf.
PDAM Polewali Mandar didirikan pada tahun 1990. Setelah pemekaran Kabupaten Polewali Mamasa menjadi
Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa, PDAM Polewali Mamasa diubah namanya menjadi
PDAM Polewali Mandar.
Total pelanggan pada Desember 2018 adalah 19567, di mana 17006 aktif (87%) dan 2561 (13%) pelanggan
tidak aktif atau terputus. Non-pendapatan air (NRW) rendah pada 19,8% dari air yang didistribusikan pada
tahun 2018.
Pendapatan air PDAM Polewali Mandar meningkat 2% dari 2015 hingga 2016, 12% dari 2016 hingga 2017
dan 4% dari 2017 hingga 2018 sementara biaya operasional (tidak termasuk tunjangan depresiasi) turun
masing-masing 0,4%, meningkat 9% dan 7% untuk periode yang sama.
Penghasilan bersih sebesar RP 213 juta direalisasikan pada tahun 2015. Pada tahun 2016, laba bersih
meningkat menjadi Rp696 juta, menjadi Rp775 juta pada tahun 2017 dan menjadi Rp890 juta pada tahun
2018.
Dari tahun 2015 hingga 2018 pendapatan tahunan dapat menutupi semua biaya operasi termasuk penyusutan.
Namun, sebelum tahun 2015, akumulasi kerugian sebesar RP 26159 juta menunjukkan bahwa operasi
keuangan dapat menjadi kurang menguntungkan selama tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, biaya
personil adalah 32% dari total biaya operasi, listrik 11% dan penyusutan 20%.
Table 2.20 Biaya Dan Penghasilan Operasi – Pdam Polewali Mandar (Rp Juta)
Saldo kas tinggi pada akhir 2018 (RP 9548 juta), tetapi itu mencakup dana yang dimaksudkan untuk
menggantikan aset (akumulasi cadangan penyusutan adalah RP 28405 juta pada akhir 2018). Ini berarti bahwa
PDAM tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk mengganti aset yang ada ketika umur layanan mereka
berakhir. Berdasarkan akumulasi jumlah cadangan penyusutan, sisa umur rata-rata semua aset pada Desember
2018 adalah 33%. Bergantung pada tingkat rezim pemeliharaan yang diterapkan oleh PDAM, sisa masa pakai
fisik aktual bisa kurang dari 33%. Tingkat piutang usaha PDAM tinggi. Pada Desember 2018, akumulasi piutang
bruto adalah RP 17303 juta (atau RP 10766 juta setelah dikurangi penyisihan RP 6537 juta) atau setara dengan
1,7 kali pendapatan air tahunan 2018 (RP 10030 juta). PDAM tidak memiliki pinjaman pada akhir Desember
2018 (Table 2.22 - Table 2.23).
.
Sumber: Laporan Keuangan. PDAM Polewali Mandar. 2015 sampai 2018
PDAM sangat likuid seperti yang ditunjukkan oleh rasio likuiditas. Namun, harus dicatat bahwa tingginya
likuiditas terutama disebabkan oleh tunjangan depresiasi yang termasuk dalam saldo kas. Efisiensi penagihan
rendah dari 2015 hingga 2018, mulai dari 69% hingga 78% dari tagihan tahunan.
Liquidity ratio
Efficiency ratio
Profitability ratio
Pendapatan unit dan biaya per meter kubik air yang didistribusikan dihitung untuk menentukan tingkat
pemulihan biaya hanya berdasarkan pada pendapatan tarif air. Pendapatan termasuk penjualan air, biaya
administrasi dan meteran. Pendapatan non-air dikecualikan karena pendapatan ini tidak secara langsung
terkait dengan volume air yang dikonsumsi oleh pelanggan. Biaya operasi termasuk tenaga, listrik, bahan bakar
Pemulihan biaya berbasis tarif digunakan karena pendapatan non-air (mewakili 6% hingga 10% dari total
pendapatan operasional; contohnya adalah pendapatan sambungan air baru) akan menjadi sangat minimal
setelah area layanan dilayani penuh dan / atau ketika air PDAM kapasitas pasokan maksimum tercapai. Desain
tarif, oleh karena itu, berdasarkan total pendapatan dan total biaya akan mengakibatkan tingkat tarif yang
terlalu rendah dalam jangka panjang. Volume air yang didistribusikan digunakan dalam perhitungan karena
secara langsung berkaitan dengan harga air curah yang akan didistribusikan ke PDAM dari SPAM Regional.
Tarif saat ini dapat mencakup semua biaya operasi kecuali penyusutan dari 2015 hingga 2018 (tidak
berdasarkan biaya pemulihan-tarif). Ini berarti bahwa tarif PDAM yang ada tidak cukup untuk meningkatkan
pendapatan yang diperlukan untuk menggantikan aset yang ada ketika masa layanan mereka berakhir.
Kesenjangan pendanaan (untuk investasi dalam aset baru / penggantian aset yang ada) saat ini disediakan
oleh pemerintah pusat dan Kabupaten Polewali Mandar dalam bentuk hibah kepada PDAM. Penurunan
pendapatan unit pada tahun 2016 disebabkan oleh peningkatan NRW menjadi 40% pada 2016 dari level 2015
sebesar 34%. Peningkatan pendapatan unit pada 2017 dan 2018 disebabkan oleh penurunan NRW masing-
masing menjadi 24% dan 20%.
Table 2.25 Pendapatan Dan Biaya – Pdam Polewali Mandar (Rp / M3)
Dari Rencana Induk SPAM (RISPAM) Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Polewali Mandar, dan Kabupaten
Majene yang akan menjadi acuan penyusunan Studi Kelayakan SPAM Regional Polewali Mandar - Majene,
hanya RISPAM Kabupaten Polewali Mandar yang telah dilegalkan melalui Peraturan Daerah Bupati Polewali
Mandar Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Polewali
Mandar. Adapun jangka waktu berlakunya masing-masing RISPAM tersebut, sebagai berikut:
1 RISPAM Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 – 2032
2 RISPAM Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2012 – 2032
3 RISPAM Kabupaten Majene Tahun 2012 – 2032
Mempertimbangkan bahwa penyusunan ketiga RISPAM tersebut telah disusun selama 5 tahun yang lalu,
sehingga data-data dan hasil perencanaan perlu dievaluasi kembali menyesuaikan perkembangan
pembangunan yang ada. Oleh karenanya pada tahap awal konsultan akan melakukan pemuktahiran terhadap
data-data terbaru dan mereview RISPAM yang ada sesuai dengan perkembangan pembangunan.
Dalam RISPAM Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, tidak terdapat rencana pengembangan
untuk SPAM Regional. Rencana pemenuhan kebutuhan air minum, dengan mengoptimalkan kapasitas
terpasang yang sudah ada dan pengembangan IPA baru.
Hasil kajian awal yang dilakukan oleh konsultan terhadap RISPAM Kabupaten Polewali Mandar, dan Kabupaten
Majene, sebagai berikut:
Sumber: RISPAM Kabupaten Polewali Mandar 2012 – 2032 dan Data PDAM 2019
Dalam RISPAM Kabupaten Majene, rencana daerah pelayanan terbagi atas 7 (tujuh) zonasi/cabang,
tetapi dengan system jaringan mandiri tiap kecamatan. Lokasi perencanaan merupakan zona/cabang
1, dengan estimasi kebutuhan air tahun 2030 di Kecamatan Bangge Timur sebanyak 40.94 ltr/dtk
dan Kecamatan Banggae sebesar 53.66 ltr/dtk. Apabila dibandingkan dengan kapasitas terpasang
untuk pelayanan di Kecamatan Banggae Timur yaitu IPA Galung Lombok (40 ltr/dtk) dan IPA Mangge
(10 ltr/dtk), maka dengan mengoptimalkan kapasitas terpasang yang ada, kebutuhan air minum di
Kecamatan Banggae Timur sudah dapat terpenuhi.
a. Visi
Visi yang ingin diwujudkan oleh Provinsi Sulawesi Barat dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan adalah:
“Terwujudnya Sulawesi Barat yang Sejahtera, Maju dan Malaqbi”
Visi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sulawesi Barat yang Sejahtera dapat dimaknakan sebagai pencapaian kondisi kehidupan yang lebih
baik, yang ditandai oleh terpenuhinya hak-hak dasar dan meningkatnya taraf hidup masyarakat secara
berkelanjutan.
Sulawesi Barat yang Maju dapat diartikan sebagai kemampuan daerah ini untuk mampu sejajar dengan
provinsi lainnya di Indonesia. Visi ini penting mengingat bahwa Provinsi Sulawesi Barat merupakan
provinsi yang baru terbentuk (pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan). Dukungan sumberdaya alam dan
akar budaya yang kuat, menjadi pondasi yang kuat untuk menuju Sulawesi Barat yang Maju.
Sulawesi Barat yang Malaqbi lebih dimaknakan sebagai kemampuan manusia daerah ini untuk
mencapai derajat sebagai manusia mulia dan bermartabat. Manusia mulia dan bermartabat dimaksud
merupakan menifestasi dari nilai-nilai budaya dan agama masyarakat Sulawesi Barat. Visi ini sekaligus
ingin menegaskan bahwaa manusia merupakan muara dari seluruh aktivitas pembangunan.
b. Misi
Untuk mencapai Visi tersebut di atas maka ditempuh sejumlah Misi sebagai berikut:
Mendorong pemenuhan hak-hak dasar melalui pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan
peningkatan akses penduduk terhadap sumberdaya.
Mendorong kemajuan daerah secara merata melalui optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya local serta pengembangan kerjasama antar daerah dan kemitraan antar pelaku dalam
pengelolaan sumberdaya.
Meningkatkan kualitas manusia melalui peningkatan kehidupan beragama. Perbaikan kualitas
pendidikan dan kesehatan, pengembangan seni budaya dan olah raga.
Program prioritas yang akan menjadi dasar dalam mewujudkan Provinsi Sulawesi Barat yang maju, sejahtera
dan Malaqbi perlu didukung oleh:
Komitmen kepemimpinan daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan demokratis.
Konsisten dan relevansi kebijakan pembangunan pemerintah daerah
Keberpihakan pembangunan kepada masyarakat
Peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif dalam keseluruhan peoses pembangunan
Mengingat RPJP Daerah merupakan pedoman bagi rencana pembangunan terkait lainnya, maka penentuan
arah umum pembangunan jangka panjang, peran sub-wilayah, dan pentahapan pembangunan untuk periode
lima tahunan merupakan bagian penting dalam RPJP Provinsi Sulawesi Barat. Arah umum
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dilakukan dalam pengembangan struktur ruang, pola ruang
dan pengembangan kawasan strategis wilayah agar tujuan penataan ruang wilayah provinsi tercapai.
1) Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah meliputi:
2) Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:
Meningkatkan kualitas jaringan prasarana transportasi dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi inter moda, baik darat, laut maupun udara;
Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan yang masih
terisolasi;
Pengembangan wilayah Kabupaten Majene tidak hanya diarahkan pada kawasan perkotaan melainkan
mencakup pula kawasan bukan perkotaan. Sistem kota – kota merupakan arahan untuk menetapkan sistem
perwilayahan dengan hirarki pusat – pusat pelayanan jasa dan produksi sesuai dengan fungsi, kecenderungan
perkembangan dan orioentasi perkembangannya.
Sistem kota – kota dilakukan melalui pengembangan pusat – pusat permukiman sebagai pusat pelayanan jasa
ekonomi, jasa pemerintahan dan jasa sosial lainnya, bagi kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan serta
kawasan nelayan, maupun dalam hubungan interaksi antar pusat-pusat permukiman dengan wilayah-wilayah
yang dilayaninya secara hirarkis.
Dengan demikian, pusat-pusat permukiman sebagaimana dimaksud diatas meliputi pusatpusat permukiman
perkotaan dan perdesaan. Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas dalam sistem kota-kota didasarkan
pada potensi wilayah serta kelengkapan fasilitas, prosentase luas lahan terbangun, kepadatan bersih penduduk
dan kepadatan bangunan, terdapat 4 (empat) orde pelayanan di Kabupaten Majene sebagai berikut :
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) meliputi Kecamatan Banggae dan Banggae Timur, dengan fungsi utama
pengembangan wilayah sebagai berikut:
• Sub Pusat Pengembangan Sulbar (Pusat Kegiatan Lokal, PKL)
• Pusat Pendidikan Sulbar
• Pusat Pemerintahan Regional
• Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi
• Pusat Pelayanan Kepelabuhanan
• Pusat Industri Perikanan
PKLP (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) meliputi Kecamatan Malunda, Kecamatan Pamboang, dan Somba
Kecamatan Sendana, dengan fungsi utama pengembangan wilayah sebagai berikut:
• Pusat Pemerintahan Kecamatan
• Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kecamatan
• Pusat Pelayanan Kepelabuhan
• Pusat pengembangan industri perahu Sandeq serta pengembangan seni.
• Pusat pengembangan wisata agro (pertanian dan perkebunan) dan religi.
PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) meliputi Kecamatan Tammerodo, Tubo Sendana dan Kecamatan
Ulumanda, dengan fungsi utama pengembangan wilayah sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat
pelayanan sosial dan ekonomi kecamatan, dan pusat Industri rakyat.
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) meliputi Kelurahan Baruga di Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan Sirindu
di Kecamatan Pamboang, Kelurahan Tallubanua di Kecamatan Sendana, Desa Ulidang di Kecamatan
Tammero’do Sendana; dan Desa Maliaya di Kecamatan Malunda, dengan fungsi utama pengembangan
sebagai pusat perdesaan, pusat industri rakyat dan penghasil pertanian dan perkebunan.
Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene 2010 – 2030
Agriculture
Development Area
Fishing
Port
Tourism
Development
Area
Tourism Education
Development Development
Area Area
Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene 2010 – 2030
a) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah (ecoregion) termasuk
ekohidrolika DAS; dan
b) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup terutama sektor kehutanan, pertambangan dan kelautan.
Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah
meliputi:
Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, laut maupun udara, termasuk di dalam
bumi;
Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling
sedikit 30 persen dari luas pulau. Luas dan sebaran kawasan berfungsi lindung perlu
disesuaikan dengan keberadaan, karakteristik dan kondisi ekosistem DAS di pulau
tersebut; dan
Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara
keseimbangan ekosistem wilayah khususnya DAS kritis.
Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan sistem ekologi wilayah meliputi:
Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah;
Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak
negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan penerasi masa kini dan generasi masa depan;
Mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan
sumberdaya baru untuk penghasilan dan pelestarian lingkungan;
Mengelola sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya; dan
Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di
kawasan rawan bencana.
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi Sulawesi Barat meliputi beberapa
sudut kepentingan sebagai berikut:
a) Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi Sulawesi Barat dari sudut pandang kepentingan
pertumbuhan ekonomi meliputi:
mengembangkan produktifitas sentra-sentra produksi pertanian, perikanan, serta agro
industri dan agribisnis;
Membangun prasarana wilayah pendukung kegiatan produktif;
mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian
provinsi yang produktif, efisien, dan mampu bermitra sejajar dalam perekonomian nasional
atau internasional;
mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumberdaya alam dan kegiatan
budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan;
mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas sosial ekonomi
budaya masyarakat dan lingkungan hidup kawasan;
h) Strategi pengembangan kawasan strategis kepentingan daya dukung lingkungan provinsi meliputi:
menetapkan kawasan strategis provinsi berfungsi lindung;
mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi daya lindung
kawasan;
mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan lindung yang berfungsi
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya
terbangun; dan
a. Visi
Sistem Perencanaan pembangunan nasional menjadi suatu system perencanaan yang sistematis
menggambarkan pola hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang system Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kebijakan pembangunan nasional menjadi acuan bagi daerah dalam penyusunan pembangunan daerah,
sehingga tercipta sinergitas pembangunan nasional. Disamping itu, konsistensi antar kebijakan (dokumen)
perencanaan menjadi suatu hal yang penting dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan.
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan jangka
Panjang daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005-2025, telah ditetapkan bahwa pada periode RPJMD III
(2015-2020) pencapaian kesejahteraan ekonimi, kemajuan daerah serta keunggulan dan kemartabatan
manusia dan masyrakat Sulawesi Barat semakin dimantapkan melalui respons yang lebih kreatif oleh
Pemerintah Sulawesi Barat dengan menggunakan pondasi dan percepatan pembangunan yang telah dicapai
pada dua periode RPJMD sebelumnya, hal tersebut perlu ditanggapi sebagai akibat dari perubahan lingkungan
strategis yang semakin dinamis.
Perumusan perencanaan pembangunan daerah tentunya tidak terlepas dari keterkaitan antar dokumen
perencanaan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah itu sendiri agar dapat berjalan secara
efektif dan efisien untuk mencapai target dan sasaran pembangunan daerah, sebagimana dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Dengan memperhatikan keterkaitan visi pembangunann tersebut diatas, serta mempertimbangan potensi,
kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang, dan isu-isu strategis yang terjadi di Sulawesi Barat maka
ditetapkan Visi RPJMD Provinsi Barat Tahun 2017-2022 yaitu:
b. Misi
Dalam rangka pencapaian visi pembangunan daerah Tahun 2017-2022 yang telah ditetapkan dengan
memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan kedepan, serta memperhitungkan peluang
yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan sebagai berikut:
Misi Pertama : Membangun Sumber Daya Manusia Berkualitas, Berkepribadian dan Berbudaya
Misi Kedua :Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Modern, Dan Terpercaya
Misi Ketiga : Membangun dan Menguatkan Konektivitas Antar Wilayah Berbasis Unggulan
Strategis
Misi keempat : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inovatif dan Berdaya Saing Tinggi
Misi Kelima : Mendorong Pengarusutamaan Lingkungan Hidup untuk Pembangunan
Berkelanjutan
c. Sasaran
Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi yang telah ditetapkan tersebut diatas, maka perlu adanya
kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran
pada setiap misi akan memberikan arahan bagi pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan
a. Visi
Dengan Memperhatikan kondisi, potensi, tantangan, peluang dan harapan masyarakat Kabupaten Polewali
Mandar saat ini, maka Visi kabupaten Polewali Mandar tahun 2005-2025 adalah:
“Polewali Mandar yang Maju, Mandiri dan Sejahtera”
Visi pembangunan daerah Kabupaten Polewali Mandar tersebut di atas memiliki kaitan erat dengan Visi
Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Barat maupun Visi Pembangunan Nasional jangka panjang 2005-
2025. Selanjutnya, Visi pembangunan daerah Kabupaten Polewali Mandar tersebut harus dijabarkan ke dalam
Misi Pembangunan Daerah dan Sasaran.
Pembangunan Daerah yang terukur, agar dapat diketahui sejauh mana Visi Pembangunan Daerah tersebut
dapat dicapai. Berdasarkan sasaran tersebut kemudian dirumuskan Kebijakan Pembangunan Daerah untuk
memberikan gambaran mengenai tindakan-tindakan yang akan diimplementasikan untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Polewali Mandar tahun 2005-2025 mengandung makna:
Maju dimaknakan sebagai keinginan untuk mencapai tingkat pembangunan daerah yang mampu sejajar
dengan daerah maju lainnya di Indonesia. Pada tahapan awal, Kabupaten Polewali Mandar harus sanggup
melepaskan diri dari status sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria Kementerian Daerah Tertinggal.
Pada tahapan berikutnya, Kabupaten Polewali Mandar harus mampu mengkonsolidasikan seluruh potensi
sumberdayanya dan mengakselerasi kegiatan pembangunan daerah untuk mencapai posisi sebagai daerah
maju, baik secara regional maupun nasional. Mendorong daya saing daerah merupakan cara paling efektif
untuk mewujudkan Kabupaten Polewali Mandar yang maju.
Mandiri diartikan sebagai kemampuan Kabupaten Polewali Mandar untuk tumbuh dan berkembang kearah
yang lebih baik dengan mengandalkan potensi sumberdaya dan kekuatan lokal yang dimilikinya. Ketersediaan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan inovatif menjadi sebuah keniscayaan untuk mendorong kemajuan
dan kemandirian daerah. Kemandirian daerah juga ditunjukkan oleh kesanggupan Kabupaten Polewali Mandar
untuk mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kewenangan yang telah diberikan kepadanya, termasuk
kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah.
Muara dan tujuan akhir dari seluruh kemajuan dan kemandirian adalah kesejahteraan masyarakat.
Sejahtera lebih dimaknakan sebagai keharusan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara lahir
(fisik-material) dan bathin (mental-spritual). Upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat harus terus
diupayakan kearah yang lebih baik. Jumlah dan persentase penduduk miskin harus mampu ditekan ke level
yang paling rendah. Bersamaan dengan upaya itu, masyarakat yang lebih religius, menghargai perbedaan dan
pluralisme, serta menghormati hak-hak sesama, harus mampu diwujudkan sebagai bagian dari perwujudan
kehidupan masyarakat yang harmonis, aman, dan damai.
b. Misi
Untuk mencapai Visi tersebut maka dirumuskan sejumlah Misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya saing daerah melalui pembangunan infrastruktur daerah, peningkatan aksessibilitas
wilayah, pengembangan perekonomian daerah, dan optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya alam.
1. Strategi peningkatan akses layanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang
merata dan berhierarki, terdiri atas:
a) menjaga koneksitas antar kawasan perkotaan, antar kawasan perkotaan dengan kawasan
perdesaan, serta antar kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;
b) Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani
oleh pusat pertumbuhan eksisting;
c) Mengembangkan infrastruktur permukiman yang dapat menunjang budidaya perdesaan
dalam rangka menjaga luas lahan pertanian dan peningkatan produksi pertanian;
d) Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih
efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya;
e) Mengembangkan permukiman perkotaan melalui pembangunan perumahan secara vertikal
dalam rangka efisiensi penggunaan lahan di wilayah permukiman yang berkembang pesat;
dan
f) mendorong pengembangan kawasan perdesaan untuk dapat berswasembada.
2. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana utama dan prasarana
lainnya secara terpadu dan merata di seluruh wilayah, terdiri atas:
a) Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, terutama ke
sentra-sentra produksi pertanian serta kawasan strategis;
b) Mendorong pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi, terutama di kawasan terisolir;
c) Meningkatkan prasarana jaringan energi yang terbarukan dan tak terbarukan secara optimal;
d) Meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan, serta mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan prasarana sumberdaya air; dan
e) Meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah dan sistem jaringan drainase di kawasan
perkotaan.
4. Strategi pengembangan kegiatan budidaya secara berkelanjutan agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan, terdiri atas:
a) Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kabupaten untuk memanfaatkan
sumberdaya secara sinergis demi mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
b) Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan secara sinergis dan berkelanjutan untuk
mendorong pengembangan ekonomi kawasan, termasuk laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;
c) Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, keamanan, sosial
budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
d) Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan organik untuk
mewujudkan ketahanan pangan kabupaten, sebagai daerah pendukung lahan pangan
berkelanjutan;
e) Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk
meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
f) Mengembangkan kegiatan budidaya laut secara lestari demi mempertahankan keberadaan
ekosistem di wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
g) Mencegah terjadinya hak kepemilikan perorangan terhadap hutan lindung, hutan konservasi,
dan hutan produksi terbatas;
h) Menumbuhkembangkan fisik pusat kota dengan pemanfaatan ruang secara optimal, asri, dan
lestari seperti kota taman; dan
i) Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan
rawan bencana.
5. Strategi pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah
lingkungan, terdiri atas:
a) Mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian sesuai tingkat skala layanan sampai
ekspor;
b) Mengembangkan lumbung desa modern;
c) Memulihkan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan;
d) Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat;
e) Mengembangkan pusat ekonomi agropolitan dan pusat bisnis;
f) Mengembangkan sistem pemasaran hasil perkebunan sampai ekspor;
g) Mengembangkan prasarana dan sarana pengangkutan barang dari dan ke pusat pemasaran
dan wilayah pelayanannya;
6. Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan
serta bernilai ekonomis, terdiri atas:
a) Mengembangkan dan memberdayakan industri kecil dan industri rumahtangga;
b) Mengembangkan industri agribisnis yang mendukung komoditas agribisnis unggulan
dengan teknologi ramah lingkungan;
c) Mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil;
d) Mengembangkan kawasan industri menengah–besar pada lokasi khusus yang strategis
dengan penggunaan teknologi yang efisien dan efektif;
e) Menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri dengan penyediaan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), secara individual maupun komunal;
f) Menyediakan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan kegiatan industri;
g) Mengembangkan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan permukiman;
h) Menyediakan jalur hijau sebagai zona penyangga pada tepi luar kawasan industri; dan
i) Mengembangkan kawasan peruntukan industri yang saling bersinergi dan terpadu baik jenis
maupun tingkat keterkaitannya.
7. Strategi peningkatan pengelolaan kawasan yang dapat memberi pengaruh positif terhadap
kegiatan ekonomi, sosial, budaya, pelestarian lingkungan hidup, dan pengembangan ilmu
pengetahuan, terdiri atas:
a) Mencegah atau membatasi pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang berpotensi
mengurangi daya lindung kawasan;
b) Mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana, di dalam dan di sekitar kawasan
strategis yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;
c) Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis yang
berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan
budidaya terbangun;
d) Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang
yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis;
e) Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam dan energi secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
f) Mendorong kegiatan pengelolaan kawasan hutan yang dimanfaatkan untuk koleksi jenis
tumbuhan dan satwa untuk pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan pariwisata;
g) Mengembangkan kegiatan agropolitan yang memadukan agroindustri, agribisnis,
agroedukasi, agrowisata, serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi
komoditas pertanian unggulan; dan
h) Menumbuhkembangkan kegiatan minapolitan sebagai sentra produksi, pengolahan,
pelayanan jasa, serta pemasaran komoditas perikanan pada klaster yang memiliki komoditas
perikanan unggulan
8. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, terdiri atas:
a) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
pertahanan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;
b) Mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar
kawasan pertahanan keamanan, sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan
c) Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Polewali Mandar memuat 3 hal pokok, yaitu :
a. Rencana pusat-pusat kegiatan;
b. Rencana sistem jaringan prasarana utama; dan
c. Rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
Muatan materi Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Polewali Mandar yang terkait dengan
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan, antara lain adalah :
a. Rencana Pusat-pusat Kegiatan yang ditetapkan adalah Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan
(PKWp) Polewali di Kecamatan Polewali; Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Sidodadi di Kecamatan Wonomulyo;
Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) Pappang di Kecamatan Campalagian dan Tinambung di
Kecamatan Tinambung; dan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Batupanga di Kecamatan Luyo dan Pelitakan
di Kecamatan Tapango.
b. Rencana Jaringan Jalan (Arteri Primer, Kolektor Primer dan Lokal Primer) yang akan berpengaruh
langsung terhadap pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
c. Rencana Jaringan Prasarana Air Baku untuk air minum dengan pemanfaatan beberapa sungai sebagai
sumber air baku serta pembangunan sumber dan distribusi air bersih.
d. Rencana Jaringan Air Minum dengan sistem perpipaan air bersih ke berbagai wilayah kecamatan.
e. Rencana Sistem Pengendalian Erosi dan Longsor secara mekanik yang salah-satunya melalui
pembangunan saluran drainase.
f. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan.
g. Rencana Sistem Pengelolaan Limbah.
h. Rencana Sistem Jaringan Drainase.
i. Rencana Jalur Evakuasi Bencana.
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya
diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi,
sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Kawasan
strategis kabupaten berfungsi :
Kawasan Strategis Kabupaten Polewali Mandar yang dinilai memiliki keterkaitan dengan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan adalah :
1. Kawasan Strategis Perkotaan Polewali sebagai pusat pelayanan pemerintahan, kesehatan, dan
pendidikan; dan
2. Kawasan Strategis Perkotaan Wonomulyo sebagai pusat kegiatan perdagangan;
Dengan mengacu pada visi dan misi di atas, dirumuskan tujuan dan sasaran sebagai berikut:
Perumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan
keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasaran yang
menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah daerah berdasarkan strategi dan arah
kebijakan yang ditetapkan.
Melalui rumusan kebijakan umum, diperoleh sarana untuk menghasilkan atau diperolehnya berbagai program
yang paling efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan dari perumusan program pembangunan daerah
menghasilkan rencana pembangunan yang konkrit dalam bentuk program prioritas yang secara khusus
berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah, dan merupakan pernyataan program kepala
daerah Kabupaten Polewali Mandar selama periode tahun 2014-2019.
3.2.4 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Polewali
Mandar
SPAM yang dikelola oleh PDAM KabupatenPolewali Mandar sampai 2011 melayani 4 wilayah, yaitu Polewali
(Pusat), Cabang Wonomulyo, Unit Campalagian, Unit Tinambung.
Cakupan wilayah kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar yang telah memperoleh pelayananan air minum
PDAM adalah 11 kecamatan dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Polewali Mandar, jumlah pelanggan
PDAM di Kab Polewali Mandar adalah 9.320 pelanggan dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah sambungan langganan PDAM Polewali Mandar memiliki 11 wilayah Kecamatan. Untuk Kecamatan
Polewali yang terlayani 4 wilayah antara lain melayani Polewali, Matakali, Binuang dan Anreapi. Cabang
Kecamatan Wonomulyo melayani 3 Wilayah yaitu Wonomulyo, Mapilli dan Tapango. Unit Kecamatan
Campalagian 1 unit, unit Kecamatan Tinambung melayani 3 wilayah yaitu Kecamatan Tinambung, Limboro dan
Alu. Uraian jumlah sambungan langganan tiap cabang beserta wilayah kecamatan yang belum terlayani
jaringan pipa PDAM dapat dilihat pada Tabel berikut.
IKK Tinambung
1. Tinambung 518
2. Limboro 201
3. Alu -
Sumber: PDAM Polewali Mandar, 2011
Memperhatikan data pada tabel di atas, tergambar bahwa dari 16 kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar,
11 kecamatan sudah dilayani jaringan pipa PDAM, 5 kecamatan belum terlayani jaringan pipa PDAM, tetapi 2
kecamatan sudah termasuk kedalam zoning eksisting, sementara masih ada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan
Bulo, Tubbitaramanu, Matangnga, yang tidak termasuk eksisting zoning serta tidak terlayani oleh jaringan pipa
PDAM.
PDAM Kabupaten Polewali Mandar memiliki persentase terhadap total penduduk terlayani sebesar 17,87%.
Jika besar persen ini diasumsikan tiap kecamatan terlayani memiliki 1,62% penduduk terlayani, maka jumlah
penduduk yang terlayani jaringan pipa PDAM di kecamatan yang terlayani dapat dilihat pada tabel berikut:
IKK Wonomulyo
1. Wonomulyo 16.588 93.981 24,84%
2. Mapilli 4.132
3. Tapango 744
IKK Campalagian 8.154
IKK Tinambung
1. Tinambung 4.706 103.585 30,43%
2. Limboro 2.898
3. Alu -
Dari table di atas dapat dilihat bahwa persen terlayani terhadap penduduk per-zona memiliki prosentase kecil.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh kebutuhan air domestik untuk Kabupaten
Polewali Mandar dengan rincian sebagai berikut:
a. Zona 1
c. Zona 3
Kebutuhan Air Non Domestik adalah kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan
komersial yang berupa industri, perkantoran dan lain-lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah, ruman sakit
dan tempat ibadah.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh kebutuhan air non domestik untuk Kabupaten
Polewali Mandar dengan rincian sebagai berikut:
a. Zona 1
b. Zona 2
c. Zona 3
d. Zona 4
i.
Tahun 2015, kebutuhan air non domestik 16,72 l/det
- Kecamatan Alu : 2,66 l/det
- Kecamatan Limboro : 3,77 l/det
- Kecamatan Tinambung : 4,95 l/det
- Kecamatan Balanipa : 5,33 l/det
ii. Tahun 2020, kebutuhan air non domestik 17,82 l/det
- Kecamatan Alu : 2,84 l/det
- Kecamatan Limboro : 4,02 l/det
- Kecamatan Tinambung : 5,28 l/det
- Kecamatan Balanipa : 5,68 l/det
iii. Tahun 2025, kebutuhan air non domestik 18,99 l/det
- Kecamatan Alu : 3,02 l/det
- Kecamatan Limboro : 4,28 l/det
- Kecamatan Tinambung : 5,63 l/det
- Kecamatan Balanipa : 6,06 l/det
iv. Tahun 2030, kebutuhan air non domestic 20,24 l/det
- Kecamatan Alu : 3,22 l/det
- Kecamatan Limboro : 4,56 l/det
- Kecamatan Tinambung : 6,00 l/det
- Kecamatan Balanipa : 6,45 l/det
Kebocoran atau kehilangan air didefinisikan sebagai air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM.
Besarannya dinyatakan dalam presentase antara air yang hilang dengan air yang didistribusikan, dihitung
dengan formula sebagai berikut:
Sesuai dengan definisi bahwa kehilangan air adalah air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM.
Maka pada dasarnya terdapat kebocoran air yang sebenarnya tidak hilang secara fisik. Air tersebut tetap
dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tidak memberikan pendapatan bagi PDAM.
Oleh karena itu, sifat kehilangan air dalam suatu SPAM dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu kehilangan
air secara berupa air yang benar-benar hilang tidak termanfaatkan, serta kehilangan air secara non fisik
berupa kehilangan pendapatan PDAM akibat adanya pemakaian air yang tidak tertagih. Kehilangan jenis
kedua ini biasa juga disebut kehilangan air komersial. Ilustrasi kehilangan air dalam suatu SPAM disajikan
pada Gambar berikut.
Figure 3.3 Diagram kehilangan air dalam system penyediaan air minum
2. Air Baku
i. Sungai Kunyi
Salu (Sungai) Kunyi merupakan salahsatu sungai besar yang mempunyai mata air di Batupiak (+250
mdpl), merupakan bagian dari wilayah administratif Desa Kunyi Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali
Mandar.
Sungai Kunyi memiliki debit tertinggi 152.000 ltr/dtk di musim hujan dan terendah 800 ltr/dtk di musim
kemarau. Sistem pengaliran pompanisasi dan distribusi dengan system gravitasi. Instalasi ini memiliki 3
unit IPA (20 ltr/dtk, 2 unit dan 10 ltr/dtk, 1 unit) total 50 ltr/dtk, air agak keruh pada waktu musim hujan,
namun masih bisa memproduksi air bersih sampai kualitas 75%. Jarak ke daerah pelayanan terdekat 1
km dan terjauh +15 km.
Sungai Lemo dengan debit tertinggi 150 L/Dtk dan terendah 10 L/Dtk di musim kemarau, sistem
pengaliran gravitasi dengan menggunakan broncapetering, saat musim hujan air terkadang keruh.
Kapasitas terpasang 3 Ltr/detik. Belum dilengkapi pengolahan lengkap. Jarak ke daerah pelayanan
terdekat 2 km dan terjauh 8 km.
Debit tertinggi di musim hujan 450.000 ltr/dtk dan di musim kemarau 1500 ltr/dtk. Kondisi air baku
sangat memprihatinkan karena intake PDAM sering tertutup pasir yang menyebabkan air tidak mengalir
ke sumur/intake. Sistem produksi menggunakan IPA
Sungai Matama merupakan potensi sumber air baku dengan debet tertinggi di musim hujan 2000 ltr/dtk
dan musim kemarau 500 ltr/dtk. Jarak pelayanan terdekat kurang lebih 20 km dan terjauh kurang lebih
35 km.
v. Sungai Riso
Sungai Riso dengan debet tertinggi di musim hujan 1000 ltr/dtk dan musim kemarau 100 ltr/dtk. Kondisi
air di musim hujan kadang berlumpur sehingga sulit dijernihkan dengan kapasitas IPA/Filter 30 ltr/dtk.
Jarak pelayanan terdekat kurang lebih 10 km dan terjauh kurang lebih 40 km. Pada jarak 18 km
menggunakan reservoar tower dengan ketinggian 30 m dan jarak 30 km menggunakan bosterpump
terutama di siang hari
Sungai Maloso memiliki debet tertinggi di musim hujan 640.000 ltr/dtk dan musim kemarau 3500 ltr/dtk.
Jarak pelayanan terdekat kurang lebih 25 km dan terjauh kurang lebih 40 km
Sungai Binuang memiliki debet tertinggi di musim hujan 1500 ltr/dtk dan musim kemarau 300 ltr/dtk.
Jarak pelayanan terdekat kurang lebih 3 km dan terjauh kurang lebih 15 km.
Salu Ulu yang terletak di Sumarrang Campalagian memiliki debet tertinggi di musim hujan 200 ltr/dtk
dan musim kemarau 20 ltr/dtk. Dari sumber jarak pelayanan terdekat kurang lebih 4,5 km dan terjauh
kurang lebih 12 Km.
Salu Matta yang terletak di Kecamatan Bulo memiliki debet tertinggi di musim hujan 300 ltr/dtk dan
musim kemarau 50 ltr/dtk. Jarak pelayanan terdekat kurang lebih 4 km dan terjauh kurang lebih 20 km.
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah,
sedangkan yang dimaksud dengan cekungan air tanah (CAT) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeolgis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung (PP Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah).
Berdasarkan pemahaman tentang sifat dan keberadaannya, cekungan air tanah tidak dibatasi oleh batas-
batas administrasi suatu daerah. Artinya cekungan air tanah dapat berada dalam suatu wilayah
kabupaten/kota, lintas batas kabupaten/kota, dalam suatu wilayah provinsi, lintas batas provinsi atau
bahkan lintas batas negara.
Berdasarkan Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang dikeluarkan oleh Pusat Sumberdaya Air Tanah
dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Tahun 2011.
Akibat ketidakseimbangan antara recharge dan discharge, terjadi penurunan muka air tanah. Selain itu,
penurunan muka air tanah disebabkan oleh eksploitasi air tanah yang tidak terkendali. Sedangkan untuk
daerah pantai jika eksploitasi air tanah tidak terkendali berakibat pada masuknya air laut di bawah
permukaan tanah melalui akuifer di daerah pantai (intrusi air laut). Kondisi ini terjadi di bagian selatan
CAT Polewali memanjang dari Timur ke Barat yang merupakan daerah intrusi air laut namun untuk batas
pastinya belum diketahui (dibutuhkan penelitian lebih lanjut).
3.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2006 -2025
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai
tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Mengacu pada tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Majene,
maka kebijakan penataan ruang Kabupaten Majene sebagai berikut :
a. Penetapan dan pemantapan peran dan fungsi perkotaan secara hirarkis dalam kerangka sistem wilayah
pengembangan ekonomi dan sistem pembangunan perkotaan;
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana permukiman, transportasi,
telekomunikasi, energi, sumberdaya air yang dapat mendukung peningkatan dan pemerataan pelayanan
masyarakat;
c. Pengembangan kawasan pertanian yang produktif untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan
masyarakat;
d. Pengembangan potensi kelautan dan perikanan;
e. Pemantapan fungsi dan produktivitas hutan;
f. Pengembangan kawasan pertambangan yang ramah lingkungan;
g. Pengelolaan kualitas lingkungan;
h. Pengendalian, pelestarian dan rehabilitasi kawasan rawan bencana alam; dan
i. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah
kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun
strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Majene sebagai berikut :
a. Strategi Penetapan dan pemantapan peran dan fungsi perkotaan secara hirarkis dalam kerangka sistem
wilayah pengembangan ekonomi dan sistem pembangunan perkotaan, terdiri atas :
1. Mengembangkan Kecamatan Banggae sebagai pusat pemerintahan kabupaten melalui
peningkatan aksesibilitas dan atau interkoneksi dengan wilayah lain serta penyediaan sarana dan
prasarana pendukung yang memadai;
2. Mengembangkan Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae Timur sebagai pusat pendidikan
di Provinsi Sulawesi Barat melalui penyediaan sarana dan prasarana utama dan pendukung
pendidikan yang memadai;
3. Mengembangkan Ibukota Kecamatan Malunda, Ibukota Kecamatan Pamboang, dan Ibukota
Kecamatan Sendana, melalui penyediaan/pembangunan sarana dan prasarana pendukung PKLp
(Pusat Kegiatan Lokal Promosi);
b. Strategi Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana permukiman, transportasi,
telekomunikasi, energi, sumberdaya air yang dapat mendukung peningkatan dan pemerataan pelayanan
masyarakat, terdiri atas :
1. Mengembangkan sistem jaringan jalan sesuai hirarki dan fungsinya yang diarahkan untuk menjamin
aksesibilitas wilayah-wilayah, kelancaran lalulintas, dan pengembangan wilayah secara lebih
terpadu;
2. Mengembangkan sistem angkutan umum berdasarkan hirarki wilayah yang ekonomis, aman dan
nyaman;
3. Mengembangkan sistem terminal terpadu dengan fasilitas perdagangan dan pertanian;
4. Mengembangkan jaringan listrik dan energi melalui pengembangan jaringan listrik dan energi yang
diarahkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil serta pengembangan energi alternatif;
5. Mengembangkan sistem telekomunikasi melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi;
6. Mengembangkan sumber daya air secara terpadu dan menyeluruh dengan pendekatan Daerah
Aliran Sungai (DAS).
7. Menjalin kerjasama antar daerah, terutama dalam pengembangan jaringan prasarana/infrastruktur.
c. Strategi Pengembangan kawasan pertanian yang produktif untuk meningkatkan hasil produksi dan
kesejahteraan masyarakat, terdiri atas :
1. Menetapkan pusat-pusat pengumpul/akumulasi bagi hasil-hasil pertanian;
2. Mengembangkan pelabuhan rakyat dengan fungsi sub-akumulasi hasil-hasil produksi pertanian
khususnya di pusat pengembangan bagian utara;
3. Meningkatkan prasarana komunikasi antar sentra produksi pertanian;
4. Meningkatkan kerjasama dan jejaring antara masyarakat (kelompok), antara masyarakat dan
perusahaan perkebunan, untuk menciptakan sinergi usaha dan peningkatan produktivitas;
5. Mengembangkan sumberdaya manusia perkebunan, baik petani pekebun maupun pelaku usaha
lainnya untuk menumbuhkan inovasi dan adaptasi guna berkembangnya sistem usaha agribisnis
berbasis perkebunan;
6. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang efektivitas sistem agribisnis
tanaman tahunan dan perkebunan;
7. Meningkatkan pengelolaan dan pemantapan kawasan-kawasan konservasi sekitar kawasan
tanaman tahunan dan perkebunan, untuk menghindari meningkatnya risiko banjir terutama pada
wilayah-wilayah hulu daerah aliran sungai;
8. Meningkatkan ketersediaan informasi mengenai tanaman tahunan dan perkebunan, khususnya
kakao;
9. Mengendalikan kegiatan non-pertanian agar tidak mengganggu lahan pertanian yang
diklasifikasikan sebagai lahan subur kelas satu;
10. Melakukan penanggulangan banjir yang berpotensi melanda kawasan pertanian;
11. Menerapkan sistem usaha tani konservasi terutama pada lahan-lahan dengan potensi erosi tinggi
untuk menghindari degradasi lahan;
12. Meningkatkan produktivitas “lahan basah tidur”, baik melalui pompanisasi maupun melalui cekdam
baru;
13. Mengembangkan prasarana pengairan untuk mendukung pengembangan tanaman padi sawah;
14. Menyusun rencana pengembangan dan pemantapan kawasan-kawasan potensial tanaman lahan
basah untuk dijadikan ”Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan”.
h. Strategi pengendalian, pelestarian dan rehabilitasi kawasan rawan bencana alam, terdiri atas :
1 Merencanakan lokasi untuk menghindari dataran berpotensi banjir dan rekayasa bangunan di
dataran banjir;
2 Merencanakan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di daerah zona gempa dan rekayasa
bangunan untuk menahan kekuatan getaran;
3 Merencanakan lokasi untuk menghindari daerah-daerah yang berbahaya yang digunakan untuk
lokasi bangunan penting dan rekayasa bangunan untuk menahan atau mengakomodir potensi
gerakan tanah;
i. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, terdiri atas :
1 mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan
2 mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan;
3 mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan Negara sebagai zona penyangga; dan
4 turut serta memelihara dan menjaga asset-aset pertahanan dan keamanan.
Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis kabupaten
yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten diarahkan pada:
a. Kawasan Strategis Pelabuhan Perikanan Nusantara, terdapat di Kecamatan Sendana;
b. Kawasan Strategis Agropolitan, terdapat di Kecamatan Malunda; dan
c. Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata, meliputi Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Banggae, Kecamatan Pamboang dan Kecamatan Sendana.
d. Kawasan Strategis Minapolitan, Meliputi Kecamatan Banggae, Kecamatan Pamboang dan
Kecamatan Sendana.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di Kabupaten Majene akan diarahkan pada
kawasan budaya yang terdapat di Kecamatan Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Pamboang, dan Kecamatan Malunda.
3. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber daya Alam dan Teknologi
Tinggi
Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam
dan/atau teknologi tinggi yang diarahkan di Kabupaten Majene, terdiri atas :
a. Kawasan Pengelolaan sumber daya alam minyak Blok South Mandar dengan luas 3882 Km2
meliputi perairan Selat Makassar Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae Timur;
b. Kawasan Pengelolaan sumberdaya alam minyak Blok Malunda dengan luas 5148,68 Km2 meliputi
perairan Selat Makassar Kecamatan Malunda, Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Tubo
Sendana;
4. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi
Tinggi
Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
di Kabupaten Majene, terdiri atas :
a. Kawasan Pantai Berhutan Bakau meliputi Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Banggae,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammero’do, Kecamatan Tubo Sendana
dan Kecamatan Malunda;
b. Kawasan Hutan Rakyat dan Hutan Lindung yang tersebar di Kabupaten Majene;
c. Daearh Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kabupaten Majene; dan
d. Upaya penanganan/pengelolaan lahan kritis yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman
komoditas kayu dan komoditas lainnya yang bermanfaat secara ekologis dan ekonomi.
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya yang
mempunyai nilai strategis kabupaten dan atau lintas kecamatan dan atau kota. Kebijakan pengembangan pola
ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan
lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan lestari.
Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian
pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa taman
margasatwa. Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan
suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda
purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan
melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan
kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau,
baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan. Dalam skala
lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri
pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari.
Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup,
meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna
mendukung proses pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Majene. Arahan kawasan lindung ditetapkan
dengan dasar sebagai berikut:
3.3.3.1 Visi
Kepala daerah terpilih telah merumuskan visi Kabupaten Majene tahun 2016 – 2021 berikut penjelasannya
adalah sebagai berikut:
- Tata kelola pemerintahan profesional diwujudkan melalui pengoptimalan penyelengaraan otonomi daerah
di berbagai bidang dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat serta
meningkatkan akuntabilitas dan trasnparansi dalam penyelenggaraaan pemerintahan daerah;
- Aparat pemerintahan profesional diwujudkan melalui peningkatan kompetensi dan profesionalisme
aparatur pemerintahan daerah;
- Sumber daya manusia profesional diwujudkan melalui peningkatan derajat pendidikan, kesehatan, serta
meningkatkan keterampilan kerja masyarakat yang dilandasi nilai-nilai agama dan budaya lokal daerah.
3.3.3.2 Misi
Untuk mewujudkan visi di atas, perlu dipandu melalui misi. Hal ini tidak lepas dari pemaknaan misi adalah
perwujudan dari keinginan menyatukan langkah dan gerak dalam mencapai visi yang telah ditetapkan.
Sedangkan misi untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan sembilan butir sebagai berikut :
1. Mewujudkan sumber daya manusia dan masyarakat Kabupaten Majene yang berkualitas;
2. Mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat;
3. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam bidang pertanian, perikanan kelautan dan
pariwisata;
4. Memperkuat dan meningkatkan pertumbuhan perekenomian kerakyatan dengan mengoptimalkan
potensi daerah yang didukung oleh kemandirian masyarakat;
5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur bagi percepatan aspek-aspek pembangunan;
6. Supremasi hukum dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan profesional dengan peningkatan
kapasitas aparatur didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan berkeadilan.
Tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing misi, adalah sebagai berikut:
Misi 1: Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat Kabupaten Majene yang berkualitas
Misi 3: Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam bidang pertanian, perikanan,
kelautan dan pariwisata
1. Meningkatkan eksplorasi potensi dan produktivitas sumber daya alam daerah dengan sasaran
pembangunan difokuskan pada meningkatnya produksi sumber daya alam daerah yang ditandai dengan
ketersedian meningkatnya laju pertumbuhan produksi komoditi unggulan daerah;
2. Memenuhi kebutuhan pangan utama masyarakat dengan sasaran pembangunan difokuskan pada
meningkatnya ketersediaan bahan pangan utama dengan harga terjangkau (ketahanan pangan) yang
dapat ditandai dengan menurunnya persentase desa rawan pangan;
3. Meningkatkan daya saing pariwisata daerah dengan sasaran pembangunan difokuskan pada
meningkatnya daya saing pariwisata daerah yang dapat ditandai dengan meningkatnya persentase
kawasan wisata terhadap potensi wisata dan jumlah kunjungan wisatawan per tahun.
1. Mengoptimalkan potensi daerah melalui sektor perindustrian dan perdagangan dengan sasaran
pembangunan difokuskan pada optimalnya pengelolaan potensi daerah dari hulu ke hilir yang dapat
diukur perumbuhan agroindustri, minaindustri & industri kreatif;
2. Meningkatnya usaha ekonomi kerakyatan dengan sasaran pembangunan difokuskan pada
meningkatnya kontribusi desa terhadap perekonomian yang diukur melalui persentase desa yang
menerapkan OVOP;
3. Mengoptimalkan pemasaran produk-produk daerah dengan sasaran pembangunan difokuskan pada
meningkatnya hasil pemasaran produk-produk daerah yang dapat diukur melalui jumlah
penyelenggaraan pameran/expo.
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah yang berbasis tata ruang wilayah dan perubahan
lingkungan hidup dapat dicapai dengan sasaran pembangunan fokus pada:
a. Meningkatnya implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah dapat ditandai dengan ketaatan pada
regulasi penataan wilayah yang berlandaskan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
b. Meningkatnya pengendalian lingkungan hidup yang dapat diukur dengan rasio ruang terbuka hijau,
indeks kualitas lingkungan dan persentase penanganan sampah.
2. Meningkatkan kualitas infrastruktur dasar dengan arah pembangunan fokus kepada:
Misi 6: Supremasi hukum dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan profesional dengan
peningkatan kapasitas aparatur didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan berkeadilan
Berdasarkan rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah dipaparkan dalam Bab V, selanjutnya disusun
strategi dari masing-masing misi, sebagai berikut :
3. Mewujudkan Optimalnya Pemanfaatan Sumber Daya Alam Bidang Pertanian, Perikanan Kelautan
dan Pariwisata
6. Supremasi hukum dalam menciptakan Pemerintahan yang bersih dan profesional dengan
peningkatan kapasitas aparatur didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan berkeadilan
Arah kebijakan pembangunan dimaksudkan untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas,
Kesejahteraan social Masyarakat, Mengoptimalkan Sumber Daya Alam, Peningkatan pertumbuhan
perekonomian dengan kemandirian masyarakat, percepatan pembangunan merata dan supermasi hukum
dengan serangkaian arah kebijakan.
Berdasarkan rumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi yang telah dipaparkan diatas, selanjutnya disusun
arah kebijakan dari masing-masing misi, sebagai berikut :
1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kabupaten Majene yang berkualitas
3. Mewujudkan Optimalnya Pemanfaatan Sumber Daya Alam Bidang Pertanian, Perikanan Kelautan dan
Pariwisata
6. Supremasi hukum dalam menciptakan Pemerintahan yang bersih dan profesional dengan
peningkatan kapasitas aparatur didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan berkeadilan
Perumusan program prioritas bagi penyelenggaraan urusan pemerintahan dilakukan sejak tahap awal evaluasi
kinerja pembangunan daerah secara sistematis dilakukan berdasarkan identifikasi permasalahan
pembangunan baik pada urusan pemerintah yang wajib maupun urusan pemerintah yang sifatnya pilihan,
setelah menentukan program prioritas yang dirumuskan berdasarkan perumusan strategis maupun rumusan
permasalahan pembangunan daerah kemudian ditindaklanjuti dengan penentuan pagu indikatif yang
disesuaikan dengan program prioritas tersebut.
Pagu indikatif program merupakan jumlah dana yang akan digunakan untuk membiayai program prioritas
setiap tahun untuk mencapai sasaran pembangunan. Penentuan pagu indikatif ditentukan berdasarkan
standar satuan harga yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Indikasi rencana program didalam RPJMD Kabupaten Majene Tahun 2016-2021 berisi program-program baik
untuk mencapai visi dan misi pembangunan jangka menengah maupun untuk pemenuhan layanan Perangkat
Daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah. Pagu indikatif sebagai wujud kebutuhan
Program-program prioritas yang telah disertai dengan kebutuhan pendanaan (pagu indikatif) kemudian akan
dijadikan pedoman bagi Perangkat Daerah dalam menyusun dokumen perencanaan yang strategis dan
perencanaan operasional, termasuk menjabarkannya kedalam kegiatan prioritas beserta kebutuhan
pendanaannya. Penentuan pagu indikatif dalam mendukung operasionalisasi program prioritas yang telah
ditentukan berdasarkan rumusan strategis dan permasalahan pembangunan daerah pada dasarnya harus
memperhatikan kondisi kemampuan keuangan daerah. Besaran jumlah dana yang akan digunakan dalam
pencapaian target sasaran pembangunan sangat erat kaitannya dengan kondisi kapasitas fiskal riil masing-
masing daerah.
Berdasarkan gambaran umum kondisi keuangan Kabupaten Majene yang telah dijelaskan secara rinci pada
BAB III dalam dokumen ini, bahwa penyelenggaraan pemerintah kabupaten Majene dalam mengoptimalkan
pelaksanaan program dan kegiatan masih sangat bergantung kepada penerimaan dana Perimbangan
terutama Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Sumber-sumber penerimaaan yang berasal dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah merupakan bagian
dari komponen dari pendapatan asli daerah. Dengan kata lain bahwa penentuan besaran jumlah anggaran
dalam membiayai keseluruhan program prioritas pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan
dari masing-masing daerah.
Indikasi rencana program prioritas meliputi program unggulan dan program penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah, yang semuanya diarahkan untuk mewujudkan tercapainya visi dan misi Kabupaten
Majene 2016-2021.
Program unggulan ditetapkan sesuai dengan janji Bupati dan Wakil Bupati Majene selama kampanye
pemilihan Kepala Daerah yang menjadi prioritas pertama program pembangunan daerah tahun 2016-
2021. Program Unggulan meliputi :
a. Program Peningkatan Aksesbilitas Pendidikan
b. Program Peningkatan Aksesbilitas Kesehatan
c. Program Peningkatan Profesionalisme dan Kompetensi Aparat Sipil Negara
d. Program Peningkatan Keterampilan Kerja masyarakat
e. Program Pelestarian Nilai Agama dan Budaya Mandar
f. Program GEMA MAMMIS (Gerakan Masyarakat Majene Membangun Menanggulangi Kemiskinan)
g. Program Revolusi Biru
h. Program Revolusi Hijau
i. Program Revolusi Wisata Bahari
j. Program Agropolitan
k. Program Minapolitan
l. Program Industri Kerajinan Kreatif dan Pangan Khas Mandar
m. Program Pembangunan Infrastruktur penunjang Kawasan Perekonomian Produktif
n. Program Pembangunan Infrastruktur Penunjang Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat
o. Program Reformasi Birokrasi
Sistim pelayanan mencakup semua kelurahan–kelurahan yang ada di Perkotaan Mejene kecuali sebagian
kelurahan di Kota Majene yaitu :
- Sebagian Kelurahan Totoli
- Sebagian Kelurahan Tande
- Sebagian Kelurahan Baurung
- Sebagian Wilayah Lembang
- Kelurahan Baruga yang belum terjangkau jaringan Distribusi perpipaan.
Kapasitas produksi dan sumber air dari sistim perpipaan dapat dilihat dalam table dibawah ini :
Table 3.4 Kapasitas Terpasang dan Produksi PDAM Majene Tahun 2014
Keterangan
No Unit produksi Satuan Kapasitas
Jam Operasi
1 IPA ABAGA
2 BRONCAPTERING MANGGE
Sistem distribusi air bersih ke daerah pelayanan Kota Majene menggunakan sistim perpompaan dari instalasi
Galung Lombok 20 L/dt ke Reservous II Rusung-Rusung kemudian di dustribusikan secara grafitasi ke
Masysrakat pengguna air bersih dan grafitasi dari instalasi Abaga ke Reservous salabose 600 m3 dan
didistribusikan secara grafitasi pula ke masyarakat. Sistim pelayanan mencakup semua kelurahan perkotaan
majene kecuali sebagian kelurahan kota majene yaitu :
• Sebagian Kelurahan Totoli
Air minum hasil olahan SPAM memenuhi semua standar baku air minum. Namun sulit melaksanakan
pengaliran air bersih yang memenuhi K3 (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) yang disyaratkan sebagai bentuk
pelayanan prima kepada pelanggan karena keterbatasan sumber air baku yang dimanfaatkan saat ini.
Masih tingginya tingkat kehilangan air yang terutama disebabkan karena sebagian besar jaringan perpipaan
dan meter air yang telah melewati umur teknisnya, juga kurangnya meter air induk. Selain itu adanya
ketidaksesuaian antara potensi demand dan supply yang tersedia sehingga berakibat demand terhadap air
bersih di sejumlah wilayah pelayanan rendah, sedangkan jumlah kapasitas tersedia lebih dari cukup dan juga
sebaliknya untuk sejumlah daerah pelayanan.
Air merupakan sumberdaya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup baik untuk memenui kebutuhannya
maupun menopang hidupnya secara alami. Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap
aspek kehidupan menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Air
dibumi sekitar 95,1% adalah air asin sedangkan 4,9% berupa airtawar, hal ini tentu saja menjadi perhatian yang
sangat penting mengingat keberadaan air yang bisa dimanfaatkan terbatas sedangkan kebutuhan manusia
tidak terbatas sehingga perlu suatu pengelolaan yang baik agar air dapat dimanfaatkan secara lestari.
Pemanfaatan air tentu akan sangat berkaitan dengan ketersediaan dan jenis pemanfaatan seperti pemanfaatan
air untuk irigasi, perikanan, peternakan, industry dan lainnya. Adanya berbagai kepentingan dalam
pemanfaatan air dapat menimbulkan terjadinya konflik baik dalam penggunaan airnya maupun cara
memperolehnya. Seiring dengan bertambahnya penduduk maka persaingan untuk mendapatlkan air untuk
berbagai macam kepentingan pun terus meningkat.
Konsep mengenai ketersediaan dan kebutuhan air perlu dipahami dengan baik agar pola penggunaan air atau
manajemen dapat baik pula sehingga hal-hal negative seperti krisis air, banjir, kekeringan maupun dampak-
dampak lainnya setidaknya dapat direduksi. Banyaknya kasus-kasus degradasi sumberdaya air seperti intrusi
air laut oleh pengambilan yang berlebihan melebihi batas aman, pencemaran airtanah maupun air permukaan
disebabkan oleh pemanfaatan air yang tidak berwawasan lingkungan yang cenderung mengedapankan
kebutuhan saja tanpa mempertimbangkan ketersediaannya. Untuk itu, evaluasi sumberdaya air sangat penting
dilakukan agar semua potensi air yang ada dapat diinventarisasi dan dihitung ketersediaannya dan juga
menghitung kebutuhan air sehingga dapat diupayakan sebuah rencana yang ideal agar kebutuhan manusia
terpenuhi dan ketersesiaan air tetap terjaga.
Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah lainnya, sehingga
secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air minum juga akan bervariasi.
Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas
masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi, pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur. Berhubungan
dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi dengan 365 hari.
Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan terdapat satu hari dimana
pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya. Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan
sebagai dasar perencanaan untuk menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan
Instalasi Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai 1,5 (Lampiran III Permen
PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Majene, faktor hari maksimum
(fm) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,2.
Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam tersebut mencapai maksimum.
Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan tingkat perkembangan kota, dimana
semakin besar jumlah penduduknya semakin beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya
aktivitas penduduk, maka fluktuasi pemakian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang tercantum dalam
Lampiran III Permen PU No.18 Tahun 2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15 – 3. Dalam penyusunan
Rencana Induk SPAM Kabupaten Majene, faktor jam puncak (fp) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah
1,5.
Kebutuhan air ditentukan berdasarkan :
Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan kedepan.
Pemakaian air (L/o/h)
Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun.
Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan kebutuhan air
diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat.
2. Kebutuhan Domestik
Air akan sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup dan aktivitas manusia (Jasrotia dkk, 2009). Kebutuhan air
domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kebutuhan air perkapita dan
proyeksi waktu air akan digunakan (Yulistiyanto dan Kironoto, 2008). Standar kebutuhan air domestik adalah
dari Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun 2002.
Kebutuhan air merupakan kebutuhan yang berasal dari rumah tangga dan kegiatan sosial. Standar konsumsi
pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang diperlukan oleh setiap
orang. Standar konsumsi pemakaian air domestik dapat dilihat dari Tabel 3.6. dibawah ini.
Table 3.5 Tingkat Konsumsi/Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
Sumber: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun 2002
Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun perencanaan.
Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dilayani dengan sambungan rumah (SR) dan hidran umum
(HU). Kebutuhan air minum untuk daerah domestik ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Kebutuhan air = % pelayanan x a x b
Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil berupa industri,
perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah. Penentuan
kebutuhan air non domestic didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukng dan jumlah unit fasilitas yang
dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan
kebutuhan air nnon domestik di Kabupaten Majene diasumsikan sebesar 15-20%.
Air permukaan merupakan air yang bersal dari sungai sehingga suatu kawasan sungai memiliki potensi yang
cukup potensial yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara optimal baik oleh pemerintah maupun pihak
swasta serta masyarakat. Adapun potensi air permukaan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Majene
yakni :
a. Sungai Majene (Sungai Abaga)
Sungai Abaga merupakan salah satu anak sungai dari wilayah sungai sadang yang mempunyai mata air di
Majene dan Mamuju, merupakan wilayah administratif Kabupaten Majene dan Kabupaten Majene. Di Sungai
Abaga ini terdapat potensi untuk dibuat waduk dan bendungan dimana perencanaan waduk akan di buat di
Kelurahan Baruga sedangkan bendungan berpotensi yang berlokasi di wilayah Lingkungan Asing – Asing
Kelurahan Baruga. Lokasi waduk ABaga kurang lebih 8 km di hilir Binangan Kelurahan Banggae. Sungai Abaga
dengan kapasitas terpasang adalah 40 Lt/dt dan akan terjadi limpahan air jika musim penghujan datang dan
sebaliknya debit air akan menurun jika musim kemarau.
Begitupun sungai camba yang merupakan salah satu anak sungai dari wilayah sungai sadang yang
mempunyai mata air di Majene. Sungai Mangge ini terdapat potensi untuk dibuat embun dimana
embun yang terdapat di Lingkungan Mangge sudah tidak mampu beroperasi secara maksimal.
Sungai Mangge dengan kapasitas terpasang adalah 30 Lt/dt dan akan terjadi limpahan air jika musim
penghujan datang dan sebaliknya debit air akan menurun jika musim kemarau dan memiliki ketinggian sekitar
200 mdpl. Seperti yang terlihat pada gambar diatas bahwa kondisi Sungai Mangge di daerah muara pada saat
musim kemarau dimana hampir semua badan sungai mengalami pendangkalan akibat berkurangnya debit air.
DAS Sungai Mandar atau Sungai Tinambung memiliki Hulu didaerah Kabupaten Mamasa yang mengalir ke
wilayah Kecamatan Ulumanda Kabupaten Majene dan berhulu di daerah Kecamatan Tinambung Kabupaten
Polewali Mandar. Sumber air baku dari Sungai Tinambung atau Mandar cukup besar dengan kapasitas
andalan sebesar 1060 lt/det pada musim hujan dan 600 l/dt pada musim kemarau. Sungai Mandar akan
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, irigasi dan industri.
d. Sungai Karaka
Sungai Karaka berada di Kecamatan Sendana yang merupakan sumber air baku untuk wilayah IKK Somba
Kecamatan Sendana. Debit air baku Sungai Karaka yang pada musim hujan hanya mencapai sebesar 2 l/det.
Sungai Karaka termasuk dalam wilayah DAS Mandar sesuai dari data Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Majene yang pada saat ini air baku dari Sungai Karaka difungsikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
maupun irigasi.
Sungai Tubo merupakan sungai yang terletak di wilayah Kecamatan Tubo Sendana. Berdasarkan hasil
intrapretasi dari Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene Tahun
2012-2032 memperlihatkan bahwa Sungai Tubo termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Malunda yang
memiliki debit air baku yang cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber air bersih.
Selain berpotensi sebagai sumber air bersih untuk masyarakat, Sungai Tubo juga difungsikan untuk memenuhi
kebutuhan irigasi bagi masyarakat petani. Sama halnya dengan sungai Malunda (Sungai Deking), pada musim
kemarau suplai air baku mengalami penurunan yang diakibatkan oleh penggundulan hutan dibantaran Sungai
Tubo, yang sebagian wilayahnya termasuk dalam kawasan hutan lindung.
Keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No. 19
tahun 1984, No. 059/Kpts-II/1985 dan No. 124/Kpts / 1984 yang dalam tinjauan pengelolaannya perlu
mendapat perhatian khusus. Daerah Aliran Sungai (DAS) ini merupakan daerah tangkapan air untuk memenuhi
kepentingan penyediaan air minum dan irigasi bagi penduduk Desa Bambangan pada khususnya dan
Kecamatan Malunda pada umumnya dan sekitarnya. Sungai Deking berdasarkan pengamatan dilapangan,
salah satunya disebabkan oleh penggundulan hutan di sekitar Daerah
Aliran Sungai (DAS) Sungai Deking (Sungai Malunda), yang termasuk dalam kawasan hutan lindung. Akibatnya
lahan sekitar DAS tak mampu menyerap air sehingga memasuki kemarau, debit air Sungai Deking sangat
minim. Untuk mengantisipasi kekurangan air, dibutuhkan pengelolaan air untuk mengatur kebutuhan air
dengan pembangunan intake sungai, pekerjaan instalasi pengolahan air dan transmisi di hulu Sungai Deking.
Air tanah merupakan sumber daya penting dalam penyediaan air diseluruh dunia. Penggunaannya dalam
pemakaian rumah tangga, irigasi, industri, air mineral dan air pendingin menyebabkan kebutuhan akan air
tanah semakin meningkat. Akibat kekurangan-kekurangan air tanah di berbagai kawasan, maka perlu
mengadakan penaksiran yang tepat, mengembangkan kearah yang benar, mengatur dan melindungi sumber-
sumber yang ada demi kelestarian sumber daya alam tersebut.
Didalam kajian Pendugaan Kondisi Air Tanah pada tahun 2003 dengan menggunakan Metode Geometrik
Tahanan Jenis Di Kota Majene atau dikenal sebagai metode resistivitas yang merupakan salah satu metode
Geofisika yang biasa digunakan untuk memetakan resistivitas bawah permukaan bumi. Metode ini cukup baik
dikaitkan dengan keberadaan saturasi air di bawah permukaan. Hal ini dimungkinkan karena lapisan dan
batuan yang terisi air sangat mudag mengalirkan arus listrik atau bersifat konduktif.
Lapisan tanah (konduktif) seperti ini biasanya memiliki harga resistivitas tertentu (berharga rendah). Lapisan-
lapisan tanah atau batuan yang tersaturasi dengan air diprediksi dengan mengetahui nilai resistivitas lapisan
bumi bawah permukaan.
Kebocoran atau kehilangan air didefinisikan sebagai air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM.
Besarannya dinyatakan dalam presentase antara air yang hilang dengan air yang didistribusikan, dihitung
dengna formula sebagai berikut :
KA = (Ad − At)/Ad
Dimana:
KA = Kehilangan Air
Ad = Air Terdistribusi
At = Air Terjual (memberikan revenue)
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang akan dijalankan oleh pemerintah daerah adalah :
a. Peningkatan pembangunan sektor Air Minum yang kontinyu dan berkualitas.
b. Mewujudkan ketersediaan Air Baku yang berkualitas dan berkelanjutan bagi masyarakat
c. Meningkatkan kinerja kelembagaan pengelola Air Minum.
d. Mewujudkan kebijakan kepastian hukum yang mendukung pembangunan dan pengelolaan Air Minum
3.3.5.3 Sasaran
Untuk mewujudkan visi,misi dan nilai serta tujuan pembanguna sektor air minum ditetapkan sasaran jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek dengan pencapaian target yang ditentukan per periode
tersebut.
a. Sasaran Pembangunan Jangka Panjang (2014-2024)
Sasaran pembangunan jangka menengah sektor air minum adalah terpenuhinya cakupan kebutuhan air
minum dan sarana penyehatan bagi masyarakat majene sebanyak 100% dari sisa jumlah rumah tangga
yang belum memiliki akses Air Minum.
Sasaran pembangunan jangka pendek sektor air minum adalah terpenuhinya cakupan kebutuhan air
minum bagi masyarakat Majene sebanyak ± 20% dari sisa jumlah rumah tangga yang belum memiliki
akses Air Minum setiap tahun anggaran.
Kebijakan pengembangan SPAM dirumuskan untuk menjawab isu strategis dan permasalahan dalam
pengembangan SPAM. Berdasarkan kelompok kebijakan yang telah dirumuskan di atas, ditentukan arahan
kebijakan sebagai dasar dalam mencapai sasaran pengembangan SPAM yang diarah
1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat melalui jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan terlindungi;
2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternative sumber pembiayaan;
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM;
4. Pengembangan dan penerapan NSPK di Pusat dan di Daerah;
5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan;
6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat;
7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM.
Selanjutnya kebijakan dan Strategi pengembangan SPAM dirumuskan sbb:
Kebijakan 1 :
Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat diperkotaan dan perkampungan melalui Jaringan
Perpipaan dan Bukan Jaringan Perpipaan.
Strategi 1
Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas
jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah strategi ini dilaksanakan
melalui rencana tindak sebagai berikut :
1) Mengembangkan SPAM sesuai strategi serta arahan RTRW Kabupaten Majene 2011 - 2031
2) Mengembangkan SPAM baru di wilayah yang belum terjangkau jaringan PDAM
3) Penambahan jumlah pelanggan dan peningkatan kualitas pada wilayah pelayanan yang sudah ada → 5
Kecamatan
4) Mengembangkan SPAM untuk MBR terutama di pinggiran kota / kawasan kumuh dan kawasan RSH.
Strategi 2
Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan
terlindungi dan berkelanjutan, Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berukut :
1). Meningkatkan prasarana dan sarana SPAM bukan jaringan perpipaan tidak terlindungi menjadi
terlindungi program stimulan, percontohan dan dana bergulir.
2). Melakukan pembinaan dan pengawasan teknis prasarana dan sarana SPAM bukan jaringan perpipaan,
antara lain melalui pemanfaatan sanitarian dari Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan.
3). Meningkatkan pengembangan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat kerja sama lintas Instansi Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Strategi 4
Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku Strategi ini
dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Melaksanakan pengawasan uji laboratorium untuk memonitor kualitas air minum yang diterima
masyarakat secara rutin baik secara fisik, kimia dan biologi dari internal penyelenggara SPAM (PDAM),
DKK maupun dari BBTKL
2). Melaksanakan rencana pengamanan air minum ( Water Safety Plan ) oleh PDAM dan Swasta / Badan
Usaha penyelenggara SPAM
Strategi 5
Strategi 6
Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan
air minum , Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Menyusun dan memvalidasi database dan SIM-SPAM.
2). Membangun jejaring SIMPAM dan menetapkan institusi yang mengkoordinasikannya.
3). Melaksanakan bimbingan teknis untuk pemutakhiran data SPAM
Kebijakan 2 :
Strategi 1
Strategi 2
Meningkatkan komitmen Pemerintah dalam pendanaan pengembangan SPAM, Strategi ini dilaksanakan
melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Mengalokasikan dana APBD ataupun sumber pembiayaan lainnya bagi pengembangan SPAM.
Strategi 3
Strategi 4
Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan
luar negeri, pinjaman perbankan dan pinjaman non-perbankan. Strategi ini dilaksanakan melalui rencana
tindak sebagai berikut :
1). Menyusun skenario SPAM dan penyelenggara yang di danai dari non pemerintah.
2). Memfasilitasi tersedianya pengaturan terkait pelakasanaannya.
3). Mempercepat proses pemberian jaminan untuk subsidi bunga sesuai perpres 29/2009
4). Meningkatkan dukungan pemerintah (government support) dan jaminan pemerintah (government
guarantee) untuk mendukung pelaksanaan investasi pendanaan non-pemerintah
Kebijakan 3 :
Strategi 1
Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam pengembangan SPAM, Strategi ini dilaksanakan
melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan kapasitas SDM yang terkait dengan penyelenggaraan
pengembangan SPAM, baik SDM dari kalangan pemerintah, Penyelenggara, pelaksana konstruksi, dan
penyedia jasa konsultasi, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan.
2). Mendorong pengisian jabatan structural/fungsional oleh SDM yang memiliki sertifikat kompetensi yang
sesuai.
Strategi 2
Memperkuat peran dan Fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam pengembangan SPAM
Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
1). Memberi pedoman pengaturan tugas fungsi SKPD dalam penyelenggaraanpengembangan SPAM.
2). Meningkatkan pelaksanaan tugas fungsi dalam :
a) Perencanaan,
b) Pelaksanaan
c) Pengawasan, dan
d) Penyediaan data dan informasi.
3). Meningkatkan komitmen penyelenggara untuk menyusun laporan kinerja pengembangan SPAM
Strategi 3
Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM, Strategi ini
dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
Strategi 4
Mengembangkan manajemen asset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan,
Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Menyusun pedoman penerapan manajemen asset yang efisien optimalisasi asset Penyelenggara SPAM.
2). Melakukan pembinaan melalui sosialisasi dan pendampingan penerapan manajemen asset.
3). Meningkatkan manajemen dan optimalisasi aset Penyelenggara SPAM
Strategi 5
Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional, Strategi ini dilaksanakan
melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Memfasilitasi kerja sama antara kabupaten/kota dalam bentuk regionalisasi penyelenggaraan SPAM
terutama pada daerah yang memiliki layanan yang bersinggungan dengan daerah lain;
2). Melakukan pembinaan dalam pembentukan kelembagaan untuk SPAM Regional.
3). Melakukan pembinaan dalam penyusunan rencana induk, studi kelayakan, dan rencana bisnis (business
plan) SPAM Regional.
4). Melakukan pembinaan dalam pelaksanaan pengelolaan SPAM Regional.
Kebijakan 4;
Pengembangan dan penerapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria di Pusat dan di daerah.
Strategi 1
Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM. Strategi ini
dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Menyusun dan menetapkan NSPK yang terkait dengan penyelenggaraan Pengembangan SPAM ( amanat
PP 16/2005 dan PP 38/2007)
2). Melakukan pembinaan melalui sosialisasi, pelatihan dan pendampingan terhadap penerapan NSPK
Strategi 2
Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis, Strategi ini dilaksanakan melalui
rencana tindak sebagai berikut :
1. Melaksanakan perencanaan SPAM baru sesuai dengan kaidah teknis yang benar dan lengkap serta sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan evaluasi dan melengkapi dokumen perencanaan pengembangan SPAM yang telah terbangun
(fisik/teknis) agar sesuai dengan kaidah teknis yang benar dan lengkap.
3. Melaksanakan kegiatan konstruksi dan rekonstruksi sesuai dengan kaidah teknis.
4. Melakukan pengawasan kualitas air minum secara berkala sesuai ketentuan yang berlaku (Permenkes).
5. Menyusun Rencana Induk Pengembangan SPAM sebagai alat control untuk setiap tahapan
pembangunan.
6. Memperkuat supervisi dalam pelaksanaan pengembangan SPAM.
Kebijakan 5 :
Strategi 2
Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum. Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak
sebagai berikut :
1). Menetapkan rencana alokasi dan hak guna air bagi pengguna yang sudah ada dan yang baru sesuai
dengan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai.
2). Memastikan pengelolaan sumber air terpadu dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum.
3). Meningkatkan upaya pengembangan sumber air baku dengan memadukan kepentingan antar wilayah
dan antar pemilik kepentingan.
4). Memprioritaskan penyediaan air baku bagi daerah rawan air.
5). Memfasilitasi pemerintah daerah yang memiliki fasilitas IPAL Domestik untuk melaksanakan upaya
penggunaan kembali (reuse) air olahannya bagi keperluan non-domestik.
6). Mengembangkan konsep pemanenan air terutama di kawasan permukiman skala besar dan kawasan
industri.
Strategi 3
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah
sungai. Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Menyediakan informasi neraca air (Water balance).
2). Menyediakan data kebutuhan air baku untuk air minum per Kabupaten/Kota sampai jangka waktu
tertentu.
3). Melakukan sosialisasi peraturan perizinan pemanfaatan air baku dan kewajiban Penyelenggara untuk
memiliki surat izin pemanfaatan air baku.
4). Menyelaraskan peraturan perizinan pemanfaatan air baku di daerah dengan peraturan yang lebih tinggi.
Strategi 4
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional. Strategi ini dilaksanakan
melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Melakukan pemetaan kebutuhan regionalisasi pemanfaatan air baku.
2). Mengembangkan potensi pemanfaatan air baku secara regional.
3). Mengembangkan model regionalisasi yang mempertimbangkan model institusi kelembagaan regional,
model pengelolaan keuangan, dan sumber pembiayaan.
4). Meningkatkan peran pemerintah provinsi dalam pelaksanaan regionalisasi pemanfaatan air baku.
5). Memantapkan criteria kesiapan ususlan (readiness criteria) sebelum pelaksanaan regionalisasi
pemanfaatan air baku, termasuk sosialisasi kepada masyarakat.
Kebijakan 6 :
Kebijakan 7 :
Strategi 1
Mendorong penelitian untuk mengembangkan teknologi bidang air minum. Strategi ini dilaksanakan melalui
rencana tindak sebagai berikut :
1). Melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian/swasta/perguruan tinggi untuk mengembangkan :
a) Inovasi teknologi dalam pengembangan SPAM khususnya pada daerah dengan keterbatasan
kualitas air baku;
b) Inovasi teknologi pengelolaan air minum untuk mencapai efisiensi dan berwawasan lingkungan
khususnya dalam pemakaian energy dan penurunan kehilangan air fisik.
Strategi 2
Memasarkan hasil inovasi teknologi, Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Melakukan sosialisasi hasil inovasi teknologi.
2). Melakukan uji coba hasil inovasi teknologi.
3). Melakukan kemitraan dengan lembaga/pabrikan/ahli teknologi dalam dan luar negeri terkait
penggunaan teknologi baru bidang air minum.
4). Mengembangkan pasar yang dapat memanfaatkan inovasi teknologi antara lain melalui pengembangan
kebijakan pemanfaatan inovasi teknologi.
Strategi 3
Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas
air baku, Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Melakukan pembangunan SPAM baru yang menggunakan teknologi tepat guna, khususnya pada daerah
dengan keterbatasan air baku/belum terlayani PDAM.
2). Menerapkan inovasi SPAM yang bertumpu pada potensi lokal.
3). Melakukan pengelolaan SPAM yang efisien khususnya dalam pemakaian energy dan penurunan
kehilangan air fisik.
4). Mendorong pemanfaatan air hasil daur ulang dari IPAL untuk penggunaan nonkonsumsi.
Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM, Srategi ini
dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut :
1). Memfasilitasi lembaga peneliti/swasta untuk melakukan mengembangkan life cycle assessment (analisa
dampak lingkungan ) dalam pengelolaan air minum.
2). Memfasilitasi lembaga peneliti/swasta untuk mengembangkan design for sustainability pada pengelolaan
air minum.
Percepatan Investasi Pengembangan SPAM ditujukan untuk mendukung Kebijakan Strategi Pengembangan
SPAM, yang dirumuskan guna memenuhi Standar Pelayanan Minimal, pencapaian target pelayanan 100% di
tahun 2019.
Sampai dengan tahun 2015 cakupan pelayanan air minum Kabupaten Majene sebesar 83,47% untuk akses air
minum melalui jaringan perpipaan baik PDAM maupun non PDAM (DAK) Direncanakan melalui rencana SPAM
Galung Lombok akan ada penambahan kapasitas produksi sebesr 140 l/dt yang pembangunannya
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2018 sebesar 100 l/dt. Diharapkan hingga tahun 2019 dengan
adanya program pengembangan SPAM Galung Lombok akan ada penambahan 3.000 sambungan rumah baru
hingga tahun 2017. Dengan demikian cakupan layanan perkotaan melalui perpipaan akan mencapai 100%.
Untuk mencapai target cakupan akses aman nasional sebesar 100% untuk perkotaan baik melalui jaringan
perpipaan mupun bukan jaringan perpipaan di tahun 2019 dibutuhkan penambahan sekitar 3.000 sambungan
rumah (SR) sejak tahun 2015 hingga 2019, diperlukan total investasi sekitar Rp. 134.708.250.000 (Seratus Tiga
Puluh Empat miliar Tujuh Ratus Delapan Juta Dua ratus Lima Puluh ribu rupiah ). Adapun sumber
pendanaannya terdiri dari APBN, APBD Kota,dan PDAM).
Untuk mencapai target cakupan akses aman nasional sebesar 100% untuk perkotaan melalui jaringan
perpipaan sampai dengan tahun 2019 dibutuhkan penambahan kapasitas produksi sebesar 140 l/dt melalui
SPAM Galung Lombok Program SPAM Regional ini memanfaatkan sumber air baku dari sungai Mandar yang
diharapkan dapat terealisasi di awal tahun 2018. Dengan program SPAM Regional ini akan ada penambahan
baru sambungan rumah untuk Kabupaten Majene sekitar 3.000 sambungan rumah (SR) hingga 2019 sumber
dana yang tersedia dialokasikan dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kota dan PDAM Kabupaten Majene.
Secara administratif, wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Polewali Mandar yang memiliki jumlah penduduk
396.120 jiwa (data BPS tahun 2011). Perusahaan Daerah Air Minum Polewali Mandar Kabupaten Polewali
Mandar adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang bergerak dalam bidang pelayanan air
bersih untunk masyarakat Kabupaten Polewali Mandar, didirikan pada tahun 1990 dan disahkan dengan
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Polewali Mamasa No. 2 Tahun 1990 tentang Pendirian Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Polewali Mamasa, namun dengan adanya pemekaran wilayah Kabupaten
Polewali Mamasa dengan berdirinya Kabupaten Mamasa, maka kabupaten induk berubah nama menjadi
Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2005 Tanggal 30 Desember
2005 dan Keputusan DPRD Kabupaten Polewali Mamasa Nomor 38/KPTS/DPRD tanggal 24 juli 2004, maka
PDAM Kabupaten Polewali Mamasa berubah nama menjadi PDAM Kabupaten Polewali Mandar.
Secara kelembagaan Pengelolaan Air Minum di Kabupaten Polewali Mandar menjadi tanggungjawab PDAM
Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan Perda No. 2 Tahun 1990 tentang
pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Polewali Mamasa. Sesuai perkembangannya, Perda
ini beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan Perda No.74 Tahun 2005 tanggal 30 Desember 2005
dan Keputusan DPRD No. 38/KPTS/DPRD tanggal 24 Juli 2004. tentang Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Polewali Mandar. Struktur organisasi berdasarkan Surat Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2005,
tanggal 15 September 2005 tentang Susunan Organisasi, Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja, PDAM
dipimpin oleh 3 orang direksi terdiri dari 1 Direktur Utama dan 2 orang Direktur dan membawahi
beberapa cabang dan unit IKK.
Table 4.1 Profil Karyawan PDAM Polewali Mandar berdasarkan Status Tahun 2011
Jumlah
Status Karyawan (orang)
Calon Pegawai 0
Jumlah 65
Table 4.2 Profil Karyawan PDAM Polewali mandar berdasarkan Jenjang Pendidikan Tahun 2011
SD 5 8,69
SMP 5 8,69
SLTA : 7 11,69
STM SMA/SMEA/SPP 28 43,77
D3 Non Teknik:
- Ekonomi 1 0,15
S1 Teknik :
1 0,15
- Teknik Listrik
S1 Non Teknik:
5 8,69
- Ekonomi
11 17,92
- Sosial
1 0,15
- Hukum
PDAM Kabupaten Polewali Mandar, di samping sebagai salah satu pemicu perkembangan ekonomi
masyarakat, juga diharapkan dapat dijadikan salahsatu parameter peningkatan indeks kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Polewali Mandar pada sektor kesehatan dan peningkatan taraf hidup masyarakat
melalui peningkatan pelayanan air minum.
Total Jumlah
Jumlah Sambungan %Terhadap total
Wilayah Total Jumlah Penduduk Jumlah Jiwa %Total Jiwa
Langganan penduduk terlayani
Penduduk Terlayani terlayani
SPAM yang dikelola oleh PDAM KabupatenPolewali Mandar sampai 2011 melayani 4 wilayah, yaitu Polewali
(Pusat), Cabang Wonomulyo, Unit Campalagian, Unit Tinambung. Cakupan wilayah kecamatan di
Kabupaten Polewali Mandar yang telah memperoleh pelayananan air minum PDAM adalah 11 kecamatan
dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Polewali Mandar, jumlah pelanggan PDAM di Kab Polewali Mandar
adalah 9.320 pelanggan dengan rincian sebagai berikut:
1. Polewali (Pusat) 5.059 SL dengan daerah pelayanan:
- Polewali : 4.075 SL
- Matakali : 536 SL
- Binuang : 444 SL
- Anreapi : 4 SL
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kab Polewali Mandar untuk melayani penduduk di Kabupaten
Polewali Mandar adalah air permukaan, mata air dan deep well, yaitu:
Kapasitas sumber air dalam hal ini air permukaan pada umumnya menurun terutama pada musim kemarau
juga disebabkan penebangan hutan/rusaknya hutan. Sedangkan kapasitas sumur bor, semakin lama semakin
menurun karena kondisi faktor usia sumur sebahagian peralatan sudah rusak.
Kapasitas terpasang PDAM Kabupaten Polewali Mandar untuk daerah pelayanan Kabupaten Polewali Mandar
adalah 140 l/det, sedangkan kapasitas produksi yang telah dimanfaatkan adalah 100 l/det. Masih terdapat
kapasitas yang belum termanfaatkan (idle capacity) sebesar 40 l/det (disebabkan kapasitas sumber air
berkurang dan peralatan IPA sudah rusak karena faktor usia). Dengan demikian kapasitas produksi yang telah
dimanfaatkan sebesar 71,43%.
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat kapasitas terpasang dan kapasitas termanfaatkan sumber air baku PDAM
Kab Polewali Mandar untuk cabang PDAM di Kabupaten Polewali Mandar.
Table 4.4 Konsolidasi Kapasitas Produksi PDAM Polewali Mandar
POLEWALI
SPC Lemo 20 5 5
WONOMULYO
CAMPALAGIAN
TINAMBUNG
IPA Salarri 5 10 5
SPC Saragian 5 10 5
Pemenuhan pasokan air bersih bagi pielanggan di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, PDAM Kabupaten
Polewali Mandar memproduksi air dengan standar kualitas air minum dengan 7 instalasi yang tersebar di
wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Masing-masing memiliki kapasitas beragam, yaitu:
- IPA Pulele – 35 liter/detik
- IPA Anreapi – 10 liter/detik
- SPC Lemo – 5 liter/detik
- IPA Kalimbua I– 30 liter/detik
- IPA Kalimbua II – 10 liter/detik
- IPA Salarri – 5 liter/detik
- SPC Saragian – 5 liter/detik
Air yang diproduksi pada 7 instalasi pengolahan di atas telah memenuhi standar kualitas Air Minum seperti
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang standar Air Minum
pada IPA yang dimiliki.
Tingkat kehilangan air PDAM Kab Polewali Mandar pada tahun 2011 sebesar 36,42%.
Jumlah sambungan langganan PDAM Polewali Mandar memiliki 11 wilayah Kecamatan. Untuk Kecamatan
Polewali yang terlayani 4 wilayah antara lain melayani Polewali, Matakali, Binuang dan Anreapi. Cabang
Kecamatan Wonomulyo melayani 3 Wilayah yaitu Wonomulyo, Mapilli dan Tapango. Unit Kecamatan
Campalagian 1 unit, unit Kecamatan Tinambung melayani 3 wilayah yaitu Kecamatan Tinambung, Limboro
dan Alu. Peta wilayah zonasi dapat dilihat pada Figure 4.3 Peta Wilayah Zonasi
IKK Wonumlyo
1. Wonomulyo
2. Mapilli 2.326
3. Tapango 579
77
IKK Campalagian 560
IKK Tinambung
1.Tinambung
2. Limboro 518
3.Alu 201
-
Memperhatikan data pada tabel di atas, tergambar bahwa dari 16 kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar,
11 kecamatan sudah dilayani jaringan pipa PDAM, 5 kecamatan belum terlayani jaringan pipa PDAM, tetapi 2
kecamatan sudah termasuk kedalam zoning eksisting, sementara masih ada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan
Bulo, Tubbitaramanu, Matangnga, yang tidak termasuk eksisting zoning serta tidak terlayani oleh jaringan pipa
PDAM.
PDAM Kabupaten Polewali Mandar memiliki persentase terhadap total penduduk terlayani sebesar 17,87%.
Jika besar persen ini diasumsikan tiap kecamatan terlayani memiliki 1,62% penduduk terlayani, maka
jumlah penduduk yang terlayani jaringan pipa PDAM di kecamatan yang terlayani dapat dilihat pada tabel
berikut:
Jumlah
Wilayah Kecamatan yang Penduduk Total Persentase
Wilayah Kecamatan Yang Belum
Dilayani Jaringan Pipa Terlayani Penduduk layanan
Terlayani Jaringan Pipa PDAM
PDAM PDAM cabang percabang
IKK Wonomulyo
1. Wonomulyo
2. Mapilli 16.588
3. Tapango 4.132 93.981 22,84%
744
Dari table di atas dapat dilihat bahwa persen terlayani terhadap penduduk per-zona memiliki prosentase kecil.
Dari 4 unit pelayanan jaringan pipa PDAM, 1 diantaranya berasal dari sumber yang sama yaitu sungai Lokko
Kecamatan Tapango. Ada 3 skematik sistem air bersih SPAM, yaitu SPAM Wonomulyo pelayanan Mapilli,
Matakali dan Campalagian.
Sumber air baku berasal dari Sungai Lokko (Salu Lokko) Kecamatan Tapango, menggunakan intake sadap.
Kemudian dialirkan menuju ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Desa Kalimbua dengan kapasitas sebesar 30
L/det. dan didistribusikan ke daerah pelayanan Kecamatan Wonomulyo, Mapilli, Matakali dan Campalagian,
3
ditampung s ebagian di reservoir (menara Air) di Wonomulyo dengan kapasitas sebesar 200m .
b. SPAM Campalagian
Sumber air bersih berasal dari Sumber SPAM Kecamatan Wonomulyo menggunakan boster PAM kapasitas 5
l/dtk. Kemudian dialirkan menuju Kecamatan Campalagian sejauh 7,5 km, mengantisipasi berkurangnya debit
air maka pemerintah pusat, Melalui satker PK PAM Provinsi Sulawesi Barat mengalokasikan dana pada
tahun anggaran 2012 untuk pembangunan IPA kapasitas 20 l/dtk yang kondisinya dalam tahap
pembangunan. Rencananya akan melayani 12 Desa/Kelurahan dari 18 Desa/Kel yang ada di Kecamatan
Campalagian dengan jumlah penduduk 52.307 jiwa (data BPS 2011) dengan sistem pelayan gravitasi.
Sistem layanan air bersih, selain dilayani oleh PDAM juga oleh saluran air bersih yang berasal dari:
1. Sumur gali (pribadi dan umum)
2. Sumur pompa tangan (dangkal dan dalam)
3. Sumur bor / pompa listrik
o
3 25’ 8,501”LS dilakukan kegiatan pemboran air tanah dalam dengan kedalaman 125 m dan pembangunan
sarana air bersih / minum warga di desa tersebut. Debit air yang diharapkan dijumpai pada pemboran dalam
yaitu berkisar 5000 ltr/ 30 menit atau 2,78 ltr/dtk.
Perlindungan mata air adalah mata air yang terletak di pelosok atau di pegunungan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat sebagai sumber air bersih. Selain menggunakan air permukaan dan air tanah sebagai
sumber potensi air baku, harus dipertimbangkan juga keberadaan mata air yang tersebar di Kabupaten
Polewali Mandar. Meskipun mata air tersebut memiliki debit yang tidak terlalu besar, namun apabila
dikombinasikan dan dihubungkan dengan saluran perpipaan, debit yang dihasilkan bisa cukup memadai untuk
memfasilitasi sumber air baku masyarakat di beberapa kawasan. Sebaran beberapa Mata Air di Kabupaten
Polewali Mandar dapat dilihat pada Table 4.7.
PDAM Polewali Mandar memiliki 3 rencana SPAM IKK yang masih dalam tahap perencanaan, yaitu SPAM IKK
Alu Kecamatan Alu bersumber dari sungai Matama Desa Paopao Kecamatan Alu dengan debit sumber air 500
l/dtk posisi minimum diasumsikan mampu mengaliri 4 kecamatan yaitu Kecamatan Alu, Limboro, Tinambung
dan Balanipa dan diperkirakan mampu mengaliri Kabupaten Majene serta SPAM IKK Matakali, SPAM IKK Luyo
sebagai rencana pengembangan pelayanan PDAM ini sebagai lanjutan pengembangan jaringan PDAM
terhadap kecamatan yang belum terfasilitasi oleh saluran PDAM. Sebagai contoh SPAM IKK Luyo untuk
memfasilitasi kecamatan yang belum terlayani pada jaringan saluran PDAM.
4. Retikulasi, SL APBN.
Permasalahan aspek teknis yang dihadapi oleh PDAM Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar
persistem adalah sebagai berikut:
Sistem penyediaan air minum PDAM Polewali Mandar, sejauh ini kapasitas kedua sumber air baku masih dapat
memenuhi kebutuhan, meskipun untuk SPAM Wonomulyo-Campalagian masih menggunakan sumber yang
sama dengan sumber air baku SPAM Wonomulyo. Selain itu, ketersediaan sumber air/penguasaannya yang
dapat dimanfaatkan dengan biaya investasi relatif murah semakin terbatas.
Untuk sumber air baku yang berasal dari Sungai Lokko, mengandung komposisi pasir yang cukup besar dan
memiliki nilai NTU >1200-1500.
b. Prasedimentasi
Karena sumber air baku yang berasal dari Sungai Lokko memiliki NTU >
1200-1500 dan komposisi pasirnya sangat besar, diperlukan prasedimentasi yang optimal untuk menyisihkan
pasir tersebut. Namun, karena keterbatasan lahan efisiensi prasedimentasi maksimal hanya
70% dan 80% pasir masih terbawa sampai ke IPA. Untuk menanggulangi ini, salahsatu alternative dengan
menggunakan tube settler (lamella). Sedangkan detention timenya hanya bisa 20 menit
c. Sistem transmisi
Pada sistem transmisi SPAM pelayanan cabang Wonomulyo, tercatat satu kali kejadian pipa transmisi pecah
diakibatkan oleh benturan batu. Pipa tersebut dipasang di bibir sungai sehingga pada saat banjir, langsung
terkena oleh luapan air sungai. Alternatif untuk pemecahan masalah ini adalah memengganti pipa yang pecah
sepanjang 500 m.
Pada IPA eksisting yang menggunakan sumber air baku sungai Dulang Kecamatan Anreapi, memiliki beban
berat untuk mengolah air bersih menjadi air minum yang memiliki kualitas air di bawah ambang baku mutu
air minum.
e. Sistem Pelayanan
Dari hasil evaluasi kinerja keuangan PDAM Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar periode tahun 2011
yang diatur berdasarkan dengan SK. Mendagri No. 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
PDAM, secara singkat dapat dijelaskan hal- hal sebagai berikut:
B. Struktur Hutang
1. Ratio hutang jangka panjang terhadap permodalan (modal dan cadangan) menunjukkan bahwa
besarnya seluruh hutang yang ditanggung oleh PDAM Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2011 yang
lalu adalah sebesar 0,0 atau di atas 0,5.Karena modal tidak dapat membayar seluruh hutang jangka
panjang.
2. Besarnya laba operasi sebelum penyusutan yang diperoleh pada tahun buku 2011 lalu yaitu
sebesar Rp 182.220.605,17,- yang berarti pinjaman pokok dan bunga yang jatuh tempo sebesar
Rp24.681.040.797,60,- atau ratio 0,0. Hal ini berarti tidak mampu untuk membayar pinjaman
pokok dan bunga yang jatuh.
3. Rasio Aktiva lancar terhadap utang lancar sebesar 0,18, Jumlah aktiva lancar sebesar Rp.
4.437.737.013,68,- tidak menutup hutang lancar sebesar Rp. 25.060.228.846,62,-
C. Efisiensi
1. Pengelolaan piutang pada PDAM Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar tahun 2011
menunjukkan gambaran yang cukup baik, karena rata-rata jangka waktu penagihan piutang yaitu
272,04 hari. Kondisi ini mengakibatan PDAM Polewali Mandar belum dapat memenuhi kewajiaban
jangka pendek (hutang lancar).
2. Berdasarkan rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional selama tahun 2011
menunjukkan angka 1,10. Kondisi ini memerlukan perhatian yang lebih karena tingkat rasio
demikian maka relatif berat bagi PDAM Kabupaten Polewali Mandar untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran (cost recovery). Oleh karena itu maka PDAM perlu memperhatikan efisiensi kinerja
operasionalnya.
D. Tingkat Keuntungan
Selama tahun 2011 PDAM Kabupaten Polewali Mandar membukukan kerugian (sebelum
pajak) sebesar Rp 400.593.683,03,- atau sebesar 4,74%.
Thn
Uraian 2011 Nilai Keterangan
Rasio
Struktur hutang
terhadap angsuran pinjaman pokok dan bunga yang jatuh tempo 0 1 = tdk baik
Ratio aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek 0.18 1 = tidak baik
Secara umum, berdasarkan atas penilaian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Polewali Mandar tahun 2011
seperti diuraikan di atas, maka nilai kinerja dapat diklasifikasikan Kurang Sehat.
Tarif - Retribusi
Untuk mendapatkan tingkat tarif yang full cost recovery maka perlu dilakukan stimulasi sehingga
didapatkan tingkat pengembalian (return) yang mampu menutup seluruh biaya investasi, biaya operasi, biaya
risiko usaha serta keuntungan yang wajar. Rata – rata harga jual (tarif) air PDAM Polewali Mandar Rp
3
3.042,72 per m
Pendapatan
Pendapatan air dalam meter (M3) tahun 2011 Rp. 1.399.418 M3, sektor rumah tangga dominan
memberikan konstribusi terhadap pendapatan air, selain sektor pemerintah/ABRI dan Industri besar yang
memberikan kontribusi pada pendapatan PDAM.
Pendapatan air dalam rupiah pun mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai 2011 sebagaimana
terlihat pada tabel di bawah ini.
Pengeluaran
Pengeluaran PDAM Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2010 – 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah
ini.
Sumber : Laporan Audit Kinerj a PDAM Polewali Mandar Yang diolah Kembali
Seiring dengan operasional perusahaan yang berkembang dari tahun ke tahun yang tergambar dari kenaikan
pendapatan air, kenaikan pengeluaran juga harus dihadapi dalam menunjang kegiatan operasionalnya PDAM
sebagaimana terlihat pada tabel di atas.
Permasalahan Keuangan
Sebagai perbandingan untuk tahun 2011, biaya operasional sebesar Rp 2.100.623.253,- dan volume air
terjual adalah Rp 1.399.418,/M3 sehingga harga pokok air adalah Rp 2.830,44/ m3.
LAPORAN RUGI/LABA
Harga air rata-rata adalah Rp 2.830,44. Hal ini menyebabkan kinerja keuangan PDAM Polewali Mandar
mengalami permasalahan keuangan. Masalah utama adalah bagaimana meningkatkan kinerja keuangan
untuk menunjang pendapatan perusahaan atau PDAM sendiri.
Perlu kita sadari bahwa masyarakat dari seluruh lapisan bahwa sampai atas ingin mendapatkan pelayanan air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan, kualitas dan kwantitas.
Berdasarkan Perda No 5 / PD / 1976 tanggal 11 juni 1975 tentang pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Majene yang bertujuan untuk memberikan pelayanan air bersih kepada seluruh masyarakat
secara merata terus menerus dan memenuhi syarat kesehatan dengan demikian fungsi utama dari Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Majene adalah sebagai public servise yang berasas social, namun demikian
karena pelayanan harus dilaksanakan secara terus menerus dan berkembang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat maka Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Majene harus pula menganut asas ekonomi
Perusahaan yang sehat.
Beberapa permasalahan berat antara lain dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, terasa pada
penyediaan prasarana perkotaan usaha penyediaan prasarana perkotaan dirasakan berat bahkan hanya karena
jumlah penduduk yang harus dilayani semakin bertambah ( biasanya tak bias terkejar oleh sistim pelayanan
yang ada ), tetapi juga karena tuntutan kebutuhan nyata dari penduduk kota itu sendiri yang cenderung ingin
semakin baik kualitas pelayanan sarana perkotaan.
Visi PDAM Majene
Tujuan Perusahaan :
1. Peningkatan kesejahteraan bagi keluarga besar PDAM Majene, Khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya.
2. Peningkatan pendapatan dan efesiensi penerimaan rekening air untuk kelangsungan hidup seseorang
serta guna peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Majene.
Turut serta melaksanakan pembangunan daerah pada khusunya, dibidang penyediaan dan pelayanan air
bersih bagi kemanfaatan masyarakat umum disamping mendapatkan keuntungan.
Struktur organisasi PDAM Majene berpedoman kepada Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Majene
No. 70/V/1991 tanggal 1 Mei 1991 tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja PDAM Majene yang memuat 3
(tiga) direktur dan unsur pegewai tetap serta tenaga honorer. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai
berikut.
Direktur Utama :
Direktur Tehnik :
Direktur Umum :.
Unsur Staf
Pegawai Tetap : 32 Orang
Tenaga Honor : 10 Orang
Jumlah seluruh Karyawan PDAM Majene Tahun 2011 adalah 42 orang yang melayani 5.222 sambungan
langganan (SL), sehingga rasio karyawan dengan jumlah sambungan adalah 1 : 111,11. Angka ini cukup baik
karena telah melampaui dari rasio yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negri Nomor 47 tahun
1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja. Di bawah ini diuraikan kelompok tenaga kerja/karyawan berdasarkan
beberapa kategori seperti profil karyawan berdasarkan status, berdasarkan tingkat dan kualifikasi pendidikan.
Table 4.13 Profil Karyawan PDAM Majene Berdasarkan Status Tahun 2012
2 Calon Pegawai 0
Jumlah Karyawan 42
Table 4.14 Profil Karyawan PDAM Majene Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012
Figure 4.4 Grafik Kualifikasi Karyawan PDAM Majene Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012
Sistim pelayanan mencakup semua kelurahan–kelurahan yang ada di Perkotaan Mejene kecuali sebagian
kelurahan di Kota Majene yaitu :
- Sebagian Kelurahan Totoli
- Sebagian Kelurahan Tande
- Sebagian Kelurahan Baurung
- Sebagian Wilayah Lembang
- Kelurahan Baruga yang belum terjangkau jaringan Distribusi perpipaan.
Tingkat pelayanan dan unit sambungan :
- Tingkat pelayanan saat ini mencakup 48 % dari jumlah penduduk yang ada di Kota Majene melalui sistim
perpipaan dan terminal air;
- Kapasitas produksi IPA Abaga 40 l/dt pada musim hujan dan menurun drastic pada musim kemarau
sampai 10 – 20 I/dt;
- Bronkaptering Mangge kapasitas produksinya 10 It/dt;
- IPA Galung Lombok kapasitas 20 lt/dt dengan kapasitas produksi 16 l/dt hanya bisa produksi 16 Jam /
Hari
- Tingkat kebocoran 29 %
- Unit Sambungan Rumah ( SR ) : 5 015 Unit
- HU / TA / KU : 84 Unit
Kapasitas produksi dan sumber air dari sistim perpipaan dapat dilihat dalam table dibawah ini :
Keterangan
No Unit produksi Satuan Kapasitas
Jam Operasi
1 IPA ABAGA
2 BRONCAPTERING MANGGE
Sub sistem bersumber dari air baku yang terdiri dari bangunan pengambilan (intake) dengan sistim grafitasi,
berlokasi di Sungai Abaga dengan pengolahan lengkap berkapasitas 40 I/dt dan dilokasi Mangge dengan
sistim pengolahan sederhana (bronkaptering) yang berkapasitas hanya mencapai 5 I/dt.
Sistim pengolahan air bersih instalasi (WTP) Galung Lombok yang berkapasitas 20 I/dt dengan type unit
pengolahan lengkap dengan sistim perpompaan mulai dari Intake dengan sistim perpompaan ke instalasi
(pengolahan lengkap sistim paket) yang berjarak 650 meter dan didistribusikan ke reservoir yang terletak di
daerah Rusung-Rusung (300 m3) dengan sistim perpompaan.
Sub sistim distribusi dari daerah pelayanan air bersih Kota Majene menggunakan sistim perpompaan
langsung dan grafitasi berasal dari reservoir Salabose (Kelurahan Pangali-Ali) yang bersumber dari IPA
Abaga dan sebagian reservoir Lembang yang bersumber dari WTP Galung Lombok dengan sistim
perpompaan.
Sistem distribusi air bersih yang dilakukan PDAM Kabupaten Majene untuk pelayanan Kota Majene dilihat
pada Skema halaman berikut yang akan membahas mengenai kondisi SPAM di Kabupaten Majene.
Jaringan pipa distribusi yang terbangun saat ini dalam jangkauan pelayanannya banyak diperoleh beberapa
kendala, permasalahan terutama mengenai keterbatasan pasokan air Baku baik berupa air permukaan, air
tanah maupun keterbatasan sumber mata air serta keterbatasan diameter pipa pelayanan sambungan
langganan, sehingga ditemui di beberapa lokasi distribusi mengalami rendahnya tekanan air pada pipa.
Keadaan yang kedua ini dikarenakan pembangunan/pemasangan pipa distribusi terbatas untuk pelayanan
sebahagian kecil rumah yang pada saat itu membangun tanpa sarana jalan masuk/gang. Perkembangan
Berdasarkan hasil studi potensi air baku yang bisa dimanfaatkan sebagai air minum untuk wilayah studi
sebagian besar berasal dari sumber air permukaan. Dalam hal ini adalah sumber air yang berasal dari sungai
dan selama ini telah dimanfaatkan oleh pemerintah setempat melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
setempat.
Beberapa Permasalahan pada komponen Sistim Penyediaan Air Minum antara lain :
Sistem Produksi
Sistem Transmisi
Berikut dirinci komponen sistim yang perlu direhabilitasi atau pembangunan baru untuk menunjang
peningkatan kapasitas produksi air bersih, antara lain :
A. Sistem Produksi
Figure 4.5 Sumber air baku IPA Abaga 40 l/dt, kap. Sumber antara 10 s/d 25 l/dt
Figure 4.6 Intake IPA IKK Banggae Timur 20l/dt (ki), IPA Galung Lombok 40lt/dt (ka)
Untuk mengantisipasi pemenuhan akan air bersih pada wilayah tersebut diharapkan adanya penambahan
Pompa Intake 2 X 40 l/dt dari jenis Summersible Pump. dan penambahan Pompa Distribusi 2 X 40 l/dt dari
jenis sentrifugal serta Peningkatan Volume Reservoar pada instalasi lama yang sudah tidak sesuai dengan
peruntukannya.
Sistem jaringan Distribusi PDAM Majene telah mencapai + 80 % Daerah pelayanan Kota Majene, Pada
Daerah Wilayah IV pelayanan PDAM Majene kondisi pelayanan air bersih kepada Masyarakat sangat kurang
sehingga diadakan penggiliran aliran air bersih kepada daerah – daerah sekitarnya dimana tingkat kuantitas
tidak kurang dari 7 jam itupun digilir 5 hari sekali, serta 3 pemukiman pada wil IV tidak dpt dilayani lagi
dengan sistim perpipaan sebab keterbatasan debit yang diproduksi WTP Galung Lombok.
Sistim Jaringan Distribusi yang berasal dari IPA Abaga dialirkan secara grafitasi ke reservoir salabose dengan
Pipa Trasmisi berdiameter 350 mm dari jenis ACP dengan jarak 7000 meter, dari reservoir Salabose dialirkan
ke pusat kota Majene dengan Grafitasi pula dengan menggunakan Diameter yang berfariasi mulai pipa
diameter 200mm s/d 50 mm.
Sistim jaringan Distribusi yang berasal dari Bronkaptering Mangge di alirkan secara Grafitasi untuk melayani
daerah wilayah Kecamatan Banggae yang meliputi Kelurahan Pangali-ali, dan Kelurahan Totoli Kelurahan
Baru.
Jumlah pelanggan PDAM Majene menurut Klasifikasi sebagai berikut :
a. Rumah Tangga = 5.015
b. Kantor = 66
c. Niaga = 46
d. Sosial = 11
e. HU = 84
Jumlah total sambungan = 5.222
Jumlah jaringan pipa yang terpasang menurut diameter adalah sebagai berikut :
a. Pipa 350 mm = 5.806
b. Pipa 300 mm = 474
c. Pipa 250 mm = 10.332
d. Pipa 200 mm = 1.090
e. Pipa 150 mm = 14.168
f. Pipa 100mm = 38.182
g. Pipa 75mm = 16.764
h. Pipa 50mm = 42.282
Jumlah panjang jaringan terpasang sebesar 129.098 meter.
Sistim pelayanan pada BNA dibagi dalam 4 Zona wilayah pelayanan dimana zona 1 yang meliputi wilayan
Kecamatan Banggae atau wilayah Kelurahan Totoli Kelurahan Baru Kelurahan Pangali-ali dengan
memanfaatkan pengolahan IPA Mangge.
Sedangkan Zona wilayah 2 dan 3 yang meliputi Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae Timur atau
Lingkungan Pangali-ali, Saleppa, Lipu dan Kampung Baru yang disuplai dari sistim pengolahan IPA Abaga.
Zona Wilayah 4 yang terdapat di Kecamatan Banggae Timur meliputi Kelurahan Baurung dan Kelurahan
Lembang yang disuplai dari IPA Galung Lombok.
Perlindungan mata air adalah mata air yang terletak di pelosok atau di pegunungan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat sebagai sumber air bersih. Sistem layanan air bersih, selain dilayani oleh PDAM juga
oleh saluran air bersih yang berasal dari :
1. Sumur gali (pribadi dan umum)
2. Sumur pompa tangan (dangkal dan dalam)
3. Sumur pompa listrik
4. Perlindungan Mata air (Keran umum, tandon air, hidran umum)
5.
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari.
Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari
program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Oleh karena itu, salah satu
indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan adalah ketersediaan sumber air minum rumah tangga.
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur
terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan
lainnya.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Majene menunjukkan bahwa rumah tangga di Kabupaten Majene
tahun 2007 rumah tangga yang memanfaatkan air minum dari ledeng sebesar 19,04%, SPT sebesar 5,40%,
SGL sebesar 44,69, PAH sebesar 1,50, Kemasan sebesar 0,80 dan sumber lainnya sebesar 28,56%. Pada tahun
2008 rumah tangga yang memanfaatkan air minum dari ledeng sebesar 19,34%, SPT sebesar 0%, SGL
sebesar 52,82, PAH sebesar 0%, Kemasan sebesar 0% dan sumber lainnya sebesar 27,84%. Pada tahun 2009
rumah tangga yang memanfaatkan air minum dari ledeng sebesar 18,91%, SPT sebesar 0%, SGL sebesar
47,78, PAH sebesar 0%, Kemasan sebesar 0% dan sumber lainnya sebesar 33,31%.
Untuk sumber air minum yang menggunakan air ledeng dan air kemasan terdapat di daerah perkotaan,
mata air terlindung dan tidak terlindung terdapat di daerah pegunungan sedangkan yang menggunakan
sumber air minum dari sumur pada umumnya terdapat di daerah pesisir pantai. Jaringan non perpipaan
dengan mengandalkan pelayanan Mobil tangki pada daerah-daerah diluar jangkauan jaringan distribusi
dengan mengandalkan 3 buah armada mobil tangki yang melayani terminal air pada daerah-daerah
ketinggian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Table 4.16 Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Non Perpipaan di Kabupaten Majene Tahun 2010
1 Banggae 32 924 2 2
2 Banggae Timur 167 601 1 19
3 Pamboang 12 280 22 -
4 Sendana - 473 2 -
5 Tammero’do 54 188 20 -
6 Tubo - 64 128 -
7 Malunda 4 230 12 3
8 Ulumanda 8 19 11 -
Total 277 2.779 198 24
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majene 2012
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah rumah tangga yang memanfaatkan sumber air
minum non perpipaan di Kabupaten Majene mencapai 3.278 Rumah Tangga atau kurang lebih 63,91 % dari
total rumah tangga di Kabupaten Majene.
Pendanaan SPAM IKK Kabupaten Majene ini berasal dari PDAM, APBD Kabupaten, APBD Provinsi serta APBN.
Sistim Penyediaan Air Bersih Skala IKK PDAM Majene meliputi IKK Pamboang yang berada di Kota
Kecamatan Pamboang, IKK Somba dan IKK Palipi yang terdapat di Kecamatan Sendana, IKK Kecamatan
Malunda serta IKK di Kecamatan Tammerodo Sendana.
Proyek IKK Pamboang yang dibangun pada tahun 2005 oleh P2SP Sulawesi Selatan dengan kapasitas 5 l/dt
sementara dalam penangan PDAM Majene untuk pengembangannya dan jumlah langganan saat ini baru 10
HU. Dan jumlah langganan 125 sambungan.
Sistim pengolahan yang digunakan masih menggunakan sistim pengolahan pasir lambat (saringan sederhana
Bronkaptering) sehingga pada saat musim hujan dan air baku mengalami kekeruhan hasilnya yang disalurkan
ke pelanggan juga akan mengalami kekeruhan.
Untuk menjamin kualitas air yang diproduksi diperlukan sistim pengolahan lengkap (IPA). Saat ini IKK
Pamboang belum mempunyai Kantor Pelayanan IKK sehingga pelayanan pada pelanggan secara manajemen
belum maksimal.
Sistem penyediaan air bersih IKK Somba dengan kapasitas terpasang 5 lt/dt yang dibangun pada tahun 1986
oleh Proyek Air Bersih Sulawesi Selatan dalam perkembangannya saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat ibu kota kecamatan akibat kurangnya penyediaan Air Baku Sungai Karaka yang pada musim hujan
hanya mencapai sampai 2 lt/dt.
Sedangkan jumlah langganan sampai saat ini hanya mencapai 295 sambungan. Sistim pengolahan masih
menggunakan saringan pasir lambat (Bronkaptering) sehingga kualitas air bersih yang diproduksi kurang
baik, apabila musim hujan kualitas air baku keruh juga akan keruh sampai ke pelanggan. Untuk menjamin
kualitas air yang diproduksi maka diperlukan sistem pengolahan lengkap (IPA).
C. Unit Pelayanan Palipi yang ada di Ibukota Desa Sendana Kecamatan Sendana
Unit pelayanan air bersih Palipi dengan sistim paket pengolahan lengkap dengan kapasitas terpasang 5 lt/dt.
Hingga saat ini baru mempunyai pelanggan sebanyak 84 sambungan, hambatan pada saat ini untuk
pengembangan adalah belum adanya pipa distribusi kepemukiman penduduk sehingga yang terpasang saat
ini hanya pelanggan yang di jalur pipa menuju pelabuhan Palipi. Saat ini secara Manajemen masih dibawahi
oleh IKK Somba, dan di Palipi belum mempunyai kantor pelayanan. Sehingga masih dibutuhkan kantor unit
pelayanan.
Tahun 2007 telah dibangun sarana dan prasarana air bersih IKK Malunda 10 lt/dt dengan sistim pengolahan
lengkap (IPA 10 lt/dt) yang merupakan produk dari PT. Wijaya Kusuma Emindo, dengan memanfaatkan sumber
air Riruwana Malunda dengan sistim Grafitasi dari Intake Ke pengolahan yang berjarak 1.800 meter dan
dengan Penyaluran ke daerah pelayanan IPA juga dengan sistem grafitasi. Hingga saat ini jumlah pelanggan
sebesar 225 sambungan. Wilayah pelayanan IKK Malunda hanya meliputi Kelurahan Malunda. (Baru terbatas
pusat kota kecamatan). IKK Malunda sampai saat ini belum mempunyai kantor Pelayanan sehingga untuk lebih
memberikan pelayanan maksimal kepada seluruh pelanggan diperlukan suatu pengadaan kantor untuk
pelayanan dan saat ini masih mempekerjakan 2 karyawan.
Kendala permasalahan yang dihadapi di PDAM Majene merupakan permasalahan mendasar yang perlu
diperhatikan guna mampu memenuhi kebutuhan masyarakat baik itu dimasa ini maupun dimasa mendatang.
Kendala permasalahan dijabarkan kedalam dua aspek permasalahan yakni permasalahan aspek teknis dan
aspek non teknis yang kemudian dijabarkan persistem, untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut:
Permasalahan aspek teknis yang dihadapi oleh PDAM Majene Kabupaten Majene yang dibahas persistem
adalah sebagai berikut :
B. Prasedimentasi
Sedimentasi merupakan unit yang berfungsi memisahkan padatan dan cairan dengan menggunakan
pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel tersusupensi yang terdapat dalam cairan tersebut
(Reynols, 1982). Untuk kondisi air baku dengan kekeruhan yang tinggi (>1000 mg/l), sebelum unit sedimentasi
terdapat unit lain yaitu unit pra-sedimentasi yang berfungsi untuk mengendapkan partikel tersuspensi dalam
air, sehingga unit sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak terendapkan dalam
unit prasedimentasi serta flok-flok yang terbentuk setelah melalui proses koagulasi dan flokulasi.
Karena sumber air baku PDAM Kabupaten Majene yang berasal dari Sungai Madanr, Sungai Abaga, dan Sungai
Mangge dan komposisi pasirnya cukup besar, diperlukan prasedimentasi yang optimal untuk menyisihkan
pasir tersebut. Agar aplikasi utama dari sedimentasi pada instalasi pengolahan air minum PDAM Majene
adalah pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan menggunakan saringan pasir cepat,
Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi sebelum memasuki unit saringan pasir
cepat, Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi pada instalasi yang menggunakan
sistem pelunakan air oleh kapur-soda dan Pengendapan air pada instalasi pemisahan besi dan mangan.
C. Sistem Transmisi
Sistem transmisi disebut juga adalah sistem saluran pembawa atau transmission works atau transportation
works. Sistem transportasi untuk air baku dari sistem pengumpulan sampai dengan bangunan pengolahan air
minum, open channel, pipe lines dan air bersih dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas (atau dari
bangunan pengolahan air minum) sampai reservoir distribusi, pipe lines untuk menghindarkan kontaminasi.
Cara pengangkutan dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan pemompaan.
Pada sistem transmisi SPAM pelayanan setiap cabang, tercatat bebrapa kejadian pipa transmisi pecah
diakibatkan oleh umur pipa yang uda mulai tua. Pipa tersebut dipasang searah dengan jalur jalan. Alternatif
untuk pemecahan masalah ini adalah mengganti pipa-pipa yang tua dan sistem penanamanya dan
penempatannya diletakkan agak jauh dari jalur jalan agar nantinya jika ada program pemerintah untuk
pelebaran jalan sistem perpipaan air minum PDAM Majene tidak terkena dampak dari proses pelebaran jalan
tersebut. Namun kendala yang dihadapi adalah kondisi permukiman masyarakat yang pada umumnya berada
di sepanjang jalur jalan yang rata-rata tidak memiliki sempadan jalan.
Hasil Audit BPKP tahun Anggaran 2010 Opini Auditor atas Laporan Keuangan PDAM Majene tahun buku 2010
dan tahun 2009 adalah “Wajar Tanpa Pengecualian“ (WTP). Jumlah asset pada tanggal 31 Desember 2010
adalah Rp. 3.751.957.485,60 dengan rugi sebelum pajak penghasilan tahun 2010 sebesar (Rp.187.449.156,10,-
) jumlah ekuitas sebesar Rp. 1.779.418.084, serta kenaikan arus kas mencapai sebesar Rp. 42.926.423,00.
Menurut hasil kegiatan tahun 2011 mengenai tarif dasar bagi pelanggang PDAM Majene adalah senilai Rp.
1.800/m³, belum dapat menutupi harga secara penuh sehingga masih terjadi deviasi negatif antara
pendapatan dibandingkan biaya operasional.
Pengembangan SPAM di Provinsi Sulawesi Barat, merupakan perwujudan dari VISI Provinsi Sulawesi Barat
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025 yaitu “Terwujudnya
Sulawesi Barat yang Sejahtera, Maju dan Malaqbi”, yang salahsatu penjabarannya adalah Sulawesi Barat
yang Sejahtera dapat dimaknakan sebagai pencapaian kondisi kehidupan yang lebih baik, yang ditandai
oleh terpenuhinya hak-hak dasar dan meningkatnya taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan. Salahsatu
hak dasar masyarakat adalah terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat atas air. Oleh karenanya tujuan
pengembangan SPAM di Provinsi Sulawesi Barat adalah untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakatnya
untuk mendapatkan kondisi kehidupan yang baik.
Tujuan pengembangan SPAM di Kabupaten Polewali Mandar, tertuang dalam RPJMD tahun 2014 – 2019
yaitu meningkatkan ketersediaan infrastruktur perumahan dan permukiman melalui peningkatan cakupan
layanan air minum yang ditandai dengan meningkatnya cakupan layanan air minum perpipaan.
Tujuan pengembanbgan SPAM di Kabupaten Majene, tertuang dalam Kebijakan Strategi Daerah (Jakstrada)
yaitu: terpenuhinya cakupan kebutuhan air minum bagi masyarakat Kabupaten Majene sebanyak 100% dari
sisa jumlah rumah tangga yang belum memiliki akses Air Minum. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
ditetapkan kebijakan berupa peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat diperkotaan dan
perkampungan melalui Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan Perpipaan. Mengembangkan SPAM dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum
terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah
Rencana area pelayanan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene di Provinsi
Sulawesi Barat, berdasarkan hasil rapat koordinasi tanggal 09 September 2019 yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat di Kota Mamaju, dan dilanjutkan pada rapat pembahasan laporan antara
tanggal 27-28 November 2019.
Rencana area pelayanan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene di Kabupaten
Polewali Mandar terdiri dari 19 desa/kelurahan yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan, sebagai berikut:
Kepadatan
Luas Wilayah Penduduk 2018
No. Desa/Kelurahan Rumah Tangga 2018 Penduduk
(km2) (Jiwa)
(Jiwa/Km2)
1 Kecamatan Balanipa 18.90 21,131 4,514 1,118
1.1 Balanipa 5.50 2,944 660 535
1.2 Tammangalle 2.46 2,108 459 857
1.3 Sabang Subik 1.50 3,152 662 2,101
1.4 Pambusuang 1.00 5,505 1,151 5,505
1.5 Bala 6.24 4,310 908 691
1.6 Galung Tulung 2.20 3,112 674 1,415
Rencana area pelayanan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene di Kabupaten
Majene terdiri dari 15 desa/kelurahan yang tersebar di 2 (dua) kecamatan, sebagai berikut:
Proyeksi kebutuhan air ini didasarkan pada laju pertumbuhan penduduk, dengan mengacu pada tahapan
perencanaan pembangunan daerah/kota. Jangkauan ideal perencanaan adalah 20 tahun hingga tahun 2040.
Penentuan jumlah penduduk pada masa yang akan datang (proyeksi jumlah penduduk) menggunakan
metode-metode proyeksi berikut:
1. Metode Arithmatik
Pn Po K a (Tn To ) ............................( 1)
dengan:
P2 P1
Ka
T2 T1 ............................( 1)
dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke- n
Po = jumlah Penduduk pada tahun dasar
Tn = tahun ke- n
To = tahun dasar
Ka = konstanta arithmatik
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun kedua
T1 = tahun petama yang diketahui
T2 = tahun kedua yang diketahui.
a
Y X X XY 2
n X X 2 2
............................( 5)
n XY X Y
b
n X X 2 2
............................( 6)
dimana Y adalah variabel independen
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat dihitung dengan persamaan
lain, yaitu:
a Y b X ............................( 7)
dimana:
Y = rerata variabel Y
X = rerata variabel x.
Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan perhitungan
yang paling mendekatui kebenaraan, harus dilakukan analisa dengan menghitung standar deviasi atau
kofisien korelasinya berdasarkan persamaan berikut:
4. Standar Deviasi
s 2
X iX 2
X 2
i X
s2
n untuk n≤20 ............................( 9)
dimana:
s2 = standar deviasi
X = variabel independen X (jumlah penduduk)
X = rerata X
n = jumlah data.
Metode perhitungan jumlah penduduk yang paling tepat adalah yang memberikan harga standar
deviasi terkecil.
dimana:
r = kofisien korelasi.
Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan koefisien korelasi paling
mendekati 1 adalah yang terbaik.
Dengan menggunakan jumlah dan laju penduduk tahun 2010 – 2018 pada masing-masing desa/kelurahan
yang menjadi area pelayanan di Kabupaten Polewali Mandar, selanjutnya dihitung menggunakan ketiga
metoda diatas, maka diperoleh metode proyeksi berdasarkan yang memberikan harga standar deviasi
terkecil.
Table 5.3 Metode Proyeksi Penduduk Area Pelayanan Kabupaten Polewali Mandar
Standar Deviasi
No Kecamatan Metode yang dipilih
Arithmatik Geometrik Least Square
1 Kecamatan Balanipa
2 Kecamatan Campalagian
Berdasarkan metode terpilih diatas maka diperoleh jumlah penduduk area pelayanan Kabupaten Polewali
Mandar hingga tahun 2040 sebagai berikut:
Area Pelayanan
68,021 69,606 73,734 78,106 82,738 87,649
Kab. Polewali Mandar
Sumber: Perhitungan Konsultan
Dengan menggunakan jumlah dan laju penduduk tahun 2010 – 2018 pada masing-masing desa/kelurahan
yang menjadi area pelayanan di Kabupaten Majene, selanjutnya dihitung menggunakan ketiga metoda
diatas, maka diperoleh metode proyeksi berdasarkan yang memberikan harga standar deviasi terkecil.
Table 5.5 Metode Proyeksi Penduduk Area Pelayanan Kabupaten Polewali Mandar
Standar Deviasi
No Kecamatan Metode yang dipilih
Arithmatik Geometrik Least Square
1 Kecamatan Banggae
Berdasarkan metode terpilih diatas maka diperoleh jumlah penduduk area pelayanan Kabupaten Majene
hingga tahun 2040 sebagai berikut:
Area Pelayanan
72,699 75,827 84,100 93,072 102,820 113,432
Kab. Majene
Sumber: Perhitungan Konsultan
Penentuan jumlah sampel atau metode sampling ditentukan berdasarkan jumlah populasi dalam artian
semakin besar jumlah sampel atau semakin mendekati populasi, maka peluang kesalahan semakin kecil dan
sebaliknya.
Metode sampling yang biasa digunakan adalah Stratified Random Sampling dengan tabel Krecjie. Metode
pengambilan sampel ini dengan cara populasi disusun berdasarkan semua kelompok dilihat pada tabel
Krecjie, kemudian sampel dipilih dari masing-masing secara proposional.
Tabel Krecjie berdasarkan perhitungan ukuran sampel dengan kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh
tersebut mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap populasi. Formula yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel adalah :
𝑥 𝑁𝑃(1 − 𝑃)
𝑠=
𝑑 (𝑁 − 1) + 𝑥 𝑃(1 − 𝑃)
Dimana :
s = Jumlah sample minimal
N = Jumlah populasi/pelanggan
d² = derajad akurasi yang diproporsikan 0,05
P = proporsi populasi yang diekspresikan 0,5
x² = nilai chi-square yang diekspresikan 3,841
Dari hasil pengisian kuesioner RDS di Kabupaten Polewali Mandar diperoleh bahwa penghasilan respoden
sebagian besar ( > 55%) berada diantara Rp 600,000 – Rp 1,000,000. Untuk sumber air yang digunakan di
Kecamatan Balanipa dan Kecamatan Campalagian sebagian besar memanfaatkan mata air, sedangkan di
Kecamatan Mapili mengambil dari sungai. Sedangkan konsumsi penduduk antara 4 m3/bulan hingga 10
m3/bulan atau rata-rata 73 liter/orang/hari. Untuk kemampuan membayar antara Rp 30,000 – Rp 100,000.
Untuk keinginan berlangganan PDAM, rata-rata diatas 90 % respoden memiliki kemauan untuk
berlangganan.
Figure 5.5 Kemauan Berlanggan PDAM di Area Pelayanan Kabupaten Polewali Mandar
Dari hasil pengisian kuesioner RDS di Kabupaten Majene diperoleh bahwa penghasilan respoden sebagian
besar ( > 37%) berada diantara Rp 600,000 – Rp 1,000,000, di Kecamatan Banggae penghasilan lebih
bervaritif Untuk sumber air yang digunakan relative berimbang antara PDAM dan penggunaan sumur.
Sedangkan konsumsi penduduk antara 7 m3/bulan hingga 15 m3/bulan atau rata-rata 112 liter/orang/hari.
Untuk kemampuan membayar antara Rp 50,000 – Rp 100,000. Untuk kemauan berlanggan PDAM, seluruh
respoden menjawab memiliki keinginan untuk berlangganan PDAM.
Kondisi saat ini di area pelayanan Kabupaten Polewali Mandar, dilayani oleh IPA Summarang dengan
kapasitas terpasang sebesar 20 liter/detik. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja PDAM oleh BPKP, menunjukan
bahwa dari kapasitas terpasang tersebut, yang dapat diproduksi sebesar hanya 8 liter/detik akibat
menurunnya debit air baku.
Besarnya kebocoran pada sistem Summarang tidak diketahui, sehubungan tidak terdapat data kebocoran
pada system ini atau minimal data air terjual. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja PDAM tercatat bahwa
kebocoran pada seluruh sistem PDAM pada tahun 2018 sebesar 19.78 %, oleh karenanya untuk kebocoran di
area pelayanan Kabupaten Polewali Mandar akan digunakan sebesar 20 % sesuai dengan standard
BPPSPAM.
Pada area pelayanan di Kabupaten Majene dilayani oleh 5 (lima) unit produksi, tetapi yang berfungsi hanya 4
(empat) unit produksi yaitu IPA Abaga dan IPA Manggae yang melayani Kecamatan Banggae, serta IPA
Puawang dan IPA Galung Lombok yang melayani Kecamatan Banggae Timur. Berdasarkan data air produksi
dan air terjual tahun 2018 di sistem Kecamatan Banggae dan system Kecamatan Banggae Timur, diperoleh
kebocoran pada sistem Kecamatan Banggae sebesar 27.78 % dan di system Kecamatan Banggae Timur
sebesar 49.85%. Oleh karenanya untuk perhitungan kebutuhan air akan dilakukan penurunan kebocoran
hingga mencapai tingkat kebocoran 20 % sesuai standard BPPSPAM.
Adapun asumsi rencana penurunan kebocoran di system Kecamatan Banggae dan system Kecamatan
Banggae Timur, sebagai berikut:
Kec. Banggae Timur 49.85 % 40.85% 36.35% 22.85% 20.00% 20.00% 20.00%
Diasumsikan bahwa operasional SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene pada
tahun 2022. Dengan kapasitas terpasang eksisting pada area pelayanan sebesar 20 liter/detik, maka hingga
tahun 2021 mengoptimalkan kapasitas terpasang tersebut. Pada tahun 2030 kebutuhan diperkirakan air
minum maksimum area pelayanan sebesar 120 liter/detik dan pada tahun 2040 sebesar 150 liter/detik. Dengan
terdapatnya kapasitas eksisting 20 liter/detik, maka kebutuhan penambahan kapasitas pada tahun 2030
menjadi 100 liter/detik dan tahun 2040 sebesar 130 liter/detik.
Table 5.10 Kebutuhan Air Minum Area Pelayanan di Kabupaten Polewali Mandar
EXISTING PROJECTION
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2035 2040
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 16 21
1 Penduduk Daerah Pelayanan People 68,021 68,808 69,606 70,413 71,227 72,053 72,889 73,734 74,589 75,452 76,327 77,210 78,106 82,738 87,649
1 Balanipa Jiwa 21,131 21,361 21,596 21,831 22,071 22,313 22,557 22,803 23,054 23,306 23,561 23,818 24,079 25,425 26,848
2 Campalagian Jiwa 44,261 44,788 45,321 45,862 46,406 46,958 47,519 48,086 48,658 49,236 49,823 50,416 51,017 54,128 57,431
3 Mappili (Buku) Jiwa 2,629 2,659 2,689 2,720 2,750 2,782 2,813 2,845 2,877 2,910 2,943 2,976 3,010 3,185 3,370
2 Sambungan Rumah Unit 1,887 2,353 2,723 3,001 4,278 6,095 7,713 9,127 10,570 12,047 13,516 14,509 15,522 15,179 16,079
1 Balanipa Unit 357 455 575 697 1,410 2,138 2,642 2,914 3,191 3,474 4,265 4,565 4,871 4,831 5,101
2 Campalagian Unit 1,344 1,660 1,878 2,000 2,530 3,584 4,663 5,768 6,897 8,053 8,692 9,346 10,013 9,743 10,338
3 Mappili (Buku) Unit 186 238 270 304 338 373 408 445 482 520 559 598 638 605 640
3 Penduduk Terlayani Jiwa 9,435 10,814 12,521 13,807 19,736 28,145 35,618 42,121 48,771 55,569 62,387 66,968 71,650 75,895 80,396
1 Balanipa Jiwa 1,785 2,136 2,700 3,275 6,621 10,041 12,406 13,682 14,985 16,314 20,027 21,436 22,875 24,154 25,506
2 Campalagian Jiwa 6,720 7,614 8,611 9,172 11,602 16,435 21,384 26,447 31,628 36,927 39,858 42,854 45,915 48,715 51,688
3 Mappili (Buku) Jiwa 930 1,064 1,210 1,360 1,513 1,669 1,828 1,992 2,158 2,328 2,502 2,678 2,860 3,026 3,202
4 Cakupan Pelayanan % 13.87 15.72 17.99 19.61 27.71 39.06 48.87 57.13 65.39 73.65 81.74 86.73 91.73 91.73 91.72
5 Kebutuhan Air
1 Konsumsi Domestik
Balanipa lt/org/hari 83.61 72.89 72.89 72.89 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 90.00 95.00
Campalagian lt/org/hari 83.61 71.21 71.21 71.21 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 90.00 95.00
Mappili (Buku) lt/org/hari 83.61 74.81 74.81 74.81 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 85.00 90.00 95.00
2 Domestik lpd 9.96 9.88 11.65 13.08 24.44 35.93 45.45 52.94 60.60 68.43 78.62 84.34 90.18 101.07 112.92
3 Non Domestik lpd 1.22 1.21 1.40 1.54 2.60 3.71 4.70 5.55 6.43 7.33 8.22 8.83 9.45 10.59 11.85
4 Domestik + Non Domestik lpd 11.18 11.08 13.05 14.63 27.04 39.64 50.14 58.49 67.03 75.75 86.84 93.17 99.63 111.66 124.77
6 Kebocoran
1 Prosentase % 19.79% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
2 Volume lpd 2.55 2.55 2.95 3.26 5.50 7.85 9.93 11.75 13.60 15.50 17.40 18.68 19.98 22 25
7 Kebutuhan Air Rata-Rata (AR) lpd 13 13 15 16 28 39 50 59 68 77 87 93 100 112 125
1 Balanipa lpd 2 3 3 4 9 14 17 19 21 23 28 30 32 36 40
2 Campalagian lpd 9 9 10 11 16 23 30 37 44 51 56 60 64 72 81
3 Mappili (Buku) lpd 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5
8 Kebutuhan Air Maksimum (1.2 x AR) lpd 15 15 18 20 33 47 60 70 82 93 104 112 120 134 150
1 Balanipa lpd 3 3 4 5 11 17 21 23 25 27 34 36 38 43 48
2 Campalagian lpd 11 11 12 13 19 28 36 44 53 62 67 72 77 86 97
3 Mappili (Buku) lpd 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 6
9 Kebutuhan Air Puncak (1.5 x AR) lpd 19 19 22 24 41 59 75 88 102 116 131 140 150 168 188
1 Balanipa lpd 4 4 5 6 14 21 26 29 31 34 42 45 48 53 60
2 Campalagian lpd 14 13 15 16 24 34 45 55 66 77 83 90 96 108 121
3 Mappili (Buku) lpd 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 7 7
Diasumsikan bahwa operasional SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene pada
tahun 2022. Dengan kapasitas terpasang eksisting pada area pelayanan sebesar 85 liter/detik, maka hingga
tahun 2021 mengoptimalkan kapasitas terpasang tersebut. Pada tahun 2030 kebutuhan diperkirakan air
minum maksimum area pelayanan sebesar 202 liter/detik dan pada tahun 2040 sebesar 287 liter/detik.
Dengan terdapatnya kapasitas eksisting 85 liter/detik, maka kebutuhan penambahan kapasitas pada tahun
2030 menjadi 117 liter/detik dan tahun 2040 sebesar 202 liter/detik.
Air minum merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan
dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut
diperlukan system penyediaan air minum yang berkualitas,sehat,efesien dan efektif,terintegrasi dengan sector-
sektor lainnya terutama sector air bersih dan snaitasi sehingga masyarakat hidup dan produktif.Dalam rangka
peningkatan penyediaan air minum,maka perlu dilakukan pengengbangan air minum yang bertujuan untuk
membangun,memperluas dan meningkatkan system fisik.
Ketersediaan air pada dasarnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Sumber
air utama dalam pemenuhan kebutuhan air baku di Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene adalah
sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, dan tampungan. Penggunaan air tanah kenyataannya
sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku dan air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air
permukaan, akan tetapi keberlanjutannya perlu dijaga dengan pengambilan yang terkendali di bawah debit
aman (safe yield).
Ketersediaan air permukaan dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Lokasi ketersediaan air dapat berlaku
pada suatu titik, misalnya pada suatu lokasi pos duga air, bendung tempat pengambilan air, dan sebagainya
dimana satuan yang kerap digunakan adalah berupa nilai debit aliran dalam m3/dtk atau liter/dtk. Banyaknya
air yang tersedia dapat pula dinyatakan untuk suatu area tertentu, misalnya pada suatu daerah aliran sungai
(DAS), dimana satuan yang digunakan adalah berupa banyaknya air yang tersedia pada satu satuan waktu,
misalnya juta m3/tahun atau mm/hari.
MULAI
Perhitungan:
Karasteristik Sungai Peta Wilayah yang diamati
Luas Penampang basah (A) Metode yang digunakan
Kecapatan aliran (V) Katalog Sungai Matama
Debit sungai (Q) Peraturan Daerah
Kondisi sungai
Lurus
Posisi Sungai Ya
Tidak
SELESAI
Pengukuran Kecpatan aliran dengan Flow Probe atau Current Meter,pengukuran aliran dengan metode ini
dapat menghasilkan perkiraan kecepatan aliran yang memakai.prinsip pen mengukur kecepatan aliran tiap
kedalaman pengukuran pada titik interval tertentu ( 2 meter) dengan alat Curren Meter (Flowatch) langka
pengukuran adalah:
Pilih lokasi pengukuran pada sungai yang relative lurus dan tidak banyak pusaran air,bilah sungai relative
lebar bias dilakukan dibawah jembatan atau menggunakan perahu untuk kedalaman yang relative dalam
Bagilah penampang menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang sama interval tertentu,ukur
kecepatan aliran pada kedalaluranaman tertentu sesui dengan kedalaman sungai pada interval yang
telah dibuat sebelunnya
Hitung kecepatan aliran rata-rata setelah didapatkan luas penampang (A) dengan kecepatan (V) dapat
dihitung debit yang merupakan jumlah total debit aliran pada setiap penampang atau bias dihitung
dengan rumus
Q = A.V
Sungai Matama berada di Kabupaten Polewali Mandar dengan titik koordinat S 03°19'56.7" E 118°58'13.4"
dan elevasi 207 m memiliki DAS seluas 237 km yang berhulu di Polewali Mandar bagian utara tepatnya di
desa Tibung dan Papuring,sungai mandar ada di kecamatan Tubbi Taramanu,Air dihulunya begitu bersih dan
segar,bisa diminum langsung, karena mata airnya yang langsung keluar dari bebatuan yang dikelilingi
pepehonan yang tumbuh dengan lebatnya, Sungai Matama memilik panjang 31,597 km berada di kabupaten
Polewali Mandar yang bermuara ke sungai Mandar.pada bagian hulu sungai memiliki mutu air yang masi
baik,jernih dan asri.Mutu air inilah yang memiliki potensi air baku yang baik untuk domestik maupun
kebutuhan lainya seperti irigasi dan perikanan. Sungai Matama memilik panjang 31,597 km berada di
kabupaten Polewali Mandar.
Untuk mendapatkan hasil maksimal maka pengukuran potensi air baku sungai digunakan 2 kali dengan
interval waktu 2 minggu, pengukuran pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2019 dan pengukuran
kedua tanggal 19 oktober.Pengukuran tahap pertama menggunakan alat current meter digital.
Debit
NO Jarak (m) Interval jarak (m) dalam (m) Keepatan (m/det) luas (m2) m3/det
1 0 0 0
2 6 8 0,63 0,7 11,34 0,794
3 12 8 0,9 0,54 16,20 0,875
4 18 8 0,30 0,62 5,40 0,335
5 0 0 0
Jumlah 0,668
Dari hasil pengukuran kecepatan aliran sungai Matama section 1 tahap dan dan tahap 2 section 1 sampai
dengan sectian 3 dengan menggunakan alat curren meter setelah diadakan perhitungan didapatkan debit
rata-rata sebesar 0.819 m3/det.
Debit tersebut cukup untuk melayani kebutuhan 5 kecamatan di Kabupaten Polman dan 2 Kecamatan di
Kabupaten Majene dengan asumsi konservasi hutan yang ada dilokasi Das Matama dapat direhabilitasi
/penghijauan (penanaman pohon)
Untuk mencapai lokasi sungai Masuni dapat dtempuh dengan kenderaan roda 4 dan roda 2 dari jalan poros
Polewali mandar (Kota Wonomulyo) menuju kecamatan bulo sepanjang 25 km melalui jalan kabupaten (jalan
antar kecamatan).Dari perbatasan desa Ihing dan desa Bulo belok ke kiri sejauh lebih kurang 6 km
menggunakan jalan desa menuju desa lenggo dengan kondisi berupa jalan desa perkerasan semen,perkerasan
batu dan jalan tanpa perekerasan (tanah)sampai di jembatan gantung BM-0, sungai Masuni terletak berada
dikoordinat S 03 ° 15' 13.5",E 119°08'49.1".
Dari hasil Pengukuran kecepatan aliran sungai Masunni dengan menggunakan alat curren meter konvensional
setelah diadakan perhitungan maka debit pengukuraan sesaat adalah: 10.721 m3/det (Table 6.5).
Sungai Maloso merupakan sungai yang terbesar dengan luas 99.299,51 hektar S = 03 ° 20' 39.58" E =
119°07'59.02" dan elevasi 24 m MDPL. Selain sungai Mandar, terdapat sungai yang juga tergolong besar dan
panjang. Jika sungai Mandar mengalir dari hulu Ulumanda Kabupaten Majene maka Sungai Mapilli/Maloso
justru mengalir dari Masunni Kecamatan Bulo/Matangnga ke Desa Buku Kec. Mapilli Kabupaten Polewali
Mandar. Masunni sendiri hanya sebatas titik pertemuan antara sungai atau Lembang Mapi yang hulunya dari
lereng gunung Aralle, Tabulahan dan Mambi dengan aliran sungai Lili yang merupakan aliran dari dari
Sumarorong dan Tondok Kalua dan lereng gunung dipelosok Tapango Anreapi. Hal ini pula yang melatari
sehingga dinamakan Maloso Mapilli yang tak lain adalah gabungan Mapi dengan Lilli sehungga disebut
Mapilli. Sungai Mapilli atau Maloso Mapilli ini juga mempunyai fungsi yang amat strategis karena Daerah
Aliran Sungai (DAS) ini cukup luas dan panjang.
Disamping itu, pasokan airnya menjadi sumber pengairan bagi ratusan ribu areal pesawahan di Kabupaten
Polewali Mandar. Bendungan Sekka-Sekka adalah satu-satunya bendungan terbesar di Sulbar yang air nya
dikonsentrasi ke Maloso kiri dan Maloso Kanan.
Kondisi sungai Mapilli dengan sungai Mandar secara kualitas air masih cenderung sama. Yang berbeda adalah
masalah penanganannya. Jika sungai Mandar punya masalah sampah yang indikator tingkat pencemaran air
termasuk tinggi akibat akumulasi limbah yang berasal dari hulu maupun tingkat intensitas aktivitas perkotaan.
Aktivitas masyarakat yang tidak memperhatikan faktor lingkungan menjadi masalah bagi sungai Mandar.
Sementara di sungai Mapilli, penurunan kualitas air tidak terlalu memprihatinkan, termasuk masalah sampah
juga bukan masalah serius di sungai Mapilli. Masalah seriusnya adalah keamanan sungai Mapilli dari
masyarakat yang berdiam di DAS Maloso.
Keepatan
NO Jarak (m) lebar (m) kedalama (m) Dalam klincir Jml Putaran Waktu (dt) Pada titik Rata-rata Dikoreksi Luas (m2) Debit(m3/det)
A. SECTION 1
1 0 MA (Kanan)
2 3 3 0,24 0,6 11 50 0,110 0,930 0,102
3 6 3 2,00 0,2 158 50 1,558
1,078 6,000 6,468
0,8 60 50 0,597
4 9 3 3,10 0,2 64 50 0,636
0,666 9,300 6,194
0,8 70 50 0,695
5 12 3 3,00 0,2 89 50 0,881
0,911 9,000 8,199
0,8 95 50 0,940
6 15 3 1,20 0,2 18 50 0,174
0,523 3,600 1,883
0,8 88 50 0,871
7 18 3 0,20 0,6 8 50 0,083 0,600 0,050
8 21 3 1,90 0,2 48 50 0,478
0,358 5,700 2,041
0,8 25 50 0,237
9 24 3 1,90 0,2 63 50 0,626
0,489 5,700 2,787
0,8 35 50 0,351
10 27 3 1,80 0,2 56 50 0,557
0,440 5,400 2,376
0,8 32 50 0,322
11 30 3 1,20 0,2 50 50 0,499 0,435 3,600 1,566
0,8 32 50 0,371
12 33 3 0,80 0,2 1 50 0,101
0,056 2,400 0,134
0,8 0 50 0,011
13 36 3
14 39 3
15 42 3
16 45 3
DELTA
17 48 3
18 51 3
19 54 3
20 57 3
21 60 0 0
Jumlah 52,230 31,8002
Keepatan
NO Jarak (m) lebar (m) kedalama (m) Dalam klincir Jml Putaran Waktu (dt) Pada titik Rata-rata Dikoreksi Luas (m2) Debit(m3/det)
B.SECTION 2
1 0 MA (Kanan)
2 3
3 6
4 9 DELTA
5 12
6 15
7 18 3 1,8 0,2 31 50 0,312
0,298 5,400 1,609
0,8 28 50 0,283
8 21 3 2,8 0,2 33 50 0,332
0,322 8,700 2,801
0,8 31 50 0,312
9 24 3 2,7 0,2 39 50 0,391
0,314 8,100 2,543
0,8 25 50 0,237
10 27 3 3,2 0,2 37 50 0,371
0,317 9,600 3,043
0,8 26 50 0,263
11 30 3 3,0 0,2 56 50 0,557
0,435 9,000 3,915
0,8 31 50 0,312
12 33 3 3,1 0,2 58 50 0,577
0,389 9,300 3,618
0,8 21 50 0,201
13 36 3 3,2 0,2 53 50 0,528
0,378 9,600 3,629
0,8 24 50 0,228
14 39 3 3 0,2 58 50 0,577
0,435 9,000 3,915
0,8 29 50 0,292
15 42 3 2,6 0,2 65 50 0,646
0,622 7,800 4,852
0,8 60 50 0,597
16 45 3 2,2 0,2 123 50 1,215
0,911 6,600 6,013
0,8 61 50 0,606
18 48 3 2,7 0,2 111 50 1,097 0,798 8,100 6,464
0,8 50 50 0,499
19 51 3 1,2 0,2 17 50 0,165
0,183 3,600 0,659
0,8 21 50 0,201
20 54 3 0,53 0,2 0,2 50 0,011
0,02 1,590 0,032
0,8 0,8 50 0,029
21 16 0 MA (Kiri)
Jumlah 96,390 43,092
Dari hasil pengukuran kecepatan aliran sungai Malosa dibagi atas section 1 dan section 2 pengukuran debit
sungai dilaksanakan pada puncak kemarau dengan menggunakan Curren Meter adalah section 1 sebesar
31.800 m3/dt dan section 2 sebesar 37.446 m3/det dengan posisi pada elevasi 27 m MDPL hasil pengukran
mendekati data AWLR yang terpasang.Debit sungai Maloso tidak berpotensi sebagai air baku SPAM Regiaonal
Polaman dan Majene. Karena membutuhkan pompa air untuk didistribusikan ke elevasinya lebih tinggi
kemudian alirkan ke daerah pelayanan hal ini memerlukan biaya O&M lebih tingggi dan peruntukan untuk
persawahan dan tambak bagi masyarakat Polman.
Sungai Mombi terletak di wilayah Administrasi Kabupaten Polewali Mandar Koordinat: S = 03 ° 26' 11.5",E =
118°57'23.3" dengan Elevasi 35 MDPL.
Keepatan
NO Jarak (m) lebar (m) kedalama (m) Dalamnya klincir Jml Putaran Waktu (dt) Pada titik Rata-rata Dikoreksi Luas (m2) Debit(m3/det)
A. SECTION 1
1 0 MA (Kanan)
2 2 2 0,29 0,6 0 50 0,011 0,580 0,006
3 4 2 0,3 0,6 43 50 0,43 0,600 0,258
4 6 2 0,41 0,6 46 50 0,459 0,820 0,376
5 8 2 0,4 0,6 65 50 0,646 0,800 0,517
6 10 2 0,42 0,6 50 50 0,499 0,840 0,419
7 12 2 0,4 0,6 58 50 0,577 0,800 0,462
8 14 2 0,41 0,6 60 50 0,597 0,820 0,490
10 16 2 0,41 0,6 18 50 0,174 0,820 0,143
11 18 2 0,2 0,6 0 50 0,011 0,400 0,004
12 20 0 MA (Kiri)
Jumlah 6,480 2,675
Keepatan
NO Jarak (m) lebar (m) kedalama (m) Dalamnya klincir Jml Putaran Waktu (dt) Pada titik Rata-rata Dikoreksi Luas (m2) Debit(m3/det)
B.SECTION 2
1 0 MA (Kanan)
2 2 2 0,3 0,6 81 50 0,803 0,600 0,482
3 4 2 0,4 0,6 102 50 1,009 0,800 0,807
4 6 2 0,51 0,6 119 50 1,175 1,020 1,199
5 8 2 0,36 0,6 95 50 0,940 0,720 0,677
6 10 2 0,29 0,6 64 50 0,634 0,580 0,368
7 12 2 0,16 0,6 3 50 0,038 0,320 0,012
8 14 2 0,06 0,6 39 50 0,011 0,120 0,001
9 16 0 MA (Kiri)
Jumlah 4,160 3,546
Dari hasil pengukuran kecepatan aliran sungai Malosa dibagi atas section 1 dan section 2 pengukuran debit
sungai dilaksanakan pada puncak kemarau dengan menggunakan Curren Meter adalah section 1 sebesar
2,675 m3/dt dan section 2 sebesar 3.456 m3/det dengan posisi pada elevasi 35 m MDPL ,Potensi air disungai
sungai Mombi direncanakan untuk irigasi ,tambak dan direncakan oleh BWS Sulawesi 3 untuk membangun
bendung.
Neraca air merupakan alat untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Secara garis
besar neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran ke dalam (In flow) dan aliran ke luar
(out flow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air. Neraca air juga dapat
didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air dari tanaman
beserta tanah melalui proses evapotranspirasi.
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des CH Tahunan
2003 120 144 112 98 115 37 32 52 134 182 179 231 1436
2004 188 128 166 243 136 43 22 21 48 13 139 202 1349
2005 33 133 197 107 80 69 241 47 93 477 349 256 2082
2006 136 106 85 131 131 238 124 0 9 37 155 187 1339
2007 58 110 94 541 429 305 37 26 177 77 233 274 2361
2008 74 122 131 140 242 211 37 44 181 192 171 266 1811
2009 179 109 88 363 274 99 229 27 144 197 273 13 2047
2010 204 397 159 148 356 606 260 187 305 79 209 0 2985
2011 33 40 154 189 193 35 19 52 56 192 279 304 1597
2012 99 252 194 222 186 115 158 42 105 196 202 290 2119
2013 112 178 136 222 234 119 258 79 162 195 177 215 2141
2014 167 21 86 176 218 191 78 30 50 40 183 243 1529
2015 103 116 173 265 85 201 0 24 1 40 218 184 1464
2016 227 218 244 329 250 161 74 88 127 262 167 117 2318
Rata-rata 124 148 144 227 209 174 112 51 114 156 210 199 1903
Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan ketersediaan air di suatu wilayah sungai, secara spasial dan
waktu. Analisis ini pada dasarnya terdiri atas langkah-langkah: (1) analisis data debit aliran, (2) analisis data
hujan dan iklim, (3) pengisian data debit yang kosong, (4) memperpanjang data debit runtut waktu, dan (5)
analisis frekuensi debit aliran rendah
b. Data Klimatologi
Data klimatologi stasion meteorologi disekitar lokasi proyek yang digunakan adalah Dtasion Meteorologi
Majene yang pengelolaannya dibawah pengawasan BMMG.data iklim yang diperlukan untuk perhitungan
meliputi data temperature udara,kecepatan angin,kelembaban relative dan kecerahan matahari,data
klimatologi stasion dapat dilihat di table.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses penguapan dari permukaan tanah bebas (evaporasi) dan
penguapan yang berasal dari tanaman (transpirasi). Besarnya nillai evaporasi dipengaruhi oleh iklim,
sedangkan untuk transpirasi dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman, serta umur tanaman.
Evapotranspirasi Potensial (ETo) dihitung dengan menggunakan 4 unsur klimatologi (suhu, kecepatan angin,
kelembaban nisbi dan lama penyinaran matahari). Evapotranspiras Potensial dihitung dengan menggunakan
metode Penman Modifikasi secara bulanan, mengikuti metode yang direkomendasikan oleh NEDECO /
PROSIDA seperti diuraikan di dalam PSA-010: Crop Water Requirement, Bina Program, Dirjen Pengairan, 1985.
Adapun persamaan perhitungan Penman Modifikasi adalah sebagai berikut :
Etp = 8/(8 + c) * [1/58 (1 -r) R] – 8/ (8 + c) [1/58*117 * 10-9 [t (a) +273)4 [0.56-0.092 (e)25)]*[0.10+0.90*n/N] +
c/(8+c)*[0.35*[1+0.54 u] [e(s) - e (a)]]
dimana :
Etp = evapotranspirasi potensial (mm / hari)
8 = slope vapour pressure pada t°C
= C * ((v*t(a))+w)
c = physical coefficient, c = 0,485
V, W = koefisien kurva tekanan uap air
r = reflection coefficient, r 0,20
R = radiasi matahari
= R(top) * ((a + b*(n/N))
R(top)= radiasi matahari pada lapisan atmosfer teratas
a, b = koeflsien radiasi matahari
N = lamanya penyinaran matahari dalam sehari maksimum
t(a) = temperatur rata-rata (°C)
e(s) = tekanan uap air jenuh (mmHg)
= p * e^(1/q)
p, q = koefisien lurva tekarnan uap air (Tabel 5.1)
e(a) = tekanan uap air jenuh pada titik embun (mmHg)
= e(s) * RH
RH = kelembaban udara relatif (%)
Analisis perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan diatas seperti ditunjukkan pada Tabel 6.12,
sedangkan tinggi besarnya evapotranspirasi potensial harian tiap-tiap bulan dapat dilihat pada Gambar 6.16.
Untuk mendapatakan hasil yang memiliki akurasi tinggi,dibutuhkan ketersediaan data yang secara kualitas
dan kuantitas cukup memdai, dalam hal analissi hidrologi di sungai Matama digunakan data cura hujan yang
terdekat dengan lokasi DAS yaitu dari BMKG Majene.
Untuk menetukan besarnya dedbit andalan dari suatu sungai selain diperlukan data hujan dan krimatologi
juga perlu diketahui luas DAS dari sungai yang akan dihitung debit andalan, dibagi berdasrakan pola aliran
permukaan menuju salurannya.
Ketersediaan debit di surgai dilakukan melalui analisis debit aliran rendah dengan menggunakan rainfall-
runoff dengan metode F.J Mock ini mengasumsikan bahwa hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai
sebagaian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung dapat menjadi limpasan permukaan
(direct run off) dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Infiltrasi ini pertama-tama akan
menjenuhkan top-soil dulu baru kemudian menjadi perkolasi ke tampungan air tanah yang nntinya akan keluar
ke sungai sebagal base flow. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara hujan yang jatuh dengan
evapotranspirasi, direct run off dan infiltrasi sebagai soil moisture dan ground water discharge. Aliran di dalam
sungai adalah jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah dan aliran dasar (base flow).
Keuntungan metode FJ Mock menurut Habibi (2010) adalah hasil analisisnya yang lebih akurat karena lebih
banyak mempertimbangkan kondisi alam yang mempengaruhi ketersediaan air.
Metode F.J Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran permukaan yang terjadi di sungai,
yaitu neraca air di atas permukaan tanah dan neraca air bawah tanah yang semua berdasarkan hujan, iklim
dan kondisi tanah.
Persamaan untuk menghitung aliran permukaan Metode F.J Mock terdiri dari:
a. Hujan netto
R net = (R - Eta)
dimana:
Eta = Etp - E
E = Etp. Nd/30.m
Nd = 27 - 3/2. Nr
d. Aliran Permukaan
RO = BF + DRO
Dalam satuan debit
Q = 0,0116. RO. A/H
dimana :
BF = I – dvt
DRO = WS - I
Koefisien infiltrasi (I) ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Besarnya
koefislen infiltrasi lebih kecil dari 1. Sebagai pendekatan dalam perhitungan debit bulanan digunakan koefisien
infiltrasi sebesar 0,65.
Data faktor resesi aliran tanah (k)
Besarnya faktor resesi k lebih kecil dari 1, pada umumnya 0,4-0,7 yang dalam perhitungan akan digunakan
pendekatan sebesar 0,70
Dalam studi ini pemodelan debit sungai akan dilakukan untuk periode bulanan, jadi dalam 1 (satu) bulan ada
1 debit. Sedangkan data hujan yang dipergunakan adalah curah hujan bulanan dari Stasiun Balai Benih yang
dibutuhkan di Kabupaten Polewali Mandar.
Perhitungan lengkap debit aliran rendah dapat dilihat pada Laporan Penunjang Hidrologi.
Perhitungan besarnya debit andalan dilakukan dengan cara plotting position, yaitu dilakukan dengan cara
mengurutkan data dari besar ke kecil, dengan urutan nomor 1 hingga dengan N. Selanjutnya masing-masing
urutan diberi nilai kemungkinan terlampaui (probability of exceedance).
Table 6.14 Debit Andalan Bulanan Sungai Matama di Bendung Matama (m3/dtk)
No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des
1 2003 0,39 0,95 0,43 0,29 0,37 0,21 0,14 0,1 0,07 0,1 0,96 1,78
2 2004 1,67 1,36 1,08 1,92 0,9 0,65 0,44 0,31 0,22 0,15 0,11 0,47
3 2005 0,20 0,16 1,22 0,67 0,4 0,29 1,57 0,65 0,47 4,39 4,72 4,00
4 2006 2,56 1,98 1,24 0,9 0,61 0,97 0,64 0,4 0,29 0,19 0,14 0,52
5 2007 0,22 0,17 0,11 5,26 5,7 5,18 2,76 1,93 1,4 0,95 1,7 2,79
6 2008 1,31 1,01 0,64 0,46 0,6 1,14 0,52 0,37 0,27 0,95 1,29 2,45
7 2009 2,12 1,62 0,92 3,68 3,53 1,95 2,92 1,51 1,2 1,94 3,03 1,41
8 2010 1,01 4,5 2,07 1,57 3,55 7,19 4,56 3,47 4,69 2,4 2,74 1,54
9 2011 1,08 0,83 0,53 0,81 1,46 0,7 0,47 0,33 0,24 0,16 2,03 2,99
10 2012 1,36 2,84 1,82 2,06 1,61 0,99 0,87 0,54 0,39 0,64 1,47 2,75
11 2013 1,41 2,18 1,5 2,35 2,61 1,65 2,79 1,38 1,71 2,01 1,95 2,28
12 2014 1,80 1,13 0,74 0,54 0,4 0,89 0,41 0,29 0,21 0,14 0,1 1,37
13 2015 0,59 0,83 1,19 2,51 1,09 1,83 0,91 0,63 0,46 0,31 0,34 1,06
14 2016 1,79 2,38 2,15 3,39 2,73 1,84 1,17 0,82 0,59 1,56 1,44 0,89
Debit (m3/detik)
No Probabilitas P (%)
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sep Okt Nop Des
1 1 2,5 4,3 2,1 5,1 5,4 6,9 4,3 3,3 4,3 4,1 4,5 3,9
2 5 2,3 3,4 2,1 4,2 4,3 5,9 3,5 2,5 2,8 3,1 3,6 3,3
3 10 2,0 2,7 2,0 3,6 3,5 4,2 2,9 1,8 1,6 2,3 2,9 2,9
4 15 1,8 2,4 1,8 3,4 3,5 2,1 2,8 1,4 1,3 2,0 2,3 2,8
5 20 1,8 2,3 1,6 2,9 3,0 1,9 2,8 1,4 1,3 2,0 2,3 2,8
6 25 1,8 2,1 1,4 2,5 2,7 1,8 2,5 1,2 1,0 1,8 2,0 2,7
7 30 1,7 2,0 1,3 2,4 2,6 1,8 1,7 0,9 0,7 1,6 2,0 2,5
8 35 1,5 1,8 1,2 2,2 2,1 1,7 1,3 0,7 0,5 1,2 1,8 2,4
9 40 1,4 1,6 1,2 2,0 1,6 1,5 1,1 0,6 0,5 1,0 1,7 2,2
10 45 1,4 1,4 1,2 1,9 1,5 1,2 0,9 0,6 0,5 0,9 1,5 1,9
11 50 1,3 1,2 1,1 1,7 1,3 1,1 0,9 0,6 0,4 0,8 1,5 1,7
12 55 1,3 1,1 1,1 1,5 1,1 1,0 0,8 0,5 0,4 0,6 1,4 1,5
13 60 1,1 1,0 1,0 1,0 0,9 1,0 0,7 0,4 0,3 0,4 1,3 1,4
14 65 1,0 1,0 0,8 0,9 0,8 0,9 0,6 0,4 0,3 0,3 1,1 1,4
15 70 1,0 0,9 0,7 0,8 0,7 0,9 0,5 0,4 0,3 0,2 0,9 1,3
16 75 0,7 0,9 0,7 0,7 0,6 0,7 0,5 0,3 0,2 0,2 0,5 1,1
17 80 0,5 0,8 0,6 0,6 0,5 0,7 0,5 0,3 0,2 0,2 0,3 1,0
18 85 0,4 0,8 0,5 0,5 0,4 0,6 0,4 0,3 0,2 0,2 0,1 0,9
19 90 0,30 0,40 0,50 0,50 0,40 0,40 0,40 0,30 0,20 0,10 0,10 0,60
20 95 0,2 0,2 0,3 0,4 0,4 0,3 0,3 0,2 0,2 0,1 0,1 0,5
21 100 0,2 0,2 0,1 0,3 0,4 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,5
Probabilitas Debit
Keandalan (%) m3/dt
0.1 6,94
1 5,41
2 5,03
5 4,26
10 2,94
15 2,61
20 2,17
25 1,95
30 1,79
35 1,57
40 1,42
45 1,28
50 1,08
55 0,95
60 0,88
65 0,66
70 0,59
75 0,47
80 0,4
85 0,31
90 0,22
98 0,10
99 0,10
100 0,07
Dari hasil plotting position akan diperoleh kurva durasi aliran (Flow Duration Curve, FDC) untuk DAS Bendung
Matama seperti yang ditujunjukkan pada Gambar 6.18.
Dari hasil pemodelan rainfall-runoff dan plotting position tahunan (basic year), maka diperoleh debit andalan
periode bulanan untuk DAS Bendung Matama seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.14, Tabel 6.15Dari grafik,
Data curah hujan yang dipergunakan untuk analisis hidrologi ini adalah data curah hujan Stasiun Balai Benih
periode dan Stasiun Majene, dimana lamanya periode pencatatan data yang tersedia adalah selama 10 tahun
(2006-2018) untuk Stasiun BPP Tonyaman /Polman.
Data curah hujan bulanan stasiun maksimum dari Stasiun BPP Tonyaman Polman dapat dilihat pada Tabel
6.17
N0 Tahun Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des CH.Tahunan
1 2009 179 109 88 363 363 99 260 27 144 197 209 13 2051
2 2010 204 397 155 148 148 606 19 187 305 79 279 0 2527
3 2011 161 70 177 190 202 15 9 33 43 244 320 269 1733
4 2012 120 382 146 222 116 79 169 50 167 156 199 566 2372
5 2013 123 272 256 261 284 180 246 120 144 144 200 298 2528
6 2014 201 25 167 221 272 186 77 6 60 57 223 161 1656
7 2015 75 110 251 269 52 161 1 19 6 62 462 156 1624
8 2016 361 316 228 358 277 184 78 172 153 295 110 102 2634
9 2017 137 96 149 182 354 122 170 44 95 319 356 216 2240
10 2018 132 183 231 248 73 252 92 16 107 347 434 173 2288
Rata-rata 146 162 178 217 181 131 94 51 86 180 256 216 1897
No Tahun Jan Feb Mrc Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jml
1 2009 12 15 11 13 4 8 13 14 10 12 10 6 128
2 2010 10 10 10 10 10 5 10 10 8 8 9 0 100
3 2011 25 13 20 19 14 0 5 11 21 22 23 173
4 2012 15 19 22 24 14 11 9 5 17 22 22 24 204
5 2013 15 19 15 16 22 16 23 10 12 12 22 182
6 2014 22 4 20 23 27 19 14 7 5 7 20 24 192
7 2015 19 18 22 27 15 22 5 7 2 9 26 21 193
8 2016 20 21 28 28 29 23 13 13 20 27 21 23 266
9 2017 21 20 18 22 27 25 11 13 11 28 26 22 244
10 2018 20 21 23 21 17 19 12 10 14 21 24 16 218
Jumlah 17 15 19 20 18 15 10 7 10 16 20 17 186
b. Data Klimatologi
Data klimatologi stasion meteorologi disekitar lokasi proyek yang digunakan adalah Dtasion Meteorologi
Majene yang pengelolaannya dibawah pengawasan BMMG.data iklim yang diperlukan untuk perhitungan
meliputi data temperature udara,kecepatan angin,kelembaban relative dan kecerahan matahari,data
klimatologi stasion dapat dilihat di table 6.6.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses penguapan dari permukaan tanah bebas (evaporasi) dan
penguapan yang berasal dari tanaman (transpirasi). Besarnya nillai evaporasi dipengaruhi oleh iklim,
sedangkan untuk transpirasi dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman, serta umur tanaman.
Evapotranspirasi Potensial (ETo) dihitung dengan menggunakan 4 unsur klimatologi (suhu, kecepatan angin,
kelembaban nisbi dan lama penyinaran matahari). Evapotranspiras Potensial dihitung dengan menggunakan
metode Penman Modifikasi secara bulanan, mengikuti metode yang direkomendasikan oleh NEDECO /
PROSIDA seperti diuraikan di dalam PSA-010: Crop Water Requirement, Bina Program, Dirjen Pengairan, 1985.
Analisis perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan methode yang sama dengan perhitungan
sungai Masuni maka didapatkan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 6.19.
WS = (P - Ea) + SS
Infiltrasi (i) = WS x if
Zona tampungan air tanah (groundwater storage, disingkat GS) dirumuskan sebagai berikut : GS=
{0,5x(1+K)xi}+{KxGSom}
Perubahan groundwater storage (AGS) adalah selisih antara groundwater storage bulan yang ditinjau
dengan groundwater storage bulan sebelumnya. Pernitungan Base flow dihitung dalam bentuk
persamaan :
BF = i - ∆GS
Direct run off dihitung dengan persamaan:
DRO = WS - i
Setelah base flow dan direct run off, komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off. Mock
menetapkan bahwa :
a. Jika presipitasi (P) > maksimam sail maisture capacity maka nilai storm run off = 0
b. Jika P < maksimum soil muisture capacity maka storm run off adalah jumlah curah hujan dalam
satu bulan yang bersangkutan dikali percentage factor, atau :
SRO = P x PF
Total run off (TRO) merupakan komponen-komponen pembentuk debit sungai (sireum fluw) adalah
jumlah antara base fluw, direct run off dan storm run off, atau:
No Data Unit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
A Data Metodologi
1 Curah Hujan P(mm) 179 109 88 363 274 99 229 27 144 197 273 13
2 Hari Hujan n(hr) 12 15 11 13 4 8 13 14 10 12 10 6
3 Jumlah Hari H (hr) 31 28 31 30 31 30 30 31 30 31 30 31
4 Temperatur T,C° 27,5 27,6 27,8 27,8 27,8 27,3 27,2 27,2 27,8 27,2 27,2 27,2
5 Penyinaran Matahari s,% 4,5 5,6 5,3 5,8 6,1 5,3 5,8 6,7 6,6 6,8 6 4,7
6 Kelembaban Relatif h,hr 79,9 80 79,8 80 80,5 79,5 79,9 75,9 74,1 75,6 78,9 78,8
7 Kecepatan angin w,m/s 0,9 1 0,9 1 1,1 1,6 1,9 2,2 1,7 1,2 0,8 0,9
B Evapotransfirasi Potensial
8 Radiasi Matahari R, mm/hr 15,4 15,5 15,2 12,2 15,9 12,2 12,4 13,4 14,5 15,2 15,3 15,2
9 A (slope Vapour presure curve pada temperatur rata2 ) mm hg/°F 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
10 B (radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata) mm H2O/hr 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33 16,33
11 ea (Tekanan uap air jenuh) mm hg 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98 25,98
12 ed= h xea mm hg 20,76 20,78 20,73 20,78 20,91 20,65 20,76 19,72 19,25 19,64 20,50 20,47
13 F1=Ax(0.18+0.55xS))/(A+0.27 T,S 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
14 F2=AxB(0.56-(0.092x^0.5))/(A+0.27) T,H 1,75 1,74 1,75 1,74 1,73 1,76 1,75 1,88 1,94 1,89 1,78 1,78
15 F3 = (0.27)(0.35)ea-ed)/(A+0.27) T,h 0,44 0,44 0,44 0,44 0,43 0,45 0,44 0,53 0,57 0,53 0,46 0,46
16 Kofisien refleksi r 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
17 E1=F1x(1-r)*R 1,89 1,91 1,87 1,50 1,95 1,50 1,52 1,65 1,78 1,87 1,88 1,87
18 E2=F2x(0.1+(0.9*S)) 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,18 0,17 0,19 0,19 0,19 0,18 0,18
19 E3=F3x(k+0.01w) k =100 0,44 0,44 0,45 0,44 0,43 0,46 0,45 0,54 0,58 0,54 0,47 0,47
20 Ep= E1-E2+E3 mm/hari 2,16 2,17 2,14 1,77 2,21 1,78 1,80 2,00 2,17 2,22 2,17 2,16
21 Epm =HrxEp mm/bln 67,07 60,88 66,36 53,06 68,65 53,42 53,97 61,99 64,99 68,86 65,08 66,95
Probabilitas Debit
Keandalan (%) m3/dt
10 47,26
20 33,25
30 31,70
40 26,65
50 23,19
60 19,30
70 14,82
80 10,88
90 7,98
100 3,56
Dari hasil pemodelan rainfall-runoff dan plotting position tahunan (basic year), maka diperoleh debit andalan
periode bulanan untuk DAS Bendung Matama seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.22, Tabel 6.23
Dari grafik, FDC dapat diketahui besarnya debit dengan keandalan 90% adalah sebesar 7.98 m3/dtk, potensi
debit andalan sungai Masuni sebagai alternatif pengembangan SPAM Regional Polman dan Majene kedepan.
Dampak kekeringan dan banjir kini dirasakan semakin besar dan risiko pertanian semakin meningkat dan sulit
diprediksi. Sementara itu, tekanan penduduk yang luar biasa menyebabkan kerusakan hutan dan daur
hidrologi tidak terelakkan lagi. Indikatornya, debit sungai merosot tajam di musim kemarau, sementara di
musim penghujan debit air meningkat tajam. Hal ini juga terjadi pada embung Matama kabupaten Polewali
Mandar Provinsi Sulawesi Barat.
Mengidentifikasi potensi air baku di Sungai Matama tidak terlepas dari ketersediaan data debit yang bisa
diambil dari tinggi air di mercu embung Sungai Matama. Tetapi karena embung tersebut baru berfungsi pada
tahun 2015, maka data pengamatan debit belum tersedia. Pengamatan tinggi air di embung akan diambil
secara langsung pada saat survey hidrometri.
Dari hasil pengamatan langsung ke lokasi embung Matama oleh Tim dari PPC Spam Regional Polman Majene,
kondisi eksisting.
Dari hasil pengamatan langsung ke lokasi embung Matama oleh Tim dari PPC Spam Regional Polman Majene,
kondisi eksisting.
1. Terjadinya endapan lumpur lebih dari 1 meter;
2. Kondisi pipa yang terhambat sedimen;
3. Tidak Nampak kantong lumpur;
4. Pada saat musim hujan tertutup tanah;
Dengan kondisi seperti diatas direkomendasikan agar embung Matama direkonstruksi total atau dibangun
baru karena akan digunakan oleh SPAM Regional dan IKK Alu,Agar embung Matama berfungsi dengan baik
maka ada beberapa persyaratan pada saat pembuatan DED :
a. Berdasarkan fungsi embung seperti tersebut diatas, maka kolam embung akan menyimpan air di
musim hujan dan kemudian air dimanfaatkan bagi kebutuhan air baku selama musim kemarau.
Sehingga setiap akhir musim hujan maka kolam embung dapat mulai dimanfaatkan.
b. Untuk mencegah terjadinya limpasan diatas puncak tubuh embung, maka dalam mendesain ketinggian
puncak tubuh embung, tinggi jagaan harus didesain memenuhi standar sesudah terjadinya penurunan.
Tinggi jagaan tubuh embung harus cukup untuk menahan limpasan air banjir akibat gelombang.
c. Untuk merencanakan embung dibutuhkan data: a) Desk Study, Mengamati peta topografi dan foto
udara untuk memperkirakan calon lokasi, b) Field Study,mendatangi lokasi yg direkomendasi,hal yang
harus diperhatikan adalah keadaan geologi permukaan,keadaan topografi, keadaan vegetasi,dan jalan
darurat menuju lokasi, c) Penyelidikaan tanah, terdiri atas kegiatan lapangan dan
laboratorium.Kegiatan dilapangan meliputi test pit (sumur Uji) dan Pengambilan contoh untuk
penyelidikan laboratorium diantaranya grain size analisis,berat jenis,,sudut geser,angka kohesi, kadar
air,tujuannya adalah untuk mendapatkan bahan tubuh embung yaitu tanah lempung yang dapat
menahan air (impermeable),cukup kaku dan sifatnya terpengaruh oleh air, pemeriksaan parameter
tanah juga di lakukan dilokasi as embung yaitu untuk menngetahui daya dukung tanahnya, d)
Pengukuran situasi, biasanya digunanakan alat theodolit (Total station-TS ) dan penggabaran peta
Terdapat 2 persyaratan yang harus dipenuhi dalam merancang pondasi,yaitu: 1. Faktor aman terhadap
keruntuhan akibat terlampauinya kapasitas dukung tanah yang harus dipenuhi. 2. Penurunan pondasi harus
masih dalam batas-batas toleransi. Untuk menghitung stabilitas bendung terdapat beberapa persamaan
kapasitas dukung tanah yang dapat digunakan, seperti persamaan-persamaan kapsitas dukung Terzagi,
Meyerhof dan Hansen.
Dalam pengembangan SPAM regional, dimulai dari pemilihan sumber-sumber air baku; pemilihan jalur
transmisi; lokasi dan sistem produksi/ pengolahan; sistem dan jalur distribusi; sistem Offtake dan koneksi ke
eksisting dan sistem pelayanannya ke pelanggan eksisting maupun pelanggan baru baik untuk Kabupaten
Polewali Mandar maupun Kabupaten Majene.
SPAM Regional secara garis besar, dibagi dalam dua tahap, dimana besar kapasitasnya berasal dari hasil
perhitungan dan prediksi kebutuhan air diwilayah pelayanan yang telah direncanakan. Besarnya kapasitas
tahap I adalah 150 lt/det yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Matama, dan untuk tahap II dengan
kapasitas 150 lt/det yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Masuni.
Untuk Rencana Tahap I, air baku yang memanfaatkan Sungai Matama sebagai sumbernya akan dialirkan dari
intake menuju IPA SPAM Regional yang berlokasi di desa …………, Kecamatan Alu. Setelah melalui reservoir
air terolah dari IPA SPAM Regional, kemudian melalui pipa transmisi (Jaringan Distribusi Utama) air dialirkan
menuju lokasi offtake, yakni di desa Palipi untuk Kabupaten Polewali Mandar, dan desa Parang-parang untuk
Kabupaten Majene.
Figure 7.2 Alternatif I, Jalur pipa JDU dari IPA ke offtake Palipi
Figure 7.4 alternative II, Jalur pipa JDU dari IPA ke offtake Parang2
Perbedaan2 dari ketiga alternative diatas, dapat dilihat pada uraian tabel 7.1. dibawah ini
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan panjang pipa yang menjadi penyebab berbedanya biaya pengadaan
dan pemasangan pipa. Dengan demikian alternative yang dipilih adalah alternative III.
Adapun pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pipa JDU ini adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan dan pemasangan pipa air bersih Pipa HDPE PE 100 SDR 21 atau PN 8 dengan diameter 500
mm dari IPA hingga titik persimpangan, sepanjang 12.100 m
2. ke lokasi offtake Parang-parang dengan total panjang : 18.700 meter.
3. Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 500 mm dari titik persimpangan ke offtake Pallipi
sepanjang 8,8 km
Secara Umum berbagai sumber air baku dapat berasal dari Air Laut, Air darat berupa Air Sungai, Air
Danau/Waduk, Air Hujan, Mata Air, Sumur Dalam dan Sumur Dangkal. Untuk pelayanan air minum publik
dengan berbagai pertimbangan dengan memperhatikan biaya dan kapasitas serta jumlah kebutuhannya, air
tawar dari daratan masih menjadi perhatian utama.
Dengan memperhatikan data eksisting dan hasil inverstigasi lapangan oleh Tim Konsultan, diperoleh beberapa
alternative sumber air baku, antara lain Sungai Matama, sungai Masumi, sungai Mombi, sungai Maloso,
dengan koordinat, elevasi dan kapasitas (debit)nya sebagaimana dibawah ini:
Beberapa analisis potensi pengembangan sumber air baku pada keempat air sungai tersebut dengan
memperhatikan kelebihan dan kekurangannya, dari segi Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, Keterjangkauan, azas
keberlanjutan dan fungsi utama/strategsi nya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat se- Memenuhi syarat sesu-ai
sesuai standar PP 82 sesuai standar PP 82 suai stan-dar PP 82 standar PP 82 tahun
2 Kuatitas Tidak ada
tahun 2001 tahun 2001 (lampiran tahun 2001 (lampiran 2001 (lampiran hasil
(lampiran hasil test) hasil test) hasil test) test)
Debit air berkurang pada 3 Debit air berku-rang pada
bulan musim kemarau ( 3 bulan musim kemarau (
3 Kontiniutas Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
September, Oktober, September, Oktober,
November) November)
Dapat menjang-kau Tinggi elevasi 107 Mdpl Tinggi elevasi 35 Mdpl Tinggi elevasi 24 Mdpl
seluruh area rencana menggunakan pompa menggunakan pompa menggu-nakan pompa
Keterjangkauan wilayah pelayanan untuk dialirkan ke IPA untuk dialirkan ke IPA utk dialirkan ke IPA
(elevasi dari Intake- (elevasi 207 Mdpl rencana. Panjang pipa rencana, rencana. Panjang pipa
4 Tidak ada
off take, panjang jarak dari intake- rencana 56,5 km rencana 56,5 km
pipa) offtake 39,9 km)
dengan sistem
grafitasi.
Pungsi Rencana pembangu-nan
Persawahan dan
5 utama/strategis Air baku Air baku bendung untuk melayani
Tambak
Lahan persawahan dan tambak
BPDAS akan Pada saat musim kemarau Terpenuhi de-ngan BPDAS akan mela- Terpenuhi dengan tu-
melakukan debit air berkurang hal ini di- tutupan lahan dalam kukan kon-servasi di- tupan la-han dalam
6 Asas Berkelanjutan konservasi sebabkan karena kurangnya kondisi baik sepanjang DAS kondisi baik
disepanjang DAS tutupan lahan (kerusakan
hutan)
Setelah menganalisa kelebihan dan kekurangan dari 6 kreteria tersebut diatas maka disimpulkan bahwa sumber air baku Matama dan Masuni menjadi prioritas sumber air baku
Kesimpulan
untuk SPAM Regional Polman Majene
1 System Capacity
2 Performance
a. Flow
Continous 24 hours/day; 7 days/week
PUF 99%
Shut down
because PLN 0% Full 100% standby Genset
blackout
c. Construction Useful Life
Usefull Life ≥ 50 years
d. Equipment Useful
Pump ≥ 10 tahun
Sensor ≥ 5 years
Switchgear ≥ 10 years
Electrical ≥ 10 years
Tansformer ≥ 10 years
Measurement /
≥ 10 yeras
water meter
3 Technical Specification
A. Construction
a. Concrete
Water Resistance
Reinforce SNI 2847-2013.
Concrete (RC)
b. Steel
Steel Structure SNI 03-6764-2002, SNI 03-6861.2 2002
c. Foundation
Piling Soil Test from CFLD only for reference
d. Finishing
Steel SNI-07-6398-2000 or equal
B. Pipe
a. HDPE Fabrication
Standard
ASTM F667, ASTM D3350, ASTM
D4976, ASTM F894, ASTM
F2306, ASTM F2562, SNI 7593-2010,
ISO 1167-1996, SNI
4829.2-012, Kelas PN 10 (SDR 17)
b. MS / GIP
AWWA C 200, SNI-
07-0822-1989, SII 2527- 90, ASTM A53,
ASTM A252
Gate Valve
Dimensi: sesuai dengan stan-dar BS
5163:1986; Flange & drilling : ISO 7005-
2; Body dan bonnet : Ductile Iron ,
GGG-50 atau BS 2789; Stem: Stainless
steel BS 970; Bonnet gasket : EPDM
Air Valves
At high point and every 500 meter
Washout
At some pipe crossing
Others
4 Pump
5 Electrical Standards or
Codes PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik);
SPLN (Standar Perusahaan Listrik
Negara); NEMA (National Electrical
Manufacturers Association); IEC
(International Electrical Commissions);
BS (British Standard); ISO (International
Organization for Standardization) dll
6
Supporting Building & Facility Pump House
Genset House
Guard House
Drainage
Fences
Water Supply
Sanitation
Landscape
Fire Protection
Ligtening
Dalam pemilihan Instalasi Pengolahan Air Minum, didasarkan karakteristik air baku yang akan diolah, yaitu
meliputi parameter Total Coliform, Fecal Coliform Total suspended solid (TSS), total Disolve solid (TDS),
Kekeruhan (turbidity, pH.
Adapun kualitas air baku yang diharapkan adalah :
Kekeruhan (Turbidity) < 1 NTU (special requirement)
Bacteriologi: E. Coli & Total Coli, memenuhi syarat Menteri Kesehatan nomor
no.492/Menkes/Per/IV/2010.
Kimia anorganik ( keharusan dan parameter tambahan), memenuhi syarat Menteri Kesehatan nomor
no.492/Menkes/Per/IV/2010.
Kimia Organic, memenuhi syarat Menteri Kesehatan nomor no.492/Menkes/Per/IV/2010.
Parameter fisika (Odor, Color, TDS, Taste & special requirement Turbidity), memenuhi syarat Menteri
Kesehatan nomor no.492/Menkes/Per/IV/2010.
Adapun kinerja Instalasi Pengolahan Air Minum adalah sesuai kapasitas yang diperlukan dengan kapasitas
kelipatan 50 liter per detik, dengan varian 50 lps, 100 lps, 150 lps.
Minimum cap 50 lps
Maximum cap 150 lps
Efisiensi (Plant Efficiency) 95%
Faktor Penggunaan (Plant Utility factor) 97%
Distribution pressure Gravitasi
Spesifikasi Instalasi ( design kriteria)
Life time : 50 year operation.(good operation performance)
Installation system for normal & emergency.
Normal operation for normal input (standard QQC)
Option system for emergency input (out of standard QQC)
QQC output for periodic maintenance is equal for normal operation.
Operation of WTP : 24 hours per day; 7 days per week.
Receiving Well:
detention time : 1.5 min or over
Flocculation & Sedimentation :
Number of basin: 2 basins or over.
Detention time in floc. basin :20-40 min.
Rapid Filter basin :
Area per basin : 150m2 or below.
Clear well :
effective height: 3-6 m.
QQC = Quality, Quantity, Continuity
Bangunan Pengolahan Air
Kapasitas Produsi : sesuai pentahapan
Design capacity : Maxday *kapasitas rata-rata
Material : Concrete/ steel
1 System
b. Plant Loss % 5%
Coagulation - Flocculation -
d. WTP Unit Process
Sedimentation – Filtration
Q Peak = 1.5 Q
g. Distribution l/s
Average
2 Performance
Electric Motor
≥ 5 years
Sensor
≥ 5 years
Switchgear
≥ 10 years
Electrical
≥ 10 years
Tansformer
≥ 10 years
Generateor (set)
40.000 working hour
Measurement / water
meter ≥ 10 yeras
Dosing Pump
5 years
3 Technical Specification
A. Construction
Concrete
Indonesian Porland Cement
Regulation 1972 (NI-8)
B. Pipe
c. Useful Life
year ≥ 50
Swing Valve
Fire Hydrant
SNI 03-1745-2000 tentang
Tata Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sistem Pipa
Tegak dan Selang untuk
Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan
Gedung; SNI 03-6570-2001
tentang Instalasi Pompa yang
Dipasang
Tetap untuk Pemadam
Kebakaran
Others
4 Pump
Operation Room
Chemical Room
Warehouse
Genset House
Genset House
Guard House
Drainage
Fences
Water Supply
Sanitation
Landscape
Fire Protection
Ligtening
Telah diuraikan pada bagian 7.1 Alternatif SPAM, bahwa untuk tahap I, Rencana SPAM Regional yang akan
dipilih adalah rencana Alternatif III dengan pertimbangan panjang pipa yang terpendek. Sedangkan untuk
tahap II, tambahan kapasitas air baku akan diambil dari Sungai Masuni, sehingga rencana sistem secara
keseluruhan terlihat seperti pada Figure 7.7 Rencana Sistem SPAM Regional Polman-Majene tahap I dan tahap
IIdibawah ini
Figure 7.7 Rencana Sistem SPAM Regional Polman-Majene tahap I dan tahap II
Table 7.5 Jenis pipa distribusi yang umum digunakan dalam SPAM
Menambah unsur Zinc kedalam Reinforced Concrete steel Cylinder Material HDPE P-100 Black Komposit resin, glass, dan
material baja, untuk Pipe. Steel cylinder di bagian tengah Compound silica sand (pengaku)
memperlambat proses korosi dengan penguatan, dan di casting
dengan concrete bagian luar dan
dalam (Komposit)
Angka kekasaran cement lining Angka Kekasaran dalam pipa: Angka Kekasaran dalam pipa: C Angka Kekasaran dalam
:C HW = 120 C HW berkisar antara 140 HW = 140 pipa: C HW = 140
Diameter ekonomis > 400 mm Diameter ekonomis >=1.000 mm Diameter ekonomis < 1.100 mm Diameter ekonomis > 400
mm
Tensile Strength: 43 kgf/mm2 Tensile Strength: bervariasi Tensile Strength: 2 ~ 2.5 kgf/mm2 Tensile Strength: 5 ~ 5.5
berdasarkan design, disesuaikan kgf/mm2
dengan kebutuhan spesific project
Push-In Joint Steel Welded Joint Butt or Electrofusion welded EPDM Coupling Joint
Flange Joint Flexible gasket joint
Flange Joint
Usia Pakai: 50 tahun Usia Pakai: 50 tahun (Design) Usia Pakai: 50 tahun Usia pakai: 50 tahun
Pipa paling lama yang masih
beroperasi: 120 tahun
Tahan terhadap korosi Sangat tahan terhadap korosi Sangat tahan terhadap korosi / Sangat tahan terhadap
Chemical Resistance korosi / Chemical
Resistance
Tekanan pipa: > 20 bar Tekanan pipa: 6 - 12 bar Tekanan pipa: 6 - 12 bar Tekanan pipa: 6 - 16 bar
Sangat tahan terhadap tekanan Sangat tahan terhadap tekanan Tahan terhadap tekanan eksternal Tahan terhadap tekanan
eksternal dan vaccum eksternal dan vaccum dan vaccum eksternal
Tingkat kebocoran rendah Tingkat kebocoran sangat rendah Angka kebocoran sangat rendah, Tingkat kebocoran rendah
terutama bila menggunakan
electrofusion clamp saddle
Hanya sesuai untuk open trench Bisa open trench atau jacking Bisa open trench atau HDD Bisa open trench atau
jacking (menggunakan
casing)
Memerlukan Thrust Block Tidak memerlukan Thrust Block Tidak memerlukan Thrust Block Memerlukan Thrust Block
Impor Produksi dalam negeri Produksi dalam negeri Impor
Terbuat dari beton bertulang K225 – K300 Terbuat dari plat baja: glass fused to steel
Boros lahan Hemat lahan 30-40% dibandingkan Ground
Reservoir
Pada umumnya memerlukan pemompaan untuk Pada umumnya memerlukan pemompaan untuk
mendistribusikan air bersih melalui pipa mendistribusikan air bersih melalui pipa distribusi
distribusi
Boros energi Penghematan energi sekitar 50%
Sisa tekan di offtakes (DCR) tak termanfaatkan Pemanfaatan sisa tekan di titik offtakes untuk
mendistribusikan air langsung ke pelanggan masih
dengan pompa, khusus untuk lokasi offtakers yang
jauh
Biaya sekitar Rp 3,5 - 4 juta/m3 air, sekitar 17% - Biaya lebih murah (Rp 2.75 juta/m3 air)
30% diatas standar PUPR (Ref: Rp 3 juta/m3 air) dibandingkan concrete ground reservoir
Umumnya menyumbang angka NRW pada Risiko kebocoran akibat rembesan lebih kecil
reservoir akibat rembesan/kebocoran dibandingkan ground reservoir
Standar desain normal Harus didesain khusus sesuai zona gempa
setempat
Profile topografi area pelayanan, jarak atau luas area pelayanan, ketersediaan lahan, dan sisa tekan di
distribution centre sebagai dasar pertimbangan pemilihan untuk menentukan tipe reservoir yang paling sesuai.
Sisa tekan yang relatif cukup tinggi di masing-masing lokasi Distribution Centre sebagai pertimbangan dalam
rangka efisiensi, hemat energi dan distribusi air yang ekonomis, maka tipe reservoir penampung yang
diterapkan pada system Regional Sulawesi Barat adalah Groun Reservoir/ tangki air.
Beberapa keuntungan dan kerugian dapat dilihat di bawah ini:
Keuntungan Kerugian
Cepat pemasangan Tidak bisa di tanam di bawah tanah
Sesuai dengan kebutuhan air yang sudah diprediksikan dan diuraikan pada bab sebelumnya, maka rencana
pembangunan SPAM Regional Polman – Majene dilakiukan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum
diwilayah pelayanannya adalah total sebesar 300 lt/det. Yang diperkirakan akan dicapai pada tahun 2037.
Untuk memenuhi kebutuhan air sebesar proyeksi kebutuhan air minum tersebut, maka pelaksanaan
pembangunan direncanakan akan dilakukan dua tahap, yaitu
Tahap I sebesar 150 lt/det
Tahap II sebesar 150 lt/det.
Total biaya investasi untuk Tahap 1 adalah Rp 266 miliar. Rp 181 miliar untuk infrastruktur, Rp 21 miliar untuk
dukungan teknis, Rp 3 miliar untuk pembebasan lahan, Rp 20,5 miliar untuk pajak, Rp 22,6 miliar untuk
kontinjensi fisik, dan kontinjensi harga Rp 17,4 miliar, sesuai dengan rincian pada tabel dibawah ini
Table 7.8 Rencana Anggaran Biaya Spam Regional Polman Majene (tahap 1)
5.1. FS 8,000
Jumlah 205,438
Total 265,998
Sedangkan untuk pembangunan tahap II, Total biaya investasinya adalah Rp 124,6 miliar. Rp 77 miliar untuk
infrastruktur, Rp 7,7 miliar untuk pajak, Rp 8,5 miliar untuk kontinjensi fisik, dan kontinjensi harga Rp 31,6
miliar. Adapun rincian biaya tahap II ini disajikan ada di Tabel 2. Total biaya investasi untuk Tahapan 1 dan 2
adalah Rp 390,6 miliar.
Table 7.9 Rencana Anggaran Biaya Spam Regional Polman Majene (Tahap 2)
Jumlah 76,908
Total 124,640
Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M), berdasarkan kondisi harga saat ini, didasarkan pada estimasi teknik.
Biaya O&P SPAM Regional mencakup sistem pasokan air dari intake hingga offtake. Biaya O&M PDAM
mencakup sistem pasokan air setelah pengambilan hingga meter air pelanggan. Biaya O&M PDAM adalah
biaya tambahan dari operasi yang ada dan hanya berkaitan dengan biaya distribusi air.
Table 7.10 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Regional SPAM (Rp miliar)
Listrik 3 18 34 41 48 55
Kantor 0 1 2 2 3 3
Biaya O&M PDAM didasarkan pada estimasi teknik dan data historis PDAM.
Table 7.11 Biaya Operasi dan Pemeliharaan PDAM Polewali Mandar (RP miliar)
Perjalanan dinas 5 26 47 53 61 70
Table 7.12 Biaya Operasi dan Pemeliharaan PDAM Majene (RP miliar)
Official Travel 5 26 53 67 78 91
Di Provinsi Sulawesi Barat belum ada lembaga yang secara khusus dibentuk untuk mengelola SPAM, namun
terdapat UPTD Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA), dan merupakan UPTD Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Sehubungan dengan belum adanya lembaga pengelola, berikut ini adalah alternatif pembentukan
kelembagaan SPAM Regional Polman-Majene diprioritaskan pada lembaga pengelola tingkat provinsi atau
pengelola unit produksi dan distibusi, karena untuk lembaga pengelola tingkat pelayanan yang ada di
kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene sudah terbentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Ada 2 (dua) alternatif bentuk lembaga pengelola yang dapat dipilih oleh pemerintah provinsi Sulawesi Barat
untuk mengelola unit produksi dan distribusi, yaitu:
- Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD);
- Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) SPAM tingkat Provinsi mengacu pada ketentuan peraturan tentang
organisasi perangkat daerah. Peraturan terkait organisasi perangkat daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, dalam penjelasannya1 diuraikan bahwa
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah membawa perubahan yang signifikan
terhadap pembentukan Perangkat Daerah, yakni dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing)
berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di masing-masing Daerah. Hal ini juga sejalan
dengan prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang rasional, proporsional, efektif, dan efisien.
UPTD Provinsi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang serta Urusan Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dari organisasi induknya yang pada
prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta tidak berkaitan langsung dengan perumusan dan penetapan
kebijakan daerah.
1. Dasar Hukum
Ketentuan terkait dengan Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah terdapat dalam:
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan
Klasifikasi Cabang Dinas dan UPT Daerah; dan
d. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 061/4338/OTDA tanggal 12 Juni 2017 Perihal Pedoman
Konsultasi Pembentukan Cabang Dinas dan UPT Daerah.
1
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi
Cabang Dinas dan UPT Daerah, Pasal 20 dan Pasal 21 disebutkan bahwa: Dinas atau Badan Daerah
dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu.
2. Kriteria
Kriteria pembentukan UPTD1 adalah:
a. melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu dari
Urusan Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dan menjadi tanggung jawab dari dinas/badan
instansi induknya;
b. penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat dan/atau oleh Perangkat
Daerah lain yang berlangsung secara terus menerus;
c. memberikan kontribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada masyarakat dan/atau dalam
penyelenggaraan pemerintahan;
d. tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana dan prasarana;
e. tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi UPTD yang bersangkutan;
f. memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan Tugas Teknis Operasional
tertentu dan/atau Tugas Teknis Penunjang tertentu; dan
g. memperhatikan keserasian hubungan antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
3. Penetapan
Pembentukan UPTD ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah dikonsultasikan secara tertulis
kepada Menteri Dalam Negeri, dilengkapi dengan dokumen meliputi:
a. kajian akademis perlunya pembentukan UPT; dan
b. analisis rasio belanja pegawai2.
4. Klasifikasi
UPTD SPAM provinsi klasifikasi UPTD provinsi adalah A, karena mewadahi beban kerja yang besar,
dan ditetapkan berdasarkan hasil analisis beban kerja dengan ketentuan:
a. lingkup tugas dan fungsinya meliputi 2 (dua) fungsi atau lebih pada Dinas/Badan atau wilayah
kerjanya lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota; dan
b. jumlah jam kerja efektif 15.000 (lima belas ribu) jam atau lebih per tahun.
5. Kedudukan
a. UPTD provinsi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas atau Kepala Badan
sesuai dengan bidang Urusan Pemerintahan atau penunjang Urusan Pemerintahan yang
diselenggarakan.
b. UPTD provinsi merupakan bagian dari Perangkat Daerah provinsi.
6. Tugas
a. UPTD provinsi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang serta Urusan Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dari organisasi induknya
yang pada prinsipnya tidak bersifat pembinaan, kordinasi atau sinkronisasi serta tidak berkaitan
langsung dengan perumusan dan penetapan kebijakan daerah.
b. Berdasarkan sifat tugas, wilayah kerja UPTD dapat melewati batas wilayah administrasi
pemerintahan kabupaten/kota diwilayahnya dan tidak membawahkan UPTD lainnya.
Pembentukan UPTD dengan PK-BLUD harus memenuhi ketentuan syarat substantif, syarat teknis dan syarat
administratif:
a. Syarat substantif, meliputi:
Penyediaan jasa dan atau barang layanan umum;
Pengelolaan suatu wilayah dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian atau layanan
umum;
b. Syarat teknis, meliputi:
Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh kepala SKPD sesuai dengan
kewenangannya; dan
Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLUD.
c. Syarat Admistratif, meliputi:
Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat;
Pola tata kelola;
Rencana strategis bisnis;
Laporan keuangan pokok;
Standar pelayanan minimum; dan
Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) diatur dalam Peraturan Pemerintah 54 Tahun 2018
mengatur tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. BUMD didirikan dengan tujuan untuk memberikan manfaat
bagi perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi,
karakteristik, dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik.
Peraturan Pemerintah tersebut mengatur antara lain kewenangan kepala Daerah pada BUMD, pendirian,
modal, organ dan kepegawaian, satuan pengawas intern, komite audit dan komite lainnya, perencanaan,
operasional dan pelaporan, Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, pengadaan barang dan jasa, kerjasama,
pinjaman, penggunaan laba, anak perusahaan, penugasan pemerintah kepada BUMD, evaluasi,
Restrukturisasi, perubahan bentuk hukum, dan Privatisasi, penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan
pembubaran BUMD, kepailitan, pembinaan dan pengawasan, serta ketentuan lain-lain seperti pengaturan
mengenai asosiasi BUMD.
Pendirian BUMD diatur dalam Pasal 4, bahwa Daerah dapat mendirikan BUMD dan Pendiriannya ditetapkan
dengan Perda. BUMD terdiri atas:
Untuk menentukan pilihan terhadap alternatif bentuk lembaga pengelola tersebut, maka perlu dilakukan
trade off kelebihan dan kekurangan masing-masing bentuk. Gambaran tentang analisis trade off dapat dilihat
tabel sebagai berikut:
1. Pendapatan - Masuk Kas Umum - Masuk Rek Kas BLUD - Masuk Rek Kas - Masuk Rek Kas Perusda
Daerah Perumda
- Tidak boleh langsung - Boleh langsung - Boleh Langsung - Boleh Langsung digunakan
digunakan digunakan digunakan
- APBD merupakan - Kewajiban Pemda masih - Tidak tergantung APBD - Tidak tergantung APBD
kewajiban Pemda ada
2. Penetapan - OPD ditetapkan melalui - Penetapan PPK –BLUD - PERDA - PERDA dan ketentuan
Kelembagaan PERDA melalui Keputusan - seluruh sahamnya tentang pendirian
- UPTD ditetapkan melalui Bupati/Walikota dimiliki oleh 1 (satu) perseroan terbatas
Peraturan Daerah - modalnya terbagi dalam
Bupati/Walikota saham yang seluruhnya
atau paling sedikit 51%
sahamnya dimiliki oleh 1
(satu) Daerah
3. Belanja - Tidak boleh melebihi - Boleh melebihi PAGU - Diatur sendiri. - Diatur sendiri.
PAGU (ada ambang batas),
tercantum dalam RBA
(Rencana Bisnis
Anggaran), dan DIPA
4. Hutang & Piutang - Tidak boleh melakukan - Boleh melakukan utang - Boleh melakukan utang - Boleh melakukan utang &
utang & piutang & piutang. & piutang piutang
- Pinjaman jangka panjang
dengan persetujuan
Bupati/Walikota
5. Investasi - Tidak boleh melakukan - Boleh melakukan - Boleh melakukan - Boleh melakukan Investasi
investasi Investasi. Investasi
- Investasi jangka panjang
dengan persetujuan
Bupati/Walikota
1
Pasal 5 PP 54 Tahun 2017
6. Pengadaan Barang - Perpres 54/2010 dengan - Dapat tidak dengan - Diatur sendiri - Diatur sendiri
dan Jasa perubahannya Perpres 54/2010 , untuk
pendapatan non APBD
7. Pengelolaan Barang - Tidak boleh menghapus - Boleh menghapus aset - Diatur sendiri, dengan - Diatur sendiri, dengan
aset tidak tetap, penghapusan tetap mengikuti tetap mengikuti peraturan
- aset tetap mengikuti peraturan
peraturan yang berlaku
8. Pegawai - ASN - Boleh ASN dan Non-ASN, - Non ASN sesuai - Non ASN sesuai kebutuhan
Non ASN sesuai kebutuhan dan dan profesionalisme
kebutuhan dan profesionalisme
profesionalisme
9. Dewan Pengawas - Tidak ada Dewan - Dimungkinkan ada - Badan Pengawas - Badan Pengawas
Pengawas Dewan Pengawas,
tergatung aset/omset
10. Remunerasi - Mengikuti penggajian - Sesuai tanggung jawab & - Diatur tersendiri, - Diatur tersendiri,
ASN, bersumber APBD capaian kinerja, ASN bersumber dari jasa bersumber dari jasa
bersumber dari APBD dan layanan. layanan.
jasa layanan, Non ASN
bersumber dari jasa
layanan
12. Laporan Keuangan - Standar Akutansi - SAP dan SAK - Standar Akutansi - Standar Akutansi Keuangan
Pemerintahan (SAP) Keuangan
Disamping pertimbangan pemilihan bentuk lembaga pengelola sebagaimana diuraikan dalam tabel diatas,
pemerintah provinsi Sulawesi Barat juga perlu menselaraskannya dengan beberapa kondisi yang ada, antara
lain:
Kondisi kemampuan keuangan pemerintah provinsi;
Ketersediaan sumberdaya manusia;
Pertimbangan lain yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pengelolaan.
Atas dasar pemilihan bentuk kelembagaan tersebut diatas, maka disarankan agar pemerintah provinsi
Sulawesi Barat memilih Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sebagai lembaga pengelola SPAM Polman-
Majene.
Lembaga penyelenggara pengelolaan SPAM di Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene adalah
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Pengelolaan air minum di Kabupaten Majene dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kabupaten Majene yang didirikan tahun 1975 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor
5/PD/1976 tanggal 11 juni 1975 tentang pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Majene.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar didirikan pada tahun
1990 melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Polewali Mamasa No. 2 Tahun 1990 tentang Pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Polewali Mamasa. Dengan terdapatnya pemekaran Kabupaten
Polewali Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa, maka PDAM Kabupaten
Polewali Mamasa berubah nama menjadi PDAM Kabupaten Polewali Mandar.
Sebagaimana disarankan pada pemilihan bentuk lembaga pengelola sebelumnya yaitu Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD), dan diharapkan nantinya dapat dikembangkan menjadi UPTD dengan pola pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum Daerah (UPTD dengan PPK BLUD). Berikut ini telah disusun roadmap
pengembangan lembaga pengelola SPAM Regional Polman-Majene seperti dalam gambar berikut ini:
Kelayakan pembentukan UPTD sangat ditentukan oleh pemenuhan 7 (tujuh) kriteria, yaitu:
1) melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu dari Urusan
Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dan menjadi tanggung jawab dari dinas/badan instansi
induknya;
2) penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat dan/atau oleh Perangkat Daerah
lain yang berlangsung secara terus menerus;
3) memberikan kontribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada masyarakat dan/atau dalam
penyelenggaraan pemerintahan;
4) tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana dan prasarana;
5) tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi UPTD yang bersangkutan;
6) memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan Tugas Teknis Operasional tertentu
dan/atau Tugas Teknis Penunjang tertentu; dan
7) memperhatikan keserasian hubungan antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Dalam dokumen pembentukan UPTD perlu dihitung Analisis Beban Kerja yang digunakan untuk
mengetahui jumlah jam beban kerja efektif UPTD per tahun.
Untuk mengetahui Beban Kerja UPTD diperlukan analisis beberapa komponen yang seluruhnya dirumuskan
untuk mendapatkan jumlah jam beban kerja efektif UPTD per tahun. Jumlah jam beban kerja efektif UPTD
per tahun untuk mengetahui jumlah pegawai yang dibutuhkan UPTD.
Selanjutnya adalah Analisis Rasio Belanja pegawai terhadap total belanja daerah/Organisasi Perangkat
Daerah adalah untuk mengetahui proporsi belanja pegawai terhadap total belanja daerah atau perangkat
daerah pemrakarsa pembentukan UPTD. Belanja pegawai yang digunakan dalam perhitungan rasio adalah
Belanja Pegawai Langsung Dan Belanja Pegawai Tidak Langsung. Rasio menggambarkan bahwa semakin
tinggi rasionya maka semakin besar APBD yang dialokasikan kepada belanja pegawai. Sebaliknya semakin
kecil rasionya maka, semakin kecil proporsi APBD yang dialokasikan untuk Belanja Pegawai APBD.
Sedangkan dokumen lain yang mesti ada adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi
pemerintahan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. SOP melingkup
seluruh proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan termasuk pemberian pelayanan baik pelayanan
internal maupun eksternal organisasi pemerintah yang dilaksanakan oleh unit-unit organisasi pemerintahan.
Adapun yang dimaksud administrasi pemerintahan adalah pengelolaan proses pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintahan yang dijalankan oleh organisasi pemerintah.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang langkah-langkah melakukan Kajian Akademis termasuk di dalamnya
melakukan Analisis Beban Kerja dan Analisis Belanja Pegawai dapat merujuk Panduan Pembentukan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Bidang PLP (Ditjen Ciptakarya, Kementerian PUPR, 2017) untuk dijadikan
sebagai contoh.
Adapun proses pembentukan UPTD SPAM Regional dapat dilakukan bilamana memenuhi 7 (tujuh) kriteria
yang dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah yang secara rinci sudah
dijelaskan:
1. Pembentukan UPTD SPAM Regional Provinsi ditetapkan dengan peraturan gubernur setelah
dikonsultasikan secara tertulis kepada Menteri Dalam Negeri yang disertai dengan Kajian Akademis
pembentukan UPTD; dan Analisis Rasio Belanja Pegawai.
2. Kedudukan UPTD Provinsi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas atau Kepala
Badan sesuai dengan bidang Urusan Pemerintahan atau penunjang Urusan Pemerintahan yang
diselenggarakan. UPTD Provinsi merupakan bagian dari Perangkat Daerah Provinsi.
3. UPTD Provinsi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang serta Urusan Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dari organisasi induknya yang pada
prinsipnya tidak bersifat pembinaan, kordinasi atau sinkronisasi serta tidak berkaitan langsung dengan
perumusan dan penetapan kebijakan daerah. Wilayah kerja UPTD Provinsi dapat melewati batas wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten/Kota di wilayahnya dan tidak membawahi UPTD lainnya.
4. Susunan Organisasi
UPTD Pengelolaan Air Minum memiliki tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang serta Urusan Pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang bersifat
pelaksanaan dari Dinas dalam penyediaan air dan pengelolaan air minum.
UPTD Pengelolaan Air Minum dalam melaksanakan tugas memiliki fungsi meliputi :
a. pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum melalui unit-unit Sistem Penyediaan Air Minum yang
telah dibangun dan yang akan dibangun kemudian;
b. meningkatkan penguatan kelembagaan UPTD Pengelolaan Air Minum Dinas guna mendorong
meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia yang pada akhirnya Peningkatan Pelayanan
Kepada Masyarakat;
c. melaksanakan Pembinaan Teknis berupa fasilitasi penyusunan Norma Standar Pedoman Manual
Penyediaan Air Minum maupun fasilitasi bantuan fisik terutama untuk masyarakat yang bermukim di
daerah yang kesulitan mendapat air minum;
d. mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan
layanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas;
e. percepatan pembangunan dan optimalisasi pengelolaan pelayanan air minum di Provinsi;
f. perluasan jaringan pelayanan air minum; dan
g. meningkatkan efisiensi pelayanan air minum di Provinsi.
Dalam kajian ini dilampirkan dokumen Naskah Kajian Akademis Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Air Minum dari daerah lain, untuk dijadikan referensi dalam penyusunan Kajian Akademis
Pembentukan UPTD SPAM Polman-Majene.
Tahap operasi dan pemeliharaan dilakukan paska pembangunan sistem fisik, dan disarankan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) SPAM Polman-Majene dilibatkan mulai tahap perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan yang bertujuan agar dapat mengetahui dan memahami secara mendalam tentang
keberadaan sistem fisik terbangun, sehingga dalam proses operasi dan pemeliharaan nantinya dapat
mengindikasikan kendala/masalah yang akan timbul dan cara mengatasinya.
Tahapan dalam peningkatan kapasitas UPTD biasa menjadi UPTD dengan PPK-BLUD dilakukan sesuai
diagram alur sebagai berikut:
Proses penetapan penerapan PPK BLUD pada UPTD yang mengelola air minum melalui beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Permohonan Pada Kepala Daerah Untuk Penerapan PPK-BLUD
UPTD yang akan menerapkan PPK-BLUD mengirim surat permohonan kepada kepala daerah melalui
kepala SKPD yang dilampiri dengan dokumen persyaratan administratif (sesuai Pasal 18 ayat (2)
Permendagri Nomor 61 Tahun 2007).
2. Penilaian
Dokumen persyaratan administratif yang telah disusun oleh UPTD yang akan menerapkan PPK-BLUD
akan dinilai oleh tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh kepala daerah.
Anggota tim penilai paling sedikit terdiri dari :
a. Sekretaris daerah, sebagai ketua merangkap anggota;
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), sebagai sekretaris merangkap anggota;
c. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), sebagai anggota;
Pembentukan UPTD dengan PPK-BLUD SPAM Regional Polman-Majene dijadwalkan pada tahun ke 3 (tiga)
sejak SPAM Regional masuk pada tahap operasi dan komesial, dimana sebelumnya dikelola oleh UPTD biasa.
Proses pegusulan pembentukan dapat dilakukan satu tahun sebelumnya atau pada tahun ke 2 (dua) tahap
operasi dan komersial.
Biaya proyek termasuk biaya investasi, dan biaya operasi dan pemeliharaan (O&M). Biaya
investasi adalah sebagai berikut: infrastruktur, pembebasan lahan, studi kelayakan, desain
teknik terperinci, pengawasan dan manajemen konstruksi, pajak dan bea, dan
kemungkinan fisik dan harga. Implementasi proyek dibagi menjadi dua tahap. Tahap 1
termasuk penyediaan air dari sungai Matama sementara Tahap 2 termasuk penyediaan air
dari sungai Massuni. Implementasi Tahap 1 adalah dari tahun 2021 hingga 2025 sedangkan
Tahap 2 adalah tahun 2028.
Total biaya investasi untuk Tahap 1 adalah Rp 266 miliar. Rp 181 miliar untuk infrastruktur, Rp 21 miliar untuk
dukungan teknis, Rp 3 miliar untuk pembebasan lahan, Rp 20,5 miliar untuk pajak, Rp 22,6 miliar untuk
kontinjensi fisik, dan kontinjensi harga Rp 17,4 miliar. Rinciannya ada di Tabel 1.
Table 9.1 Rencana Anggaran Biaya Spam Regional Polman Majene (tahap 1)
5.1. FS 8,000
Jumlah 205,438
Total 265,998
Total biaya investasi untuk Tahap 2 adalah Rp 124,6 miliar. Rp 77 miliar untuk infrastruktur, Rp 7,7 miliar untuk
pajak, Rp 8,5 miliar untuk kontinjensi fisik, dan kontinjensi harga Rp 31,6 miliar. Rinciannya ada di Tabel 2.
Total biaya investasi untuk Tahapan 1 dan 2 adalah Rp 390,6 miliar.
Table 9.2 Rencana Anggaran Biaya Spam Regional Polman Majene (Tahap 2)
Jumlah 76,908
Total 124,640
The operation and maintenance (O&M) cost, in current prices, are based on engineering estimates. The
Regional SPAM’s O&M cost covers the water supply system from the intake up to the offtakes. PDAMs’ O&M
cost covers the water supply system after the offtakes up to the water meters of the customers. O&M cost of
the PDAMs are incremental cost from their existing operations and pertains only to water distribution costs.
Table 9.3 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Regional SPAM (Rp miliar)
Listrik 3 18 34 41 48 55
Kantor 0 1 2 2 3 3
Biaya O&M PDAM didasarkan pada estimasi teknik dan data historis PDAM.
Table 9.4 Biaya Operasi dan Pemeliharaan PDAM Polewali Mandar (RP miliar)
Perjalanan dinas 5 26 47 53 61 70
Table 9.5 Biaya Operasi dan Pemeliharaan PDAM Majene (RP miliar)
Official Travel 5 26 53 67 78 91
Rencana pembiayaan mengasumsikan sumber dana berikut: Pinjaman ADB, pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten serta PDAM. Opsi 1 mengasumsikan semua biaya investasi akan dibiayai oleh pemerintah
sementara Opsi 2 mengasumsikan 70% dari biaya investasi akan dibiayai oleh pinjaman ADB. Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air (DJ-SDA) akan membiayai pemasukan air, Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJ-CK)
akan membiayai instalasi pengolahan air, Propinsi Sulawesi Barat akan membiayai pipa transmisi, Kabupaten
akan membiayai pipa tersier dan PDAM akan memperbaiki sambungan pipa dan sambungan rumah.
Rencana pembiayaan untuk Opsi 2 mengasumsikan tingkat bunga pinjaman sebesar 2,70% dan periode
pengembalian 20 tahun.
Berdasarkan hasil analisis penyediaan air baku yang telah dibahas pada bab 6, bahwa terdapat 4 (empat)
lokasi potensi sumber air baku yang dapat dikembang yaitu (1) Sungai Matama; (2) Sungai Masunni; (3)
Sungai Maloso; dan (4) Sungai Mombi. Kuantitas masing-masing sungai tersebut sebagai sumber air baku
SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene menunjukan bahwa seluruh sungai
memiliki ketercukupan debit air untuk memenuhi kebutuhan debit yang dibutuhkan dalam pengembangan
SPAM Regional yaitu diatas 300 liter/detik.
Berdasarkan jarak lokasi potensi sumber air baku terhadap rencana daerah pelayanan SPAM Regional
Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, menunjukan bahwa Sungai Mombi memiliki jarak
terpendek ke rencana lokasi daerah pelayanan. Dengan pertimbangan bahwa dalam pengembangan SPAM
Regional, memprioritaskan pemanfaatan sumber air baku yang pengoperasiannya dengan sistem gravitasi
ke daerah pelayanan, maka Sungai Mombi tidak dapat digunakan sebab ketinggian Sungai Mombi berada
dibawah ketinggian daerah pelayanan.
Berdasarkan pada analisis dan kondisi diatas, maka pemenuhan sumber air baku SPAM Regional Kabupaten
Polewali Mandar dan Kabupaten Majene hanya dapat dipenuhi dari Sungai Matama dan Sungai Masunni.
Dari hasil analisis kebutuhan air minum sebagaimana telah dibahas pada bab 5, diperoleh bahwa kebutuhan
air minum daerah pelayanan pelayanan sebesar 300 liter/detik. Dengan adanya keterbatasan pengambilan
air baku dari Sungai Matama yang diperbolehkan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III yaitu sebesar 150
liter/detik, maka sisa pemenuhan kebutuhan air baku pengambilannya di Sungai Masunni sebesar 150
liter/detik.
10.1.2 Demografi
Daerah pelayanan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, meliputi:
1. Kabupaten Polewali Mandar, yang terdiri dari kecamatan:
1.1. Kecamatan Balanipa (1 kelurahan dan 5 desa)
1.2. Kecamatan Campalagian (1 kelurahan dan 11 desa)
1.3. Kecamatan Mapilli (1 desa)
2. Kabupaten Majene
2.1 Kecamatan Banggae (6 kelurahan dan 2 desa)
Jumlah penduduk daerah pelayanan pada tahun 2018 sebesar 140,720 jiwa1, dengan distribusi sebesar
68,021 jiwa di Kabupaten Polewali Mandar (48.34% dari total penduduk daerah pelayanan) dan 72,699 jiwa
di Kabupaten Majene (51.66% dari total penduduk daerah pelayanan). Kosentrasi penduduk desa/kelurahan
terbesar di daerah pelayanan SPAM Regional terdapat di Kelurahan Pangali-Ali Kecamatan Banggae
Kabupaten Majene yaitu 7.94 %, sedangkan yang terkecil di Kelurahan Tande Kecamatan Banggae Timur
Kabupaten Majene yaitu 1.22 %.
1
BPS Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Polewali Mandar Dalam Angka 2019 dan BPS Kabupaten Majene, Kabupaten
Majene Dalam Angka 2019
Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Polewali Mandar Dalam Angka 2019 dan BPS Kabupaten Majene, Kabupaten
Majene Dalam Angka 2019
Berdasarkan kepadatan penduduk, maka kepadatan tertinggi di Kelurahan Labuang Kecamatan Banggae
Timur Kabupaten Majene yaitu 23,919 jiwa/km2, kepadatan penduduk ini sangat tinggi perbedaannya
dibandingkan kepadatan penduduk kelurahan/desa lainnya, sebagai contoh kepadatan penduduk
desa/kelurahan terbesar kedua terletak di Kelurahan Labuang Utara Labuan Kecamatan Banggae Timur
Kabupaten Majene hanya sebesar 6,041 jiwa/km2.
Jumlah penduduk di daerah pelayanan Kabupaten Polewali Mandar sebesar 15.54% dari total penduduk
Kabupaten Polewali Mandar, sedangkan di Kabupaten Majene sebesar 42.45% dari total penduduk
Kabupaten Majene. Dengan mengacu pada rasio jumlah penduduk di daerah pelayanan terhadap jumlah
penduduk di wilayah kabupaten tersebut, maka pengembangan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar
dan Kabupaten Majene akan memiliki dampak yang sangat signifikan di Kabupaten Majene dalam rangka
peningkatan cakupan pelayanan SPAM. Berdasarkan hasil audit kinerja PDAM tahun buku 2018 menyatakan
bahwa cakupan pelayanan SPAM Kabupaten Majene masih sangat rendah baru mencapai 20.25 % dari
jumlah penduduk wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Majene (meliputi: Kecamatan Banggae, Kecamatan
Bangge Timur, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Malunda, Kecamatan Sendana, dan Kecamatan
Tammerodo). Jumlah Penduduk Kecamatan Banggae dan Kecamaan Bangge Timur tahun 2018 mencapai
49.18% dari jumlah penduduk wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Majene atau 36.19% dari total
pelanggan PDAM Kabupaten Majene. Dengan demikian maka dengan adanya pengembangan SPAM
Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, diperkirakan dapat meningkatkan cakupan
pelayanan SPAM Kabupaten Majene mencapai diatas 60 %.
Air merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, sehingga dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019
Tentang Sumber Daya Air Pasal 6 menyatakan : Negara menjamin hak rakyat atas Air guna memenuhi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari bagi kehidupan yang sehat dan bersih dengan jumlah yang cukup,
kualitas yang baik, aman, terjaga keberlangsungannya, dan terjangkau. Pemenuhan kebutuhan air bagi
masyarakat dapat diperoleh melalui sistem perpipaan dan non perpipaan. Pengembangan SPAM merupakan
salahsatu sistem penyediaan air minum perpipaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dengan menggunakan asumsi sesuai hasil survei kebutuhan nyata, maka diperoleh kebutuhan air seluruh
penduduk di daerah pelayanan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene pada
tahun 2018 sebesar 266 liter/detik. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk hingga tahun 2040 di daerah
pelayanan diperkirakan kebutuhan air sebesar 451 liter/detik. Namun dari total kebutuhan tersebut,
berdasarkan prosentase keinginan berlangganan SPAM PDAM dari hasil survey kebutuhan nyata, maka
estimasi permintaan air yang akan di supply melalui SPAM sebesar 437 liter/detik atau 96.99%. Dalam
melayani kebutuhan air tersebut oleh lembaga pengelola SPAM, dilakukan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kemampuan menyambung oleh lembaga pengelola SPAM dan besaran investasi yang
dibutuhkan untuk penambahan jaringan distribusi pada daerah pelayanan.
Konsep SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, dengan mengambil sumber air
baku dari Sungai Matama dan Sungai Masunni untuk selanjutnya di alirkan ke instalasi pengolahan air
minum untuk diproses sebelum disalurkan ke masing-masing off take daerah pelayanan di Kabupaten
Polewali Mandar dan Kabupaten Majene. Agar memudahkan dalam mengontrol tekanan pada daerah
pelayanan, maka pada masing-masing off take akan menggunakan reservoir.
Pengembangan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene akan dilakukan dalam 2
(dua) tahap yaitu:
Tahap 1 Tahap 2
Sumber Air Baku Sungai Matama Sungai Masunni
Kapasitas Intake 150 liter/detik 150 liter/detik
Kapasitas IPA 130 liter/detik 130 liter/detik
1 Lokasi :
Lokasi IPA
Desa Lutang Kecamatan Alu Kabupaten Polewali Mandar
Pipa JDU 2 Pipa Pararel pada jalur yang sama
Alokasi Air Curah
60 liter/detik 40 liter/detik
Offtake Polewali Mandar
Alokasi Air Curah
60 liter/detik 80 liter/detik
Offtake Majene
Sumber: Analisis Konsultan
Kementerian Lingkungan Hidup dalam buku Pedoman Penentuan Kelayakan Lingkungan oleh Hefni Effendi,
tahun 2016 telah membangun 10 kriteria penentuan kelayakan lingkungan. Namun demikian kriteria
tersebut perlu disertai dengan petunjuk yang lebih teknis yang pada intinya menjabarkan 10 kriteria
tersebut.
Penjabaran dari 10 kriteria kelayakan lingkungan inilah yang menjadi esensi dari naskah akademik ini yang
diejawantahkan dalam 21 tolok ukur berikut pemberikan nilai (skor) dari masing-masing tolok ukur tersebut.
Nilai agregat dari semua tolok yang menyatakan layak lingkungan berkisar 16 – 21 point.
Penetapan UU 32/2009 harus diikuti dengan pengembangan peraturan pelaksanaannya, peningkatan
kapasitas, dan penegakan hukum. Reformasi AMDAL telah mengubah sistem AMDAL secara signifikan. Salah
satu hasil dari reformasi AMDAL adalah Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) 27/2012
tentang Izin Lingkungan yang mengintegrasikan antara proses izin lingkungan kedalam proses AMDAL atau
UKL-UPL.
Berdasarkan ketentuan pada PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Pasal 29 ayat 4), Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup (PerMenLH) No. 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen
Amdal (Lampiran III huruf D), dan PerMenLH No 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan, maka kriteria kelayakan lingkungan pada intinya terdiri dari:
a. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Kebijakan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumberdaya alam yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
c. Kepentingan pertahanan keamanan.
d. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek biogeofisik kimia, sosial,
ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat pada tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi,
dan pasca operasi usaha dan/atau kegiatan.
e. Hasil evaluasi secara holistic terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah kesatuan yang saling
terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif
dengan yang bersifat negatif.
f. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggungjawab dalam menanggulanggi dampak
penting negatif yang akan ditimbulkan dari usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan.
g. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic
view).
h. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas ekologis
yang merupakan:
1) Entitas dan/atau spesies kunci (key species).
2) Memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance).
3) Memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance).
4) Memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
i. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan.
j. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud.
Dalam penentuan kelayakan lingkungan diterapkan 10 kriteria kelayakan lingkungan. Setiap kriteria
kelayakan lingkungan tersebut ditentukan tolok ukurnya berikut nilai dari tolok ukur tersebut, demi
memudahkan memberikan penilaian terhadap ketaatan (compliance) terhadap 10 kriteria tersebut, berikut
tolok ukurnya.
Tolok ukur dari masing-masing kriteria kelayakan lingkungan bisa berupa tunggal atau lebih dari satu tolok
ukur. Jumlah total tolok ukur untuk 10 buah kriteria kelayakan lingkungan adalah sebanyak 21 buah.
Masing-masing tolok ukur diberi penilaian (skor) 1 atau 0,5 atau 0. Pemberian nilai terhadap tolok
ukur tersebut didasarkan pada ada tidaknya pembahasan terkait dengan tolok ukur tersebut dalam
dokumen Amdal. Setiap tolok ukur memiliki bobot penilaian yang sama, artinya kepentingannya dianggap
setara. Tidak ada tolok ukur yang dianggap lebih penting daripada tolok ukur lainnya.
Selain dibahas, narasi tentang tolok ukur tersebut terkadang diakhiri dengan kesimpulan tentang tolok
ukur tersebut. Sebagai contoh kesesuaian dengan rencana tata ruang, harus dinyatakan secara tertulis
kesesuaiannya berpatokan pada peraturan tentang RTRW yang sedang berlaku secara definitif. Contoh lain
berupa pernyataan kelayakan lingkungan yang merupakan kesimpulan dari tolok ukur kelayakan lingkungan,
harus tertuang secara eksplisit dalam dokumen Amdal.
Tahap ini belum memperhatikan aspek kedalaman dari studi Amdal yang dilakukan. Oleh karena itu pada
tahap ini, penilaian lebih bertitik berat pada kecukupan yang menggambarkan ketaatan pelaku
usaha/kegiatan terhadap pengelolaan lingkungan yang diatur dalam regulasi yang berlaku secara definitif
pada tataran nasional maupun tataran internasional.
Selain itu juga memperhatikan kearifan lokal (traditional wisdom) atau peraturan lokal yang tidak tertulis
tentang pengelolaan sumberdaya alam, namun ditaati secara bersama oleh masyarakat, karena telah
menjadi norma adat yang dipahami dan ditaati secara turun temurun.
Jumlah kriteria kelayakan lingkungan sebanyak 10 buah. Jumlah tolok ukur yang merupakan penjabaran dari
10 buah kriteria kelayakan lingkungan adalah 21 buah. Tidak semua rencana/usaha kegiatan yang akan
beroperasi di suatu daerah dapat dinilai dengan 10 buah kriteria kelayakan lingkungan. Demikian pula tidak
semua rencana usaha/kegiatan dapat dinilai dengan 21 tolok ukur kelayakan lingkungan. Sebagai contoh,
untuk kriteria No 10, jika pemerintah belum menetapkan daya dukung dan daya tampung dari hamparan
ekosistem dimana suatu rencana usaha/kegiatan akan beroperasi, maka kriteria ini boleh tidak
dijadikan sebagai acuan. Sebaliknya jika sudah ada ketetapan tentang daya dukung dan daya tampung,
maka nilai dari ketetapan tersebut wajib dijadikan acuan. Contoh lainnya, tolok ukur adanya alternatif
kegiatan, tidak sepenuhnya berlaku untuk semua rencana usaha/kegiatan. Jika rencana usaha/kegiatan tidak
memilik alternatif bahan baku, alternatif proses atau teknologi, dan alternatif lokasi, maka tolok ukur ini
boleh tidak diacu.
Oleh karena itu, terdapat beberapa kriteria kelayakan lingkungan dan tolok ukur kelayakan lingkungan yang
wajib dijadikan acuan dalam penilaian. Terdapat pula beberapa kriteria kelayakan lingkungan dan tolok ukur
kelayakan lingkungan yang boleh tidak diacu. Beberapa tolok ukur yang tidak wajib diacu adalah: 1)
Alternatif kegiatan, 2) Spesies kunci, 3) Nilai ekonomi, 4) Nilai ilmiah, serta 5) Daya dukung dan daya
tampung. Untuk No 1-4 tergantung kepada ada tidak hal tersebut dalam rencana kegiatan atau rona
lingkungan yang dikaji. Khusus untuk Daya dukung dan daya tamping lingkungan, jika pemerintah belum
menentukan daya dukung dan daya tamping ini, maka kriteria ini boleh tidak diacu.
Untuk mengetahui wajib tidaknya tolok ukur kelayakan lingkungan tersebut diacu, perlu dicermati dengan
jelas deskripsi kegiatan dan rona lingkungan. Dengan adanya kewajiban dan ketidakwajiban mengacu tolok
ukur tersebut maka terdapat 16 buah tolok ukur minimal yang harus diacu dalam penilaian kelayakan
lingkungan dari suatu rencana usaha/kegiatan. Jika terdapat salah satu dari 16 tolok ukur wajib tersebut
belum dipenuhi, maka dokumen Amdal yang diajukan oleh pemrakarsa usaha/kegiatan dianggap belum
layak lingkungan.
Berdasarkan kriteria dan tolok ukur kelayakan lingkungan, maka suatu rencana usaha/kegiatan yang dinilai
dokumen pengelolaan lingkungan-nya (AMDAL) dinyatakan layak jika memperoleh nilai (skor) agregat
dengan kisaran 16 – 21 point, dengan keharusan semua tolok ukur wajib terpenuhi.
Penilaian kelayakan lingkungan ini hendaknya dimaknai sebagai penilaian awal oleh komisi AMDAL terhadap
dokumen AMDAL yang diajukan oleh pemrakarsa. Dengan adanya penilaian awal ini dapat membantu
anggota tim teknis dan anggota komisi AMDAL untuk lebih mencermati titik lemah dari dokumen AMDAL
yang tercermin dari tolok ukur atau kriteria kelayakan lingkungan yang belum dipenuhi.
Setelah dokumen AMDAL diperbaiki oleh pemrakarsa dan konsultan sesuai masukan pada saat presentasi
dan kelemahan-kelemahan yang diidentifikasi dengan pemakaian tolok ukur kelayakan lingkungan, maka
dokumen kembali dinilai (diverifikasi) dengan tolok ukur kelayakan lingkungan. Jika sudah terpenuhi saran
perbaikan yang diminta,dan nilai agregatnya memenuhi maka dokumen Amdal yang berisi uraian
pengelolaan lingkungan dapat dinyatakan layak.
Mengacu pada 10 kriteria kelayakan lingkungan, maka telah berhasil ditentukan 21 tolok ukur kelayakan
lingkungan. Diantara 21 tolok ukur kelayakan lingkungan tersebut terdapat 16 tolok ukur wajib atau minimal
yang harus diacu dalam penentuan kelayakan lingkungan dari suatu rencana usaha/kegiatan. Terdapat 5
tolok ukur yang tidak wajib diacu dalam penentuan kelayakan lingkungan yakni 1) Alternatif kegiatan, 2)
Spesies kunci, 3) Nilai ekonomi, 4) Nilai ilmiah, serta 5) Daya dukung dan daya tampung.
Penentuan wajib tidaknya tolok ukur diacu manakala dilakukan penilaian terhadap kelayakan lingkungan dari
suatu rencana usaha/kegiatan didasarkan pada deskripsi kegiatan dan rona lingkungan hidup yang tertera
pada dokumen Amdal.
Suatu rencana usaha/kegiatan dinyatakan layak lingkungan jika nilai agregat dari tolok ukur adalah berkisar
16 – 21, dengan catatan tidak ada satupun dari tolok ukur wajib (16 buah) yang tidak dijadikan sebagai
bahan penilaian.
Pedoman penentuan kelayakan lingkungan ini hanya merupakan langkah awal untuk menilai dokumen
lingkungan dalam rangka mengarahkan tim teknis terhadap kelemahan dari dokumen yang dinilai. Untuk
melihat kelayakan dokumen AMDAL secara keseluruhan, diperlukan penilaian komprehensif berkaitan
dengan kedalaman studi yang dilakukan.
Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum yang mengambil air baku dari S. Matama dan S. Masunni yang
berlokasi di Kabupaten Polewali Mandar, memiliki rincian kegiatan hasil studi kelayakan meliputi:
1. Pembangunan Intake Matama dan Masunni total luas 500 m2
2. Pembuatan Jalur Pipa; Intake Matama ke IPA Alu dan Intake Masunni ke IPA Alu,total panjang 43,8
km
3. Pembangunan IPA dan Reservoir Alu total luas 2 Ha
4. Pembuatan Jalur Pipa Alu ke Typing, panjang 12,1 km
5. Pembangunan Offtake dan Reservoir di Palippis dan Parang-Parang total luas 1000 m2
6. Pembuatan Jalur Pipa Typing ke Offtake Polman dan Offtake Majene, total panjang 15,4 km
Total panjang pembuatan jalur pipa direncanakan 71,3 km, dengan perkiraan lebar 2 m naka luas lahan
untuk jalur pipa seluas 142.600 m2 atau 14,26 Ha. Sedangkan luas lahan untuk bangunan IPA, Reservoir dan
offtake toal seluas 2,15 Ha. Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Polman-Majene memerlukan lahan
seluas 16,41 Ha, dimana lokasi kegiatan meliputi: Desa Pupuring, Desa Pao-pao, Desa Kalumamang, Desa
Alu, Desa Mombi, Kecamatan Alu, Desa Tandassura, Desa Ranggeang, Desa Galunglombok, Kecamatan
Limboro, Desa Tandung, Desa Sepabatu, Kecamatan Tinambung, Desa Tanganga-tanganga, Desa Karama,
Desa Tammangale, Desa Galungtulu, Desa Sabangsubik, Desa Pambusuang Kecamatan balanipa Kabupaten
Polman, Desa Tande Timur, Desa Labuang Utara Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene. Dan wilayah
studi termasuk area pelayanan air bersih yang direncanakan meliputi : 3 Kecamatan Kabupaten Polewali
Mandar; Kecamatan Balanipa (6 desa), Kecamatan Campalagian (12 desa), dan Kecamatan Mapili (1 desa), 2
Kecamatan Kabupaten Majene; Kecamatan Banggae (7 desa) dan Kecamatan Banggae Timur (7 desa).
Sebagai penilaian awal kelayakan lingkungan Pembangunan SPAM Polman Majene, digunakan panduan
berdasarkan 10 kriteria kelayakan lingkungan dengan nilai tolok ukur sebagaimana disajikan pada Table 10.3
Nilai
Kriteria Kelayakan Wajib/Tidak
No Tolok Ukur Tolok
Lingkungan Wajib Diacu
Ukur
1. Rencana tata ruang sesuai ketentuan Tidak melanggar tata ruang, namun perlu klarifikasi. Wajib 0,5
peraturan perundang-undangan
2. Kebijakan dibidang perlindungan dan Semua peraturan sektor terkait sudah terkini, diacu, Wajib 1
pengelolaan lingkungan hidup serta dan ditaati.
sumber daya alam yang diatur dalam
peraturan perundang- undangan.
3. Kepentingan pertahanan keamanan Tidak ada 0
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran Menggunakan metode pengumpulan dan analisis Wajib 1
dan sifat penting dampak dari aspek data, serta metode prakiraan besaran dampak, yang
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, lazim (umum) dipakai untuk setiap komponen
tata ruang, dan kesehatan masyarakat pada lingkungan yang menjadi dampak penting hipotetik.
tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, Menggunakan laboratorium terakreditasi KAN. Wajib 1
dan pasca operasi Usaha dan/atau Ada pembahasan besaran dampak dengan (with) Wajib 1
Kegiatan. dan tanpa (without) proyek.
Menggunakan kriteria sifat penting dampak Wajib 1
berdasarkan UU No 32 tahun 2009.
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap Ada pembahasan holistik keterkaitan antar dampak Wajib 1
seluruh dampak penting sebagai sebuah penting dan juga keterkaitan dampak penting
kesatuan yang saling terkait dan saling dengan deskripsi kegiatan.
mempengaruhi, sehingga diketahui Ada pembahasan holistik hierarki dampak penting Wajib 1
perimbangan dampak penting yang (primer, sekunder, dan tersier).
bersifat positif dengan yang bersifat Ada pembahasan dampak negatif/ positif penting (- Wajib 1
negatif. /+P) atau tidak penting (-/+TP) yang terjadi dalam
ruang dan waktu yang bersamaan pada setiap
tahapan proyek (pra konstruksi, konstruksi, operasi,
dan pasca operasi).
9. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak Ada peta kegiatan lain sekitar berikut narasi tentang Wajib 1
menimbulkan gangguan terhadap usaha jenis usaha/ kegiatan, serta potensi dampak yang
dan/atau kegiatan yang telah berada di kemungkinan akan muncul terhadap komponen
sekitar rencana lokasi usaha dan/atau lingkungan.
kegiatan
10. Tidak dilampauinya daya dukung Ada pembahasan tentang daya dukung dan daya Tidak Wajib 1
dan daya tampung lingkungan hidup dari tampung berdasarkan data daya dukung dan daya
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, tampung yang telah
dalam hal terdapat perhitungan daya ditentukan oleh pemerintah
dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud
Total 18,5
Kegiatan Pembangunan SPAM Polman Majene dinyatakan layak lingkungan dengan nilai agregat dari tolok
ukur adalah 18,5, dengan catatan tidak ada satupun dari tolok ukur wajib (16 buah) yang tidak dijadikan
sebagai bahan penilaian.
Pedoman penentuan kelayakan lingkungan Pembangunan SPAM Polman Majene merupakan langkah awal
untuk menilai dokumen lingkungan dalam rangka mengarahkan tim teknis terhadap kelemahan dari
dokumen yang dinilai. Untuk melihat kelayakan dokumen AMDAL secara keseluruhan, diperlukan penilaian
komprehensif berkaitan dengan kedalaman studi yang dilakukan.
Obyek Studi kelayakan ini adalah Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang terletak di Wilayah
Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat, masalah utama yang berkaitan
dengan lingkungan adalah pembebasan lahan dan relokasi penduduk. Selain itu, juga diantisipasi dampak
negatif sosio ekonomi yang cukup besar terhadap pelaku/stakeholders lokal serta dampak negatif terhadap
lingkungan alam yaitu spesies flora dan fauna yang terdapat di sekitar rute jalur pipa yang ditetapkan.
Aktivitas pengembangan SPAM dimana dilakukan studi kelayakan harus memperhatikan kelayakan
lingkungan, meliputi:
a. Identifikasi kegiatan yang akan dilakukan dan berpotensi dapat mempengaruhi rona lingkungan
b. Identifikasi dampak besar dan dampak penting dari kegiatan.
c. Perkiraan perubahan rona lingkungan sebagai dampak aktivitas pengembangan SPAM.
d. Merencanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Pengkajian kelayakan lingkungan tidak terlepas dari kegiatan masyarakat dan kondisi daerah setempat,
sehingga faktor-faktor lingkungan dapat dikatakan layak atau tidak untuk didistribusikan air minum.
Pengkajian kelayakan lingkungan dilaksanakan melalui penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Pengkajian kelayakan lingkungan tidak terlepas dari kegiatan masyarakat dari kondisi daerah setempat,
sehingga faktor-faktor lingkungan dapat dikatakan layak atau tidak untuk didistribusikan air minum.
Pengkajian kelayakan lingkungan dilaksanakan dengan memperhatikan atau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada UU No.
32 Tahun 2009 serta PPU di bidang PPLH, setiap usaha dan/atau kegiatan :
1. Wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan UKL/UPL dan Izin Lingkungan
2. Dilarang melanggar baku mutu lingkungan (BML) dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (KBKL)
3. Dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup (air, tanah dan udara) tanpa suatu
keputusan izin
4. Wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan (i.e. Air limbah dan LB3)
5. Wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
6. Wajib melakukan Perubahan Izin Lingkungan, jika pemrakarsan berencana melakukan perubahan usaha
dan/atau kegiatan
Dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2009 dan PP No. 27 Tahun 2012, persyaratan lingkungan yang
digunakan dalam penyaluran penyedian dana (Kredit) sesuai dengan UU 10/98, PB No. 14/15/PBI/2012 dan
SE BI 2011 dan 2013 untuk rencana usaha dan/atau kegiatan berdampak penting terhadap lingkungan
adalah Dokumen Amdal beserta persetujuannya yaitu keputusan kelayalan lingkungan (SKKL) dan Izin
Lingkungan.
Berdasarkan surat dari pemrakarsa tersebut Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Barat
membalas surat kepada pemrakarsa dengan arahan dokumen lingkungan yang harus disusun dan meminta
untuk melakukan penyusunan dokumen lingkungan sesuai aturan yang berlaku di Kementerian Lingkungan
Hidup. Secara ringkas gambaran proses penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar berikut.
Figure 10.7 Proses Penyusunan dan Penilaian AMDAL serta Izin Lingkungan (PP 27/2012)
Dalam gambar tersebut memperlihatkan tahapan proses penyusunan dan penilaian AMDAL hingga terbit
izin lingkungan, dari nomor 1 hingga nomor 15 beserta informasi waktu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan tahapan kegiatan tersebut. Jumlah waktu yang dibutuhkan proses penyusunan dan penilaian
AMDAL selama 180 hari diluar waktu penentuan pembahasan, penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan.
Berdasarkan gambaran tersebut diluar surat menyurat permohonan arahan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Barat tentang arahan dokumen lingkungan yang harus disusun, maka jadwal penyusunan AMDAL
Pembangunan SPAM Polman Majene diuraikan dalam Table 10.4 berikut.
Fasilitas sosial adalah fasilitas yang diadakan oleh pemerintah atau pihak swasta yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat umum dalam lingkungan pemukiman, yang terdiri fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas peribadatan dsb.
Pada daerah pelayanan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, sebaran fasilitas
social sebagai berikut:
1. Fasilitas Pendidikan
Jumlah fasilitas pendidikan sebanyak 260 unit, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Campalagian
sebanyak 76 unit. Dari seluruh fasilitas pendidkan yang ada, ketersediaan sekolah dasar (SD)
merupakan yang terbanyak yaitu 135 unit.
1. Balanipa 9 22 2 1 34
2. Campalagian 20 43 10 3 76
3. Mapilli (Desa Buku) 0 2 0 0 2
4. Banggae 31 37 5 2 75
5. Banggae Timur 24 31 12 6 73
Total 84 135 29 12 260
Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar dan BPS Kabupaten Majene
2. Fasilitas Kesehatan
Jumlah fasilitas Kesehatan di daerah pelayanan sebanyak 17 unit puskesmas/puskemas pembantu
dan 1 (satu) unit rumah sakit. Sebaran fasilitas kesehatan terbanyak di Kecamatan Banggae Timur
sebanyak 8 unit puskesmas/puskemas.
Kecamatan
Puskesmas/Puskemas Pembantu Rumah Sakit Total
1. Balanipa 1 0 1
2. Campalagian 2 0 2
3. Mapilli (Desa Buku) 1 0 1
4. Banggae 5 1 6
5. Banggae Timur 8 0 8
Total 17 1 18
Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar dan BPS Kabupaten Majene
3. Fasilitas Peribadatan
Jumlah fasilitas peribadatan yang terdapat di daerah perencanaan sebanyak 315 unit
masjid/mushallah dan 1 unit gereja. Kecamatan Campalagian tercatat memiliki jumlah fasilitas
peribatan terbanyak yaitu 116 unit.
1. Balanipa 42 0 0 0 42
2. Campalagian 116 0 0 0 116
3. Mapilli (Desa Buku) 8 0 0 0 8
Berdasarkan data BPS tahun 2019, tercatat bahwa keluarga pra sejahtera di daerah pelayanan SPAM
Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, masih cukup tinggi mencapai 36.9 % dari total
rumah tangga yang ada. Jumlah rumah tangga pra sejahtera tertinggi di kecamatan Banggae mencapai 44.2
% dari total rumah tangga yang ada. Besarnya jumlah rumah tangga pra sejahtera ini menjadi suatu
tantangan dalam mengukur kemampuan membayar masyarakat terhadap biaya penyambungan dan
pembayaran retribusi setiap bulannya.
Berdasarkan hasil survey kebutuhan nyata di daerah pelayanan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar
dan Kabupaten Majene sebagaimana telah dibahas dalam sub bab 5.4, menunjukan bahwa penghasilan
sebagian besar responden (>50 %) di daerah pelayanan Kabupaten Polewali Mandar masih sangat rendah
yaitu antara Rp. 600,000,- s/d Rp. 1,000,000,- per bulan. Angka ini masih sangat jauh dari Upah Minimum
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2020 yang sebesar Rp. 2,571,328,-. Demikian juga dengan responden di
daerah pelayanan Kabupaten Majene yang sebagian besar respondennya (40 %) memiliki penghasilan antara
Rp. 600,000,- s/d Rp. 1,000,000,- per bulan.
Di Provinsi Sulawesi Barat belum ada lembaga yang secara khusus dibentuk untuk mengelola SPAM, namun
terdapat UPTD Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA), dan merupakan UPTD Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Tugas dari kepala UPTD adalah melaksanakan kegiatan teknis operasional program dan perencanaan, serta
pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan Sumber Daya Air dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Sedangkan fungsinya adalah:
- perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dalam hal operasional pemeliharaan pengelolaan
sumberdaya air;
- pelaksanaan pelayanan umum sesuai kebijakan yang ditetapkan Gubernur;
- pengendalian dan pelaksanaan operasional pemeliharaan dan pengawasan sesuai kebijakan yang
ditetapkan Gubernur;
- pelaksanaan penyusunan rencana dan program operasional pemeliharaan pengelolaan SumberDayaAir;
- pelaksanaan pengawasan dan pengendalian teknis sarana-prasarana PSDA; dan
- penyusunan laporan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala dan tahunan.
Secara umum regulasi pembentukan SPAM Regional diawali oleh Amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal
33 ayat (3) menyebutkan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Pasal tersebut bermakna bahwa
segala sesuatu mengenai sumber daya alam termasuk di dalamnya air beserta kekayaan alam lainnya yang
berada dalam wilayah teritorial NKRI, dikuasai dan dikelola oleh negara melalui pemerintah untuk
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Pengelolaan (sumberdaya air) sebagaimana dimaksud diatas dalam pelaksanaannya dibatasi oleh 6 (enam)
prinsip pengelolaan sumberdaya air sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PUU-XI/2013, sebagai
berikut :
1. [paragraf 3.20] Negara harus memenuhi hak rakyat atas air. Akses terhadap air adalah salah satu
hak asasi tersendiri maka Pasal 28.I ayat (4) menentukan, “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”;
2. [paragraf 3.21] Kelestarian lingkungan hidup, sebagai salah satu hak asasi manusia, sesuai dengan
pasal 28 H ayat (1) UUD 45;” setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”;
3. [paragraf 3.22] Pengawasan dan pengendalian oleh negara (vide pasal 33 ayat (2) UUD 1945) atas
air sifatnya mutlak; karena air merupakan cabang produksi dan mengusai hajat hidup orang banyak;
4. [paragraf 3.23] Prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah BUMN atau BUMD;
5. [paragraf 3.19] Pengusahaan atas air tidak boleh menganggu, mengesampingkan apalagi
meniadakan hak rakyat atas air;
6. [paragraf 3.24] Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan izin kepada usaha swasta untuk
melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.
Urusan pelayanan di bidang air minum secara langsung kepada publik diatur dalam Undang-Undang Nomor
23 tahun 2014. Pada pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa “Urusan Pemerintahan Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan
Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar”. Dan pada pasal 12 ayat (1) huruf c
disebutkan bahwa “Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi : a. pendidikan, b. Kesehatan, c. pekerjaan umum dan penataan
ruang, d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman, e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
masyarakat, dan f. Sosial”.
Pembagian urusan sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, adalah pembagian
urusan bidang ke-PU-an seperti dalam Table 10.9 sebagai berikut :
1. Sumber Daya Air a. Pengelolaan SDA dan a. Pengelolaan SDA dan a. Pengelolaan SDA dan
(SDA) bangunan pengaman bangunan pengaman bangunan pengaman pantai
pantaipada wilayah sungai pantai pada wilayah sungai pada wilayah sungaidalam 1
lintas Daerah provinsi, lintas Daerah kabupaten/ (satu) Daerah kabupaten/
wilayah sungai lintas kota. kota.
negara, dan wilayah sungai b. Pengembangan dan b. Pengembangan dan
strategis nasional. pengelolaan sistem irigasi pengelolaan sistem irigasi
b. Pengembangan dan primer dan sekunder pada primer dan sekunder pada
pengelolaan sistem irigasi daerah irigasi yang luasnya daerah irigasi yang luasnya
primer dan sekunder pada 1.000 ha - 3000 ha, dan kurang dari 1000 ha dalam 1
daerah irigasi yang luasnya daerah irigasi lintas (satu) Daerah kabupaten/
lebih dari 3000 ha, daerah Daerah kabupaten/kota. kota.
irigasi lintas Daerah
provinsi, daerah irigasi
lintas negara, dan daerah
irigasi strategis
2. Air Minum a. Penetapan pengembangan Pengelolaan dan Pengelolaan dan
Sistem Penyediaan Air pengembangan SPAM lintas pengembangan SPAM di
Minum (SPAM) secara Daerah kabupaten/kota Daerah kabupaten/kota
nasional.
b. Pengelolaan dan
pengembangan SPAM
lintas Daerah provinsi, dan
SPAM untuk kepentingan
strategis nasional.
Berdasarkan pembagian urusan sebagaimana disebut dalam tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
pelayanan air minum bagi masyarakat di daerah kabupaten/kota merupakan kewenangan dan tanggung
pemerintah kabupaten/kota. Masalah yang dihadapi oleh pemerintah kabupaten/kota dalam
pengembangan SPAM adalah terbatasnya ketersediaan sumber air baku, dan besarnya biaya investasi untuk
membangun infrastruktur. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi pemerintah provinsi untuk mengambil alih
pengembangan SPAM lintas daerah kabupaten/kota sesuai kewenangan dan tanggung jawabnya. Namun di
sisi lain dalam proses pengambilalihan tersebut pemerintah provinsi juga dihadapkan pada persoalaan
terbatasnya alokasi pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur, sehingga dibutuhkan dukungan
pemerintah pusat (government support) terutama pengembangan SPAM untuk kepentingan strategis
nasional.
Intervensi pemerintah pusat maupun provinsi terhadap permasalahan tersebut diatas dilakukan melalui
kerjasama sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerjasama Daerah.
Pada Bagian Kesembilan Peraturan Pemerintah tersebut, diatur tentang Pengambilalihan Urusan
Pemerintahan yang Dikerjasamakan, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (2): “Dalam
hal kerja sama wajib tidak dilaksanakan oleh daerah kabupaten/kota, gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat mengambil alih pelaksanaan urusan pemerintahan yang dikerjasamakan”. Sedangkan bentuk intervensi
pemerintah pusat dalam kerjasama kerja sama antar daerah tersebut adalah berupa pemberian dana kepada
daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1): “Pemerintah Pusat dapat memberikan bantuan dana
kepada daerah untuk melaksanakan kerja sama wajib melalui anggaran pendapatan dan belanja negara
sesuai dengan kemampuan keuangan negara”.
Adapun pelaksanaan ketentuan sebagaimana tersebut diatas harus dilakukan berdasarkan kajian kebutuhan
dan kepatuhan seperti Figure 10.8, sebagai berikut:
Untuk memfasilitasi dan menyelesaikan flatform kerjasama antar para pihak dalam penyelenggaraan SPAM
Regional Polman-Mejene, terlebih dahulu perlu dipetakan para pemangku kepentingan yang terlibat secara
langsung dan aktif dalam kerjasama. Para pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud tersebut terdiri
dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana diatur
dalam peraturan tentang struktur organisasi dan tata kerja (SOTK).
Skema kerjasama penyelenggaraan SPAM Regional Polman-Majene merujuk pada Kesepakatan Bersama
(KSB) yang telah ditandatangani Direktur Jenderal Sumberdaya Air, Direktur Jenderal Cipta Karya, Gubernur
Provinsi Sulawesi Barat, Bupati Kabu Polewali Mandar, dan Bupati Kabupaten Majene, kemudian
ditindaklanjuti dengan penandatangan perjanjian kerjasama (PKS) pengembangan, dan penandatanganan
PKS pengelolaan paska pembangunan fisik.
Gambaran tentang bentuk PKS pengembangan dan PKS pengelolaan tersebut dapat dililhat dalam Gambar
sebagai berikut:
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Kerjasama dalam penyelenggaraan SPAM Regional Polman-
Majene dibedakan dalam 2 (dua) bentuk yaitu: 1).Kerjasama pengembangan; dan 2).Kerjasama pengelolaan.
1. Kerjasama Pengembangan
Subjek hukum kerjasama pengembangan terdiri dari:
- Direktur Irigasi dan Rawa
- Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
- Kepala Dinas terkait sektor air minum proovinsi Sulawesi Barat;
- Kepala Dinas terkait sektor air minum kabupaten Polewali Mandar; dan
- Kepala Dinas terkait sektor air minum kabupaten Majene
Tanggung jawab masing-masing subjek adalah:
- Direktur Irigasi dan Rawa bertanggung jawab terhadap pembangunan unit air baku;
- Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum bertanggung jawab terhadap
pembangunan unit produksi dan sebagian unit distribusi;
- Kepala Dinas terkait sektor air minum proovinsi Sulawesi Barat bertanggung jawab terhadap
pembangunan sebagian unit distribusi;
- Kepala Dinas terkait sektor air minum kabupaten Polewali Mandar bertanggung jawab terhadap
pembangunan unit pelayanan; dan
- Kepala Dinas terkait sektor air minum kabupaten Majene bertanggung jawab terhadap
pembangunan unit pelayanan
2. Kerjasama Pengelolaan atau Jual Beli Air Curah.
Subjek hukum kerjasama pengelolaan atau jual beli air curah terdiri dari:
- Kepala Lembaga Pengelola SPAM Provinsi Sulawesi Barat;
- Direktur PDAM Kabupaten Polewali Mandar; dan
- Direktur PDAM Kabupaten Majene.
Lingkup tanggung jawab masing-masing para pihak adalah:
- Kepala Lembaga Pengelola SPAM Provinsi Sulawesi Barat bertanggung jawab terhadap
pengelolaan unit produksi dan unit distribusi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan;
- Direktur PDAM Kabupaten Polewali Mandar bertanggung jawab terhadap unit pelayanan untuk
Mengacu pada skema kerjasama tersebut sebelumnya, maka objek kerjasama ini adalah Pelaksanaan
Pengembangan dan Pengelolaan SPAM Regional Polaman-Majene dengan lingkup kerjasama sebagai
berikut:
Lingkup kerjasama pengembangan adalah pelaksanaan pembangunan sistem fisik SPAM sesuai
kesepakatan antar para pihak sebagaimana disebut:
Pembangunan Unit Air Baku, meliputi:
1. bangunan penampungan air;
2. bangunan pengambilan/penyadapan;
3. alat pengukuran dan peralatan pemantauan;
4. sistem pemompaan; dan/atau
5. bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.
Pembangunan Unit Produksi, meliputi:
1. bangunan pengolahan dan perlengkapannya;
2. perangkat operasional;
3. alat pengukuran dan peralatan pemantauan; dan d. bangunan
4. penampungan Air Minum.
Pembangunan Unit Distribusi meliputi:
1. jaringan distribusi dan perlengkapannya;
2. bangunan penampungan; dan
3. alat pengukuran dan peralatan pemantauan.
Pembangunan Unit Pelayanan meliputi:
1. sambungan langsung;
2. hidran umum; dan/atau
3. hidran kebakaran.
Lingkup kerjasama Pengelolaan adalah pengelolaan SPAM terbangun, meliputi:
1. Operasi dan Pemeliharaan;
2. Perbaikan;
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia; dan
4. Pengembangan Kelembagaan.
Secara umum materi Perjanjian Kerja sama diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 29/PRT/M/2016 tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. dalam Pasal 5 ayat (3) disebut bahwa materi PKS
paling sedikit terdiri atas substansi:
- Pernyataan kesepakatan para pihak;
- Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama;
- Pengertian;
- Maksud dan Tujuan;
- Ruang Lingkup;
- Hak dan Kewajiban;
- Pembiayaan;
- Jangka waktu;
- Keadaan Kahar;
- Penyelesaian Perselisihan;
- Perubahan perjanjian;
- Berakhirnya perjanjian; dan
- pemutusan perjanjian.
Khusus untuk SPAM Regional Polman-Majene, muatan materi kerjasama mengacu pada skema kerjasama
yang disepakati, dan dibedakan dalam 2 bentuk kerjasama sebagai berikut:
10.5.1 Methodology
The economic costs are derived from the financial costs by excluding price contingencies, taxes and duties
and then converted to their economic cost equivalents using shadow prices. The economic benefits are
identified and quantified based on the results of the RDS. Economic benefits include: medical cost savings,
water treatment and storage cost savings, and time1 savings. Economic benefits are valued using the
domestic price. The parameter for the economic evaluation is the economic internal rate of return (EIRR).
Sensitivity analysis is undertaken to test the feasibility of the project if certain parameters are changed.
10.5.2 Assumptions
1
Time spent for fetching water from sources away from the house.
2
Source: Guidelines for the Economic Analysis of Projects, 2017, ADB.
3
For Sulawesi Barat, RP2,571,000 per month.
4
Source: Real Demand Survey. December 2019.
The economic benefits identified include resource costs savings associated with the existing water supply.
About 42% of the respondents buy purified water from vendors for drinking and cooking needs. Price of
purified water is RP5,000 per 20-liter container or RP250,000 per cubic meter. The respondents also spend
on water containers, water pumps, electricity for pumping water, boiling of water before drinking and time
to fetch water from sources far from the house. Effective cost of water, therefore, from the current sources
are more expensive than that provided by the PDAMs.
The project will provide better quality water that will minimize if not stop the incidence of waterborne
diseases. When waterborne diseases are avoided, households can save on medical expenses and time lost
when a member of the family is sick and can not perform his/her regular activities.
The economic cost of the project is derived from the financial cost by removing taxes, price contingencies
and the cost of land. Since the land identified is an idle land, no opportunity cost of land was included. Total
economic investment cost is about RP284 billion. Details in Annex 5.
The economic internal rate of return (EIRR) for the whole project is 11% which is higher than the EOCC of 9%.
Details in Annex 6.
Sensitivity analysis tested the following scenarios: (1) increase in investment cost by 15%; (2) increase in
O&M cost by 10%; and (3) decrease in benefit by 10%. The resulting EIRR are 9.2%, 10.9% and 9.4%
respectively.
Year Revenue Capital O&M Total Base case O&M +10% Capital +15% Revenue -10%
2020 - 3,465 - 3,465 (3,465) (3,465) (3,985) (3,465)
2021 - 221,547 - 221,547 (221,547) (221,547) (254,779) (221,547)
2022 3,091 - 1,131 1,131 1,959 1,846 1,959 1,650
2023 3,788 - 2,198 2,198 1,590 1,370 1,590 1,211
2024 4,876 - 3,073 3,073 1,803 1,496 1,803 1,316
2025 7,633 - 3,983 3,983 3,650 3,252 3,650 2,887
2026 8,835 - 4,928 4,928 3,907 3,414 3,907 3,024
2027 10,147 - 5,911 5,911 4,237 3,646 4,237 3,222
2028 13,440 - 6,458 6,458 6,982 6,336 6,982 5,638
2029 13,017 - 6,621 6,621 6,396 5,734 6,396 5,095
2030 12,845 - 6,740 6,740 6,105 5,431 6,105 4,820
2031 16,351 45,428 6,827 52,255 (35,904) (36,587) (42,718) (37,539)
2032 15,952 - 6,892 6,892 9,060 8,370 9,060 7,464
2033 15,565 - 6,955 6,955 8,610 7,915 8,610 7,054
2034 19,724 - 7,017 7,017 12,707 12,006 12,707 10,735
2035 19,220 - 7,065 7,065 12,155 11,448 12,155 10,233
2036 18,730 119,459 7,110 126,569 (107,839) (108,550) (125,758) (109,712)
2037 23,708 - 7,153 7,153 16,556 15,840 16,556 14,185
2038 23,074 - 7,193 7,193 15,881 15,161 15,881 13,573
2039 22,461 (128,797) 7,232 (121,564) 144,026 143,303 163,345 141,780
NPV 233,218 261,558
Discount Rate @ WACC FIRR -3.9% -4.3% -4.7% -4.9%
FNPV (140,353) (147,795) (176,616) (157,935)
Technical Physical
Item Civil Works Base Cost Total Cost
Support Contingency
Foreign Cost 51 - 51 5 56
Unskilled Labor 48 - 48 5 53
Other Local Cost 139 20 160 15 175
Total 238 20 259 25 284
Table 10.14 Economic Internal Rate of Return and Sensitivity Analysis (RP billion)
Capital +
Replacement
- Salvage O&M Benefit
Year Benefit Value O&M Total Base case Capital +15% +10% -10%
2020 0 3,237 0 3,237 (3,237) (3,722) (3,237) (3,237)
2021 0 206,955 0 206,955 (206,955) (237,998) (206,955) (206,955)
2022 6,887 0 1,071 1,071 5,816 5,816 5,709 5,127
2023 15,119 0 2,107 2,107 13,012 13,012 12,801 11,500
2024 21,369 0 2,948 2,948 18,422 18,422 18,127 16,285
2025 27,895 0 3,823 3,823 24,072 24,072 23,689 21,282
2026 34,664 0 4,733 4,733 29,932 29,932 29,458 26,465
2027 41,701 0 5,678 5,678 36,023 36,023 35,455 31,853
2028 46,122 0 6,212 6,212 39,910 39,910 39,289 35,298
2029 47,484 0 6,371 6,371 41,113 41,113 40,476 36,365
2030 48,307 0 6,486 6,486 41,822 41,822 41,173 36,991
2031 49,019 39,181 6,570 45,751 3,268 (2,610) 2,611 (1,634)
Jadwal pelaksanaan Proyek SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene, mulai dari
tahap studi hingga ke operasional sebagai berikut:
1. Kesepakatan Bersama
2. Studi Kelayakan
4. AMDAL
6. Perijinan
7. Pembebasan Lahan
10. Operasional
Dalam Pelaksanaan konstruksi pembangunan SPAM Regional Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten
Majene diperlukan metoda pelaksanaan konstruksi agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai dengan baik
dan waktu yang tepat sesuai dengan rencana kerja.
Tujuan alokasi risiko adalah untuk memberikan tanggung jawab penanganan risiko kepada pihak paling
mampu mengelola, mengendalikan atau mengurangi risiko tersebut. Alokasi risiko yang optimal akan
mengurangi profil risiko proyek secara keseluruhan. Hal ini akan membantu menurunkan biaya proyek dan
pada akhirnya, penurunan tarif bagi pelanggan.
Pengelolaan Risiko merupakan proses identifikasi dan kuantifikasi risiko yang sistematis yang diikuti oleh
penerapan strategi yang tepat untuk mengendalikan risiko dan jika mungkin untuk memperkecil akibat risiko
yang terjadi. Dalam proses pengelolaan risiko, yang mendasar adalah identifikasi yang jelas terhadap setiap
peristiwa yang mungkin dapat mengakibatkan suatu proyek gagal untuk memenuhi tingkat harapan semula.
Setelah diidentifikasi masing – masing risiko, dengan informasi ini maka strategi pengurangan risiko dan
pengelolaan yang tepat dapat dikembangkan.
Terjadinya suatu risiko akan mempunyai akibat yang berbeda terhadap masing-masing pihak. Walaupun
risiko sering kali dipertimbangkan pada tingkat makro, proses pengelolaan risiko mensyaratkan agar setiap
peristiwa risiko dirinci sampai sub-risiko terkecil yang dapat dikendalikan, yang pelaksanaannya
membutuhkan suatu strategi yang tepat.
Risiko dalam suatu proyek kerja sama dapat dikatagorikan sebagai berikut:
1. Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak dapat digunakan
sesuai jadwal yang sudah ditentukan dan dalam biaya yang diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat
menimbulkan suatu beban atau kewajiban bagi pihak tertentu. Dengan demikian, risiko-risiko yang
termasuk kategori ini adalah:
a. Risiko pembebasan lahan: risiko-risiko yang terkait proses pembebasan lahan yang dibutuhkan
proyek, yang dapat melibatkan potensi tambahan biaya dan keterlambatan;
b. Risiko ketidaksesuaian lokasi lahan: risiko bahwa lokasi lahan yang diusulkan tidak dapat
digunakan untuk proyek, biaya pembangunan dan operasional yang membutuhkan biaya
konstruksi yang sangat tinggi melebihi proyeksi perhitungan biaya proyek.
c. Risiko lingkungan: risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan
konstruksi dan operasi selama masa proyek.
2. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi adalah risiko desain, konstruksi atau uji operasi suatu
fasilitas proyek atau elemen dari prosesnya, dilakukan dengan cara yang menyebabkan dampak
negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek. Dengan demikian, risiko yang termasuk dalam kategori
ini adalah:
a. Risiko perencanaan: risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan dalam perjanjian
kerjasama dan, khususnya konstruksi fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan regulasi yang
berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa perijinan terlambat (atau tidak dapat)
diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar
dari yang diperkirakan;
b. Risiko desain: risiko dimana desain dari yang telah dibuat tidak dapat memenuhi spesifikasi
output yang ditentukan;
c. Risiko penyelesaian: risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan suatu proyek dapat
(1) terlambat sehingga penyediaan layanan infrastruktur tidak dapat dimulai sesuai Commercial
3. Risiko sponsor adalah apabila model investasi yang dipilih melibatkan swasta/badan usaha (BU)
dalam bentuk Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Risiko BU dan/atau sub-kontraktornya tidak dapat
memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK akibat tindakan pihak investor swasta sebagai
sponsor proyek.
4. Risiko finansial adalah risiko-risiko terkait aspek kelayakan finansial proyek. Risiko-risiko tersebut
dapat berupa:
a. Risiko ketidakpastian pembiayaan: risiko bahwa pihak penyedia dana (debt dan equity) tidak
akan atau tidak dapat melanjutkan komitmen untuk menyediakan pendanaan proyek;
b. Risiko parameter finansial: risiko yang disebabkan berubahnya parameter finansial (misalnya
tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi pasar) sebelum kontraktor sepenuhnya berkomitmen untuk
proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk terhadap biaya proyek;
c. Risiko struktur finansial: risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup baik untuk memberikan
hasil yang optimal sesuai porsi hutang dan ekuitas selama periode proyek dan karenanya
dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek;
d. Risiko asuransi: (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan (insurable) pada
tanggal penandatanganan sesuai dengan asuransi proyek yang telah disepakati tetapi
kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi dengan kenaikan premi asuransi
yang signifikan.
5. Risiko Operasional adalah risiko dimana proses penyediaan layanan infrastruktur sesuai kontrak - atau
suatu elemen dari proses tersebut (termasuk input yang digunakan atau sebagai bagian dari proses
itu) - akan terpengaruh dengan cara yang menghalangi badan usaha dalam menyediakan layanan
kontrak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan/atau sesuai proyeksi biaya. Dengan demikian,
risiko termasuk dalam kategori ini adalah:
a. Risiko pemeliharaan: risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset proyek lebih
tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan yang diproyeksikan, atau (ii) terdapat dampak negatif
akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;
b. Risiko cacat tersembunyi (latent defect): risiko kehilangan atau kerusakan yang timbul akibat
cacat tersembunyi pada fasilitas yang termasuk sebagai aset proyek;
c. Risiko teknologi, dimana (i) teknologi yang digunakan berpotensi gagal menghasilkan
spesifikasi output yang diperlukan, atau (ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang
digunakan menjadi usang (risiko keusangan teknologi);
d. Risiko utilitas: risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan untuk
operasi proyek tidak tersedia, atau (ii) keterlambatan proyek karena keterlambatan
sehubungan dengan pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak di lokasi proyek;
e. Risiko sumber daya atau input: risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan input atau
sumber daya (misalnya, sumber tenaga listrik) yang diperlukan untuk operasi proyek, termasuk
kekurangan dalam kualitas pasokan yang tersedia;
f. Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi, larangan
bekerja, pemblokiran, tindakan perlambatan dan pemogokan - yang terjadi dengan cara yang,
secara langsung atau tidak langsung, berdampak negative terhadap uji operasi, penyediaan
layanan atau kelayakan proyek.
6. Risiko pendapatan (revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat memenuhi proyeksi
tingkat kelayakan finansial, karena perubahan yang tak terduga baik permintaan proyek atau tarif
yang disepakati atau kombinasi keduanya. Karenanya, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:
a. Risiko permintaan: risiko bahwa realisasi permintaan penyediaan layanan secara tak terduga
lebih rendah dari proyeksi, karena: 1) faktor pemicu (tindakan, keputusan/kebijakan, regulasi)
7. Risiko konektivitas jaringan adalah risiko terjadinya dampak negatif terhadap ketersediaan layanan
dan kelayakan finansial proyek akibat perubahan dari kondisi jaringan saat ini atau rencana masa
depan. Risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a. Risiko konektivitas dengan jaringan eksisting: risiko bahwa akses ke jaringan eksisting tidak
(akan) dibangun sesuai rencana;
b. Risiko pengembangan jaringan: risiko bahwa jaringan tambahan yang dibutuhkan tidak (jadi)
dibangun sesuai rencana;
c. Risiko fasilitas pesaing: risiko bahwa dibangunnya fasilitas/infrastruktur serupa yang kemudian
menyaingi output penyediaanlayanan sesuai kontrak.
8. Risiko interface adalah risiko dimana metode atau standar penyediaan layanan akan menghalangi
atau mengganggu penyediaan layanan yang dilakukan sektor publik atau sebaliknya. Risiko ini
termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah tidak sesuai/tidak cocok dengan
yang dilakukan oleh BU, atau sebaliknya.
9. Risiko politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya yang merugikansecara material dan mempengaruhi pengembalian ekuitas dan pinjaman.
10. Risiko kahar (force majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang sepenuhnya di luar kendali
kedua belah pihak (misalnya bencana alam atau akibat manusia) dan akan mengakibatkan penundaan
atau default oleh BU dalam pelaksanaan kewajiban kontraknya.
11. Risiko kepemilikan aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian kehilangan (misalnya
hilangnya kontrak, force majeure), perubahan teknologi, dan lainnya, yang menyebabkan nilai
ekonomi aset menurun, baik selama atau pada akhir masa kontrak.
Pemerintah /
Jenis/Peristiwa Risiko Keterangan Pemprov Swasta Bersama Mitigasi
Sulbar
RISIKO LOKASI
Isu lingkungan yang Pelaksanaan pembangunan X Kesesuaian dengan studi Amdal yang
mengancam menjadi terhambat/tertunda baik.
kelangsungan proyek atau tidak dapat dilaksanakan, Melakukan uji tuntas secara lengkap
sebab memberikan ancaman untuk mengkaji keadaan lingkungan
terhadap lingkungan fisik dan proyek saat ini dan potensi ancaman di
sosial disekitar lokasi proyek masa datang
13.1 Kesimpulan
Pembangunan SPAM Regional Polman – Majene tahap I memanfaatkan Sungai Matama sebagai sumber air
bakunya sesuai dengan rekomendasi BWS Wilayah III Sulawesi pada kesepakatan rapat pada tanggal 7
Desember 2019. Dalam rapat itu telah disepakati bahwa debit air andalan yang bisa dimanfaatkan oleh SPAM
Regional Polman – Majene adalah 150 lt/det.
Pengambilan air baku yang diambil dari Sungai Matama ini melalui bangunan intake, yang direncanakan
mampu hingga kapasitas 150 lt/det. Air kemudian dialirkan kelokasi IPA, didesa Lutang, Kecamatan Alu,
dengan pipa HDPE dengan diameter 500 mm sepanjang 12,3 km secara grafitasi.
Sesuai dengan karakteristik aliran sungai Matama, dimana pada bulan tertentu pada musim kering mengalami
debit dibawah rata2, maka untuk menjaga kapasitas pengambilan yang konstan yaitu 150 lt/det, maka
diupayakan agar diyang direncanakan buat embung, yaitu dengan dengan cara menggikan bangunan
bending, sedemikian rupa sehingga kelebihan air pada saat musim hujan dapat ditampung untuk memenuhi
kekurangan air baku pada saat musim kering.
Setelah melalui pengolahan dilokasi IPA, air terolah ditampung dalam reservoir 1300 m3 untuk kemudian
dialirkan kelokasi offtake dengan pipa HDPE dengan diameter 500 mm hingga persimpangan sepanjang 12,1
km untuk kemudian dibagi menjadi dua, dimana untuk lokasi offtake Kabupaten Majene di desa Parang –
parang sepanjang 6,6 km, sedangkan untuk offtake Kabupaten Polewali Mandar dilokasi desa Palippis dengan
jarak 8,8 km dari persimpangan.
Untuk pembangunan tahap II, kapasitas IPA ditingkatkan menjadi 300 lt/det, dimana tambahan air baku
dengan memanfaatkan aliran air dari Sungai Masunni dengan debit 150 lt/det. Mengingat elevasi intake di
Sungai Masunni (100 mdpl) yang lebih rendah daripada elevasi IPA (145 mdpl), maka air baku dari intake ini
dialirkan dengan menggunakan pompa. Air baku dialirkan dari intake Sungai Masunni kelokasi IPA sepanjang
28,3 km dengan pipa HDPE dengan diameter 500 mm.
Adapun biaya pembangunan SPAM Regional tahap I dibutuhkan sebesar 266 milyar rupiah sedangkan untuk
pembangunan tahap II dibutuhkan sebesar 124,640 milyar rupiah.
Dari hasil perhitungan tariff air curah, yang terdiri atas biaya investasi dan operasi dan pemeliharaan, dengan
memperhitungkan biaya depresiasi, antara tahun 2022 hingga 2037, sebesar mulai dari Rp.4000,-/m3 hingga
Rp.5590/m3. Sementara itu jika biaya depresiasi diabaikan, maka dari tahun 2022 hingga 2037, tariff air curah
menjadi Rp 1300/m3 hingga Rp 2090/m3.
Instansi pengelolaan SPAM Regional harus dibentuk baru, karena UPTD yang saat ini sudah ada, tidak
memenuhi syarat sebagai instansi pengelola SPAM Regional.
13.2 Rekomendasi
1. Untuk merencanakan embung, dengan cara mempertinggi bangunan bending yang sudah ada,
konsultan PPC harus berkoordinasi dengan BWS Wilayah III Sulawesi.
2. Untuk mendapatkan water balance dari Sungai Masunni, dengan kapasitas pengukuran pada Sungai
Masunni sebesar 10.721 m3/det yang telah dilakukan pada musim kemarau, masih harus dikoordinasikan
dengan BWS Wilayah III Sulawesi sebagai instansi yang berwenang dalam air baku.